PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP IMAN ANAK DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN SANTO YAKOBUS ALFEUS TEMPEL, PAROKI ROH KUDUS KEBONARUM, KLATEN, JAWA TENGAH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program

  

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA

TERHADAP IMAN ANAK DALAM KELUARGA KATOLIK

DI LINGKUNGAN SANTO YAKOBUS ALFEUS TEMPEL,

PAROKI ROH KUDUS KEBONARUM, KLATEN,

  

JAWA TENGAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh :

Exnasius Indriyanto

  

NIM : 031124016

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2008

  PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan kepada para orang tua di lingkungan Santo Yakobus Alfeus Tempel,

  Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten

  

MOTTO

  Tetapi Yesus berkata: “Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepadaKu; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga”

  (Mat 19: 14)

   

  ABSTRAK

  Skripsi ini berjudul PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA

TERHADAP IMAN ANAK DALAM KELUARGA KATOLIK DI

  KUDUS KEBONARUM, KLATEN, JAWA TENGAH. Dengan menulis skripsi ini penulis berharap bisa mengetahui bagaimanakah pola asuh yang diterapkan oleh para orang tua, seberapa besarkah pengaruhnya dan bagaimanakan atau seperti apa perkembangan iman anak di lingkungan Santo Yakobus Alfeus sampai saat ini.

  Secara sempit pola asuh orang tua dapat didefinisikan sebagai cara dan sikap orang tua dalam memenuhi kebutuhan anaknya yang kemudian akan berpengaruh kepada kemampuan dan perkembangan anak. Dilihat dari bentuknya dan penerapannya pola asuh orang tua dapat dibagi menjadi tiga, yakni otoriter, demokratis dan permisivitas. Sedangkan pengertian iman adalah pertemuan pribadi dan mendalam manusia dengan Tuhan Yesus Kristus serta mengatur hidup sesuai dengan perintah-Nya. Perkembangan hidup beriman pada umumnya melalui tahapan yang teratur dan mendalam, proses itu merupakan dinamika antar pewartaan dan penerimaan wahyu dalam iman yang sekaligus merupakan perubahan yang terus menerus. Karena keluarga adalah pendidik yang pertama dan utama, maka perkembangan iman anak dipengaruhi oleh pola asuh orangtua. Ini karena hampir seluruh hidup anak dihabiskan dengan orang tua dan keluarga

  Dalam penelitian ini peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: Ho: r² = 0 (Tidak ada pengaruh penerapan pola asuh orang tua terhadap penghayatan iman anak – anak )

  ≠ 0 (Ada pengaruh penerapan pola asuh orang tua terhadap penghayatan iman anak – anak ) Untuk menguji kebenaran hipotesis secara empirik, maka peneliti mengadakan penelitian dengan metode kuantitatif. Penelitian ini mengambil sempel seluruh populasi sebagai responden, oleh sebab itu disebut penelitian populatif. Dengan jumlah keseluruhan responden adalah sebanyak 63 anak.

1 H : r²

  Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa, persamaan regresi tunggal yang diperoleh dengan menggunakan metode kuadrat terkecil kriteria (least

  1.

  adalah: Y = - 1.665 + 1.030X Hal ini menunjukkan bahwa Ho

  square criterion)

  1

  ditolak dan H diterima, yakni bahwa pola asuh memiliki pengaruh terhadap iman anak di lingkungan Santo Yakobus Alfeus Tempel. Sedangkan nilai R² (R square) dari tabel Summary menunjukkan sumbangan pola asuh terhadap iman anak adalah sebesar 74.5%. Ini menunjukkan bahwa pola asuh memiliki pengaruh yang besar terhadap iman anak. Dengan melihat hasil penelitian yang telah dijalankan ini, maka perlu adanya penanganan masalah – masalah yang ada dengan katekese. Katekese ini bukan hanya untuk anak, namun terlebih lagi katekese untuk para orang tua.

  

ABSTRACT

  This minithesis entitled THE INFLUENCE OF PARENTAL REARING ON THE CHILDREN’S FAITH INI CATHOLIC FAMILY IN SANTO

YAKOBUS ALFEUS TEMPEL COMMUNITY, OF THE PARISH OF HOLY

  SPIRIT KEBONARUM, KLATEN, CENTRAL JAVA. This thesis was conducted to know how the rearing patterns implemented by the parents is, how great the influence is and what the development of children’s faith in Santo Yakobus Alfeus environment is like up to now.

  Narrowly, parental rearing patterns can be defined as the methods and the parental behavior in fulfilling their children’s needs which then will influence the children’s ability and development. Seen from the form and its implementation parental rearing patterns can be divided info three, i.e. authoritarian, democratic, permissiveness. Meanwhile the meaning of faith is the private meeting between the faithful and Jesus Christ. The development of faith life take place generally is conducted through the regular and deeper steps. This process is a dynamic one which merges the conveying and acceptance of word of God. Because of its function as the first and primary educator, thus the development of children’s faith is affected by parental rearing pattern. It is because by almost all of children’s life is spent with their parent and family.

  In this research the author proposed hypothesis as follow: H0: r² = 0 (There is not influence on the implementation of parental rearing patterns on the children faith) H1: r²

  ≠ 0 (There is any influence on the implementation of parental rearing patterns on the children faith) To test the truth of this hypothesis empirically, thus the author conducted this research by using a quantitative method. This research took sample of all of population as respondents. Thus it was called as populative research. Totally, the amount of respondents were 63 children.

