HUBUNGAN KUALITAS TIDUR TERHADAP KONSENTRASI MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG SEBELUM MENGIKUTI UJIAN -
HUBUNGAN KUALITAS TIDUR TERHADAP
KONSENTRASI MAHASISWA F A K U L T A S
KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG SEBELUM
M E N G I K U T I UJIAN
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat memperoieh gelar
Sarjana Kedokteran (S.Ked)
Oleh:
M. FARHAN RAHMADI
NIM: 70 2013 017
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2017
HALAMAN PENGESAHAN
HUBUNGAN KUALITAS TIDUR TERHADAP KONSENTRASI
MAHASISWA F A K L U T A S K E D O K T E R A N UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PALEMBANG S E B E L U M
MENGIKUTI UJIAN
Dipersiapkan dan disusun oleh
M. FARHAN RAHMADI
NIM : 70 2013 017
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoieh Gelar
Sarjana Kedokteran (S.Ked)
Pada tanggal 1 I Februari 2017
Menyetujui:
J i ^ / — Dr. dr. Irfannuddim S p . K O , M.Pd.Ked
Pembimbing Pertama
dr. Mila Fadliya Bustan
Pembimbing Kedua
Dekan
SjKedokteran
N B M / N I D N . 1062484/0020084707
I
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini Saya menerangkan bahwa:
1. Karya Tulis Saya, skripsi ini adalah asli dan belum pemah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik, baik di Universitas Muhammadiyah Palembang,
maupun Perguruan Tinggi lainnya.
2. Karya Tulis ini murni gagasan, rumusan, dan penelitian Saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing.
3. Dalam Karya Tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah dituiis
atau dipublikasikan orang Iain, kecuali secara tertulis dengan dicantumkan
sebagai
acuan dalam naskah
dengan
disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini Saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka Saya
bersedia menerima sanksi akademik atau sanksi lainnya sesuai dengan norma
yang berlaku di Perguruan Tinggi ini.
Palembang, 27 Januari 2017
Yang membuat pernyataan
M . rarhan Rahmadi
N I M . 702013017
ii
PERSETUJUAN PENGALIHAN HAK PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN A K A D E M I S
Dengan Penyerahan naskah artikel dan softcopy berjudul: "Hubungan Kualitas
Tidur Terhadap Konsentrasi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang Sebelum Mengikuti Ujian" Kepada Unit Penelitian
dan Pengabdian
Masyarakat (UP2M) I-akultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang ( F K - U M P ) , Saya:
Nama
NIM
Program Studi
Fakultas
Jenis Karya Ilmiah
M . Farhan Rahmadi
702013017
Pendidikan Kedokteran Umum
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang
Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, setuju memberikan kepada F K - U M P .
Pengalihan Hak Cipta dan Publikasi Bebas Royalti atas Karya Ilmiah, Naskah,
dan softcopy dialas. Dengan hak tersebut, F K - U M P berhak menyimpan,
data
(database),
mengalihmedia/
formatkan, dalam bentuk
pangkalan
mendistribusikan, menampilkan, mempublikasikan di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis, tanpa perlu meminta izin dari Saya, selama tetap
mencanlumkan nama Saya, dan Saya memberikan wewenang kepada pihak F K U M P unluk menentukan salah satu Pembimbing sebagai Penulis Utama dalam
Publikasi. Segaia bentuk lunlutan hukum yang timbu! atas pelanggaran Hak Cipta
dalam Karya Ilmiah ini menjadi tanggungjawab Saya pribadi.
Demikian pernyataan i n i , Saya buat dengan sebenamya.
Dibuat di
Palembang
Pada tanggal
14Februari2017
Yang Menyetujui.
M . Farhan Rahmadi
N I M 702013017
HALAISIAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO
Sesunggufinya pelincfungfu iafdhOih 'Yang teCah menurunfgn jHKjtaS
(Af Quran)
dan (Dia meCindungi orang-orangyang saleh..
(Q,S.M-A'rqf:m)
"Untuk Diriku, Tetap Rendah Hati dan Jangan Menyerah"
-F34
Alhanidulilhihirobbiralamin dengan izin-Mu ya Allah, ku perscmbahkan
karya
teibaik ini untuk :
)^ Ayah dan Ibuku tercinta, T r i Satia Hadi dan Fatimah Tuzuhro yang selalu
mendoakan,
memberikan nasihat, semangat, dan bimbingan agar menjadi
pribadi yang baik dan kuat. Terimakasih sudah menjadi panutanku.
>• Adik-adikku tersayang, M . Dzaky jalalludin dan Firdina Camilla yang selalu
membuatku
termotivasi unuik menjadi
lebih Iiaik dan
melewati segaia
rintangan.
y
Pembimbing Dr. dr. Irfannuddin, Sp. K t ) , M.Pd.Ked dan dr. Mila Fadliya
Bustan
yang
memberikan
masukan
dan
meluangkan
waktunya
untuk
membimbing agar meixjadi lebih baik.
y
Sahabat dalam menelusuri jaian Allah, Yogi Kurniawan, Ahsanul Khuluqi,
Retza Prawira,
Farhruridho
Kusbari, Egi Anugrah Ramadhan, dan
Efri
Handriansyah.
>^ Seluruh teman-teman angkatan 2013 yang berjuang bersama. Sukses untuk kita
semua, reman sejawat.
iv
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
S K R I P S I , 27 J A N U A R I 2017
M. FARHAN RAHMADI
HUBUNGAN KUALITAS TIDUR TERHADAP KONSENTRASI
MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH P A L E M B A N G S E B E L U M M E N G I K U T I UJIAN
XV + 68 Halaman + 8 Tabel + 5 Gambar + 8 lampiran
ABSTRAK
Dewasa
i n i . banyak
individu
yang
kesuiitan
berkonsentrasi
dalam
aktivitasnya, hal i n i dipengaruhi oieh banyak faktor dan salah satunya adalah
kualitas tidur. Penelitian ini bertujuan unluk mengetahui hubungan kualitas
tidur terhadap konsentrasi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang sebelum mengikuti ujian. Desain penelitian ini
Observasionai Analitik dengan
metode Cross Sectional. Cara pengambitan
sampel
sampling. Sampel
dengan
metode
total
penelitian ini adalah
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang
yang memenuht kriteria inklusi dan ekslusi. Hasil, jumlah responden yang
memiliki kualitas tidur dan konsentrasi yang baik adalah 28 orang (8,8%),
responden dengan kuaiitas tidur baik dan konsentrasi buruk adalalt 17 orang
(5,3%), responden dengan kualitas tidur buruk dan konsentrasi baik adalait
104 orang (32,5yo), dan responden dengan kualitas tidur dan konsentrasi
buruk
adalah
171 orang
(53,4%). Kesiinpulan penelitian i n i terdapat
hubungan bermakna antara kualitas tidur terhadap konsentrasi mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang dengan p value
(0.002)
R E F E R E N S I : 33 (1935-2012)
K A T A K U N C I : Kualitas Tidur, Konsentrasi, Stroop test, Pittsburhg Sleep
Quality Index
iv
UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH
MEDICAL
FACULTY
PALEMBANG
MINI-THESIS, 27 JANUARY2017
M. FARHAN RAHMADI
CORELA TION BETWEEN SLEEP QUALITY A GAINST CONCENTRA
ON MEDICAL STUDENT UNIVERSITY OF
MUHAMMADIYAH
EXAM.
PALEMBANG BEFORE FOLLOmNG
TION
XV +68 page + 8 table + 5 Image + 8 attachments
ABSTRACT
Lots of person have a problem to concentrate on his activities, that can be caused
by many factors and one of them is the quality of sleep. This research aims to
determine the correlation between sleep quality against concentration on medical
student University of Muhammadiyah Palembang before following exam. The
research design was observational analytic with cross sectional method
Samples
were students of the Faculty of Medicine.
University of
Muhammadiyah
Palembang who conform the inclusion and exclusion criteria. The results, the
number of respondents who have good quality of sleep and concentration is 28
people (8.8%), respondents with good quality of sleep but bad concentration are
17 people (5.3%), respondents with bad quality of sleep and good concentration
was 104 people (32.5%), and respondents
with bad quality of sleep and
concentration was 171 persons (53.4%). In conclusion, there is a significant
correlation between sleep quality to concentration Faculty of Medicine students
Muhammadiyah University Palembang withp value (0.002)
REFERENCE:
33 (1935-2012)
KEY WORDS: Sleep quality, Concentration,
Quality Index
V
Stroop test, Pittsburhg Sleep
K A T A
PENGANTAR
Fuji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas segaia rahmat dan
karunia-Nya sehingga
peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini. Salawat
beriring salam selalu tercurah kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad
SAW beserta para keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini jauh dari sempuma. Oleh karena
itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
perbaikan di masa mendatang.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segaia amal yang
diberikan kepada semua orang yang telah mendukung peneliti dan semoga hasil
penelitian ini bennanfaat
bagi kita dan perkembangan
ilmu
pengetahuan
kedokteran. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.
Palembang,
vi
^ J?
Januari 2017
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERNYATAAN
HALAMAN PUBLIKASI
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN M O T T O
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR T A B E L
DAFTAR GAMBAR
DAFIAR LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penelitian
1.4. Manfaat Penelitian
i .4. i . Manfaat Teoritis
1.4.2. Manfaat Praktis
1.5. Keaslian Penelitian
i
ii
iii
iv
vi
vi
vii
ix
x
xi
xii
I
3
3
4
4
4
4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Tidur
2.1.2. The Pittsburgh Sleep Quality Index
2.1.3. Fungsi Kognitif.
2.1.4. Stroop Test
2.1.5. Hubungan antara Tidur dan Konsentrasi
2.2. Kerangka Teori
2.3. Hipotesis
6
6
21
23
26
27
28
29
BAB HI. M E T O D E P E N E L I T I A N
3.1. Desain Penelitian
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
3.3.2. Sampel dan Perhitungan Besar Sampel
3.3.3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.3.4. Teknik Pengambilan Sampel
3.4. Variabei Penelitian
3.4.1. Vtm2AyQ\ Dependent
3.4.2. V2in?Y)^\ Independent
3.5. Derinisi Operasional
30
30
30
30
30
31
31
31
31
31
31
vii
3.6.1. Cara Pengumpulan Data
3.7. Cara Pengolahan dan Analisis Data
3.7.1. Caia Pengolahan Data
3.7.2. Analisis Data
3.8. Alur Penelitian
3.9. Jadwal Kegiatan
BAB IV. H A S I L DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.2. Pembahasan
BAB V. K E S I M P U L A N DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
32
33
33
34
35
36
39
41
42
xiii
43
DAFTAR T A B E L
Tabel
1.1.
3.1.
3.2.
4.1.
4.2.
4.3.
4.4.
4.5.
Keaslian Penelitian
Deifmisi Operasional
Jadwal Kegiatan
EHstribusi Responden berdasm-kan Jenis Kelamin
Distribusi Responden berdasarkan Usia
Distribusi Responden berdasarkan Kualitas Tidur
Distribusi Responden berdasarkan Konsentrasi
Hubungan Kuaiitas Tidur dengan Konsentrasi
ix
Halaman
4
26
30
36
37
37
38
38
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
3.1.
Haiaman
10
13
18
28
35
Tahap- tahap siklus tidur
Diagram Homeostat tidur
Siklus bangun tidur.
Kerangka Teori
Alur Penelitian
X
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Lembar Penjelasan Kepada CaJon Subjek
Lembar Perselujuan Setelah penjelasan
Lembar Stroop test.
Lembar PSQI
Cara Skoring Kuisioner PSSQI
Data Penelitian
Table Analisa Statistik
Dokumentasi
XI
Halaman
41
43
44
46
49
50
64
68
B A B I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perlu
diketahui
bahwa
tidur
merupakan
suatu
hal
yang
sangat
dibutuhkan oleh tubuh, secara primer, tidur memiliki peran tersendiri bagi otak.
