BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal - Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia(2009-2011)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pasar Modal
Menurut Husnan (2003) adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Menurut Usman (1990:62), umumnya surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal dapat dibedakan menjadi surat berharga bersifat hutang dan surat berharga yang bersifat pemilikan. Surat berharga yang bersifat hutang umumnya dikenal nama obligasi dan surat berharga yang bersifat pemilikan dikenal dengan nama saham. Lebih jauh dapat juga didefinisikan bahwa obligasi adalah bukti pengakuan hutang dari perusahaan, sedangkan saham adalah bukti penyertaan dari perusahaan.
Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek (Sunariyah, 2000 : 4). Dilihat dari pengertian akan pasar modal diatas, maka jelaslah bahwa pasar modal juga merupakan salah satu cara bagi perusahaan dalam mencari dana dengan menjual hak kepemilikkan perusahaan kepada masyarakat.
2.1.1 Jenis dan fungsi Pasar Modal
Pasar modal dibedakan menjadi 2 yaitu pasar perdana dan pasar sekunder : 1.
Pasar Perdana (Primary Market) Pasar Perdana adalah penawaran saham pertama kali dari emiten kepada para pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak penerbit (issuer) sebelum saham tersebut belum diperdagangkan di pasar sekunder.Biasanya dalam jangka waktu sekurang-kurangnya 6 hari kerja. Harga saham di pasar perdana ditetukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang go public berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan.Dalam pasar perdana, perusahaan akan memperoleh dana yang diperlukan. Perusahaan dapat menggunakan dana hasil emisi untuk mengembangkan dan memperluas barang modal untuk memproduksi barang dan jasa. Selain itu dapat juga digunakan untuk melunasi hutang dan memperbaiki struktur pemodalan usaha.Harga saham pasar perdana tetap, pihak yang berwenang adalah penjamin emisi dan pialang, tidak dikenakan komisi dengan pemesanan yang dilakukan melalui agen penjualan.
2. Pasar Sekunder (Secondary Market) Pasar sekunder adalah tempat terjadinya transaksi jual-beli saham diantara investorsetelah melewati masa penawaran saham di pasar perdana, dalam waktu selambat-lambatnya 90 hari setelah ijin emisi diberikan maka efek tersebut harus dicatatkan di bursa.Dengan adanya pasar sekunder para investor dapat membeli dan menjual efek setiap saat. Sedangkan manfaat bagi perusahaan, pasar sekunder berguna sebagai tempat untuk menghimpun investor lembaga dan perseorangan.Harga saham pasar sekunder berfluktuasi sesuai dengan ekspetasi pasar, pihak yang berwenang adalah pialang, adanya beban komisi untuk penjualan dan pembelian, pemesanannya dilakukan melalui anggota bursa, jangka waktunya tidak terbatas. Tempat terjadinya pasar sekunder di dua tempat, yaitu:
1. Bursa reguler Bursa reguler adalah bursa efek resmi seperti Bursa Efek Jakarta (BEJ), dan Bursa Efek Surabaya (BES) 2.
Bursa paralel Bursa paralel atau over the counter adalah suatu sistem perdagangan efek yang terorganisir di luar bursa efek resmi, dengan bentuk pasar sekunder yang diatur dan diselenggarakan oleh Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek-efek (PPUE), diawasi dan dibina oleh Bapepam. Over the counter karena pertemuan antara penjual dan pembeli tidak dilakukan di suatu tempat tertentu tetapi tersebar diantara kantor para broker atau dealer.
Adapun fungsi dari pasar modal adalah tempat bertemunya pihak yang memiliki dana lebih (lender) dengan pihak yang memerlukan dana jangka panjang tersebut
(borrower). Pasar modal mempunyai dua fungsi yaitu ekonomi dan keuangan. Di
dalam ekonomi, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender ke borrower. Dengan menginvestasikan dananya lender mengharapkan adanya imbalan atau return dari penyerahan dana tersebut. Sedangkan bagi borrower, adanya dana dari luar dapat digunakan untuk usaha pengembangan usahanya tanpa menunggu dana dari hasil operasi perusahaannya. Di dalam keuangan, dengan cara menyediakan dana yang diperlukan oleh borrower dan para lender tanpa harus terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva riil.
2.2 Saham
Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2011. 5).