  Meanwhile the result of this research showed that, the simple regression equation which was gained by using method of least square criterion was Y = -

  1

  1.665 + 1.030X . It shows that H0 was rejected and H1 was accepted, i.e. that rearing patterns have influence on children’s faith in Santo Yakobus Alfeus Tempel environment. Meanwhile the value of R² ( R square ) from Summary table showed that the contribution or rearing pattern toward children’s faith was 74.5%. It showes that rearing patterns have great influence on children’s faith. By considering the result of this research which has been conducted, catecheses is the best way to salve the problem. Catechism in this matter is not only for children; but also for the parents.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu memberi kekuatan kepada penulis sehingga skripsi ini bisa selesai walaupun menempuh waktu yang lama melalui jalan berkelok – kelok dan terjal.

  Penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu sumbangan pemikiran untuk membantu memberi gambaran kepada pengurus lingkungan Santo Yakobus Alfeus Tempel umumnya dan para orang tua khususnya dalam penyadaran peran anak serta pengembangan iman anak – anaknya, sehingga berguna bagi gereja dan orang disekitarnya.

  Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang dengan segala upaya membantu penulis. Untuk itu patutlah penulis mengucapkan limpah terima kasih kepada mereka semua, teristimewa kepada: 1.

  F.X. Dapiyanta, SFK, M.Pd, selaku pembimbing utama, yang dengan hati tulus memberikan seluruh perhatiannya dalam proses penyelesaian skripsi ini.

  2. Y.H. Bintang Nusantara, SFK, selaku penguji II sekaligus sebagai pembimbing akademik yang selalu memberi support kepada penulis.

  3. Drs. H.J. Suhardiyanto. S.J, sebagai penguji III yang dengan hati tulus memberi dukungan dan mendampingi penulis dari awal sampai akhir.

  4. Para Dosen dan Karyawan IPPAK dengan fungsinya masing-masing membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  5. Ketua lingkungan Bpk. Sriyatno, yang mengijinkan saya melakukan penelitian untuk pemenuhan tugas akhir saya.

  

DAFTAR ISI

  Halaman JUDUL .............................................................................................. i PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................ ii PENGESAHAN........................................................................................... iii PERSEMBAHAN........................................................................................ iv MOTTO........................................................................................................ v PERNYATAAN KEASLIAN...................................................................... vi ABSTRAK.................................................................................................... vii ABSTRACT ................................................................................................ viii KATA PENGANTAR ................................................................................. ix DAFTAR ISI ............................................................................................... xi DAFTAR SINGKATAN ............................................................................. xv DAFTAR TABEL ....................................................................................... xvi

  BAB I. PENDAHULUAN............................................................................ 1 A. Latar Belakang Penulisan Skripsi..................................................... 1 B. Identifikasi Masalah.......................................................................... 6 C. Batasan Permasalahan...................................................................... 6 D. Rumusan Permasalahan ................................................................... 7 E. Tujuan Penulisan ............................................................................. 7 F. Manfaat Penelitian ........................................................................... 8 BAB II. KAJIAN TEORITIK DAN HIPOTESIS ....................................... 9 A. Pola Asuh Orang Tua dalam Keluarga Kristiani ............................. 9 1. Keluarga ........................................................................................ 9 a. Pengertian Keluarga Kristiani ................................................. 9 b. Peranan Keluarga Kristiani ..................................................... 10 2. Peran Orang Tua ........................................................................... 14 a. Mendidik ................................................................................. 15 b. Mengasuh ................................................................................ 18 3. Pola Asuh ...................................................................................... 19 a. Pola Asuh Otoriter .................................................................. 21

  b.

  Pola Asuh Demokratik ............................................................ 23 c. Pola Asuh Permisivitas ........................................................... 25 B. Perkembangan Iman Anak .............................................................. 26 1.

  Iman .............................................................................................. 27 2. Tahap – tahap Perkembangan Anak ............................................. 28 a.

  Tahap Anak Usia 0 – 3 Tahun ................................................ 29 b. Tahap Anak Usia 3 – 7 Tahun ................................................ 30 c. Tahap Anak Usia 7 – 12 Tahun .............................................. 32 3. Konteks Perkembangan Iman anak .............................................. 34 a.

  Teladan Tokoh – tokoh Identifikasi ....................................... 34 b. Suasana .................................................................................... 35 c. Pengajaran ............................................................................... 35 d. Komunikasi ............................................................................. 36 e. Pola Asuh ................................................................................ 36 C. Penelitian yang Relevan .................................................................. 37 D.

  Kerangka Pikir ................................................................................. 38 E. Hipotesis .......................................................................................... 39

  BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................. 40 A. Jenis Penelitian ................................................................................ 40 B. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 40 C. Populasi dan Sampel ........................................................................ 41 D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 41 1. Identitas Variabel .......................................................................... 41 2. Definisi Operasional Variabel ...................................................... 41 E. Jenis Data dan Instrumen Pengumpulan Data ................................. 42 1. Jenis Data ...................................................................................... 42 2. Instrumen Pengumpulan Data ....................................................... 42 3. Kisi – kisi Penelitian ..................................................................... 43 F. Teknik Analisis Data ....................................................................... 45 1. Analisis Instrumen ........................................................................ 45 a. Uji Coba Terpakai ................................................................... 45

  b.

  Validitas .................................................................................. 46 c. Reliabilitas .............................................................................. 47 2. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis ....................................... 48 a.

