BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi - KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PRO DUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BREBES - repository perpustakaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi Menurut Amalia (2007) Pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu

  proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat. Dimana kenaikan pendapatan perkapita merupakan suatu pencerminan dari timbulnya perbaikan dalam kesejahteraan ekonomi masyarakat. Tujuan utama pembangunan ekonomi adalah menciptakan tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang setinggi-tingginya, akan tetapi diikuti dengan pemberantasan kemiskinan, penanggulangan ketimpangan pendapatan, penyediaan lapangan kerja, pendidikan yang lebi baik, peningkatan standar kesehatan dan nutrisi, perbaikan kondisi lingkungan hidup, pemerataan kesempatan, pemerataan kebebasan individual, dan penyegaran kehidupan budaya. Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari tingkat Produk Domestik Bruto (PDB) nya, cara menghitung Produk Domestik Bruto (PDB) adalah sebagai berikut:

  1. Cara pengeluaran Yang dihitung adalah nilai produksi yang diciptakan oleh faktor produksi yang dimiliki seluruh warga negara yang bersangkutan berarti tidak termasuk pendapatan warga negara itu diluar negeri.

  2. Cara pendapatan Yang dihitung adalah pendapatan faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa.

  7

  3. Cara produksi Yang dihitung adalah nilai produksi yang diciptakan oleh faktor produksi yang ada disuatu negara tanpa membedakan apakah faktor produksi itu milik orang luar negeri atau warga negara itu sendiri. Manfaat yang bisa diperoleh dari pembangunan ekonomi diantaranya adalah: meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB), mengurangi tingkat pengangguran, meningkatnya kemakmuran, pengelolaan alam yang lebih baik, dan modal yang terkumpul bisa dijadikan untuk membuka usaha mikro khususnya untuk masyarakat pedesaan. Sedangkan kerugian-kerugian yang dari pembangunan ekonomi adalah: terjadinya perubahan struktural sosial, politik, dan budaya, adanya perubahan tata kerja yang tradisional bergeser ke semi tradisional sampai masuk ke tataan kerja yang bersifat modern, memerlukan modal yang lebih banyak untuk memperbaiki sistem perekonomian secara nasional, adanya teknologi baru yang terkadang justru menjadi kendala bagi negara berkembang untuk dapat langsung mengadopsi teknologi terkini yang ditawarkan pasar dunia.

  Bangsa Indonesia pada usia lebih dari setengah abad sudah seharusnya mencapai kedewasaan untuk mampu melihat faktor-faktor yang akan mengganggu keberlanjutan pembangunan nasional. Pembangunan ekonomi yang bersifat berkelanjutan harus terkonsep secara utuh dan lengkap jangan sampai membiarkan bertumbuhnya bibit-bibit baru masalah yang dikemudian hari menjadi penghambat berlanjutnya pembangunan. Pembangunan ekonomi berkelanjutan adalah pembangunan yang harus terus berlanjut, yang tidak mengandung kemungkinan berhenti mendadak, tanpa diantisipasi. (Mubiyarto, 2010)

  Pembangunan ekonomi yang seimbang untuk negara berkembang seperti negara Indonesia sebaiknya mempertimbangkan 3 aspek yaitu:

  1. Keseimbangan antara pertambahan produksi bahan makanan dan perkembangan penduduk.

  2. Keseimbangan penyebaran penduduk.

  3. Keseimbangan antara produksi agraris dan industri.

  Memperjelas point ketiga tentang keseimbangan antara produksi agraris dan industri menjadi titik dimana harus mengedepankan pembangunan dibidang pertanian tanpa harus mengorbankan sektor yang lainnya. Memprioritaskan bukan berarti mengesampingkan keberlanjutan pembangunan dari sektor lain, semuanya harus seirama dan saling melengkapi karena satu sektor saja tidak mungkin bisa berjalan sendiri tanpa dibantu oleh sektor yang lainnya. Yuwono, dkk (2011) Pembangunan pertanian juga dikatakan sebagai pembangunan ekonomi disektor pertanian karena pertanian memang merupakan sektor dalam kehidupan ekonomi dan pengertian pertanian sendiri mengandung tekanan unsur ekonomi. Pertanian adalah usaha manusia melalui kehidupan tumbuhan dan hewan untuk dapat lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya, dan ini adalah suatu usaha ekonomi.

