ARAHAN PEMANFAATAN RUANG BERBASIS MITIGASI BENCANA BANJIR DI KOTA BIMA KECAMATAN RASANAE TIMUR

  

ARAHAN PEMANFAATAN RUANG BERBASIS MITIGASI

BENCANA BANJIR DI KOTA BIMA KECAMATAN

RASANAE TIMUR

Skripsi

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Perencanaan Wilayah dan Kota Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota pada Fakultas Sains dan Teknologi

  UIN Alauddin Makassar Oleh

  

IRWAN

  NIM. 60800112046

  

JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2018

  

ARAHAN PEMANFAATAN RUANG BERBASIS MITIGASI

BENCANA BANJIR DI KOTA BIMA KECAMATAN

RASANAE TIMUR

Skripsi

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Perencanaan Wilayah dan Kota Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota pada Fakultas Sains dan Teknologi

  UIN Alauddin Makassar Oleh

  

IRWAN

  NIM. 60800112046

  

JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2018

  v

KATA PENGANTAR

  AssalamuAlaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

  Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan karunia- Nya sehingga penulisan skripsi ini, yang berjudul

  “Arahan Pemanfaatan Ruang

Berbasis Mitigasi Bencana Banjir di Kota Bima Kecamatan Rasanae Timur

telah diselesaikan sebagai bahan ujian guna memenuhi sebagian syaratawal untuk

  memperoleh gelar sarjana Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota pada Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri “UIN” Alauddin Makassar.

  Walaupun masih jauh dari kesempurnaan penulis sepenuhnya sadar, bahwa dalam penulisan skripsi ini cukup banyak hambatan dan rintangan yang penulis hadapi, namun berkat tekad dan kerja keras serta dorongan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikannya walaupun dalam bentuk yang sederhana.

  Untuk itu pada kesempatan yang sangat berbahagia ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih terutama kepada semua pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini.

  Sebagai bentuk penghargaan penulis, secara khusus penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Keluarga besar penulis terkhusus ibunda Sarfiah dan ayahanda Arsyad serta orang

  vi

  tersayang Nurmini, Tun wirawati, Sarjon, Erwin serta terkhusus saudara angkat DR.Rudi Febriansyah, DR.Rahmat Syafriansah dan si kembar Rika Risa serta para sepupu dan keluarga besar Alm H.amin dan Alm Hj.Habibah yang telah banyak memberikan dorongan moril dan materil dari awal kuliah hingga selesainya tugas akhir ini.

  2. Bapak Prof. Dr. Musafir Pababari, M.Si selaku Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar dan jajaranya.

  3. Bapak Prof. Dr. H. Arifuddin. M. Ag. selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi serta segenap dosen dan staf pada jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

  4. Ayahanda Dr. H. Muhammad Anshar, S.Pt., M.Si., dan ibu Risma Handayani, S.Ip., M.Si., selaku ketua dan sekretaris jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar beserta segenap staf lainnya.

  5. Bapak A.Idham AP, S.T., M.Si selaku pembimbing I dan Risnawati K, S.T,.

  M.Si., selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing penulis hingga rampungnya penulisan Tugas Akhir ini.

  6. Pemerintah setempat yang telah memberikan izin bagi penulis dalam melakukan penelitian terkhusus wilayah Kecamatan Rasanae Timur Kota Bima.

  7. Rekan-rekan PWK yang telah memberikan dorongan dan semangat terutama angkatan PWK 2012 (PENTAGON). vii 8.

  Kakanda alumni PWK 06-011 yang senantiasa memberi dorongan dan berbagi pengalaman kepada penulis beserta adik-adik 013-017 yang banyak membantu penulis.

  9. Teman-teman (Pondok Hidayat) Asmin ,Dar, Dir, Dedi, Auliya, Mulyani S.Pt, Jusman S.Pol, Jae Min dan Afwan S.pd yang selalu mensuport penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini serta (Pondok Sehati) Alim S.pd, Halik S.Hum, Adi S.Ag, Fahmi, Erdin, terkhusus Teman Sekamar Rahmat Nurcahyadi S.Pwk dan Idam Hayyun S.Pwk yang telah memberikan dorongan, Motivasi, semangat dan senantiasa bersama-sama setiap saat.

  10. Rekan dan patner diskusi terbaik adik Rifa yang sudah banyak membantu dan meluangkan waktunya selama penyusunan tugas akhir ini.

  11. Keluarga besar Mahasiswa Pecinta Alam Sultan Alauddin Makassar terkhusus angkatan Dikdas 21 yang banyak memberikan banyak bantuan moril dan materi kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

  12. Terkhusus (Dia) yang selalu memberikan semangat dan motivasi ketika penulis merasa jenuh dan kehilangan arah dalam penyelesaian tugas akhir ini.

  Sebagai insan biasa yang tak pernah luput dari kesalahan dan kehilafan, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

  Untuk itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

  ix ABSTRAK

  Nama Penyusun : IRWAN NIM : 60800112046

  Judul Skripsi : Arahan Pemanfaatan Ruang Berbasis Mitigasi Bencana Banjir

  • di Kota Bima Kecamatan Rasanae Timur Pokok Permasalahan penelitian ini adalah arahan pemanfaatan ruang berbasis mitigasi bencana banjir di Kota Bima Kecamatan Rasanae Timur . Pokok masalah tersebut di-breakdow kedalam dua submasalah atau pertanyaan penelitian, yaitu: 1) Mengidentifikasi kawasan rawan banjir di Kota Bima Kecamatan Rasanae Timur? 2) Bagaimana arahan pemanfaatan ruang berbasis mitigasi bencana banjir di Kota Bima Kecamatan Rasanae Timur?