  Uji Prasyarat Analisis ............................................................. 48 b. Uji Normalitas ........................................................................ 48 c. Uji Linieritas .......................................................................... 49 d. Uji Kehomogenan ................................................................... 49 e. Analisis .................................................................................. 50

  BAB IV. LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........ 51 A. Hasil Penelitian ................................................................................ 51 1. Deskripsi Data Responden ............................................................ 51 2. Uji Prasyarataan ............................................................................ 52 a. Uji Normalitas .......................................................................... 52 b. Uji Linieritas ............................................................................ 54 c. Uji Homogenitas ...................................................................... 55 d. Korelasi ................................................................................... 56 3. Deskripsi Data .............................................................................. 57 a. Pemahaman Iman Anak .......................................................... 57 b. Penghayatan Iman Anak ......................................................... 59 c. Pola Asuh Orang Tua .............................................................. 61 B. Pengujian Hipotesis ......................................................................... 62 C. Pembahasan ..................................................................................... 67 D. Keterbatasan Penelitian ................................................................... 73 E. Bentuk Usaha Pembinaan untuk Meningkatkan Pemahaman dan Pengetahuan Orang Tua dalam Usaha Pengembangan Pola Asuh yang Cocok Untuk Usia PIA dan PIR Lingkungan Santo Yakobus Alfeus Tempel, Pluneng, Kebonarum, Klaten ……………..……... 73 1. Beberapa Bentuk Alternatif .......................................................... 74 a.

  Rekoleksi ................................................................................ 74 b. Retret ....................................................................................... 75

  c.

  Katekese .................................................................................. 76 1)

  Pengertian Katekese ............................................................. 76 2)

  Tujuan Pokok Katekese ....................................................... 78 3)

  Isi Katekese .......................................................................... 80 4)

  Model Katekese ................................................................... 81 2. Bentuk yang Dipilih ...................................................................... 82 a.

  Pengertian Shared Christian Praxis (SCP) ............................. 82 b. Langkah – langkah Shared Christian Praxis ……………….. 84 c. Program Katekese ................................................................... 92 1.)

  Pengertian Program ............................................................. 92 2.)

  Pemikiran Dasar Program .................................................... 92 3.)

  Usulan Tema ........................................................................ 97 4.)

  Penjabaran Program ............................................................. 99 5.)

  Contoh Persiapan Katekese ................................................. 101

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 110 A. Kesimpulan ...................................................................................... 110 B. Saran ................................................................................................ 111 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 113 LAMPIRAN ................................................................................................ 115

DAFTAR SINGKATAN A.

  Singkatan Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

  Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dikutip dari ALKITAB DEUTEROKANONIKA 1976. Diterbitkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia Jakarta 2002) B.

  Singkatan Dokumen Resmi Gereja CT : Catechesi Tradendae, Ajuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979. FC : Familiaris Consortio, Amanat Apostolik Paus Yohanes Paulus II tentang Pastoral Keluarga, 22 Novembar 1981.

  GE : Gravissimun Educationis, Deklarasi tentang Pendidikan Kristiani, 28 Oktober 1965 C. Singkatan Lain

  Art : Artikel KWI : Komisi Waligereja Indonesia SCP : Shared Christian Praxis

  DAFTAR TABEL

  Tabel 1 : Daftar jumlah anak – anak PIA dan PIR Tabel 2 : Kisi – kisi Koesioner Tabel 3 : Hasil pengukuran reliabilitas Tabel 4 : Data responden Tabel 5 : Hasil uji normalitas Tabel 6 : Hasil uji linieritas Tabel 7 : Hasil uji homogenitas Tabel 8 : Hasil korelasi Tabel 9 : Tabel pengelompokan pemahaman iman anak Tabel 10 : Tabel pengelompokan penghayatan iman anak Tabel 11 : Tabel pengelompokan pola asuh orang tua Tabel 12 : Statistik Tabel 13 : Diskriptiv statistik Tabel 14 : Removed Tabel 15 : Model summary Tabel 16 : Koefisien Tabel 17 : Anova table Tabel 18 : Regresi linier Tabel 19 : Model summary Tabel 20 : Penjabaran program

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan jaman sekarang ini banyak ditandai oleh kemajuan di bidang ilmu

  pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Kemajuan di bidang IPTEK juga membawa perubahan pada bidang lainnya, bidang sosial, ekonomi, budaya. Demikian pula muncul berbagai pola hidup orang jaman ini. Situasi tersebut membawa dampak positif maupun negatif.

  Dampak positif yang ditimbulkan antara lain : beraneka ragam sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sudah tersedia, mudah diperoleh dan dapat memperlancar serta mempercepat pemenuhan kebutuhan konsumen. Begitu pula sarana komunikasi dan hiburan seperti TV, Video, handphone dan sebagainya, yang pada umumnya sudah dimiliki banyak orang, terutama televisi dan handphone yang sudah banyak dimiliki oleh banyak orang dan keluarga.

  Di samping dampak positif muncul pula dampak negatif. Pengaruh negatif yang muncul antara lain; adalah pola hidup konsumerisme, materialistis, individualistis. Pola hidup ini muncul dari kecenderungan hidup manusia untuk mencari kenikmatan hidup dan selalu mencari kepuasan bagi pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Orang jaman sekarang mudah terpengaruh untuk memperhatikan hidup dari segi jasmani saja tanpa memperdulikan kebutuhan rohani, pendidikan, sehingga iklim kasih sayang menjadi terabaikan.