  Meskipun pembangunan pertanian dapat dipandang sebagai pembangunan ekonomi disektor pertanian, tetapi ada yang mengemukakan bahwa pembangunan pertanian tidak hanya dapat dipandang dari segi ekonomi saja, karena pembangunan pertanian meliputi juga aspek sosial kelembagaan, teknologi, terutama yang menyangkut negara-negara yang sedang berkembang.

  Dari pengertian keduanya antara pembangunan pertanian dan pembangunan ekonomi tentu ada keterkaitan yang sangat erat dimana keduanya sangat memberikan kontribusi yang besar terhadap pembangunan suatu bangsa, sebagai tolak ukur apakah negara tersebut termasuk dalam kategori negara maju, negara berkembang, atau bahkan negara miskin. Kompleks indikator pembangunan juga tergantung pada tingkat perkembangan urbanisasi, modernisasi, dan industrialisasi. Makin berkembang suatu masyarakat, makin terperinci dan makin sophisticated indikator pembangunan. Penerapan pengukuran indikator ini erat kaitannya dengan ketersediaan data statistik dan pelayanan pemerintah yang efisien dan mendalam. Pengukuran yang lebih spesifik dan mendalam hanya dapat dikembangkan oleh pakar yang mendalami adat istiadat setempat.

  Jadi pembangunan pertanian akan menyangkut berbagai hal yang dibicarakan dalam pembangunan ekonomi. Meski tidak semuanya, ditambah dengan hal-hal diluar yang dibicarakan dalam pembangunan ekonomi nasional masuk dalam pembangunan pertanian, seperti inflasi, stabilitas ekonomi, moneter, meskipun bukan mempengaruhi proses pembangunan pertanian. Diluar lingkup pembangunan ekonomi, pembangunan pertanian menyangkut tradisi petani, budaya, kelembagaan masyarakat tani dan lain-lain aspek sosial budaya yang biasanya tidak dibicarakan dalam pembangunan ekonomi.

  Terkait beberapa hal yang harus dicapai dalam pembangunan pertanian yang dalam hal ini berhubungan langsung dengan pembangunan ekonomi secara nasional terdapat tiga komponen dasar yang harus dibina, yaitu petani, komoditas hasil pertanian dan wilayah pembangunan dimana kegiatan pertanian berlangsung (Cahyono,1983). Pembinaan terhadap petani diarahkan sehingga menghasilkan peningkatan pendapatan petani. Pengembangan komoditas hasil pertanian diarahkan benar-benar berfungsi sebagai sektor yang menghasilkan bahan pangan, bahan ekspor dan bahan baku bagi industri.

  Pembinaan wilayah pertanian ditunjukkan agar dapat menunjang pembangunan wilayah seutuhnya dan tidak terjadi ketimpangan antar wilayah. Kebijaksanaan dasar pembangunan pertanian mencakup aspek produksi, faktor-faktor produksi, pemasaran dan kelembagaannya bahkan kemungkinan dukungan yang kuat terhadap pembangunan industri.

B. Sektor Pertanian di Indonesia

  Pertanian merupakan kebudayaan yang pertama kali dikembangkan manusia sebagai respons terhadap tantangan kelangsungan hidup yang berangsur menjadi sukar karena semakin menipisnya sumber pangan dialam bebas akibat laju pertambahan manusia. Menurut Soekartawi (2010) agar sasaran pembangunan pertanian tetap mampu mempunyai kontribusi yang nyata dalam perekonomian Indonesia, maka harus ada upaya-upaya yang dilaksanakan, upaya-upaya tersebut ialah: 1. Tetap mempertahankan prinsip keunggulan komparatif.

  2. Terus meningkatkan keterampilan masyarakat setempat yang memadai dalam memantapkan jenis industri pengelolaan hasil pertanian yang telah dikenal.