  Jenis penelitian ini bersifat kualitatif-kuantitatif dengan penedektan penelitian yang di gunakan adalah penelitian terapan yang mencakup survey. Adapun sumber data pada penelitian ini adalah lokasi eksisting wilayah. Pada pengumpulan data metode yang digunakan adalah Observasi Lapangan, Survey Instansi dan Wawancara. Selanjutnya pada teknik pengolahan data dan analisis data dilakukan melalui dua tahapan, yaitu : Analisis Superimpose dan Analisis Deskriptif.

  Dari hasil analisis superimpose dapat diketahui kawasan rawan banjir di Kecamatan Rasanae Timur dan pada analisis deskriptif dapat diketahui arahan pemanfaatan ruang terhadap banjir di Kecamatan Rasanae Timur.

  Output yang dapat dihasilkan dari penelitian ini adalah menjadi dasar bagi pemerintah untuk mampu dalam menetapkan hasil rencana dan memberikan informasi mengenai bencana banjir pada daerah rawan dengan lebih memperketat pemberian izin pembangunan serta pengenaan sangsi sebagai salah satu upaya dalam arahan pemanfaatan ruang tersebut.

  Kata Kunci : Pemanfaatan Ruang, Mitigasi Bencana dan Banjir

  x DAFTAR ISI

  

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i

  HALAMAN PENYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................ ii

  

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI .................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................................ v

  ABSTRAK ................................................................................................................... ix

   DAFTAR ISI .............................................................................................................. .x

DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................xiii

DAFTAR GRAFIK ...................................................................................................ivx

  BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1 A. Latar Belakang .................................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 6 C. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 6 D. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................. 7 E. Sistematika Pembahasan ................................................................................... 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 9 A. Bencana Banjir dalam Pandangan Islam ........................................................... 9 B. Pengertian Umum Bencana dan Banjir ........................................................... 12 C. Pengertian Umum Mitigasi dan Mitigasi Bencana .......................................... 13 D. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Bencana Banjir ....................................... 14 E. Tipologi Kawasan Banjir ................................................................................ 16 F. Parameter-Parameter Kerentanan Banjir ......................................................... 18 G. Identifikasi Daerah Rawan Banjir ................................................................... 19 H. Hubungan Penataan Ruang dan Resiko Bencana ............................................ 20

  xi M.

  Pemanfaatan Sistem Informasi Geografi (SIG) Terhadap Informasi Tingkat Kerentanan Banjir ........................................................................................... 44 N. Kebijakan Rencan Tata Ruang Wilayah Kota Bima Terkait Mitigasi Dan

  Kawasan Rawan Bencana ............................................................................... 45

   BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 50 A. Jenis Penelitian ................................................................................................ 50 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................... 50 C. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ..................................................... 50 D. Variabel Penelitian .......................................................................................... 53 E. Metode Analisis Data ...................................................................................... 54 F. Definisi Operasional ........................................................................................ 59 BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS ............................................................ 60 A. Gambaran Umum Wilayah Kota Bima ........................................................... 60 B. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Rasanae Timur ................................. 62 C. Analisis Kondisi Fisik Dasar........................................................................... 80 D. Analisis Spasial Tingkat Kerawanan Bencana Banjir ..................................... 83 E. Penanganan Kawasan Banjir di Kecamatan Rasanae Timur .......................... 96 F. Keterkaitan Al-Quran dalam Penanganan Kawasan Rawan Bencana Banjir . 103 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................107 A. Kesimpulan…..................................................................................................107 B. Saran................................................................................................................109 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... .xv BIODATA PENULIS .............................................................................................. .xvii

  xii

  DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kebutuhan Data Serta Sumber Data ........................................................ 52Tabel 3.2 Metode Pembahasan dan Analisis ........................................................... 53Tabel 3.3 Klasifikasi Kelas Lereng Jenis Tanah, dan Penggunaan Lahan ............... 54Tabel 3.4 Pembagian Kelas Tingkat Kerawanan Banjir .......................................... 55Tabel 4.1 Luas Wilayah Kecamatan di Kota Bima ................................................. 60Tabel 4.2 Luas Kelurahan Pada Kecamatan Rasanae Timur .................................. 62Tabel 4.3 Luas Kelurahan dan Ketinggian di Kecamatan Rasanae Timur

  Berdasarkan Kelurahan Tahun 2015 ...................................................... 64

Tabel 4.4 Luas Penggunaan Lahan di Kecamatan Rasanae Timur ........................ 69Tabel 4.5 Kepadatan Penduduk di Kecamatan Rasanae Timur 2015 ..................... 72Tabel 4.6 Kerentanan Interval Banjir .................................................................. 78Tabel 4.7 Tingkat Kerentanan Banjir ...................................................................... 91Tabel 4.8 Luas Kawasan Kerawanan Banjir Sedang ............................................... 95Tabel 4.9 Luas Kawasan Kerawanan Banjir Rendah............................................... 96

  DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tipologi Kawasan Rawan Banjir ......................................................... 17Gambar 2.2 Kerangka Pikir ...................................................................................... 49Gambar 3.1 Proses Overlay Peta Kerentanan Banjir ............................................... 58Gambar 4.1 Kondisi Drainase di Kecamatan Rasanae Timur .................................. 75Gambar 4.2 Kondisi Genangan Air di Jalan Yossudarso ......................................... 76Gambar 4.3 Kondisi Genangan Air di Jalan Persatuan Raya ................................... 77Gambar 4.4 Tinggi Genangan Banjir di Daerah Cekungan ..................................... 77Gambar 4.5 Proses Analisis ..................................................................................... 87Gambar 4.6 Kelas Interval Banjir ............................................................................ 89

  xiii

DAFTAR GRAFIK

  Grafik 4.1 Kepadatan Penduduk di Kecamatan Rasanae Timur Tahun2015 .................. 72 xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanfaatan ruang diperkotaan sudah sangat padat dan syarat akan konflik

  kepentingan pemanfaatan lahan. Daya dukung lingkungan seluruh wilayahpun telah terancam, di mana saat ini sebagian besar wilayah perkotaan di Indonesia diidentifikasi sebagai daerah rawan banjir. Banjir adalah aliran air di permukaan tanah (surface water) yang relativ tinggi dan tidak dapat ditampung oleh saluran drainase atau sungai, sehingga melimpah ke kanan dan kiri serta menimbulkan genangan/aliran dalam jumlah melebihi normal dan mengakibatkan kerugian pada manusia. Peristiwa banjir merupakan suatu indikasi dari ketidakseimbangan sistem lingkungan dalam proses mengalirkan air permukaan, dipengaruhi oleh besar debit air yang mengalir melebihi daya tampung daerah pengaliran, selain debit aliran permukaan banjir juga dipengaruhi oleh kondisi daerah pengaliran dan iklim atau curah hujan setempat (Akbar,2012).

  Secara umum ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya bencana banjir. Faktor-faktor tersebut adalah kondisi alam (letak geografis wilayah, kondisi topografi, geometri sungai dan sedimentasi), peristiwa alam (curah hujan dan lamanya hujan, pasang, arus balik dari sungai utama, pembendungan aliran sungai akibat longsor, sedimentasi dan aliran lahar

  2 peruntukan tata ruang di dataran banjir yang tidak sesuai dengan fungsi lahan, belum adanya pola pengelolaan dan pengembangan dataran banjir, permukiman di bantaran sungai, sistem drainase yang tidak memadai, terbatasnya tindakan mitigasi banjir, kurangnya kesadaran masyarakat di sepanjang alur sungai, penggundulan hutan di daerah hulu, terbatasnya upaya pemeliharaan.

  Sebagaimana telah dijelaskan dalam Al- Qur’an pada Surah Ar-Rum ayat 41 yang mengisyaratkan bahwa seluruh kerusakan yang terjadi di muka bumi ini disebabkan oleh ulah maupun kegiatan manusia sebagai berikut : Terjemahanya :

  Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar).(Kementerian Agama RI, Al-

  Qur’an dan Terjemahnya, 2012 ). Sikap kaum musyirikin yang diuraikan ayat-ayat yang lalu, yang intinya adalah mempersekutan Allah, dan mengabaikan tuntunan-tuntunan agama, berdampak buruk terhadap diri mereka, masyarakat dan lingkungan. Ini di jelaskan oleh ayat diatas dengan menyatakan : telah nampak kerusakan

  didarat dan dilaut seperti kekeringan, paceklik, hilangnya rasa aman, dan dilaut seperti ketertenggelaman, kekurangan hasil laut dan sungai,

disebabkan karena perbuatan tangan manusia yang durhaka, sehingga

akibatnya Allah mencicipkan yakni merasakan sedikit kepada mereka

  3

  sebagaidari akibat perbuatan dosa dan pelanggaran mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar.

  Kata zhahara pada mulanya berarti terjadi sesuatu dipermukaan bumi. Sehingga, karena dia dipermukaan, maka menjadi nampak dan terang serta diketahui dengan jelas. Lawannya adalah batbana yang berarti terjadi

  • sesuatu dipermukaan bumi , sehingga tidak nampak. Demikian Al

  Ashfahani dalam maqayis-nya. Kata zhahara pada ayat diatas dalam arti banyak dan tersebar.

  Kata Al-Fasad menurut Al-Ashfahani adalah keluarnya sesuatu dari Kata ini digunakan menunjuk keseimbangan, baik sedikit maupun banyak. apasaja, baik jasmani, jiwa, maupun hal-hal lain. Ia juga diartikan sebagai antonim dari ash-shalah yang berarti manfaat atau berguna. Sementara ulama membatasi pengertian kata al-fasad pada ayat ini dalam arti tertentu seperti kemusyirikan atau pembunuhan Qabil terhadap Habil dan lain-lain.

  Pendapat-pendapat yang membatasi itu, tidak memiliki dasar yang kuat. Beberapa ulama kontemporer memahaminya dalam arti kerusakan lingkungan, karena ayat diatas mengaitkan fasad tersebut dengan kata darat dan laut.

