PENGEMBANGAN POTENSI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM (TELAAH QS AL-BAQARAH 2: 30-37) SKRIPSI
PENGEMBANGAN POTENSI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM (TELAAH QS AL-BAQARAH 2: 30-37) SKRIPSI Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Oleh:
IKA FITRI SUCIATI NIM: 111-12-066 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
MOTTO
70. dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan
Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan
makhluk yang telah Kami ciptakan.(Qs Al- Isra‟ 17: 70)
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah dengan izin Allah SWT skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Ibuku tercinta yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, mendidik dari kecil sampai sekarang, dan doa restunya yang tidak pernah putus serta naihat- nasihatnya.
2. Keluarga besarku yang senantiasa memberikan semangat dan nasihat-nasihat dalam meraih kesuksesan di dunia maupun di akhirat.
3. Mbak Umi, Tilam, Septine, Kummi, Mbak Alfi, dan seluruh sahabatku yang telah memberikan goresan warna di setiap langkahku serta terimakasih atas motivasi dan kebersamaan kita selama ini karena kalian telah mengajarkanku bagaimana menjadi teman yang sesungguhnya dan menghargai indahnya persahabatan.
4. Teman-teman PAI B angkatan 2012 senasib seperjuangan yang telah memberikan kenangan-kenangan indah dalam kebersamaan kita selama ini.
5. Teman-teman PPL SMK PELITA Salatiga dan KKN 2016 yang telah mengajarkanku bagaimana menjalin kebersamaan dengan penuh tanggung jawab.
6. Seseorang yang senantiasa mengajarkanku bagaiamana menjadi pribadi yang lebih baik dan telah memberikan lukisan indah disetiap hari-hariku.
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “PENGEMBANGAN POTENSI
MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM (TELAAH QS
AL-BAQARAH 2: 30- 37)”.Alhamdulillah proses perjuangan dalam penyusunan skripsi ini telah penulis lalui dengan baik. Tidak aka penggambaran lain yang dapat penulis utarakan selain ucapan syukur yang tiada tara kepada Allah SWT kerena hanya atas ridho dan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada:
1. Bapak Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.
2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Bapak Suwardi, M.Pd.
3. Kepala Jurusan Tarbiyah Pendidikan Agama Islam Ibu Siti Rukhayati, M.Ag.
4. Dosen pembimbing Bapak Muh. Hafidz, M.Ag. atas bimbingan, arahan dan motivasi yang diberikan.
5. Bapak Dr. H. Miftahuddin, M.Ag. selaku pembimbing akademik.
6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.
7. Keluargaku yang telah mencurahkan pengorbanan dan doa restu yang tiada henti bagi keberhasilan studi penulis.
8. Semua pihak yang ikut serta memberikan bantuan dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.
Akhirnya penulis hanya bisa berdoa, semoga amal dan kebaikan semua pihak dapat diterima oleh Allah sebagai amal sholeh dan mendapatkan balasan sebaik-baiknya.
Tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini melainkan Ia yang Maha Sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kepada semua pihak untuk memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini. Penulis berharap semoga tulisan ini mempunyai nilai guna dan manfaat bagi penulis khusunya dan bagi pembaca umumnya.
Salatiga, Juni 2016 Penulis
Ika Fitri Suciati 111-12-066
ABSTRAK
Suciati, Ika Fitri. 2016. Pengembangan Potensi Manusia dalam Perspektif
Pendidikan Islam dalam Qs Al-Baqarah 2: 30-37 . Skripsi. Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Muh. Hafidz, M.Ag.
Kata kunci: Potensi Manusia, Pendidikan Islam
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengembangan potensi manusia dalam perspektif pendidikan Islam dalam Surat Al-Baqarah ayat 30-37. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1) Bagaimana pengembangan potensi manusia dalam perspektif pendidikan Islam berdasarkan surat Al-Baqarah ayat 30-37. 2) Implementasi pengembangan potensi manusia dalam pendidikan Islam.
