Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Barru

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka
Menengah (RPI2JM) Kabupaten Barru

BABIII
RENCANATATARUANGWILAYAH
SEBAGAI ARAHANSPASIALRPI2-JM
BIDANGCIPTAKARYA
RencanaTataRuang

Wilayah

memuatarahanstrukturruang

danpolaruang.Strukturruang adalahsusunan pusat-pusat permukiman
dansistemjaringanprasaranadansaranayang

berfungsi

sebagaipendukung kegiatansosialekonomi masyarakat
hirarkis


memiliki

hubungan

yang secara

fungsional,

sedangkan

polaruangadalahdistribusi

peruntukan

ruangdalamsuatuwilayahyangmeliputi

peruntukan

ruanguntukfungsilindungdanperuntukan ruang untukfungsibudidaya.
Pembangunan


bidangCiptaKarya

harusmemperhatikan

arahanstrukturdanpolaruangyang

tertuangdalamRTRW,

selainuntukmewujudkanpermukiman

yanglayakhunidanberkelanjutan

jugadapatmewujudkan tujuandaripenyelenggaraan penataanruangyaitu
keharmonisanantaralingkunganalamdan
keterpaduan

dalampenggunaan

lingkunganbuatan,


sumberdayaalamdan

buatandenganmemperhatikansumberdaya
pelindunganfungsi

ruang

sumberdaya

manusia,
dan

serta
pencegahan

dampaknegatifterhadaplingkungan akibatpemanfaatan ruang.
3.1. RencanaTataRuangWilayahNasional(RTRWN)
RencanaTata


RuangWilayahNasional(RTRWN)disusun

melaluiPeraturanPemerintahNo.

26

Tahun2008

tentang

RencanaTataRuangWilayah untuk:
A. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang Nasional.
B. Penyusunanrencana pembangunanjangka menengah Nasional,

FINAL REPORT

III-1

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka
Menengah (RPI2JM) Kabupaten Barru


C. Pemanfaatan

ruang

dan

pengendalian

pemanfaatan

ruangdiwilayahNasional,
D. Perwujudanketerpaduan,keterkaitan,dankeseimbangan perkembangan
antarwilayahProvinsi,sertakeserasian antarsektor,
E. Penetapanlokasidanfungsiruanguntukinvestasi,
F. PenataanruangkawasanstrategisNasional,dan
G. PenataanruangwilayahProvinsidan Kabupaten/Kota.
Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti
kedalam RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:
3.1.1 PenetapanPusatKegiatanNasional(PKN)

BerdasarkanPP

Nomor

26

Tahun

2008tentangRTRWN,

PenetapanLokasiPusat kegiatanNasional(PKN)terdapat di Kawasan
Perkotaan Makassar, Sungguminasa, Takalar, Maros (Maminasata).
Oleh karena itu diantara wilayah ini Kabupaten Barru tidak termasuk
dalam kawasan ini.
3.1.2 PenetapanPusatKegiatanWilayah(PKW)
Kriteria:
a. Kawasan

Perkotaanyangberfungsi


atau

berpotensi

sebagaisimpulkeduakegiatanekspor-impor yang mendukungPKN,
b. Kawasanperkotaanyangberfungsi
pusatkegiatanindustri

atauberpotensi

danjasayang

sebagai
melayani

skalaprovinsiataubeberapakabupaten, dan/atau
c. Kawasanperkotaanyangberfungsi

atauberpotensi


sebagaisimpultransportasiyangmelayani

skala

provinsiataubeberapakabupaten.
Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN,
menetapkan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) berada di Pangkajene,
Jeneponto, Watampone, Palopo, Bulukumba, Barru, Pare pare.

FINAL REPORT

III-2

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka
Menengah (RPI2JM) Kabupaten Barru

3.1.3 PenetapanPusatKegiatanStrategisNasional(PKSN)
Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN,
penetapan pusat kegiatan strategis nasional (PKSN) tidak termasuk
didalamnya wilayah Sulawesi selatan.

3.1.4 PenetapanKawasanStrategisNasional(KSN)
Berdasarkan PP Nomor26Tahun2008tentangRTRWN, Kabupaten
Barru terdapat di dalam Kawasan Strategis Nasional yakni dalam
sudut kepentingan ekonomi tehadap kawasan pertumbuhan ekonomi
terpadu.
a. memilikipotensiekonomicepattumbuh,
b. memiliki

sektor

unggulan

yang

dapat

menggerakkanpertumbuhanekonominasional,
c. memilikipotensiekspor,
d. didukung


jaringan

prasarana

dan

fasilitas

penunjangkegiatanekonomi,
e. memilikikegiatanekonomiyangmemanfaatkan teknologitinggi,
f. berfungsi

untuk

mempertahankan

tingkat produksi

pangan


nasional dalam rangka mewujudkanketahananpangannasional,
g. berfungsi

untuk

mempertahankan

tingkat produksi

sumberenergidalamrangka
mewujudkanketahananenerginasional,atau
h. ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasantertinggal
3.2 RTRWKawasanStrategisNasional(KSN)
Di dalam Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 26
tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsimenetapkan
Kabupaten Barru dalam Kawasan Perekonomian Ekonomi terpadu yang
merupakan Kawasan Strategis Nasional dengan sudut kepentingan
ekonomi.

FINAL REPORT

III-3

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka
Menengah (RPI2JM) Kabupaten Barru

3.3 ArahanRencanaTataRuang(RTR)Pulau
Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi merupakan perwujudan
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional di Pulau Sulawesi. Penetapan
RTR Pulau Sulawesi bertujuan untuk:
1.

Mencapai

keseimbangan

pemanfaatan

kawasan berfungsi lindung

dan

ruang

budidaya,

makro

antara

antara kawasan

perkotaan dan perdesaan, antar wilayah dan antar sektor, dalam
satu ekosistem pulau dan perairannya;
2.

Meningkatkan kesatuan pengembangan kegiatan ekonomi, sosial
dan pengembangan prasarana wilayah pada kawasan perkotaan
dan perdesaan dengan memperhatikan kemampuan daya dukung
lingkungan;

3.