  3. Terus meningkatkan bahan baku yang berkesinambungan.

  4. Terus menyediakan fasilitas kredit dan fasilitas pelayanan yang memadai.

  Didalam buku-buku atau tulisan-tulisan sering membahas mengenai pembagian pertanian kedalam sub-sub yang telah ditentukan sebagai berikut Mubiyarto (1989) dan Nurmala, dkk (2012):

  1. Lahan Pertanian Basah Lazimnya disebut dengan sawah. Ciri-ciri umum dari sawah adalah sebagai berikut: a. Dari setiap petak sawah dibatasi oleh pematang. Pematang tersebut ada yang lurus dan ada pula yang berbelok.

  b. Permukaannya selalu datar atau topografinya rata meskipun didaerah bergunung-gunung atau berbukit.

  c. Biasa diolah atau dikerjakan pada kondisi jenuh air atau berair.

  d. Kesuburannya lebih stabil daripada lahan kering sehingga memungkinkan diolah secara intensif tanpa adanya penurunan produktivitas yang drastis.

  e. Secara umum produktivitasnya lebih tinggi daripada lahan kering.

  f. Sawah umumnya mempunyai sumber perairan yang relatif teratur kecuali sawah tadah hujan. Tanaman yang utama diusahakan adalah padi sawah.

  Contohnya: sawah irigasi teknis, sawah setengah irigasi teknis, sawah irigasi pedesaan, sawah tadah hujan, sawah rawa, sawah rawa pasang surut, sawah lebak, tambak, dan kolam.

  2. Lahan Pertanian Kering Lahan pertanian kering secara umum mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Produktitivitas tanah umumnya rendah.

  b. Topografi bervariasi dari datar, berbukti dan bergunung.

  c. Tidak dibatasi oleh pematang antar satu petak dengan petak lainnya.

  Batas lahan berupa pohon/tanaman tahunan yang permanen atau batas buatan.

  d. Tingkat erosi umumnya tinggi, terutama jika tidak ada upaya pelestarian yang berupa sengkedan atau tidak ada tumbuhan (vegetasi).

  e. Tidak dapat diusahakan secara intensif seperti sawah, karena persediaan air sangat terbatas ketika tidak ada curah hujan, kecuali untuk lahan kering yang dekat dengan sumber air dapat diusahakan secara terus-menerus.

  f. Umumnya hanya diusahakan pada musim hujan sedangkan pada musim kemarau diabaikan.

  Lahan pertanian kering dapat dibedakan menjadi beberapa tipe yaitu:

  a. Pekarangan Pekarangan adalah lahan pertanian yang ada disekitar rumah, umumnya ada didepan rumah yang dibatasi oleh pagar tanaman hidup atau pagar mati yang mempunyai hubungan fungsional dengan rumah tempat tinggal. Dipekarangan biasanya ditanami bermacam-macam bunga, sayuran, tanaman obat dan juga tanaman buah-buahan. b. Tegalan Tegalan umumnya tidak dibatasi oleh pematang tetapi oleh tanaman disudut-sudut batas petakan tegalan tang bersangkutan. Keadaan topografinya berkisar dari datar sampai bergelombang.

  c. Kebun/Perkebunan Lahan pertanian kering yang umumnya ditanami tanaman tahunan secara permanen, baik yang bersifat monokultur atau campuran..

  Tanaman yang biasa ditanam secara monokultur atau tunggal adalah karet, coklat, teh, kelapa sawit dan tebu. Sedangkan tanaman yang ditanam dalam bentuk kebun campuran adalah buah-buahan, kelapa, kopi dan kayu-kayuan. Perkebunan ini didapatkan didaerah-daerah bermusim panas didekat khatulistiwa.

  d. Ladang Berladang merupakan cara bertani yang berpindah-pindah atau tidak menetap. Setelah ladang tersebut menunjukkan produktivitasnya menurun maka petani meninggalkan untuk beberapa tahun yang kemudian hari dibuat kembali.

  e. Penggembala ternak (pengangonan) Penggembala ternak ini biasanya dimiliki secara kelompok sebagai tempat penggembalaan atau pengangonan ternak secara individual atau kelompok yang ada dilokasi tertentu biasanya dipinggir hutan dan jauh dari pemukiman penduduk.

  f. Hutan Dapat dimasukkan sebagai lahan pertanian kering yang berfungsi sebagai sumber mata pencaharian penduduk atau untuk menjaga kelestarian sumber air didaerah hulu sungai agar debit air sungai tidak terganggu khususnya pada musim kemaru.