1. Ditinjau dari segi kemampuan hak tagih atau klaim a.
Saham Biasa (common stock)
Mewakili klaim kepemilikan pada penghasilan dan aktiva yang dimiliki perusahaan Pemegang saham biasa memiliki kewajiban yang terbatas.
Artinya, jika perusahaan bangkrut, kerugian maksimum yang ditanggung oleh pemegang saham adalah sebesar investasi pada saham tersebut.
b.
Saham Preferen (preferred stock) Saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil, seperti yang dikehendaki investor. Berupa saham biasa karena mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut, dan membayar deviden.
Persamaannya dengan obligasi adalah adanya klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, devidennya tetap selama masa berlaku dari saham, dan memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa.
2. Ditinjau dari cara peralihannya a.
Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks) Pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya.
Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.
b.
Saham Atas Nama (Registered Stock)
Merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, di mana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.
3. Ditinjau dari kinerja perdagangan a.
Blue-Chip Stocks
Saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen b.
Income stock
Saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata – rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya.
Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai.
Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi.
c.
Growth Stocks
(Well – Known) Saham – saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.
(Lesser – Known) Saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri, namun memiliki ciri growth stock. Umumnya saham ini berasal dari daerah dan kurang populer di kalangan emiten.
d.
Speculative Stock
Saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti.
e.
Counter Cyclical Stocks
Saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum.
Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, di mana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi.
Pemegang saham biasa(common stock) dari suatu PT dapat disebut sebagai pemilik sesungguhnya perusahaan tersebut. Kalau kenerja perusahaan buruk, maka pemegang saham ini lah yang akan mengalami dampak langsungnya, yaitu mereka sebagai investor akan kehilangan sebagian atau seluruh investasinya karena sebelum mereka mendapatkan deviden harus didahulukan menyelesaikan kewajiban terhadap pihak lain (seperti kreditur, karyawan, pemerintah, pemegang saham preferen), jika semua itu telah terpenuhi barulah pemegang saham biasa bisa mendapatkan pembagian kasnya. Coba bayangkan apabila kinerja perusahaan baik, maka pemegang saham biasa dapat memperoleh keuntungan karena mereka memiliki seluruh aktiva perusahaan tentunya setelah dipotong seluruh kewajiban yang harus dipenuhi. Pemegang saham biasa tentunya memiliki resiko yang lebih besar, namun mereka juga dapat memperoleh pengembalian yang lebih tinggi pula dari investasi mereka. Diluar batasan yang ada dalam anggaran dasar perusahaan, ada hak2 dasar tertentu yang dimiliki setiap pemegang saham biasa. Hak2 tersebut adalah sebagai berikut : 1.
Memberikan suara dalam pemilihan direksi dan menentukan kebijakan tertentu suatu perusahaan.
2. Memelihara proporsi kepemilikan saham dalam perusahaan melalui
pembelian saham tambahan jika dan ketika saham tambahan tersebut diterbitkan. Hak tersebut adalah hak memesan terlebih dahulu(preemptive right). Istilah saham preferen sering kali disalahartikan karena memberi kesan saham preferen lebih baik daripada saham biasa.Saham preferen tidaklah lebih baik, tetapi hanya berbeda dari saham biasa. Dalam kenyataanya, cara terbaik untuk memandang saham preferen adalah bahwa pemegang saham preferen melepaskan berbagai hak kepemilikan guna mendapatkan beberapa perlindungan yang biasanya dinikmati oleh kreditur. Hak kepemilikan yang dilepas oleh pemegang saham preferen adalah : 1.
Hak suara. dalam banyak kasus, pemegang saham tidak memiliki hak untuk memilih direksi, tetapi hak suara dapat diberikan untuk situasi tertentu. Misalnya, beberapa pemegang saham preferen diberikan hak suara dalam perusahaan jika perusahaan tidak dapat membayar deviden.
2. Pembagian keuntungan (deviden). Deviden yang diterima oleh pemegang saham preferen biasanya tetap jumlahnya. Oleh karena itu jika kinerja perushaan baik, yah sayang sekali mereka tidak bisa ikut menikmati hasil yang baik itu.
3. Jika perusahaan dilikuidasi, pemegang saham preferen didahulukan dalam hal pengembalian investasinya. Jadi dapat disimpulkan perbedaan antara saham preferen dengan saham biasa: 1.