Menjamin efisiensi pelaksanaan pembangunan lintas sektor dan
lintas provinsi;

4.

Memulihkan daya dukung lingkungan untuk mencegah terjadinya
bencana

yang

lebih

besar

dan

menjamin

keberlanjutan

pembangunan.
Fungsi RTR Pulau Sulawesi adalah memberikan dasar pencapaian
keterpaduan, keserasian dan keterkaitan spasial antar wilayah dan antar
sektor di dalam suatu kesatuan pulau dalam rangka optimasi
pemanfaatan ruang.
A. Pola Ruang Wilayah Pulau Sulawesi
Arahan

pola

pengelolaan

kawasan

lindung

sebagaimana

mencakup :
1. Arahan

pola

pengelolaan

kawasan

yang

memberikan

perlindungan pada kawasan bawahannya yang terdiri dari
kawasan hutan lindung, kawasan bergambut, dan kawasan
resapan air;
2. Arahan

pola

pengelolaan

kawasan

yang

memberikan

perlindungan setempat yang meliputi sempadan pantai,

FINAL REPORT

III-4

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka
Menengah (RPI2JM) Kabupaten Barru

sempadan sungai, kawasan sekitar danau dan waduk serta
kawasan sekitar mata air;
3. Arahan pola pengelolaan kawasan suaka alam, pelestarian
alam dan cagar budaya;
4. Arahan

pola

pengelolaan

kawasan

rawan

bencana

lingkungan.
Arahan

pola

pengelolaan

kawasan

yang

memberikan

perlindungan pada kawasan bawahannya yang diprioritaskan
penanganannya mencakup :
1. Pencegahan terjadinya erosi dan atau sedimentasi pada kotakota atau kawasan-kawasan produksi khususnya yang berada
pada kelerengan terjal;
2. Pengendalian luasan hutan lindung seluas 579.300 ha di
Provinsi Sulawesi Selatan.
3. Melakukan penelitian dengan tingkat kedalaman yang lebih
rinci dalam rangka penetapan kawasan bergambut;
4. Mempertahankan keberadaan zona-zona resapan air di
Sulawesi Selatan yang mencakup puncak G. Lompobattang,
Peg. Quarles dengan puncak-puncak G. Rantemario, G.
Sinjai, G. Paroreang, G. Gandadiwata, G. Kolonodale, G.
Kambuno, G. Kabinturu, dan G. Baleasa
Pola pengelolaan kawasan yang memberikan perlindungan
pada kawasan setempat yang diprioritaskan penanganannya
mencakup :
1. Penetapan kawasan sempadan pantai sebagai kawasan
berfungsi lindung pada RTRW Provinsi, Kabupaten dan Kota;
2. Penetapan kawasan sempadan sungai sebagai kawasan
berfungsi lindung pada RTRW Provinsi, Kabupaten dan Kota;
3. Penetapan kawasan sekitar danau/waduk sebagai kawasan
berfungsi lindung pada RTRW Provinsi, Kabupaten dan Kota;

FINAL REPORT

III-5

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka
Menengah (RPI2JM) Kabupaten Barru

4. Penetapan kawasan sekitar danau/waduk secara bijaksana
agar proses pendangkalan danau-danau besar dapat dicegah,
yang mencakup Danau Limboto,

Danau Towuti, Danau

Matano, dan Danau Tempe;
5. Penetapan kawasan sempadan pantai, sempadan sungai,
sekitar

danau/waduk

melalui

RTRW

Provinsi,

RTRW

Kabupaten, dan RTRW Kota.
B. Struktur Ruang Wilayah Pulau Sulawesi
Struktur ruang wilayah Pulau Sulawesi disusun berdasarkan
arahan pola pengelolaan sistem pusat permukiman dan arahan
pola pengelolaan sistem jaringan prasarana wilayah yang meliputi
arahan pola pengelolaan sistem jaringan prasarana transportasi,
sistem jaringan prasarana energi, sistem jaringan prasarana
sumber daya air, dan sistem jaringan prasarana perkotaan.
Pola pengelolaan sistem pusat permukiman di Pulau Sulawesi
diarahkan pada terbentuknya fungsi dan hirarki perkotaan sesuai
dengan RTRWN. Hirarki perkotaan meliputi Kota PKN, PKW, dan
PKL sebagai satu kesatuan sistem.
3.4 ArahanRencanaTataRuangWilayah(RTRW) Provinsi
3.4.1 Arahan Pengembanagan Pola Ruang dan Struktur Ruang
A. Pola Ruang RTRW Provinsi
1. Rencana Kawasan Pertambangan
Kawasan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal

54

huruf

c

merupakan

kawasan

yang

potensil

dimanfaatkan untuk budidaya pertambangan meliputi:
a. Kawasan potensil tambang logam meliputi: tambang emas di
wilayah pertambangan Kabupaten Luwu dan Kabupaten
Luwu Timur, serta tambang emas plaser di Kabupaten Luwu
Utara; tambang besi di Kabupaten Luwu Timur dan tambang

FINAL REPORT

III-6

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka
Menengah (RPI2JM) Kabupaten Barru

pasir besi di Kabupaten Takalar dan Kabupaten Jeneponto;
tambang Kromit di Kabupaten Luwu Timur dan Kabupaten
Barru; tambang nikkel di Kabupaten Luwu Timur; tambang
tembaga di Kabupaten Toraja dan Kabupaten Toraja Utara,
serta tambang timbal di Kabupaten Tana Toraja.
b. Kawasan potensil tambang non logam (bebatuan) meliputi:
tambang andesit di Kabupaten Pangkep dan Kabupaten
Bone; tambang basal di Kabupaten Pangkep, Kabupaten
Bone dan Kabupaten Sinjai; tambang batubara di Kabupaten
Toraja Utara; tambang jasper di Kabupaten Bone; tambang
marmer dan kapur bahan semen di Kabupaten Pangkep,
Kabupaten Maros dan Kabupaten Bone; tambang batu dan
pasir di Kabupaten Pangkep, Kabupaten Gowa, Kabupaten
Sinjai dan Kabupaten Kepulauan Selayar.
c. Kawasan potensil tambang minyak dan gas bumi (Migas)
meliputi: Blok Bone Utara di Kabupaten Luwu dan Kota
Palopo, Blok Enrekang di Kabupaten Tana Toraja, Enrekang
dan Pinrang, Blok Sengkang di Kabupaten Wajo, Sidrap,
Soppeng dan Bone, Blok Bone di Teluk Bone, dan Blok
Sigeri di Selat Makassar, Blok Kambuno di laut Kabupaten
Bone, Sinjai dan Bulukumba, Blok Selayar di laut Kabupaten
Bulukumba
Karaengta

