BAB II LANDASAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pasar Modal - PENGARUH ROA, DER, CR, PBV DAN TATO TERHADAP RETURN SAHAM (Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate and Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2018) - UMBY repository

BAB II LANDASAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pasar Modal Pengertian pasar modal menurut Sunariyah (2011) adalah suatu

  sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk di dalamnya adalah bank- bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Secara formal menurut Tandelilin (2010: 26), pasar modal d apat didefinisikan sebagai: “pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi”.

  Selain menurut para ahli, terdapat pengertian pasar modal menurut UU no 8 tah un 1995 “pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”. Pasar modal menurut kamus pasar uang dan modal adalah pasar konkret atau abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan yang memerlukan dana jangka panjang yaitu jangka satu tahun ke atas.

  Undang-undang nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal telah menggariskan bahwa Pasar Modal mempunyai posisi yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Pertumbuhan sangat bergantung pada kinerja perusahaan Efek. Instrumen yang ada di pasar modal Indonesia yaitu efek yang terdiri dari saham, obligasi dan obligasi konversi, bukti right, dan waran. Kegiatan di pasar modal adalah membeli produk (instrumen) yang diperdagangkan di pasar modal dengan harapan memperoleh return di masa yang akan datang (Sjahrial, 2009: 19).

  Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara yang pada dasarnya mempunyai kesamaan antara satu negara degan negara lain. Hampir semua negara di dunia ini mempunyai pasar modal, yang bertujuan menciptakan fasilitas bagi keperluan industri dan kesulurahan entitas dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal. Terkecuali dalam negara dengan perekonomian sosialis ataupun tertutup pasar modal. Terkecuali dalam negara dengan perekonomian sosialis ataupun tertutup pasar modal bukanlah suatu keharusan.

  Menurut Sunariyah (2011: 7) besar peranan pasar modal pada suatu negara dapat diliat dari segi berikut: a.

  Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjual-belikan. Ditinjau dari segi lain, pasar modal memberikan kemudahan dalam melakukan transaksi sehingga kedua belah pihak dapat melakukan transaksi tanpa melalui tatap muka (pembeli dan penjual bertemu secara langsung). b.

  Pasar modal memberi kesempatan kepada para pemodal untuk hasil (return) yang diharapkan. Keadaan tersebut akan mendorong perusahaan (emiten) untuk memenuhi keinginan para pemodal. Pasar modal menciptakan peluang bagi perusahaan (emiten) untuk memuaskan keinginan para pemegang saham, kebijakan dividen dan stabilitas harga sekuritas yang relatif normal. Pemuasan yang diberikan kepada pemegang saham tercermin dalam harga sekuritas.

  c.

  Pasar modal memberikan kesempatan kepada investor untuk menjual kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya. Dengan beroperasinya pasar modal para investor dapat melikuidasi surat berharga yang dimiliki tersebut setiaap saat.

  d.

  Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian.

  Masyarakat berpenghasilam kecil mempunyai kesempatan untuk mempertimbangkan alternatif cara penggunaan uang mereka.

  Selain menabung, uang dapat dimanfaatkan melalui pasar modal dan beralih ke investasi yaitu dengan membeli sebagian kecil saham perusahaan publik.

  e.

  Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga. Bagi para pemodal, keputusan investasi harus didasarkan pada tersedianya informasi yang akurat dan dapat dipercaya. Pasar modal dapat menyediakan kebutuhan terhadap informasi bagi para pemodal secara lengkap, yang apabila hal tersebut harus dicari sendiri akan memerlukan biaya yang sangat mahal. Selain berperan penting pasar modal juga mempunyai fungsi yang penting dalam perekonomian suatu negara. Fungsi pasar modal menurut

  Martalena dan Malinda (2011: 3) yaitu: 1.

  Fungsi tabungan (savings function) Pasar modal dapat menjadi alternatif bagi masyarakat yang ingin menghindari penurunan mata uang karena inflasi

  2. Fungsi kekayaan (wealth function) Masyarakat dapat mengembangkan nilai kekayaan dan berinvestasi dalam berbagai instrumen pasar modal yang tidak akan mengalami penyusustan nilai sebagaimana yang terjadi pada investasi nyata, misalnya rumah/perusahaan.