Tidur menyediakan waktu bagi otak untuk pulih kembali. Selama tidur, otak dapat
memproses informasl, memperkuat memori, mengelompokkan informasi yang
telah ada dan memberikan kesempatan untuk belajar dan berfungsi secara efektif
pada siang hari (Robotham, 2011).
Pada manusia, kualitas dan kuantitas
dari tidur sangatlah penting.
Remaja usia 12-18 tahun memeriukan waktu tidur 8-9 jam per hari. Saat
seseorang mencapai tahap dewasa, mereka cenderung memeriukan waktu tidur 78 jam per hari. (Benaroch, 2012). Saat tubuh tidak mendapatkan waktu tidur
yang cukup maka tubuh menyimpan suatu keadaan yang disebut 'sleep debf
yang dapat diganti hanya
meialui tidur. Hal ini diatur oleh suatu mekanisme
dalam tubuh yang disebut sebagai "sleep homeostat", yang mengatur keinginan
untuk tidur. Jika jumlah 'sleep
debf
besar, maka "sleep homeostaC
akan
memberitahukan bahwa tubuh perlu tidur lebih banyak (Robotham, 2011).
Kualitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah keadaan
ruang tidur, peralatan yang digunakan saat tidur, posisi tidur, ada atau tidaknya
depresi ataupun
gangguan
tidur,
dan
lama
tidur.
Walaupun
lama tidur
mempengaruhi efektivitas aktivitas saat terjaga, kualitas tidur lebih berperan
dalam efektivitas saat terjaga (Smith, 2012; Mote, 2010).
Kualitas tidur juga dipengaruhi
oleh neurotransmitter
dan hormon.
Neurotransmitter dalam kondisi normal dapat menciptakan kondisi tidur yang
baik dan bekerja lebih baik pula di dalam tubuh sesuai dengan fungsinya. Namun,
gangguan tidur
dapat mengacaukan neurotransmitter
yang kemudian dapat
mengganggu fungsi tubuh yang lain, salah satunya adalah fungsi kognitif. Salah
satu contohnya
adalah norepinefrin, pada siklus tidur normal, norepinefrin
berkurang untuk menciptakan kondisi tidur atau istirahat. Hal ini baik bagi tubuh
1
2
karena norepinefrin yang beriebihan dapat membuat kondisi seperli tremor dan
cemas. Melatonin dan serotonin juga berperan dalam kondisi tidur, kadar kedua
neurotransmitter ini akan meningkat untuk menciptakan kondisi mengantuk dan
akan menurun seiring kondisi tidur mulai tercapai dan menjadi sangat rendah saat
terbangun. Pada kondisi gangguan tidur melatonin dan serotonin terus meningkat
untuk membuat tubuh beristirahat, tingginya kadar melatonin dan serotonin akan
menimbulkan efek seperti mudah lemas, mengantuk, kcsadaran yang berkurang,
kecemasan dan gangguan fungsi kognitif (Hall et al, 2000). Kuaiitas tidur yang
buruk memiliki efek negatif baik terhadap kesehatan fisik maupun psikologi
seseorang. Gangguan kuaiitas tidur memiliki kaitan yang besar dengan depresi
dan kecemasan (Augner, 2011).
Pada penelitian sebelumnya
yang berjudul Hubungan Kualitas Tidur
dengan Konsentrasi Belajar pada Remaja di Yogyakarta, didapatkan hubungan
yang bermakna dengan P=0,02. Subyek penelitian yang dilakukan adalah remaja
usia antara 17-25 tahun temtama yang mengaiami obesitas, dikarcnakan obesitas
dapat
menyebabkan
Obstruktif
Sleep
Apnea
Sindrom (OSAS)
sehingga
menggangu kualitas tidur para remaja. Sedangkan pada penelitian yang berjudul
Hubungan kualitas tidur dengan konsentrasi belajar siswa SD Muhammadiyah
Wirobrajan 3 Yogyakarta tahun 2010, didapatkan juga hubungan yang bermakna
dengan P=0,004 hal ini menunjukan bahwa kualitas tidur dapat mempengaruhi
konsentrasi seseorang baik anak-anak ataupun dewasa.
D i Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang menganut
sistem PBL {Problem
Based Learning)
dimana mahasiswa lebih aktif dalam
proses belajar yang dikenal dengan istilah adult learning yang berbeda dengan
sistem fakultas lain. Dalam sistem PBL, mahasiswa mempunyai beban kuliah
yang sama dan mendapat perlakuan yang sama. Pada sistem ini, ujian diadakan
satu kali tiap beberapa minggu yang dikenal dengan istilah ujian blok. Nilai akhir
mahasiswa merupakan gabungan dari tiga komponen, yaitu ujian Mutiple Chaise
Question (MCQ), ujian Objective Structured Clinical Examination (OSCE) dan
Student Oral Case Analysis (SOCA), sehingga prestasi akademik memenuhi
segaia aspek yang ada, yaitu pemecahan tulisan dari penilaian ujian tulis,
3
peniiaian lisan dari diskusi tutorial dan keterampiian dari penilaian skills lab.
Hal ini menyebabkan
mahasiswa
harus aktif mencari informasi dan
menguasai matcri yang akan di ujikan, terutama pada satu minggu sebelum ujian
berlangsung yang menyebabkan mahasiswa kekurangan waktu untuk tidur dan
tidur
menjadi
kemampuan
gangguan
tidak nyaman.
Gangguan
kualitas tidur berimpllkasi pada
akademik dari individu tersebut, menurut
beberapa penelitian
kualitas tidur hampir dapat dipastikan mempengaruhi
performa
akademik terutama pada wanita (Abdulghani et al. 2012).
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dilakukan penelitian
apakah terdapat hubungan antara kualitas tidur dan konsentrasi seseorang sebelum
mengikuti sesi ujian blok di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana hubungan kualitas tidur terhadap konsentrasi mahasiswa
sebelum mengikuti ujian?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan kualitas tidur terhadap konsentrasi mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang sebelum
mengikuti ujian.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui kualitas tidur pada mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang
2. Mengetahui tingkat konsentrasi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang
4
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengembangan ilmu
pengetahuan dalam bidang kedokteran dan kesehatan mengenai kuaiitas
tidur dan konsentrasi.
1.4.2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk
menambah
wawasan
tentang
hubungan
kualitas
tidur
terhadap
konsentrasi sebagai sumber ilmu dan informasi.
b. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada
masyarakat mengenai pentingnya kualitas tidur terhadap konsentrasi.
c. Bagi peneliti
dapat memperiuas wacana ilmu pengetahuan dan diharapkan penelitian
ini dapat dijadikan landasan untuk penelitian seianjutnya.
1.5, Keaslian Penelitian
Tabel I . l . Daftar penelitian sebelumnya
Judul
Peneliti
Metodelogi
Hubungan
Khairun
Cross sectional
antara Kualitas
Nisak
Jumlah sampel: 157
Tidur dengan
Konsentrasi
Variabei Bebas:
Belajar dan
kualitas tidur
Indeks Prestasi
Mahasiswa
Variabei Terikat:
Program D i l i
konsentrasi
kebidanan
STIKES
Aisyiyah
Yogyakarta
Hubungan
Izka
Cross sectional
Kualitas Tidur
Sofiyya
Jumlah sampel: 300
dengan
Metode quota
Konsentrasi
sampling
Belajar pada
Variabei Bebas:
Hasil
Terdapat hubungan
antara kualitas tidur
dengan indeks prestasi
belajar mahasiswa
P=0,042 (p NPXM taliap III
> NREMtaliapIV
Tidur REM
NREM tahap IV ^ NREM tahap HI
Gambar 2.1. Tahap-tahap siklus tidur
Sumber: Potter & Perry, 2005
Siklus ini merupakan salah satu dari irama sirkadian yang merupakan
siklus dari 24 j a m kehidupan manusia. Keteraturan irama sirkadian ini
juga merupakan keteraturan tidur seseorang. Jika terganggu, maka flingsi
fisiologis dan psikologis dapat terganggu (Potter & Perry, 2005).
E . Pola Tidur
Pola tidur Juga memiliki peran yang sama pentingnya dengan total
jumlah waktu tidur. Bayi dan anak-anak cenderung tidur beberapa kali dalam
setiap periode 24 jam. Namun seiring dengan pematangan menuju masamasa sekolah dan dewasa, mereka cenderung tidur dalam satu fase yang lama,
waktu
tidur
siang
(Robotham, 2011).
berkurang
dan cenderung
tidur sepanjang
malam
11
Sebuah mekanisme yang disebut dengan "circadian timer" mengatur
pola tidur- bangun dan berinteraksi dengan "sleep homeostat".
Rata-rata
setiap makhluk hidup memiliki "internal circadian rhythms", dimana mereka
telah beradaplasi dengan siklus siang dan malam hari (Robotham, 2011).
Geophysicisl
Francis Jean- Jacques d'Ortous de Mairan adalah orang
pertama yang mcnemukan circadian rhythms pada sebuah eksperimen dengan
tanaman pada tahun 1729. Dua abad kemudian, Dr. Nathaniel Kleitman
mempelajari efek circadian
rhythms pada siklus tidur manusia. Siklus ini
bereaksi terutama pada terang dan gelap dan biasanya sedikit lebih lama dari
24 jam (Robotham, 2011).
Dapat dipikirkan kemungkinan bahwa "jam utama" yang meregulasi
circadian rhythms tubuh kita. Jam ini tersusun dari kumpulan sel-sel saraf
pada otak kita yang disebut dengan suprachiasmatic nucleus (SCN). SCN
mengontrol produksi melatonin, hormon yang membuat kita mengantuk dan
banyak diproduksi saat gelap. Selama tidur, kadar melatonin meningkat
tajam. SCN terlctak di atas nervus opticus, yang mengirimkan signal dari
mata
ke
otak
sehingga
SCN
menerima
informasi mengenai
kadar
pencahayaan lingkungan sekitar meialui mata kita. Ketika cahaya kurang,
seperti pada malam hari, akan dikirimkan signal ke otak untuk mengeluarkan
lebih banyak melatonin (Robotham, 2011; National Sleep Foundation, 2006).
Balita usia 1-3 tahun memeriukan waktu tidur 12-14 jam per hari.
Walaupun masih tidur siang, mereka hanya tidur siang sekali sehari dan tidak
lagi tidur siang pada pagi hari (Benaroch, 2012). Balita usia 3-5 tahun dan
anak usia 6 tahun memeriukan waktu tidur 10-12 jam per hari. Waktu tidur
siang mereka makin lama makin sedikit dan umumnya pada usia 5 tahun,
anak tidak lagi tidur siang. Anak usia 7-12 tahun memeriukan waktu tidur 1011 jam per hari. Pada usia tersebut, aktivitas sehari-hari membuat mereka
tidur makin larut dan rata-rata hanya tidur sekitar 9 jam (Benaroch, 2012).
Remaja usia 12-18 tahun memeriukan waktu tidur 8-9 jam per hari.
Waktu tidur masih berperan penting bagi kesehatan seperti pada masa kanakkanak mereka. Walaupun ditemukan bahwa banyak remaja memeriukan
12
waktu tidur yang niungkin lebih banyak dari tahun-tahun
sebelumnya,
tuntutan sosial membuat mereka sulit mendapatkan waktu dan kualitas tidur
yang sesuai (Benaroch, 2012).
Saat seseorang mencapai tahap dewasa, mereka cenderung memeriukan
waktu tidur 7-8 jam per hari. Sedangkan lansia cenderung memeriukan waktu
6-7 jam per hari dengan tidur siang yang lebih sering pada siang hari. Waktu
untuk tidur pada orang dewasa kebanyakan bervariasi dari tiap orang ke
orang, dan umumnya berkisar antara 5-11 jam (Robotham, 2011).