dan
di

Kabupaten

laut

Kepulauan

Kabupaten

Selayar,

Bulukumba,

Blok

Kabupaten

Bantaeng, Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Takalar dan
Kabupaten Kepulauan Selayar.
2. Rencana Kawasan Industri
Kawasan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54
huruf d merupakan kawasan yang potensil dimanfaatkan untuk
kegiatan industri yang meliputi:
a. Kawasan industri skala besar meliputi: kawasan potensil
usaha industri di Kota Makassar, Kota Parepare, Kabupaten

FINAL REPORT

III-7

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka
Menengah (RPI2JM) Kabupaten Barru

Luwu Timur, Kabupaten Pangkep, Kabupaten Maros, dan
Kabupaten Gowa;
b. Kawasan aglomerasi industri skala kecil dan menengah
meliputi: Kota Palopo, Kabupaten Luwu Utara, Kabupaten
Luwu,

Kabupaten

Enrekang,

Kabupaten

Sidrap,

KabupatenPinrang, Kabupaten Barru, Kabupaten Bone,
Kabupaten

Bulukumba,

Kabupaten

Bantaeng

dan

Kabupaten Jeneponto.
3. Rencana Kawasan Pariwisata
Rencana pengembangan kawasan pariwisata sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 54 huruf f merupakan kawasan yang
potensil dikembangkan sebagai tujuan maupun obyek wisata
meliputi rencana-rencana pengembangan:
a. Taman Wisata Alam (TWA) berskala nasional meliputi TWA
Danau Matano – Mahalona dan TWA Danau Towuti
(Kabupaten Luwu Timur), TWA Malino (Kabupaten Gowa),
TWA Cani Sirenreng (Kabupaten

Bone),

TWA Lejja

(Kabupaten Soppeng), TWA Laut Kepulauan Kapoposang
(Kabupaten Pangkep), Taman Nasional Laut Takabonerate
(Kabupaten Kepulauan Selayar), TMN Bantimurung –
Bulusarang (Kabupaten Maros dan Pangkep), Taman Buru
Ko’mara (Kabupaten Takalar) dan Taman Buru Bangkala
(Kabupaten Jeneponto);
b. Taman Wisata Alam (TWA) berskala Provinsi meliputi TWA
Danau Tempe - Sidenreng (Kabupaten Wajo dan Sidrap),
TWA Laut Kepulauan Spermode yang terletak di wilayah
Mamminasata, TWA Kebun Raya Enrekang; TWA Kebun
Raya Pucak (Kabupaten Maros), TWA Sungai Saddang
(Kabupaten Tana Toraja dan Enrekang), Tahura Abdul Latief
(Kabupaten Sinjai), Tahura Nanggala (Kota Palopo);

FINAL REPORT

III-8

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka
Menengah (RPI2JM) Kabupaten Barru

c. Taman Wisata Budaya (TWB) skala nasional meliputi TWB
perdesaan tradisional di Kabupaten-kabupaten Toraja Utara
dan Tana Toraja;
d. Taman Wisata Budaya (TWB) skala Provinsi meliputi TWB
Permukiman

Adat

Ammatoa

Kajang

(Kabupaten

Bulukumba), Taman Miniatur Sulawei Selatan di Situs Pusat
Kerajaan Gowa Benteng Sombaopu (Kota Makassar dan
Kabupaten Gowa); Wisata pelabuhan perahu tradisional
Paotere (Kota Makassar), Pusat industri perahu tradisional
Pinisi (Kabupaten Bulukumba);
Taman Wisata Sejarah meliputi Fort Rotterdam, Situs
Benteng Tallo, Makam Raja-raja Gowa, Makam Raja-raja Tallo,
Makam Syech Yusuf (Kota Makassar), Masjid Tua Katangka
(Kabupaten Gowa), Museum Saoraja Lapawawoi Karaeng
Sigeri (Kabupaten Bone), Masjid Jami Tua Palopo (Kota
Palopo), Taman prasejarah Batu Pakek Gong (Kabupaten
Sinjai);
4. Rencana Kawasan Permukiman
Rencana permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal
54 huruf h merupakan kawasan yang potensil dikembangkan
sebagai

kawasan

permukiman

yang

meliputi:

Kawasan

permukiman perkotaan meliputi:
a. kawasan permukiman perkotaan didominasi oleh kegiatan
non agraris dengan tatanan kawasan permukiman yang
terdiri dari sumberdaya buatan seperti perumahan, fasilitas
sosial, fasilitas umum, prasarana dan sarana perkotaan.
b. bangunan permukiman di tengah kota terutama di PKN dan
PKW yang padat penduduknya diarahkan pembangunan
perumahannya vertikal.
c. pola permukiman perkotaan yang paling rawan terhadap
tsunami harus menyediakan tempat evakuasi pengungsi

FINAL REPORT

III-9

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka
Menengah (RPI2JM) Kabupaten Barru

bencana alam baik berupa lapangan terbuka di tempat
ktinggian ≥30 m di atas permukaan laut atau berupa bukit
penyelamatan.
d. pada

