Jumlah auditor yang bersedia mengisi kuesioner
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Objek Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah para auditor yang bekerja di KAP Semarang. Sebelum membahas mengenai hasil penelitian ini, terlebih dahulu akan dibahas mengenai gambaran umum dari responden yang berisi tentang nama KAP, jenis kelamin, pendidikan, posisi dan lama bekerja. Distribusi hasil penyebaran dari kuesioner penelitian disajikan berikut ini :
Tabel 4.1. Hasil Penyebaran Kuesioner No. Nama KAP Jumlah Jumlah auditor KuesionerAuditor yang bersedia yang kembali KAP mengisi kuesioner dan diolah
1 Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry
10
5
5 cab. Semarang
2 Bayudi, Yohana, Suzy, Arie cab.
7
6
6 Semarang 3 Benny, Tony, Frans & Daniel cab.
15
5
5 Semarang
4 20 - - Darsono & Budi Cahyo Santoso
10 - Semarang
- 5 Hadori Sugiarto Adi & Rekan cab.
6 Drs. Hananta Budianto & Rekan 15 - - cab. Semarang
7
- Harjati
8 Heliantono & Rekan cab. Semarang
9 Idjang Soetikno
4 - -
10
- Irawati Kusumadi
11 Kumalahadi, Kuncara, Sugeng
10
5
5 Pamudji & Rekan cab. Semarang 12 Leonard, Mulia & Richard cab.
51
8
8 Semarang
13 Dr. Rahardja, M.Si., CPA - - -
12 - Riza, Adi, Syahril & Rekan cab. Semarang
- 14
15
10
5 - Ruchendi, Mardjito & Rushadi
16 Sodikin & Harijanto Pusat
20
6
6
17 Drs. Soekamto
18
- Dra. Suhartati & Rekan cab. - - Semarang
19
- Sukardi Hasan & Rekan cab. - Semarang
20 Drs. Tahrir Hidayat
- 21 Tarmizi Achmad
22 Tri Bowo Yulianti cab. Semarang
9
5
5 Total
45
40 Berdasarkan pada tabel tersebut diketahui bahwa auditor yang bersedia
mengisi kuesioner pada penelitian ini adalah 45 auditor, tetapi kuesioner yang kembali dan disebar pada penelitian ini sejumlah 40 kuesioner.
Tabel 4.2. Jenis Kelamin RespondenNo. Keterangan Jumlah (orang) %
2. Jenis Kelamin:
a. Laki-laki 22 55%
b. Perempuan 18 45% TOTAL: 40 100%
Sumber: Data Primer yang Diolah Berdasarkan pada tabel tersebut diketahui bahwa responden pada penelitian mayoritas berjenis kelamin laki-laki berjumlah 22 orang (55%) dan sisanya 18 orang atau 45% adalah perempuan.
Tabel 4.3. Pendidikan RespondenNo. Keterangan Jumlah (orang) %
3. Pendidikan:
a. D3 0%
b. S1 38 95%
c. S2 2 5%
d. S3 0% TOTAL: 40 100%
Sumber: Data Primer yang Diolah Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa responden yang berpendidikan S1 berjumlah 38 orang (95%), dan yang berpendidikan S2 berjumlah 2 orang (5%).
Tabel 4.4. Posisi RespondenNo. Keterangan Jumlah (orang) %
4. Posisi:
a. Junior Auditor 35 87,5%
b. Partner 1 2,5% c. Senior Auditor
d. Manager 4 10% 0%
TOTAL: 40 100% Sumber: Data Primer yang Diolah Berdasarkan pada tabel 4.4 diketahui bahwa responden pada penelitian mayoritas memiliki posisi sebagai junior auditor yaitu berjumlah 35 orang (87,5%), sebagi partner berjumlah 1 orang (2,55%), dan senior auditor berjumlah 4 orang (10%).
Tabel 4.5. Lama Bekerja RespondenNo. Keterangan Jumlah (orang) %
5. Posisi:
a. 1-3 tahun
b. >3-5 tahun
c. >5-7 tahun
d. >7 tahun
30
8
2 75% 20%
0% 5%
TOTAL: 40 100% Sumber: Data Primer yang Diolah Berdasarkan pada tabel 4.5 diketahui bahwa responden pada penelitian mayoritas memiliki lama berkerja 1-3 tahun yaitu berjumlah 30 orang (75%), lama bekerja 3-5 tahun berjumlah 8 orang (20%)>7 tahun berjumlah 2 orang (5%).