Pada saham biasa mendapatkan hak untuk memilih dewan direksi dan kebijakan tertentu, sedangkan preferen tidak (kecuali dalam situasi tertentu) 2. Deviden pada saham biasa tergantung kinerja perusahaan, kalau baik mereka akan mendapatkan keuntungan setimpal, begitupun sebaliknya.
Tapi untuk saham preveren sudah ditetapkan devidennya.
3. Jika perusahaan gulung tikar atau dilikuidasi, dalam hal pengembalian investasi, pemegang saham preferenlah yang diutamakan daripada pemegang saham biasa.
4. Pada pemegang saham biasa diberi hak untuk memesan kembali, sehingga dapat memelihara proporsi kepemilikan perusahaan, kalau preferen tidak.
2.3 Informasi Atas Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi :
1. Neraca 2.
Laporan laba rugi 3. Laporn perubahan ekuitas
4. Laporn perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan berupa laporan arus kas atau laporan arus dana
5. Catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aset, kewajiban,danekuitas. Sedangkan unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinereja dalam laporan laba rugi adalah penghasilan dan beban.Laporan posisi keuangan biasanya mencerminkan berbagai unsur laporan laba rugi dan perubahan dalam berbagai unsur neraca. Baridwan (1992 : 17) laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama dua tahun buku yang bersangkutan. Menurut Sundjaja dan Barlian (2001 : 47) laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk pihak-pihak yang berkepentingan dengan data keuangan atau aktivitas perusahaan. Sedangkan definisi laporan keuangan menurut Munawir (1991 : 2) laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan. Dapat disimpulkan laporan keuangan adalah laporan akuntansi utama yang mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan ekonomi.
“Laporan laba rugi adalah suatu laoran atas kegiatan-kegiatan perusahaan selama waktu periode akuntansi tertentu”. Pahala Nainggolan (2004) Laporan rugi laba menunjukkan penghasilan dan b iaya operasi, bunga , pajak, dan laba bersih yang diperoleh suatu perusahaan. Bila neraca menyajikan gambaran perusahaan sesaat, maka laporan rugi laba mengikhtisarkan kegiatan-kegiatan untuk memperoleh laba selama satu periode tertentu Perhitungan rugi laba perusahaan harus disusun sedemikian rupa hingga dapat memberikan gambaran dari besarnya kegiatan perusahaan dan hasil dari kegiatan itu. Kegiatan-kegiatan paling jelas tercermin pada jumlah penjualan kotor, penyajiannya adalah sebagai berikut :
1. Harus memuat secara terperinci unsur-unsur dari hasil dan biaya.
2. Dapat disusun dalam bentuk urutan ke bawah (stafel) atau bentuk skontro.
3. Harus dipisahkan antara hasil dari usaha utama dengan hasil usaha lain-lain. Apabila laporan perhitungan rugi laba disusun dengan cara inklusif maka di dalam laporan rugi laba tidak dibagi hanya menunjukkan: saldo laba tidak dibagi awal periode, ditambah laba netto dan elemen-elemen luar biasa, dikurangi deviden yang diumumkan. Apabila laporan perhitungan laba rugi disusun dengan cara current operating performance maka elemen-elemen luar biasa akan Nampak dalam laporan laba tidak dibagi.
2.4 Kinerja Keuangan Dengan Rasio Keuangan
Rasio merupakan alat ukur yang digunakan perusahaan untuk mengenalisis laporan keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Dengan menggunkan alat analisa berupa rasio keuangan dapat menjelaskan dan memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan dari suatu period eke periode berikutnya. Analisis rasio keuangan adalah analisis yang menghubungkan perkiraan neraca dan laporan laba rugi terhadap satu dengan lainnya, yang memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan serta penilaian terhadap keadaan suatu perusahaan tertentu. Analisis rasio keuangan memungkinkan manajer keuangan meramalkan reaksi para calon investor dan kreditur serta dapat ditempuh untuk memperoleh tambahan dana.Dalam mengadakan interpretasi dan analisis laporan keuangan suatu perusahaan, seorang penganalisis memerlukan adanya ukuran atau yardstick tertentu.Ukuran yang sering digunakan dalam analisis keuangan adalah rasio.Pengertian rasio sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam
“aritmatical terms” yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara
dua macam data keuangan.Macamnya rasio banyak sekali, karena dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisis.