PKN

Metropolitan

Mamminasata

direncanakan

pengembangan Kota Baru Mamminasata.
Didalam Perda Nomor 9 Tahun 2009 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi ,Kawasan Strategis Propinsi (KSP)
Kabupaten Barru terdapat pada sudut pertumbuhan ekonomi
yakni :
a. Kawasan

pengembangan

budidaya

alternatif

komoditi

perkebunan unggulan kakao, kelapa sawit, kopi robusta,
jambu mete, dan jarak di masing-masing kabupaten : Bone,
Soppeng, Wajo, Sidrap, Pinrang, Luwu, Luwu Utara, Luwu
Timur, Barru, Pangkep Maros, Gowa, Takalar, Jeneponto,
bulukumba,

enrekang,

Tana

Toraja,

Toraja

Utardan

Kepulauan Selayar.
b. Kawasan Pengembangan Budidaya Udang meliputi tambak
di masing-masing Kabupaten; Pinrang, Barru, Pangkep,
Bone, dan Wajo.
B. Struktur Ruang RTRW Provinsi
1. Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Rencana sistem jaringan sumberdaya air wilayah Provinsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) huruf e
meliputi:
a. sistem jaringan sumberdaya air nasional meliputi WS, DAS,
bendungan, DI dan DR;
b. sistem jaringan sumberdaya air lintas Provinsi meliputi WS,
DAS;
c. sistem

jaringan

sumberdaya

air

Provinsi

terdiri

atas

bendung, bendungan, DI dan Instalasi Pengolahan Air (IPA);

FINAL REPORT

III-10

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka
Menengah (RPI2JM) Kabupaten Barru

d. sistem pengelolaan sumberdaya air.
(1)

Rencana sistem jaringan sumberdaya air nasional yang
terkait dengan wilayah Provinsi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 38 huruf a, merupakan jaringan prasarana
sumberdaya air strategis nasional yang meliputi: Wilayah
Sungai (WS) Walanae – Cenranae, dan WS Jeneberang;
a) WS Walanae - Cenranae meliputi DAS Walanae, DAS
Cenranae, DAS Paremang, DAS Bajo, DAS Awo, DAS
Peneki, DAS Keera, DAS Ranang, DAS Larompong,
DAS Gilireng, DAS Noling, DAS Suli dan DAS Suto;
b) WS

Jeneberang

meliputi

DAS

Jeberang,

DAS

Jeneponto, DAS Maros, DAS Matulu, DAS Salangketo,
DAS Tangka, DAS Aparang, DAS Pamukulu dan DAS
Selayar.
(2)

Rencana sistem jaringan sumberdaya air lintas Provinsi
yang

terkait

dengan

wilayah

Provinsi

sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 38 huruf b meliputi : WS Palu –
Lariang, WS

Kaluku – Karama, WS Saddang, WS

Pompengan – Larona, WS Lasolo – Sampara dengan
rincian sebagai berikut;
a) WS

Palu – Lariang, meliputi Daerah Aliran Sungai

(DAS.) Palu, DAS. Lariang, DAS. Watutela, DAS.
Pasangkayu, DAS. Mesangka, DAS. Surumba, DAS.
Sibayu, dan DAS. Tambu;
b) WS Kaluku – Karama, meliputi Daerah Aliran Sungai
(DAS.) Kaluku, DAS. Karama, DAS. Babbalalang, DAS.
Malunda, DAS. Mandar;
c) WS Saddang meliputi DAS Saddang, DAS Mamasa,
DAS Rapang, DAS Libukasi, DAS Galang-galang, DAS
Lisu, DAS Barru, DAS Lakepo, DAS Lampoko, DAS

FINAL REPORT

III-11

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka
Menengah (RPI2JM) Kabupaten Barru

Kariango, DAS Pangkajene, PAS Bone-Bone, DAS
Sigeri, DAS Karajae, dan DAS Malipi;
d) WS Pompengan – Larona meliputi DAS Pompengan,
DAS Larona, DAS Kalaena, DAS Latupa, DAS Bua,
DAS Lamasi, DAS Makawa, DAS Bungadidi, DAS
Kebo, DAS Rongkong dan DAS Balease;
e) WS Lasolo – Sampara, meliputi Daerah Aliran Sungai
(DAS.) Lasolo, DAS. Sampara, DAS. Lalindu, DAS.
Aopa, DAS. Tinombo, DAS. Luhumbuti, DAS. Landawe,
DAS. Amesiu.
(3)

Rencana Bendungan nasional sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 38 huruf a meliputi: Bendungan Batubassi,
Bendungan

Balambano

dan

Bendungan

Karebbe

(Kabupaten Luwu Timur); Bendungan Bilibili (Kabupaten
Gowa),

Bendungan

Kalola

(Kabupaten

Wajo),

dan

Bendungan Sanrego (Kabupaten Bone);
(4)

Rencana DI kewenangan pusat lintas kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf a meliputi:
DI Kampili/Bisua (Kabupaten Gowa dan Takalar), DI Bila
Kalola (Kabupaten Sidrap), DI Kalola Kalosi (Kabupaten
Wajo dan Sidrap), DI Awo (Kabupaten Wajo dan Sidrap),
DI Saddang Sidrap (Kabupaten Sidrap dan Pinrang), DI
Saddang Pinrang (Kabupaten Sidrap dan Pinrang), DI
Lekopaccing (Kabupaten Maros dan Kota Makassar), DI
Lamasi Kanan/Kiri (Kabupaten Luwu dan Luwu Utara), DI
Jeneberang/Kampili (Kabupaten Gowa);

(5)

Rencana

DI

kewenangan

pusat

utuh

kabupaten

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf a meliputi:
DI Bontomanai (Kabupaten Bulukumba), DI Bayangbayang (Kabupaten Bulukumba), DI Kelara (Kabupaten
Jeneponto), DI Pammukulu (Kabupaten Takalar), DI

FINAL REPORT

III-12

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka
Menengah (RPI2JM) Kabupaten Barru

Bantimurung

(Kabupaten

Maros),

DI

Tabo-tabo

(Kabupaten Pangkep), DI Sanrego, DI Pattiro, DI Palakka
dan DI Ponreponre (Kabupaten Bone), DI Langkemme, DI
Tinco Kiri/Kanan, DI Paddange, DI Lawo, dan DI Walanae
(Kabupaten Soppeng), DI Wajo (Kabupaten Wajo), DI
Bulucenrana, DI Bulutimorang, DI Gelirang, DI S. Baranti
dan DI S. Sidenreng (Kabupaten Sidrap), DI Padang
Sappa I, DI Padang Sappa II, DI Bajo, DI Kalaera Kiri dan
DI Kalaera Kanan I (Kabupaten Luwu) , DI Kalaera II
(Kabupaten Toraja), DI Rongkong/Malangke, DI Baliase
dan DI Bungadidi (Kabupaten Luwu Utara), DI Kalaena dan
DI Kalaena Kiri/Kanan (Kabupaten Luwu Timur);
(6)

Rencana jaringan DR sebagaimana dimaksud dalam Pasal
38 huruf a meliputi: DR Barebbo (Kabupaten Bone), DR
Sajoanging (Kabupaten Wajo), dan DR Maros Utara
(Kabupaten Maros).