4.2. Analisis Data
4.2.1. Uji Validitas
Pengujian validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel. Pengujian pertama untuk uji validitas dilakukan untuk menguji variabel harga diri dalam kaitannya dengan ambisi. Hasil dari uji validitas variabel harga diri dalam kaitannya dengan ambisi dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Variabel Harga Diri Dalam Kaitannya Dengan Ambisi
Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan X1 0,642 0,312 Valid X2 0,628 0,312 Valid X3 0,734 0,312 Valid X4 0,673 0,312 Valid X5 0,834 0,312 Valid X6 0,826 0,312 Valid X7 0,629 0,312 Valid
Sumber : Data primer yang diolah, 2017
Dilihat dari tabel 4.6. diketahui bahwa nilai r hitung > r tabel sehingga semua item pertanyaan untuk variabel harga diri dalam kaitannya dengan ambisi ini dapat dikatakan valid. Kemudian berikutnya adalah hasil pengujian validitas untuk variabel etika profesi dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Etika Profesi
0,312 Valid
X4 0,715
0,312 Valid
X3 0,668
0,312 Valid
X2 0,849
0,312 Valid
X1 0,715
Pertanyaan r hitung r table Keterangan
Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Variabel Ketersediaan Bukti Audit
Untuk variabel etika profesi, nilai r hitung > r tabel, sehingga semua item pertanyaan untuk variabel etika profesi adalah valid.
Sumber : Data primer yang diolah, 2017
0,692 0,312 Valid
0,312 Valid X10
X9 0,719
X8 0,750
Pertanyaan r hitung r table Keterangan
0,312 Valid
X7 0,613
0,312 Valid
X6 0,496
0,312 Valid
X5 0,367
0,312 Valid
X4 0,626
0,312 Valid
X3 0,581
0,312 Valid
X2 0,734
0,312 Valid
X1 0,687
0,312 Valid X5 0,877
0,312 Valid
0,312 Valid
Sumber : Data primer yang diolah, 2017
0,312 Valid
X7 0,628
0,312 Valid
X6 0,732
0,312 Valid
X5 0,634
0,312 Valid
X4 0,911
X3 0,755
X6 0,580
0,312 Valid
X2 0,911
0,312 Valid
X1 0,726
Pertanyaan r hitung r table Keterangan
Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Variabel Tekanan Waktu
Dilihat dari tabel 4.8. diketahui bahwa nilai r hitung > r tabel sehingga semua item pertanyaan untuk variabel ketersediaan bukti audit ini dapat dikatakan valid.
Sumber : Data primer yang diolah, 2017
0,312 Valid
Untuk variabel tekanan waktu, diketahui bahwa nilai r hitung > r tabel. Ini menunjukkan bahwa semua item pertanyaan untuk variabel tekanan waktu adalah valid.
Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas Variabel Resiko Audit
0,312 Valid
0,312 Valid
X4 0,814
0,312 Valid
X5 0,855
0,312 Valid
X6 0,855
X7 0,452
0,312 Valid
0,312 Valid
X8 0,351
0,312 Valid
X9 0,473
0,312 Valid X10
0,507 0,312 Valid
X3 0,831
X2 0,785
Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan
X4 0,866
X1 0,615
0,312 Valid
X2 0,621
0,312 Valid
X3 0,697
0,312 Valid
0,312 Valid
0,312 Valid
X5 0,638
0,312 Valid
Sumber : Data primer yang diolah, 2017
Dilihat dari tabel 4.10. diketahui bahwa nilai r hitung > r tabel sehingga semua item pertanyaan untuk variabel resiko audit adalah valid.
Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas Variabel Materialitas
Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan
X1 0,855
Sumber : Data primer yang diolah, 2017 Dilihat dari tabel 4.11. diketahui bahwa nilai r hitung > r tabel sehingga semua item pertanyaan untuk variabel materialitas adalah valid.
Tabel 4.12 Hasil Uji Validitas Variabel Tinjauan dan Kontrol
Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan
X6 0,538
0,312 Valid
X5 0,875
0,312 Valid
X4 0,875
0,312 Valid
X3 0,348
0,312 Valid
X2 0,465
0,312 Valid
X1 0,454
Tabel 4.13 Hasil Uji Validitas Variabel Lokus Kendali
Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan
Dilihat dari tabel 4.12. diketahui bahwa nilai r hitung > r tabel sehingga semua item pertanyaan untuk variabel tinjauan dan kontrol adalah valid.
