Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bab 11 Aspek Pembiayaan Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota,

  diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/Kota terus didorong untuk meningkatkan belanja pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman di daerah meningkat. Di samping membangun prasarana baru, pemerintah daerah perlu juga perlu mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang telah terbangun.

  Namun, seringkali pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiscal dalam mendanai pembangunan infrastruktur permukiman. Pemerintah daerah cenderung meminta dukungan pendanaan pemerintah pusat, namun perlu dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh karena itu, alternative pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah daerah. Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan dapat disusun langkah-langkah peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya di daerah.

  Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPIJM pada dasarnya bertujuan untuk:

  a. Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya, b. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan sektor swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya, c. Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya.

11.1. ARAHAN KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BIDANG CIPTA KARYA

  Arah kebijakan pengelolaan keuangan daerah tidak terlepas dari kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah yang dilakukan dengan menekankan pada prinsip keadilan, kepatutan dan manfaat sebagai konsekuensi hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dalam rangka mendukung terwujudnya good and clean goverment, pengelolaan keuangan Kabupaten Malang

  Bedasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007, sumber

  • – sumber pendapatan daerah terdiri dari :

  1. Pendapatan asli daerah meliputi :

  • Pajak daerah ;
  • Retribusi Daerah;
  • Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; • Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

  2. Dana Perimbangan meliputi :

  • Dana bagi hasil pajak / bukan pajak;
  • Dana Alokasi Umum;
  • Dana Alokasi Khusus; 3.

  Lain

  • – lain pendapatan daerah yang sah, meliputi :
    • Hibah;
    • Dana Darurat;
    • Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya;
    • Dana penyesuaian dan otonomi khusus; • Bantuan keuangan dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya.

  Dalam pengelolaan pendapatan daerah upaya yang dilakukan untuk peningkatan penerimaan pendapatan asli daerah dapat ditempuh melalui : ➢ Penyederhanaan sistem dan prosedur administrasi pemungutan pajak dan retribusi daerah; ➢ Low inforcement dalam upaya membangun ketaatan wajib pajak dan retribusi daerah; ➢ Peningkatan pengendalian dan pengawasan atas pemungutan pendapatan asli daerah untuk terciptanya efektifitas dan efisiensi.

  Tabel 11. 1 Perkembangan Struktur Ekonomi PDRB ADHK Kabupaten Malang Tahun 2006-2010 (dalam persen) Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 Rerata Primer 34,03 33,54 33,16 33,08 32,8 33,45

  

Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 Rerata

Primer 31,97 31,50 31,1 31,00 30,58 31,39

  9. Jasa-jasa 12,80 12,70 12,56 12,60 12.84 12,66

  3,66 3,72 3,73 3,74 3.90 3,71

  7. Pengangkutan & Komunikasi 5,35 5,08 4,95 4,92 4.47 5,07

  6. Perdag, Hotel & Restoran 23,86 23,74 23,93 23,78 23.65 23,82

  5. Bangunan 1,54 1,68 1,84 1,91 2.07 1,74 Tersier 45,67 45,24 45,17 45,04 44,86 45,28

  4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1,96 1,91 1,8 1,79 1.87 1,86

  3. Industri Pengolahan 18,86 19,65 20,09 20,26 20.62 19,71

  Sekunder 22,36 23,24 23,73 23,96 24,56 23,32

  2. Pertambangan & Penggalian 2,22 2,24 2,22 2,26 2,32 2,23

  1. Pertanian 29,75 29,26 28,88 28,74 28.26 29,15

Tabel 11.2 Struktur Ekonomi PDRB ADHB Kabupaten Malang Tahun 2006-2010 (dalam persen)

  1. Pertanian 31,40 30,87 30,47 30,34 30 30,77

  9. Jasa-jasa 13,44 13,19 13,04 13,00 13,0 13,17 Sumber: APBD KAB.

  3,89 3,85 3,85 3,86 3,9 3,86

  8. Keu, Persewaan & Jasa Persh.

  7. Pengangkutan & Komunikasi 4,48 4,45 4,38 4,32 4,4 4,41

  6. Perdag, Hotel & Restoran 23,71 23,93 23,97 23,85 24,0 23,87

  5. Bangunan 1,54 1,60 1,68 1,77 1,9 1,65 Tersier 45,52 45,41 45,24 45,04 45,2 45,30

  4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1,57 1,54 1,55 1,54 1,6 1,55

