BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kreativitas - Rizal Eko Saputro Bab II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kreativitas Pengertian Kreativitas

  a. Kreativitas merupakan kecenderungan jiwa seseorang untuk menciptakan sesuatu yang baru/lain dari umum. Kreativitas merupakan bentuk berfikir yang cenderung jlimet dan menantang arus. Orang kreatif menyukai hal-hal yang rumit, dan selalu berusaha menemukan sesuatu yang belum pernah ditemukan orang lain. Kreativitas bisa mengacu pada pengertian hasil yang baru, berbeda dengan yang pernah ada. (Sukino, 2010 : 42)

  Sedangkan menurut Sulistyowati, E. (2012:30), kreatif merupakan berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkanb cara atau hasil baru dari sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Indikator Kreativitas

  Menurut Agus Zainul Fitri (2012:41) Indikator pencapaian pendidikan karakter dari nilai kreativ yaitu:  Menciptakan ide-ide baru disekolah.  Menghargai setiap karya yang unik dan berbeda.  Membangun suasana belajar yang mendorong munculnya kreativitas siswa . Adapun indikator keberhasilan karakter kreatif untuk kelas dan sekolah seperti tercantum pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Indikator Keberhasilan Karakter Kreatif di Kelas dan di Sekolah.

  Indikator Kelas Indikator Sekolah Menciptakan suasana Terdapat kegiatan siswa

  Kreativ belajar yang memacu yang menciptakan inovasi dan kreativitas kreativitas dan inovasi dari siswa.

  Sumber : Sulistyowati, E. (2012:73)

  b. Pengembangan Kreativitas Pengembangan kreativitas siswa menurut Munandar (2009:45) perlu meninjau empat aspek dari kreativitas yaitu pribadi, pendorong

  (press), proses, dan produk (4p dari kreativitas) 1) Pribadi

  Kreativitas adalah ungkapan (ekspresi) dari keunikan individu dalam interaksi dengan lingkunganya. Ungkapan kreatif adalah yang mencerminkan orisinalitas dari individu tersebut. Dari ungkapan pribadi yang dapat diharapkan timbulnya ide-ide baru dan produk-produk yang produktif. 2) Pendorong

  Bakat kreatif siswa akan terwujud jika ada dorongan dan dukungan dari lingkunganya, ataupun jika ada dorongan kuat dalam dirinya sendiri (motivasi internal) untuk menghasilkan sesuatu.

  3) Proses Mengembangkan kreativitas, anak perlu diberi kesempatan untuk bersibuk diri secara kreatif. Pendidik hendaknya dapat merangsang anak untuk melibatkan dirinya dalam kegiatan kreatif, dengan membantu mengusahakan sarana prasarana yang diperlukan. Proses pengembangan kreativitas yang terpenting adalah memberi kebebasan kepada anak untuk mengekspresikan dirinya secara kreatif. 4) Produk

  Kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif yang bermakna ialah kondisi pribadi dan kondisi lingkunagan, yaitu sejauh mana keduanya mendorong (“press”) seseorang untuk melibatkan dirinya dalam proses (kesibukan, kegiatan) kreatif. Pendidik harus menghargai produk kreativitas anak dan mengkomunikasikannya kepada yang lain, misalnya dengan mempertunjukan atau memamerkan hasilkarya anak. Ini akan lebih menggugah minat anak untuk berkreasi.

  c. Model Penilaian Kreativitas dalam Mengarang Skema penilaian kreativitas dalam mengarang menurut

  Munandar (2009:43) meliputi empat aspek yaitu kelancaran, kelenturan, keaslian (orisinalitas) dan kerincian (elaborasi).

  1) Kelancaran Didasarkan atas jumlah kata yang digunakan dalam karangan tersebut.

  a) Jika kurang dari 50 kata skor 1

  b) 50-99 kata skor 2

  c) 100-149 kata skor 3

  d) 150-199 kata skor 4

  e) Lebih dari 200 kata skor 5 2) Kelenturan (fleksibilitas)

  Kelenturan dalam struktur kalimat dan kelenturan dalam konten atau gagasan. Kelenturan dalam struktur kalimat a) Keragaman dalam struktur kalimat

  Kalimat dapat beragam dalam bentuk: sederhana, gabungan dan kompleks.

  b) Keragaman dalam penggunaan kalimat: deklaratif, interogatif, atau eksklamatoris.

  c) Keragaman dalam panjang kalimat: kalimat singkat ialah yang kurang dari lima kata, kalimat panjang ialah yang lebih dari kata.

