UJI KEMAMPUAN VAKSIN IRADIASI Haemonchus contortus SERTA SUPLEMEN PAKAN PADA DOMBA

  

UJI KEMAMPUAN VAKSIN IRADIASI Haemonchus contortus

SERTA SUPLEMEN PAKAN PADA DOMBA

  • Sukardji Partodihardjo, *Muchson Arifin, **Enuh Raharjo * Puslitbang Teknologi Isotop dan Radiasi, BATAN, Jakarta ** Pusvetma Surabaya

  

ABSTRAK

UJI KEMAMPUAN VAKSIN IRADIASI Haemonchus contortus SERTA SUPLEMEN

  . Kegiatan penelitian Haemonchus telah dilaksanakan antara lain

PAKAN PADA DOMBA

  perlakuan vaksinasi, tantangan dan pemberian UMMB medicated pada domba. Pengambilan sampel darah untuk melihat struktur darah, pertambahan bobot badan dan telur cacing. Dosis iradiasi 500 Gy untuk L3 H.contortus. Bahan larva tiga diperoleh dari Balitvet Bogor, UMMB

  

medicated dibuat kelompok Nutrisi Ternak. Penelitian dilaksanakan bekerjasama dengan PUS-

  VETMA Surabaya. Pengaruh respon vaksinasi bouster cacing L3 H. contortus pada domba dan diberi pakan UMMB medicated ternyata hasil penelitian yang diperoleh pada perlakuan vaksinasi

  • tantangan (VI), vaksinasi tanpa tantangan (V2) dan kontrol (K) berturut-turut ialah menyebab- kan rataan pertambahan bobot badan perhari VI = 125 g, V2 = 76 g, K = 70 g, (P <0,01). Rataan
  • 6 eritrosit (x 10 ) VI = 6,40, V2 = 6,30 dan K = 5,50 (P<0,01). Rataan PCV (%) VI = 28,50, V2 = 3 28,30 dan K = 27,5 (P<0,05). Rataan leukosit x 10 V1 = 10,60, V2 = 10,81 dan K = 9,10 (P<0,05). Rataan total protein adalah V1 = 8,75 mg/ml, V2 = 8,35 mg/ml, K = 6,20 mg/ml, (P < 0,01). Yang disebabkan oleh kandungan gamma globulin. Rataan jumlah telur cacing (EPG) V1 = negatif, V2 = negatif, dan K = positif. Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa perlakuan kelompok V1, yaitu kelompok yang divaksin dan diberi tantangan ternyata respon tanggap kebal lebih baik dari pada perlakuan lainnya.

      

    ABSTRACT

    CAPABILITY TEST OF Haemonchus contortus IRRADIATION VACCINE AND

    SHEEP FOOD SUPPLEMEN . Haemonchus contortus is one of nematoda parasite worm found

      inside abomasum channel or gaster of sheep or goat. Study of haemonchus has been carried out included vaccination treatment, challenge and given mediated UMMB in sheep. Blood sample is used for knowing the blood structure, weight gain, and worm eggs. Irradiation dose 500 Gy for L3

      

    H contortus. Three larva sample is from Balitvet Bogor, mediated UMMB is made by live stock

      nutrition group. The study was done in cooperation with PUSVETMA Surabaya. The effect of bouster vaccination respond L3.H concortus worm in sheep given food mediated UMMB were observed in vaccination treatment + challenge (VI), vaccination without challenge (V2) and control (K) subsequently caused : average weight gain per day : V1 = 125 g. V2 = 76 g, and K = 6 70 g (P<0.01). Erythrocyte average (X10 ) V1 = 6.40 , V2 = 6.30 and K = 5.50 (P <0.01). 3 Average PCV (%) V1 = 28.50, V2 = 28.30, and K = 27.5 (P < 0.05). Leukocyte average x 10

      V1 = 10.60, V2 = 10.81, and K = 9.10 (P < 0,05). The average of total protein is V1 = 8,75 mg/ml, V2 = 8.35 mg/ml, K = 6.20 mg/ml, (P < 0.01). Which may caused by the formation of gamma globulin. Worm number average (EPG) V1 = negative, V2 = negative, and K = positive. The study result can be concluded that treatment of V1 group that with vaccination and challenge showed immunity respond better than the other treatments

      PENDAHULUAN

      kurus dan sering menimbulkan kematian teruta- ma hewan muda (2,3).