  Jika merujuk kepada Al-Quran, ditemukan sekian banyak ayat yang berbicara tentang aneka kerusakan dan kedurhakaan yang dikemukakan dalam konteks uraian tentang fasad. Antara lain :

  “Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan dibumi untuk

mengadakan kerusakan kepadanya, dan merusak tanam-tanaman dan

  4

  binatang ternak, dan Allah tidak menyukai al-fasad (QS. Al-Baqarah [2] :

  205). Dalam Quran surah Al- Ma’idah [5] : 32, pembunuhan, perampokan, dan gangguan keamanan, dinilai sebagai fasad sedang QS. Al-

  A’raf [7] : 85 menilai pengurangan takaran, timbangan dan hak manusia adalah fasad. Dan masih banyak yang lain. Baca misalnya QS. Al-Imran [3] : 63, Al-Anfal [8] : 73, Hud [11] : 116, An-Naml [27] : 34, Ghafir [40] : 26, Al-Fajr [89] : 12, dan lain-lain. Sehingga pada akhirnya, kita dapat menerima penjelasan Al- Ashfahani diatas, atau keterangan Al-

  Biqa’i yang menyatakan, Al-Fasad adalah “ kekurangan dalam segala hal yang dibutuhkan makhluk.” Benar ! Ulama yang pakar Al- Quran itu menulis makhluk bukan hanya manusia.

  Ayat diatas menyebut darat dan laut sebagai tempat terjadinya fasad itu. Ini dapat berarti daratan dan lautan menjadi area kerusakan, ketidakseimbangan serta kekurangan manfaat. Laut telah tercemar, sehingga ikan mati dan hasil laut berkurang. Daratan semakin panas sehingga terjadi kemarau panjang alhasil, keseimbangan lingkungan menjadi kacau. Inilah yang mengantar sementara ulama kontemporer memahami ayat ini sebagai isyarat tentang kerusakan lingkungan. Bahwa ayat diatas tidak menyebut udara, boleh jadi karena yang ditekankan disini adalah apa yang nampak saja, sebagaimana makna kata zhahara yang telah disinggung diatas ketika turunnya ait ini, pengetahuan manusia belum menjangkau angkasa, lebih- lebih tentang polusi.

  Pelanggaran yang dilakukan manusia tersebut disebabkan oleh keserakahannya dan keinginannya yang berlebihan terhadap lingkungan disekitarnya. Manusia mengingkari petunjuk yang telah digariskan oleh Allah

  5 Subhana Wata’ala, namun itu dilanggar sehingga terjadi bencana yang disebabkan oleh perbuatan manusai sendiri.

  Kota Bima secara topografi memiliki daerah perbukitan dan daerah dataran. Namun disisi lain, keadaan fisik yang seperti ini juga menjadi ancaman sekaligus tantangan dalam pembangunan Kota Bima. Bila pengelolaannya tidak di lakukan dengan bijak justru akan menjadi boomerang bagi Kota Bima karena akan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan (bencana) seperti yang sedang terjadi saat ini yaitu bencana tahunan berupa banjir. Keadaan yang seperti ini akan sangat mengganggu perkembangan Kota Bima. Selain akan mengakibatkan kerugian secara materil, banjir menimbulkan kesan ketidaknyamanan dan mengganggu aktivitas sehingga akan mengganggu pertumbuhan kota. Beberapa bencana banjir yang terjadi di Kota Bima sering kali menelan banyak kerugian, seperti banjir bandang yang terjadi pada tahun 2016 yang telah menelan banyak kerugian material. Hal ini sangat mendorong perlunya ada mitigasi/ pengurangan dampak terhadap hal ini.

  Kecamatan Rasanae Timur merupakan daerah yang paling parah dengan bencana banjir bandang di Kota Bima dengan 21 rumah warga terseret arus deras dan 42 rumah lainya rusak berat serta puluhan sarana umum yang rusak termaksud putusnya jembatan penghubung antara Kecamatan Rasanae Timur Kota Bima dan Kecamatan Wawo Kabupaten Bima (BPBD Kota Bima). Berdasarkan kondisi eksisiting, pemanfaatan lahan di Kecamatan Rasanae Timur terdiri dari berbagai macam aktivitas seperti pemukiman penduduk, perdagangan dan jasa. Dengan wilayah yang

  6 bersebelahan dengan aliran sungai serta sistem drainase yang buruk menjadikan Kecamatan Rasanae Timur rawan terhadap banjir. Hal ini perlu adanya upaya pemanfaatan ruang yang berbasis mitigasi bencana banjir di Kecamatan Rasanae Timur.

  Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul “Arahan Pemanfaatan Ruang Berbasis Mitigasi

  Bencana Banjir di Kota Bima Kecamatan Rasanae Timur

  ”. Fokus penelitian ini adalah mengidentifikasi kawasan rawan banjir yang ada di Kota Bima Kecamatan Rasanae Timur dan menentukan bagaimana arahan pemanfaatan ruang berbasis mitigasi bencana banjir di Kota Bima Kecamatan Rasanae Timur.

B. Rumusan Masalah

   Dari uraian latar belakang di atas, maka pokok permasalahan yang dapat

  dirumuskan : 1.

  Mengidentifikasi kawasan rawan banjir di Kota Bima Kecamatan Rasanae Timur ? 2. Bagaimana arahan pemanfaatan ruang berbasis mitigasi bencana banjir di

  Kota Bima Kecamatan Rasanae Timur ? C.

   Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan dari penulisan ini adalah: 1.