Sumber : Data primer yang diolah, 2017
0,312 Valid
X5 0,678
0,312 Valid
X4 0,616
0,312 Valid
X3 0,365
0,312 Valid
X2 0,503
0,312 Valid
X1 0,616
0,312 Valid X7 0,875
0,312 Valid
X5 0,381
Sumber : Data primer yang diolah, 2017
0,758 0,312 Valid
0,312 Valid X10
X9 0,926
0,312 Valid
X8 0,632
0,312 Valid
X7 0,946
0,312 Valid
X6 0,908
0,312 Valid
0,312 Valid
X8 0,706
X4 0,776
0,312 Valid
X3 0,946
0,312 Valid
X2 0,916
0,312 Valid
X1 0,901
Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan
Tabel 4.14 Hasil Uji Validitas Variabel Penghentian Prematur Atas Prosedur Audit
Dilihat dari tabel 4.13. diketahui bahwa nilai r hitung > r tabel sehingga semua item pertanyaan untuk variabel lokus kendali adalah valid.
Sumber : Data primer yang diolah, 2017
0,312 Valid
Dilihat dari tabel 4.14. diketahui bahwa nilai r hitung > r tabel sehingga semua item pertanyaan untuk variabel penghentian prematur atas prosedur audit adalah valid.
4.2.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk menguji sejauh mana keandalan suatu alat pengukur untuk dapat digunakan lagi untuk penelitian yang sama. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus Alpha. Hasil pengujian reliabilitas untuk masing
- – masing variabel yang diringkas pada tabel 4.15 berikut ini.
Tabel 4.15 Hasil Pengujian Reabilitas Penelitian
Pertanyaan Alpha Cronbach Keterangan Harga Diri Dalam Kaitannya Dengan Ambisi
0,893 Reliabel Etika Profesi 0,882 Reliabel Ketersediaan Bukti Audit 0,900 Reliabel Tekanan Waktu 0,912 Reliabel Resiko Audit 0,862 Reliabel Materialitas 0,911 Reliabel Tinjauandan Kontrol 0,753 Reliabel Lokus Kendali 0,880 Reliabel Penghentian Premature Atas Prosedur Audit
0,954 Reliabel
Sumber : Data primer yang diolah, 2017
Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai koefisien Alpha yang cukup besar yaitu diatas 0,60 sehingga dapat dikatakan semua konsep pengukur variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel. Untuk selanjutnya item-item pada masing-masing konsep variabel tersebut layak digunakan sebagai alat ukur dalam pengujian statistik.
4.2.3. Statistik Deskriptif
Tabel 4.16. Statistik DeskriptifPertanyaan Kisaran Kisaran Mean Rendah Sedang Tinggi Kategori teoritis empiris empiris Harga Diri 7-35 22-35 28.2500 7-16.33 16.34-25.66 25.67-35 Tinggi Dalam Kaitannya Dengan Ambisi Etika Profesi 10-50 35-50 42.2500 10-23.33 23.34-36.66 36.67-50 Tinggi Ketersediaan 6-30 20-30 24.7500 6-14 14.01-22 22.01-30 Tinggi Bukti Audit Tekanan Waktu 7-35 15-30 22.9250 7-16.33 16.34-25.66 25.67-35 Sedang Resiko Audit 5-25 6-20 11.4250 5-11.66 11.67-18.32 18.33-25 Rendah Materialitas 10-50 26-43 35.8250 10-23.33 23.34-36.66 36.67-50 Sedang Tinjauan dan 5-25 12-18 15.0000 5-11.66 11.67-18.32 18.33-25 Sedang Kontrol Lokus Kendali 8-40 24-34 31.4750 8-18.66 18.67-29.32 29.33-40 Tinggi Penghentian 10-50 15-71 42.3500 10-23.33 23.34-36.66 36.67-50 Tinggi Prematur Atas Prosedur Audit
Sumber : Data primer yang diolah, 2017
Berdasarkan pada tabel diatas diketahui bahwa untuk variabel harga diri kaitannya dengan ambisi memperoleh nilai mean atau rata-rata empirisnya sebesar 28.2500 dan termasuk kategori tinggi. Artinya menurut auditor yang menjadi responden pada penelitian ini, mereka mampu mendorong individu memiliki ambisi yang tinggi sehingga menyebabkan individu menggunakan segala cara untuk mencapai tujuanya.