      

    Haemonchus contortus merupakan salah sa- Pengendalian penyakit cacing dilakukan di

      tu jenis cacing nematoda parasit yang terdapat di Indonesia menggunakan obat cacing (antelmintik) dalam saluran abomasum atau lambung domba (4) dan perbaikan manajemen peternakan (5). atau kambing. Haemonchus concortus terdapat di Kelemahan penggunaan antelmintik bila diguna- lambung kelenjar dan banyak mengisap darah. kan secara terus menerus dapat menimbulkan Sebagai akibatnya hewan menjadi anemia dan resistensi obat (6) dan residu dalam jaringan terlihat oedema di rahang bagian bawah (bottle tubuh. Usaha penanggulangan penyakit cacing

      

    jaw) (1). Gejala umum terlihat hewan menjadi dengan menggunakan vaksin merupakan pilihan

      yang terbaik tetapi sayangnya vaksin tersebut

    HASIL DAN PEMBAHASAN

      belum ada di pasaran karena masih dalam taraf penelitian (7). Protein yang berasal dari ekstrak membran saluran pencernaan kemungkinan da- pat digunakan sebagai antigen karena mempu- nyai daya proteksi yang baik. Beberapa peneliti telah memanfaatkan teknik nuklir dengan cara meradiasi larva tiga cacing H. contortus tetapi hasil penelitian ini masih dalam taraf penelitian lapangan di PUSVETMA Surabaya.

      Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh vaksinasi dengan larva yang telah diiradiasi terhadap respon kekebalan pada domba yang diukur dari pertambahan bobot badan pasca pemberian UMMB medicated, gam- baran darah dan uji serum.

      Sedangkan sifat infeksinya ada tiga yaitu hiperakut, akut dan kronik. Tanda-tanda pertama yang terlihat adalah turunnya bobot badan, lemah, kepucatan diselimuti lendir, oedem pada bawah rahang yang disebut juga bottle jaw. Perlu diwaspadai oleh para peternak domba dan kambing agar pengamatan dini pada ternaknya dapat diketahui lebih dahulu.

      Untuk proses pembuatan vaksin dengan iradiasi secara komersial, aman tanpa syarat, para pakar FAO, WHO, dan Division of Atomic

      Energy in Food and Agriculture, telah merekomen- dasikan pada IAEA sejak tanggal 11 Mei 1968.

      Pengambilan sampel darah dengan perla- kuan acak lengkap untuk 12 ekor domba dengan menggunakan parameter untuk dilihat struktur darah, pertambahan bobot badan pasca pemberi- an UMMB medicated, telur cacing dan struktur hati pasca bedah. Cara evaluasi hasil pasca pengamatan semua parameter, setelah diperoleh dari data analisis bahan serum darah dan pasca dipotong hewan percobaan, untuk melihat apa- kah masih ada cacing dalam lambung atau hati dari hewan percobaan. Dosis 500 Gy untuk L3.

      H. concortus dengan menggunakan dosimetri ira-

      diator irpasena 2000 Gy/jam. Bahan larva tiga diperoleh dari Balivert Bogor, UMMB medicated dibuat oleh kelompok Nutrisi Ternak P3TIR BATAN. Percobaan dilaksanakan bekerjasama dengan PUSVETMA Surabaya.

      Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini rancangan acak lengkap (7). Uji antar perlakuan dilapangan sekali, digunakan DUNCAN. Perlakuan : V1 = vaksinasi 2x dengan tantangan, V2 = vaksinasi 2x tanpa tantangan, K = Kontrol infektif.

      Rataan pertambahan bobot badan vaksi- nasi 2 x dengan tantangan = 125 g, vaksinasi 2 x tanpa tantangan = 76 g dan kontrol infektif = 70

      g, (P < 0,01). Rataan eritrosit (x 10 6 ) vaksinasi 2 x dengan tantangan = 6,40, vaksinasi 2 x tanpa tantangan 6,30 dan kontrol infektif = 5,50, (P < 0,01). Rataan PCV (%) vaksinasi 2 x dengan tantangan = 28,50, vaksinasi 2x tanpa tantangan = 28,30 dan kontrol infektif = 27,05, (P < 0,05).

      Rataan daripada Hb (mg %) vaksinasi 2 x dengan tantangan 8,05, vaksinasi 2 x tanpa tantangan = 8,05 dan kontrol infektif 8,03 (P < 0,05). Rataan leukosit (x 10 3 ) vaksinasi 2x dengan tantangan

      10,60, vaksinasi 2 x tanpa tantangan 10,81 dan kontrol infektif = 9,10 (P<0,05). Rataan total protein vaksinasi 2x dengan tantangan = 8,75 mg/ml, vaksinasi 2 x tanpa tantangan 8,35 dan kontrol infektif = 6,20, (P < 0,01). Rataan telur cacing (EPG) vaksinasi 2x dengan tantangan = negatif, vaksinasi 2 x tanpa tantangan negatif dan kontrol infektif = positif.