  3. Fungsi Likuiditas (liquidity function) Instrumen pasar modal pada umumnya mudah untuk dicairkansehingga memudahkan masyarakat memperoleh kembali dananya dibandingkan rumah dan tanah.

  4. Fungsi pinjaman (credit function) Pasar modal merupakan sumber pinjaman bagi pemerintah maupun perusahaan membiayai kegiatannya.

2. Investasi

  Investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Seorang investor membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah deviden di masa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dari risiko yang terkait dengan investasi tersebut (Tandelilin, 2010). Menurut Sunariyah (2011: 4) investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang.

  Sedangkan menurut Jogiyanto (2012), investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif selama periode waktu yang tertentu. Dengan adanya aktiva yang produktif, penundaan konsumsi sekarang untuk diinvestasikan ke aktiva yang produktif tersebut akan meningkatkan utiliti total. Untuk mencapai suatu efektivitas dan efisiensi dalam keputusan investasi terdapat beberapa tujuan dalam melakukan investasi (Tandelilin, 2010), yaitu: a.

  Mendapat kesejahteraan atau kehidupan yang lebih baik dimasa yang akan datang. Seseorang akan berfikir bagaimana untuk dapat meningkatkan taraf hidupnya untuk memperoleh kehidupan yang lebih layak di masa depan.

  b.

  Membantu mengurangi tekanan inflasi. c. keuntungan dalam investasi yang Terciptanya berkesinambungan (continuity).

  d.

  Penghematan pajak.

3. Saham

  Saham merupakan instrumen pasar modal yang berupa surat bukti kepemilikan atas sebuah perusahaan yang melakukan penawaran umum (go publik) dalam nominal ataupun persentase tertentu. Saham juga dapat diartikan surat berharga yang merepresentasikan penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan (Heykal, 2012: 37). Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012: 5)

  “Saham (stock) merupakan tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut”

  Sifat dasar investasi saham adalah memberikan peran bagi investor dalam memperoleh laba perusahaan. Namun hak tersebut terbatas karena pemegang saham hanya berhak atas bagian penghasilan perusahaan hanya setelah seluruh kewajiban perusahaan dipenuhi. Bagi pihak yang memiliki saham akan memperoleh beberapa keuntungan sebagai bentuk kewajiban yang harus diterima, yaitu: a.

  Memperoleh dividen yang akan diberikan pada setiap akhir tahun.

  b.

  Memperoleh capital gain. c.

  Memiliki hak suara bagi pemegang saham jenis saham biasa. Saham merupakan surat berharga yang paling populer dan dikenal luas di masyarakat. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012:6), ada beberapa jenis saham yaitu: a.

  Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka saham terbagi atas: 1)

  Saham biasa (common stock), yaitu merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling junior terhadap pembagian dividen, dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.

  2) Saham preferen (preferred stock), merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti ini dikehendaki oleh investor.

  b.

  Dilihat dari cara pemeliharaannya, saham dibedakan menjadi: 1)

  Saham atas unjuk (bearer stock) artinya pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lain. 2)

  Saham atas nama (registered stock), merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa pemiliknya, dan dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu. c.

  Ditinjau dari kinerja perdagangnannya, maka saham dapt dikategorikan menjadi: 1)

  Saham unggulan (blue-chip stock), yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen.

  2) Saham pendapatan (income stock), yaitu saham biasa dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya.

  3) Saham pertumbuhan (growth stock-well known), yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. Selain itu terdapat juga

  growth stock lesser known , yaitu saham dari emiten yang

  tidak sebagai leader dalam industri namun memiliki ciri growth stock .

  4) Saham spekulatif (spekulative stock), yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secra konsisten memperoleh penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti.

  5) Saham sklikal (counter cyclical stock), yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum.

4. Return Saham

  Return saham menurut Jogiyanto (2013: 235) adalah hasil yang

  diperoleh dari investasi saham. Return dapat berupa return realisasian yang sudah terjadi atau return ekspektasian yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi dimasa mendatang. Sedangkan menurut Irham Fahmi (2013: 152), return saham adalah return saham adalah keuntungan yang diharapkan oleh seorang investor di kemudian hari terhadap sejumlah dana yang telah ditempatkannya. Pengharapan menggambarkan sesuatu yang bisa saja terjadi diluar dari yang diharapkan.