Untuk variabel etika profesi memperoleh rata-rata empiris sebesar 42.2500 dan termasuk kategori tinggi. Artinya menurut auditor yang menjadi responden pada penelitian ini, mereka memiliki kesadaran akan tanggung jawab akuntan publik dalam transparansi pelaporan dan perilaku sesuai etika yang berlaku.
Variabel ketersediaan bukti audit memperoleh skor rata-rata empiris sebesar 24.7500 dan termasuk dalam kategori tinggi. Artinya menurut auditor yang menjadi responden pada penelitian ini, ukuran jumlah bukti audit yang mereka miliki dan kumpulkan tinggi sehingga mempengaruhi kualitas bukti audit.
Untuk tekanan waktu memperoleh nilai rata-rata empiris sebesar 22.9250 dan termasuk kategori sedang. Artinya menurut auditor yang menjadi responden pada penelitian ini, mereka dihadapkan pada kondisi di mana auditor memiliki pertimbangan faktor ekonomi (waktu dan biaya) dalam menentukan jumlah dan kompetensi bukti audit yang dikumpulkan cukup baik.
Untuk variabel resiko audit memiliki skor empiris sebesar 11.4250 dan termasuk kategori rendah, artinya menurut auditor yang menjadi responden pada penelitain ini resiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material rendah.
Variabel materialitas memperoleh rata-rata empiris sebesar 35.8250 dan termasuk dalam kategori sedang. Artinya menurut auditor yang menjadi responden pada penelitian ini, mereka dihadapkan dalam kondisi besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi yang cukup sering, terkadang ada perubahan pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut karena adanya penghilangan atau salah saji tersebut.
Untuk variabel tinjauan kontrol memperoleh skor rata-rata empiris sebesar 15.000 dan termasuk dalam kategori sedang. Artinya menurut responden pada penelitian ini, prosedur tinjauan merupakan proses memeriksa/ meninjau ulang hal/ pekerjaan untuk mengatasi terjadinya indikasi ketika staf auditor telah menyelesaikan tugasnya, padahal tugas yang disyaratkan tersebut gagal dilakukan yang merupakan sebuah sistem yang dirancang oleh KAP untuk memastikan bahwa pelaksanaan prosedur audit telah sesuai dengan standar auditing selama ini tidak baik atau belum sesuai dengan standar auditing.
Untuk lokus kendali memperoleh rata-rata empiris sebesar 31.4750 dan termasuk kategori tinggi. Artinya menurut responden pada penelitian ini cara pandang auditor terhadap suatu peristiwa, yang menyebabkan dapat atau tidaknya orang tersebut mengendalikan peristiwa yang terjadi padanya baik dan mereka cenderung percaya diri dalam bekerja.
Variabel penghentian prematur termasuk memperoleh skor rata-rata empiris sebesar 42.3500 dan termasuk dalam kategori tinggi. Artinya menurut responden pada penelitian ini, mereka melakukan penyimpangan perilaku audit yang dilakukan oleh auditor, dimana auditor mengabaikan/ tidak melakukan beberapa prosedur audit yang disyaratkan tetapi ia dapat memberikan opini atas suatu laporan keuangan.
4.2.4. Uji Asumsi Klasik
4.2.4.1.Uji Normalitas Data
Uji normalitas dilakukan untuk menguji data variabel bebas dan variabel terikat pada persamaan regresi yang dihasilkan berdistribusi normal atau tidak.
Persamaan regresi dikatakan baik jika memiliki distribusi mendekati normal atau normal sama sekali. Berikut ini adalah hasilnya:
Tabel 4.17 Hasil Uji Normalitas
Tests of Normality
a Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.Unstandardized Residual ,132 40 ,078 ,945 40 ,052
a. Lilliefors Significance Correction
Nilai Signifikansi Komlogorov Smirnov sebesar 0.078 > 0.05 dan Shapiro Wilk sebesar 0.052 > 0.05 artinya data berdistribusi normal.
4.2.4.2.Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan linier di antara variabel - variabel bebas dalam model regresi. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel - variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Deteksi tidak adanya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Tolerance (TOL) > 10% dan nilai Varian Inflation Factor (VIF) < 10. Maka berdasarkan hasil pengujiannya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.18 Hasil Pengujian MultikolinieritasModel Collinearity Statistics
Tolerance
VIF 1 (Constant) HargaDiri ,428 2,335 EtikaProfesi ,351 2,847 KetersediaanBuktiAudit ,449 2,225 TekananWaktu ,544 1,838 ResikoAudit ,424 2,361 Materialitas ,583 1,714 ProsedurTInjauanKontrol ,378 2,648 LokusKendali ,508 1,968
a. Dependent Variable: PenghentianPremature
Sumber : Data primer yang diolah
Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa semua variable bebas memiliki nilai tolerance yang lebih besar dari 0,10 dan lebih kecil dari 10. Hasil pengujian model regresi tersebut menunjukkan tidak adanya gejala multikolinier dalam model regresi. Hal ini berarti bahwa semua variable tersebut layak digunakan sebagai prediktor.