Kurang tidur dapat mengakibatkan dampak negatif. Saat kita terjaga,
kita menyimpan suatu keadaan yang disebut 'sleep debf yang dapat diganti
hanya meialui tidur. Ha! ini diatur oleh suatu mekanisme dalam tubuh yang
disebut sebagai "sleep homeostat", yang mengatur keinginan kita untuk tidur.
Jika
jumlah
'sleep
debf
besar,
maka
"sleep
homeostat"
akan
memberitahukan pada kita bahwa kita perlu tidur lebih banyak (Robotham,
2011).
Pada keadaan yang sehat, 'sleep debf ini akan diganti pada malam hari
secara perlahan-lahan. Namun 'sleep debf tersebut juga dapat ditumpuk dan
diganti secara perlahan-lahan
berbulan-bulan.
dalam waktu berminggu-minggu ataupun
Contoh, jika kita bergadang untuk beberapa hari berturut-
turut, maka kita perlu mengganti 'sleep debf dalam waktu dekat yang akan
datang. Menariknya, untuk orang-orang dengan "bipolar disorder", keadaan
mania yang diasosiasikan dengan kurangnya persepsi keperluan untuk tidur.
Namun, walaupun terdapat persepsi seperti ini, seseorang tersebut tetap
menumpuk "sleep debC yang perlu diganti (Robotham, 2011).
13
Figure 1
D i a g r a m of s l e e p h o m e o s t a t a n d c i r c a d i a n t i m e r
( a d a p t e d m o d e l from P r o f e s s o r D e r k - J a n Dijk,
Surrey Sleep Research Centre)
P e r f o r m a n c e whlf^ • -v.' • ;t.- ••
-
/
Sleep Wake Cycle
\
\
/
Homeosi.i;:
Circadian
Cycle
Gambar 2.2.Diagram homeostat tidur dan waktu circadian,
Sumber : Robotham, 201!
Pola tidur sangat bervariasi, beberapa fauna
aktif saat siang
dan
cenderung tidur pada malam hari, dan yang lain aktif pada malam hari dan
cenderung tidur pada siang hari. Pada manusia, waktu circadian
setiap orang
diatur sedikit berbeda; beberapa orang dapat beraktivitas secara maksminal
pada pagi hari (larks),
yang lainnya saat malam (owls), banyak di antara kita
yang berada d i antara keduanya (Robotham, 2011).
Beberapa orang mengalami apa yang disebut dengan Circadian
Sleep Disorder,
yang mana sering diasosiasikan dengan masalah kesehatan
mental. Orang yang sangat 'owV mungkin memiliki delayed sleep
syndrome,
sangat 'lark'
Rhythm
phase
cenderung untuk tidur dan bangun sangat lambat. Orang yang
mungkin memiliki advanced
sangat cepat pada pagi hari namim
sleep phase syndrome,
bangun
d i malam hari sangat mengantuk.
Iregularitas i n i dapat menjadi masalah, tergantung apa yang coba kita lakukan
14
dalam hidup, walaupun untuk beberapa orang dapat menjadi sebuah aset
(Robotham, 2011).
Efek yang mirip sering didapatkan pada orang-orang yang pola tidumya
diganggu oleh faktor ekstemal, seperti bekerja pada shift malam secara
regular
(terutama
setelah
bekerja
pada
shift
siang minggu-minggu
sebelumnya, disebut juga dengan work shifts disorder).
Contoh yang lain
adalah jetlag yang diakibatkan oleh pembahan time zones yang tidak sesuai
dengan waktu circadian
internal. Keduanya merupakan penemuan yang
paling sering dari circadian rhythm disorders. Manusia tidak dirancang untuk
terjaga pada malam hari dan tidur pada siang hari. Orang- orang yang secara
regular bekerja pada shift malam diperkirakan lebih beresiko menderita
kanker dan penyakit jantung, rasa mengantuk yang beriebihan, tidur yang
buruk, kurang konsentrasi, refleks motorik yang buruk dan lambat, mual dan
irritability. Awak penerbangan internasional juga diperkirakan lebih beresiko
menderika kanker,
kemungkinan discbabkan
oleh gangguan
circadian
rhythms yang bcrulang-ulang (Robotham, 2011; National Sleep Foundation,
2006).
Gangguan tidur dan circadian
rhythm juga didapatkan pada orang-
orang yang menderita bipolar disorder, walaupun tidak jelas apakah yang
bertanggung jawab untuk underlying sleep disturbances adalah
circadian
timer atau sleep homeostat. Telah diajukan bahwa pembahan
circadian
rhythm seseorang dapat menjadi trigger untuk bipolar disorder, temtama
mania (Robotham, 2011).
F . Siklus Tidur-Terjaga
Siklus tidur-teijaga yang pasti belum dapat dipastikan mekanismenya.
Para peneliti hanya dapat membiarkan daya imajinasi mereka bekerja dan
menghasilkan
sebuah
postulat
tentang
siklus
tidur-terjaga
(Guyton,
2005).Ketika pusat tidur tidak aktif, mesencephalic dan bagian atas pontile
reticular activating nuclei dilepaskan dari inhibisi, membiarkan reticular
activating nuclei untuk aktif secara spontan. Hal ini membangkitkan cerebral
15
cortex dan sistem saraf tepi, dimana keduanya mengirimkan feedback positif
ke reticular activating nuclei untuk mengaktifkannya lebih jauh. Oleh sebab
itu, saat proses terjaga dimulai, terjadi kccenderungan untuk menahan dirinya
yang discbabkan oleh aktivitas feedback positif tersebut (Guyton, 2005).
Setelah otak aktif selama beberapa jam, diperkirakan bahwa neuronneuron di activating system juga menjadi lelah. Akibatnya, siklus feedback
positif pada mesencephalic reticular nuclei dan cerebral cortex menghilang
perlahan-lahan, dan efek sleep-promoting pada pusat tidur mengambil aiih,
mengarah ke transisi yang cepat dari terjaga kembali ke tidur. Teori ini dapat
menjelaskan transisi yang cepat dari tidur ke terjaga dan terjaga ke tidur. la
juga dapat menjelaskan proses arousal, insomnia yang terjadi ketika pikiran
seseorang penuh pikiran, dan keadaan terjaga yang dihasilkan oleh aktivitas
fisik tubuh (Guyton, 2005).
G . Efek Psikologis Tidur
Tidur menyebabkan dua tipe efek psikologik utama, yaitu efek pada
sistem saraf dan efek pada sistem fungsional tubuh. Efek pada sistem saraf
tampaknya jauh lebih penting sebab jika seseorang memiliki spinal cord di
leher yang terpotong (sehingga tidak memiliki siklus tidur-terjaga di bawah
perpotongan tersebut), tidak menunjukkan efek berbahaya
yang dapat
berperan langsung pada siklus tidur-terjaga (Guyton, 2005).
Namun, kurang tidur secara pasti mempengaruhi fungsi sistem saraf
pusat. Terjaga yang terlalu lama sering diasosiasikan dengan malfungsi
progresif proses berpikir dan kadang-kadang menyebabkan aktivitas perilaku
yang abnormal (Guyton, 2005).
Kita semua mengenai penambahan pikiran yang tidak adekuat yang
muncul di akhir waktu terjaga yang diperpanjang, namun sebagai tambahan,
seseorang juga dapat menjadi lebih mudah tersinggung ataupun psikotik
setelah
waktu terjaga yang dipaksakan. Oleh sebab itu, para peneliti
mengasumsikan bahwa tidur dalam
berbagai cara mengembalikan aktivitas
otak ke level yang normal dan keseimbangan normal bagi fungsi sistem saraf
16
pusat. Hal ini dapat disamakan dengan "rezeroing" elektronik komputer
analog setelah penggunaan yang lama, karena komputer tipe
ini perlahan-
lahan akan kehilangan baseline operasinya. Maka beralasan mengasumsikan
bahwa efek yang sama akan muncul pada sistem saraf pusat sebab
penggunaan beriebihan pada beberapa area tertentu otak dapat secara mudah
membuat area-area ini tidak seimbang dengan sistem saraf yang lainnya
(Guyton, 2005).
Kita dapat mempostulatkan bahwa secara prinsip, nilai tidur adalah
mengembalikan keseimbangan alami pusat saraf. Fungsi psikologis spesifik
tidur tetaplah merupakan sebuah misteri, dan mereka adalah subjek penelitian
seianjutnya (Guyton, 2005).
H . Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Tidur
Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi tidur yaitu:
1. Faktor fisiologis
Tidur adalah proses fisiologis yang bersikius dan bergantian
dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. Siklus tidur dan terjaga
mempengaruhi dan mengatur fungsi fisiologis dan respon perilaku.
2. Faktor psikologis
Kecemasan tentang masalah pribadi atau situasi dapat mengganggu
tidur. stres emosional menyebabkan seseorang menjadai tegang dan
seringkali mengarah frustasi apabila tidak tidur. stres juga menyebabkan
seseorang mencoba terlalu keras untuk tidur, sering terbangun selama
siklus tidur, atau terlalu banyak tidur. stres yang berlanjut dapat
menyebabkan
kebiasaan
tidur yang buruk. Faktor psikologis juga
memegang peranan utama terhadap kccenderungan insomnia. Hal ini
discbabkan oleh ketegangan pikiran seseorang terhadap sesuatu yang
kemudian mempengaruhi
sytem saraf pusat sehingga
senantiasa siaga (Hirawan, 2007).
kondisi fisik
17
3. Faktor lingkungan
Seseorang orang memeriukan lingkungan tidur yang nyaman dan
ventilasi yang baik. Faktor gaya hidup Rutinitas harian seseorang
mempengaruhi
kualitas
tidur.
individu
yang
bekerja
sering
kali
mempunyai kesuiitan menyesuaikan perubahan jadwal tidur. jam internal
tubuh diatur pukul 22.00 W I B , tetapi sebaliknya jadwal kerja memaksa
untuk tidur pada pukul 9 pagi. Individu mampu utnuk tidur hanya selama
3-4 jam karena tubuh mempersepsikan bahwa ini adalah waktu terbangun
dan aktif. Kualitas
tidur yang baik dimaiam hari harus benar-benar
memperhatlkan pola hidup sehari-hari. Banyak hal yang mempengaruhi
terbentuknya pola tidur, seperti kebiasaan makan, program diet, kebiasaan
sehari-hari juga kebiasaan tidur itu sendiri (Hirawan, 2007).
1. Irama Sirkadian dan Jam Biologis
Mahluk hidup memiliki bioritme (jam biologis) yang berbeda. Bioritme
pada manusia dikontrol oleh tubuh dan disesuaikan dengan faktor lingkungan
(misalnya: cahaya, kegelapan, gravitasi dan stimulus elektromagnetik). Bentuk
bioritme yang paling umum adalah ritme sirkadian yang melengkapi siklus
selama 24 jam. Fiuktuasi denyut jantung, tekanan darah, temperatur, sekresi
hormon, metabolisme, dan penampilan serta perasaan individu bergantung
pada ritme sirkadiannya. Tidur adalah salah satu irama biologis tubuh yang
sangat kompleks. Sinkronisasi sirkadian terjadi jika individu memiliki pola
tidur bangun yang mengikuti jam biologisnya: individu akan bangun pada saat
ritme fisiologis paling tinggi atau paling aktif dan akan tidur pada saat ritme
tersebut paling rendah (Hidayat, 2006)
18
24:00
22:30
TCNGAHMALAM
12:00
TENGAHHARI
Gambar 2.3. Siklus Tidur Bangun
Sumber; Smolensky & Lamberg, 2000
Tanpa pengaruh faktor ekstemal, j a m alami tubuh mengikuti siklus 24 j a m .