  Adapun pengertian return saham menurut Brigham dan Houston (2010: 215) adalah selisih antara jumlah yang diterima dengan jumlah yang diinvestasikan dibagi dengan jumlah yang diinvestasikan.

  Return total terdiri dari capital gain (loss) dan yield. Capital gain (loss) merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan

  harga pada periode yang lalu. Jika harga investasi sekarang (P t ) lebih tinggi dari harga investasi pada periode lalu (P t-1 ) berarti terjadi keuntungan modal (capital gain) dan jika sebaliknya, maka terjadi kerugian modal (capital loss). Return total sering disebut return. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa return saham merupakan tingkat pengembalian berupa imbalan yang diperoleh dari hasil jual beli saham.

  Investasi secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menempatkan dana pada satu atau lebih asset selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan atau peningkatan nilai investasi. Konsep risiko tidak terlepas kaitannya dengan return, karena investor selalu mengharapkan tingkat return yang sesuai atas setiap risiko investasi yang dihadapinya.

  Menurut Jogiyanto (2013: 235), return saham dibedakan menjadi dua yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return realisasi (realized return) merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis dan digunakan sebagai salah satu alat pengukur kinerja perusahaan. Sedangkan return ekspektasi (expected return) merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja keuangan dan juga berguna sebagai dasar penentuan

  

return ekspektasi dan risiko di masa mendatang. Dalam melakukan

  investasi investor dihadapkan pada ketidakpastian (uncertainty) antara return yang akan diperoleh dengan risiko yang akan dihadapinya.

  Semakin besar return yang diharapkan akan diperoleh dari investasi, semakin besar pula risikonya, sehingga dikatakan bahwa return ekspektasi memiliki hubungan positif dengan risiko.

  Return menggambarkan hasil yang diperoleh investor dari aktivitas investasi yang telah dilakukan selama periode waktu tertentu, yang terdiri dari Capital Gain (loss) dan Yield (Jogiyanto, 2013: 236). Capital gain

  

(loss) merupakan selisih untung (rugi) dari harga investasi sekarang

  relatif dengan harga periode yang lalu. Yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Dalam penelitian ini return saham yang diperhitungkan adalah return saham yang berasal dari capital gain tanpa memperhitungkan adanya dividend yield. Karena pada dasarnya dividen yang dibagikan nilainya lebih kecil dibandingkan capital gain sehingga tidak terlalu berpengaruh jika tidak ikut diperhitungkan.

  Besarnya dividen yang dibagikan tergantung dari besar kecilnya laba yang diperoleh badan usaha dan kebijakan pembagian dividen.

  = ( ) +

  Capital gain (loss) merupakan selisih dari harga investasi sekarang

  relatif dengan harga periode lalu (Jogiyanto, 2013: 236): −

  −1

  (l ) =

  −1

  Dimana: P t = Harga saham periode sekarang P t-1 = Harga saham periode sebelumnya

  = Harga saham periode sekarang D t = Deviden yang dibayarkan P t-1 = Harga saham periode sebelumnya Namun mengingat tidak selamanya perusahaan membagikan dividen kas secara periodik kepada pemegang sahamnya, maka dalam perhitungan return saham penelitian ini menggunakan realized return.

  2013): =

  t

  Dimana: P

  −1

  = −

  −1 −1

  −

  Dimana: D t = Deviden yang dibayarkan P t-1 = Harga saham periode sebelumnya Sehingga return total dapat dirumuskan sebagai berikut (Jogiyanto,

  Jika harga investasi sekarang (P t ) lebih tinggi dari harga investasi periode sebelumnya (P

  −1

  =

  investasi periode tertentu dari suatu investasi, untuk saham biasa dimana pembayaran periodik sebesar D t rupiah per lembar, maka yield dapat dituliskan sebagai berikut (Jogiyanto, 2013):

  Yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga

  ) berarti terjadi keuntungan modal (capital gain), sebaliknya terjadi kerugian modal (capital loss).

  t-1

  • −1
  • −1
Secara matematis formulasi realized return dapat dirumuskan sebagai berikut (Jogiyanto, 2013: 236): −

  −1

  ℎ =

  −1

  Dimana: P t = Harga saham sekarang P t-1 = Harga saham periode sebelumnya Faktor-faktor yang mempengaruhi reutrn saham (Samsul, 2015: 200) adalah sebagai berikut: a.