  Sejauh pengamatan yang dilakukan, banyak diantara orang tua di lingkungan Santo Yakobus Alfeus Tempel ini tidak terlalu memperhatikan prilaku anaknya di rumah maupun di luar rumah. Banyak diantara orang tua memanjakan anaknya, dengan mencukupi kebutuhan mereka tanpa tahu sebab dan akibat yang akan ditimbulkan. Ada juga orang tua yang terlalu memaksa dan melindungi anak mereka, sehingga anak tidak terlalu mengenal masyarakat sekitarnya. Dan ketika terjun ke masyarakat, mereka mengalami suatu keterkejutan karena suasana dan kehidupan bermasyarakat tidak sesuai dengan apa yang mereka bayangkan. Dari keterkejutan itu anak dituntut untuk mengambil suatu sikap akan keadaan yang dialami tersebut. Jika mereka mengambil sikap yang benar maka mereka akan dapat melalui semua keterkejutan itu dengan mencapai hasil yang baik dan maksimal, namun jika sebaliknya maka mereka akan terseret ke dalam kehidupan yang bisa dibilang kurang baik. Sejauh ini jalan nomor dua inilah yang sering diambil orang atau anak-anak khususnya umat katolik sejauh pengamatan saya. Serta banyak diantara mereka ketika sudah besar dengan seenaknya pindah agama.

  Orang tua berharap bahwa anak-anak yang dianugerahkan Tuhan kepada mereka tumbuh dan berkembang sebagaimana Yesus di masa kecil-Nya yang “bertambah hikmatNya dan besar-Nya, dan makin disayang oleh Allah dan manusia” (Luk. 2:52). Selain atau bersama dengan pertumbuhan jasmani yang sehat, orang tua berharap bahwa anaknya berkembang pula dalam hal sikap imannya: teguh dalam iman serta bijak dalam mengambil keputusan dalam hidup sehari-hari berdasarkan keyakinan imannya, akrab dengan Tuhan, jemaat beriman setempat dan masyarakat sekitar, serta taat melaksanakan kehendaak Tuhan dalam hidup sehari- Kristiani juga dipengaruhi oleh pola hidup seperti tersebut di atas. Kalau demikian Keluarga Kristiani tidak berbeda dari pada keluarga pada umumnya yang hanya memperhatikan kebutuhan jasmani saja. Cukup banyak orang tua yang keseharian sibuk bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhan anggota keluarganya. Kesibukan mereka itu sering menyebabkan kurangnya perhatian dan cinta kepada anak-anak mereka. Memang orang tua perlu memperhatikan kebutuhan materi bagi anak-anak mereka, tetapi itu belum menjadi jaminan untuk mencapai tujuan keberhasilan bagi pendidikan anak. Meskipun banyak orang tua berpendapat atau beranggapan bahwa sudah memenuhi semua kebutuhan anak berarti itu sudah mencintai mereka. Padahal dalam kenyataannya terpenuhi kebutuhan materi belum lengkap daan tidak cukup bagi anak, karena anak juga membutuhkan perhatian dan cinta dalam bentuk lain yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan dirinya sebagai pribadi.

  Oleh karena itu keluarga kristiani sebagai keluarga beriman hendaknya mampu mencintai anak tidak hanya sebatas pemberian dalam segi materi saja, melainkan juga memberikan perhatian dan cinta yang berasal dari Allah sendiri kepada anak-anak. Perhatian dan cinta orang tua mencakup segala usaha dalam memperhatikan kebutuhan rohani anak. Dimana-mana masih banyak dijumpai anak- anak, remaja, kaum muda yang hidupnya hanya mencari kepuasan diri sendiri, mabuk-mabukan, perkelahian, pencurian perampokan, lari dari rumah dan sebagainya. Hal ini terjadi karena mereka kurang bahkan kering akan cinta dan tidak mendapatkan pembinaan iman dalam keluarga serta kadang kala pola asuh orang tua yang salah yang dapat mengakibatkan semuanya itu.

  Allah sendiri telah memberi tugas kepada orang tua pada waktu mereka tanggung jawab untuk mendidik anak. Pendidikan anak-anak tidak hanya menyangkut pendidikan jasmani tapi juga pendidikan iman. Dalam karya tulis ini penulis mempergunakan kata pembinaan iman sebagai bagian dari pendidikan iman. Pembinaan iman dimaksudkan sebagai suatu proses dari usaha orang tua untuk menumbuhkan dan memperkembangkan iman anak melalui kegiatan-kegiatan yang berpola hidup kristiani sehingga dapat menghayati imannya dalam kehidupan sehari- hari dan pada akhirnya menjadi manusia yang beriman dewasa.

  Dari pengalaman kami nampak gejala-gejala bahwa banyak orang tua yang kurang menyadari peranannya dalam membina iman anak. Walaupun mereka mengetahui tugas mereka membina iman anak, tetapi banyak perhatian mereka tersita oleh kesibukan mereka berkerja sehingga kurang dapat meluangkan waktu untuk memperhatikan pembinaan iman anak. Selain kesulitan dan hambatan yang dihadapi orang tua untuk membina iman anak, masih dirasakan adanya sikap orang tua yang otoriter, terlalu menguasai anak, kurang memberi kesempatan pada anak untuk mengungkapkan perasaan dan pendapatnya. Relasi antara orang tua dan anak kuang baik. Di antara mereka tidak ada saling keterbukaan sehingga tidak ada saling mengerti dan tidak mengetahui apa yang dirasakan, yang di alami oleh anak maupun orang tua.

  Oleh karena itu penulis prihatin kepada anak yang tidak mendapatkan pembinaan iman anak dari orang tuanya. Pembinaan iman anak menjadi penting dalam keluarga karena iman merupakan daya kekuatan yang mampu mendorong dan menguatkan orang untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan.