Pengaruh dari faktor ekstemal (misalnya siklus siang dan malam, rutinitas
sehari-hari, j a m makan, dan lain sebagainya) melatih seseorang mengikuti
waktu 24 j a m . Tidur juga dipengaruhi oleh irama biologis. Orang dewasa tidur
satu kali, kadang-kadang dua kali, dalam waktu 24 j a m . Irama i n i tidak
muncul saat lahir tetapi berkembang pada dua tahun pertama kehidupan.
Beberapa orang wanita
mengalami pembahan pola tidur selama siklus
menstruasinya. Tidur pada waktu-waktu yang berbeda memiliki proporsi R E M
dan N R E M yang berbeda pula.Tidur pada pagi atau siang hari melibatkan
R E M sleep yang besar, sedangkan tidur di sore hari memiliki R E M sleep yang
jauh lebih kecii (Sadock, 2007).
19
J. Kualitas Tidur
Kualitas tidur adalah suatu keadaan di mana tidur yang dijalani seorang
individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran di saat terbangun. (Nashori,
2002; Purwanto, 2003).
Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga
seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang
dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata
bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit
kepala dan sering menguap atau mengantuk (Hidayat,
tidur,
menurut
American
2006).
Kualitas
Psychiatric Association (2000), didefinisikan
sebagai suatu fenomena kompleks yang melibatkan beberapa dimensi.
Kualitas tidur meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif tidur, seperti
lamanya tidur, waktu yang diperlukan untuk bisa tertidur, frekuensi terbangun
dan aspek subjektif seperti kedalaman dan kepulasan tidur (Buysse, 2008).
Persepsi mengenai kualitas tidur itu sangat bervariasi dan individual yang
dapat dipengaruhi oleh waktu yang digunakan untuk tidur pada malam hari
atau efesiensi tidur. Beberapa penelitian melaporkan bahwa efisiensi tidur
pada usia dewasa muda adalah 80-90%. D i sisi lain, Lai (2001) menyebutkan
bahwa kualitas tidur ditentukan oleh bagaimana seseorang mempersiapkan
pola tidumya pada malam hari seperti kedalaman tidur, kemampuan tinggal
tidur, dan kemudahan untuk tertidur tanpa bantuan medis. Kualitas tidur yang
baik dapat memberikan perasaan tenang di pagi hari, perasaan energik, dan
tidak mengeluh gangguan tidur. Dengan kata lain, memiliki kualitas tidur
baik sangat penting dan vital untuk hidup sehat semua orang.
Kualitas tidur yang baik diperlihatkan dengan mudahnya seseorang
memulai tidur saat jam tidur, mempertahankan tidur, menginisiasi untuk tidur
kembali setelah terbangun di malam hari, dan peralihan dari tidur ke bangun
di pagi hari dengan mudah (Saputri, 2009).
Selain itu, menurut Hidayat (2006), kualitas tidur seseorang dikatakan
baik apabila tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak
mengalami masalah dalam tidumya. Tanda-tanda kekurangan tidur dapat
20
dibagi menjadi tanda fisik dan tanda psikologis. Di bawah ini akan dijelaskan
apa saja tanda fisik dan psikologis yang dialami.
a. Tanda fisik
Ekspresi wajah (area gelap di sekitar mata, bengkak di kelopak mata,
konjungtiva kemerahan dan mata terlihat cekung), kantuk yang beriebihan
(sering menguap), tidak mampu untuk berkonsentrasi (kurang perhatian),
terlihat tanda-tanda keletihan seperti penglihatan kabur, mual dan pusing.
b. Tanda psikologis
Menarik diri, apatis dan respons menurun, merasa tidak enak badan,
malas berbicara, daya ingat berkurang, bingung, timbul halusinasi, dan
ilusi
penglihatan
atau
pendengaran,
kemampuan
memberikan
pertimbangan atau keputusan menurun.
Kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang
serins, kualitas tidur yang baik seringkali terabaikan dan masih ada anggapan
bahwa gangguan tidur bukan masalah yang serius. Padahal tidur merupakan
kebutuhan yang penting bagi manusia (Sindo, 2008). Kualitas tidur yang
buruk memberi efek yang buruk diantaranya
sakit kepala dan sulit
berkonsentrasi, selain itu juga kurang tidur dapat mengganggu metabolisme
tubuh. Seperti yang sudah diketahui tidur adalah proses pemulihan sel-sel
tubuh. Jika proses ini terganggu tentu regenerasi sel-sel tubuh tidak akan
maksimal
akibatnya tubuh menjadi lemas dan rentan terhadap penyakit
(Lumbantobing, 2004).
Kebutuhan waktu tidur bagi setiap orang adalah berlainan, tergantung
pada kebiasaan yang dibawa selama perkembangannya menjelang dewasa,
aktivitas pekerjaan, usia, kondisi kesehatan dan lain sebagainya. Kebutuhan
tidur pada dewasa 6-9 jam untuk menjaga kesehatan, usia lanjut 5-8 jam
untuk menjaga kondisi fisik karena usia yang semakin senja mengakibatkan
sebagian anggota tubuh tidak dapat berfungsi optimal, maka untuk mencegah
adanya penurunan kesehatan dibutuhkan energi yang cukup dengan pola tidur
yang sesuai (Lumbantobing, 2004).
21
Waklu tidur yang kurang dari kebutuhan dapat mempengaruhi sintesis
protein yang berperan dalam memperbaiki sel-sel yang rusak menjadi
menurun.
Keleiahan, meningkatnya
stress kecemasan serta kurangnya
konsentrasi dalam aktivitas sehari-hari adalah akibat yang sering terjadi
apabila waktu tidur tidak tercukupi. Tidur malam yang berlangsung dengan
rerata 7 jam, terdiri dari 2 macam kondisi yaitu REM dan NREM
bergantian selama 4-6 kali. Seseorang
yang
yang kurang cukup menjalani tidur
jenis REM maka esok harinya akan menunjukkan kccenderungan untuk
hiperaktif, kurang dapat mengendalikan diri dan emosinya, nafsu makan
bertambah. Tidur NREM yang kurang cukup, akan mengakibatkan esok
harinya keadaan fisik menjadi kurang gesit (Potter & Perry, 2005). Indeks
kualitas tidur: berdasarkan total jam tidur, waktu untuk memulai tidur,
frekuensi terbangun pada malam hari, perasaan segar ketika bangun dipagi
hari, kedalaman tidur, dan rasa mengantuk disiang hari.
2.1.2.
77/^ Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)
A. Definisi
The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) merupakan instrumen yang
efektif digunakan untuk mengukur kualitas tidur dan pola tidur. Digunakan
untuk membedakan antara yang mencukupi dan yang kurang tidumya pada
waktu sebulan. PSQI dapat digunakan baik untuk penilaian awal dan
berkelanjutan di selumh bidang kesehatan. Skala ini telah digunakan terutama
di negara-negara yang berbahasa Inggris, dengan baru-bam ini di Cina dan
Jepang (Smith, 2012). Kualitas tidur adalah fenomena
kompleks yang
tercakup di PSQI yang telah dikcmbangkan untuk mengukur kualitas tidur
dan untuk membedakan antara yang tercukupi kebutuhan dan yang kurang
tercukupi kebutuhan tidumya. Pengukuran
ini meliputi tujuh bidang :
subjektif kualitas tidur, kedalaman tidur, lama tidur, efisiensi biasa tidur,
gangguan tidur, penggunaan obat tidur, gangguan fungsi pada siang
selama sebulan.
PSQI dapat digunakan
hari
untuk semua populasi di seluruh
dunia karena telah didukung validitas dan reabilitas (Buysse, 2008).
22
B. KomponcD Pengukuran
Kualitas tidur dapat diukur dengan menggunakan PSQI yang terdiri dari
tujuh komponen, yaitu:
1. Kualitas tidur
Evaluasi kualitas tidur secara subjektif merupakan
evaluasi singkat
terhadap tidur seseorang tentang apakah tidumya sangat baik atau sangat
buruk.
2. Latensi tidur
Latensi tidur adalah durasi mulai dari berangkat tidur hingga tertidur.
Seseorang dengan kualitas tidur baik menghabiskan waktu kurang dari 15
menit untuk dapat memasuki tahap tidur seianjutnya secara lengkap.
Sebaliknya, lebih dari 20 menit menandakan level insomnia yaitu seseorang
yang mengalami kesuiitan dalam memasuki tahap tidur seianjutnya.
3. Durasi tidur
Durasi tidur dihitung dari waktu seseorang tidur sampai terbangun di pagi
hari tanpa menyebutkan terbangun pada tengah malam, Orang dewasa yang
dapat tidur selama lebih dari 7 jam setiap malam dapat dikatakan memiliki
kualitas tidur yang baik.
4. Efisiensi kebiasaan tidur
Efisiensi kebiasaan tidur adalah rasio persentase antara jumlah total jam
tidur dibagi dengan jumlah jam yang dihabiskan di tempat tidur. Seseorang
dikatakan mempunyai kualitas tidur yang baik apabila efisiensi kebiasaan
tidumya lebih dari 85%.
5. Gangguan tidur
Gangguan tidur merupakan kondisi terputusnya tidur yang mana pola
tidur-bangun
seseorang
bembah
dari
pola
kebiasaannya,
hal
menyebabkan penumnan baik kuantitas maupun kualitas tidur seseorang
ini
23
6. Penggunaan obat
Penggunaan
obat-obatan
yang mengandung
sedatif mcngindikasikan
adanya masalah tidur. Obat-obatan mempunyai efek terhadap terganggunya
tidur pada tahap REM. Oleh karena itu, setelah mengkonsumsi obat yang
mengandung sedatif, seseorang akan dihadapkan pada kesuiitan untuk tidur
yang disertai dengan frekuensi terbangun di tengah malam dan kesuiitan
untuk kembali tertidur, semuanya akan berdampak langsung terhadap
kualitas tidumya.
7. Disfungsi di siang hari
Seseorang dengan kualitas tidur yang bumk menunjukkan keadaan
mengantuk ketika beraktivitas di siang hari, kurang antusias atau perhatian.
2.1.3. Fungsi Kognitif
A. Definisi Kognitif
Pengertian kognitif menurut behavioral neurology mempakan suatu proses
dimana semua masukan yang bersifat sensoris baik bersifat taktil, visual dan
auditorik akan diubah, diolah, disimpan dan seianjutnya digunakan untuk
hubungan
intemeuron
secara
sempuma
sehingga
individu
mampu
melaksanakan penalaran terhadap masukan sensoris tersebut (Wiyoto, 2002).
Pada konsep yang banyak dianut mengatakan bahwa 5 domain dari fungsi
kognitif adalah: attention (pemusatan perhatian/atensi), language (bahasa),
memory (daya ingat), visuospatial (pengenalan ruang), dan executive function
(fungsi eksekutif: fungsi pencemaan, pengorganisasian dan pelaksanaan
(Sidiarto 8c Kusumoputro, 2004).
Fungsi kognitif: Kemampuan mengenai atau mengetahui mengenai benda
atau keadaan atau situasi, yang dikaitkan dengan pengalaman pembelajaran
dan kapasitas inteligensi seseorang. Tcrmasuk dalam fungsi
memori/daya
kognitif
ialah
ingat, konsentrasi/perhatian orientasi, kemampuan berbahasa,
berhitung, visuospasial, fungsi eksekutif, abstraksi, dan taraf inteligensi
(Wreksoatmodjo, 2012).