      Rataan dari pada pertambahan bobot ba- dan yang tertinggi adalah dicapai pada V1 = 125 g, V2 = 76 g, dan K = 70 g/hari, yaitu perlakuan yang dengan vaksinasi iradiasi dan diberikan tantangan. Dengan demikian untuk kelompok ini mampu menahan infeksi cacing dari luar. Seperti yang dikatakan oleh URQUHART (8) dan peneli- tian yang telah dilaksanakan oleh HENDRAWAN di UNIBRAW Malang (11). Kalau dibandingkan hasil penelitian tahun 2002 pertambahan bobot badan V1 = 97 g, V2 = 91 g, dan K = 31,20 g. Jadi perlakuan ini iradiasi pertambahan bobot badan pasca pemberian UMMB medicated per hari lebih tinggi dari pada kontrol. Pengaruh nyata dalam pertambahan bobot badan pasca vaksinasi pada V1, tercipta keadaan hipersensiti- fitas dengan banyak rangsangan timbulnya zat kebal, sehingga dapat menghalangi pertumbuhan larva penantang dan gangguan metabolisme tubuh menjadi berkurang, menyebabkan keadaan kesehatan lebih baik, hewan percobaan akan mengkonsumsi pakan menjadi lebih banyak, akhirnya dapat menyebabkan pertambahan bo- bot badan terutama pada V1 pengaruhnya sangat nyata. (grafik 1). Rataan dari perubahan PCV atau hematokrit menurut SIEGMUND (9) yang menyatakan bahwa naik turunnya hematokrit ada hubungannya dengan pembentukan eritrosit, bila pada perlakuan V1 = 28,50 %, sedangkan produksi eritrositnya juga tertinggi yaitu 6,40 juta/ml berarti perlakuan yang menggunakan iradiasi V1 ini tidak mengalami anemia karena tetap didukung oleh produksi eritrosit yang tinggi, pengaruhnya sangat nyata (P<0,01). (gra- fik 2). Rataan tertinggi eritrosit pada V1 = 10,40 (x 10 6 ) berarti tidak ada pengaruh banyaknya

    BAHAN DAN METODA

    DAFTAR PUSTAKA

      KESIMPULAN

      11. Pertemuan IPTEKDA di Lembang, Bandung (2001)

      10. SCALM, O.W., Tex Book Veterinary Hemato- logy”, Lead, Febiger, Philadelphia (1985) 231-239.

      9. SIEGMUND D.H., “The Merc Veterinary Manual”, Fifth Edition merc co. Inc, Rahway, USA (1979) 32-36.

      JENNINGS, W.I.M M.C. MULLIGAN, “immunity to H. Concortus Relationship between Age an Succesful vaccination with irradiated larvae”. Am. J. Vet Ret. Vol. 16 (1996), 23-29.

      8. URQUHART, G.M W.F.H. JARRET, W.T.

      7. SCEDECOR, G.H., and COCKRAN, statistical Methods, The Iowa State Press, Ames, USA (1959), 134-139.

      6. MUUN E.A, GREENWOOD C A and COAD- WELL W J, Vaccination of young lambs by menas of protein fraction extracted from adult Haemonchus concortus parasi- tology 94 : (1987) 385-397.

      kerusakan eritrosit akibat pemberian vaksin ira- diasi dan pemberian tantangan galur ganas. Ber- tambahnya eritrosit dalam tubuh hewan sesuai dengan jumlah pemberian pada V1 pasca tan- tangan tidak menyebabkan gangguan penurunan jumlah eritrosit atau dengan kata lain dapat dilawan dengan 2 kali pemberian vaksinasi, juga kemungkinan kerusakan abomasum kurang ber- arti dibanding dengan kelompok lain, perbedaan- nya sangat nyata (P< 0,01). Rataan leukosit ter- tinggi pada V2 = 10,81 (x 10 3 ) berarti pengaruh vaksinasi tanpa tantangan mempunyai pengaruh dapat merespon terbentuknya nilai leukosit yang lebih tinggi dari normal, yaitu standar normal adalah 8 — 12 ribu / ml. Berarti mampu menang- kal infeksi dari luar terhadap cacing alam. Rataan pada Hb (mg/%) pada K = 8,03, V1 = 8,50 dan V2 = 8,05 tidak begitu memperlihatkan perbeda- an yang berarti, tetapi kisaran setiap minggunya antara 8 — 10 masih dalam batas kisaran normal, pengaruhnya nyata (P < 0,5). Perataan total pro- tein pada K (mg/ml) = 6,20, V1 = 8,75 dan V2 = 8,35, para pakar seperti NIELSEN dan ANDER- SEN dalam SCALM (10) menyatakan bahwa ada hubungan antara konsentrasi protein terhadap hilangnya protein yang terjadi dalam saluran pencernaan, khususnya dalam kasus penyakit ini dapat menimbulkan hypoproteinemia sebagai akibat dari penyerangan cacing yang hebat, dapat berakibat buruk terhadap jumlah protein., karena banyak darah yang dihisap terutama pada kontrol perbedaannya sangat nyata (P < 0,01). (grafik 3.) Rataan telur cacing juga V1 dan V2 mempunyai nilai negatif, sedangkan kontrol nilainya positif. Semua uraian data di atas dapat dilihat dalam Tabel 1 dan grafik.