  Berdasarkan keprihatinan itu penulis mempunyai keinginan untuk membantu pembina iman anak. Dengan demikian penulis mengharapkan para orang tua agar dapat menyadari dan mampu menghayati peranan mereka yang utama dan terutama dalam mendidik iman anak (FC, art. 36) khususnya dalam membina iman anak dalam keluarga (FC, art.39).

  Pembinaan di sini berarti penekanannya bukan terlebih terletak pada mengajarkan aturan-aturan dalam agama atau ajaran-ajaran Kristiani, melainkan lebih memperioritaskan upaya dalam menumbuhkan sikap hidup beriman, menciptakan suasana hidup beriman Kristiani melalui kegiatan-kegiatan yang menjadi tradisi dalam keluarga misalnya; doa keluarga, membaca dan merenungkan Kitab Suci bersama. Allah memberikan tugas ini kepada orang tua karena orang tualah yang sangat berperan utama dan terutama dalam membina iman anak. Di samping itu keluarga merupakan tempat yang paling efektif bagi persemaian, pertumbuhan dan penghayatan serta perkembangan iman anak sejak dini, karena anak lebih lama melewatkan waktu berada dalam kehidupan keluarga bersama orang tua mereka. Orang tua di sini bertindak selaku pendidik pertama dan utama (GE)

  Selanjutnya yang dimaksud dengan anak yaitu status anak selama dia tinggal bersama orang tua atau sebelum ia meninggalkan keluarganya untuk membentuk keluarga sendiri atau status hidup yang lain. Maka pembinaan iman hendaknya dapat dilaksanakan sejak dini yaitu sejak anak dalam kandungan, kemudian pada masa anak, dewasa sampai sebelum memisahkan diri dari keluarga.

  B. Identifikasi Masalah

  Dari paparan mengenai latar belakang masalah dapatlah penulis merumuskan secara singkat gambaran sementara tentang bagaimana pola asuh orang tua terhadap anak dalam keluarga di wilayah di mana penulis tinggal: 1.

  Bagaimana cara orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak? 2. Kendala apa yang dihadapi orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak? 3. Seberapa besar pengaruh pola asuh orang tua dalam pembinaan iman anaknya? 4. Masalah-masalah apa saja yang dihadapi orang tua berkaitan dengan pembinaan iman dalam keluarga?

  Melihat situasi tersebut penulis merasa prihatin dan ingin mengetahui seberapa besar sumbangan pola asuh orang tua terhadap pembinaan iman anak mereka. Permasalahan tersebut dibahas dalam karya tulis ini dengan metode studi pustaka dan diperkuat dengan data penelitian lapangan melalui kuesioner.

  C. Pembatasan Masalah

  Setelah melihat situasi dan latar belakang masalah yang telah disampaikan maka masalah yang dibatasi penulis adalah mencakup pada seberapa besar pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembinaan iman anak, sehingga anak itu menjadi anak yang baik dan memiliki akal budi yang luhur. Pembatasan masalah dalam permasalahan peranan dan pengaruh orang tua dalam membina iman anak berkaitan dengan peranan orang tua dalam membina iman anak di lingkungan Santo Yakobus Alfeus Tempel Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten, Jawa Tengah.

D. Rumusan Masalah

  Dari paparan mengenai latarbelakang masalah dapatlah penulis merumuskan secara singkat gambaran sementara tentang pelaksanaan pola asuh anak dalam keluarga di lingkungan St. Yakobus Alfeus Tempel di mana penulis tinggal: 1.

  Bagaimanakah pola asuh orang tua di lingkungan St. Yakobus Alfeus Tempel sejauh ini?

2. Bagaimanakah perkembangan iman anak di lingkungan St. Yakobus Alfeus

  Tempel? 3. Seberapa besar pengaruh pola asuh orang tua terhadap perkembangan iman anak?

  Melihat situasi tersebut penulis merasa prihatin dan ingin mengetahui seberapa besar pengaruh pola asuh orang tua terhadap perkembangan iman.

  Permasalahan tersebut dibahas dalam karya tulis ini dengan metode studi pustaka dan diperkuat dengan data penelitian lapangan melalui kuesioner.

E. Tujuan Penulisan 1.

  Mengetahui pola asuh yang diterapkan orang tua selama ini.

  2. Mengetahui seberapa besar pengaruh pola asuh orang tua dalam perkembangan iman anak.

  3. Mengetahui perkembangan iman anak.

F. Manfaat Penelitian 1.

  Bagi saya pribadi penelitian ini membantu untuk mengetahui pola asuh yang benar dan sesuai dengan memperhatikan aspek-aspek yang mempengaruhi perkembangan anak.

2. Bagi orang tua: a.

  Membantu menyadarkan dan meyakinkan orang tua akan pentingnya pembinaan iman anak mereka masing-masing sehingga keluarga dapat harmonis dan sesuai dengan kehendak Allah.

  b.

  Menambah wawasan dan pengetahuan dalam mendidik anak secara katolik sehingga anak benar-benar berkembang imannya.

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN HIPOTESIS Pada bagian ini, penulis hendak memaparkan bagaimana pola asuh orang tua

  dapat berpengaruh pada iman anak-anak mereka. Sebelum itu akan dipaparkan bagaimana orang tua dipandang dari sudut keluarga kristiani dan bagaimana peranan keluarga kristiani itu sendiri. Kemudian setelah melihat berbagai peranan orang tua dalam keluarga kristiani, penulis mengajak untuk melihat bagaimana pola asuh yang hendaknya diterapkan pada anak mereka. Dan melihat bagaimana pola asuh dapat mempengaruhi iman anak, serta bagaimana tahap-tahap perkembangan iman anak.