  3. Industri Pengolahan 17,34 17,91 18,37 18,57 18,7 18,04

  Sekunder 20,45 21,05 21,60 21,88 22,1 21,24

  2. Pertambangan & Penggalian 2,63 2,67 2,69 2,74 2,8 2,68

8. Keu, Persewaan & Jasa Persh.

  Tabel 9. 3 Perkembangan Pembiayaan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir Tahun 2008-2012 U R A I A N TAHUN (Rp. 000) 2006 2007 2008 2009 2010

  

Jumlah Penerimaan Pembiayaan 105,939,477 206,802,663 138,732,503 101,965,693 156,082,933

SILPA 105,939,477 206,493,331 134,643,071 101,965,693 139,228,944 Pencairan dana cadangan

  15,000,000 Hasil penjualan kekayaan derah yang dipisahkan Penerimaan pinjaman daerah Penerimaan kembali pemberian pinjaman

  4,089,432 1,853,989 Penerimaan piutang daerah 309 Prosentase kenaikan Pertahun

  Rata-rata kenaikan

Jumlah Pengeluaran Pembiayaan 11,930,989 62,636,414 6,672,599 2,173,599 2,391,914

Pembentukan dana cadangan 5,000,000 5,000,000 5,000,000

Penyertaan modal (investasi) daerah 5,000,000 1,999,606 1,500,000 2,001,000 1,853,989

Pembayaran pokok utang 1,930,989 55,636,808 173 173 538

Pemberian pinjaman daerah

  Prosentase kenaikan Pertahun Rata-rata kenaikan

Pembiayaan Netto 94,008,487 144,166,248 132,059,904 99,792,094 153,691,019

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun

Berkenaan (SILPA) 156,533,096 156,533,096 156,533,096 156,533,096 156,533,096

BAB.11-4

11.2. PROFIL INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

  Setelah APBD secara umum dibahas, maka perlu dikaji berapa besar investasi pembangunan khusus bidang Cipta Karya di daerah tersebut selama 3-5 tahun terakhir yang bersumber dari APBN, APBD, perusahaan daerah dan masyarakat/swasta.

9.3.1. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBN dalam 5 Tahun

  Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulant kepada daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku (PermenPU No. 14 Tahun 2011). Data dana yang dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut

  Tabel 9. 4 APBN Cipta Karya Kabupaten Malang dalam 5 Tahun Terakhir (Tahun 2008-2012) Alokasi Tahun Sektor

  2008 2009 2010 2011 2012 Pengembangan Air Minum Pengembangan PPLP Pengembangan Permukiman Penataan Bangunan dan Lingkungan Total

  Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.

  Prioritas nasional yang terkait dengan sektor Cipta Karya adalah pembangunan air minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan.

  Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 5 tahun terakhir sehingga bisa dianalisis perkembangannya.

  Tabel 9. 5 Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya Kabupaten Malang dalam 5 Tahun Terakhir (Tahun 2008-2012) Alokasi Tahun Jenis DAK 2008 2009 2010 2011 2012 DAK Air Minum DAK Sanitasi

  Sumber: 9.3.2.

  Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBD dalam 5 Tahun

  Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada. Perlu disusun tabel proporsi berdasarkan sektor-sektor Cipta Karya yang ada. Perkembangan alokasi APBD untuk pembangunan bidang cipta karya kabupaten Malang dalam 5 tahun terakhir bisa dilihat pada tabel 9.6 dibawah ini.

  Tabel 9. 6

Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya

Kabupaten Malang dalam 5 Tahun Terakhir (Tahun 2008-2012)

TAHUN 2008 TAHUN 2009 TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012

  Sektor Alokasi (x % Alokasi (x % Alokasi (x % Alokasi (x % Alokasi (x % 1000) APBD 1000) APBD 1000) APBD 1000) APBD 1000) APBD

  Pengembangan Air Minum Pengembangan PPLP Pengembangan Permukiman Penataan Bangunan dan Lingkungan Total Belanja APBD Bidang CK Total Belanja APBD

  Selain itu, pemerintah daerah juga didorong untuk mengalokasikan Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) sebagai dana pendamping kegiatan APBN di kabupaten Malang DDUB ini menunjukkan besaran komitmen pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan bidang Cipta Karya. Oleh sebab itu, perkembangan besaran DDUB dalam 3-5 tahun terakhir perlu diketahui untuk melihat komitmen pemerintah daerah. Perkembangan DDUB dapat dijabarkan dalam tabel 9.7.