  Untuk mengidentifikasi kawasan rawan banjir di Kota Bima pada Kecamatan Rasanae Timur.

2. Mengetahui arahan pemanfaatan ruang berbasis mitigasi bencana banjir di

  7 Kota Bima pada Kecamatan Rasanae Timur.

  D. Ruang Lingkup Penelitian

  Ruang lingkup wilayah ataulokasi studi yang dijadikan objek penelitian

  2

  berada di Kota Bima dengan luas wilayah 222,25 km .(BPS Kota Bima Tahun 2016). Pengambilan studi kasus di Kecamatan Rasanae Timur, dengan

  2

  luas wilayah 64,07 km (BPS Kota Bima Tahun 2016) dikarenakan bencana banjir rawan diwilayah Kecamatan Rasanae Timur.

  E. Sistematika Pembahasan

  Secara garis besar pembahasan pada penelitian ini terbagi dalam beberapa bagian, antara lain :

BAB I PENDAHULUAN Menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup dan sistematika pembahasan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menguraikan tentang kajian teoritis yang terdiridari bencana banjir

  dalam pandangan islam, pengertian umum bencana dan banjir, pengertian umum mitigasi dan mitigasi bencana, faktor-faktor penyebab terjadinya bencan banjir, tipologi kawasan banjir, parameter-paramater kerentanan banjir, identifikasi derah rawan banjir, hubungan penataan ruang dan resiko bencana, konsep,karakteristik,dan siklus kawasan rawan bencana, prinsip

  8 pengelolaan pengurangan resiko bencana, strategi pengurangan resiko bencana, teknik penanganan kawasan rawan bencana banjir, pemanfaatan sistem informasi geografis (SIG) terhadap informasi tingkat kerentanan banjir serta kebijakan rencana tata ruang wilayah kota bima terkait mitigasi dan kawasan rawan bencana.

  BAB III METODELOGI PENELITIAN Menjelaskan tentang jenis penelitian, lokasi dan waktu peneltian, jenis

  data dan metode pengumpulan data, variabel penelitian, metode analisis, serta defenisi operasional.

  BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS Menguraikan tentang gambaran umum wilayah Kota Bima, gambaran

  umum wilayah kecamatan Rasanae Timur, dan mengidentifikasi kawasan rawan banjir di kecamatan Rasanae Timur dengan analisis kodisi fisik dasar dan analisis spasial tingkat kerawanan bencana banjir, dan membahas penanganan kawasan banjir di Kecamatan Rasanae Timur serta keterkaitan Al-

  Qur’an dalam penanganan kawasan rawan bencan banjir di kecamatan Rasanae Timur.

  BAB V PENUTUP Secara umum menguraikan kesimpulan dan saran.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bencana Banjir dalam Pandangan Islam Manusia diciptakan sebagai khalifah yang akan memimpin dan membina

  kelangsungan alam, dengan segala kebutuhan yang sudah tersedia untuk tetap bertahan dan mengembangbiakkan diri. Manusia dalam mempertahankan diri pasti akan terus bergantung pada alam sekitarnya, hubungan antara manusia dan lingkungannya (alam) harus tetap terbina dengan baik karena merupakan satu- kesatuan, sebagaimana hubungan antara manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan manusia. lingkungan yang terdiri dari unsur biotik (hewan dan tumbuhan) dan unsur abiotik (udara, api, air, cuaca, dan lain-lainl) yang tidak bisa dipisahkan.

  Manusia harus bijaksana dalam memperlakukan alam dan lingkungan guna tetap menjadikan alam sebagai rahmat yang selalu menyediakan segala kebutuhan manusia. Tidak memperlakukan lingkungan dengan semena-mena sehinngga mendatangkan bencana yang akan menimpa manusia itu sendiri. Seperti halnya bencana banjir yang terjadi akibat kelalaian atau ulah manusia itu sendiri yang tidak menjaga dan semena mena terhadap lingkunngan sehingga terjadi perusakan dimuka bumi ini.

  Manusia telah diperingatkan Allah SWT dan Rasul-Nya agar jangan melakukan kerusakan di bumi, akan tetapi manusia mengingkarinya. Sebagaimana dalam firman Allah dalam QS. Al-Baqarah 2 : 11. Terjemahnya : “Dan apabila dikatakan kepada mereka , “Janganlah membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”.(Kementerian Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya. 2012).

  Menurut M. Quraish Shihab dalam tafsir Al-Mishbah terkait dengan ayat diatas dapat dijelaskan bahwa, apabila salah seorang yang telah diberi petunjuk oleh Allah berkata kapada orang-orang munafik, "Janganlah kalian berbuat kerusakan di atas bumi dengan menghalang-halangi orang yang berjuang di jalan Allah, menyebarkan fitnah dan memicu api peperangan," mereka justru mengklaim bahwa diri mereka bersih dari perusakan. Mereka mengatakan, "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang melakukan perbaikan." Itu semua adalah akibat rasa bangga diri mereka yang berlebihan.

  Keingkaran mereka disebabkan karena keserakahan mereka dan mereka mengingkari petunjuk Allah SWT dalam mengelola bumi ini. Sehingga terjadilah bencana alam dan kerusakan di bumi karena ulah tangan manusia.Sebagaimana dalam firman Allah dalam QS. Asy syura 26 : 30.