  Kelenturan dalam konten atau gagasan

  a) Imajinasi: apakah subjek menunjukan imajinasi yang kaya? Apakah ia dapat melepaskan diri dari rangsangan semula, atau tampak terima? b) Fantasi: sejauh mana mengembangkan topik karangan tidak? Pertimbangan untuk dimensi fantasi ialah jika karangan menunjukan daya khayal mengenal hal-hal yang dalam kenyataan tidak terjadi.

  3) Keaslian (orisinalitas) Sejauh mana konten atau gaya pemikiran karangan menunjukan orisinalitas.

  a) Orisinalitas dalam tema: jika tema atau topik karangan termasuk baru, artinya tidak lazim digunakan b) Orisinalitas dalam pemecahan atau akhir cerita: jika cerita tidak diduga menimbulkan kejutan.

  c) Humor: jika karangan itu menggelikan membuat orang tertawa.

  d) Menggunakan kata atau nama baru yang ditemukan sendiri misalnya gabungan dari dua kata atau lebih untuk mengungkapkan suatu konsep, jika orang atau hewan diberi nama yang lucu atau nama sesuai dengan watak mereka.

  e) Orisinalitas dalam gaya penulisan. 4) Kerincian (elaborasi, kekayaan)

  Kemampuan untuk membumbui atau menghiasi cerita sehingga tampak lebih kaya.

  a) Seperti lukisan dalam ekspresi: jika karanganya hidup dan menarik. b) Emosi: jika karangan kaya dalam ungkapan perasaan.

  c) Empati: jika secara eksplisit mengungkapkan perasaan dalam penggambaran tokoh utama.

  d) Unsur pribadi: jika subjek melibatkan dirinya dalam kejadian, mengungkapkan pendapatnya atau pengalaman pribadi.

  e) Percakapan: menggunakan kalimat naratif langsung dengan menggunakan tanda kutip. Namun pada anak kecil penggunaan tanda kutip tidak perlu yang penting di sini ada kata-kata langsung dari pembicara.

2. Hakekat Menulis

  Menurut Hartati (2006:28) komunikasi tertulis adalah membaca dan menulis. Kedua ragam komunikasi tertulis ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Komunikasi tertulis telah dikenal sebelum anak-anak masuk sekolah dengan bimbingan orang tua di lingkungan keluarganya anak mencoba untuk melatih dirinya dengan mencoret-coret hal yang dilihat dan dibacanya.

  Tarigan (1986:21) juga menjelaskan bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang- lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut.

  Menurut Suparno dan Yunus (2008:13) menulis adalah suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat medianya. Bahasa merupakan kunci utama dalam menulis. Konsep Menulis menurut Harmer (2004: 86) mengemukakan bahwa :

  “writing is a process and that we write is often heavily influenced

by the constraints of genres, then these elements have to be present in

learning activities.”

  Menulis merupakan suatu proses seseorang dalam karya dan sangat

sering dipengaruhi oleh kendala genre atau ragam dimana ada suatu

pembagian bentuk tulisan, seni, atau tutur tertentu menurut kriteria yang

sesuai dengan bentuk tersebut serta unsur-unsur menulis juga harus hadir

dalam kegiatan belajar maka unsur-unsur tulisan itu harus dibuat

seefektif mungkin dan dengan sendirinya tulisan itu menjadi efektif

apabila hal-hal yang harus memperhatikan susunan kata, kalimat, dan

alinea.

  Menurut Smith (dalam Suparno dan Yunus 2008:14) pengalaman belajar menulis yang dialami siswa di sekolah tidak terlepas dari kondisi gurunya sendiri. Ada beberapa manfaat yang dipetik dari menulis yaitu :

  a. Peningkatan kecerdasan

  b. Pengembangan daya inisiatif dan kreativitas

  c. Penumbuhan keberanian

  d. Pendorong kemauan dan kemampuan untuk memperoleh informasi

3. Menulis Karangan

  Ada dua hal yang umum dan perlu diperhatikan dalam menulis sebuah karangan, yaitu isi dan cara pengungkapan atau penyajian.