4.2.4.3.Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan deviasi standar nilai variable dependen pada setiap variable independen. Pengujian ini juga bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
1,294 ,924 ,365 1,400 ,171 LokusKendali -,176 ,765 -,052 -,230 ,819
Sumber : Data primer yang diolah
Hasil Uji heterokedastisitas dapat dilihat pada tabel 4.19 berikut ini dimana nilai signifikansi variabel independen > 0.05 artinya dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas.
Tabel 4.19 Hasil Uji Heterokedastisitas (Uji Glejser)
Coefficients
aModel Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -25,793 24,433 -1,056 ,299
HargaDiri -,364 ,366 -,243 -,993 ,328 EtikaProfesi ,206 ,459 ,121 ,449 ,657 KetersediaanBuktiAudit ,344 ,613 ,134 ,561 ,579 TekananWaktu ,443 ,259 ,371 1,710 ,097 ResikoAudit ,267 ,350 ,187 ,762 ,452 Materialitas -,053 ,264 -,042 -,200 ,843 ProsedurTInjauanKontro l
terjadi ketidaksamaan variance dan residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Ada tidaknya heteroskedastisitas ini dapat diuji dengan uji Scatterplot.
a. Dependent Variable: ABS_RES
4.2.5. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R
2
) pada intinya adalah seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variable dependen. Nilai koefisien determinasi antara nol dan satu. Nilai (R
2
) yang kecil berarti kemampuan variable
- – variable independen
- – variable independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi dependen. Dari pengujian analisis koefisien determinasi dapat diperoleh hasil sebagai berikut :
b Model Summary
Adjusted R Std. Error of Model R R Square Square the Estimate
a
1 ,820 ,673 ,589 11,61515
a. Predictors: (Constant), LokusKendali, HargaDiri, TekananWaktu, KetersediaanBuktiAudit, Materialitas, ResikoAudit, ProsedurTInjauanKontrol, EtikaProfesi
b. Dependent Variable: PenghentianPremature
Sumber : Data primer yang diolah Tabel 4.20 diketahui bahwa diperoleh nilai Adjusted R square sebesar 0.589.
Hasil ini berarti bahwa resiko audit, harga diri dalam kaitannya dengan ambisi, tekanan waktu, ketersediaan bukti audit, etika profesi mempengaruhi variabel dependen yaitu penghentian prematur atas prosedur audit sebesar 58,9% sedangkan sisanya sebesar 41,1% dipengaruhi oleh variabel lainnya.
4.2.6. Uji statistik F Uji statistik F menunjukkan apakah model regresi fit untuk diolah lebih lanjut.
Uji ini melihat pengaruh variabel resiko audit, harga diri dalam kaitannya dengan ambisi, tekanan waktu, ketersediaan bukti audit, dan etika profesi terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.
Tabel 4.21 Hasil Uji Statistik Fa ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig. Model
b
1 Regression 8608,839 8 1076,105 7,976 ,000 Residual 4182,261 31 134,912 Total 12791,100
39
a. Dependent Variable: PenghentianPremature
b. Predictors: (Constant), LokusKendali, HargaDiri, TekananWaktu, KetersediaanBuktiAudit, Materialitas, ResikoAudit, ProsedurTInjauanKontrol, EtikaProfesi
Sumber : Data primer yang diolah
Tabel 4.21 menunjukkan hasil pengujian statistik F, dimana diperoleh nilai F- hitung sebesar 7,976 dengan signifikansi 0,000. Oleh karena signifikansi lebih kecildari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa resiko audit, harga diri dalam kaitannya dengan ambisi, tekanan waktu, ketersediaan bukti audit, dan etika profesi secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.
4.2.7. Uji Parsial (Uji t)
Uji hipotesis menggunakan Uji t, dimana uji ini pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabe independen secara individual menerangkan variasi variabel dependen. Hasil Uji t dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.22 Hasil Uji Statistik tModel Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients t Sig.
Sig./2 Hipotesis B Std.