  Terjemahnya: “Dan musibah apa saja yang menimpa kalian, maka disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan- kesalahanmu)”.(Kementerian Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya. 2012).

  Menurut M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah terkait dengan ayat diatas dapat dijelaskan bahwa, musibah apa saja yang menimpa diri kalian, dan yang tidak menyenangkan kalian, merupakan akibat oleh perbuatan maksiat kalian. Apa saja yang di dunia telah dimaafkan atau diberi hukuman, Allah terlalu suci untuk menghukum hal itu lagi di akhirat. Dengan demikian, Dia tersucikan dari berbuat kezaliman dan memiliki sifat kasih sayang yang besar.

  Bencana banjir tampaknya belum mampu juga merubah tabiat dan prilaku masyarakat dalam mengelola lingkungan. Jika manusia menjalani perintah Allah dengan menjaga kelestarian lingkungan maka tidak akan terjadi bencana, sebagaimana diisyaratkan pada firman Allah dalam QS. Al- A’Raaf 7:96.

  Terjemahnya: ”Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri Beriman dan Bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat

  • –ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”(Kementerian Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya. 2012).

  Menurut M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah terkait dengan ayat diatas dapat dijelaskan bahwa, kalau saja penduduk negeri itu beriman kepada apa yang dibawa oleh para rasul, melakukan pesan- pesan mereka dan menjauhi larangan Allah, maka niscaya mereka akan Kami berikan sejumlah keberkahan dari langit dan bumi berupa hujan, tanaman, buah-buahan, binatang ternak, rezeki, rasa aman dan keselamatan dari segala macam bencana. Tetapi mereka ingkar dan mendustakan para rasul. Maka Kami timpakan kepada mereka hukuman ketika mereka sedang tidur, akibat kemusyrikan dan kemaksiatan yang mereka lakukan. Hukuman yang mereka terima itu adalah akibat perbuatan mereka yang jelek. Dan itu juga merupakan pelajaran bagi orang lain, jika mereka selalu menggunakan akal.

B. Pengertian Umum Bencana dan Banjir

  Bencana (disaster) adalah suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu komunitas sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi, atau lingkungan yang melampaui kemampuan komunitas tersebut untuk mengatasi menggunakan sumber daya mereka sendiri. (Wahana Komputer : 2015)

  Pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard) serta memiliki kerentanan/kerawanan (vulnerability) yang juga tinggi , tidak akan memberi dampak yang hebat / luas jika manusia yang berada disana memiliki ketahanan terhadap bencana (distater resilience). Konsep ketahan bencana merupakan evaluasi kemampuan sistem dan insfraktuktur-infratuktur untuk mendeteksi, mencegah, dan menangani tantangan-tantangan serius yang hadir. Dengan demikian , meskipun daerah tersebut rawan bencana dengan jumlah penduduk yang besar, jika di imbangi dengan ketahanan terhadap bencana yang cukup, maka daerah kerugian yang disebabkan oleh bencana dapat dikurangi.

  Banjir adalah meluapnya aliran sungai akibat air melebihi kapasitas tampungan sungai sehingga meluap dan menggenangi dataran atau daerah yang lebih rendah disekitarnya. Banjir, sebenarnya merupakan fenomena kejadian alam”biasa” yang sering terjadi dan dihadapi hampir diseluruh negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Karena sesuai kodratnya, air akan mengalir dan mencari tempet-tempat yang lebih rendah. (Gramedia Widiasarana Indonesia : 2008).

  Banjir adalah bencana akibat curah hujan yang tinggi dan tidak diimbangi dengan saluran pembuangan air yang memadai sehingga merendam wilayah- wilayah yang tidak dihendaki. Banjir bisa juga terjadi karena jebolnya sistem aliran air yang ada sehingga daerah yang rendah terkena dampak kiriman banjir. (Dr. I. Khambali, S.T., MPPM)

  Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa banjir adalah bencana alam yang disebabkan peristiwa alam seperti curah hujan yang sering menimbulkan kerugian baik fisik maupun material.

  C.

   Pengertian Umum Mitigasi Dan Mitigasi Bencana.

  Mitigasi dapat juga diartikan sebagai penjinak bencana alam, dan pada prinsipnya mitigasi adalah usaha-usaha, baik bersifat persiapan fisik maupun nonfisik dalam menghadapi bencana alam.Persiapan fisik dapat berupa penataan ruang kawasan bencana dank ode bangunan, sedangkan persiapan nonfisik dapat berupa pendidikan tentang bencana alam. (Dr. I. Khambali, S.T., MPPM) Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (UU 24/2007) atau upaya yang dilakukan untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh bencana. (Dr. I. Khambali, S.T.,MPPM) Bentuk bentuk mitigasi anatara lain :

  

1. Mitigasi Struktural (membuat checkdam, bendungan, tanggul sungai , rumah

tahan gempa, dan lain-lain).

  

2. Mitigasi nonstruktural (peraturan perudang-undangan, pelatihan, dan lain-

  lain) D.

   Faktor – Faktor Penyebab Terjadinya Banjir

  Penyebab timbulnya banjir pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) faktor, yaitu : 1.

  Pengaruh aktivitas manusia, seperti: a.

  Pemanfaatan dataran banjir yang digunakan untuk permukiman dan industri.

  b.