  Keduanya saling mempengaruhi. Kedua komponen ini tidak boleh terpisahkan dalam dalam tata aturan menulis sebuah karangan. Karangan yang isinya runtut dan sistematis adalah karangan yang baik dan dapat dengan mudah dibaca oleh pembaca.

  Menurut Hadis (dalam Resmini 2008:230) mengemukakan pendapatnya bahwa belajar berpikir dilakukan melalui kegiatan menulis atau mengarang. Menulis karangan mendorong anak untuk berpikir terlebih dahulu sebelum menuliskan karangannya. Berdasarkan pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa menulis karangan merupakan ungkapan kreatifitas yang tidak hanya menekankan pada keterampilan mekanistis tetapi lebih pada prosesnya. Siswa akan memanfaatkan dunia pengetahuan dan pengalamannya, menuangkan ide, gagasan dan perasaannya serta mengaitkannya dengan skemata yang di miliki sehingga akan melahirkan sebuah tulisan.

  Menurut Resmini (2008:219) karangan merupakan suatu hasil proses berpikir, karangan merupakan hasil ungkapan ide, gagasan, dan perasaan yang di peroleh melaluai kegiatan berpikir kritis dan kreatif. Pelaksanaan kegiatan menulis menuntut proses berpikir. Siswa saat menulis akan memikirkan terlebih dahulu apa yang akan dituliskan sehingga ide dan gagasan dapat di tuliskan secara baik.

  Menurut Suparno dan Yunus (2008:11) ada lima jenis karangan yaitu : a. Deskripsi

  Ragam wacana yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisnya.

  b. Narasi (penceritaan dan pengisahan) Ragam wacana yang menceriterakan proses kejadian suatu peristiwa.

  c. Eksposisi (sasaran) Ragam wacana yang dimaksudkan untuk menerangkan, menyampaikan, atau menguraikan sesuatu hal yang dapat memperluas atau menambah pengetahuan dan pendangan pembacanya.

  d. Argumentasi (pembahasan atau pembuktian) Ragam wacana yang dimaksudkan untuk meyakinkan pembaca mengenai kebenaran yang disampaikan oleh penulisnya.

  e. Persuasi Ragam wacana yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap dan pendapat pembaca mengenai sesuatu hal yang disampaikan penulisnya.

4. Karangan Narasi

  Menurut Yunus (2008:1.11) mengungkapkan karangan narasi sasaranya adalah memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai fase, langkah, urutan, atau rangkaian terjadinya sesuatu hal. Pendapat ini diperkuat oleh Resmini (2008:135) yang menjelaskan tujuan menulis karangan narasi secara fundamental ada dua, yaitu (1) hendak memberikan informasi atau memberi wawasan dan memperluas pengetahuan kepada pembaca, (2) hendak memberikan pengalaman estetis kepada pembaca. Dalam hal pengembangan karangan narasi, Resmini (2008:135) menyebutkan ada 6 langkah seperti berikut: a. Menentukan tema atau amanat apa yang disampaikan.

  b. Menetapkan sasaran pembaca.

  c. Merancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk skema alur.

  d. Membagi peristiwa utama ke dalam bagian awal, perkembangan, dan akhir cerita.

  e. Merinci peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai pendukung cerita.

  f. Menyusun tokoh dan perwatakan, serta latar dan sudut pandang.

  Menurut Resmini (2008:135) karangan narasi adalah karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa. Karangan ini berusaha menyampaikan serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis), dengan maksud memberi arti kepada sebuah kejadian atau serentetan kejadian, dan agar pembaca dapat memetik hikmah dari cerita . itu

  Karangan narasi merupakan karangan yang selalu memperhatikan prinsip-prinsip dasar yaitu alur, penokohan, latar, dan pemilihan detail peristiwa. Jika prinsip-prinsip itu diperhatikan maka akan menghasilkan sebuah karangan narasi yang baik. Dalam melakukan penilaian karangan, menurut Nurgiyantoro (1988:279) harus memperhatikan aspek-aspek berikut: a. Kualitas dan ruang lingkup isi

  b. Organisasi dan penyajian

  c. Gaya dan bentuk bahasa

  d. Tata bahasa

  e. Ejaan dan tanda baca

  f. Kerapian tulisan dan kebersihan g. Respon afektif guru terhadap karya tulis.

