KONSEP PERENCANAAN BIDANG CIPTA KARYA

KONSEP PERENCANAAN BIDANG CIPTA KARYA

2.1. KONSEP PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

  • Undang undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (UU SPPN) mengamanatkan agar Perencanaan Pembangunan Nasional disusun secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan. Di
  • sisi lain, dalam hal penganggaran dan pengelolaan keuangan Negara, Undang undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara (UU KN) mengamanatkan bahwa Keuangan
  • Negara harus dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

  Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Pematang Siantar merupakan dokumen rencana dan program pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya dalam periode lima tahun, yang dilaksanakan secara terpadu oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, maupun oleh Masyarakat/ Swasta, yang mengacu pada rencana tata ruang, untuk menjamin keberlangsungan kehidupan masyarakat yang berkualitas dan mewujudkan pembangunan infrastruktur Cipta Karya yang berkelanjutan. RPIJM telah diinisiasi sejak tahun 2005 melalui Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya No. PR. 02.03-DC/496 tanggal 9 desember 2005 tentang penyusunan Program Investasi Jangka Menengah Pembangunan PU Bidang Cipta Karya (Infrastruktur Permukiman) Kabupaten/Kota.

  Sasaran penyusunan program pembangunan kedepan adalah penajaman program dan sinkronisasi antar sektor yang dapat mengatasi isu wilayah yang berlandaskan pada penataan ruang mengacu kepada dokumen rencana pembangunan infrastruktur jangka menengah (RPIJM). Kedudukan RPIJM pembangunan infrastruktur berada di bawah kebijakan spasial dan kebijakan sektoral yang ada di setiap daerah. Kebijakan spasial dalam RPIJM mengacu pada RTRW Kota Pematang Siantar masing-masing. Sedangkan kebijakan sektoral/program dalam RPIJM mengacu pada RPJMN dan RPJMD dan Renstra Kementerian/Lembaga.

  Program-program Cipta Karya yang berjalan saat ini belum sepenuhnya sesuai dengan arahan strategis dari penataan ruang dan sektor (RTRW, RDTR, SSK, RISPAM, SPPIP, RPKPP, dan RTBL). Sehingga diharapkan untuk program/kegiatan yang mempunyai fleksibilitas dan dapat mendukung keterpaduan pembangunan bidang Cipta Karya dalam skala kawasan dan skala lingkungan/komunitas.

  Sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, disebutkan salah satunya adalah Kawasan Strategis Nasional (KSN). KSN adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia.

  Cipta Karya akan memprioritaskan program/kegiatannya pada Kabupaten/Kota strategis nasional. Kabupaten/Kota tersebut yang tercakup dalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam KSN dan Kabupaten/Kota di dalam kawasan metropolitan. Kabupaten/Kota tersebut juga telah memiliki Perda RTRW dan tergabung dalam Program Kota Hijau, Kota Pusaka, dan Perdesaan Lestari dan telah memiliki pedoman rencana dan program yang berkualitas di bidang Cipta Karya berupa Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten/Kota. Direktorat Jenderal Cipta Karya juga mendukung Kota Pematang Siantar dalam pemenuhan Standart Pelayanan Minimal (SPM) bagi yang telah memiliki pedoman rencana dan program yang berkualitas, memiliki komitmen tinggi dan responsif program serta usulan-usulan daerah yang bersifat inovasi baru (creative program) bagi daerah yang berprestasi.

Gambar 2.1 Spasial: Amanat Penataan Ruang/ - UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Amanat Pembangunan Nasional: - RPJPN 2005 - 2025 - RPJMN 2010 - 2014 Konsep Perencanaan Bidang Cipta Karya - UU No.28/Z002 tentang Bangunan Gedung Amanat Pembangunan Bidang PU / CK: Permukiman - UU No.20/2011 tentang Rumah Susun - UU No. 1/Z011 tentang Perurnahan dan kawasan - MDGs - RIO + 20 Amanat Internasional: - Agenda Habitat - RTRW Provinsi/ Kota/ - RTRW Nasional/ KSN kabupaten - MP3KI Ruang - UU/PP (UU 32/ 2004, PP - Direktif Presiden - PP36/2005 tcntang Pcraturan Pelaksana UU - MP3EI - KEK 38/2007) BangunanGedung dan Sampah Sejenis - PP 81/2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga - UU No. 18/2008 tentang Pengelolaan Persampahan - PP N0. 16/2005 tentang Pengembangan SPAM - UU No.7/Z004 tetang SDA - SDG Ruang - StandarPe|ayanan Minimal Bidang PU dan Penataan - RPIZJM Kondisi Eksisting

  A. Rencana Dan Program Bidang Cipta Permukiman yang layak Pembangunan Bidang Karya Cipta Karya huni dan berkelanjutan

  B. Pelaksanaan Pembangunan Bidang Isu-isu Strategis: Perubahan Iklim - Bencana Alam - Kemiskinan - Permasalahan dan Potensi Daerah Cipta Karya Dukungan Stakeholder: - Daerah (Prov/Kota/Kab) - Dunia Usaha Reformasi Birokrasi - Kepadatan Penduduk Perkotaan - Green Economy -

  • Masyarakat Sumber : Ditjen Cipta Karya 2012.

2.2. Amanat Pembangunan Nasional 2.2.1. RPJP Nasional 2005-2025 (UU No. 17 Tahun 2007)

  Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

  2.2.2. RPJM Nasional 2010-2014 (Perpres No. 05 Tahun 2010)

  Peraturan Presiden Nomor 5 tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014 yang mengamanatkan adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 5 (lima) tahun.