A. Pola Asuh Orang Tua dalam Keluarga Kristiani 1. Keluarga

a. Pengertian Keluarga Kristiani

  Keluarga pada umumnya dimengerti sebagai persekutuan hidup antara individu yang mempunyai ikatan darah. Kemudian masih dibedakan adanya keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Sedangkan keluarga dalam arti yang luas terdiri dari ayah, ibu, anak, kakek, nenek, sanak saudara. Bahkan saat ini pembantu rumah tangga dan anak kost yang hidup serumah juga termasuk dalam pengertian keluarga. (Caroline: 4)

  Menurut visi kristiani keluarga merupakan peersekutuan hidup pribadi- pribadi yang didasarkan dan bersumber pada cintakasih. Keluarga tidak dapat hidup dan terlaksana peranannya tanpa cintakasih. Maka pada hakekatnya keluarga merupakan suatu persekutuan hidup dan cinta. (GS Art. 48) Hidup dan cintakasih keluarga berdasar dan bersumber pada cintakasih kristus. Cintakasih Kristus yang mewarnai hidup keluarga inilah yang menjadi kekhasan keluarga kristiani. Maka keluarga kristiani dimengerti sebagai persekutuan hidup pribadi-pribadi yang sedarah dan terikat yang berdasarkan cintakasih Allah yang berpola hidup Yesus Kristus. Dengan demikian hidup perkawinan dan keluarga mengandung nilai luhur.

  Nilai luhur itu terkandung dalam panggilan hidup perkawinan dan keluarga itu sendiri Sebagai Gereja kecil yang dipanggil untuk ikut serta mewartakan Injil, mengembangkan hidup secara manusiawi dan kristiani dalam keluarga demi pembaharuan masyarakat dan umat Allah.

b. Peranan Keluarga Kristiani

  Keluarga memiliki peranan yang sangat penting, karena keluarga sebagai tempat pertama dibentuknya kepribadian. Maka faktor keluarga memiliki peranan yang penting dan sentral dalam perkembangan kepribadian anak. (Djamaludin Ancok, Dkk: 78-80)

  Peranan keluarga kristiani merupakan konsekuensi dari dibentuknya keluarga oleh pasangan suami istri melalui Sakramen Pernikahan. Dengan menjalankan peranannya, keluarga akan semakin menepati janji dirinya sebagai persekutuan hidup dan cintakasih. Maka cintakasih yang bersumber pada cintakasih Allah menjadi titik tolak dan motivasi hidup keluarga untuk mewujudkan cintakasih itu secara nyata dalam menjalankan peranannya sebagai keluarga kristiani. Peranan keluarga kristiani yang terdiri dari empat peranan menurut Anjuran Aspostolik Sri Paus Yohanes Paulus II tentang keluarga dalam Dokumentasi Femiliaris Consortio, akan kami jelaskan berikut ini. (FC. Art: 17-64)

1) Membentuk Persekutuan Pribadi-Pribadi Keluarga mempunyai peranan membentuk persekutuan pribadi-pribadi.

  Membentuk persekutuan pribadi berarti membangun persekutuan pribadi-pribadi dalam suatu komunitas yang berdasarkan pada cintakasih. Pribadi yang bersekutu atau bersatu adalah pertama-tama suami dan isteri, kemudian orang tua dan anak- anak serta sanak saudara. Pribadi-pribadi yang hidup dalam keluarga memerlukan dasar untuk mempersatukan mereka. Dasar yang mengikat persatuan mereka adalah cintakasih. Cintakasih merupakan dasar kekuatan dan tujuan akhir hidup keluarga.

  Tanpa dilandasi dan diperkokoh dengan cintakasih, keluarga tidak dapat hidup berkembang atau menyempurnakan diri sendiri persekutan pribadi-pribadi. (FC. Art: 18)

  Terbentuknya persekutuan itu pertama kali dijalin dan berkembang oleh persekutuan suami-isteri melalui janji perkawinan. Mereka ini “bukan lagi dua melainkan satu” (Mat 19: 6).

  Mereka dipanggil untuk tetap bertumbuh dalam pesekutuan mereka melalui kesediaan dari hari ke hari terhadap janji pernikahan mereka untuk saling menyerahkan diri seutuhnya. (FC. Art: 19) Persekutuan pasangan ini suami-asteri tidak hanya bercirikan kesatuan melainkan tak terceraikan. Kesatuan yang tak terceraikan ini menuntut kesetiaan seutuhnya dari kedua belah pihak baik dari suami maupn isteri dan demi kepentingan anak-anak. (Konsili Vatikan II, Op. Cit., art. 48)

  Wanita dan pria mempunyai martabat yang sama. Wanita dalam keluarga berperanan sebagai isteri dan ibu. Peranan seorang ibu dalam keluarga perlu dijunjung tinggi martabatnya. Peranannya dalam keluarga ikut menentukan terutama dalam pendidikan iman anaknya. Anak pertama kali dalam hidupnya mengenal ibunya sejak dalam rahim. Maka anak pertama kali mengerti apa itu iman juga dari ibunya yang sejak bayi menyusui, mengasuh, dengan penuh kasih sayang dan menyediakan keperluan rumah tangga. Di samping berperan sebagai ibu juga seorang isteri yang mempunyai kewajiban untuk selalu taat dan setia kepada suaminya. Seorang ”isteri hendaklah menghormati suaminya.” (Ef 5: 33)

2) Mengabdi Kehidupan

  Peranan keluarga menyalurkan kehidupan diwujudkan melalui pengadaan keturunan. Kesuburan cintakasih suami isteri terbuka bagi adanya keturunan.