24
Konsentrasi merupakan proses kognitif yang melibatkan berbagai macam
aspek psikologis dan neurologis. Konsentrasi sendiri memiliki definisi
suatu
proses untuk
tetap
memilih
suatu
objek
dan
mempertahankan
untuk
mempcrhatikan objek tersebut serta menyelesaikan masalah atau rintangan
dalam prosesnya (Green, 2003)
Konsentrasi adalah kemampuan untuk bereaksi atau
KONSENTRASI MAHASISWA F A K U L T A S
KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG SEBELUM
M E N G I K U T I UJIAN
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat memperoieh gelar
Sarjana Kedokteran (S.Ked)
Oleh:
M. FARHAN RAHMADI
NIM: 70 2013 017
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2017
HALAMAN PENGESAHAN
HUBUNGAN KUALITAS TIDUR TERHADAP KONSENTRASI
MAHASISWA F A K L U T A S K E D O K T E R A N UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PALEMBANG S E B E L U M
MENGIKUTI UJIAN
Dipersiapkan dan disusun oleh
M. FARHAN RAHMADI
NIM : 70 2013 017
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoieh Gelar
Sarjana Kedokteran (S.Ked)
Pada tanggal 1 I Februari 2017
Menyetujui:
J i ^ / — Dr. dr. Irfannuddim S p . K O , M.Pd.Ked
Pembimbing Pertama
dr. Mila Fadliya Bustan
Pembimbing Kedua
Dekan
SjKedokteran
N B M / N I D N . 1062484/0020084707
I
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini Saya menerangkan bahwa:
1. Karya Tulis Saya, skripsi ini adalah asli dan belum pemah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik, baik di Universitas Muhammadiyah Palembang,
maupun Perguruan Tinggi lainnya.
2. Karya Tulis ini murni gagasan, rumusan, dan penelitian Saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing.
3. Dalam Karya Tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah dituiis
atau dipublikasikan orang Iain, kecuali secara tertulis dengan dicantumkan
sebagai
acuan dalam naskah
dengan
disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini Saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka Saya
bersedia menerima sanksi akademik atau sanksi lainnya sesuai dengan norma
yang berlaku di Perguruan Tinggi ini.
Palembang, 27 Januari 2017
Yang membuat pernyataan
M . rarhan Rahmadi
N I M . 702013017
ii
PERSETUJUAN PENGALIHAN HAK PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN A K A D E M I S
Dengan Penyerahan naskah artikel dan softcopy berjudul: "Hubungan Kualitas
Tidur Terhadap Konsentrasi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang Sebelum Mengikuti Ujian" Kepada Unit Penelitian
dan Pengabdian
Masyarakat (UP2M) I-akultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang ( F K - U M P ) , Saya:
Nama
NIM
Program Studi
Fakultas
Jenis Karya Ilmiah
M . Farhan Rahmadi
702013017
Pendidikan Kedokteran Umum
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang
Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, setuju memberikan kepada F K - U M P .
Pengalihan Hak Cipta dan Publikasi Bebas Royalti atas Karya Ilmiah, Naskah,
dan softcopy dialas. Dengan hak tersebut, F K - U M P berhak menyimpan,
data
(database),
mengalihmedia/
formatkan, dalam bentuk
pangkalan
mendistribusikan, menampilkan, mempublikasikan di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis, tanpa perlu meminta izin dari Saya, selama tetap
mencanlumkan nama Saya, dan Saya memberikan wewenang kepada pihak F K U M P unluk menentukan salah satu Pembimbing sebagai Penulis Utama dalam
Publikasi. Segaia bentuk lunlutan hukum yang timbu! atas pelanggaran Hak Cipta
dalam Karya Ilmiah ini menjadi tanggungjawab Saya pribadi.
Demikian pernyataan i n i , Saya buat dengan sebenamya.
Dibuat di
Palembang
Pada tanggal
14Februari2017
Yang Menyetujui.
M . Farhan Rahmadi
N I M 702013017
HALAISIAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO
Sesunggufinya pelincfungfu iafdhOih 'Yang teCah menurunfgn jHKjtaS
(Af Quran)
dan (Dia meCindungi orang-orangyang saleh..
(Q,S.M-A'rqf:m)
"Untuk Diriku, Tetap Rendah Hati dan Jangan Menyerah"
-F34
Alhanidulilhihirobbiralamin dengan izin-Mu ya Allah, ku perscmbahkan
karya
teibaik ini untuk :
)^ Ayah dan Ibuku tercinta, T r i Satia Hadi dan Fatimah Tuzuhro yang selalu
mendoakan,
memberikan nasihat, semangat, dan bimbingan agar menjadi
pribadi yang baik dan kuat. Terimakasih sudah menjadi panutanku.
>• Adik-adikku tersayang, M . Dzaky jalalludin dan Firdina Camilla yang selalu
membuatku
termotivasi unuik menjadi
lebih Iiaik dan
melewati segaia
rintangan.
y
Pembimbing Dr. dr. Irfannuddin, Sp. K t ) , M.Pd.Ked dan dr. Mila Fadliya
Bustan
yang
memberikan
masukan
dan
meluangkan
waktunya
untuk
membimbing agar meixjadi lebih baik.
y
Sahabat dalam menelusuri jaian Allah, Yogi Kurniawan, Ahsanul Khuluqi,
Retza Prawira,
Farhruridho
Kusbari, Egi Anugrah Ramadhan, dan
Efri
Handriansyah.
>^ Seluruh teman-teman angkatan 2013 yang berjuang bersama. Sukses untuk kita
semua, reman sejawat.
iv
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
S K R I P S I , 27 J A N U A R I 2017
M. FARHAN RAHMADI
HUBUNGAN KUALITAS TIDUR TERHADAP KONSENTRASI
MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH P A L E M B A N G S E B E L U M M E N G I K U T I UJIAN
XV + 68 Halaman + 8 Tabel + 5 Gambar + 8 lampiran
ABSTRAK
Dewasa
i n i . banyak
individu
yang
kesuiitan
berkonsentrasi
dalam
aktivitasnya, hal i n i dipengaruhi oieh banyak faktor dan salah satunya adalah
kualitas tidur. Penelitian ini bertujuan unluk mengetahui hubungan kualitas
tidur terhadap konsentrasi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang sebelum mengikuti ujian. Desain penelitian ini
Observasionai Analitik dengan
metode Cross Sectional. Cara pengambitan
sampel
sampling. Sampel
dengan
metode
total
penelitian ini adalah
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang
yang memenuht kriteria inklusi dan ekslusi. Hasil, jumlah responden yang
memiliki kualitas tidur dan konsentrasi yang baik adalah 28 orang (8,8%),
responden dengan kuaiitas tidur baik dan konsentrasi buruk adalalt 17 orang
(5,3%), responden dengan kualitas tidur buruk dan konsentrasi baik adalait
104 orang (32,5yo), dan responden dengan kualitas tidur dan konsentrasi
buruk
adalah
171 orang
(53,4%). Kesiinpulan penelitian i n i terdapat
hubungan bermakna antara kualitas tidur terhadap konsentrasi mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang dengan p value
(0.002)
R E F E R E N S I : 33 (1935-2012)
K A T A K U N C I : Kualitas Tidur, Konsentrasi, Stroop test, Pittsburhg Sleep
Quality Index
iv
UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH
MEDICAL
FACULTY
PALEMBANG
MINI-THESIS, 27 JANUARY2017
M. FARHAN RAHMADI
CORELA TION BETWEEN SLEEP QUALITY A GAINST CONCENTRA
ON MEDICAL STUDENT UNIVERSITY OF
MUHAMMADIYAH
EXAM.
PALEMBANG BEFORE FOLLOmNG
TION
XV +68 page + 8 table + 5 Image + 8 attachments
ABSTRACT
Lots of person have a problem to concentrate on his activities, that can be caused
by many factors and one of them is the quality of sleep. This research aims to
determine the correlation between sleep quality against concentration on medical
student University of Muhammadiyah Palembang before following exam. The
research design was observational analytic with cross sectional method
Samples
were students of the Faculty of Medicine.
University of
Muhammadiyah
Palembang who conform the inclusion and exclusion criteria. The results, the
number of respondents who have good quality of sleep and concentration is 28
people (8.8%), respondents with good quality of sleep but bad concentration are
17 people (5.3%), respondents with bad quality of sleep and good concentration
was 104 people (32.5%), and respondents
with bad quality of sleep and
concentration was 171 persons (53.4%). In conclusion, there is a significant
correlation between sleep quality to concentration Faculty of Medicine students
Muhammadiyah University Palembang withp value (0.002)
REFERENCE:
33 (1935-2012)
KEY WORDS: Sleep quality, Concentration,
Quality Index
V
Stroop test, Pittsburhg Sleep
K A T A
PENGANTAR
Fuji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas segaia rahmat dan
karunia-Nya sehingga
peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini. Salawat
beriring salam selalu tercurah kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad
SAW beserta para keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini jauh dari sempuma. Oleh karena
itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
perbaikan di masa mendatang.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segaia amal yang
diberikan kepada semua orang yang telah mendukung peneliti dan semoga hasil
penelitian ini bennanfaat
bagi kita dan perkembangan
ilmu
pengetahuan
kedokteran. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.
Palembang,
vi
^ J?
Januari 2017
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERNYATAAN
HALAMAN PUBLIKASI
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN M O T T O
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR T A B E L
DAFTAR GAMBAR
DAFIAR LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penelitian
1.4. Manfaat Penelitian
i .4. i . Manfaat Teoritis
1.4.2. Manfaat Praktis
1.5. Keaslian Penelitian
i
ii
iii
iv
vi
vi
vii
ix
x
xi
xii
I
3
3
4
4
4
4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Tidur
2.1.2. The Pittsburgh Sleep Quality Index
2.1.3. Fungsi Kognitif.
2.1.4. Stroop Test
2.1.5. Hubungan antara Tidur dan Konsentrasi
2.2. Kerangka Teori
2.3. Hipotesis
6
6
21
23
26
27
28
29
BAB HI. M E T O D E P E N E L I T I A N
3.1. Desain Penelitian
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
3.3.2. Sampel dan Perhitungan Besar Sampel
3.3.3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.3.4. Teknik Pengambilan Sampel
3.4. Variabei Penelitian
3.4.1. Vtm2AyQ\ Dependent
3.4.2. V2in?Y)^\ Independent
3.5. Derinisi Operasional
30
30
30
30
30
31
31
31
31
31
31
vii
3.6.1. Cara Pengumpulan Data
3.7. Cara Pengolahan dan Analisis Data
3.7.1. Caia Pengolahan Data
3.7.2. Analisis Data
3.8. Alur Penelitian
3.9. Jadwal Kegiatan
BAB IV. H A S I L DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.2. Pembahasan
BAB V. K E S I M P U L A N DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
32
33
33
34
35
36
39
41
42
xiii
43
DAFTAR T A B E L
Tabel
1.1.
3.1.
3.2.
4.1.
4.2.
4.3.
4.4.
4.5.
Keaslian Penelitian
Deifmisi Operasional
Jadwal Kegiatan
EHstribusi Responden berdasm-kan Jenis Kelamin
Distribusi Responden berdasarkan Usia
Distribusi Responden berdasarkan Kualitas Tidur
Distribusi Responden berdasarkan Konsentrasi
Hubungan Kuaiitas Tidur dengan Konsentrasi
ix
Halaman
4
26
30
36
37
37
38
38
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
3.1.
Haiaman
10
13
18
28
35
Tahap- tahap siklus tidur
Diagram Homeostat tidur
Siklus bangun tidur.
Kerangka Teori
Alur Penelitian
X
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Lembar Penjelasan Kepada CaJon Subjek
Lembar Perselujuan Setelah penjelasan
Lembar Stroop test.
Lembar PSQI
Cara Skoring Kuisioner PSSQI
Data Penelitian
Table Analisa Statistik
Dokumentasi
XI
Halaman
41
43
44
46
49
50
64
68
B A B I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perlu
diketahui
bahwa
tidur
merupakan
suatu
hal
yang
sangat
dibutuhkan oleh tubuh, secara primer, tidur memiliki peran tersendiri bagi otak.