  2.2.3. MP3EI (Perpres No. 32 Tahun 2011)

  Peraturan Presiden Nomor 32 tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025 yang mengamanatkan MP3EI merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia untuk priode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 dan melengkapi dokumen perencanaan.

  2.2.4. MP3KI

  Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI) meliputi pertama, program penanggulangan kemiskinan eksisting yang pada Klaster I berupa bantuan dan jaminan sosial, Klaster II adalah pemberdayaan masyarakat, Klaster III tentang Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (KUMKM), dan Klaster IV adalah program prorakyat. Program kedua adalah transformasi perlindungan sosial dan bantuan sosial. Ketiga, pengembangan livelihood, pemberdayaan, akses berusaha & kredit, dan pengembangan kawasan berbasis potensi lokal.

  2.2.5. KEK (UU No. 39 Tahun 2009)

  Undang Undang Nomor 39 tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu.

2.2.6. Direktif Presiden (Inpres No. 3 Tahun 2010)

  Instruksi Presiden nomor 3 tahun 2010 tentang program pembangunan yang berkeadilan yang Mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing, dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan yang berkeadilan sebagaimana termuat dalam Lampiran Instruksi Presiden ini, yang meliputi program Pro Rakyat, Keadilan untuk semua dan pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium (Millennium Development Goals - MDG’s).

2.3. Peraturan Perundangan Pembangunan Bidang Pu/Ck 2.3.1. UU No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Permukiman

  Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

2.3.2. UU No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung

  UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung.

  Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah: a.

  Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah; b.

  Status kepemilikan bangunan gedung; dan c. Izin mendirikan bangunan gedung.

  Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.

  2.3.3. UU No. 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air

  Pada pasal 40 mengamanatan bahwa pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum rumah tangga dilakukan dengan pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM). Untuk pengembangan sistem penyediaan air minum menjadi tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

  2.3.4. UU No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Persampahan

  Peraturan ini mengatur penyelenggaraan pengelolaan sampah yang mencakup pembagian kewenangan pengelolaan sampah, pengurangan dan penanganan sampah, maupun sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah. Pasal 20 disebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan penyelenggaraan pengelolaan sampah sebagai berikut: a.

  Menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka waktu tertentu; b.

  Memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan; c. Memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan; d.

  Memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang; dan e. Memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang.

  Pasal 44 disebutkan bahwa pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah (TPA) yang dioperasikan dengan sistem pembuangan terbuka (open dumping) paling lama 5 (lima) tahun terhitung sejak diberlakukannya Undang-Undang 18 tahun 2008 ini.

2.4. Amanat Internasional 2.4.1. Millenium Development Goals (MDGs)

  Target Millenium Development Goals (MDGs) Pada Bidang Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya pada point ke 7 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup. Dan lebih detail pada point 7.c dan 7.d sebagai berikut:

  7.c.

  Menurunkan hingga separuhnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada tahun 2015; 7.d.

  Mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020.

  Pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) merupakan pemenuhan komitmen internasional yang sejalan dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kedelapan tujuan tersebut diharapkan pada tahun 2015 dapat dicapai sesuai target yang ditetapkan, bahkan dapat dicapai lebih cepat. Meskipun kinerja pencapaian target MDGs di tingkat nasional sudah cukup baik, namun kinerja Provinsi dan Kabupaten/Kota sangat bervariasi. Untuk itu diperlukan kerjasama lintas sektor dan lintas bidang antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, peningkatan kemitraan antara Pemerintah dengan Swasta, serta peningkatan peran aktif masyarakat untuk menangani disvaritas kinerja tersebut.

2.5. Prioritas Program Bidang Cipta Karya 2.5.1. Strategis Nasional a.

  Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI); b. Telah memiliki Perda RTRW dan tergabung dalam Program Kota Hijau, Kota

  Pusaka, dan Perdesaan Lestari; c. Telah memiliki pedoman rencana dan program yang berkualitas di Bidang Cipta Karya (RPIJM, SPPIP, RPKPP, RTBL, SSK, RISPAM).

2.5.2 Pemenuhan SPM a.

  Telah memiliki pedoman rencana dan program yang berkualitas untuk pemenuhan SPM Bidang Cipta Karya di Daerah; b.

  Karakteristik daerah: rawan bencana alam, cakupan air minum/sanitasi rendah, permukiman kumuh, daerah kritis (miskin); c.

  Memiliki komitmen tinggi dan responsif program.

Tabel 2.1. Prioritas Kabupaten/Kota Pemenuhan SPM Berdasarkan Karakteristik Daerah (Rawan Bencana Alam, Cakupan Air Minum/Sanitasi Rendah, Permukiman kumuh, Daerah Kritis (Miskin) NO KAB/KOTA

  

INDEKS RANGKING

SEKTOR UTAMA YANG DIBUTUHKAN

  1 KOTA PEMATANG SIANTAR

2.5.3 Inovasi/Kreatifitas Program a.

  Di luar dua kategori tersebut di atas, terdapat usulan daerah dan program bersifat inovasi baru untuk dijadikan creative program DJCK; b.

  Diusulkan oleh daerah secara kompetitif dan selektif; c. Ditujukan termasuk untuk memfasilitasi daerah berprestasi.