  Faktor makro, yaitu faktor yang berada pada luar perusahaan, yaitu: 1)

  Faktor makro ekonomi yang meliputi tingkat bunga umum domestik, tingkat inflasi, kurs valuta asing dan kondisi ekonomi internasional. 2)

  Faktor non ekonomi yang meliputi peristiwa politik dalam negeri, peristiwa politik luar negeri, peperangan, demonstrasi, massa, dan kasus lingkungan hidup.

  b.

  Faktor mikro adalah faktor yang berada di dalam perusahaan, yaitu: 1) Laba bersih per saham. 2) Nilai buku per saham. 3) Rasio hutang terhadap ekuitas. 4) Rasio keuangan lainnya.

5. Laporan Keuangan

  Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi keuangan suatu perusahaan mengenai posisi keuangan apakah keuangan perusahaan dalam keadaan baik atau sebaliknya. Informasi dalam laporan keuangan ini dapat membantu pihak-pihak yang berkepentingan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

  Menurut Kasmir (2016:7), laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Sedangkan menurut Harahap (2015:105), laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.

  Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Laporan keuangan pada umumnya meliputi Neraca, Laporan Laba/Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan Keuangan tersebut merupakan suatu bentuk laporan yang menggambarkan kondisi keuangan perusahaan, perkembangan perusahaan dan hasil usaha suatu perusahaan pada jangka waktu tertentu.

  Tujuan utama pembuatan dan penyusunan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang berguna bagi pihak yang berkepentingan dalam pengambilan suatu keputusan. Menurut Kasmir (2016: 11), tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan adalah: a.

  Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki perusahaan pada saat ini. b.

  Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini.

  c.

  Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu.

  d.

  Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.

  e.

  Memberikan informasi tentang perubahaan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva pasiva dan modal perusahaan.

  f.

  Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode.

  g.

  Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan.

  h.

  Informasi keuangan lainnya. Setiap laporan keuangan yang disusun pasti memiliki keterbatasan tertentu. Menurut Kasmir (2016: 16) mengemukakan bahwa ada beberapa keterbatasan laporan keuangan yang dimiliki perusahaan, yaitu: a.

  Pembuatan laporan keuangan disusun berdasarkan sejara (historis), dimana data-data yang diambil dari data masa lalu.

  b.

  Laporan keuangan dibuat umum, artinya untuk semua orang bukan hanya untuk pihak tertentu saja.

  c.

  Proses penyusunan tidak terlepas dari taksiran-taksiran dan pertimbangan-pertimbangan tertentu. d.

  Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi situasi ketidakpastian. Misalnya dalam suatu peristiwa yang tidak menguntungkan selalu dihitung kerugiannya. Sebagai contoh harta dan pendapatan, nilainya dihitung dari yang paling rendah.

  e.

  Laporan keuangan selalu berpegang teguh kepada sudut pandang ekonomi dalam memandang peristiwa-peristiwa yang terjadi bukan kepada sifat formalnya.

6. Analisis Laporan Keuangan

  Analisis laporan keuangan merupakan bagian penting dari analisis bisnis yang lebih luas. Analisis bisnis merupakan proses evaluasi prospek ekonomi dan risiko perusahaan meliputi analisis atas lingkungan bisnis perusahaan, strategi, serta posisi keuangan dan kinerja keuangan. Berikut pengertian analisis keuangan menurut Kasmir (2016: 66) adalah agar laporan keuangan menjadi lebih berarti sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh berbagai pihak, maka perlu dilakukan analisis laporan keuangan. Hasil analisis laporan keuangan juga akan memberikan informasi tentang kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan. Dengan adanya kelemahan dan kekuatan yang dimiliki, akan tergambar kinerja manajemen selama ini.

  Analisis laporan keuangan bertujuan untuk (Kasmir, 2016: 68): a.

  Mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik aset, kewajiban, ekuitas, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode.

  b.

  Mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan.

  c.

  Mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki.

  d.

  Mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.

  e.

  Melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.

  f.

  Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai.

