Gambaran Kejadian Tuberkulosis Paru di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Januari - Desember 2011.
iv ABSTRAK
GAMBARAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2011 – 31 DESEMBER 2011 Ayudita Haryanto, 2013,
Pembimbing I : Dr. Hana Ratnawati, dr., M.Kes. Pembimbing II : Sri Nadya Saanin, dr., M.Kes.
Tuberkulosis (TBC) paru masih merupakan penyakit menular yang mengancam kesehatan masyarakat di seluruh dunia, terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penderita TBC paru terbesar kelima di dunia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaraan pasien yang di rawat inap tuberkulosis paru berdasarkan umur, jenis kelamin dan faktor risiko merokok di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode Januari 2011–31 Desember 2011.
Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif dengan data retrospektif berupa data rekam medik pasien tuberkulosis yang di rawat inap di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode 1 Januari 2011–31 Desember 2011 yang di sajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Hasil penelitian pada pasien rawat inap tuberkulosis paru di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode Januari–Desember 2011 tercatat sebanyak 161 pasien. Berdasarkan usia, tersering pada usia 30 – 39 tahun ( 24% ). Berdasarkan jenis kelamin, terbanyak pada jenis kelamin laki–laki yaitu 59,62%. Berdasarkan kebiasaan merokok, 29% mempunyai kebiasaan merokok.
Simpulan penelitian adalah pasien tuberkulosis paru lebih sering terjadi pada laki–laki dengan usia produktif yaitu berkisar 30 – 39 tahun dan faktor risiko merokok terdapat pada 29% pasien.
(2)
v ABSTRACT
OVERVIEW OF EVENT PULMONARY TUBERCULOSIS IN IMMANUEL HOSPITAL BANDUNG PERIOD JANUARY 01 2011 UNTIL DECEMBER 31
2011. Ayudita Haryanto, 2013,
Pembimbing I : Dr.Hana Ratnawati, dr., M.Kes. Pembimbing II : Sri Nadya Saanin, dr., M.Kes.
Pulmonary Tuberculosis is an infectious disease that threatens public health worldwide,especially in countries that are developing. Indonesia is fifth in the world with thr largest number of victims with Pulmonary Tuberculosis.
The aim of this research to know the risk of Pulmonary Tuberculosis based on age,sex and risk factor of smoking in Immanuel Hospital Bandung period January 1st 2011 until December 31st 2011.
This research used descriptive survey method,which retrospective data from the medical records of the Pulmonary Tuberculosis patients in Immanuel Hospital Bandung,which presented by the form of a frequency distribution table.
Result of this research of the patients Pulmonary Tuberculosis in Immanuel Hospital Bandung period January 1st 2011 until December 31st 2011 was recorded 161 patients. According to the age,the age of 30-39 years were the most common. According to gender,men were the most common (36,62%). According to the habit ,29% was smoker.