2. Rencana sistem jaringan sumberdaya air Provinsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 38huruf c meliputi:
a.

Bendung meliputi Bendung Taccipi di Kabupaten Pinrang dan
Bendungan Sungai Batu Pute di Kabupaten Barru;

b.

DI kewenangan Provinsi lintas kabupaten meliputi: DI Bilibili
(Kabupaten Gowa), DI Cilallang (Kabupaten Wajo), DI Tubu
Ampak (Kabupaten Luwu Utara);

c.

DI kewenangan Provinsi utuh meliputi: DI Bettu dan DI
Bontonyeleng (Kabupaten Bulukumba),

DI Jenemarung

(Kabupaten Takalar), DI Aparang I, DI Kalamisu dan DI
Aparang Hulu (Kabupaten Sinjai), DI Padaelo dan DI Leang
Lonrong (Kabupaten Pangkep), DI Matajang (Kabupaten
Barru), DI Jaling, DI Salomeko, DI Unyi dan DI Selliccopobulu
(Kabupaten Bone), DI Leworeng, DI Latenreng, DI Salo
Bunne (Kabupaten Soppeng), DI Cenrana, DI Belawa, dan DI

FINAL REPORT

III-13

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka
Menengah (RPI2JM) Kabupaten Barru

Cilellang (Kabupaten Wajo), DI Alekarajae, DI Torere dan DI
Baranti (Kabupaten Sidrap), DI Padang Alipang, DI Kalaena,
DI Lengkong Pini dan DI Makawa (Kabupaten Luwu), DI
Bone-bone dan DI Kanjiro (Kabupaten Luwu Utara), DI
Sunggeni dan DI Tomini (Kabupaten Luwu Timur);
d.

IPA Provinsi meliputi seluruh kabupaten dan kota di wilayah
Provinsi.
(1) Sistem

pengelolaan

sumberdaya

air

sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 38 huruf d meliputi:
a) Proses penyusunan dan penetapan kebijakan, pola,
dan rencana pengelolaan sumberdaya air;
b) Pelaksanaan konstruksi prasarana sumberdaya air,
operasi dan pemeliharaan sumberdaya air; dan
c) Konservasi sumberdaya air dan pendayagunaan
sumberdaya air serta pengendalian daya rusak air.
(2)

Sistem

pengelolaan

sumberdaya

air

sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) direncanakan secara khusus
dalam sektor sumberdaya air meliputi: WS Walanae –
Cenranae, WS Jeneberang, WS Saddang, dan WS
Pompengan – Larona.
Kriteria sistem jaringan sumberdaya air di Wilayah Provinsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 dicantumkan dalam
Lampiran II.5 Kriteria Sistem Jaringan Sumberdaya Air, yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah
ini.

3. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Persampahan

FINAL REPORT

III-14

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka
Menengah (RPI2JM) Kabupaten Barru

Rencana Sistem Jaringan Prasarana Persampahan Wilayah
Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) huruf f
meliputi:
a. lokasi TPA regional diarahkan untuk melayani lebih dari satu
kawasan perkotaan

kabupaten/kota, yang dalam hal ini di

Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa yang melayani
kawasan Metropolitan Mamminasata.
b. fungsi TPA regional sebagai tempat pengolahan sampah dan
industri daur ulang.
Kriteria sistem jaringan prasarana persampahan di Wilayah
Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 dicantumkan
dalam

Lampiran

II.6

Kriteria

Sistem

Jaringan

Prasarana

Persampahan, yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
4. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Sanitasi
Rencana

Sistem

Jaringan

Prasarana

Sanitasi

Wilayah

Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) huruf f
meliputi:
a. Rencana Sistem Perpipaan Air Limbah Provinsi diarahkan ke
sistem

kluster

yang

berada

di

kawasan

Metropolitan

Mamminasata.
b. Rencana Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL) Provinsi
diarahkan ke sistem kluster yang berada di kawasan
Metropolitan Mamminasata.
c. Rencana Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Provinsi
diarahkan ke sistem kluster yang berada di perkotaan
Metropolitan Mamminasata.

3.5 ArahanRencana TataRuangWilayah (RTRW) Kabupaten/Kota

FINAL REPORT

III-15

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka
Menengah (RPI2JM) Kabupaten Barru

3.5.1 Penetapan Strategis Kabupaten Barru
A. Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan kriteria kawasan strategis dan potensi wilayah, maka
rencana kawasan strategis pertumbuhan ekonomi terbagi atas :
1. Kawasan Strategis Kabupaten Hutan Produksi.
2. Kawasan Strategis Kabupaten Pelabuhan Terpadu Barru.
3. Kawasan Strategis Kabupaten Perikanan.
4. Kawasan Strategis Pertanian Dan Perkebunan .
5. Kawasan Strategis Kabupaten Peternakan Sapi.
Berdasarkan sistem pusat kegiatan yang ada di Kabupaten
Barru maka sistem pusat kegiatan terbagi atas pusat kegiatan
wilayah (PKW), pusat kegiatan lokal (PKL), pusat kegiatan lokal
promosi (PKLp), pusat pengembangan kawasan (PPK), pusat
pelayanan lingkungan (PPL), diantaranya :
1. Pusat kegiatan Wilayah (PKW) Garongkong yaitu kawasan
industri dan perdagangan, pelabuhan dan pergudangan.
2. Pusat kegiatan lokal (PKL) Barru yaitu kawasan pemerintahan,
pendidikan, dan kesehatan.
3. Pusat kegiatan Lokal Promosi (PKLp) Mallusetasi yaitu kawasan
agropolitan pertanian, perikanan, dan peternakan sapi.
4. Pusat kegiatan lokal promosi (PKLp) Balusu yaitu kawsan
agropolitan pertanian, perkebunan, hasil hutan, dan peternakan
sapi.
5. Pusat kegiatan lokal promosi (PKLp) Tanete Riaja yaitu
kawasan agropolitan pertanian perkebunan, hasil hutan, dan
peternakan sapi.
6. Pusat kegiatan lokal promosi (PKLp) Tanete Rilau yaitu
kawasan minapolitan dan pendidikan.
7. Pusat pengembangan kawasan (PPK) di ibu kota Kecamatan
Soppeng Riaja dan Pujananting.