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research), yaitu studi kepustakaan yang mengadakan penelitian dengan cara mempelajari dan membaca literatur-literatur yang ada hubungannya dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian. Sumber data yang digunakan berasal dari data primer dan data sekunder. Penelitian ini menggunakan metode tahlili, yaitu metode tafsir yang menjelaskan ayat-ayat Al-
Qur‟an dari seluruh aspeknya dan mengungkapkan maksud-maksudnya secara terinci sesuai urutan ayat dan surat, mengemukakan arti kosa kata yang diikuti dengan penjelasan mengenai arti global ayat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Dalam Qs Al-Baqarah 2: 30-37, Allah SWT secara khusus menjelaskan potensi yang dianugerahkan kepada Nabi Adam, yaitu potensi kekhalifahan dan potensi pedagogis. Potensi manusia sebagai khalifah dan juga sebagai makhluk pedagogis membawa peran bagi dirinya untuk selalu bertindak sesuai dengan ajaran Sang Pencipta. Segala potensi yang dimiliki manusia tidak lain sebagai jalan pengabdian kepada-Nya. 2) Implementasi pengembangan potensi manusia dalam pendidikan Islam. Tugas pendidikan Islam merupakan realisasi dari pengertian tarbiyah al-insya (menumbuhkan atau mengaktualisasikan potensi). Manusia mempunyai sejumlah potensi atau kemampuan, sedangkan pendidikan merupakan proses untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi tersebut yang dimiliki oleh setiap peserta didik, dan mengarahkan fitrah dan potensi tersebut menuju kebaikan dan kesempurnaan.
Pengembangan berbagai potensi manusia (fitrah) dapat dilakukan dengan kegiatan belajar, yaitu melalui berbagai institusi. Belajar yang dimaksud tidak berfokus melalui pendidikan di sekolah saja, tetapi juga dapat dilakukan di luar sekolah, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun melalui institusi sosial keagamaan yang ada. Pendidikan dalam Islam berusaha untuk mengembangkan potensi manusia seoptimal mungkin untuk dapat difungsikan sebagai sarana bagi pemecahan masalah-masalah hidup dan kehidupan, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta budaya manusia, dan pengembangan sikap iman dan takwa kepada Allah SWT.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN BERLOGO ............................................................................... ii HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................ iii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... v MOTTO ......................................................................................................... vi PERSEMBAHAN ......................................................................................... vii KATA PENGANTAR .................................................................................. viii ABSTRAK .................................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................. xi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5 C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5 D. Penegasan Istilah ............................................................................. 6 E. Manfaat Penelitian .......................................................................... 10 F. Metode Penelitian .......................................................................... 10 G. Sistematika Penulisan Skripsi .......................................................... 12 BAB II DESKRIPSI QS AL-BAQARAH 2: 30-37 A. Redaksi Ayat dan Terjemahan Qs Al-Baqarah 2: 30-37 .................. 14
B.
Makna Mufrodat ............................................................................... 15 C. Isi Kandungan Qs Al-Baqarah 2: 30-37 ......................................... 25
BAB III MUNASABAH QS AL-BAQARAH 2: 30-37 A. Pengertian Munasabah ...................................................................... 32 B. Munasabah Surat Al-Baqarah dengan Surat Sebelum dan Sesudahnya ...................................................................................... 32 C. Munasabah Surat Al-Baqarah ayat 30-37 dengan Ayat Sebelum dan Sesudahnya ...................................................................................... 41 BAB IV PENGEMBANGAN POTENSI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM BERDASARKAN QS AL-BAQARAH 2: 30-37 A. Pandangan Ahli Tafsir Terhadap Qs Al-Baqarah 2: 30-37 ............. 43 B. Potensi Manusia ............................................................................... 52 C. Pendidikan Islam ............................................................................. 53 D. Pengembangan Potensi Manusia dalam Perspektif Pendidikan Islam berdasarkan Qs Al-Baqarah 2: 30-37 .............................................. 57 E.
Implementasi Pengembangan Potensi Manusia dalam Perspektif Pendidikan Islam ............................................................................. 59
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................... 61 B. Saran ................................................................................................ 64 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN 1.
Daftar SKK 2. Nota Pembimbing Skripsi 3. Lembar Konsultasi 4. Daftra Riwayat Hidup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang istimewa memang
memiliki latar belakang kehidupan yang penuh rahasia. Lembaran-lembaran kitab suci Al-Quran yang memuat petunjuk Ilahi tentang penciptaan manusia memuat sejumlah informasi, baik yang tersurat (jelas maknanya) maupun tersirat (perlu penafsiran) tentang hakikat makhluk manusia ini. Manusia selaku makhluk ciptaan dengan segala fungsi dan peran yang harus dilakukannya, semuanya diinformasikan dalam Kitab Suci (Jalaluddin, 2003:11).
Ada pula penjelasan tentang manusia yang diungkapkan secara rinci, antara lain tentang proses penciptaan dan pertumbuhan maupun perkembangannya. Oleh sebab itu pembahasan tentang manusia merupakan masalah yang kompleks. Selain mengenai dirinya, juga terkait dengan fungsi dan tanggung jawabnya. Manusia selain dikenal sebagai makhluk alternatif, juga dinilai sebagai makhluk potensial yang dapat berkembang dan dikembangkan. Dimaksud dengan makhluk alternatif, karena manusia dianugerahkan kemampuan untuk menentukan arah dan pilihan hidupnya.