  Menurut Munawir (2010:31), tujuan analisis laporan keuangan merupakan: Alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan yang bersangkutan. Data keuangan tersebut akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau lebih, dan dianalisa lebih lanjut sehingga akan dapat diperoleh data yang akan dapat mendukung keputusan yang akan diambil.

7. Rasio Keuangan

  Laporan keuangan melaporkan aktivitas yang sudah dilakukan perusahaan dalam suatu periode tertentu. Agar laporan keuangan dapat memberikan informasi yang lebih luas dan mendalam, perlu dilakukan analisis laporan keuangan yang slah satu caranya adalah dengan menggunakan rasio keuangan.

  Menurut Kasmir (2016: 104) Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antarkomponen yang ada di antara laporan keuangan. Sedangkan menurut Harahap (2015:297) rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangandengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).

  Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa rasio keuangan merupakan penggabungan dua angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dengan membagi satu angka dengan angka lainnya.

  Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan, dapat dilakukan dengan beberapa rasio keuangan.

  Setiap rasio keuangan memiliki tujuan, kegunaan dan arti tertentu. Kemudian, setiap hasil dari rasio yang diukur diinterpretasikan sehingga menjadi berarti bagi pengambilan keputusan.

  Berikut adalah bentuk-bentuk rasio keuangan menurut Hery (2015) antara lain adalah rasio likuditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas dan rasio pasar.

  a.

  Rasio Likuiditas Menurut Kasmir (2016: 130), Rasio likuiditas atau sering juga disebut dengan nama rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan komponen yang ada di neraca, yaitu total aktiva lancar dengan total passiva lancar (utang jangka pendek). Penilaian dapat dilakukan untuk beberapa periode sehingga terlihat perkembangan likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu.

  Tujuan dan manfaat rasio likuditas untuk perusahaan menurut Kasmir (2016:132) adalah sebagai berikut:

  1) Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang yang secara jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan untuk membayar kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu).

  2) Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiban yang berumur di bawah satu tahun atau sama dengan satu tahun, dibandingkan dengan total aktiva lancer.

  3) Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau piutang. Dalam hal ini aktiva lancar dikurangi sediaan dan utang yang dianggap likuiditasnya lebih rendah.

  4) Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan.

  5) Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.

  6) Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan utang.

  7) Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode.

  8) Untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-masing komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar.

  9) Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya, dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.

  Bagi pihak luar perusahaan, seperti pihak penyandang dana (kreditor), investor, distributor, dan masyarakat luas, rasio likuiditas bermanfaat untuk menilai kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban kepada pihak ketiga.

  Terdapat beberapa jenis rasio untuk mengukur rasio likuiditas yaitu: 1)

  Rasio lancar (current ratio) Rasio Lancar atau current ratio (Kasmir, 2016: 134), merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan.

  Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rumus yang digunakan untuk menghitung current ratio (CR) adalah sebagai berikut:

  Aktiva lancar ( ) =

  Utang lancar ( ) 2)

  Rasio cepat (quick ratio) Rasio cepat atau quick ratio Kasmir (2016: 138) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka panjang) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan (inventory). dari total aktiva lancar. Hal ini dilakukan karena sediaan dianggap memerlukan waktu relatif lebih lama untuk diuangkan, apabila perusahaan membutuhkan dana cepat untuk membayar kewajibannya dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya. Rumus yang digunakan untuk menghitung quick ratio adalah sebagai berikut:

  − = × 100%

  3) Rasio kas (cash ratio)

  Rasio kas atau cash ratio Kasmir (2016: 138) merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan di bank (yang dapat ditarik setiap saat). Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang- utang jangka pendeknya. Rumus yang digunakan untuk menghitung cash ratio adalah sebagai berikut:

  • =

  × 100% b.

  Rasio solvabilitas (leverage ratio) Menurut Kasmir (2016: 150), rasio solvabilitas atau laverage

  ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh

  mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila peusahaan dibubarkan (dilikuidasi).

  Tujuan perhitungan rasio solvabilitas menurut Kasmir (2016: 153) adalah sebagai berikut:

  1) Untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lainnya (kreditor).

  2) Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang bersifat tetap (seperti angsuran Pinjaman termasuk bunga).