Tidur menyediakan waktu bagi otak untuk pulih kembali. Selama tidur, otak dapat
memproses informasl, memperkuat memori, mengelompokkan informasi yang
telah ada dan memberikan kesempatan untuk belajar dan berfungsi secara efektif
pada siang hari (Robotham, 2011).
Pada manusia, kualitas dan kuantitas
dari tidur sangatlah penting.
Remaja usia 12-18 tahun memeriukan waktu tidur 8-9 jam per hari. Saat
seseorang mencapai tahap dewasa, mereka cenderung memeriukan waktu tidur 78 jam per hari. (Benaroch, 2012). Saat tubuh tidak mendapatkan waktu tidur
yang cukup maka tubuh menyimpan suatu keadaan yang disebut 'sleep debf
yang dapat diganti hanya
meialui tidur. Hal ini diatur oleh suatu mekanisme
dalam tubuh yang disebut sebagai "sleep homeostat", yang mengatur keinginan
untuk tidur. Jika jumlah 'sleep
debf
besar, maka "sleep homeostaC
akan
memberitahukan bahwa tubuh perlu tidur lebih banyak (Robotham, 2011).
Kualitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah keadaan
ruang tidur, peralatan yang digunakan saat tidur, posisi tidur, ada atau tidaknya
depresi ataupun
gangguan
tidur,
dan
lama
tidur.
Walaupun
lama tidur
mempengaruhi efektivitas aktivitas saat terjaga, kualitas tidur lebih berperan
dalam efektivitas saat terjaga (Smith, 2012; Mote, 2010).
Kualitas tidur juga dipengaruhi
oleh neurotransmitter
dan hormon.
Neurotransmitter dalam kondisi normal dapat menciptakan kondisi tidur yang
baik dan bekerja lebih baik pula di dalam tubuh sesuai dengan fungsinya. Namun,
gangguan tidur
dapat mengacaukan neurotransmitter
yang kemudian dapat
mengganggu fungsi tubuh yang lain, salah satunya adalah fungsi kognitif. Salah
satu contohnya
adalah norepinefrin, pada siklus tidur normal, norepinefrin
berkurang untuk menciptakan kondisi tidur atau istirahat. Hal ini baik bagi tubuh
1
2
karena norepinefrin yang beriebihan dapat membuat kondisi seperli tremor dan
cemas. Melatonin dan serotonin juga berperan dalam kondisi tidur, kadar kedua
neurotransmitter ini akan meningkat untuk menciptakan kondisi mengantuk dan
akan menurun seiring kondisi tidur mulai tercapai dan menjadi sangat rendah saat
terbangun. Pada kondisi gangguan tidur melatonin dan serotonin terus meningkat
untuk membuat tubuh beristirahat, tingginya kadar melatonin dan serotonin akan
menimbulkan efek seperti mudah lemas, mengantuk, kcsadaran yang berkurang,
kecemasan dan gangguan fungsi kognitif (Hall et al, 2000). Kuaiitas tidur yang
buruk memiliki efek negatif baik terhadap kesehatan fisik maupun psikologi
seseorang. Gangguan kuaiitas tidur memiliki kaitan yang besar dengan depresi
dan kecemasan (Augner, 2011).
Pada penelitian sebelumnya
yang berjudul Hubungan Kualitas Tidur
dengan Konsentrasi Belajar pada Remaja di Yogyakarta, didapatkan hubungan
yang bermakna dengan P=0,02. Subyek penelitian yang dilakukan adalah remaja
usia antara 17-25 tahun temtama yang mengaiami obesitas, dikarcnakan obesitas
dapat
menyebabkan
Obstruktif
Sleep
Apnea
Sindrom (OSAS)
sehingga
menggangu kualitas tidur para remaja. Sedangkan pada penelitian yang berjudul
Hubungan kualitas tidur dengan konsentrasi belajar siswa SD Muhammadiyah
Wirobrajan 3 Yogyakarta tahun 2010, didapatkan juga hubungan yang bermakna
dengan P=0,004 hal ini menunjukan bahwa kualitas tidur dapat mempengaruhi
konsentrasi seseorang baik anak-anak ataupun dewasa.
D i Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang menganut
sistem PBL {Problem
Based Learning)
dimana mahasiswa lebih aktif dalam
proses belajar yang dikenal dengan istilah adult learning yang berbeda dengan
sistem fakultas lain. Dalam sistem PBL, mahasiswa mempunyai beban kuliah
yang sama dan mendapat perlakuan yang sama. Pada sistem ini, ujian diadakan
satu kali tiap beberapa minggu yang dikenal dengan istilah ujian blok. Nilai akhir
mahasiswa merupakan gabungan dari tiga komponen, yaitu ujian Mutiple Chaise
Question (MCQ), ujian Objective Structured Clinical Examination (OSCE) dan
Student Oral Case Analysis (SOCA), sehingga prestasi akademik memenuhi
segaia aspek yang ada, yaitu pemecahan tulisan dari penilaian ujian tulis,
3
peniiaian lisan dari diskusi tutorial dan keterampiian dari penilaian skills lab.
Hal ini menyebabkan
mahasiswa
harus aktif mencari informasi dan
menguasai matcri yang akan di ujikan, terutama pada satu minggu sebelum ujian
berlangsung yang menyebabkan mahasiswa kekurangan waktu untuk tidur dan
tidur
menjadi
kemampuan
gangguan
tidak nyaman.
Gangguan
kualitas tidur berimpllkasi pada
akademik dari individu tersebut, menurut
beberapa penelitian
kualitas tidur hampir dapat dipastikan mempengaruhi
performa
akademik terutama pada wanita (Abdulghani et al. 2012).
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dilakukan penelitian
apakah terdapat hubungan antara kualitas tidur dan konsentrasi seseorang sebelum
mengikuti sesi ujian blok di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana hubungan kualitas tidur terhadap konsentrasi mahasiswa
sebelum mengikuti ujian?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan kualitas tidur terhadap konsentrasi mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang sebelum
mengikuti ujian.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui kualitas tidur pada mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang
2. Mengetahui tingkat konsentrasi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang
4
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengembangan ilmu
pengetahuan dalam bidang kedokteran dan kesehatan mengenai kuaiitas
tidur dan konsentrasi.
1.4.2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk
menambah
wawasan
tentang
hubungan
kualitas
tidur
terhadap
konsentrasi sebagai sumber ilmu dan informasi.
b. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada
masyarakat mengenai pentingnya kualitas tidur terhadap konsentrasi.
c. Bagi peneliti
dapat memperiuas wacana ilmu pengetahuan dan diharapkan penelitian
ini dapat dijadikan landasan untuk penelitian seianjutnya.
1.5, Keaslian Penelitian
Tabel I . l . Daftar penelitian sebelumnya
Judul
Peneliti
Metodelogi
Hubungan
Khairun
Cross sectional
antara Kualitas
Nisak
Jumlah sampel: 157
Tidur dengan
Konsentrasi
Variabei Bebas:
Belajar dan
kualitas tidur
Indeks Prestasi
Mahasiswa
Variabei Terikat:
Program D i l i
konsentrasi
kebidanan
STIKES
Aisyiyah
Yogyakarta
Hubungan
Izka
Cross sectional
Kualitas Tidur
Sofiyya
Jumlah sampel: 300
dengan
Metode quota
Konsentrasi
sampling
Belajar pada
Variabei Bebas:
Hasil
Terdapat hubungan
antara kualitas tidur
dengan indeks prestasi
belajar mahasiswa
P=0,042 (p NPXM taliap III
> NREMtaliapIV
Tidur REM
NREM tahap IV ^ NREM tahap HI
Gambar 2.1. Tahap-tahap siklus tidur
Sumber: Potter & Perry, 2005
Siklus ini merupakan salah satu dari irama sirkadian yang merupakan
siklus dari 24 j a m kehidupan manusia. Keteraturan irama sirkadian ini
juga merupakan keteraturan tidur seseorang. Jika terganggu, maka flingsi
fisiologis dan psikologis dapat terganggu (Potter & Perry, 2005).
E . Pola Tidur
Pola tidur Juga memiliki peran yang sama pentingnya dengan total
jumlah waktu tidur. Bayi dan anak-anak cenderung tidur beberapa kali dalam
setiap periode 24 jam. Namun seiring dengan pematangan menuju masamasa sekolah dan dewasa, mereka cenderung tidur dalam satu fase yang lama,
waktu
tidur
siang
(Robotham, 2011).
berkurang
dan cenderung
tidur sepanjang
malam
11
Sebuah mekanisme yang disebut dengan "circadian timer" mengatur
pola tidur- bangun dan berinteraksi dengan "sleep homeostat".
Rata-rata
setiap makhluk hidup memiliki "internal circadian rhythms", dimana mereka
telah beradaplasi dengan siklus siang dan malam hari (Robotham, 2011).
Geophysicisl
Francis Jean- Jacques d'Ortous de Mairan adalah orang
pertama yang mcnemukan circadian rhythms pada sebuah eksperimen dengan
tanaman pada tahun 1729. Dua abad kemudian, Dr. Nathaniel Kleitman
mempelajari efek circadian
rhythms pada siklus tidur manusia. Siklus ini
bereaksi terutama pada terang dan gelap dan biasanya sedikit lebih lama dari
24 jam (Robotham, 2011).
Dapat dipikirkan kemungkinan bahwa "jam utama" yang meregulasi
circadian rhythms tubuh kita. Jam ini tersusun dari kumpulan sel-sel saraf
pada otak kita yang disebut dengan suprachiasmatic nucleus (SCN). SCN
mengontrol produksi melatonin, hormon yang membuat kita mengantuk dan
banyak diproduksi saat gelap. Selama tidur, kadar melatonin meningkat
tajam. SCN terlctak di atas nervus opticus, yang mengirimkan signal dari
mata
ke
otak
sehingga
SCN
menerima
informasi mengenai
kadar
pencahayaan lingkungan sekitar meialui mata kita. Ketika cahaya kurang,
seperti pada malam hari, akan dikirimkan signal ke otak untuk mengeluarkan
lebih banyak melatonin (Robotham, 2011; National Sleep Foundation, 2006).
Balita usia 1-3 tahun memeriukan waktu tidur 12-14 jam per hari.
Walaupun masih tidur siang, mereka hanya tidur siang sekali sehari dan tidak
lagi tidur siang pada pagi hari (Benaroch, 2012). Balita usia 3-5 tahun dan
anak usia 6 tahun memeriukan waktu tidur 10-12 jam per hari. Waktu tidur
siang mereka makin lama makin sedikit dan umumnya pada usia 5 tahun,
anak tidak lagi tidur siang. Anak usia 7-12 tahun memeriukan waktu tidur 1011 jam per hari. Pada usia tersebut, aktivitas sehari-hari membuat mereka
tidur makin larut dan rata-rata hanya tidur sekitar 9 jam (Benaroch, 2012).
Remaja usia 12-18 tahun memeriukan waktu tidur 8-9 jam per hari.
Waktu tidur masih berperan penting bagi kesehatan seperti pada masa kanakkanak mereka. Walaupun ditemukan bahwa banyak remaja memeriukan
12
waktu tidur yang niungkin lebih banyak dari tahun-tahun
sebelumnya,
tuntutan sosial membuat mereka sulit mendapatkan waktu dan kualitas tidur
yang sesuai (Benaroch, 2012).
Saat seseorang mencapai tahap dewasa, mereka cenderung memeriukan
waktu tidur 7-8 jam per hari. Sedangkan lansia cenderung memeriukan waktu
6-7 jam per hari dengan tidur siang yang lebih sering pada siang hari. Waktu
untuk tidur pada orang dewasa kebanyakan bervariasi dari tiap orang ke
orang, dan umumnya berkisar antara 5-11 jam (Robotham, 2011).