Error Beta
1 (Constant) -149,015 46,397 -3,212 ,003 ,0015 HargaDiri 1,293 ,695 ,292 1,860 ,072 ,0351 Diterima EtikaProfesi 1,252 ,872 ,249 1,436 ,161 ,0805 Ditolak KetersediaanBuktiAudit ,606 1,164 ,080 ,521 ,606 ,303 Ditolak TekananWaktu ,842 ,492 ,238 1,709 ,097 ,0485 Diterima ResikoAudit 2,057 ,665 ,488 3,093 ,004 ,002 Diterima Materialitas ,596 ,501 ,160 1,188 ,244 ,122 Ditolak ProsedurTInjauanKontrol ,551 1,755 ,052 ,314 ,756 ,375 Ditolak LokusKendali ,461 1,452 ,046 ,318 ,753 ,3765 Ditolaka. Dependent Variable: PenghentianPremature
Sumber : data primer yang diolah
H1: Harga diri dalam kaitannya dengan ambisi berpengaruh positif terhadap
penghentian prematur atas prosedur audit.Berdasarkan hasil uji-t pada tabel 4.22, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,072/2=0,036. Oleh karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, nilai koefisien regrei sebesar +1.293 sehingga dapat disimpulkan bahwaharga diri dalam kaitannya dengan ambisi berpengaruh positif terhadap penghentian prematur atas prosedur
1
audit. Hal ini berarti hipotesis pertama (H ), yang menyatakan harga diri dalam kaitannya dengan ambisi berpengaruh positif terhadap penghentian prematur atas prosedur audit diterima.
H2: Etika profesi berpengaruh negatif terhadap penghentian prematur atas
prosedur audit.Berdasarkan hasil uji-t pada tabel 4.22, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,161/2=0,0805. Nilai koefisien beta sebesar +1.252. Oleh karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 tetapi koefisien regresi positif, sehingga dapat disimpulkan bahwa etika profesi tidak berpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur
2
audit. Hal ini berarti hipotesis kedua (H ), yang menyatakan etika profesi berpengaruh positif terhadap penghentian prematur atas prosedur audit ditolak.
H3: Ketersediaan bukti audit berpengaruh negatif terhadap penghentian
prematur atas prosedur auditBerdasarkan hasil uji-t pada tabel 4.22, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,606/2=0,303. Oleh karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ketersediaan bukti audittidak berpengaruh negatif terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Hal ini berarti hipotesis ketiga (H
3 ), yang ketersediaan bukti audit berpengaruh negatif terhadap penghentian prematur atas prosedur audit ditolak.
H4: Tekanan waktu berpengaruh positif terhadap penghentian prematur atas
prosedur audit.Berdasarkan hasil uji-t pada tabel 4.22, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,097/2=0,0194 dengan koefisien beta sebesar +0.842. Oleh karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwatekanan waktu berpengaruh positif terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Hal ini berarti hipotesis keempat (H
4 ), yang menyatakan bahwa tekanan waktu berpengaruh positif terhadap penghentian prematur atas prosedur audit dapat diterima.
H5: Resiko audit berpengaruh positif terhadap penghentian prematur atas
prosedur audit.Berdasarkan hasil uji-t pada tabel 4.22, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,004./2=0,002 dengan koefisien regresi +2.057. Oleh karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwaresiko auditberpengaruh positif terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Hal ini berarti hipotesis kelima
5
(H ), yang menyatakan bahwa resiko audit berpengaruh positif terhadap penghentian prematur atas prosedur audit diterima.
Variabel kontrol
Untuk variabel materialitas, prosedur tinjauan dan kontrol kualitas, serta lokus kendali nilai signifikansinya diatas 0.05 artinya ketiga variabel kontrol pada penelitian ini tidak berpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.
4.3. Pembahasan Pengaruh Harga diri dalam kaitannya dengan ambisi terhadap 4.3.1. penghentian prematur atas prosedur audit
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa harga diri dalam kaitannya dengan ambisi berpengaruh positif terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Harga diri merupakan hasil evaluasi individual secara terus menerus terhadap dirinya sendiri (Setiawan dan Ghozali, 2006 dalam Sitorus, 2016). Individu dengan harga diri tinggi yakin bahwa mereka memiliki kemampuan yang mereka butuhkan agar berhasil dalam melakukan pekerjaan.Berbeda dengan individu dengan harga diri tinggi, individu dengan harga diri rendah lebih rentan terhadap pengaruh luar. Harga diri yang tinggi mampu mendorong individu memiliki ambisi yang tinggi pula sehingga dapat menyebabkan individu menggunakan segala cara untuk mencapainya.