  3) Untuk menilai keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan modal.

  4) Untuk menilai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.

  5) Untuk menilai seberapa besar pengaruh utang perusahaan terhadap pengelolaan aktiva.

  6) Untuk menilai atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.

  7) Untuk menilai berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih, terdapat sekian kalinya modal sendiri yang dimiliki.

8) Tujuan lainnya.

  Jenis-jenis Rasio Solvabilitas adalah sebagai berikut; 1)

  Debt ratio (DR) Menurut Kasmir (2016: 156), debt ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Untuk mengukur besarnya rasio hutang ini digunakan rumus:

  = × 100%

  2) Debt to equity ratio (DER)

  Menurut Kasmir (2016: 157), Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.

  Secara matematis Debt to Equity ratio dapat dirumuskan sebagai berikut: =

  ( ) 100% c.

  Rasio aktivitas (activity ratio) Menurur Kasmir (2016: 172), Rasio aktivitas (activity ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi (efektivitas) pemanfaatan sumber daya perusahaan.

  Tujuan perhitungan rasio aktivitas menurut Kasmir (2016: 173) adalah sebagai berikut:

  1) Untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode.

  2) Untuk menghitung hari rata-rata penagihan piutang (days

  of receivable) , di mana hasil perhitungan ini menunjukkan

  jumlah hari (berapa hari) piutang tersebut rata-rata tidak dapat ditagih.

  3) Untuk menghitung berapa hari rata-rata sediaan tersimpan dalam gudang.

  4) Untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam modal kerja berputar dalam satu periode atau berapa penjualan yang dapat dicapai oleh setiap modal kerja yang digunakan (working capital turn over).

  5) Untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam suatu periode.

  6) Untuk mengukur penggunaan semua aktiva perusahaan dibandingkan dengan penjualan.

  Jenis-jenis rasio aktivitas adalah sebagai berikut: 1)

  Rasio perputaran piutang (receivables turnover ratio) Menurut Kasmir (2016: 176), rasio ini digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berap kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Semakin tinggi rasio menunjukkan bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang semakin rendah (dibandingkan dengan rasio tahun sebelumnya) dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan semakin baik. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:

  ℎ

  =

  −

  2) Rasio perputaran persediaan (inventory turnover ratio)

  Menurut Kasmir (2016: 180), perputaran sediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam sediaan (Inventory) ini berputar dalam suatu periode. Dapat diartikan pula bahwa perputaran sediaan merupakan rasio yang menunjukkan berapa kali jumlah barang sediaan diganti dalam satu tahun. Rumus perhitungannya adalah:

  = −

  3) Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turnover)

  Menurut Kasmir (2016: 184), fixed assets turn over merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. Atau dengan kata lain, untuk mengukur apakah perusahaan sudah menggunakan kapasitas aktiva tetap sepenuhnya atau belum. Perputaran aktiva tetap dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

  = 4)

  Total asset turn over (TATO) Menurut Kasmir (2016: 185), total assets turn over

  (TATO) merupakan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva. Rasio perputaran total aktiva menggunakan rumus:

  = Penjualan Bersih (Net Sales)

  Total Aktiva ( ) d. Rasio profitabilitas (profitability ratio)

  Menurut Kasmir (2016: 196) Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan.

  Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan menurut Kasmir (2016: 196), yaitu:

  1) Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu.

  2) Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.

3) Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.

  4) Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.

  5) Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjman maupun modal sendiri.

  6) Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal sendiri.

7) Dan tujuan lainnya.

  Jenis- jenis rasio profitabilitas adalah sebagai berikut: 1)

  Gross profit margin (GPM) Rasio gross profit margin (GPM) mencerminkan atau menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai setiap rupiah penjualan, atau bila rasio ini dikurangkan terhadap angka 100% maka akan menunjukan jumlah yang tersisa untuk menutup biaya operasi dan laba bersih. Data gross profit margin dari beberapa periode akan dapat memberikan informasi tentang kecenderungan gross profit margin yang diperoleh dan bila dibandingkan standar rasio akan diketahui apakah

  margin yang diperoleh perusahaan sudah tinggi atau

  sebaliknya. Rumus GPM adalah Tandelilin (2001): =

  ℎ × 100%

  2) Operating profit margin (OPM)