  Pengelompokkan hutan yang sudah dikenal masyarakat umum adalah sebagai berikut:

  1. Hutan lindung yang berfungsi memberikan perlindungan terhadap air, tata air, serta lingkungannya.

  2. Hutan suaka alam yang berfungsi memberikan perlindungan terhadap binatang, untuk keperluan pengetahuan & kebudayaan.

  3. Hutan produksi yaitu hutan yang memberikan manfaat produksi kayu dan hasil hutan yang lain, berdasarkan prinsi-prinsip pengelolaan hutan yang berlaku, yang mengenai prinsip kekekalan hasil.

  4. Hutan wisata, yaitu hutan yang menyediakan keindahan alamnya untuk kepentingan pariwisata.

C. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

  Kondisi perekonomian secara keseluruhan akan berpengaruh sangat besar terhadap semua orang di negara manapun tanpa terkecuali, perubahan kondisi perekonomian dilaporkan secara meluas oleh media, bahkan sulit untuk membaca surat kabar tanpa melihat laporan terbaru tentang statistik perekonomian. Statistik tersebut kemungkinan mengukur pendapatan total semua orang dalam perekonomian (Gross Domestic Product-GDP atau Produk Domestik Bruto-PDB), tingkat kenaikan harga rata-rata (inflasi), presentase tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan (pengangguran), jumlah pembelanjaan ditoko-toko (penjualan rintel) atau ketidakseimbangan perdagangan antara suatu negara dengan negara-negara lain didunia (defisit perdagangan). Menurut Mankin, dkk (2012) mengungkapakan dalam bukunya bahwa pengertian Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai pasar dari keseluruhan barang dan jasa yang diproduksi disuatu negara pada periode tertentu. Pada Produk Domestik Bruto (PDB) menggunakan harga pasar untuk menjumlahkan berbagai jenis produk menjadi satu ukuran nilai dalam kegiatan ekonomi, harga pasar mencerminkan nilai barang-barang tersebut.

  Mengerucut pada pengertian Produk Domestik Regioanl Bruto (PDRB) menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Brebes tahun 2016 mengartikan bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan diwilayah domestik suatu negara yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu tanpa memperhatikan apakah faktor produksi yang dimiliki residen atau non residen. Penyusunan Produk Domestik Bruto (PDRB) dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu pendekatan produksi, pengeluaran, dan pendapatan yang disajikan atas harga berlaku dan harga konstan (rill). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku atau dikenal PDRB nominal disusun berdasarkan harga yang berlaku pada periode perhitungan, dan bertujuan untuk melihat struktur perekonomian. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan (rill) disusun berdasarkan harga pada tahun dasar dan tujuannya untuk mengukur pertumbuhan ekonomi.

  Data pendapatan nasional adalah salah satu indikator makro yang dapat menunjukkan kondisi perekonomian nasional setiap tahun. Manfaat yang dapat diperoleh dari data ini antara lain adalah:

  1. PDRB harga berlaku (nominal) menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu wilayah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya.

  2. PDRB harga konstan (rill) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap kategori dari tahun ke tahun.

  3. Distribusi PDRB harga berlaku menurut lapangan usaha menunjukkan struktur perekonomian atau peranan setiap kategori ekonomi dalam suatu wilayah. Kategori-kategori ekonomi yang mempunyai peranan besar menunjukkan basis perekonomian suatu wilayah.

  4. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDB dan PNB per satu orang penduduk.

  5. PDRB per kapita atas dasar konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi per kapita penduduk suatu negara.

  Perubahan tahun dasar Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) selama sepuluh tahun terakhir mengalami banyak perubahan hal ini terjadi akibat tataan global dan lokal yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian nasional. Krisis finansial global yang terjadi pada tahun 2008, penerapan perdagangan bebas antara China-ASEAN (CAFTA), perubahan sistem pencatatan perdagangan internasional dan meluasnya jasa layanan pasar modal merupakan contoh perubahan yang perlu diadaptasi dalam mekanisme pencatatan statistik nasional. Salah satu bentuk adaptasi pencatatan nasional adalah melakukan perubahan tahun dasar PDB Indonesia dari tahun 2000 ke 2010. Perubahan tahun dasar PDB dilakukan seiring dengan mengadopsi rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang tertuang dalam 2008 System of National Accounts (SNA 2008) melalui penyusunan kerangka Supply and Use Tables (SUT). Perubahan tahun dasar PDB dilakukan secara bersamaan dengan perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi untuk menjaga konsistensi hasil perhitungan.