Individu dengan harga diri tinggi dalam kaitannya terhadap ambisi dapat menjadi faktor pendorong bagi auditor untuk menempuh segala caraagar mendapat penilaian evaluasi yang baik dalam kinerjanya sebagai seorang auditor, sekaligus menjadi penyebab terjadinya penyimpangan perilaku auditor, yakni penghentian prematur atas prosedur audit. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Irawati (2005).
Pengaruh Etika profesi terhadap penghentian prematur atas prosedur 4.3.2. audit
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa etika profesi tidak berpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Hal ini berarti hipotesis kedua (H
2 ), yang menyatakan etika profesi berpengaruh positif terhadap
penghentian prematur atas prosedur auditditolak. Alasan ditolaknya hipotesis ini adalah karena etika profesi merupakan suatu keharusan dimata responden untuk ditaati sehingga etika profesi tinggi atau rendah tidak berpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.
Akuntan publik diharuskan menjunjung tinggi etika profesi, sehingga memberikan sebuah kepercayaan kepada masyarakat umum dan mendorong kesadaran akan tanggung jawab akuntan publik dalam transparasi pelaporan. Perilaku sesuai etika ini juga dipengaruhi oleh pihak lain sebagai seorang individu dalam lingkungan profesional. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Hasanah dan Utaminingsih (2014).
4.3.3. Pengaruh Ketersediaan bukti audit terhadap penghentian prematur atas
prosedur auditHasil penelitian ini menyatakan bahwa ketersediaan bukti audit tidak berpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Hal ini
3
berarti hipotesis ketiga (H ) ditolak. Alasan ditolaknya hipotesis ini adalah karena pada setiap pekerjaan lapangan audit, akan ada bukti audit yang tersedia sehingga ini adalah hal yang wajar dan sehariusnya maka tidak berpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.
Pada umumnya dalam melakukan audit, auditor mencakup perolehan dan evaluasibukti menggunakan prosedur-prosedur seperti pemeriksaan catatan dan konfirmasi untuk menguji kewajaran penyajian laporan keuangan. Untuk dapat melakukan tugas ini secara efektif dan efisien auditor harus memahami secara mendalam aspek penting dari bukti audit, termasuk memahami bagaimana bukti audit berkaitan dengan asersi laporan keuangan dan laporan auditor, kecukupan dan kompetensi audit prosedur audit, dan dokumentasi bukti. Bahan bukti digunakan untuk menguatkan atau menyangkal asersi manajemen. Bukti yang dikumpulkan dari prosedur audit digunakan untuk menentukan kewajaran laporan keuangan dan jenis laporan audit yang diterbitkan. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Sumantri (2014).
4.3.4. PengaruhTekanan waktu terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.
Hasil penelitian membuktikan bahwa tekanan waktu berpengaruh positif terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Hal ini berarti
4
hipotesis keempat (H ), yang menyatakan bahwa tekanan waktu berpengaruh positif terhadap penghentian prematur atas prosedur audit dapat diterima.
Tekanan waktu adalah suatu kondisi dimana auditor mendapatkan tekanan dari tempatnya bekerja untuk dapat menyelesaikan tugasnya sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Tekanan Waktu yang dialami oleh auditor ini dapat berpengaruh terhadap menurunnya Kualitas Audit karena auditor dituntut untuk menghasilkan hasil audit yang baik dengan waktu yang telah dijanjikan dengan klien. Time pressure yang dihadapi oleh profesional dalam bidang pengauditan dapat menimbulkan tingkat stress yang tinggi dan mempengaruhi sikap, niat, dan perilaku auditor, serta mengurangi perhatian mereka terhadap aspek kualitatif dari indikasi salah saji yang menunjukan potensial kecurangan atas pelaporan keuangan (Sososutiksno dalam Anita, Yusralaini dan Kurnia 2012). Hal ini mengakibatkan auditor harus menyelesaikan tugas dalam waktu yang sempit dan tekanan yang besar sehingga auditor cenderung untuk tidak melakukan prosedur yang wajib dilakukan secara lengkap, walaupun auditor mendokumentasikan telah melakukannya dengan lengkap.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Weningtyas, dkk (2007) yang menemukan bahwa tekanan waktu berpengaruh signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.