Semuanya itu menjadi mungkin, karena manusia dianugerahi oleh Penciptanya sejumlah potensi yang berpeluang untuk dikembangkan, dan sekaligus mampu mengembangkan potensi dirinya. Dengan demikian manusia mampu untuk menjadikan dirinya sebagai makhluk yang berperadaban (Jalaluddin, 2003:12).
Manusia adalah makhluk yang termulia di antara makhluk-makhluk yang lain dan ia dijadikan oleh Allah dalam sebaik-baik bentuk/kejadian, baik fisik maupun psikisnya, serta dilengkapi dengan berbagai alat potensial dan potensi-potensi dasar (fitrah) yang dapat dikembangkan dan diaktualisasikan seoptimal mungkin melalui proses pendidikan (Muhaimin, 2008:22). Sebagaimana firman Allah dalam Qs At-Tiin 95: 4, sebagai berikut:
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya.”
Keistimewaan ini menyebabkan manusia dijadikan khalifah atau wakil Tuhan di muka bumi, yang kemudian dipercaya untuk memikul amanah berupa tugas dalam menciptakan tata kehidupan yang bermoral dimuka bumi.
Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang paling mulia karena kesempurnaan bentuk dan kelebihan akal pikiran yang ikut membedakannya dari makhluk lainnya. Sebagai konsekuensinya, manusia dituntut untuk berbakti kepada Allah dengan memanfaatkan kesempurnaan dan kelebihan akal pikiran dan segala kelebihan lain yang telah dianugerahkan kepadanya (Jalaluddin, 2003:13).
Secara lebih jelas, keistimewaan dan kelebihan manusia diantaranya berbentuk daya dan bakat sebagai potensi yang memilki peluang begitu besar untuk dikembangkan. Dalam kaitan dengan pertumbuhan fisiknya, manusia dilengkapi dengan potensi berupa kekuatan fisik, fungsi organ tubuh dan panca indera. Kemudian dari aspek mental, manusia dilengkapi dengan potensi akal, bakat, fantasi maupun gagasan. Potensi ini dapat mengantarkan manusia memiliki peluang untuk bisa mengausai serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sekaligus menempatkannya sebagai makhluk berbudaya (Jalaluddin, 2003:13-14).
Allah telah memberikan kepada manusia kemampuan untuk belajar dan berpengetahuan, serta membekalinya dengan segala peralatan kemampuan. Adapaun peralatan kemampuan belajar itu ialah pendengaran, penglihatan dan hati. Pendegaran bertugas memelihara ilmu pengetahuan yang telah ditemukan oleh orang lain. Penglihatan bertugas mengembangkan ilmu pengetahuan dengan menambahkan hasil-hasil penelitian dan pengkajian kepadanya. Hati bertugas membersihkan ilmu pengetahuan dari segala noda dan kotorannya, kemudian mengambil beberapa kesimpulan darinya (An- Nahlawi, 1992:59).
Manusia dilengkapi dengan potensi agar dengan potensi itu ia dapat mengembangkan dirinya. Pertumbuhan dan perkembangan manusia berjalan secara evolusi (berjenjang dan bertahap). Melalui perjenjangan dan pertahapan tersebut, manusia mengisi dirinya dengan pengalaman dan pengetahuan. Dengan demikian manusia memperoleh pengetahuan secara berproses, berasal dari pengembangan potensi dirinya, pengalaman dengan lingkungannya serta dari Tuhan. Karena itu hubungan antara lingkungan, manusia dengan Khaliq (Pencipta) maupun antar sesama makhluk tidak dapat dipisahkan (Jalaluddin, 2003:32-33).
Manusia adalah makhluk Allah yang paling potensial. Berbagai kelengkapan yang dimilikinya memberi kemungkinan bagi manusia untuk meningkatkan kualitas sumber daya dirinya. Selain itu manusia juga memiliki kemampuan untuk menghayati berbagai masalah yang bersifat abstrak seperti simbol-simbol, ucapan dan ungkapan hingga kepada pengenalan terhadap Penciptanya. Potensi tersebut seluruhnya dinilai sebagai pengarahan dari penciptanya agar manusia mampu mejalani perannya sebagai pengabdi Allah dalam pola dan perilaku yang benar.
Potensi dapat diibaratkan lembaga pada tumbuh-tumbuhan. Ujudnya baru akan nampak nyata apabila dipelihara, dirawat, dijaga, dibimbing serta dikembangkan. Kodratnya manusia memang dianugerahi oleh Penciptanya berupa kemampuan potensial dasar (Jalaluddin, 2003:37).