D. Kontribusi Sektor Pertanian

  Kontribusi adalah sumbangsih atau peran, atau keikutsertaan seseorang dalam suatu kegiatan tertentu Anonim (2016) sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun (2007) mengartikan kata kontribusi sebagai iuran kepada perkumpulan atau sumbangan kepada sesuatu hal yang dibutuhkan dalam kurun waktu tertentu. Kontribusi bermakna peran dalam keikutsertaan terhadap sesuatu. Kontribusi juga bisa diartikan sebagai keikutsertaan, melibatkan diri, atau memberi sumbangan (baik uang, tenaga, maupun pikiran).

  Jika dikaitkan dengan kontribusi sektor pertanian berarti sejauh mana sektor pertanian andil peran dalam segala aspek yang ada keterkaitan dengan pembangunan perekonomian suatu negara, memberikan sumbangan yang nyata dari produk-produk yang dihasilkan dalam sektor pertanian dan sudah tentu hasil akhirnya memberikan pendapatan Produk Domestik Bruto (PDB) bagi negara yang ditempatinya. Peranan sektor pertanian terhadap perekonomian suatu negara tercermin dari besarnya presentase kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), tetapi dapat pula ditunjukkan oleh besarnya devisa yang diperoleh dari sektor pertanian dalam periode tertentu.

  Menurut Nurmala, dkk (2012) terdapat beberapa peranan sektor pertanian dalam perekonomian makro diantaranya adalah sebagai berikut:

  1. Penghasil produk-produk ekspor yang dinyatakan dengan nilai devisa sektor pertanian pada periode tertentu. Contoh produk ekspor komoditi pertanian yang terkenal sejak zaman penjajahan Belanda yaitu karet, kopi, rempah-rempah, kopra, rotan, dan udang.

  2. Penghasil bahan baku industri khususnya agroindustri seperti industri ban mobil, kayu lapis, industri mebel, alat-alat kesehatan dan kedokteran, atau industri kecantikan kosmetika dan jamur-jamuran.

  3. Penghasil bahan pangan dunia, bahan papan, dan bahan sandang (serat, kapas, bulu domba dan lain-lain).

  4. Sebagai alat membangun hubungan ekonomi antarnegara baik secara bilateral atau unilateral dan juga sebagai alat menjalin hubungan persahabatan antarnegara disuatu kawasan seperti ASEAN, NAFTA, APEC, dan ACFTA.

  5. Sebagai alat menjaga stabilitas perekonomian rakyat dan stabilitas pemerintah seperti beras di Indonesia, roti di negara-negara Eropa dan daging di negara-negara dingin.

  6. Sebagai alat ketahanan pangan nasional terutama jika ada perang antarbangsa atau suatu negara dikenai embargo ekonomi secara internasional E.

   Location Quotient (Kuosien Lokasi)

  (kuosien lokasi) atau disingkat LQ adalah suatu

  Location Quotient

  perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor/industri disuatu daerah terhadap besarnya peranan sektor/industri tersebut secara nasional. Ada banyak variabel yang bisa dibandingkan, tetapi yang umumnya adalah nilai tambah (tingkat pendapatan). Rumusnya adalah sebagai berikut (Tarigan, 2005)

  Xi/PDRB

  LQ =

  Xi/PNB

  Dimana Xi = Nilai tambah sektor i disuatu daerah PDRB = Produk Domestik Regional Bruto daerah tersebut Xi = Nilai tambah sektor i secara nasional PNB = Produk Nasional Bruto atau GNP

  Istilah wilayah nasional dapat diartikan untuk wilayah induk/wilayah atasan. Misalnya, apabila diperbandingkan antara kabupaten dengan provinsi, maka provinsi memegang peran sebagai wilayah nasional, dan seterusnya. Apabila LQ > 1 artinya peranan sektor tersebut lebih menonjol daripada peranan sektor itu secara nasional. Sebaliknya, apabila LQ < 1 maka peranan sektor itu didaerah tersebut lebih kecil daripada peranan sektor tersebut secara nasional. LQ > 1 menunjukkan bahwa peranan sektor i cukup menonjol didaerah tersebut dan seringkali sebagai petunjuk bahwa daerah tersebut surplus akan produk sektor i dan mengekspornya ke daerah lain. Daerah itu hanya mungkin mengekspor produk ke daerah lain atau luar negeri karena mampu menghasilkan produk tersebut secara lebih murah atau lebih efisien.