FINAL REPORT

III-16

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka
Menengah (RPI2JM) Kabupaten Barru

8. Pusat pelayanan lingkungan (PPL) di setiap pusat-pusat
permukiman.
Maka, berdasarkan pengembangannya maka kawasan strategis
kabupaten terdiri atas:
1. Kawasan agropolitan Barru
2. Kawasan

agropolitan

perikanan

dan

hasil

peternakan

Mallusetasi.
3. Kawasan minapolitan perikanan dan pendidikan Tanete Rilau
4. Kawasan agropolitan pertanian, perkebunan dan hasil ternak
Balusu.
5. Kawasan Agropolitan pertanian, perkebunan hasil ternak dan
hasil hutan Tanete Riaja.
6. Kawasan

terpadu

pergudangan,

dan

pelabuhan,
peti

kemas

industri,
Garongkong

perdagangan,
dan

simpul

transportasi darat, laut dan kereta api berupa KSP Garongkong.
B. Penentuan Kawasan Strategis Kepentingan Fungsi Dan Daya
Dukung Lingkungan Hidup
Untuk kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan di
Kabupaten B.arru, akan diarahkan pada kawasan lindung, seperti
kawasan hutan lindung yang cukup luas tersebar di dataran tinggi
yaitu berada di Kecamatan-Kecamatan Pujananting, Barru,
Malusettasi.
C. Penentuan Kawasan Strategis Kepentingan Pemanfaatan
Sumberdaya Alam Dan Penggunaan Teknologi Tinggi.
Kawasan strategis dari sudut kepentingan pemanfaatan
sumberdaya alam dan penggunaan teknologi tinggi berupa:
1. Blok tambang Cromit Barru.
2. Blok tambang Cromit Pujananting.
3. Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Bawasaloe, Kecamatan
Balusu

FINAL REPORT

III-17

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka
Menengah (RPI2JM) Kabupaten Barru

3.5.2 Arahan Pengembangan Pola Ruang dan Struktur Ruang
A. Pola Ruang
1. Rencana Kawasan Peruntukan Pertambangan
Sektor pertambangan yang memiliki potensi dikembangkan di
Kabupaten Barru pada umumnya merupakan tambang batuan
(sirtu, pasir kuarsa, basal, batugamping dolomit, batu pasir, pasir
sungai,dan tras) dan bahan galian A dan B (pasir besi, batubara,
kromit, dan mangan.Dalam rangka pemberdayaan masyarakat
lokal, maka diarahkan ekplorasi tambang ini akan mampu
menyebabkan bertambahnya daya ungkit perekonomian wilayah
Kabupaten Barru dan sekaligus meningkatkan ekonomi rakyat.
Selain

itu

harus

pula

dipikirkan

pembangunan

sumber

pendapatan baru dari hasil keuntungan penambangan ini, serta
revitalisasi fungsi lingkungan pasca tambang.Di Kecamatan
Balusu terdapat jenis tambang Kromit, Kecamatan Barru terdapat
jenis tambang Batubara, Dolomit, Kromit dan Pasir Besi,
Kecamatan Tanete Riaja Batubara dan Mangan, Kecamatan
Pujananting terdapat jenis tambang Kromit, Pasir dan Sirtu, da
Kecamatan Mallusetrasi yakni jenis tambang Tras.
2. Rencana Kawasan Peruntukan Industri
Berdasarkan potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh
Kabupaten Barru, pengembangan industri di Kabupaten Barru
dapat dilihat dengan adanya perusahaan industri besar yang
mengolah hasil perikanan dan juga peternakan. Selain itu
berkembang pula industri menengah yang terdapat di Kecamatan
Barru,

Pujananting,

Tanete

Rilau,

serta

Balusu

berupa

pengolahan ikan, sentar gula merah, barang dan industri
pembuatan kapal nelayan.
Dalam pengembangan industri tersebut, terdapat beberapa
hal yang harus diperhatikan, yaitu:

FINAL REPORT

III-18

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka
Menengah (RPI2JM) Kabupaten Barru



Menciptakan keterpaduan dalam pengembangan wilayah
perkotaan,



Penetapan program-program terpadu antar sektor dan antar
daerah,



Penetapan pedoman investasi dan



Penyusunan

mekanisme

implementasi

oleh

pihak

pemerintah dan swasta.
3. Rencana Kawasan Peruntukan Pariwisata
Kabupaten

Barru

merupakan

wilayah

yang

dilalui

jalur

wisatawan nasional menuju ke Kabupaten Barru yang merupakan
salah satu DTW di Provinsi Sulawesi Selatan, sehingga memiliki
keunggulan tersendiri karena dapat menjadi tempat persinggahan
wisatawan mancanegara sebelum dan sesudah ke Kabupaten
Barru.Beragam tujuan maupun obyek wisata dalam berbagai aspek
seperti daya tarik keindahan alam , budaya, dan sejarah tersebar di
wilayah Kabupaten Barru.Berikut rincian obyek dan daya tarik
wisata di Kabupaten Barru.
Tabel 3.1 Obyek dan DayaTarik WisataKabupaten Barru
No

1

2

3

4

5

Nama Obyek
Wisata
Makam Pajung
Tenri Leleang
Makam Petta
Pallase-LaseE
Masjid Tua
Lalabata
Makam We Pancai
Tana
Makam We Tenri
Olle

FINAL REPORT

Lokasi

Daya Tarik

Kecamatan

Desa/Kel.