  Berdasarkan 7 aspek di atas peneliti melakukan modifikasi dan lebih menspesifikasikan aspek-aspek tersebut agar penilaian sesuai dengan indikator dalam pembelajaran karangan narasi yang akan peneliti lakukan. Hasil modifikasi tersebut tertera pada tabel 2.2 berikut:

Tabel 2.2 Aspek-aspek Penilaian Karangan No Indikator Dekriptor

  Siswa mampu mengembangkan ide dalam karangan narasi. Siswa cukup mampu mengembangkan ide dalam Kualitas dan ruang karangan narasi.

  1 lingkup isi Siswa kurang mampu mengembangkan ide dalam karangan narasi.

  Siswa tidak mampu mengembangkan ide dalam karangan narasi. Siswa mampu mengorganisasi unsur-unsur karangan narasi dalam karangan. Siswa cukup mampu mengorganisasi unsur-unsur Organisasi dan karangan narasi dalam karangan.

  2 penyajian isi Siswa kurang mampu mengorganisasi unsur-unsur

karangan narasi dalam karangan.

Siswa tidak mampu mengorganisasi unsur-unsur

karangan narasi dalam karangan.

  Siswa mampu menggunakan gaya dan bentuk bahasa yang baik dan benar. Siswa cukup mampu menggunakan gaya dan bentuk Gaya dan bentuk bahasa yang baik dan benar.

  3 bahasa Siswa kurang mampu menggunakan gaya dan bentuk bahasa yang baik dan benar. Siswa tidak mampu menggunakan gaya dan bentuk bahasa yang baik dan benar.

  Siswa mampu menggunakan struktur kalimat dengan tepat dan benar. Siswa cukup mampu menggunakan struktur kalimat dengan tepat dan benar.

  4 Tata bahasa Siswa kurang mampu menggunakan struktur kalimat dengan tepat dan benar. Siswa tidak mampu menggunakan struktur kalimat dengan tepat dan benar.

  Siswa mampu menggunakan ejaan dan tanda baca secara tepat dan benar pada setiap kalimat. Siswa cukup mampu menggunakan ejaan dan tanda baca secara tepat dan benar pada setiap kalimat. Ejaan dan tanda

  5 baca Siswa kurang mampu menggunakan ejaan dan tanda baca secara tepat dan benar pada setiap kalimat. Siswa tidak mampu menggunakan ejaan dan tanda baca secara tepat dan benar pada setiap kalimat.

  Siswa mampu menulis karangan narasi dengan tulisan rapi. Siswa cukup mampu menulis karangan narasi dengan tulisan rapi.

  6 Kerapihan tulisan Siswa kurang mampu menulis karangan narasi dengan tulisan rapi. Siswa tidak mampu menulis karangan narasi dengan tulisan rapi.

  Materi menulis karangan narasi sesuai KTSP SD Negeri 1 Brobot dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar sebagai berikut :

Tabel 2.3 Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)

  Standar Kompetensi (SK)

  Menulis

  Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dalam bentuk karangan anak. Kompetensi Dasar (KD)

  Menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar dan tanda baca).

  Sumber : Silabus SD N 1 Brobot Jadi yang dimaksud dengan kemampuan dan kreativitas menulis karangan adalah suatu potensi individu untuk menguasai keahlian atau bakat dalam melakukan atau mengerjakan sesuatu tindakan guna menciptakan ide-ide dan karya baru atau gagasan yang memiliki nilai tambah dan dituangkan kedalam bentuk bahasa tulisan berupa karangan sebagai suatu media komunikasi atau penyampaian pesan oleh penulis ke pembaca sebagai karangan yang merupakan ungkapan kreatifitas yang tidak hanya menekankan pada keterampilan mekanistis tetapi lebih pada prosesnya.

5. Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

  Pengajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar harus berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), secara umum dalam KTSP dikembangkan menjadi empat ketrampilan berbahasa yang meliputi mendengarkan, berbicara, membaca, menulis. Kempat aspek ketrampilan berbahasa tersebut harus mendapat porsi yang seimbang dan dalam pelaksanaanya dilakukan secara terpadu. Aspek ketrampilan menulis dalam KTSP SD Negeri 1 Brobot meliputi berbagai kegiatan menulis untuk mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi dalam bentuk buku harian, surat pribadi, pesan singkat, laporan, surat dinas, petunjuk, rangkuman, teks berita, slogan, poster, iklan baris, resensi, karangan, karya ilmiah sederhana, pidato, surat pembaca, dan berbagai karya saatra berbentuk pantun, dongen, puisi, drama, dan cerpen.

  Menurut Depdikanas (dalam Muslich 2011:117) tujuan pengajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar adalah sebagai berikut : a. Siswa menghargai dan membanggakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.

  b. Siswa memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna dan fungsi, serta menggunakanya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan dan keadaan.

  c. Siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan social. d. Siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis).

  e. Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa,

  f. Siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

  Untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, guru perlu mengetahui kondisi-kodisi yang dapat mempengaruhi siswa dalam belajar. Menurut Rosdiana (2009:1.7) faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar bahasa adalah a. Kondisi eksternal

  Kondisi eksternal adalah faktor diluar diri murid, seperti lingkungan, guru, teman sekolah, keluarga, orang tua, masyarakat.

  Kondisi eksternal terdiri dari 3 prinsip belajar, yaitu (1) memberikan situasi atau materi yang sesuai dengan respon yang diharapkan, (2) pengulangan agar belajar lebih sempurna dan lebih lama diingat, (3) penguatan respon yang tepat untuk mempertahankan dan menguatkan respon itu.

  b. Kondisi intern Kondisi intern adalah faktor dari dalam diri murid yang terdiri atas (1) motivasi positif dan percaya diri dalam belajar, (2) tersedia materi yang memadai untuk memancing aktivitas siswa, (3) adanya strategi dan aspek-aspek jiwa anak.

6. Media Pembelajaran

  a. Pengertian Media Gerlach dan Ely (dalam Arsyad 2009:3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap.

  Hal ini sejalan dengan pandangan Anitah (2009:5) yang berpendapat bahwa media pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pembelajar untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Setiap media merupakan sarana untuk menuju ke suatu tujuan. Media terkandung informasi yang dapat dikomunikasikan kepada orang lain. Pendapat ini sesuai dengan pendapat Fathurrohman (2010:65) yang mengemukakan bahwa dalam aktivitas pembelajaran, media dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan peserta didik. Dalam pandangan lain, Sadiman (2009:7) mendefinisikan media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

  Berdasarkan berbagai pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa (1) media pembelajaran merupakan wadah dari pesan, (2) materi yang ingin disampaikan adalah pesan pembelajaran, (3) tujuan yang ingin dicapai ialah proses pembelajaran.

  b. Manfaat Media Menurut Susilana (2009:9) manfaat media sebagai berikut : 1) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.

  2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indra. 3) Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara peserta didik dengan sumber belajar.

  4) Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori dan kinestetiknya.

  5) Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.

  Ada beberapa kriteria umum dalam pemilihan media pembelajaran (Susilana, 2009:69), yaitu: 1) Kesesuaian dengan tujuan (Instructional Goal)

  Tujuan pembelajaran yang dicapai dalam kegiatan pembelajaran perlu dikaji untuk mengetahui media apa yang cocok.

  2) Kesesuaian dengan materi pembelajaran (Intructional Content)

  Maksud dari kesesuaian dengan materi pembelajaran adalah bahan atau kajian yang akan diajarkan pada program pembelajaran. Pertimbanagan lainnya yaitu dari bahan atau pokok bahasan tersebut, sejauhmana kedalaman yang harus dicapai, dengan demikian dapat dipertimbangkan media yang cocok atau sesuai untuk menyampaikan bahan tersebut.

  3) Kesesuaian dengan karakteristik pembelajar atau siswa Media haruslah familiar dengan karakteristik siswa/guru, yaitu mengkaji sifat-sifat dan ciri media yang akan digunakan. Selain itu, karakteristik siswa juga perlu dipertimbangkan, baik dari segi kualitas (ciri, karakter, kemampuan, kebiasaan, dll) maupun kuantitasnya (jumlah). 4) Pemilihan media harus didasarkan atas kesesuaian dengan teori.