  Operating profit margin (OPM) merupakan

  perbandingan antara laba usaha dan penjualan. Menurut Syamsuddin (2009:61) operating profit margin merupakan rasio yang menggambarkan apa yang biasanya disebut pure profit yang diterima atas setiap rupiah dari penjualan yang dilakukan. Disebut murni (pure) dalam pengertian bahwa jumlah tersebut yang benar-benar diperoleh dari hasil operasi perusahaan dengan mengabaikan kewajiban-kewajiban financial berupa bunga serta kewajiban terhadap pemerintah berupa pembayaran pajak. Apabila semakin tinggi

  operating profit margin makan akan semakin baik pula

  operasi suatu perusahaan. Cara menghitungnya adalah dengan rumus: ℎ

  = × 100%

  3) Net profit margin (NPM)

  Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio

  keuangan yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan net income dari kegiatan operasional pokok perusahaan. Net Profit Margin (NPM) berfungsi untuk mengukur tingkat kembalian keuntungan bersih

  NPM menunjukkan perbandingan antara laba bersih dengan penjualan (Hanafi dan Halim, 2005). Rasio ini digunakan untuk menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan yang bersangkutan dalam menghasilkan laba bersih ditinjau dari sudut total penjualannya. Secara sistematis Net Profit Margin dapat dirumuskan sebagai berikut (Robert Ang (1997)):

  = Dengan semakin meningkatnya keuntungan (laba bersih setelah pajak) akan mencerminkan bagian laba dalam bentuk capital gain maupun dividend gain yang diterima oleh pemegang saham semakin besar. Dengan demikian para investor atau calon investor lain akan tertarik untuk menanamkan dananya ke dalam perusahaan tersebut. 4)

  Return on equity (ROE) Menurut Kasmir (2016: 201), hasil pengembalian ekuitas (return on equity/ROE) atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi sebaliknya. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut: ℎ ℎ

  = 5)

  Return On Investment (ROI) ROI menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Laba yang digunakan untuk menghitung rasio ini adalah laba setelah pajak/Earning After tax (EAT). Semakin besar hasilnya maka semakin baik.

  = × 100%

  6) Return on assets (ROA)

  Return On Assets (ROA) menurut Kasmir (2016:

  196) adalah merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROA juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Semakin kecil rasio ini semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan.

  Rumus untuk mencari return on assets dapat digunakan sebagai berikut: ℎ ( )

  = Total aktiva ( ) 100% e.

  Rasio pasar (market ratio) Rasio pasar merupakan rasio yang menghubungkan harga saham terhadap laba, arus kas, dan nilai buku per sahamnya.

  Rasio ini menunjukkan apa yang dipikirkan investor atas kinerja masa lalu dan prospek masa depan perusahaan. Yang termasuk dalam rasio nilai pasar, antara lain:

  1) Earnings Per Share (EPS)

  Earning Per Share (EPS) yaitu laba bersih dibagi

  jumlah saham yang beredar. Rasio ini menggambarkan tingkat pengembalian modal untuk setiap satu lembar saham. Earning Per Share (EPS) merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak pada satu tahun buku dengan jumlah saham yang diterbitkan (Ang, 1997).

  Rasio keuangan ini sering digunakan oleh investor saham (atau calon investor saham) untuk menganalisis kemampuan perusahaan mencetak laba berdasarkan saham yang dipunyai yaitu Earning Per Share (EPS) atau laba per lembar saham. Menurut Hanafi dan Halim

  (2007), Earning Per Share (EPS) biasa digunakan untuk beberapa macam analisis.

  Pertama, Earning Per Share (EPS) digunakan untuk menganalisis profitabilitas suatu saham oleh para analis surat berharga. Earning Per Share (EPS) mudah dihubungkan dengan harga pasar suatu saham dan menghasilkan rasio Price Earning Ratio (PER). Price

  Earning Ratio (PER) merupakan perbandingan antara

  harga pasar suatu saham (market price) dengan Earning

  Per Share (EPS) dari saham yang bersangkutan (Ang,

  1997). Secara matematis Earning Per Share (EPS) dapat dirumuskan sebagai berikut (Soedijono, 1993): ℎ ℎ

  EPS = ℎ ℎ

  2) Price earnings ratio (PER)