  Tabel 9. 7

Perkembangan DDUB dalam 5 Tahun Terakhir (Tahun 2008-2012)

  Alokasi Tahun (dalam x 1000) Sektor 2008 2009 2010 2011 2012 Pengembangan Air Minum Pengembangan PPLP Pengembangan Permukiman Penataan Bangunan dan Lingkungan

  Total 9.3.3. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari Swasta

  Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah, maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan infrastruktur Cipta Karya melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk kegiatan yang berpotensi cost-recovery atau Corporate Social Responsibility (CSR) untuk kegiatan non-cost recovery. Dasar hukum pembiayaan dengan skema KPS adalah Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur serta PermenPPN No. 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Sedangkan landasan hukum untuk pelaksanaan CSR tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

  Tabel 9. 8 Perkembangan KPS Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir (Tahun 2008-2012) Kegiatan Tahun Komponen KPS Satuan Volume Nilai (Rp) Skema Pembiayaan Pengembangan Air Minum Pengembangan PPLP Pengembangan Permukiman

  • RTLH Penataan Bangunan dan Lingkungan - Penataan mareci barat aloon-aloon
  • Penataan PK 5 Timur aloon-aloon

11.3. PROYEKSI DAN RENCANA INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

11.4.1. Proyeksi APBD 5 Tahun Ke Depan

  Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun- tahun sebelumnya.

  Adapun hasil dari proses perhitungan tersebut, disajikan dalam Tabel 9.10.

A. Net Public Saving (NPS)

  

Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan

  daerah setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain, NPS merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan untuk bidang PU/Cipta Karya. Berdasarkan proyeksi APBD, dapat dihitung NPS dalam 3-5 tahun ke depan untuk melihat kemampuan anggaran pemerintah berinvestasi dalam bidang Cipta Karya. Adapun rumus perhitungan NPS adalah sebagai berikut:

  

Net Public Saving = Total Penerimaan daerah - Belanja Wajib

NPS = (PAD+DAU+DBH+DAK) - (Belanja mengikat + Kewajiban Daerah)

  • Belanja mengikat adalah belanja yang harus dipenuhi/tidak bisa dihindari oleh

  Pemerintah Daerah dalam tahun anggaran bersangkutan seperti belanja Pegawai, belanja barang, belanja bunga, belanja subsidi, belanja bagi hasil serta belanja lain yang mengikat sesuai peraturan daerah yang berlaku.

  • Kewajiban daerah antara lain pembayaran pokok pinjaman, pembayaran kegiatan lanjutan, serta kewajiban daerah lain sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku.

  

Tabel 9. 9

Realisasi Pendapatan APBD Tahun 2010-2012

Realisasi Komponen APBD 2010 2011 2012

  PENDAPATAN ASLI DAERAH DANA PERIMBANGAN LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH

TOTAL APBD

Tabel 9.10 Proyeksi Pendapatan APBD dalam 5 Tahun ke Depan

  Proyeksi Komponen APBD 2015 2016 2017 2018 2019 PENDAPATAN ASLI DAERAH DANA PERIMBANGAN LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH Sumber : Hasil Analisa, 2013

Tabel 9.11 Perhitungan Net Public Saving Kabupaten Malang Tahun 2012

  

Penerimaan Daerah Belanja Wajib PAD DAU DBH DAK Dana Peneyesuaian dan Otonomi Khusus Lain-lain Pendapatan daerah yang Sah Jumlah

  Net Public Saving 236,856,810,157

  Sumber : Hasil Analisa, 2013

  Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untuk menutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas. Pinjaman Daerah dapat bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, dan Masyarakat (obligasi). Berdasarkan PP No. 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya; b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah.

  c. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman.

  d. Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah juga wajib memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari Pemerintah.

  Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal dengan

  Debt Service Cost Ratio (DSCR). Berdasarkan peraturan yang berlaku, DSCR minimal

  adalah 2,5. DSCR ini menunjukan kemampuan pemerintah untuk membayar pinjaman, sekaligus memberikan gambaran kapasitas keuangan pemerintah. Oleh karena itu, DSCR dalam 3-5 tahun ke depan perlu dianalisis dalam RPIJM dengan rumus sebagai berikut :

Tabel 9.12 Perhitungan DSCR Kabupaten Malang Tahun 2012

  PAD Pokok Pinjaman DAU Bunga DBH Biaya Lain DBHDR

  Jumlah Belanja Wajib Selisi Jumlah

  DSCR Sumber : Hasil Analisa, 2013

  11.4.2. Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah 5 tahun ke depan

  Beberapa kabupaten/kota memiliki perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya seperti air minum, air limbah maupun persampahan. Dalam hal ini, perusahaan daerah tersebut umumnya memiliki rencana dalam lima tahun ke depan dalam bentuk business plan. Informasi ini dibutuhkan untuk mengetahui kontribusi perusahaan daerah untuk pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan sesuai jangka waktu RPIJM.

  11.4.3. Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang Cipta Karya 5 tahun ke depan

  Dalam menggali sumber pendanaan dari sektor swasta, Pemerintah Daerah perlu menyusun daftar proyek potensial yang dapat dikerjakan dengan skema kerjasama pemerintah dan swasta di bidang Cipta Karya untuk ditawarkan ke pihak swasta. Daftar proyek potensial tersebut disusun berdasarkan identifikasi usulan program dan kegiatan setiap sektor serta tingkat kelayakan ekonomi dan finansial dari program tersebut.

11.4. ANALISIS TINGKAT KETERSEDIAAN DANA DAN STRATEGI PENINGKATAN INVESTASI PEMBANGUNAN CIPTA KARYA

  Sebagai kesimpulan dari analisis aspek pembiayaan, dilakukan analisis tingkat ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang meliputi sumber pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta dunia usaha dan masyarakat. Kemudian, perlu dirumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya dengan mendorong pemanfaatan pendanaan dari berbagai sumber.

9.5.1. Analisis Kemampuan Keuangan Daerah

  Ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk membiayai usulan program dan kegiatan yang ada dalam RPIJM dapat dihitung melalui hasil analisis yang telah dilakukan dengan penjabaran sebagai berikut:

  a. Proyeksi dana dari pemerintah pusat (APBN) dengan menggunakan asumsi trend historis maksimal 10% dari tahun sebelumnya. Dengan demikian proyeksi dana dari pemerintah pusat (APBN) untuk kegiatan Cipta Karya Kabupaten Malang dapat dilihat pada Tabel 9.13.berikut.

Tabel 9.13 Ringkasan Proyeksi Dana APBN untuk Kegiatan Cipta Karya

  Kabupaten Malang Tahun 2012 Tahun Proyeksi Dana APBN (Rp.x1000) 2015 2016 2017 2018 2019

  Sumber : Hasil Analisa, 2013

  b. Proyeksi dana dari pemerintah daerah (APBD) berdasarkan hasil perhitungan pada bagian 9.4.1 Secara ringkas proyeksi dana dari pemerintah kota (APBD) untuk kegiatan Cipta Karya Kabupaten Malang dapat dilihat pada Tabel 9.14 berikut

Tabel 9.14 Ringkasan Proyeksi Kemampuan Dana APBD Kabupaten Malang Untuk Kegiatan Cipta Karya

  (Rp. 000)

PROYEKSI NO URAIAN REALISASI REALISASI PROYEKSI PROYEKSI PAPBD 2013 APBD 2014 2011 2012 2015 2016

  1 Pendapatan Pencairan dana cadangan 2 (sesuai Perda)

  3 Penerimaan Pembiayaan Total Penerimaan Dikurangi: Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan yang Wajib dan

  4 Mengikat serta Prioritas Utama Kapasitas riil kemampuan keuangan

  Dengan melihat proyeksi kapasitas riil kemampuan keuangan daerah diatas, maka dalam mengalokasikan anggaran harus benar-benar sesuai prioritas daerah, selanjutnya perlu ditetapkan kebijakan alokasi dari kapasitas kemampuan keuangan daerah tersebut kedalam berbagai Kelompok Prioritas. Kelompok Prioritas I mendapatkan prioritas utama sebelum Kelompok Prioritas II. Kelompok Prioritas III mendapatkan alokasi anggaran setelah Kelompok Prioritas I dan II terpenuhi kebutuhan dananya. Adapun ketentuan prioritas anggaran sebagai berikut:

  Prioritas I, dialokasikan untuk mendanai Pengeluaran Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama. Prioritas II, dialokasikan untuk pendanaan:

  a. Program prioritas dalam rangka pencapaian visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati periode 2011-2016, yang merupakan program pembangunan daerah dengan tema atau program unggulan (dedicated) Kepala daerah sebagaimana diamanatkan dalam RPJMN dan amanat/kebijakan nasional yang definitif harus dilaksanakan oleh daerah pada tahun rencana, termasuk untuk prioritas bidang pendidikan 20% (duapuluh persen) dan bidang kesehatan 10% (sepuluh persen). Program tersebut harus berhubungan langsung dengan kepentingan publik, bersifat monumental, berskala besar, dan memiliki kepentingan dan nilai manfaat yang tinggi, memberikan dampak luas pada masyarakat dengan daya ungkit yang tinggi pada capaian visi/misi daerah. Di samping itu, prioritas II juga diperuntukkan bagi prioritas belanja yang wajib sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

  b. Program prioritas dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah yang paling berdampak luas pada pelayanan masyarakat yang sesuai dengan prioritas dan permasalahan yang dihadapi berhubungan dengan layanan dasar serta tugas dan fungsi SKPD.

  Prioritas III, merupakan prioritas yang dimaksudkan untuk alokasi belanja-belanja

  tidak langsung seperti: belanja hibah, belanja bantuan sosial serta belanja tidak terduga. Berikut disajikan rencana penggunaan kapasitas riil kemampuan keuangan daerah selama 5 (lima) tahun kedepan:

Tabel 9.15 Rencana Penggunaan Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Malang Tahun 2015 s/d 2019

  (Rp. 000) REALISASI PAPBD PROYEKSI PROYEKSI NO URAIAN 2015 2016 2017 2018 2019 KAPASITAS KEMAMPUAN A KEUANGAN DAERAH

  A.1 PENDAPATAN A.2 Penerimaan Pembiayaan B BELANJA DAERAH B.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG B.1.1 PRIORITAS I

REALISASI PAPBD PROYEKSI PROYEKSI NO URAIAN 2015 2016 2017 2018 2019

  Belanja Gaji Dan Tunjangan Tambahan Penghasilan PNS, B.1.1.1 Belanja Penerimaan Lainnya

  Pimpinan Dan Anggota DPRD Serta KDH/WKDH Belanja Bagi Hasil kpd Pemb. Prov B.1.1.2 /Kab/Kota dan Desa

B.1.2 PRIORITAS III

  B.1.2.1 Belanja Hibah B.1.2.2 Belanja Bantuan Sosial Belanja Bantuan Keuangan Kepada B.1.2.3 Prov. Kab/Kota dan Pemerintah desa B.1.2.4 Belanja Tidak Terduga

  B.2 BELANJA LANGSUNG B.2.1 PRIORITAS I B.2.1.1 Belanja Administrasi Perkantoran B.2.2 PRIORITAS II

  PROGRAM PRIORITAS B.2.2.1 PENCAPAIAN VISI DAN MISI PENERIMAAN PEMBIAYAAN D DAERAH D.1 SILPA D.2 Penerimaan Piutang Daerah

  PENGELUARAN PEMBIAYAAN C DAERAH Penyertaan Modal (Investasi) C.1 Pemda Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

  C.2 Pemberian Pinjaman Daerah Surplus/Defisit

  Lebih jelasnya alokasi penggunaan dana untuk masing-masing prioritas per tahun dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 9.16 Pendanaan Prioritas Kabupaten Malang Tahun 2011 s/d 2016

  (Rp.000) TAHUN URAIAN 2015 2016 2017 2018 2019 2015 Prioritas Pertama (Belanja Wajib mengikat) Prioritas Kedua (Visi Misi) Prioritas Ketiga (BTL Selain Gaji, Tunjangan perangkat) JUMLAH

9.5.2. Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya

  Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di Kabupaten Malang dan untuk memenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPIJM, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Malang perlu menyusun suatu set strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman. Oleh karena itu pada bagian ini, Satgas RPIJM Kabupaten Malang merumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya, yang meliputi beberapa aspek antara lain:

  1. Strategi peningkatan DDUB oleh kabupaten/kota dan provinsi;

  2. Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi pengunaan anggaran;

  3. Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah;

  4. Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam p embiayaan pembangunan bidang Cipta Karya;

  5. Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabiltasi infrastruktur permukiman yang sudah ada;

  6. Strategi pengembangan infrastruktur skala regional.