Kurang tidur dapat mengakibatkan dampak negatif. Saat kita terjaga,
kita menyimpan suatu keadaan yang disebut 'sleep debf yang dapat diganti
hanya meialui tidur. Ha! ini diatur oleh suatu mekanisme dalam tubuh yang
disebut sebagai "sleep homeostat", yang mengatur keinginan kita untuk tidur.
Jika
jumlah
'sleep
debf
besar,
maka
"sleep
homeostat"
akan
memberitahukan pada kita bahwa kita perlu tidur lebih banyak (Robotham,
2011).
Pada keadaan yang sehat, 'sleep debf ini akan diganti pada malam hari
secara perlahan-lahan. Namun 'sleep debf tersebut juga dapat ditumpuk dan
diganti secara perlahan-lahan
berbulan-bulan.
dalam waktu berminggu-minggu ataupun
Contoh, jika kita bergadang untuk beberapa hari berturut-
turut, maka kita perlu mengganti 'sleep debf dalam waktu dekat yang akan
datang. Menariknya, untuk orang-orang dengan "bipolar disorder", keadaan
mania yang diasosiasikan dengan kurangnya persepsi keperluan untuk tidur.
Namun, walaupun terdapat persepsi seperti ini, seseorang tersebut tetap
menumpuk "sleep debC yang perlu diganti (Robotham, 2011).
13
Figure 1
D i a g r a m of s l e e p h o m e o s t a t a n d c i r c a d i a n t i m e r
( a d a p t e d m o d e l from P r o f e s s o r D e r k - J a n Dijk,
Surrey Sleep Research Centre)
P e r f o r m a n c e whlf^ • -v.' • ;t.- ••
-
/
Sleep Wake Cycle
\
\
/
Homeosi.i;:
Circadian
Cycle
Gambar 2.2.Diagram homeostat tidur dan waktu circadian,
Sumber : Robotham, 201!
Pola tidur sangat bervariasi, beberapa fauna
aktif saat siang
dan
cenderung tidur pada malam hari, dan yang lain aktif pada malam hari dan
cenderung tidur pada siang hari. Pada manusia, waktu circadian
setiap orang
diatur sedikit berbeda; beberapa orang dapat beraktivitas secara maksminal
pada pagi hari (larks),
yang lainnya saat malam (owls), banyak di antara kita
yang berada d i antara keduanya (Robotham, 2011).
Beberapa orang mengalami apa yang disebut dengan Circadian
Sleep Disorder,
yang mana sering diasosiasikan dengan masalah kesehatan
mental. Orang yang sangat 'owV mungkin memiliki delayed sleep
syndrome,
sangat 'lark'
Rhythm
phase
cenderung untuk tidur dan bangun sangat lambat. Orang yang
mungkin memiliki advanced
sangat cepat pada pagi hari namim
sleep phase syndrome,
bangun
d i malam hari sangat mengantuk.
Iregularitas i n i dapat menjadi masalah, tergantung apa yang coba kita lakukan
14
dalam hidup, walaupun untuk beberapa orang dapat menjadi sebuah aset
(Robotham, 2011).
Efek yang mirip sering didapatkan pada orang-orang yang pola tidumya
diganggu oleh faktor ekstemal, seperti bekerja pada shift malam secara
regular
(terutama
setelah
bekerja
pada
shift
siang minggu-minggu
sebelumnya, disebut juga dengan work shifts disorder).
Contoh yang lain
adalah jetlag yang diakibatkan oleh pembahan time zones yang tidak sesuai
dengan waktu circadian
internal. Keduanya merupakan penemuan yang
paling sering dari circadian rhythm disorders. Manusia tidak dirancang untuk
terjaga pada malam hari dan tidur pada siang hari. Orang- orang yang secara
regular bekerja pada shift malam diperkirakan lebih beresiko menderita
kanker dan penyakit jantung, rasa mengantuk yang beriebihan, tidur yang
buruk, kurang konsentrasi, refleks motorik yang buruk dan lambat, mual dan
irritability. Awak penerbangan internasional juga diperkirakan lebih beresiko
menderika kanker,
kemungkinan discbabkan
oleh gangguan
circadian
rhythms yang bcrulang-ulang (Robotham, 2011; National Sleep Foundation,
2006).
Gangguan tidur dan circadian
rhythm juga didapatkan pada orang-
orang yang menderita bipolar disorder, walaupun tidak jelas apakah yang
bertanggung jawab untuk underlying sleep disturbances adalah
circadian
timer atau sleep homeostat. Telah diajukan bahwa pembahan
circadian
rhythm seseorang dapat menjadi trigger untuk bipolar disorder, temtama
mania (Robotham, 2011).
F . Siklus Tidur-Terjaga
Siklus tidur-teijaga yang pasti belum dapat dipastikan mekanismenya.
Para peneliti hanya dapat membiarkan daya imajinasi mereka bekerja dan
menghasilkan
sebuah
postulat
tentang
siklus
tidur-terjaga
(Guyton,
2005).Ketika pusat tidur tidak aktif, mesencephalic dan bagian atas pontile
reticular activating nuclei dilepaskan dari inhibisi, membiarkan reticular
activating nuclei untuk aktif secara spontan. Hal ini membangkitkan cerebral
15
cortex dan sistem saraf tepi, dimana keduanya mengirimkan feedback positif
ke reticular activating nuclei untuk mengaktifkannya lebih jauh. Oleh sebab
itu, saat proses terjaga dimulai, terjadi kccenderungan untuk menahan dirinya
yang discbabkan oleh aktivitas feedback positif tersebut (Guyton, 2005).
Setelah otak aktif selama beberapa jam, diperkirakan bahwa neuronneuron di activating system juga menjadi lelah. Akibatnya, siklus feedback
positif pada mesencephalic reticular nuclei dan cerebral cortex menghilang
perlahan-lahan, dan efek sleep-promoting pada pusat tidur mengambil aiih,
mengarah ke transisi yang cepat dari terjaga kembali ke tidur. Teori ini dapat
menjelaskan transisi yang cepat dari tidur ke terjaga dan terjaga ke tidur. la
juga dapat menjelaskan proses arousal, insomnia yang terjadi ketika pikiran
seseorang penuh pikiran, dan keadaan terjaga yang dihasilkan oleh aktivitas
fisik tubuh (Guyton, 2005).
G . Efek Psikologis Tidur
Tidur menyebabkan dua tipe efek psikologik utama, yaitu efek pada
sistem saraf dan efek pada sistem fungsional tubuh. Efek pada sistem saraf
tampaknya jauh lebih penting sebab jika seseorang memiliki spinal cord di
leher yang terpotong (sehingga tidak memiliki siklus tidur-terjaga di bawah
perpotongan tersebut), tidak menunjukkan efek berbahaya
yang dapat
berperan langsung pada siklus tidur-terjaga (Guyton, 2005).
Namun, kurang tidur secara pasti mempengaruhi fungsi sistem saraf
pusat. Terjaga yang terlalu lama sering diasosiasikan dengan malfungsi
progresif proses berpikir dan kadang-kadang menyebabkan aktivitas perilaku
yang abnormal (Guyton, 2005).
Kita semua mengenai penambahan pikiran yang tidak adekuat yang
muncul di akhir waktu terjaga yang diperpanjang, namun sebagai tambahan,
seseorang juga dapat menjadi lebih mudah tersinggung ataupun psikotik
setelah
waktu terjaga yang dipaksakan. Oleh sebab itu, para peneliti
mengasumsikan bahwa tidur dalam
berbagai cara mengembalikan aktivitas
otak ke level yang normal dan keseimbangan normal bagi fungsi sistem saraf
16
pusat. Hal ini dapat disamakan dengan "rezeroing" elektronik komputer
analog setelah penggunaan yang lama, karena komputer tipe
ini perlahan-
lahan akan kehilangan baseline operasinya. Maka beralasan mengasumsikan
bahwa efek yang sama akan muncul pada sistem saraf pusat sebab
penggunaan beriebihan pada beberapa area tertentu otak dapat secara mudah
membuat area-area ini tidak seimbang dengan sistem saraf yang lainnya
(Guyton, 2005).
Kita dapat mempostulatkan bahwa secara prinsip, nilai tidur adalah
mengembalikan keseimbangan alami pusat saraf. Fungsi psikologis spesifik
tidur tetaplah merupakan sebuah misteri, dan mereka adalah subjek penelitian
seianjutnya (Guyton, 2005).
H . Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Tidur
Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi tidur yaitu:
1. Faktor fisiologis
Tidur adalah proses fisiologis yang bersikius dan bergantian
dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. Siklus tidur dan terjaga
mempengaruhi dan mengatur fungsi fisiologis dan respon perilaku.
2. Faktor psikologis
Kecemasan tentang masalah pribadi atau situasi dapat mengganggu
tidur. stres emosional menyebabkan seseorang menjadai tegang dan
seringkali mengarah frustasi apabila tidak tidur. stres juga menyebabkan
seseorang mencoba terlalu keras untuk tidur, sering terbangun selama
siklus tidur, atau terlalu banyak tidur. stres yang berlanjut dapat
menyebabkan
kebiasaan
tidur yang buruk. Faktor psikologis juga
memegang peranan utama terhadap kccenderungan insomnia. Hal ini
discbabkan oleh ketegangan pikiran seseorang terhadap sesuatu yang
kemudian mempengaruhi
sytem saraf pusat sehingga
senantiasa siaga (Hirawan, 2007).
kondisi fisik
17
3. Faktor lingkungan
Seseorang orang memeriukan lingkungan tidur yang nyaman dan
ventilasi yang baik. Faktor gaya hidup Rutinitas harian seseorang
mempengaruhi
kualitas
tidur.
individu
yang
bekerja
sering
kali
mempunyai kesuiitan menyesuaikan perubahan jadwal tidur. jam internal
tubuh diatur pukul 22.00 W I B , tetapi sebaliknya jadwal kerja memaksa
untuk tidur pada pukul 9 pagi. Individu mampu utnuk tidur hanya selama
3-4 jam karena tubuh mempersepsikan bahwa ini adalah waktu terbangun
dan aktif. Kualitas
tidur yang baik dimaiam hari harus benar-benar
memperhatlkan pola hidup sehari-hari. Banyak hal yang mempengaruhi
terbentuknya pola tidur, seperti kebiasaan makan, program diet, kebiasaan
sehari-hari juga kebiasaan tidur itu sendiri (Hirawan, 2007).
1. Irama Sirkadian dan Jam Biologis
Mahluk hidup memiliki bioritme (jam biologis) yang berbeda. Bioritme
pada manusia dikontrol oleh tubuh dan disesuaikan dengan faktor lingkungan
(misalnya: cahaya, kegelapan, gravitasi dan stimulus elektromagnetik). Bentuk
bioritme yang paling umum adalah ritme sirkadian yang melengkapi siklus
selama 24 jam. Fiuktuasi denyut jantung, tekanan darah, temperatur, sekresi
hormon, metabolisme, dan penampilan serta perasaan individu bergantung
pada ritme sirkadiannya. Tidur adalah salah satu irama biologis tubuh yang
sangat kompleks. Sinkronisasi sirkadian terjadi jika individu memiliki pola
tidur bangun yang mengikuti jam biologisnya: individu akan bangun pada saat
ritme fisiologis paling tinggi atau paling aktif dan akan tidur pada saat ritme
tersebut paling rendah (Hidayat, 2006)
18
24:00
22:30
TCNGAHMALAM
12:00
TENGAHHARI
Gambar 2.3. Siklus Tidur Bangun
Sumber; Smolensky & Lamberg, 2000
Tanpa pengaruh faktor ekstemal, j a m alami tubuh mengikuti siklus 24 j a m .