  Price Earning Ratio (PER) adalah perbandingan

  antara harga pasar per lembar saham dengan laba per lembar saham. Oleh para investor rasio ini digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa yang akan datang. Kesedian para investor untuk menerima kenaikan PER sangat bergantung pada prospek perusahaan. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan yang tinggi, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung memiliki PER yang rendah. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai brikut:

  ℎ =

  ℎ 100% 3)

  Price to book value ratio (PBV)

  Price to Book Value (PBV) menurut Ang (1997)

  dalam Novitasari (2013) merupakan rasio pasar (market

  ratio ) yang digunakan untuk mengukur kinerja harga

  pasar saham terhadap nilai bukunya. Rasio ini menunjukkan seberapa jauh sebuah perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. Secara matematis Price to Book

  Value dapat dirumuskan sebagai berikut (Toto Prihadi,

  2010): ℎ

  = ℎ

  Dimana:

  Price per share = Harga per saham Book value per share = Nilai buku per saham

  4) Rasio Pendapatan Dividen (Dividend Yield Ratio)

  Dividen yield merupakan sebagian dari total return yang akan diperoleh investor. Biasanya perusahaan yang mempunyai prospek pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai dividend yield yang rendah, karena dividen sebagian besar akan diinvestasikan kembali.

  Kemudian karena perusahaan dengan prospek yang tinggi akan mempunyai harga pasar saham yang tinggi, yang berarti pembaginya tinggi, maka dividend yield untuk perusahaan semacam ini akan cenderung lebih rendah.

  ℎ =

  ℎ 100% 5)

  Rasio Pembayaran Dividen (Dividend Payout Ratio) Rasio ini melihat bagian pendapatan yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor sedangkan bagian lain yang tidak dibagikan akan diinvestasikan kembali ke perusahaan. Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai rasio pembayaran dividen yang rendah. Sebaliknya perusahaan yang tingkat pertumbuhannya rendah akan mempunyai raio yang tinggi. Pembayaran dividen juga merupakan kebijakan dividen perusahaan. Semakin besar rasio ini maka semakin lambat atau kecil pertumbuhan pendapatan perusahaan. Secara matematis dapat disimpulkan sebagai berikut:

  ℎ =

  ℎ 100%

B. Penelitian Terdahulu

  Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan dalam penelelitian ini. Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan return saham dapat disingat dalam tabel 2.1 sebagai berikut:

  Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu

  No Nama Judul Variabel Hasil Peneliti

  1 Ferdina Pengaruh Return 1. dan NPM ROA

  Eka Return On On Asset berpengaruh positif dan Putra dan Asset (ROA), signifikan terhadap return Paulus (ROA), Net saham

  Net

  Kindang Profit Profit 2.

  EPS berpengaruh negatif en (2016) Margin Margin dan tidak signifikan (NPM), dan (NPM), terhadap return saham

  Earning Earning 3.

  ROA, NPM, dan EPS secara simultan berpengaruh

  Per Share Per

  (EPS) Share terhadap return saham terhadap (EPS),

  4. ROA dan NPM pada

  Return Return periode sebelumnya

  Saham Saham berpengaruh positif dan Perusahaan signifikan terhadap return Makanan saham dan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Faktor – Faktor Fundamental Perusahaan pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 55 88

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM (Studi Empiris pada Perusahaan Property & Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2014)

0 11 20

Pengaruh Struktur Aktiva dan Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010-2014

4 50 73

PENGARUH ROE, DER, dan PBV TERHADAP RETURN SAHAM (Studi Kasus Pada Industri Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2004-2013)

1 7 96

PENGARUH ROE, DER, dan PBV TERHADAP RETURN SAHAM (Studi kasus pada industri Real Estate dan Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2004-2013)

2 12 56

PENGARUH ANALISIS RASIO KEUANGAN TERHADAP KEBIJAKAN DEVIDEN (Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

0 0 12

PENGARUH FINANCIAL DISTRESS, UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI (Studi Empiris pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011- 2015)

0 1 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Teori Sinyal (Signaling Theory) - Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal - Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia(2009-2011)

0 0 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal - Analisis Pengaruh Kinerja Perusahaan Dan Kinerja Pasar Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Real Estate Dan Property Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 20