Pengaruh Resiko audit terhadap penghentian prematur atas prosedur 4.3.5. audit.
Hasil penelitian membuktikan bahwa resiko auditberpengaruh positif terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Hal ini berarti hipotesis kelima (H
5 ), yang menyatakan bahwa resiko audit berpengaruh positif terhadap penghentian prematur atas prosedur audit diterima.
Risiko audit adalah resiko yang terjadi dalam hal auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapat sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material (Ikatan Akuntan Indonesia, 2011). Risiko Audit yang dimaksud dalam penelitian ini adalah risiko deteksi.
Risiko deteksi ini menyatakan suatu ketidakpastian yang dihadapi auditor dimana kemungkinan bahwa bukti yang telah dikumpulkan oleh auditor tidak mampu untuk mendeteksi adanya salah saji yang material (Weningtyas dkk,.2007).
Risiko deteksi menyatakan suatu ketidakpastian yang dihadapi auditor dimana kemungkinan bahan bukti yang telah dikumpulkan oleh auditor tidak mampu untuk mendeteksi adanya salah saji yang material (Suryanita, et al
2007). Ketika auditor menginginkan risiko deteksi yang rendah berarti auditor ingin semua bahan bukti yang terkumpul dapat mendeteksi adanya salah saji yang material. Supaya bahan bukti tersebut dapat mendeteksi adanya salah saji yang material maka diperlukan jumlah bahan bukti yang lebih banyak dan jumlah prosedur yang lebih banyak pula. Dengan demikian ketika risiko audit rendah, auditor harus lebih banyak melakukan prosedur audit sehingga kemungkinan melakukan penghentian prematur atas prosedur audit akan semakin rendah.
Ketika auditor menginginkan risiko deteksi yang terendah, berarti auditor menginginkan semua bahan bukti yang terkumpul dapat mendeteksi adanya salah saji yang material. Supaya bahan bukti tersebut dapat mendeteksi adanya salah saji yang material, maka diperlukan jumlah bahan bukti yang lebih banyak dan jumlah prosedur yang lebih banyak pula. Auditor dapat mengurangi risiko audit dengan mengumpulkan bukti pendukung.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan olehIbrahim (2015) yang membuktikan risiko audit secara parsial berpengaruh positif terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.
4.3.6. Pembahasan Variabel kontrol
Untuk variabel materialitas diperoleh nilai signifikansi diatas 0.05 artinya variabel kontrol materialitas tidak berpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, yang mungkin dapat mengakibatkan perubahan pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut karena adanya penghilangan atau salah saji tersebut. Jadi materialitas hanyalah merupakan salah saji yang mana pada penelitian ini dilihat dari nilai statistik deskriptifnya termasuk dalam kategori sedang sehingga tidak berpengaruh terhadap penghentian premature atas prosedur audit. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Baldauf (2015) yang menyatakan bahwa materialitas tidak berpengaruh terhadap penghentian premature atas prosedur audit.
Untuk variabel prosedur tinjauan dan kontrol kualitas nilai signifikansinya diatas 0.05 artinya variabel kontrol ini tidak berpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Prosedur tinjauan merupakan proses memeriksa/ meninjau ulang hal atau pekerjaan untuk mengatasi terjadinya indikasi ketika staf auditor telah menyelesaikan tugasnya, padahal tugas yang disyaratkan tersebut gagal dilakukan (Weningtyas, 2006). Kontrol kualitas merupakan sebuah sistem yang dirancang oleh KAP untuk memastikan bahwa pelaksanaan prosedur audit telah sesuai dengan standar auditing.Prosedur tinjauan dan kontrol kualitas tidak berpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit karena dilihat dari nilai statistik deskriptifnya termasuk dalam kategori sedang sehingga tidak berpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Wardani (2013) yang menyatakan bahwa prosedur tinjauan dan kontrol kualitas tidak berpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.
Untuk variabel lokus kendali nilai signifikansinya diatas 0.05 artinya variabel kontrol ini tidak berpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Lokus kendali merupakan cara pandang seseorang terhadap suatu peristiwa, yang menyebabkan dapat atau tidaknya orang tersebut mengendalikan peristiwa yang terjadi padanya (Utaminingsih dan Hayuning, 2012). Pada penelitian ini terbukti bahwa lokus kendali tidak berpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Hal ini disebabkan karena lokus kendali merupakan faktor internal yang tidak cukup kuat pengaruhnya terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Wibisono (2014) yang menyimpulkan bahwa lokus kendali tidak berpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.