Pengaruh dari faktor ekstemal (misalnya siklus siang dan malam, rutinitas
sehari-hari, j a m makan, dan lain sebagainya) melatih seseorang mengikuti
waktu 24 j a m . Tidur juga dipengaruhi oleh irama biologis. Orang dewasa tidur
satu kali, kadang-kadang dua kali, dalam waktu 24 j a m . Irama i n i tidak
muncul saat lahir tetapi berkembang pada dua tahun pertama kehidupan.
Beberapa orang wanita
mengalami pembahan pola tidur selama siklus
menstruasinya. Tidur pada waktu-waktu yang berbeda memiliki proporsi R E M
dan N R E M yang berbeda pula.Tidur pada pagi atau siang hari melibatkan
R E M sleep yang besar, sedangkan tidur di sore hari memiliki R E M sleep yang
jauh lebih kecii (Sadock, 2007).
19
J. Kualitas Tidur
Kualitas tidur adalah suatu keadaan di mana tidur yang dijalani seorang
individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran di saat terbangun. (Nashori,
2002; Purwanto, 2003).
Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga
seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang
dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata
bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit
kepala dan sering menguap atau mengantuk (Hidayat,
tidur,
menurut
American
2006).
Kualitas
Psychiatric Association (2000), didefinisikan
sebagai suatu fenomena kompleks yang melibatkan beberapa dimensi.
Kualitas tidur meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif tidur, seperti
lamanya tidur, waktu yang diperlukan untuk bisa tertidur, frekuensi terbangun
dan aspek subjektif seperti kedalaman dan kepulasan tidur (Buysse, 2008).
Persepsi mengenai kualitas tidur itu sangat bervariasi dan individual yang
dapat dipengaruhi oleh waktu yang digunakan untuk tidur pada malam hari
atau efesiensi tidur. Beberapa penelitian melaporkan bahwa efisiensi tidur
pada usia dewasa muda adalah 80-90%. D i sisi lain, Lai (2001) menyebutkan
bahwa kualitas tidur ditentukan oleh bagaimana seseorang mempersiapkan
pola tidumya pada malam hari seperti kedalaman tidur, kemampuan tinggal
tidur, dan kemudahan untuk tertidur tanpa bantuan medis. Kualitas tidur yang
baik dapat memberikan perasaan tenang di pagi hari, perasaan energik, dan
tidak mengeluh gangguan tidur. Dengan kata lain, memiliki kualitas tidur
baik sangat penting dan vital untuk hidup sehat semua orang.
Kualitas tidur yang baik diperlihatkan dengan mudahnya seseorang
memulai tidur saat jam tidur, mempertahankan tidur, menginisiasi untuk tidur
kembali setelah terbangun di malam hari, dan peralihan dari tidur ke bangun
di pagi hari dengan mudah (Saputri, 2009).
Selain itu, menurut Hidayat (2006), kualitas tidur seseorang dikatakan
baik apabila tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak
mengalami masalah dalam tidumya. Tanda-tanda kekurangan tidur dapat
20
dibagi menjadi tanda fisik dan tanda psikologis. Di bawah ini akan dijelaskan
apa saja tanda fisik dan psikologis yang dialami.
a. Tanda fisik
Ekspresi wajah (area gelap di sekitar mata, bengkak di kelopak mata,
konjungtiva kemerahan dan mata terlihat cekung), kantuk yang beriebihan
(sering menguap), tidak mampu untuk berkonsentrasi (kurang perhatian),
terlihat tanda-tanda keletihan seperti penglihatan kabur, mual dan pusing.
b. Tanda psikologis
Menarik diri, apatis dan respons menurun, merasa tidak enak badan,
malas berbicara, daya ingat berkurang, bingung, timbul halusinasi, dan
ilusi
penglihatan
atau
pendengaran,
kemampuan
memberikan
pertimbangan atau keputusan menurun.
Kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang
serins, kualitas tidur yang baik seringkali terabaikan dan masih ada anggapan
bahwa gangguan tidur bukan masalah yang serius. Padahal tidur merupakan
kebutuhan yang penting bagi manusia (Sindo, 2008). Kualitas tidur yang
buruk memberi efek yang buruk diantaranya
sakit kepala dan sulit
berkonsentrasi, selain itu juga kurang tidur dapat mengganggu metabolisme
tubuh. Seperti yang sudah diketahui tidur adalah proses pemulihan sel-sel
tubuh. Jika proses ini terganggu tentu regenerasi sel-sel tubuh tidak akan
maksimal
akibatnya tubuh menjadi lemas dan rentan terhadap penyakit
(Lumbantobing, 2004).
Kebutuhan waktu tidur bagi setiap orang adalah berlainan, tergantung
pada kebiasaan yang dibawa selama perkembangannya menjelang dewasa,
aktivitas pekerjaan, usia, kondisi kesehatan dan lain sebagainya. Kebutuhan
tidur pada dewasa 6-9 jam untuk menjaga kesehatan, usia lanjut 5-8 jam
untuk menjaga kondisi fisik karena usia yang semakin senja mengakibatkan
sebagian anggota tubuh tidak dapat berfungsi optimal, maka untuk mencegah
adanya penurunan kesehatan dibutuhkan energi yang cukup dengan pola tidur
yang sesuai (Lumbantobing, 2004).
21
Waklu tidur yang kurang dari kebutuhan dapat mempengaruhi sintesis
protein yang berperan dalam memperbaiki sel-sel yang rusak menjadi
menurun.
Keleiahan, meningkatnya
stress kecemasan serta kurangnya
konsentrasi dalam aktivitas sehari-hari adalah akibat yang sering terjadi
apabila waktu tidur tidak tercukupi. Tidur malam yang berlangsung dengan
rerata 7 jam, terdiri dari 2 macam kondisi yaitu REM dan NREM
bergantian selama 4-6 kali. Seseorang
yang
yang kurang cukup menjalani tidur
jenis REM maka esok harinya akan menunjukkan kccenderungan untuk
hiperaktif, kurang dapat mengendalikan diri dan emosinya, nafsu makan
bertambah. Tidur NREM yang kurang cukup, akan mengakibatkan esok
harinya keadaan fisik menjadi kurang gesit (Potter & Perry, 2005). Indeks
kualitas tidur: berdasarkan total jam tidur, waktu untuk memulai tidur,
frekuensi terbangun pada malam hari, perasaan segar ketika bangun dipagi
hari, kedalaman tidur, dan rasa mengantuk disiang hari.
2.1.2.
77/^ Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)
A. Definisi
The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) merupakan instrumen yang
efektif digunakan untuk mengukur kualitas tidur dan pola tidur. Digunakan
untuk membedakan antara yang mencukupi dan yang kurang tidumya pada
waktu sebulan. PSQI dapat digunakan baik untuk penilaian awal dan
berkelanjutan di selumh bidang kesehatan. Skala ini telah digunakan terutama
di negara-negara yang berbahasa Inggris, dengan baru-bam ini di Cina dan
Jepang (Smith, 2012). Kualitas tidur adalah fenomena
kompleks yang
tercakup di PSQI yang telah dikcmbangkan untuk mengukur kualitas tidur
dan untuk membedakan antara yang tercukupi kebutuhan dan yang kurang
tercukupi kebutuhan tidumya. Pengukuran
ini meliputi tujuh bidang :
subjektif kualitas tidur, kedalaman tidur, lama tidur, efisiensi biasa tidur,
gangguan tidur, penggunaan obat tidur, gangguan fungsi pada siang
selama sebulan.
PSQI dapat digunakan
hari
untuk semua populasi di seluruh
dunia karena telah didukung validitas dan reabilitas (Buysse, 2008).
22
B. KomponcD Pengukuran
Kualitas tidur dapat diukur dengan menggunakan PSQI yang terdiri dari
tujuh komponen, yaitu:
1. Kualitas tidur
Evaluasi kualitas tidur secara subjektif merupakan
evaluasi singkat
terhadap tidur seseorang tentang apakah tidumya sangat baik atau sangat
buruk.
2. Latensi tidur
Latensi tidur adalah durasi mulai dari berangkat tidur hingga tertidur.
Seseorang dengan kualitas tidur baik menghabiskan waktu kurang dari 15
menit untuk dapat memasuki tahap tidur seianjutnya secara lengkap.
Sebaliknya, lebih dari 20 menit menandakan level insomnia yaitu seseorang
yang mengalami kesuiitan dalam memasuki tahap tidur seianjutnya.
3. Durasi tidur
Durasi tidur dihitung dari waktu seseorang tidur sampai terbangun di pagi
hari tanpa menyebutkan terbangun pada tengah malam, Orang dewasa yang
dapat tidur selama lebih dari 7 jam setiap malam dapat dikatakan memiliki
kualitas tidur yang baik.
4. Efisiensi kebiasaan tidur
Efisiensi kebiasaan tidur adalah rasio persentase antara jumlah total jam
tidur dibagi dengan jumlah jam yang dihabiskan di tempat tidur. Seseorang
dikatakan mempunyai kualitas tidur yang baik apabila efisiensi kebiasaan
tidumya lebih dari 85%.
5. Gangguan tidur
Gangguan tidur merupakan kondisi terputusnya tidur yang mana pola
tidur-bangun
seseorang
bembah
dari
pola
kebiasaannya,
hal
menyebabkan penumnan baik kuantitas maupun kualitas tidur seseorang
ini
23
6. Penggunaan obat
Penggunaan
obat-obatan
yang mengandung
sedatif mcngindikasikan
adanya masalah tidur. Obat-obatan mempunyai efek terhadap terganggunya
tidur pada tahap REM. Oleh karena itu, setelah mengkonsumsi obat yang
mengandung sedatif, seseorang akan dihadapkan pada kesuiitan untuk tidur
yang disertai dengan frekuensi terbangun di tengah malam dan kesuiitan
untuk kembali tertidur, semuanya akan berdampak langsung terhadap
kualitas tidumya.
7. Disfungsi di siang hari
Seseorang dengan kualitas tidur yang bumk menunjukkan keadaan
mengantuk ketika beraktivitas di siang hari, kurang antusias atau perhatian.
2.1.3. Fungsi Kognitif
A. Definisi Kognitif
Pengertian kognitif menurut behavioral neurology mempakan suatu proses
dimana semua masukan yang bersifat sensoris baik bersifat taktil, visual dan
auditorik akan diubah, diolah, disimpan dan seianjutnya digunakan untuk
hubungan
intemeuron
secara
sempuma
sehingga
individu
mampu
melaksanakan penalaran terhadap masukan sensoris tersebut (Wiyoto, 2002).
Pada konsep yang banyak dianut mengatakan bahwa 5 domain dari fungsi
kognitif adalah: attention (pemusatan perhatian/atensi), language (bahasa),
memory (daya ingat), visuospatial (pengenalan ruang), dan executive function
(fungsi eksekutif: fungsi pencemaan, pengorganisasian dan pelaksanaan
(Sidiarto 8c Kusumoputro, 2004).
Fungsi kognitif: Kemampuan mengenai atau mengetahui mengenai benda
atau keadaan atau situasi, yang dikaitkan dengan pengalaman pembelajaran
dan kapasitas inteligensi seseorang. Tcrmasuk dalam fungsi
memori/daya
kognitif
ialah
ingat, konsentrasi/perhatian orientasi, kemampuan berbahasa,
berhitung, visuospasial, fungsi eksekutif, abstraksi, dan taraf inteligensi
(Wreksoatmodjo, 2012).
24
Konsentrasi merupakan proses kognitif yang melibatkan berbagai macam
aspek psikologis dan neurologis. Konsentrasi sendiri memiliki definisi
suatu
proses untuk
tetap
memilih
suatu
objek
dan
mempertahankan
untuk
mempcrhatikan objek tersebut serta menyelesaikan masalah atau rintangan
dalam prosesnya (Green, 2003)
Konsentrasi adalah kemampuan untuk bereaksi atau