Tanete Rilau

Lalabata

Tanete Rilau

Lalabata

Tanete Rilau

Lalabata

Tanete Rilau

Pancana

Tanete Rilau

Pancana

Wisata
Obyek Wisata
Sejarah
Obyek Wisata
Sejarah
Obyek Wisata
Sejarah
Obyek Wisata
Sejarah
Obyek Wisata
Sejarah

III-19

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka
Menengah (RPI2JM) Kabupaten Barru

No

6

7

Lokasi

Nama Obyek
Wisata
Makam Datu
Maddusila
Makam Karaeng
Lipukasi

Daya Tarik

Kecamatan

Desa/Kel.

Tanete Rilau

Pancana

Tanete Rilau

Lipukasi

Wisata
Obyek Wisata
Sejarah
Obyek Wisata
Sejarah
Obyek Wisata

8

Pulau Putiangin

Tanete Rilau

Lasitae

9

Tanjung Butung

Tanete Rilau

Lasitae

10

Sungai Bottoe

Tanete Rilau

Tanete

Obyek Wisata

11

Mesjid Tua Barru

Sumpang

Obyek Wisata

Binangae

Sejarah

Sumpang

Obyek Wisata

Binangae

Sejarah

12

Makam H. M.
Pudhail

Barru

Barru

13

Pantai LembaE

Barru

14

Pantai Ujung Batu

Barru

15

Air Panas KalompiE

Barru

Tompo

16

Air Terjun Tanjung

Barru

Palakka

Barru

Tuwung

Barru

Mangempang

17

18

Cek Dam Lajulo
Indah
Monumen
Garongkong

Coppo

Obyek Wisata
Tirta

Obyek Wisata
Tirta

Sumpang

Obyek Wisata

Binangae

Tirta

19

Makam Arung Nepo

Mallusetasi

Manuba

20

Makam La Bongo

Mallusetasi

Manuba

FINAL REPORT

Tirta

Obyek Wisata
Alam
Obyek Wisata
Obyek Wisata
Alam
Obyek Wisata
Sejarah
Obyek Wisata
Sejarah
Obyek Wisata
Sejarah

III-20

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka
Menengah (RPI2JM) Kabupaten Barru

No

Lokasi

Nama Obyek
Wisata

Daya Tarik

Kecamatan

Desa/Kel.

21

Pulau Datungan

Mallusetasi

Cilellang

22

Pulau Bakki

Mallusetasi

Mallawa

23

Pantai Kupa

Mallusetasi

Kupa

Mallusetasi

Kupa

Mallusetasi

Bojo Baru

Mallusetasi

Nepo

Mallusetasi

Nepo

Mallusetasi

Nepo

24

25

26

27

28

Taman Laut
Mallusetasi
Pantai Lapakka
Permadian Bujung
MatimboE
Bendungan LonraE
Kawasan Wisata
Mareppang

29

Monumen Pacekke

Soppeng Riaja

Pacekke

30

Pulau Pasir Putih

Soppeng Riaja

Mangkoso

31

Pantai Awarange

Soppeng Riaja

Batu Pute

Soppeng Riaja

Pacekke

Pujananting

Bulo-Bulo

Pujananting

Patappa

Balusu

Balusu

32

33

34
35

Permandian Alam
Batu SitongkoE
To Balo
Permandian Alam
Datae Salu Puru
Saoraja Lapinceng

FINAL REPORT

Wisata
Obyek Wisata
Tirta
Obyek Wisata
Tirta
Obyek Wisata
Tirta
Obyek Wisata
Tirta
Obyek Wisata
Tirta
Obyek Wisata
Alam
Obyek Wisata
Alam
Obyek Wisata
Alam
Obyek Wisata
Sejarah

Obyek Wisata
Tirta
Obyek Wisata
Alam
Obyek Wisata
Sejarah
Obyek Wisata
Alam
Obyek Wisata

III-21

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka
Menengah (RPI2JM) Kabupaten Barru

No

36

37

Lokasi

Nama Obyek
Wisata
Permandian Wae
Pubbu
Air Terjun Sarang
Burung

Daya Tarik

Kecamatan

Desa/Kel.

Balusu

Binuang

Balusu

Binuang

Balusu

Madello

Wisata
Obyek Wisata
Alam
Obyek Wisata
Alam
Obyek Wisata

38

Gua Togenra

39

Wae Nunge

Tanete Riaja

Kading

40

Batu Mallopie

Tanete Riaja

Kading

41

Air Terjun Wae SaE

Tanete Riaja

Ralla

42

Lembah Harapan

Tanete Riaja

Harapan

Alam
Obyek Wisata
Alam
Obyek Wisata
Alam
Obyek Wisata
Alam
Obyek Wisata
Alam

Sumber :RIPP Kabupaten Barru Tahun 2006

4. Kawasan Permukiman Perkotaan dan Pedesaan
Luas lahan permukiman di Kabupaten Barru berdasarkan
hasil analisis seluas 3.771,64 Ha. Adapun arahan lahan
permukiman menurut masing-masing kecamatan di Kabupaten
Barru dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel3.2 Arahan Kawasan Permukiman Menurut
Kecamatan Di Kabupaten Barru
No

Kecamatan

Luas (ha)

Persentase (%)

334,03

8,86

1.225,75

32,50

1

Balusu

2

Barru

3

Mallusetasi

397,34

10,53

4

Pujananting

201,31

5,34

FINAL REPORT

III-22

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka
Menengah (RPI2JM) Kabupaten Barru

5

Soppeng Riaja

382,05

10,13

6

Tanete Riaja

440,24

11,67

7

Tanete Rilau

790,91

20,97

3.771,64

100.00

Jumlah
Sumber: Hasil Analisis
B. Struktur Ruang

1. Rencana Sistem Sumber Air Dan Jaringan Air Bersih
Potensi air baku yang ada berupa air sumur, sungai, dan
air pegunungan yang merupakan air bersih utama bagi
masyarakat perdesaan, sedangkan pada kawasan perkotaan
sebagian besar memanfaatkan air yang bersumber dari PDAM.
Dalam upaya peningkatan pelayanan akan air bersih maka
direncanakan:


Perlunya identifikasi potensi air baku dan peningkatan
proses menjadi air bersih yang memiliki sanitasi tinggi yang
sesuai dengan standar kesehatan.