Menurut Riyanto (1992 : 329), analisis rasio keuangan adalah proses penentuan operasi yang penting dan karakteristik keuangan dari sebuahperusahaan dari data akuntansi dan laporan keuangan. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menentukan efisiensi kinerja dari manajer perusahaan yang diwujudkan dalam catatan keuangan dan laporan keuangan. Analisis rasio ini memiliki keuanggulan dibanding teknik analisis lainnya. Keunggulan tersebut seperti diuraikan oleh Harahap (1998 : 298) antara lain : 1.
Rasio merupakan angka-angka dan ikhtisar statistic yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilankeputusan dan model prediksi.
5. Menstandarisir ukuran perusahaan.
6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaandengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodic atau time series.
7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.
Adapun keterbatasan analisis rasio menurut Harahap (1998 : 298) ini antara lain : a.
Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.
b.
Keterbatasan yang dimiliki laporan keuangan juga menjadi keterbatasan analisis ini seperti :
1. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran yang dapat dinilai biasa atau objektif.
2. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dari rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar.
3. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio.
4. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda c. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.
d. Jika data yang tersedia tidak sinkron maka akankesulitan dalam menghitung rasio.
e. Jika dua atau lebih perusahaan dibandingkan teknik dan metode yang digunakan berbeda maka perbandingan dapat menimbulkan kesalahan.
2.4.1 Return On Aseet (ROA)
Return On Assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapat
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Return On Assets merupakan perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Return On Assets (ROA) yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan.
Sebaliknya apabila Return On Assets yang negatif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan, perusahaan mendapatkan kerugian. Jadi jika suatu perusahaan mempunyai ROA yang tinggi maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan. Tetapi jika total aktiva yang digunakan perusahaan tidak memberikan laba maka perusahaan akan mengalami kerugian dan akan menghambat pertumbuhan. Baik profit margin maupun total asset
turnover tidak dapat memberikan pengukuran yang memadai atas efektivitas
keseluruhan perusahaan. Profit Margin tidak memperhitungkan penggunaan aktiva ,sementara total asset turnover tidak memperhitungkan profitabilitas dalam penjualan. Rasio Return On Asset atau Return On Investment mengatasi kedua kelemahan tersebut. Peningkatan kemampuan perusahaan dapat terjadi jika ada peningkatan Profit Margin atau peningkatan total asset turn over atau keduanya.
Dua perusahaan dengan Profit margin dan total asset turnover yang berbeda dapat saja memiliki rasio ROA yang sama.(Van Horne 2005:225).
Keunggulan ROA 1.
ROA merupakan pengukuran yang komprehensif dimana seluruhnya mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari rasio ini.
2. ROA mudah dipahami, dihitung, dan sangat berarti dalam nilai absolut.
3. ROA merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit organisasi yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas dan unit usaha.
Kelemahan ROA 1.
Pengukuran kinerja dengan menggunakan ROA membuat manajer divisi memiliki kecenderungan untuk melewatkan project-project yang menurunkan divisional ROA, meskipun sebenarnya proyek-proyek tersebut dapat meningkatkan tingkat keuntungan perusahaan ecara keseluruhan.
2. Manajemen juga cenderung untuk berfokus pada tujuan jangka pendek dan bukan tujuan jangka panjang.
3. Sebuah project dalam ROA dapat meningkatkan tujuan jangka pendek, tetapi
project tersebut mempunyai konsekuensi negatif dalam jangka panjang. Yang
berupa pemutusan beberapa tenaga penjualan, pengurangan budget pemasaran, dan pengguaaan bahan baku yang relatif murah sehingga menurunkan kualitas produk dalam jangka panjang.
2.4.2 Return On Equity (ROE)
Rentabilitas modal sendiri dalam hal ini adalah pengembalian atas ekuitas saham biasa digunakan untuk mengukur tingkat laba yang dihasilkan dari investasi pemegang saham. Investor memandang bahwa return on equity merupakan indikator profitabilitas yang penting, karena return on equity merupakan indikator untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam rangka melakukan tugasnya yakni menghasilkan keuntungan yang maksimal bagi para pemilik modal.
Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2007;74), “Return On Equity merupakan rasio untuk mengukur seberapa banyak keuntungan (laba) yang menjadi hak pemilik modal sendiri.” Sedangkan menurut Irawaty (2006;61), “Return On
Equity atau yang sering disebut dengan rate of return on net worth, yaitu rasio
yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari modal sendiri yang digunakan oleh perusahaan tersebut.”