  Media harus merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran, yang fungsinya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran. 5) Kesesuaian dengan gaya belajar

  Kriteria ini didasarkan atas kondisi psikologis siswa, bahwa siswa belajar dipengaruhi oleh gaya belajar.

  6) Kesesuaian dengan kondisi lingkungan, fasilitas pendukung, dan waktu yang tersedia Kriteria ini penting, karena media yang bagus tanpa didukung oleh fasilitas dan waktu yang tersedia maka media tersebut menjadi kurang efektif. Kemampuan guru dalam menggunakan media dengan baik juga perlu dipertimbangkan, atau media hanya akan menjadi sia-sia bila guru tidak bisa memanfaatkannya.

  c. Media Gambar Seri Gambar adalah media yang paling umum dipakai. Gambar merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati. Menurut Sadiman (2009:29) media gambar mempunyai kelebihan sebagai berikut : 1) Sifatnya kongkret, gambar lebih realistis menunjukan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata.

  2) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu bisa anak-anak dibawa ke objek atau peristiwa tersebut. Gambar dapat mengatasi masalah tersebut. 3) Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan. Sel atau penampang daun yang tak mungkin kita lihat dengan mata telanjang dapat disajikan dengan jelas dalam bentuk gambar. 4) Gambar dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahpahaman.

  Menurut Arsyad (2009:119) gambar seri adalah gambar yang merupakan rangkain kegiatan atau cerita disajikan secara berurutan. Alasan digunakan gambar seri adalah agar media gambar tersebut dapat membantu menyajikan suatu kejadian peristiwa yang kronologis dengan menghadirkan orang, benda, dan latar. Kronologi atau kejadian peristiwa dapat memudahkan siswa untuk menuangkan idenya dalam kegiatan bercerita. Dikatakan gambar seri karena gambar satu dengan gambar lainya memiliki hubungan keruntutan peristiwa.

  Berdasarkan pendapat di atas, disimpulkan bahwa gambar seri adalah rangkaian gambar yang menceritakan suatu peristiwa secara runtut dan jelas.

7. Model Picture and Picture

  Proses pembelajaran di sekolah terutama sekolah dasar tidak bisa lepas dari model pembelajaran yang akan mendukung dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Menurut Sagala (2010:175) model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan.

  Menurut Rusman (2011:136) ciri-ciri model pembelajaran adalah sebagai berikut : a. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.

  b. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model berpikir induktif dirancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif. c. Model pembelajaran dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar dikelasnya, misalnya model Synectic dirancang untuk memperbaiki kreativitas dalam pelajaran mengarang.

  d. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan : (1) urutan langkah- langkah pembelajaran (2) adannya prinsip-prinsip reaksi, (3) sistem social, dan (4) sistem pendukung.

  e. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajarn.

  Dampak tersebut meliputi: (1) dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur, (2) dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.

  f. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.

  Siswa sekolah dasar akan lebih mudah memahami materi pembelajaran apabila proses pembelajaran menggunakan model yang sesuai dengan materi dan karakteristik siswa. Model picture and picture yang menggunakan gambar sebagai media utama merupakan salah satu model yang akan membuat siswa lebih mudah memahami atau membuat karangan di sekolah dasar.

  Menurut Asmani (2012:39) langkah-langkah model picture and

  picture adalah sebagai berikut : 1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

  Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apa yang menjadi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan.

  Dengan demikian maka siswa dapat mengukur sampai kemampuan yang harus dikuasainya. Guru juga harus menyampaikan indikator- indikator ketercapaian KD, sehingga dapat terukur KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.

  2) Menyajikan materi sebagai pengantar.

  Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran.

  Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari. 3) Guru menunjukan/memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.

  Pada saat proses penyajian materi, guru mengajak siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau oleh temannya sehingga dalam pembelajaran bahasa Indonesia siswa dapat mencari kronologi, jalan cerita atau maksud dari gambar yang ditunjukan. 4) Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.

  Pada langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan.

  Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutan, dibuat, atau dimodifikasi.

  5) Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.

  Setelah itu ajaklah siswa menemukan jalan cerita, atau tuntutan KD dengan indikator yang akan dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya peran siswa dan teman yang lain untuk membantu sehingga proses pembelajaran semakin menarik.

  6) Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep atau materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

  Dalam proses pembelajaran dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indicator yang telah ditetapkan. 7) Kesimpulan/rangkuman.

  Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran picture and picture sebagai berikut: 1) Kelebihan a) Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa. b) Melatih berpikir logis dan sistematis.

  c) Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir.

  d) Mengembangkan motivasi untuk belajar lebih baik.

  e) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas. 2) Kelemahan a) Memakan banyak waktu.

  b) Dibutuhkan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.

  Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa model picture and picture merupakan salah satu model yang cocok digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada materi cerita anak/narasi. Hal ini terlihat pada langkah-langkah pembelajaran model picture and picture yang lebih mengedepankan keaktifan siswa dan menuntut siswa untuk mengurutkan gambar dengan memberikan alasanya sehingga akan membuat siswa paham tentang kronologis suatu peristiwa yang akan menjadi inti dari karangan narasi serta mempermudah siswa dalam mengembangkan ide.

  B. Hasil Penelitian yang Relevan Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dinarti di SDN 34 Pontianak Kota (2013) tentang Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi menunjukan hasil positive dengan adanya peningkatan kemampuan menulis karangan narasi siswa yang ditunjukan melalui peningkatan hasil menulis dari Hasil penilaian menulis karangan narasi dari base line sampai siklus II dengan skor rata-rata sebesar 61,8 meningkat menjadi 73,15 dan meningkat lagi menjadi 81,11 Hal ini menunjukan bahwa kemampuan menulis karangan narasi siswa dapat ditingkatkan.

  C. Kerangka Berfikir

  Kemampuan siswa dalam menulis karangan anak masih sangat kurang yang bisa dilihat dari siswa kurang mampu menggunakan dan memilih variasi kata untuk menuangkan idenya sehingga siswa sering menggulang kata yang sama dalam satu kalimat. Permasalahan lain yang dialami oleh siswa adalah kreativitas yang masih rendah. Kreativitas yang rendah dibuktikan dengan siswa kurang mampu mengembangkan ide dalam menulis karangan. Kalimat yang dihasilkan siswa masih sedikit dalam mengarang juga menjadi bukti bahwa kreativitas siswa masih rendah.

  Kondisi ini dimungkinkan karena guru belum menggunakan media pembelajaran yang tepat sehingga penyampaian materi menjadi sulit dipahami oleh siswa, Kegiatan pembelajaran yang selama ini hanya mengunakan metode ceramah mengakibatkan siswa menjadi kurang aktif dalam proses pembelajaran, dan waktu siswa dalam berlatih menulis karangan juga sangat terbatas sehingga sering kali siswa tidak dapat menyelesaikan tulisan karangannya dengan baik.

  Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas menulis karangan siswa yaitu dengan menggunakan model picture and

  picture dengan media gambar seri. Model picture and picture dengan media

  gambar seri adalah salah satu cara yang efektif untuk melatih siswa dalam menulis sebuah karangan narasi karena dengan melihat langsung media yang ada siswa akan berfikir tentang gambar yang dilihatnya dan dapat mengengembangkan ide dari gambar yang telah dilihatnya mengenai waktu, tempat, dan kejadian yang terjadi pada gambar yang di tampilkan oleh guru. Kerangka berfikir dapat terlihat dari gambar 2.1 berikut ini :

  Rendahnya kemampuan

  1. Belum menggunakan Kondisi awal dan kreativitas menulis media yang tepat. karangan narasi

  2. Belum menerapkan model/metode yang tepat. Melakukan tindakan

  3. Waktu berlatih menulis terbatas. Menggunakan model picture and pictur e dengan menggunakan gambar seri Siklus I Siklus II

  Kondisi akhir Refleksi Melalui model picture and picture

  Gambar 2.1 dengan media gambar seri dapat meningkatkan kemampuan dan

  Skema Kerangka Berfikir Penelitian kreativitas menulis karangan narasi bagi siswa kelas V SD N 1 Brobot

D. Hipotesis Tindakan

  Berdasarkan hasil analisis tindakan, peneliti membuat hipotesis bahwa,

  1. Guru menggunakan model picture and picture dengan media gambar seri dalam pembelajaran Bahasa Indonesia tentang menulis karangan narasi.

  2. Guru dapat meningkatkan kemampuan dan kreativitas menulis karangan narasi siswa kelas IV SD Negeri 1 Brobot.