Islam memandang manusia sebagai makhluk pendukung dan pencipta kebudayaan. Dengan akal, ilmu dan perasaan, ia membentuk kebudayaan, dan sekaligus mewariskan kebudayaannya itu kepada anak dan keturunannya, kepada orang atau kelompok lain yang dapat mendukungnya. Kesanggupan mewariskan dan menerima warisan ini merupakan anugerah Allah yang menjadikan manusia sebagai makhluk yang mulia (Daradjat, 2011:8).
Kelebihan manusia yang tidak dimiliki oleh malaikat sekalipun, bahwa manusia adalah makhluk yang disiapkan untuk berpengetahuan (Gojali, 2004:73). Dalam penciptaan makhluk khususnya manusia, Allah telah membekalinya dengan tiga modal dasar yaitu akal, pengetahuan serta potensi untuk dimanfaatkan dalam kehidupannya (Munir, 2008:27).
Berdasarkan uraian tersebut penulis akan mendeskripsikan dan menganalisa bagaimana pengembangan potensi manusia melalui pendidikan yang akan penulis kemas dalam judul penelitian yaitu
“PENGEMBANGAN POTENSI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM (TELAAH QS AL-BAQARAH 2: 30- 37)”.
B. Rumusan Masalah
Mengacu latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas adalah:
1. Bagaimana pengembangan potensi manusia dalam perspektif pendidikan
Islam berdasarkan Qs Al-Baqarah 2: 30-37? 2. Bagaimana implementasi pengembangan potensi manusia dalam pendidikan Islam?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka dapat ditetapkan tujuan penelitian yaitu:
1. Untuk memperoleh deskripsi tentang pengembangan potensi manusia dalam perspektif pendidikan Islam berdasarkan Qs Al-Baqarah 2: 30-37.
2. Untuk memperoleh deskripsi tentang implementasi pengembangan potensi manusia dalam pendidikan Islam.
D. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan terhadap judul penelitian ini, maka penulis perlu untuk menjelaskan istilah-istilah yang terdapat dalam judul ini antara lain: 1.
Pengembangan Potensi Manusia Dalam bahasa Inggris disebut development; dalam bahasa Jerman disebut durchführung. Pengembangan adalah pengolahan frase-frase dan motif-motif dengan detail terhadap tema atau subyek yang dikemukakan sebelumnya. Pengembangan juga dapat diartikan sebagai suatu bagian dari karangan yang memperluas, memperdalam, dan menguatkan argumentasi yang terdapat dalam bagian eksposisi (Komaruddin, 2006:186). Sedangkan eksposisi dalam bahasa Inggris disebut exposition yang berasal dari bahasa Latin, exponere, expono; menguraikan, menjelaskan. Eksposisi merupakan bagian dari karya tulis ilmiah yang menyajikan argumentasi dan analisis terhadap pembuktian-pembuktian data yang dihimpun berdasarkan penelitian. Syarat penting bagi keberhasilan eksposisi adalah data yang sah, metode penelitian yang tepat, dan ketajaman analisis dan argumentasi (Komaruddin, 2006:66).
Menurut Haryanta (2012:213), potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan. Pengertian potensi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (2006:908) potesi berarti kesanggupan; kekuatan; kemampuan.
Sedangkan pengertian manusia menurut Soetriono (2007:1) manusia adalah makhluk Tuhan yang otonom, berdiri sebagai pribadi yang tersusun atas kesatuan harmonis jiwa raga dan eksis sebagai individu yang memasyarakat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengembangan potensi manusia adalah pengolahan potensi atau kemampuan yang dianugerahkan Allah kepada manusia dengan memperluas, memperdalam dan menguatkan kemampuan tersebut.
2. Pendidikan Islam
Pendidikan dalam wacana keislaman populer dengan istilah
tarbiyah. Tarbiyah berasal dari kata rabba, yarbu, tarbiyah yang memiliki
makna tambah dan berkembang. Artinya, pendidikan merupakan proses menumbuhkan dan mengembangkan apa yang ada pada diri peserta didik, baik secara fisik, psikis, sosial, maupun spiritual (Mujib, 2006:10).
Secara etimologi pendidikan berasal dari kata didik; mendidik, yang berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan adalah perbuatan (hal, cara, dsb) mendidik (Poerwadarminta, 1982:250).
Secara terminologi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:263) pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Menurut Poerbakawatja dan Harahap (1982:257) pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu memilku tanggung jawab moril dari segala perbuatannya.
Menurut Hamdani (1987:8) pendidikan mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, kecakapannya serta ketrampilannya kepada generasi muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama dengan sebaik-baiknya.