  Penggundulan hutan dan yang kemudian mengurangi rsapan pada tanah dan meningkatkan larian tanah permukaan. Erosi yang terjadi kemudian bisa menyebabkan sedimentasi di terusan-terusan sungai yang kemudan mengganggu jalannya air.

  c.

  Permukaan di dataran banjir dan pembangunan di daerah dataran banjir dengan mengubah saluran-saluran air yang tidak direncanakan dengan baik. Bahkan tidak jarang alur sungai diurung untuk dijadikan permukiman. Akibatnya adalah aliran sungai saat musim hujan menjadi tidak lancar dan menimbulkan banjir.

  d.

  Membuang sampah sembarangan dapat menyumbat saluran-saluran air , terutama di perumahan-perumahan.

  2. Kondisi alam yang bersifat tetap (statis) seperti : a.

  Kondisi geografi yang berada pada daerah yang sering terkena badai atau siklon.

  b.

  Kondisi topografi yang cekung, yang merupakan dataran banjir.

  c.

  Kondisi alur sungai, seperti kemiringan dasar sungai yang datar, berkelak-kelok, timbulnya sumbatan atau berbentuk seperti botol (bottle

  neck ), dan adanya sedimentasi sungai membentuk sebuah pulau (ambal sungai).

  3. Peristiwa alam yang bersifat dinamis, seperti: a.

  Curah hujan yang tinggi.

  b.

  Terjadinya pembendungan atau arus balik yang sering terjadi di muara sungai atau pertemuan sungai besar.

  c.

  Penurunan muka tanah atau amblesan setiap tahun akibat pengambilan air tanahyang berlebihan sehingga menimbulkan muka tanah menjadi lebih rendah.

  d.

  Pendangkalan dasar sungai karena sedimentasi yang cukup tinggi.

E. Tipologi Kawasan Banjir

  Menurut Isnugroho (2006), Kawasan rawan banjir merupakan kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana banjir sesuai karakteristik penyebab banjir, kawasan tersebut dapat dikategorikan menjadi empat tipologi sebagai berikut:

  1. Daerah Pantai Daerah pantai merupakan daerah yang rawan banjir karena daerah tersebut merupakan dataran rendah yang elevasi permukaan tanahnya lebih rendah atau sama dengan elevasi air laut pasang rata-rata (meansea

  level) dan tempat bermuaranya sungai yang biasanya mempunyai permasalahan penyumbatan muara.

  2. Daerah Dataran Banjir (Floodplain Area).

  Daerah dataran banjir (Floodplain Area) adalah daerah di kanan-kiri sungai yang muka tanahnya sangat landai dan relatif datar, sehinggaaliran air menuju sungai sangat lambat yang mengakibatkan daerah tersebut rawan terhadap banjir baik oleh luapan air sungai maupun karena hujan local. Kawasan ini umumnya terbentuk dari endapan lumpur yang sangat subur sehingga merupakan daerah pengembangan (pembudidayaan) seperti perkotaan, pertanian, permukiman dan pusat kegiatan perekonomian, perdagangan, industri, dan lain

  • – lain.

  3. Daerah Sempadan Sungai Daerah ini merupakan kawasan rawan banjir, akan tetapi, di daerah dimanfaatkan oleh manusia sebagai tempat hunian dan kegiatan usahasehingga apabila terjadi banjir akan menimbulkan dampak bencanayang membahayakan jiwa dan harta benda.

4. Daerah Cekungan

  Daerah cekungan merupakan daerah yang relatif cukup luas baik didataran rendah maupun di dataran tinggi. Apabila penatan kawasan tidak terkendali dan sistem drainase yang kurang memadai, dapat menjadi daerah rawan banjir. Kawasan tersebut di ilustrasikan dalam gambar dibawah ini :

Gambar 2.1 Tipologi Kawasan Rawan Banjir

  Kliando (1983) dalam Yusuf (2005) menyatakan bahwa kerentanan banjir adalah memperkirakan daerah-daerah yang mungkin menjadi sasaran banjir. Wilayah-wilayah yang rentan banjir biasanya terletak pada daerah datar, dekat dengan sungai, berada di daerah cekungan dan di daerahpasang surut air laut. Sedangkan bentuklahan bentukan banjir padaumumnya terdapat pada daerah rendah sebagai akibat banjir yang terjadiberulang-ulang, biasanya daerah ini memiliki tingkat kelembaban tanahyang tinggi dibanding daerah- daerah lain yang jarang terlanda banjir.

  Kondisi kelembaban tanah yang tinggi ini disebabkan karena bentuklahantersebut terdiri dari material halus yang diendapkan dari proses banjir dankondisi drainase yang buruk sehingga daerah tersebut mudah terjadi penggenangan air.

F. Parameter – Parameter Kerentanan Banjir 1.

  Infiltrasi Tanah Infiltrasi tanah adalah perjalanan air kedalam tanah sebagai akibat gaya kapiler dan gravitasi. Proses terjadinya infiltrasi melibatkan beberapa proses yang saling berhubungan yaitu proses masuknya air hujan melalui pori-pori permukaan tanah, tertampungnya air hujan tersebut kedalam tanah dan proses mengalirnya air tersebut ke tempat lain yang dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah (Asdak, 20014)

2. Kemiringan Lereng

  Kemiringan lereng mempengaruhi jumlah dan kecepatan limpasanpermukaan, drainase permukaan, penggunaan lahan dan erosi. Diasumsikan semakin landai kemiringan lerengnya, maka aliran limpasan permukaan akan menjadi lambat dan kemungkinan terjadinya genangan atau banjir menjadi besar atau sebaliknya.