  Atas dasar itu LQ > 1 secara tidak langsung memberi petunjuk bahwa daerah tersebut memiliki keunggulan komparatif untuk sektor i dimaksud.

  Menggunakan LQ sebagai petunjuk adanya keunggulan komparatif dapat digunakan bagi sektor-sektor yang telah lama berkembang, sedangkan bagi sektor yang baru atau sedang tumbuh apalagi yang selama ini belum pernah ada, LQ tidak dapat digunakan karena produk totalnya belum menggambarkan kapasitas rill daerah tersebut. Adalah lebih tepat untuk melihat secara langsung apakah komoditi itu memiliki prospek untuk diekspor atau tidak, dengan catatan terhadap produk tersebut tidak diberikan subsidi atau bantuan khusus oleh daerah yang bersangkutan melebihi yang diberikan daerah-daerah lainnya.

F. Regresi Linear Sederhana

  Regresi atau peramalan adalah suatu proses memperkirakan secara sistematis tentang apa yang paling mungkin terjadi dimasa yang akan datang berdasarkan informasi masa lalu dan sekarang yang dimiliki agar kesalahannya dapat diperkecil (Ridwan dan Sunarto, 2014). Regresi mengemukakan tentang keingintahuan apa yang terjadi dimasa depan untuk memberikan kontribusi menentukan keputusan yang terbaik. Kegunaan regresi dalam penelitian salah satunya adalah untuk meramalkan atau memprediksi variabel terikat (Y) apabila variabel bebas (X) diketahui. Regresi sederhana dapat dianalisis karena didasari oleh hubungan fungsional atau hubungan sebab akibat (kausal) variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).

  Setelah melakukan tahapan anlisis regresi data diuji dilanjutkan dengan uji normalitas. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistic menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. (Ghozali, 2013).

  1. Analisis Grafik Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.

  2. Analisis Statistik Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalu tidak hati-hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa sebaliknya. Oleh sebab itu dianjurkan disamping uji grafik dilengkapi dengan uji statistik. Uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan skewness dari residual. Nilai statistik untuk skewness dapat dihitung dengan rumus: Zskewness = Sedangkan untuk kurtosis dapat dihitung dengan rumus: Zkurtosis = Dimana N adalah jumlah sampel, jika nilai Z hitung > Z tabel, maka distribusi tidak normal.

  Tahapan Analisis Regresi: Penggunaan regresi linear sederhana didasarkan pada asumsi diantaranya: 1. Model regresi harus linear dalam parameter.

  2. Variabel bebas tidak berkorelasi dengan disturbance term (Error).

  3. Nilai distrubance term sebesar 0 atau dengan simbol sebagi berikut: E (U/x) = 0.

  4. Varian untuk masing-masing error term (kesalahan) konstan.

  5. Tidak terjadi autokorelasi.

  6. Model regresi dispesifikasikan secara benar. Tidak terdapat bias spesifikasi dalam model yang digunakan dalam analisis empiris.

  Persamaan regresi dirumuskan (Ridwan dan Sunarto, 2014) : Ŷ = a + bX

  Dimana: Ŷ

  = (baca Y topi) subjek variabel terikat yang diproyeksikan X = Variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk diprediksikan a = Nilai konstan harga Y jika X = 0 b = Nilai arah sebagai penenu ramalan (rediksi) yang menunjukkan nilai peningkatan (+) atau nilai penurunan (-) variabel Y G.

   Penelitian Terdahulu

  Banyak penelitian tentang kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ataupun terhadap perkembangan ekonomi disuatu daerah dan suatu negara yang dilakukan oleh sebagian orang di negara Indonesia maupun diluar negara Indonesia. Berikut adalah beberapa hasil penelitian mengenai kontribusi/peranan sektor pertanian terhadap perkembangan ekonomi yang dalam hal ini konteksnya adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB):

  1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyowati, Nuning Staf Pengajar Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian UNS (2012) tentang “Analisis Peran Sektor Pertanian di Kabupaten Sukoharjo” adalah berdasarkan hasil analisis LQ diketahui bahwa sektor yang merupakan basis di Kabupaten Sukoharjo adalah sektor pertanian, sektor listrik, gas dan air bersih dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor pertanian di Kabupaten Sukoharjo merupakan sektor basis dengan nilai rata-rata LQ sebesar 1,00. Nilai ini menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang mandiri dimana sektor ini mampu mencukupi kebutuhan wilayah lokal dan surplus produksinya mampu diekspor keluar wilayah Kabupaten Sukoharjo. Posisi sebagai sektor pertanian mampu berkinerja dengan baik dalam mendukung perekonomian wilayah Sukoharjo.