Menurut Suhartono (2008:43) pendidikan adalah segala jenis pengalaman kehidupan yang mendorong timbulnya minat belajar untuk mengetahui dan kemudian bisa mengerjakan sesuatu hal yang telah diketahui itu.
Sedangkan pengertian Islam, Islam berasal dari Bahasa Arab yamg berasal dari kata yang berarti damai dan yang artinya
مهس مهسا
menyerahkan (Yunus, 2010:177). Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW yang berpedoman pada kitab suci Al-
Qur‟an yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT (Departemen Pendidikan Nasional, 2007:442). Selain itu Islam adalah menyaksikan bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah dan sesungguhnya Nabi Muhammad adalah pesuruh Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat dan melakukan puasa di Bulan Ramadhan serta berhaji ke Baitullah jika mampu menuju jalannya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia dan sumber daya insani untuk membentuk manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam.
3. Al-Qur‟an Surat Al-Baqarah 2: 30-37
Secara etimologis, Al- Qur‟an berarti bacaan atau yang dibaca. Adapaun menurut istilah, Al-
Qur‟an adalah kalamullah yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW yang disampaikan secara mutawatir, bernilai ibadah bagi umat muslim yang membacanya, dan ditulis dalam mushaf (Amrullah, 2008:1).
Surat Al-Baqarah termasuk surat yang pertama kali turun di Madinah. Khalid bin Ma‟ berkata: “Surat Al-Baqarah disebut juga
Fusbaatul Qur‟an (rangkuman Al-Qur‟an).” Sementara para ulama
menyatakan bahwa surat Al-Baqarah mengandung seribu kabar berita, seribu perintah, dan seribu larangan. Orang-orang yang telah menghitungnya mengatakan: “Surat Al-Baqarah ini terdiri dari 287 ayat, 6221 kata, dan 25.500 huruf (Alu Syaikh, 2008:42).
E. Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat dari peneltian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Memberikan sumbangan pemikiran ilmu tentang bagaimana mengembangakan potensi manusia dalam perspektif pendidikan Islam yang terkandung dalam Qs Al-Baqarah 2: 30-37.
2. Penelitian ini memiliki relevansi dengan ilmu agama Islam khusunya jurusan pendidikan agama Islam, sehingga hasil pembahasannya berguna menambah literatur atau bacaan tentang pengembangan potensi manusia dalam perspektif pendidikan Islam dalam Qs Al-Baqarah 2: 30-37.
3. Penelitian ini semoga dapat memberikan kontribusi positif bagi pembaca khusunya penulis untuk mengetahui dan memahami tentang pengembangan potensi manusia dalam perspektif pendidikan Islam dalam Qs Al-Baqarah 2: 30-37.
4. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi manusia agar senantiasa mengembangkan potensinya melalui pendidikan yang telah dianugerahan oleh Allah sejak ia dilahirkan.
F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk library reseacrh atau studi kepustakaan.
Studi kepustakaan yaitu mengadakan penelitian dengan cara mempelajari dan membaca literatur-literatur yang ada hubungannya dengan permasalahan yang menjadi obyek penelitian. Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti (Nazir, 1985:111).
2. Teknik Pengumpulan Data
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang- barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan hari dan, dan sebagainya (Arikunto, 2010:201).
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik dokumentasi dalam pengumpulan data karena sesuai dengan jenis penelitian ini, yaitu dengan mencari dan menganalisis buku-buku yang diperlukan, mulai dari buku tafsir, buku-buku tentang pendidikan dan buku-buku lain yang relevan. Dikarenakan metode ini menggunakan penelitian yang bersifat
library research dalam pengumpulan data yang akan digunakan dalam
penelitian, maka penulis membagi sumber data menjadi dua bagian: a.
Sumber data primer, yaitu Al-Qur‟an yang berkaitan dengan pengembangan potensi manusia melalui pendidikan Islam, yakni QS Al-Baqarah 2: 30-37. b.
Sumber data sekunder, yaitu tafsir-tafsir Al-Qur‟an yang berkaitan dengan pengembangan potensi manusia melalui pendidikan oleh
mufassir dan buku-buku yang bersangkutan dengan pembahasan skripsi ini.
3. Metode Analisis Data
Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis data dengan menggunakan metode Tahlili. Metode
Tahlili adalah metode tafsir yang menjelaskan ayat-ayat Al-
Qur‟an dari seluruh aspeknya dan mengungkapkan maksud-maksudnya secara terinci sesuai urutan ayat dan surat. Mufassir memulai uraiannya dengan mengemukakan arti kosa kata yang diikuti dengan penjelasan mengenai arti global ayat. Mufassir juga mengemukakan munãsabah (korelasi) ayat- ayat, dan menjelaskan hubungan maksud ayat-ayat tersebut satu sama lain, membahas asbabun nuzul (latar belakang turunnya ayat) jika ada (Budihardjo, 2012:132).