Kemudian menurut Ross, Westerfield, dan Jaffe (2002;37). “Return On
Equity is defined as net income (after interest and taxes) dividend by average
common stockholders equity.”Artinya, Return On Equity adalah laba bersih yangdibagi (setelah bunga dan pajak) dengan rata-rata modal sendiri.
Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Retun On Equity adalah rasio yang digunakan oleh para investor untuk melihat sejauh mana perusahaan dapat memberikan keuntungan di masa yang akan datang. Atau dengan kata lain, dengan Return On Equity yang tinggi, perusahaan memiliki peluang untuk memberikan pendapatan yang besar bagi para pemegang saham. Dalam hal ini akan berdampak pada peningkatan harga saham.
Banyak hal yang mempengaruhi Return On Equity berfluktuasi yaitu karena berbagai faktor yang terjadi, baik itu dalam perusahaan sendiri maupun luar perusahaan. Menurut Sartono (2001;124), “Return On Equity dipengaruhi oleh besar kecilnya hutang perusahaan. Apabila proporsi hutang makin besar maka rasio ini akan makin besar pula”.
Dari pernyataan diatas maka faktor yang mempengaruhi tingkat Return On
Equity salah satunya adalah tingkat hutang perusahaan. Tingkat hutang
perusahaan yang tinggi maka rasio pengembalian akan tinggi pula. Ini dikarenakan kemampuan perusahaan untuk memberikan keuntungan yang besar kepada para pemegang saham. Karena alasan dana yang tersedia cukup besar yaitu dari dana pinjaman pihak luar, maka perusahaan mampu memberikan keuntungan yang tinggi bagi para pemegang saham. Faktor yang menentukan Return On Equity besar atau kecil sangat bergantung pada kinerja perusahaan itu sendiri. Kinerja perusahaan yang baik akan memberikan tingkat Return On Equity yang baik atau sebaliknya.
Menururt Irswati (2006;61) dari rumus diatas maka dapat dikatakan bahwa faktor yang menentukan tingkat Return On Equity adalah jumlah laba bersih setelah pajak dan dan jumlah total modal sendiri. Jika jumlah laba bersih yang didapat perusahaan tinggi, sementara jumlah total modal sendiri perusahaan rendah, maka tingkat Return On Equity akan tinggi. Namun sebaliknya apabila jumlah laba bersihyang didapat perusahaan rendah sementara jumlah total modal sendiri perusahaan tinggi maka tingkat Return On Equityakan rendah. Menurut Hasnawati (2006) dalam jurnalnya yang berjudul
“penilaian saham, memahami cara-cara berinvestasi di pasar modal”,
mengemukakan bahwa tingkat Return On Equity, yaitu : 1.
Tax (Pajak) Semakin tinggi pajak yang diberikan oleh perusahaan maka Return On Equityakan rendah. Hal ini dikarenakan kas perusahaan yang lebih besar (banyak) digunakan untuk pembayaran pajak 2.
Profit Margin
Semakin tinggi profit margin yang didapat, maka Return On Equity akan semakin tinggi karena tingkat penjualan yang tinggi menunjukkan tingkat keuntungan yang di dapat yang dengan sendirinya jika laba besar maka tingkat Return On Equity akan tinggi pula.
3. Aset Turnover Semakin efisien tingkat perputaran aktiva maka semakin efisien kas perusahaan sehingga tingkat Return On Equityakan tinggi pula. Hal ini dikarenakan kas perusahaan dapat dihemat sehingga kas perusahaan tetap stabil yang berakibat pada tingkat Return On Equity pun akan tinggi.
4. Financial leverage Semakin tinggi tingkat Financial Leverage maka semakin rendah tingkat Return On Equity.Hal ini dikarenakan dengan semakin tinggi tingkat Financial Leverage maka semakin banyak hutang yang digunakan sehingga kas perusahaan lebih banyak untuk membayar hutang.
2.4.3 Gross Profit Margin (GPM)
Gross Profit Margin (GPM), rasio ini menggambarkan efisiensi pengendalian
harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien.
Ratnasari (2009) menyatakan bahwa Gross Profit Margin (GPM) merupakan rasio atau perimbangan antara laba kotor yang diperoleh perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai pada periode yang sama. Gross Profit Margin sangat dipengaruhi oleh harga penjualan, semakin tinggi profitabilitas perusahaan berarti semakin baik. Apabila harga pokok penjualan meningkat, maka GPM akan menurun, begitu pula sebaliknya.