3. Penggunaan Lahan

  Guna lahan merupakan salah satu faktor yang cukup berpengaruh terhadap tingkat kerentanan banjir yang terjadi. Semakin tinggi kepadatan bangunan dan kurangnya daerah resapan air maka kian rentan wilayah tersebut terhadap banjir.

4. Intensitas Curah Hujan

  Intensitas curah hujan merupakan aspek penting ang menjadi faktor penyebab terjadiny banjir disuatu wilayah, sehingga penilaian terhadap intensitas curah hjan ini menjadi penilaian dalam menetapkan daerah rawan banjir khususnya yang tejadi di wilayah penelitian.

5. Klasifikasi Banjir

  Klasifikasi banjir meliputi luas genangan , kedalama atau ketinggian genangan, lama genangan, dan frekuensi/periode ulang genangan.

G. Identifikasi Daerah Rawan Banjir 1.

  Analisis Bahaya Banjir Analisis bahaya banjir ditujukan untuk mengidentifikasi daerah yang akan terkena genangan banjir.

2. Analisis Tingkat Kerentanan Terhadap Banjir

  Analisis kerentanan ditujukan untuk mengidentifikasi dampak terjadinya banjir berupa jathnya korban jiwa maupun kerugian ekonomi baik dalam jangka pendek ang terdiri dari hancurnya permukimaninfrastruktur, sarana dan prasarana serta bangunan lainnya, maupun kerugian ekonomi jangka panjang yang berupa terganggunya roda perekonomian akibat trauma maupun kerusakan sumberdaya alam lainnya.

H. Hubungan Penataan Ruang dan Resiko Bencana 1.

  Pola Ruang dan Risiko Bencana Pola ruang merupakan distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya, sedangkan resiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu kawasan dan kurun waktu tertentu dalam yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta dan gangguan kegiatan masyarakat. Hubungan antara pola ruang dan risiko bencana adalah seberapa jauh dampak dan kerugian serta risiko suatu bencana terjadi menurut pola peruntukan ruang yang telah . direncanakan.(Muta'ali, 2014) 2. Kawasan rawan bencana dan risiko bencana

  Kawasan rawan bencana bukan sebuah kawasan yang steril dan bersih dari berbagai macam kegiatan manusia termasuk peruntukannya. Banyak dijumpai kasus, areal yang ditetapkan sebagai kawasan banjir, namun dipergunakan untuk permkiman, industri, dan pertanian. Kawasan rawan bencana gunungapi dimanfaatkan untuk pertanian dan permukiman serta pariwisata, bahkan di zona patahan aktif berkonsentrasi penduduk dan perkotaan.Terkait dengan prediksi tingkat risiko bencana di masing- masingkawasan rawan bencana jika peruntukan ruang (khususnya kawasan budidaya) untuk kegiatan lain, maka dapat dikelompokkan beberapa tipe risiko yang akan dihadapi yaitu: a.

  Risiko tinggi, diprediksi terjadi pada kawasan rawan bencana yang alokasi peruntukan ruangnya untuk kegiatan-kegiatan industri, permukiman, periwisata, dan perdagangan jasa. Pada lokasi tersebut terdapat konsentrasi elemen terdampak bencana seperti penduduk, aset masyarakat, infrastuktur, dan lain-lain. Lokasi ini memilki tingkat kerentanan tinggi.

  b.

  Risiko sedang, diprediksi terjadi pada kawasan rawan bencan yang alokasi peruntukan ruangnya untuk kegiatan-kegiatan pertanian seperti pertanian lahan basah, perkebunan, perikanan, peternakan dan pertambangan. Lokasi tersebut dicirikan dengan kepadatan penduduk yang sedang dan jumlah asset serta infrastruktur yang lebih rendah dibandingkan dengan peruntukan permukiman, industri dan perdagangan jasa. Lokasi ini memiliki tingkat kerentanan bencana yang yang relatif menengah (sedang).

  c.

  Risiko rendah, diprediksi terjadi pada kawasan rawan bencana yang alokasi peruntukan ruangnya untuk kegiatan pertanian, khususnya pertanian lahan kering yang umumnya dicirikan dengan kepadatan rendah dan produktivitas lahan yang rendah pula, sehingga tingkat kerentanan bahaya juga rendah. Pada wilayah tipe ini tingkat ancaman yang paling tinggi adalah bahaya kekeringan.

  d.

  Risiko sangat rendah, diprediksi terjadi pada kawasan rawan bencana yang alokasi peruntukan ruangnya untuk kegiatan hutan produksi, dimana pada areal hutan umumnya tidah berpenghuni atau sangat rendah jumlah penduduk di dalamnya. Jika terdapat peduduk umumnya di areal sekitar hutan yang jumlahnya sedikit dan terpencar. Selain itu aset produksi hutan tidak rusak akibat bencana atau masih bisa dimanfaatkan, kecuali jika terjadi adalah bencana kebakaran hutan. Dengan kata lain di luar bencana kebakaran hutan, tingkat resiko bencana (lainnya) pada lokasi ini dapat digolongkan tingkat sangat rendah.