  2. Penelitian yang dilakukan oleh Rompas, Jui dkk (2015) tentang “Potensi

  Sektor Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Minahasa Selatan

  ” mendapatkan hasil yaitu Menurut hasil perhitungan Location Quotient (LQ) sub sektor yang merupakan basis pada Kabupaten Minahasa adalah sub sektor perkebunan dan sub sektor tanaman bahan makanan. Sub sektor yang menjadi basis berarti menjadi acuan untuk pengembangan pertumbuhan perekonomian daerah. Berdasarkan hasil perhitungan untuk melihat pengaruh sektor pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Minahasa Selatan dengan menggunakan analisis regresi sederhana dari hasil analisis tersebut sektor pertanian mempunyai hubungan positif dengan korelasi cenderung kurang terhadap penyerapan tenaga kerja, hal tersebut juga akan mempengaruhi tingkat pengangguran di Minahasa Selatan .

  3. Penelitian oleh Nurjayanti, Eka Dewi (2012) menerangkan tentang “Kontribusi Sektor Pertanian dalam Perekonomian Wilayah Kabupaten Pati”, dimana hasil analisis Location Quotient (LQ) selama tahun 2008- 2011 selalu menjadi sektor basis dalam perekonomian di wilayah ini. Nilai LQ selama tahun 2008-2011 relatif stabil dengan nilai LQ rata-rata selama empat tahun penelitian sebesar 1,62. Ini berarti sektor pertanian di Kabupaten Pati selain mampu memenuhi kebutuhan wilayah Kabupaten Pati juga mampu mengekspor keluar wilayah Kabupaten Pati.

  Kemampuan sektor pertanian menjadi sektor basis terhadap perekonomian di Kabupaten Pati selama 2008-2011 didukung oleh keadaan geografis Kabupaten Pati yang mempunyai ketinggian permukaan bumi yang cukup bervariasi, sehingga cukup sesuai untuk tempat tumbuh berbagai jenis tanaman.

4. Penelitian oleh Agustono (2013) tentang “Analisis Sektor Pertanian

  Ditinjau dari Peran Terhadap Pertumbuhan dan Stabilitas Produk Domestik Regional Bruto di Provinsi Jawa Tengah

  ” medapatkan nilai LQ>1. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki kemampuan mengekspor ke wilayah luar Jawa Tengah. Sektor pertanian melalui ekspor berperan bagi pertumbuhan PDRB di Jawa Tengah, melalui pendapatan yang dibayarkan oleh masyarakat luar Jawa Tengah terhadap produk pertanian Jawa tengah. Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki resiko paling rendah dibanding dengan sektor non pertanian. Dengan demikian sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peluang yang paling tinggi untuk memperoleh PDRB yang diharapkan yaitu sebesar 91%. Maka dapat disimpulkan bahwa sektor pertanian termasuk sektor kunci sebagai mesin bagi pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah

  5. Penelitian yang dilakukan oleh Syaifudin, Arif (2013) tentang “Strategi

  Pengembangan Sektor Pertanian Sub Sektor Tanaman Pangan dalam

  Upaya Peningkatan PDRB Kabupaten Pati ” bahwa sub sektor tanaman pangan yang memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif di tiap kecamatan di Kabupaten Pati dapat dijadikan sebagai penyedia bahan baku untuk industri pertanian sehingga dapat memberikan nilai tambah dari produksi-produksi pertanian dan dapat memacu pertumbuhan . ekonomi daerah serta peningkatan kesejahteraan masyarakat