2.5 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Peneliti / Tahun Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
1. Juventus (2008) Pengaruh Rasio Profitabilitas dan Leverage Terhadap Harga Saham Perbankan di Bursa Efek Jakarta
Variabel Indipenden : ROA, ROE, DER, dan DAR.
Variabel Dependen : Harga Saham
Secara Simultan ROE, DER, dan DAR berpengaruh terhadap harga saham, secara parsial, hanya rasio ROE dan DAR yang memiliki pengaruh positif terhadap harga saham
2. Efendi (2009) Pengaruh Rasio Profitabilitas, Rasio Solvabilitas, dan Risiko Sistematis terhadap Harga Saham Property
Variabel Indipenden : ROA, ROE, DER, dan BETA.
Variabel Dependen : Harga
Secara parsial ROA, ROE, dan DAR mempunyai pengaruh positif terhadap harga saham. di Bursa Efek Indonesia
Saham
3. Agustina (2010) Pengaruh Struktur Modal dan Return On Asset Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri Pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI
Variabel Indipenden : Longterm Debt to Equity (LDER), Return On Asset (ROA).
Variabel dependen : Return On Equity (ROE)
Struktur modal dan ROA berpengaruh signifikan dan positif terhadap rentabilitas modal sendiri secara parsial, secara simultan, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa struktur modal dan ROA berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri yang diukur dengan ROE.
4. Yurico (2010) Pengaruh Cash Dividend Coverage, Operating Cash Flow Per Share, Return On Equity, Return On Asset, Total Asset Turn Over, dan Earning Per Share terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI
Cash Dividend Coverage, Operating Cashflow Per Share, Return On Equity, Return On Asset, Total Asset Turn over, dan Earning Per Share dan Harga Saham
Secara simultan cash dividen coverage, operating cash flow per share, return on equity, return on asset turnover, earning per share berpengaruh signifikan. Secara parsial hanya earning per share yang berpengaruh signifikan, sedangkan cash dividend coverage, operating cash flow per share, return on equity, return on assets turnover tidak berpengaruh signifikan.
5 Felik Hendarta G (2011)
Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Real Estate dan Property yang
Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER),
Secara parsial rasio return on equity (ROE), Debt Equity Ratio (DER), dan Price Earning Ratio (PER), tidak berpengaruh terhadap harga saham. Secara simultan Debt Terdaftar di BEI Return On Equity (ROE), dan harga saham
Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), dan Return On Equity (ROE) tidak berpengaruh terhadap harga saham.
6 Mutia Salman (2011)
Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Sarga Saham Pada Perusahaan Real Estate Dan Property Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Debt Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan Harga Saham
Secara parsial variable independen DER, EPS, dan PER tidak berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan ROE berpengaruh signifikan secara parsial terhadap harga saham. Secara simultan DER, ROE, EPS, PER berpengaruh signifikan terhadap harga saham
7 Widyaastuti Pratidina (2011)
Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Bursa Efek Indonesia
Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Return On Investment (ROI), Return On Equity (ROE), dan Harga Saham
Rasio earning per share (EPS), Price Earnings Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Investment (ROI), Dan Return On Equity (ROE) berpengaruh secara simultan terhadap harga saham dan rasio Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Retun On Investment (ROI), dan Return On Equity (ROE) berpengaruh secara parsial terhadap harga saham.
2.6 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian
Kerangka Konseptual dan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Konseptial dan PenelitianH
4 Harga
Saham H
1 Return On Asset
(Y)
(x 1 )
H
2 Return On Equity (x 2 )
H
3 GGross Profit Margin (x 3 )
Dari kerangka konseptual di atas, dapat diketahui bahwa penelitian ini menguji pengaruh ROA, ROE, dan GPM sebagai variable indipenden terhadap harga saham sebagai variable dependen.ROA merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan.ROE merupakan rasio untuk mengukur seberapa banyak keuntungan (laba) yang menjadi hak pemilik modal sendiri.Dan GPMmenggambarkan efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien.
Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan perusahaan.Harga saham senantiasa bergerak dan pergerakan tersebut ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran saham ini sendiri di pasar modal.Bagi investor, harga saham mencerminkan nilai suatu perusahaan.