  Hubungan suami isteri tidak hanya berpusat pada hubungan seks saja. Seksualitas harus semakin mengarahkan diri masing-masing pribadi dengan cintakasih yang mendalam dan penuh syukur atas rahmat kasih Allah yang telah memanggil mereka untuk hidup berkeluarga. Maka peranan prokreasi keluarga harus semakin mempersatukan ikatan mereka yang tak terceraikan. Oleh karena itu segala usaha yang menghalangi terjadinya prokreasi dengan tujuan dan cara apa pun yang melanggar hakekat perkawinan dan melanggar nilai moral harus ditolak. (FC. Art:32)

  Tugas orang tua mendidik anak merupakan tugas yang amat penting dan tidak bisa digantikan oleh siapa pun. Orang tua hendaknya mampu menciptakan cintakasih kepada Allah dan sesama, sehingga menunjang pendidikan pribadi termasuk pembinaan iman anak. Maka keluarga sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama yang dibutuhkan bagi keluarga itu sendiri, Gereja dan masyarakat. (FC. Art:36)

3) Ikut serta Dalam Pengembangan Masyarakat

  Keluarga sebagai sel masyarakat mempunyai peranan yang pertama dan amat penting dalam mengembangkan masyarakat yang sehat. Masyarakat yang sehat dapat terwujud oleh faktor adanya keluarga yang sehat pula.

  Ada tiga syarat menentukan kesehatan keluarga: kesatuan keluarga (monogami), kokohnya keluarga (tak terceraikan), dan pendidikan yang dilaksanakan oleh orang tua sebagai pendidikan pertama dan utama denan penuh tanggung jawab. (Sekertariat Nasional K.M./CLC, Hal:12)

  Hubungan erat antara keuarga dan masyarakat menuntut sikap terbuka dari keluarga dan masyarakat untuk berkerjasama membela dan mengembangkan kesejahteraan setiap orang. Tetapi masyarakat harus mengakui keberadaan “ keluarga sebagai rukun hidup yang mempunyai hak aslinya sendiri.” (FC. Art:45).

  Berdasarkan prinsip tersebut maka masyarakat khususnya negara harus menghormati hak-hak hakiki yang dimiliki oleh keluarga dn tidak bisa mengambil alih peranan-peranan keluarga. Negara harus mampu mengusahakan agar keluarga dapat mencukupi semua kebutuhan di bidang ekomoni, sosial, pendidikan, politik dan kebudayaan.

  4) Berperan Serta dalam Kehidupan dan Misi Gereja Keluarga Kriustiani mempunyai peranan untuk ikut serta dalam kehidupan dan misi Gereja. Keluarga dan Gereja mempunyai ikatan yang mendalam yaitu menjadikan keluarga suatu “Gereja kecil” (“Ecclesia Domestica” = Gereja rumah tangga) sedemikian rupa sehingga dengan caranya sendiri keluarga menjadi lambang yang hidup dan penampilan historis bagi misteri Gereja. (FC. Art: 49) Oleh karena itu keluarga tidak hanya menerima cintakasih kristus dan menjadi rukun hidup yang diselamatkan, melainkan mereka diharapkan juga dapat menyalurkan cinta kasih Kristus kepada saudara-saudara mereka. Hanya dengan demikian keluarga mampu menjadi persekutuan yang menyelamatkan.

  Keluarga menjalankan tugas kenabian yaitu bersikap kritis terhadap situasi berkenaan dengan kehendak Allah dengan menyambut dan mewartakan Sabda, yang terjadi dalam iman Kristiani yang harus tampak dalam persiapan, peresmian dan penghayatan hidup berkeluarga. (FC. Art:51)

  2. Peran Orang Tua

  Orang tua adalah ayah dan ibu kandung (Peters, 1991:106), berbeda halnya dengan pendapat Poerwardaminta (1976:668) bahwa orang tua adalah orang yang sudah tua, pertama dikenal anak, dimata anak-anak orang tua adalah sosok yang luar biasa serba hebat dan serba tahu akan segalanya. Lain halnya dengan Evi Sukamaningrum (2001: 6) ia mengemukakan bahwa “orang tua tidak selalu ayah dan ibu dari seorang anak, orang tua dapat juga orang lain yang bukan orang tua kandung, akan tetapi orang yang telah mengasuh, memperhatikan, mengasihi, dan sebagai orang tua, seperti yang telah dikatakan oleh Evi bahwa orang tua berperan dalam mengasuh dan mendidik anak mereka.

a. Mendidik Mendidik memiliki arti yang cukup luas, terutama dalam hal mendidik anak.

  Mendidik anak dapat diartikan; sebagai usaha untuk membekali anak dalam hal bertutur kata, bertindak dan cara hidup yang baik menuju ke hidup yang berguna dan bahagia. (Hurlock, 1989: 82) Dalam usaha mendidik anak, para orang tua berusaha untuk menciptakan suatu suasana dalam keluarga sehingga tercipta suasana yang mendukung dalam proses pendidikan bagi anak-anak mereka. Menurut Anton dkk (1990: 67) peranan orang tua dalam keluarga adalah bagian utama yang harus dilakukan orang tua dalam usaha menciptakan lingkungan yang mendukung bagi anak dalam upaya menciptakan prestasi yang optimal. Pada umumnya orang tua memiliki peranan yang berbeda-beda seperti yang dijelaskan oleh Ngalim Purwanto mengenai peranan ibu dan ayah terhadap pendidikan anak-anak. (Ngalim Purwanto: 90-92)

  Peranan ibu dalam hal ini tidak dapat disangkal dan dipungkiri lagi. Ibu adalah pendidik yang pertama, didikan ibu terhadap anaknya merupakan pendidikan dasar dan tidak dapat diabaikan. Untuk itu seorang ibu hendaklah seorang yang bijaksana dan pandai dalam mendidik anak-anak. Secara naluri seorang ibu adalah bersifat menjaga, melindungi, menyayangi, dan memberikan pengetahuan- pengetahuan dasar bagi anak.