  6. Penelitian yang dilakukan oleh Rahman, Zahara A (2012) tentang “Agricultural Research and Development in Malaysia” menjelaskan bahwa kontribusi pertanian terhadap perekonomian Malaysia telah menurun secara signifikan selama bertahun-tahun, tapi pemerintah terus berupaya untuk mengembangkan sektor pertanian sebagai sektor yang penting dan strategis. Produksi pangan yang cukup bagi penduduk dapat dilihat dalam Kebijakan Pertanian Nasional Pertama (NAP1) tahun 1984-1991 dan kemudian dalam Kebijakan Pertanian Nasional Ketiga (NAP3), 1998-2010 NAP1 ditujukan untuk mencapai setidaknya 80 persen tingkat swasembada. Makanan pokok bagi Negara Malaysia, menurun dari 91 persen pada tahun 1972 menjadi 72 persen pada tahun 2005 terutama disebabkan oleh peningkatan populasi dan pengurangan daerah pertanian karena perubahan penggunaan non-pertanian lebih selama kurun waktu tersebut. Mengingat ini, NAP3 lagi bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan dalam negeri dan sumber makanan strategis untuk menjamin pasokan yang memadai dan akses ke aman, bergizi dan berkualitas tinggi makanan dengan harga yang terjangkau

  7. Penelitian yang dilakukan oleh Amrinto, Lorna E yang berjudul “The

  

Worlds of Agriculture in Asia: Agricultural and Economic Development

  dalam penelitian ini, pertumbuhan ekonomi dianalisis dengan menggunakan data tahunan selama periode 1961-2012 dengan variabel dummy dispesifikasikan kepada Negara Korea Selatan. Klasifikasinya berupa pertanian berbasis transformasi , dan urban korea, yang ditentukan berdasarkan kriteria Bank Dunia yang mengklasifikasi negara ketiga dunia pertanian yang dituangkan dalam laporan pembangunan 2008. Variabel pada data PDB perkapita, nilai tambah pertanian dan ekspor barang dan jasa diperoleh dari Dunia Bank 2012. Data time series plot menunjukkan bahwa variabel ekonomi makro memiliki tren yang meningkat selama periode 1961-2012. Tahunan rata-rata PDB riil per kapita untuk Korea dari 1961-2012 adalah US $ 8.441. Ini mengikuti tren umum mencapai tertinggi pada tahun 2012 (US $ 21.226) dan terendah pada tahun 1961 (US $ 1.467). Nilai tambah pertanian tahunan dengan 2005 = 100, 1961- 2012 memiliki rata-rata US $ 19670000000 dengan nilai maksimum US $ 29050000000 disimpan di 2009. Variabel ini juga diikuti tren yang meningkat selama periode analisis. Kenyataannya memang jumlah ekspor barang dan jasa juga diikuti tren kenaikan sejak tahun 1980 dengan rata- rata US $ 108.500.000.000. Ekspor tertinggi barang dan jasa dicatat pada tahun 2012 ketika negara diekspor total US $ 548.480.000.000 secara riil. Pengamatan termurah untuk ekspor adalah pada tahun 1961, ketika secara riil, negara yang mengekspor hanya US $ 219.770.000.

Dokumen yang terkait

ANALISIS PERANAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KOTA KEDIRI TAHUN 2001-2006

0 6 16

ANALISIS STRUKTUR PENERIMAAN DAERAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN JEMBRANA TAHUN 2000-2009

0 4 21

ANALISIS STRUKTUR PENERIMAAN DAERAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN JEMBRANA TAHUN 2000-2009Yuni Hilwati

0 3 21

ANALISIS PENGARUH SEKTOR INDUSTRI, PERDAGANGAN DAN PERTANIAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KABUPATEN CILACAP

4 60 135

PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI LAMPUNG

0 29 86

PENGARUH KREDIT PERBANKAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) SEKTOR MODAL KERJA KOTA BANDA ACEH Khairuna1 Maryam2 Rahmah Yulianti3

0 0 7

PENGARUH SEKTOR PERTANIAN DAN SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KOTA DENPASAR I Gusti Gde Oka Pradnyana

0 0 12

ANALISIS KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DAN PARIWISATA KABUPATEN TANGGAMUS TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PROVINSI LAMPUNG (2010-2015) DITINJAU DARI PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM - Raden Intan Repository

0 0 143

PENGARUH SEKTOR PERTANIAN DAN SEKTOR PERDAGANGAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN PRINGSEWU PERIODE 2008-2016 DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM - Raden Intan Repository

0 1 171

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BREBES

0 0 15