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Untuk mempermudah dalam pembahasan penelitian, maka disusunlah sistematika penulisan skripsi ini secara garis besar sebagai berikut: Pada BAB I berisi Pendahuluan, bab ini akan dikemukakan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
Pada BAB II merupakan pemaparan hasil penelitian yang berupa telaah terhadap Qs Al-Baqarah 2: 30-37 yang meliputi: deskripsi Qs Al- Baqarah 2: 30-37 yang disertai makna mufradat dan isi kangdungan ayat tersebut.
Pada BAB III merupakan tafsir Qs Al-Baqarah 2: 30-37. Pada bab ini peneliti akan menguraikan tentang tema penelitian yang meliputi munãsabah dan azbãbun nuzûl Qs Al-Baqarah 2: 30-37.
Pada BAB IV penulis lebih memfokuskan dalam inti pembahasan yaitu menganalisis tentang Pengembangan Potensi Manusia Melalui Pendidikan dalam Qs Al-Baqarah 2: 30-37.
Pada BAB V yaitu Penutup, Kesimpulan dan Saran. Pada bab ini memuat kesimpulan penulis dari pembahasan skripsi ini, saran-saran dan kalimat penutup yang sekiranya dianggap penting serta daftar pustaka.
BAB II DESKRIPSI QS AL-BAQARAH 2: 30-37 A. Redaksi Ayat dan Terjemahan Qs Al-Baqarah 2: 30-37
30. ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." 31. dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" 32. mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana."
33. Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka Nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka Nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?" 34. dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia Termasuk golongan orang-orang yang kafir. 35. dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu Termasuk orang-orang yang zalim. 36. lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari Keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan." 37. kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, Maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
B. Makna Mufradat 1.
Mufradat Ayat 30 berasal dari kata dasar yang berarti malaikat (Yunus,
ِةَكِئَهَم كَهَم
2010:429). Malaikat adalah makhluk alam gaib. Manusia tidak bisa mengetahui hakikatnya. Al- Qur‟an menyatakan bahwa mereka terdiri dari bermacam-macam golongan yang masing-masing memiliki tugas yang berbeda (Ash-Shiddieqy, 2000:72).
ٌمِعبَج بًهْعَج ُمَعْجَي ـ َمَعَج
- berasal dari kata yang memiliki arti
mengadakan, menjadikan, memulai (Yunus, 2010:89). Dalam ayat ini, Allah menjelasakan bahwa Dia akan menjadikan khalifah di bumi sebagai pengganti kaum yang telah binasa. berasal dari kata yang artinya
ة َفِهَخ ًةَفبَهِخ ـ ُفُهْخَي ـ َفَهَخ
menggantikan (Yunus, 2010:120). Menurut Abdullah (2005:46) kata
khalifah diambil dari kata kerja khalafa ( ) yang berarti mengganti
َفَهَخdan melanjutkan. Dalam hal ini yang dimaksud dengan khalifah adalah orang yang menggantikan orang lain. Seperti halnya Abu Bakar telah menggantikan Nabi Muhammad SAW setelah Nabi wafat, maka Abu Bakar disebut sebagai khalifah Rasulullah.
Taufik Rahman mengutip dari Ar-Raghib Al-Asfahani menjelaskan bahwa menggantikan berarti melaksanakan sesuatu atas nama yang digantikan, baik orang yang digantikannya itu ada bersamanya maupun tidak. Sedangkan Al-Maraghi yang dikutip oleh Taufik Rahman menerangkan bahwa khalifah merupakan pelaksana wewenang Allah SWT dalam merealisasikan berbagai perintah-Nya di dalam kehidupan sesama manusia. Manusia harus mampu menjadi khalifah dalam arti membimbing dan mengarahkan sesama manusia serta bekerja sama dengan seluruh makhluk yag ada di muka bumi sehingga tujuan penciptaan manusia dapat tercapai (Rahman, 1999:22). berasal dari kata yang
ُذِسْفُي اًدىُسُف ـ اًدبَسَف ـ َذُسَف ُذُسْفَي َذَسَف
- -berarti rusak, binasa, busuk (Yunus, 2010:316). Salah satu sifat manusia yang disebutkan oleh malaikat dalam ayat tersebut adalah berbuat kerusakan. berasal dari kata yang memiliki arti
ُكِفْسَي بًكْفَس ـ ُكِفْسَي ـ َكَفَس
mencurahkan, menumpahkan (Yunus, 2010:172). Dalam ayat ini, malaikat juga menyebutkan sifat manusia yang lain yaitu suka membunuh dan menunpahkan darah. Dijelaskan juga, bahwa malaikat merasa heran, mengapa Allah menjadikan makhluk yang akan berbuat kerusakan dan pertumpahan darah itu sebagai khalifah di bumi. Allah menegaskan, Dia Maha Tahu atas hikmah penciptaan Adam sebagai khalifah di bumi (Ash-Shiddieqy, 2000:75).
ُحِجَسُو بًحْيِجْسَج ـ ُحِجَسُي َحَجَس
- berasal dari kata yang berarti
memahasucikan Allah dengan bertasbih (Yunus, 2010:161). Malaikat merupakan makhluk Allah yang senantiasa bertasbih dan mensucikan- Nya. Mensucikan Allah dari sifat-sifat yang tidak patut bagi Allah. berasal dari kata yang berarti suci,
ُسِذَقُو بًسْذُق ـ ُسُذْقَي ـ َسُذَق
berkat (Yunus, 2010:332). Dalam ayat ini makna at-taqdis berarti menetapkan sifat-sifat yang layak bagi Allah, yakni sifat-sifat yang sempurna.
2. Mufradat Ayat 31 berasal dari kata yang berarti mengetahui
َمَهَع بًمْهِع ـ ُمَهْعَي ـ َمِهَع
sesuatu (Yunus, 2010:277). Dedeng Rosidin mengutip dari Al-Maraghi menjelaskan bahwa kata
„allama dengan alhamahu (memberi ilham),
maksudnya Allah memberi ilham kepada Nabi Adam untuk mengetahui jenis-jenis yang telah diciptakan beserta zat, sifat dan nama-namanya.
Sedangkan Ash-Shawi, menjelaskan dengan makna alqa (memberikan atau menuangkan), maksudnya Allah memberikan atau menuangkan ilmu ke dalam hati Nabi Adam. Secara konteks,
„allama menunjukkan adanya tadrij (tahapan), bahwa penyampaian itu dilakukan melalui tahap demi
tahap. Akan tetapi, pada ayat ini menunjukkan secara sekaligus. Secara struktur,
„allama mempunyai dua objek, baik disebut ataupun tidak. Jika
dilihat dari jabatan kata dalam kalimat, tersusun dari
fi‟il (pekerjaan), hal
ini berarti menunjukkan pada pekerjaan mengajar, atau proses belajar mengajar yang didalamnya terdapat teknik dan metode mengajar.
Fa‟il
(yang melakukan pekerjaan), di sini berarti menunjukkan pengajar (guru) yang melakukan pekerjaan mengajar.
Maf‟ul bih pertama (objek pertama)
menunjukkan murid yang menerima pelajaran, dan
maf‟ul bih kedua
(objek kedua) menunjukkan materi yang diajarkan. Jadi, dalam
ta‟lim
tersirat beberapa unsur penting, yaitu guru, murid, proses pembelajaran dan materi pelajaran (Rosidin, 2003:67-68). berasal dari kata dasar yang berarti nama (Yunus,
َءبَمْسَلاا ٌمْسِا
2010:42). Secara bahasa berarti istilah atau sesuatu yang bisa diketahui dengan menyebut namanya. Al-
Asma‟ berarti nama-nama benda. Allah
SWT telah mengajari Nabi Adam berbagai nama makhluk yang telah diciptakan-Nya. Kemudian Allah memberinya ilham untuk mengetahui eksistensi nama-nama tersebut (Al-Maraghy, 1985:138). berasal dari kata dasar yang memiliki arti
ًِوىُئِجْوَأ َأَجْوَأ
mengabarkan, memberi kabar (Yunus, 2010:50). Dalam ayat ini, kata tersebut mengandung pengertian bahwa para malaikat dituntut untuk menyebutkan nama-nama benda, tetapi mereka tidak akan mungkin mampu mengatakannya. Hal ini karena mereka sama sekali belum pernah mengetahuinya (Al-Maraghy, 1985:139).
3. Mufradat Ayat 32 berasal dari kata yang berarti
َكَىَحْجُس بًحْيِجْسَج ـ ُحِجَسُي - َحَجَس
memahasucikan Allah dengan bertasbih (Yunus, 2010:161). Para malaikat mensucikan Allah dari sifat-sifat yang tidak pantas, yakni sifat keterbatasan pengetahuan yang mengakibatkan Allah menciptakan khalifah tetapi Allah tidak mengetahui hikmah dan faedahnya (Al- Maraghy, 1985:139). berasal dari kata yang berarti mengetahui
َمْهِع بًمْهِع ـ ُمَهْعَي ـ َمِهَع
sesuatu (Yunus, 2010:277). Maksud pengetahuan dalam ayat ini ialah bersifat terbatas, tidak mencakup semua nama. Ayat ini juga merupakan pengakuan para malaikat atas ketidakmampuan mendatangkan apa yang dibebankan kepada mereka (Al-Maraghy, 1985:140). berasal dari kata yang berarti hal mengajar, melatih
بَىَحْمَهَع ميِهْعَج
(Yunus, 2010:278). Dalam ayat ini, malaikat mengakui bahwa ilmu yang dimilikinya terbatas, tidak mencakup segala benda dan segala yang diberi nama. Tidak ada ilmu yang dimiliki malaikat, selain apa yang diajarkan Allah kepada mereka.
4. Mufradat Ayat 33 yang berasal dari kata yang memiliki arti mengabarkan
ْمُهْئِجْوَأ َأَجْوَأ
(Yunus, 2010:50). Allah memerintahkan kepada Adam untuk mengajarkan kepada para malaikat tentang nama-nama yang tidak mereka ketahui karena kelemahannya.
َتْيَغ بًثبَيِغ ـ ًةَجْيَغ ـ بًجْيَغ ـ ُتْيِغَي َغ َةب
- berasal dari kata yang
berarti ghaib, tidak hadir (Yunus, 2010:304). Dalam ayat ini, dijelaskan bahwa Allah Maha Mengetahui hal-hal gaib yang ada di langit ataupun bumi (Al-Maraghy, 1985:141). berasal dari kata dasar yang memiliki arti yang nyata
َنْوُذْجُج ِدبَث
(Yunus, 2010:55). Sedangkan kata berasal dari kata
َنْىُمُحْكَج ـ ُمُحْكَي ـ َمَحَك
yang berarti menyembunyikan sesuatu (Yunus,
َمَحَحْكِا ـ َمَحَك ـ بًوبَمْحِك ـ بًمْحَك
2010:367). Dalam ayat ini, dijelaskan bahwa Allah tidak menciptakan sesuatu dengan percuma dan Allah tidak menjadikan khalifah tanpa arti dan himah. Allah mengetahui apa yang nyata dan apa yang disembunyikan (Ash-Shiddieqy, 2000:79).
5. Mufradat Ayat 34 berasal dari kata yang berarti sujud,
ْاو ُذ ُج ْس ا اًد ْىُجُس ـ ُذُجْسَي ـ َذَجَس
menundukkan kepala sampai ke tanah (Yunus, 2010:163). Sujud adalah penghormatan, penghargaan dan pemuliaan (Alu Syaikh, 2008:106).
Ungkapan yang paling kongkrit dari sujud ini ialah meletakkan kening di lantai (tanah). Hal ini merupakan kebiasaan pada masa dahulu di dalam menghormati raja. Seperti sujudnya Nabi Ya‟qub dan putra-putranya kepada Nabi Yusuf (Al-Maraghy, 1985:143). berasal dari kata yang berarti enggan, tidak
ًَثَأ يَثَأ ًءبَثِإ ـ ًَثْأَي ـ
mau (Yunus, 2010:32). Dalam ayat ini dijelaskan bahwa iblis menolak melakukan sujud kepada Adam. Karena ia merasa lebih mulia dibanding manusia. berasal dari kata yang berarti takabur, sombong
َرَجْكَحْسا رُجَكَج
(Yunus, 2010:366). Takabur adalah sifat iblis. Ia menampakkan kesombongannya, menentang kebenaran dengan keyakinan bahwa dirinya lebih baik dibanding Adam dan lebih mulia ditinjau dari segi penciptaanya (Al-Maraghy, 1985:149).
6. Mufradat Ayat 35 berasal dari kata yang berarti
ْهُكْسا بًىَكَس ـ ُهُكْسَي ـ َهَكَس
mendiami, tinggal (Yunus, 2010:174). Dalam ayat ini, Allah memerintahkan Adam dan Hawa untuk berdiam di surga dengan aturan, dilarang memakan buah satu pohon. berasal dari kata yang berarti baik,
اًذَغَر اًذَغَر ـ ُذَغْرَي ـ َذَغَر
lapang, senang (Yunus, 2010:144). Dalam ayat di atas kata
اًذَغَر
memiliki makna bahwa Allah memperkenankan Adam untuk tinggal di Surga di mana saja yang ia sukai, memakan makanan yang ada di Surga sepuasnya, makanan yang banyak, lezat, lagi baik (Alu Syaikh, 2008:108). Jadi, kata tersebut dapat diartikan kebebasan untuk melakukan apa saja. berasal dari kata yang berarti
بَثَرْقَج َةُرَق بًوبَثْرُق ـ بًثْرُق ـ ُةُرْقَي ـ