Kebutuhan

air

bersih

di

Kabupaten

Barru

dapat

dikategorikan dalam 2 (dua) jenis pemakaian yaitu domestik
(rumah

tangga)

dan

non-domestik

seperti

industri,

perkantoran pengolahan pemerintahan, hotel dan restoran,
perdagangan, dan lain-lain, pada setiap kecamatan adalah
sebagai berikut:


Sistem pelayanan air bersih perkotaan dengan penduduk
minimal 10.000 jiwa, dilayani melalui sistem penyediaan air
bersih perpipaan dengan Instalasi Pengolahan Air Lengkap
oleh PDAM.
Sistem pelayanan air bersih pedesaan dilayani melalui

Sistem Instalasi Pengolahan Air Sederhana (IPAS). Sambungan
langsung dari PDAM di pedesaan, dengan sumber air baku dari
mata air dari sungai atau air tanah. Kemudian, masyarakat

FINAL REPORT

III-23

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka
Menengah (RPI2JM) Kabupaten Barru

dapat memenuhi sendiri kebutuhannya melalui sumber air
lainnya atau membuat sistem penampungan air hujan (PAH)
yang memadai untuk setiap rumah tangga
2. Rencana Sistem Persampahan dan Sanitasi
Volume sampah yang dihasilkan di Kabupaten Barru berasal
dari kegiatan rumah tangga (domestik) dan berasal dari
kegiatan fasilitas sosial, perkantoran, pasar, pertokoan dan
kegiatan lainnya (non domestik).Tujuan sistem pengelolaan
sampah di Kabupaten Barru adalah untuk meningkatkan
pengolahan dan penanganan sampah yang ramah lingkungan.
Memperkecil dampak yang ditimbulkan dari cara pengelolaan
sampah yang tidak ramah lingkungan serta meningkatkan daur
ulang dan pengomposan.
Rencana-rencana

penanganan

dan

pengembangan

persampahan di Kabupaten Barru adalah sebagai berikut:


Memanfaatkan

teknik-teknik

yang

lebih

berwawasan

lingkungan berdasarkan konsep daur ulang-pemanfaatan
kembali-pengurangan dalam pengolahan sampah di TPA
yang ada maupun yang akan dikembangkan.


Rencana pengolahan sampah organis menjadi kompos skala
kecil yang tersebar di lingkungan permukiman khususnya
kawasan perkotaan di Kabupaten Barru.



Sistem pengelolaan sampah yang baik adalah system
sanitary landfill (lahan urug sanitasi). Sistem ini dapat
menjamin kondisi sanitasi lingkungan di sekitarnya. Semua
potensi pencemaran dapat dicegah dengan berbagai teknik
rekayasa. Lapisan kedap air untuk mencegah rembesan lindi
(leachate), tanah penutup untuk mencegah bau dan
serpihan sampah ke lingkungan sekitar, serta sistem
ventilasi gas metana untuk mencegahnya terakumulasi
dalam tumpukan sampah.

FINAL REPORT

III-24

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka
Menengah (RPI2JM) Kabupaten Barru



Rencana pengembangan tempat pengolahan sampah akhir
(TPA) berlokasi di kelurahan Compo Kecamatan Barru Luas
lahan 4,00 Ha.



Rehabilitasi

dan

pengadaan

sarana

dan

prasarana

persampahan, bergerak dan tidak bergerak, khususnya TPS,
kontainer dan truk.


Mengembangkan kemitraan dengan swasta berkaitan untuk
pengelolaan sampah dan penyediaan TPA.
Rencana pengembangan dan pengelolaan air limbah di

Kabupaten Barru adalah sebagai berikut:


Mengembangkan sistem setempat yang diarahkan pada
sistem publik sebagai konsep utama pengembangan saat ini
sebelum tersedianya sarana IPAL terpadu di Kabupaten
Barru. Hal ini ditujukan agar masyarakat dapat berperan
serta aktif untuk mengendalikan buangan air limbah rumah
tangganya sebagai hasil dari aktivitas masyarakat seharihari, seperti pembuatan septik tank.



Rencana Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang
melayani skala kota.



Adanya pengawasan terhadap pengelolaan penanganan
limbah cair dari kegiatan-kegiatan masyarakat yang lain
seperti industri, rumah makan/ restoran, hotel dan rumah
sakit.

3. Rencana Sistem Drainase
Sistem jaringan drainase direncanakan menggunakan sistem
saluran terbuka yang belum memisahkan antara limpasan air
hujan dan limbah rumah tangga.Rencana pengembangan ini
ditujukan guna menghindari genangan dan untuk mencegah
berkembangnya

permukiman-permukiman

liar

yang

tak

terkendali di jalur drainase/sungai yang ada terutama didaerahdaerah baru yang saat ini masih sedikit permukiman.

FINAL REPORT

III-25

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka
Menengah (RPI2JM) Kabupaten Barru

Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Drainase di
Kabupaten Barru, meliputi :


Drainase primer dilakukan normalisasi dan perkuatan tebing;



Drainase

sekunder

drainase

pada

dilakukan

daerah

pembangunan

permukiman

perkotaan

sistem
dan

perdesaan yang rawan bencana banjir menuju drainase
primer; dan


Drainase tersier dilakukan pembangunan sistem drainase
pada lingkungan permukiman perkotaan dan perdesaan
menuju drainase sekunder.
Rencana

pengembangan

diprioritaskan pada kawasan

genangan dengan memperhatikan faktor kuantitatif genangan,
seperti luas genangan, tinggi genangan, lama genangan, dan
lain-lain. Demikian pula faktor kerusakan yang ditimbulkan
akibat banjir/genangan, gangguan ekonomi, seperti daerah
pasar dan perdagangan, gangguan sosial, seperti rumah sakit
dan fasilitas umum, gangguan kelancaran arus lalu lintas,
seperti terganggunya lalu lintas jalan/kemacetan lalu lintas serta
gangguan permukiman penduduk dan kepadatannya.

FINAL REPORT

III-26