Conclusions Pulmonary Tuberculosis infected men during productive age (30-39 years) and risk factors of smoking was present in 29% patients.
(3)
viii
DAFTAR ISI
halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 2
1.3 Maksud dan Tujuan ... 3
1.4 Manfaat Penulisan ... 3
1.4.1 Manfaat Akademik ... 3
1.4.2 Manfaat Praktis ... 3
1.5 Landasan Teoritis ... 3
1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi paru ... 5
2.2 tuberkulosis Paru ... 5
2.2.1 Definisi dan Etiologi Tuberkulosis Paru ... 6
2.2.2 Epidemiologi ... 6
2.2.3 Cara Penularan ... 7
2.2.4 Faktor Risiko ... 8
(4)
ix
2.2.6 patogenesis ... 11
2.2.6.1 Patogenesis Primer ... 11
2.2.6.2 Patogenesis Sekunder ... 12
2.2.7 Manifestasi Klinik. ... 14
2.3 Pemeriksaan ... 16
2.3.1 Pemeriksaan sputum ... 15
2.3.2 Pemeriksaan rontgen ... 19
2.3.3 Uji tuberkulin... 19
2.3.4 Pemeriksaan lain... 18
2.4 Penatalaksanaan ... 19
2.4.1 Pengobatan Tuberkulosis... 19
2.4.2 Prinsip Pengobatan... 20
2.4.3 Panduan OAT di Indonesia... 21
2.4.4 Hasil akhir pengobatan... 22
2.5 Strategi DOTS... 23
2.6 Komplikasi... 24
2.7 Pencegahan... 24
BAB III BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian ... 26
3.2 Metodologi Penelitian ... 26
3.3 Teknik Penarikan Sampel... 26
3.4 Variabel Penelitian... 26
3.5 Analisis Data... 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dan Pembahasan ... 27
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 31
(5)
x
DAFTAR PUSTAKA ... 32 LAMPIRAN ... 35 RIWAYAT HIDUP ... 39
(6)
xi
DAFTAR TABEL
halaman Tabel 4. 1 Distribusi penyebaran pasien rawat inap dengan Tuberkulosis Paru
berdasarkan usia...……….….. 27 Tabel 4. 2 Distribusi penyebaran pasien rawat inap dengan Tuberkulosis Paru
berdasarkan jenis kelamin...…..…. 28 Tabel 4. 3 Distribusi penyebaran pasien rawat inap dengan Tuberkulosis Paru
(7)
xii
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1 Anatomi Paru... 6
Gambar 2.2 Gejala klinik Tuberkulosis paru ... 15
Gambar 2.3 Alur diagnosis TB paru dengan Pemeriksaan BTA ... 16
Gambar 2.4 Foto thorax TB paru ... 17
Gambar 2.5 Tes Mantoux ... 18
Gambar 2.6 Alur diagnosis TB paru ... 19
(8)
35 LAMPIRAN
JENIS KELAMIN UMUR MEROKOK
LAKI – LAKI 32 TIDAK
LAKI – LAKI 28 YA
PEREMPUAN 21 TIDAK
PEREMPUAN 14 TIDAK
LAKI – LAKI 19 YA
LAKI – LAKI 18 YA
PEREMPUAN 1 TIDAK
LAKI – LAKI 70 YA
LAKI – LAKI 66 YA
LAKI – LAKI 58 YA
LAKI – LAKI 38 TIDAK
LAKI – LAKI 36 YA
PEREMPUAN 69 TIDAK
PEREMPUAN 63 YA
LAKI – LAKI 49 YA
LAKI – LAKI 44 YA
PEREMPUAN 30 TIDAK
LAKI – LAKI 27 TIDAK
LAKI – LAKI 28 YA
LAKI – LAKI 29 YA
LAKI – LAKI 25 TIDAK
LAKI – LAKI 29 TIDAK
PEREMPUAN 23 TIDAK
PEREMPUAN 18 TIDAK
LAKI – LAKI 35 YA
LAKI – LAKI 17 TIDAK
LAKI – LAKI 21 TIDAK
PEREMPUAN 35 TIDAK
PEREMPUAN 37 TIDAK
LAKI – LAKI 36 YA
LAKI – LAKI 30 YA
LAKI – LAKI 27 YA
LAKI – LAKI 69 YA
PEREMPUAN 42 TIDAK
PEREMPUAN 45 TIDAK
PEREMPUAN 29 TIDAK
LAKI – LAKI 27 TIDAK
PEREMPUAN 21 TIDAK
PEREMPUAN 5 TIDAK
(9)
36
JENIS KELAMIN UMUR MEROKOK
LAKI – LAKI 51 YA
LAKI – LAKI 40 YA
PEREMPUAN 30 TIDAK
PEREMPUAN 27 TIDAK
PEREMPUAN 29 TIDAK
LAKI – LAKI 72 YA
LAKI – LAKI 60 YA
LAKI – LAKI 59 YA
LAKI – LAKI 55 YA
LAKI – LAKI 27 YA
PEREMPUAN 15 TIDAK
PEREMPUAN 66 TIDAK
LAKI – LAKI 65 YA
PEREMPUAN 60 TIDAK
LAKI – LAKI 44 YA
PEREMPUAN 54 TIDAK
LAKI – LAKI 53 YA
PEREMPUAN 36 TIDAK
PEREMPUAN 35 TIDAK
LAKI – LAKI 42 YA
LAKI – LAKI 41 YA
PEREMPUAN 33 YA
PEREMPUAN 31 TIDAK
LAKI – LAKI 28 YA
PEREMPUAN 34 TIDAK
PEREMPUAN 33 TIDAK
LAKI – LAKI 31 YA
LAKI – LAKI 30 YA
LAKI – LAKI 26 TIDAK
LAKI – LAKI 23 TIDAK
LAKI – LAKI 23 TIDAK
PEREMPUAN 2 TIDAK
LAKI – LAKI 2 TIDAK
LAKI – LAKI 73 YA
PEREMPUAN 59 TIDAK
LAKI – LAKI 70 YA
LAKI – LAKI 69 YA
PEREMPUAN 64 TIDAK
PEREMPUAN 63 TIDAK
(10)
37
JENIS KELAMIN UMUR MEROKOK
LAKI – LAKI 56 YA
PEREMPUAN 36 TIDAK
PEREMPUAN 38 TIDAK
LAKI – LAKI 40 YA
LAKI – LAKI 35 YA
LAKI – LAKI 26 TIDAK
PEREMPUAN 20 TIDAK
PEREMPUAN 22 TIDAK
PEREMPUAN 22 TIDAK
LAKI – LAKI 9 TIDAK
PEREMPUAN 4 TIDAK
LAKI – LAKI 70 TIDAK
PEREMPUAN 55 TIDAK
PEREMPUAN 32 TIDAK
LAKI – LAKI 74 YA
LAKI – LAKI 69 YA
LAKI – LAKI 55 TIDAK
PEREMPUAN 54 TIDAK
PEREMPUAN 40 YA
LAKI – LAKI 43 TIDAK
LAKI – LAKI 41 TIDAK
PEREMPUAN 25 TIDAK
PEREMPUAN 31 TIDAK
LAKI – LAKI 28 TIDAK
LAKI – LAKI 34 TIDAK
PEREMPUAN 21 TIDAK
LAKI – LAKI 23 TIDAK
LAKI – LAKI 24 TIDAK
LAKI – LAKI 23 TIDAK
PEREMPUAN 15 TIDAK
LAKI – LAKI 27 TIDAK
PEREMPUAN 68 TIDAK
LAKI – LAKI 24 TIDAK
PEREMPUAN 35 TIDAK
LAKI – LAKI 26 TIDAK
PEREMPUAN 28 TIDAK
LAKI – LAKI 75 YA
LAKI – LAKI 72 YA
PEREMPUAN 45 TIDAK
(11)
38
JENIS KELAMIN UMUR MEROKOK
PEREMPUAN 28 TIDAK
LAKI – LAKI 34 TIDAK
LAKI – LAKI 22 TIDAK
PEREMPUAN 3 TIDAK
LAKI – LAKI 37 TIDAK
PEREMPUAN 16 TIDAK
LAKI – LAKI 31 TIDAK
PEREMPUAN 52 TIDAK
LAKI – LAKI 53 YA
LAKI – LAKI 39 TIDAK
LAKI – LAKI 34 TIDAK
LAKI – LAKI 30 TIDAK
PEREMPUAN 23 TIDAK
LAKI – LAKI 6 TIDAK
PEREMPUAN 54 TIDAK
PEREMPUAN 57 TIDAK
LAKI – LAKI 61 TIDAK
LAKI – LAKI 54 TIDAK
LAKI – LAKI 45 TIDAK
LAKI – LAKI 45 TIDAK
PEREMPUAN 36 TIDAK
LAKI – LAKI 31 TIDAK
LAKI – LAKI 27 TIDAK
LAKI – LAKI 32 TIDAK
LAKI – LAKI 14 TIDAK
LAKI – LAKI 47 TIDAK
LAKI – LAKI 49 TIDAK
LAKI – LAKI 38 TIDAK
LAKI – LAKI 67 TIDAK
PEREMPUAN 47 TIDAK
PEREMPUAN 28 TIDAK
LAKI – LAKI 33 TIDAK
LAKI – LAKI 33 TIDAK
PEREMPUAN 24 TIDAK
LAKI – LAKI 62 YA
LAKI – LAKI 24 TIDAK
PEREMPUAN 70 TIDAK
PEREMPUAN 72 TIDAK
LAKI – LAKI 39 TIDAK
LAKI – LAKI 61 TIDAK
(12)
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
WHO dalam Global Report 2009, melaporkan bahwa insidensi tuberkulosis di Indonesia pada tahun 2008 menduduki peringkat 5 dunia terbanyak setelah India, China, Afrika Selatan, dan Nigeria. Peringkat ini turun dibandingkan tahun 2007 yang menempatkan Indonesia pada posisi ke-3 kasus tuberkulosis terbanyak setelah India dan China (WHO, 2010).
Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000 kasus tuberkulosis baru dengan kematian sekitar 91.000 orang. Angka prevalensi tuberkulosis di Indonesia pada tahun 2009 adalah 100 per 100.000 penduduk dan penyakit ini terjadi pada lebih dari 70% penderita di usia produktif. Tuberkulosis paru merupakan penyebab kematian utama ketiga setelah penyakit jantung dan saluran pernafasan (Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, 2010).
Penemuan kasus tuberkulosis paru di Bandung tahun 2007 secara klinis adalah sebesar 1.194 kasus. Jumlah penderita sembuh sebesar 858 orang. Angka ini belum memenuhi target SPM (Standar Pelayanan Minimal) Kota Bandung sebesar 90% pada tahun 2007 (Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, 2008).
Tingkat sosial ekonomi berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan hidup seseorang dan keluarga. Kemiskinan (sosial ekonomi rendah) merupakan keadaan yang mengarah pada perumahan yang terlampau padat atau kondisi kerja yang buruk. Keadaan ini dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga memudahkan terjadinya infeksi. Orang yang hidup dengan kondisi ini juga sering mengalami gizi buruk karena ketidakmampuan menyediakan makanan bergizi akibat rendahnya penghasilan, kompleks kemiskinan seluruhnya ini memudahkan tuberkulosis berkembang menjadi penyakit (Crofton et al, 2002).
Faktor yang menyebabkan tingginya kasus tuberkulosis di Indonesia, yaitu waktu pengobatan tuberkulosis yang relatif lama (6-8 bulan) menjadi penyebab
(13)
2
penderita sulit sembuh karena pasien berhenti berobat (drop out) setelah merasa sehat meski proses pengobatan belum selesai. Selain itu, masalah tuberkulosis diperberat dengan adanya peningkatan infeksi HIV/AIDS yang berkembang cepat dan munculnya permasalahan TB-MDR (Multi Drugs Resistant). Kita menyadari tuberkulosis tidak dapat diberantas oleh Pemerintah atau jajaran kesehatan saja, tetapi harus melibatkan dan bermitra dengan banyak sektor (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).
Tuberkulosis dengan kebiasaan merokok merupakan masalah dunia dan keduanya merupakan agenda penting WHO saat ini. Studi epidemiologi terbaru di Afrika Selatan didapatkan 50% kematian akibat infeksi tuberkulosis paru berhubungan dengan merokok. Dalam penelitian tersebut 76% dari 2.401 orang yang mendapatkan hasil tes tuberkulin positif, 55% perokok aktif (Boon et al, 2005).
Penelitian di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung pada tahun 2010 menunjukkan terdapat penurunan kasus tuberkulosis paru sebesar 58 kasus (23,1%), dimana didapatkan sebanyak 251 kasus (56,5%) pada tahun 2009 dan 193 kasus (43,5%) pada tahun 2010 ( Johanis Edward, 2011)
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti gambaran insidensi dan faktor risiko penyakit tuberkulosis paru dan kaitannya dengan kebiasaan merokok.
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah penyakit ini adalah :
1. Bagaimanakah gambaran penyakit tuberkulosis paru berdasarkan usia di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode Januari 2011 – Desember 2011. 2. Bagaimanakah gambaran penyakit tuberkulosis paru berdasarkan jenis
kelamin di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode Januari 2011 – Desember 2011.
(14)
3
3. Bagaimanakah gambaran penyakit tuberkulosis paru berdasarkan faktor kebiasaan merokok di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode Januari 2011 – Desember 2011.
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian
1. Mengetahui gambaran penyakit tuberkulosis paru berdasarkan usia di Rumah Sakit Immanuel Bandung.
2. Mengetahui gambaran penyakit tuberkulosis paru berdasarkan jenis kelamin di Rumah Sakit Immanuel Bandung.
3. Mengetahui gambaran penyakit tuberkulosis paru berdasarkan faktor kebiasaan merokok di Rumah Sakit Immanuel Bandung.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis (Ilmiah)
Hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan wawasan dan informasi untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap terjadinya penyakit tuberkulosis paru.
b. Manfaat Praktis (Klinis)
Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat membantu para klinisi dalam melengkapi data yang diperlukan untuk memberi penyuluhan kepada masyarakat.
1.5Landasan Teoritis
Gejala utama pasien tuberkulosis paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari 1 bulan (Depkes RI, 2007).
Tuberkulosis paru mengenai lebih dari 70% usia produktif, terutama kelompok laki-laki (Dinas kesehatan Kabupaten Bandung 2010). Faktor yang menyebabkan tingginya kasus tuberkulosis di indonesia, yaitu waktu pengobatan
(15)
4
tuberkulosis yang relatif lama (6-8 bulan) menjadi penyebab penderita tuberkulosis berhenti berobat ( drop out ) setelah merasa sehat meski proses pengobatan belum selesai. Masalah tuberkulosis juga diperberat dengan adanya peningkatan infeksi HIV/ AIDS yang berkembang cepat dan munculnya permasalahan TB-MDR (multi drugs resistant) (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011)
Tuberkulosis dan kebiasaan merokok merupakan masalah dunia dan keduanya merupakan agenda penting WHO saat ini. Studi epidemiologi terbaru di Afrika selatan di dapatkan 50% kematian akibat infeksi tubekulosis paru berhubungan dengan merokok. Dalam penelitian tersebut 76% dari 2.401 orang yang mendapatkan hasil tes tubekulin positif, 55% perokok aktif (Boon et al, 2005).
(16)
31 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1.Jumlah penderita tuberkulosis paru di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode Januari-Desember 2011 didapatkan rentang usia tertinggi yaitu 30–39 tahun sebanyak 39 pasien (24%) dari 161 pasien.
2.Jumlah penderita tuberkulosis paru di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode Januari-Desember 2011 Berdasarkan jenis kelamin dari 161 pasien didapatkan bahwa laki–laki lebih banyak dari pada penderita perempuan dengan jumlah laki–laki sebanyak 96 pasien (59,62 %) dan jumlah penderita perempuan sebanyak 65 pasien (40,37%).
3.Jumlah penderita tuberkulosis dengan faktor risiko merokok sebanyak 47 pasien (29%) dari 161 pasien.
5.2 Saran
Meningkatkan kewaspadaan para dokter terhadap gejala dini tuberkulosis paru. Meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui penyuluhan dan penerangan
mengenai gejala dini tuberculosis serta meningkatkan kesadaran pasien dan keluarga untuk berobat dan patuh minum obat.
Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai merokok yang merupakan faktor risiko kejadian tuberkulosis paru.
Untuk para dokter dan bagian rekam medik agar data–data pasien dapat dibuat lebih lengkap sehingga data–data tersebut dapat digunakan sebagai pengetahuan bagi tenaga medis dan paramedis.
(17)
32
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, U.F., 2008. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta: Penerbit UI Press.
Aditama, T.Y., 2002. Tuberkulosis Paru, Diagnosis, Terapi dan Masalahnya. Edisi 4. Jakarta: IDI.
Aditama, T.Y., 2006. Perkembangan Teknologi, Perkembangan Kuman. Jurnal Tuberkulosis Indonesia.
Boon S.D., Lill S.W., Vener S. 2005. Association between smoking and tuberculosis infection: a population survey in a high tuberculosis incidence area.
Crofton Jhon, et al. 2002. Tuberkulosis Klinis. Edisi 2, Cet.1, Widya Medika: Jakarta.
Daniel S.Wibowo, Widjaja Paryana, 2007. Anatomi Tubuh Manusia. Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Depkes RI. 2002. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta. Depkes RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
128/MENKES/SK/II/2004 ttg Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
Depkes RI. 2005. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2005. Jakarta.
Depkes RI. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. eds 2. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes RI. 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta. Depkes RI. 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Diunduh tanggal 30 Mei 2013 dari
http//H:\index.php/tuberkulosis.htm, 2008.
Depkes RI. 2009. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta. Depkes RI. 2009. Keputusan Menteri Kesehatan RI. Diunduh tanggal 29 Mei
(18)
33
Depkes RI. 2010. Pengendalian TB di Indonesia mendekati target Millenium Development Goals (MDGs). Diambil tanggal 30 Mei 2013 dari http://www.depkes.go.id
Depkes RI. 2011. TBC Masalah Kesehatan Dunia. Diunduh tanggal 29 Mei 2013 dari http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1444-tbc-masalah-kesehatan-dunia.pdf
Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung. 2008. Profil Kesehatan kabupaten Bandung Tahun 2008.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung. 2010. Profil Kesehatan Kabupaten Bandung Jawa Barat Tahun 2010.
Fachmi Idris. 2002. Manajemen Public Private Mix: Penanggulangan Tuberkulosis Strategi DOTS.
Gustafon P., et all. 2004. Tuberculosis in Bissau: incidence and risk factorin an urban community in sub-saharan Africa. International journal of epidemiology, 33(1): 24-28.
Hiswani. 2009. Tuberkulosis Merupakan Penyakit Infeksi Yang Masih Menjadi Masalah Kesehatan Masyarakat. http://library.usu.ac.id/download/fkm-hiswani-6.pdf 2009
Isselbacher, K.J. (Ed.), et al., 2000, Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 13, Volume 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Jurnal Tuberkulosis Indonesia, Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis
Indonesia, 2006.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2011. P.46.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
PDPI. 2006. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta : Indah Offset Citra Grafika. p. 5-58.
Suarni,. H, 2009. Jurnal Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Kejadian TB Paru di kecamatan Pancoran Mas Depok Tahun 2009, Program Sarjana Kesehatan Masyarakat. FKM UI. Depok.
(19)
34
WHO. 1998. TB Advocacy-A Practical Guide. Geneva: WHO Global Tuberculosis Program.
WHO. 2010. http://www.who.int/tb/publications/global_report/2010/en/. Diunduh tanggal 2 Mei 2013.
www.healthcentral.com . 2011. Diunduh tanggal 4 Juli 2013.
Zulkifli Amin dan Asril Bahar. 2006. Tuberkulosis paru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Zulkifli Amin dan Asril Bahar. 2009. Tuberkulosis Paru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi kelima Jilid III. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; h. 2230-2247.
(1)
3. Bagaimanakah gambaran penyakit tuberkulosis paru berdasarkan faktor kebiasaan merokok di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode Januari 2011 – Desember 2011.
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian
1. Mengetahui gambaran penyakit tuberkulosis paru berdasarkan usia di Rumah Sakit Immanuel Bandung.
2. Mengetahui gambaran penyakit tuberkulosis paru berdasarkan jenis kelamin di Rumah Sakit Immanuel Bandung.
3. Mengetahui gambaran penyakit tuberkulosis paru berdasarkan faktor kebiasaan merokok di Rumah Sakit Immanuel Bandung.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis (Ilmiah)
Hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan wawasan dan informasi untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap terjadinya penyakit tuberkulosis paru.
b. Manfaat Praktis (Klinis)
Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat membantu para klinisi dalam melengkapi data yang diperlukan untuk memberi penyuluhan kepada masyarakat.
1.5Landasan Teoritis
Gejala utama pasien tuberkulosis paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari 1 bulan (Depkes RI, 2007).
Tuberkulosis paru mengenai lebih dari 70% usia produktif, terutama kelompok laki-laki (Dinas kesehatan Kabupaten Bandung 2010). Faktor yang
(2)
tuberkulosis yang relatif lama (6-8 bulan) menjadi penyebab penderita tuberkulosis berhenti berobat ( drop out ) setelah merasa sehat meski proses pengobatan belum selesai. Masalah tuberkulosis juga diperberat dengan adanya peningkatan infeksi HIV/ AIDS yang berkembang cepat dan munculnya permasalahan TB-MDR (multi drugs resistant) (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011)
Tuberkulosis dan kebiasaan merokok merupakan masalah dunia dan keduanya merupakan agenda penting WHO saat ini. Studi epidemiologi terbaru di Afrika selatan di dapatkan 50% kematian akibat infeksi tubekulosis paru berhubungan dengan merokok. Dalam penelitian tersebut 76% dari 2.401 orang yang mendapatkan hasil tes tubekulin positif, 55% perokok aktif (Boon et al, 2005).
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1.Jumlah penderita tuberkulosis paru di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode Januari-Desember 2011 didapatkan rentang usia tertinggi yaitu 30–39 tahun sebanyak 39 pasien (24%) dari 161 pasien.
2.Jumlah penderita tuberkulosis paru di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode Januari-Desember 2011 Berdasarkan jenis kelamin dari 161 pasien didapatkan bahwa laki–laki lebih banyak dari pada penderita perempuan dengan jumlah laki–laki sebanyak 96 pasien (59,62 %) dan jumlah penderita perempuan sebanyak 65 pasien (40,37%).
3.Jumlah penderita tuberkulosis dengan faktor risiko merokok sebanyak 47 pasien (29%) dari 161 pasien.
5.2 Saran
Meningkatkan kewaspadaan para dokter terhadap gejala dini tuberkulosis paru. Meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui penyuluhan dan penerangan
mengenai gejala dini tuberculosis serta meningkatkan kesadaran pasien dan keluarga untuk berobat dan patuh minum obat.
Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai merokok yang merupakan faktor risiko kejadian tuberkulosis paru.
Untuk para dokter dan bagian rekam medik agar data–data pasien dapat dibuat lebih lengkap sehingga data–data tersebut dapat digunakan sebagai pengetahuan bagi tenaga medis dan paramedis.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, U.F., 2008. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta: Penerbit UI Press.
Aditama, T.Y., 2002. Tuberkulosis Paru, Diagnosis, Terapi dan Masalahnya. Edisi 4. Jakarta: IDI.
Aditama, T.Y., 2006. Perkembangan Teknologi, Perkembangan Kuman. Jurnal Tuberkulosis Indonesia.
Boon S.D., Lill S.W., Vener S. 2005. Association between smoking and tuberculosis infection: a population survey in a high tuberculosis incidence area.
Crofton Jhon, et al. 2002. Tuberkulosis Klinis. Edisi 2, Cet.1, Widya Medika: Jakarta.
Daniel S.Wibowo, Widjaja Paryana, 2007. Anatomi Tubuh Manusia. Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Depkes RI. 2002. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta. Depkes RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
128/MENKES/SK/II/2004 ttg Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
Depkes RI. 2005. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2005. Jakarta.
Depkes RI. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. eds 2. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes RI. 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta. Depkes RI. 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Diunduh tanggal 30 Mei 2013 dari
http//H:\index.php/tuberkulosis.htm, 2008.
Depkes RI. 2009. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta. Depkes RI. 2009. Keputusan Menteri Kesehatan RI. Diunduh tanggal 29 Mei
(5)
Depkes RI. 2010. Pengendalian TB di Indonesia mendekati target Millenium Development Goals (MDGs). Diambil tanggal 30 Mei 2013 dari http://www.depkes.go.id
Depkes RI. 2011. TBC Masalah Kesehatan Dunia. Diunduh tanggal 29 Mei 2013 dari http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1444-tbc-masalah-kesehatan-dunia.pdf
Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung. 2008. Profil Kesehatan kabupaten Bandung Tahun 2008.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung. 2010. Profil Kesehatan Kabupaten Bandung Jawa Barat Tahun 2010.
Fachmi Idris. 2002. Manajemen Public Private Mix: Penanggulangan Tuberkulosis Strategi DOTS.
Gustafon P., et all. 2004. Tuberculosis in Bissau: incidence and risk factorin an urban community in sub-saharan Africa. International journal of epidemiology, 33(1): 24-28.
Hiswani. 2009. Tuberkulosis Merupakan Penyakit Infeksi Yang Masih Menjadi Masalah Kesehatan Masyarakat. http://library.usu.ac.id/download/fkm-hiswani-6.pdf 2009
Isselbacher, K.J. (Ed.), et al., 2000, Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 13, Volume 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Jurnal Tuberkulosis Indonesia, Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis
Indonesia, 2006.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2011. P.46.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
PDPI. 2006. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta : Indah Offset Citra Grafika. p. 5-58.
Suarni,. H, 2009. Jurnal Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Kejadian TB Paru di kecamatan Pancoran Mas Depok Tahun 2009, Program Sarjana Kesehatan Masyarakat. FKM UI. Depok.
(6)
WHO. 1998. TB Advocacy-A Practical Guide. Geneva: WHO Global Tuberculosis Program.
WHO. 2010. http://www.who.int/tb/publications/global_report/2010/en/. Diunduh tanggal 2 Mei 2013.
www.healthcentral.com . 2011. Diunduh tanggal 4 Juli 2013.
Zulkifli Amin dan Asril Bahar. 2006. Tuberkulosis paru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Zulkifli Amin dan Asril Bahar. 2009. Tuberkulosis Paru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi kelima Jilid III. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; h. 2230-2247.