      Haemonchus concortus parasitology today 9 : (1993) 338-339.

      4. MUNN E A, Development of vaccine against

      Animal Health and Production 20 : (1998) 122-128.

      3. HANDYANI S W and GATENBY R M, Effect of management system, legume feeding and anthelmintic treatment on the perfor- mance of lambs in North Smatra. Tropical

      2. BERIAJAYA and STEVENSON P, Reduced productivity in small ruminant in Indo- nesia as a result of gastrointestinal nema- tode infections. In livestock Production and disease in the Tropics, (eds M.R. Kainudeen, M. Mahyuddin and J.e. Huhn). Proceedings of the 5 th Confe- rence Institute Tropical Vaterinary Medi- cine, Kuala Lumpur, Malaysia, (1986).

      1. SOULSBYE.J.L. Zhelminths, Anthropods and Protozoa of Domesticated Animals (7ed), Bailliere, Tindall, London (1982). 126- 133.

      Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Pimpinan Instansi yaitu P3TIR, PUSVETMA, dan BALITVET yang telah mem- berikan kesempatan serta segala bantuan sehing- ga penelitian ini dapat diselesaikan, juga para staf dan tenisi yang terlibat dalam penelitian ini.

      Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa perlakuan pada kelompok VI yaitu kelom- pok yang divaksinasi dan diberikan tantangan mempunyai tendensi kekebalan yang lebih baik dari pada perlakuan lainnya yaitu mempunyai kelebihan bobot badan lebih tinggi, begitu juga kemampuan eritrositnya, PCV, Hb, dan telur cacing dan nilai total protein.

      5. MUNN E.A, Rational design nematode vacci- ne againts ; hjidden antigens. Internatio- nal Journal for Parasitology 27 : (1997) 359-366).

    UCAPAN TERIMA KASIH

      Tabel 1. Data rataan hasil peneltian pada H. Concortus pasca pemberian vaksinasi iradiasi dan tantangan.

      7. Telur Cacing (EPG) - - + Nilai dengan hurup yang berbeda terdapat perbedaan yang nyata secara statistik. Keterangan : V1 = Vaksinasi 2 x dengan tantangan V2 = Vaksinasi 2 x tanpa tantangan K = Kontrol efektif Contoh analisis data Tabel 2. Rataan Nilai ERITROSIT dari Kelompok V1, V2 dan K.

      Ke l om pok Pe rl ak u an P e r ta m ba ha n B o bo t B a da n P er H a ri ( g ra m ) Grafik 1. Pertambahan Bobot Badan Per Hari dari perlakuan V1, V2 dan K.

      K

      90 120 150

      60

      30

      K 5,50 ± 2,61

      Perlakuan Rataan Simpangan Baku V1 6,40 ± 2,92 V2 6,30 ± 2,87

      6. Fraksi Total Protein (mg/ml) 8,75 a 8,35 b 6,20 c <0,01

      Perlakuan Parameter

      5. Leukosit (x 10 3 ) 10,60 a 10,81 a 9,10 b <0,05

      4. Hb (mg/%) 8,50 a 8,05 b 8,03 b <0,05

      3. PCV (%) 28,25 a 28,30 a 27,05 b <0,05

      10 6 ) 6,40 a 6,30 a 5,50 b <0,01

      2. Eritrosit (x

      1. Pertambahan BB (g)/hari 125 (a) 76 (b) 70 (c) <0,01

      V1 V2 K P

    V2 V1

      5

      10

      15

      20

      25

      30 K

      V2 V1

      Ke lompok Pe rl akuan P r o s ent a s e N ila i P C

      V ( % ) Grafik 2. Rataan Nilai PCV (Tingkat Anemia) pada perlakuan V1, V2 dan K.

      2 4 6 8 10 K V2 V1

      Ke l ompok Pe rl ak u an N ila i F r a k s i T o ta l P ro te in (m g /m l) Grafik 3. Nilai Fraksi Total Protein dari perlakuan V1, V2 dan K