  Peranan ibu dalam pendidikan anak sudah sesuai dengan fungsi dan kasih sayang, pengasuh dan pemelihara, tempat untuk mencurahkan segala isi hati, pengatur kehidupan dalam rumah tangga, pembimbing hubungan pribadi, dan pendidik dalam segi-segi emosioanal. (Ngalim Purwanto: 93)

  Peranan ayah sebenarnya tidak berbeda jauh dengan peranan seorang ibu sendiri; memberikan kasih sayang, mengasuh dan memelihara serta mencurahkan segala isi hati. Namun yang paling utama sebagai seorang ayah adalah memberikan nafkah bagi anak dan istri serta memberikan kehidupan yang layak bagi anak dan istri. Jika ditinjau lebih dalam lagi dari segi fungsi dan tugasnya sebagai ayah, yaitu sebagai pemberi rasa aman bagi keluarga, pelindung dan pendidik dari segi rasional juga sangat dibutuhkan bagi seorang anak.

  Orang tua bukanlah satu-satunya faktor penentu bagi perkembangan anak, masih ada faktor individu dan faktor lingkungan lain disekitar anak yang dapat pula mempengaruhi perkembangan anak. Namun demikian orang tua dapat mengarahkan perkembangan anak sejauh mungkin, dengan menyadari akan peranannya yang besar dalam kehidupan anak.

  Selain berbagai pengertian dan pengetahuan yang harus diperoleh orang tua, hendaknya sikap-sikap orang tua juga harus diperhatikan, guna perkembangan anaknya. Sikap tersebut antara lain: Adiwardhana (dalam Gunarsa,1985: 61-64)) 1) Antara ayah dan ibu harus ada kesesuaian serta konsistensi dalam hal mendidik dan mengajar anak-anaknya. Suatu tingkahlaku anak yang dilarang oleh orang tua pada suatu waktu, harus pula dilarang apabila dilakukan lagi pada waktu yang lain. Konsistensi ini juga harus ada dalam hal-hal apa saja yang mendatangkan pujian atau hukuman pada anak. Ketidakadanya konsistensi akan mengaburkan pengertian anak tentang apa yang baik dilakukan dan yang tidak baik untuk dilakukan.

  2) Berbagai sikap yang dilakukan oleh orang tua. Sikap ayah terhadap ibu atau sikap ibu terhadap ayah, bagaimana sikap terhadap saudara-saudaranya dan kepada yang lain. Sikap-sikap tersebut dapat berpengaruh pula dalam perkembangan anak, walaupun tidak secara langsung, yakni melalui proses peniruan. Proses peniruan oleh anak ini biasanya dipengaruhi oleh sikap atau tingkahlaku orang-orang yang dekat dengannya dan yang anak temui setiap harinya.

  3) Penghayatan yang sungguh-sungguh dari orangtua akan agama atau kepercayaan yang dianutnya, akan berpengaruh pada sikap dan tindakan mereka setiap harinya. Penghayatan dan kepercayaan orangtua berpengaruh pula pada pola atau cara para orangtua dalam mengasuh, mendidik, memelihara, dan mengajar anak-anak mereka. Semuanya ini dapat menjadi dasar yang kuat untuk perkembangan anak, jika anak banyak dibekali dengan ajaran-ajaran agama, dan hidup dalam kepercayaan dan kesetiaan kepada Allah yang cukup.

  4) Orangtua tentunya tidak menginginkan anaknya untuk berbohong, tidak bersikap jujur, maka ini harus juga ditunjukkan dalam berbagai sikap orangtua sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Selain ada aturan-aturan yang harus ditaati anak, namun ada juga aturan-aturan yang berlaku bagi seluruh anggota keluarga anaknya, hendaknya orangtua konsekuen dengan pola hidup kesehariannya. Jika tidak sesuai ajaran dengan kenyataan, dapat menimbulkan konflik dalam diri anak dan menjadikan alasan tersebut sebagai senjata untuk tidak melakukan apa yang diajarkan orangtuanya. (Gunarsa, dkk 1985:62)

b. Mengasuh

  Tidak hanya mendidik saja, melainkan juga bagaimana cara orang tua dalam mengasuh anak-anak mereka. Orang tua perlu menciptakan suasana lingkungan yang ramah atau keluarga yang serasi. (Conny.S :64) Sedangkan Elizabeth (1990: 201) menambahkan:

  “Anak mengharapkan bimbingan dan pengembangan model pola perilaku yang disetujui secara sosial dari orang tua, anak mengharapkan orang tua sebagai rekan yang dapat diminta bantuan dalam memecahkan masalah yang dihadapi atau sebagai teman berdiskusi da bertukar pikiran.” Di atas telah dijelaskan bagaimana orang tua hendaknya memenuhi kebutuhan anak-anaknya baik secara jasmani maupun rohani. Karena pada hakekatnya demikianlah peran orang tua. Jika semua itu tidak dapat terpenuhi maka akan berdampak buruk bagi anaknya. Russen (1983:11) menyatakan: