EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING MENGGUNAKAN MACROMEDIA FLASH DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA.

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING MENGGUNAKAN
MACROMEDIA FLASH DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

HELENA EVADONNA SIAGIAN
NIM. 8136175008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015


ABSTRAK

Helena Evadonna Siagian (NIM. 8136175008). Efek Model Pembelajaran
Inquiry Training Menggunakan Macromedia Flash dan Kemampuan Berpikir
Kreatif terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa. Tesis. Medan : Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterampilan proses sains siswa yang
diajarkan dengan model pembelajaran inquiry training menggunakan macromedia
flash lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan pembelajaran
konvensional, menganalisis keterampilan proses sains siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kreatif tinggi lebih baik dibandingkan dengan siswa yang
memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah, serta menganalisis interaksi antara
model pembelajaran inquiry training menggunakan macromedia flash dan tingkat
kemampuan berpikir kreatif dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan desain two group
pretest-posttest design. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA
Negeri 1 Sibolga tahun ajaran 2014/2015. Pemilihan sampel dilakukan dengan
teknik cluster random class. Sampel dibagi dalam dua kelas, kelas eksperimen
yang diajarkan dengan model pembelajaran inquiry training menggunakan
macromedia flash dan kelas kontrol diajarkan dengan pembelajaran konvensional.

Instrumen yang digunakan terdiri dari tes keterampilan proses sains dan tes
kemampuan berpikir kreatif. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan
menggunakan Anava dua jalur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran inquiry training
menggunakan macromedia flash lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran
konvensional dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa, keterampilan
proses sains pada kelompok siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif
tinggi lebih baik dari pada kelompok siswa dengan kemampuan berpikir kreatif
rendah, serta terdapat interaksi antara model pembelajaran inquiry training
menggunakan macromedia flash dengan kemampuan berpikir kreatif dalam
mempengaruhi keterampilan proses sains siswa.

Kata Kunci : Inquiry Training, Berpikir Kreatif, Keterampilan Proses Sains

i

ABSTRACT

Helena Evadonna Siagian (NIM. 8136175008). The Effect of Inquiry Training
Learning Model Use Macromedia Flash and Creative Thinking Ability on Science

Process Skills of Student. A Thesis. Medan : Postgraduate School State University
of Medan. 2015.
The purpose of this research were to analyze science process skills of students
using Inquiry Training Learning Model use Macromedia Flash is better than
science process skills of students using conventional learning, analyze science
process skills of students who have high category in creative thinking ability
better than low category in creative thinking ability, and analyze the interaction
between Inquiry Training learning model use Macromedia Flash and the level of
creative thinking ability in improving the science process skills.
The research type was quasi experiment and two group pretest-posttest designs
were used in this study. The population of the study was grade X of SMAN 1
Sibolga Academic Year 2014/2015. The sample was choosen by using cluster
random class technique. The sample was divided into two classes, the experiment
class taught by inquiry training use macromedia flash and control class taught by
conventional learning. The instrument was consist of science process skills test
and creative thinking ability test. Data in this research was analyzed by using two
way Anova.
The results of this research showed that the inquiry training learning model use
macromedia flash was better than conventional learning in improving the students
science process skills, the science process skills of the students who had high

category in creative thinking ability was better than low category, and there was
interaction between inquiry training learning model use macromedia flash and the
level of creative thinking ability in improving students science process skills.

Keywords

: Inquiry Training, Creative Thinking, Science Process Skills

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis yang berjudul “Efek Model Pembelajaran Inquiry Training
menggunakan Macromedia Flash dan Kemampuan Berpikir Kreatif Terhadap
Keterampilan Proses Sains Siswa” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam
memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika di
Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Penulis menyadari bahwa selesainya tesis ini berkat adanya bantuan moril
maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
ucapan terimakasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan tesis ini.
Ucapan terimakasih secara khusus penulis sampaikan kepada Bapak Prof.
Dr. Nurdin Bukit, M.Si dan Dr. Derlina, M.Si sebagai Pembimbing I dan II yang
selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sejak awal penulisan
hingga selesainya tesis ini. Selanjutnya ucapan terimakasih juga penulis
sampaikan kepada Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M., Prof. Dr. Mara Bangun Harahap,
M.S, dan Dr. Ridwan A. Sani, M.Si selaku narasumber dan tim penguji yang
telah memberikan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan
penulisan tesis ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Gunung Lubis
selaku Kepala SMA Negeri 1 Sibolga, Ibu Mila Anzani Barus dan Ibu Pintauli
Lubis selaku guru Fisika SMA Negeri 1 Sibolga, beserta seluruh dewan guru,
Kepala Tata Usaha beserta staf, atas bantuan dan kerjasamanya sehingga
terlaksananya penelitian ini.
Selain itu, penulis dengan penuh hormat menyampaikan terimakasih yang
tak terhingga kepada Ayahanda Albert Siagian, Ibunda Nurliana Hutauruk, Tante
Nursyawiyah Hutauruk, Tulang Alpian Hutauruk dan Nantulang Madina

Pulungan, Uwak Rosida, Uwak Ris, Uwak Jahriani yang telah memberi dukungan

iii

baik moril maupun materil kepada penulis selama perkuliahan sampai
penyelesaian tesis ini serta ucapan terimakasih kepada saudaraku Bang Depi, Leo,
Jenni, Yesi, Vera, Valdo, Noris, dan Andre.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh teman-teman
seperjuangan DIKFIS A 2013 (Agus, Berkat, Dahrim, Dini, Fajrul, Febriani,
Harnas, Lia Afrianti, Lia Windari, Hifni, Rameyanti, Rouli), Ibu Aminah, Bang
Safruddin serta berbagai pihak atas segala dorongan dan bantuannya sehingga
penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa selaku manusia biasa tak luput dari kesalahan
dan kekhilafan, sehingga di dalam penulisan tesis ini sudah tentu terdapat
kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan tesis ini. Semoga
tesis ini dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya serta bermanfaat dalam
menambah khazanah ilmu pengetahuan.

Medan,


Juli 2015

Penulis,

Helena Evadonna Siagian

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................
KATA PENGANTAR .................................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................................
DAFTAR TABEL ........................................................................................
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
BAB I

BAB II


PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah ...................................................
1.2
Identifikasi Masalah ..........................................................
1.3
Batasan Masalah ...............................................................
1.4
Rumusan Masalah .............................................................
1.5
Tujuan Penelitian ..............................................................
1.6
Manfaat Penelitian ............................................................
1.7
Definisi Operasional .........................................................
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Kerangka Teoritis ...........................................................
2.1.1

Hakikat Model Pembelajaran .........................................
2.1.2
Hakikat Model Pembelajaran Inquiry Training .............
2.1.3
Karakteristik Model Pembelajaran Inquiry Training .....
2.1.4
Teori Belajar yang Melandasi Model Pembelajaran
Inquiry Training .............................................................
2.1.4.1 Teori Belajar Perkembangan Kognitif Piaget .................
2.1.4.2 Teori Belajar Sosial Vygotsky ........................................
2.1.5
Model Pembelajaran Inquiry Training
Menggunakan Macromedia Flash ..................................
2.1.6
Pembelajaran Konvensional ...........................................
2.1.7
Macromedia Flash .........................................................
2.1.8
Kemampuan Berpikir Kreatif .........................................
2.1.8.1 Definisi Kemampuan Berpikir Kreatif ...........................

2.1.8.2 Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif .........................
2.1.9
Keterampilan Proses Sains (KPS) ..................................
2.1.9.1 Definisi Keterampilan Proses Sains (KPS) ....................
2.1.9.2 Indikator Keterampilan Proses Sains (KPS) ..................
2.1.10 Penelitian yang Relevan .................................................
2.2
Kerangka Konseptual .....................................................
2.2.1
Keterampilan Proses Sains Siswa yang diajarkan
dengan Model Pembelajaran Inquiry Training
menggunakan Macromedia Flash Lebih Baik
dibandingkan dengan Pembelajaran Konvensional ........
2.2.2
Keterampilan Proses Sains Siswa yang Memiliki
Kemampuan Berpikir Kreatif Tinggi Lebih Baik

v

i

iii
v
viii
ix
x

1
9
10
10
11
11
12

14
14
15
19
23
24
26
27
31
34
35
35
38
47
47
48
53
58

58

dibandingkan dengan Siswa yang Memiliki
Kemampuan Berpikir Kreatif Rendah ............................
Interaksi antara Model Pembelajaran Inquiry
Training menggunakan Macromedia Flash dan
Kemampuan Berpikir Kreatif dalam Meningkatkan
Keterampilan Proses Sains Siswa ...................................
Hipotesis Penelitian ........................................................

61
63

BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Tempat dan Waktu Penelitian ........................................
3.2
Populasi dan Sampel Penelitian .....................................
3.3
Variabel Penelitian .........................................................
3.4
Jenis dan Desain Penelitian ............................................
3.4.1
Jenis Penelitian ...............................................................
3.4.2
Desain Penelitian ............................................................
3.5
Prosedur Penelitian .........................................................
3.6
Teknik Pengumpulan Data .............................................
3.6.1
Tes Keterampilan Proses Sains ......................................
3.6.2
Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ..................................
3.7
Analisis Data Uji Coba Instrumen ..................................
3.7.1
Validitas Tes ...................................................................
3.7.1.1 Validitas Isi .....................................................................
3.7.1.2 Validitas Prediktif ...........................................................
3.7.2
Reliabilitas Tes ...............................................................
3.8
Teknik Analisis Data ......................................................
3.8.1. Analisis Secara Deskriptif ..............................................
3.8.2. Analisis Secara Inferensial .............................................
3.8.2.1 Uji Normalitas ................................................................
3.8.2.2 Uji Homogenitas .............................................................
3.8.2.3 Uji Hipotesis ...................................................................

64
64
64
65
65
65
67
70
70
71
71
71
72
72
74
75
75
76
76
77
78

2.2.3

2.3

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian ...............................................................
4.1.1
Deskripsi Data Pretes dan Postes Keterampilan
Proses Sains ....................................................................
4.1.2
Pengujian Persyaratan Analisis Data ..............................
4.1.2.1 Uji Normalitas Data Pretes dan Postes ...........................
4.1.2.2 Uji Homogenitas Data Pretes dan Postes .......................
4.1.2.3 Uji t Pretes ......................................................................
4.1.3
Deskripsi Data Tes Kemampuan Berpikir Kreatif .........
4.1.4
Analisis Hasil Penelitian ................................................
4.1.4.1 Analisis Data Pretes dan Postes Keterampilan
Proses Sains ....................................................................
4.1.4.2 Analisis Hasil Keterampilan Proses Sains (KPS)
Berdasarkan Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif ......
4.1.5
Pengujian Hipotesis ........................................................

vi

60

80
80
81
81
85
85
86
89
89
90
92

4.1.6
4.2
4.2.1

Persen (%) Peningkatan Keterampilan Proses Sains ......
Pembahasan Hasil Penelitian ..........................................
Keterampilan Proses Sains Siswa yang diajarkan
dengan Model Pembelajaran Inquiry Training
menggunakan Macromedia Flash Lebih Baik
dibandingkan dengan Pembelajaran Konvensional ........
Keterampilan Proses Sains Siswa yang Memiliki
Kemampuan Berpikir Kreatif Tinggi Lebih Baik
dibandingkan dengan Siswa yang Memiliki
Kemampuan Berpikir Kreatif Rendah ............................
Interaksi antara Model Pembelajaran Inquiry Training
menggunakan Macromedia Flash dan Kemampuan
Berpikir Kreatif dalam Meningkatkan Keterampilan
Proses Sains Siswa .........................................................

109

KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan .....................................................................
5.2
Saran ...............................................................................

112
113

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

114

4.2.2

4.2.3

BAB V

vii

104
105

105

107

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Sintaks Model Pembelajaran Inquiry Training .........................

19

Tabel 2.2. Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Menurut Piaget ...........

26

Tabel 2.3. Kegiatan Model Pembelajaran Inquiry Training
menggunakan Macromedia Flash ...........................................

29

Tabel 2.4.

Langkah-Langkah Pembelajaran Konvensional ......................

32

Tabel 3.1.

Rancangan Penelitian ................................................................

65

Tabel 3.2.

Desain Penelitian ANAVA .......................................................

66

Tabel 3.3.

Kisi-Kisi Tes Keterampilan Proses Sains ................................

70

Tabel 3.4.

Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ............................

71

Tabel 3.5.

Deskripsi Kategori Validitas Tes ..............................................

73

Tabel 3.6.

Hasil Analisis Validitas Tes ......................................................

74

Tabel 3.7.

Deskripsi Kategori Reliabilitas Tes ..........................................

75

Tabel 4.1.

Data Pretes dan Postes Keterampilan Proses Sains .................

80

Tabel 4.2.

Uji Normalitas Data Pretes dan Postes ....................................

82

Tabel 4.3.

Uji Homogenitas Data Pretes dan Postes .................................

85

Tabel 4.4.

Uji Kesamaan Kemampuan Awal KPS Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol .....................................................................

86

Tabel 4.5.

Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif...........................

87

Tabel 4.6.

Pengelompokan Siswa Berdasarkan Tingkat Kemampuan
Berpikir Kreatif .........................................................................

88

Tabel 4.7.

Pengelompokan Nilai Keterampilan Proses Sains
Berdasarkan Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa .....

90

Tabel 4.8.

Desain Faktorial 2x2 ANAVA ................................................

93

Tabel 4.9.

Data Faktor antar Subjek .........................................................

93

Tabel 4.10. Hasil Uji Anava Dua Jalur .......................................................

94

Tabel 4.11. Post Hoc Test dengan Uji Scheffe ...........................................

99

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Dampak Model Pembelajaran Inquiry Training ..................

23

Gambar 3.1. Diagram Alur Prosedur Penelitian........................................

69

Gambar 4.1. Rata-Rata Pretes Keterampilan Proses Sains Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen ............................................

81

Gambar 4.2. Rata-Rata Postes Keterampilan Proses Sains Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen ............................................

81

Gambar 4.3. Histogram Normalitas Pretes Kelas Kontrol dan
Eksperimen ..........................................................................

83

Gambar 4.4. Histogram Normalitas Postes Kelas Kontrol dan
Eksperimen ...........................................................................

84

Gambar 4.5. Hubungan Rata-Rata Keterampilan Proses Sains
dengan Model Pembelajaran ...............................................

89

Gambar 4.6. Hubungan Rata-Rata Keterampilan Proses Sains
terhadap Model Pembelajaran berdasarkan Tingkat
Kemampuan Berpikir Kreatif ..............................................

92

Gambar 4.7. Interaksi antara Model Pembelajaran Inquiry Training
menggunakan Macromedia Flash dan Pembelajaran
Konvensional dengan Kemampuan Berpikir Kreatif
Terhadap Keterampilan Proses Sains .....................................

ix

97

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Silabus ………………………………………………………

118

Lampiran 2

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 ……………………..

120

Lampiran 3

Bahan Ajar 1 ……………………………………………….

131

Lampiran 4

Lembar Kegiatan Siswa 1 ………………………………….

140

Lampiran 5

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 ……………………..

143

Lampiran 6

Bahan Ajar 2 ……………………………………………….

154

Lampiran 7

Lembar Kegiatan Siswa 2 ………………………………….

161

Lampiran 8

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 ……………………..

164

Lampiran 9

Bahan Ajar 3 ……………………………………………….

175

Lampiran 10 Lembar Kegiatan Siswa 3…………………………………..

182

Lampiran 11 Kisi-Kisi Keterampilan Proses Sains (KPS) ……………….

185

Lampiran 12 Lembar Validitas Tes Keterampilan Proses Sains …………

189

Lampiran 13 Uji Validitas Tes Keterampilan Proses Sains ………………

192

Lampiran 14 Uji Reliabilitas Tes Keterampilan Proses Sains ……………

193

Lampiran 15 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ……………….

194

Lampiran 16 Lembar Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ………

198

Lampiran 17 Tabulasi Data Pretes ……………………………………….

200

Lampiran 18 Tabulasi Data Postes ……………………………………….

202

Lampiran 19 Tabulasi Data Kemampuan Berpikir Kreatif ………………

204

Lampiran 20 Distribusi Data Penelitian ………………………………….

206

Lampiran 21 Tabulasi Pengelompokan Data Kemampuan Berpikir Kreatif

208

Lampiran 22 Analisis Statistik Data Pretes .................................................

210

Lampiran 23 Analisis Statistik Data Postes ................................................

213

Lampiran 24 Uji Hipotesis dengan Anava Dua Jalur (2 x 2) ......................

216

Lampiran 25 Uji Scheffe .............................................................................

218

Lampiran 26 Lembar Jawaban Siswa .........................................................

219

Lampiran 27 Dokumentasi Penelitian .........................................................

236

x

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada hakikatnya adalah upaya pemerintah dan masyarakat
untuk menjamin kelangsungan hidup warganya dan generasi penerusnya, secara
bermakna dan mampu mengantisipasi masa depan mereka yang senantiasa terkait
dengan konteks budaya, bangsa, negara, dan hubungan internasional.
Upaya pemerintah dalam meningkatkan pendidikan berdasarkan pada
Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa. Untuk
mengemban fungsi tersebut, pemerintah menyelenggarakan suatu sistem
pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan Nasional bertujuan
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab (Trianto, 2009 : 1).
Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut, berbagai kebijakan
pada bidang pendidikan telah diambil dan dilaksanakan oleh pemerintah antara
lain desentralisasi, standardisasi, peningkatan anggaran, perubahan kurikulum dan
lain sebagainya. Perubahan kurikulum dikembangkan dengan penyempurnaan

1

2

pola pikir seperti yang tertuang dalam Permendikbud No. 69 tahun 2013 antara
lain :
1.

Perubahan pembelajaran teacher centered menjadi pembelajaran student
centered dengan penekanan pola belajar sendiri menjadi belajar
kelompok berbasis team, sehingga akan terjadi pembelajaran interaktif.

2.

Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran jejaring (peserta didik
dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat
dihubungi serta diperoleh melalui internet).

3.

Pola

pembelajaran

pasif

menjadi

pembelajaran

aktif-mencari

(pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model
pembelajaran pendekatan sains).
4.

Pola

pembelajaran

alat

tunggal

menjadi

pembelajaran

berbasis

multimedia.

Penyempurnaan pola pikir di atas juga berlaku pada mata pelajaran
fisika. Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
materi, energi dan interaksi-interaksinya serta peristiwa dan fenomena alam yang
terjadi di dunia yang sangat menarik untuk dipelajari. Pelajaran fisika dipandang
penting untuk diajarkan selain memberikan bekal ilmu kepada siswa, mata
pelajaran fisika dimaksudkan juga sebagai wahana untuk menumbuhkan
kemampuan berpikir sehingga berguna untuk menyelesaikan masalah dalam
kehidupan sehari-hari.
Kemampuan berpikir siswa dapat ditumbuhkan dengan adanya peranan
guru dalam menentukan kuantitas dan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan.

3

Guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam
meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas
mengajarnya. Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam pengorganisasian
kelas, penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan memadukan strategi
dan media pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.
Model pembelajaran yang dipilih hendaknya melibatkan siswa secara aktif
sehingga dapat meningkatkan keterampilan proses siswa dalam pembelajaran
fisika dan pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajar siswa tersebut.
Guru juga berfungsi sebagai fasilitator dalam pembelajaran, yaitu guru
hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan
belajar sehingga akan tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan (Djamarah,
2000 : 46). Pembelajaran yang menyenangkan dapat dicapai apabila guru mampu
mengelola proses belajar mengajar yang dapat memberikan rangsangan kepada
siswa sehingga mau belajar, karena siswa adalah subjek utama dalam belajar.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di SMA Negeri
1 Sibolga, ditemukan bahwa guru masih mengajar dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional dengan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan
dengan sesekali melakukan demonstrasi di depan kelas. Guru mendominasi
kegiatan belajar mengajar di kelas sehingga siswa cenderung pasif, individual, dan
siswa

menjadi

kurang

berpartisipasi

secara

aktif

dalam

proses

dan

pengkonstruksian pengetahuan dalam dirinya. Siswa lebih banyak mendengar,
menulis ulang yang disampaikan oleh guru dan mengerjakan soal latihan

4

berdasarkan contoh soal yang ada, sehingga kurangnya kesempatan siswa untuk
memiliki pengalaman belajar yang nyata dan aktif.
Penggunaan media pembelajaran juga masih kurang dilakukan oleh guru
dalam pembelajaran sehingga siswa cenderung mempelajari hal-hal yang bersifat
abstrak dan menghapal konsep-konsep yang ada tanpa menguasai konsep tersebut
sehingga siswa tidak mampu menyelesaikan permasalahan dalam fisika yang
berdampak pada hasil belajar fisika siswa yang rendah yaitu pada nilai ulangan
harian dan ulangan semester yang belum memenuhi nilai kriteria ketuntasan
minimum (KKM) yaitu 75.
Hasil wawancara dengan salah satu guru di SMA Negeri 1 Sibolga
mengatakan bahwa dalam proses pembelajaran jarang dilakukan kegiatan
praktikum sehingga mengakibatkan keterampilan proses siswa menjadi pasif dan
kurang terbentuk, dimana siswa hanya mengikuti apa yang dicontohkan guru dan
kreativitas yang ada dalam diri siswa juga terhambat atau dengan kata lain siswa
memiliki kemampuan berpikir kreatif yang rendah. Sund (Malau, 2013 : 69)
berpendapat bahwa siswa dengan kreativitas rendah memiliki ciri-ciri antara lain,
1) tidak memiliki hasrat keingintahuan yang tinggi, 2) bersikap tertutup terhadap
pengalaman baru, 3) tidak memiliki keinginan untuk menemukan dan meneliti, 4)
tidak memiliki gairah dedikasi serta tidak aktif dalam menyelesaikan tugas, dan 5)
tidak mampu menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi
jawaban singkat. Tingkat kemampuan berpikir kreatif yang rendah inilah yang
membuat pembelajaran fisika, yang membutuhkan keterlibatan siswa dalam

5

berbagai kegiatan inquiry, menjadi sangat sulit bagi siswa. Hingga pada akhirnya
menjadi alasan siswa untuk tidak menyukai mata pelajaran fisika.
Berpikir kreatif atau berpikir divergen merupakan suatu kemampuan
yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), orisinalitas dalam
berpikir dan kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya,
memperinci) suatu gagasan. Berpikir kreatif berkaitan erat dengan proses
penyelidikan, yaitu dalam mengajukan pertanyaan dan hipotesis, dalam
mengembangkan strategi penyelesaian. Siswa harus luwes mempertimbangkan
alternatif strategi penyelesaian, serta harus memperinci dan merumuskan
kebutuhan dalam mencari informasi. Jadi, semua proses berpikir yaitu kelancaran,
keluwesan (fleksibilitas), orisinalitas, dan pemerincian (elaborasi) termasuk dalam
proses penyelesaian masalah melalui inquiry (Munandar, 1992 : 84).
Sejalan dengan pendapat di atas, Semiawan (2010 : 136) mengemukakan
bahwa berpikir kreatif diperlukan untuk menetapkan dan memperoleh sumber
pengatasan masalah. Berpikir kreatif akan menjadikan siswa menjelajahi,
mengimajinasikan dan menemukan. Berpikir kreatif melibatkan implementasi,
menggunakan, menerapkan, dan menemukan konsep permasalahan. Penelitian
terdahulu yang relevan dengan berpikir kreatif oleh Ngatiqoh (2012 : 24-27) yang
menunjukkan adanya pengaruh motivasi berprestasi dan kreativitas berpikir
terhadap prestasi belajar IPA (Fisika).
Untuk mengatasi masalah yang terungkap di atas maka perlu dibentuk
suasana belajar yang menarik bagi siswa dan melibatkan siswa secara aktif dalam

6

pembelajaran sehingga siswa tidak merasa bosan dan jenuh saat belajar dan siswa
memiliki kreativitas yang tinggi dalam pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif
adalah model pembelajaran inquiry training. Menurut Joyce (2009 : 201) model
pembelajaran inquiry training dirancang untuk membawa siswa secara langsung
ke dalam proses ilmiah melalui latihan-latihan yang dapat memadatkan proses
ilmiah tersebut ke dalam periode waktu yang singkat. Tujuannya adalah
membantu siswa mengembangkan disiplin dan mengembangkan keterampilan
intelektual yang diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan menemukan
jawabannya berdasarkan rasa ingin tahu siswa. Melalui model pembelajaran
inquiry training siswa diharapkan aktif mengajukan pertanyaan mengapa sesuatu
terjadi kemudian mencari dan mengumpulkan serta memperoses data secara logis
untuk selanjutnya mengembangkan strategi intelektual yang dapat digunakan
untuk dapat menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut. Model pembelajaran
inquiry

training

dimulai

dengan

menyajikan

kejadian

yang

sangat

membingungkan (puzzling event) pada siswa. Siswa yang menghadapi situasi
tersebut secara alamiah akan termotivasi untuk menyelesaikannya.
Beberapa penelitian terdahulu menyatakan bahwa model pembelajaran
inquiry training secara signifikan lebih efektif dapat meningkatkan hasil belajar
siswa dibandingkan pembelajaran konvensional (Trisno dkk, 2013 : 14-20 ;
Damanik, 2013 : 16-25 ; Pandey et al., 2011 : 7-20 ; Hussain et al., 2011 : 269276). Disamping dapat meningkatkan hasil belajar siswa, model inquiry juga
secara efektif dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa (Ergul et al.,

7

2011 : 48-67). Azizah (2012 : 1-11) juga mengungkapkan bahwa model inquiry
training dapat diterapkan untuk mengembangkan keterampilan meneliti
mahasiswa.
Model pembelajaran inquiry training apabila diterapkan dengan benar
dalam pembelajaran akan memiliki dampak instruksional dan dampak pengiring
(Joyce & Weil, 2003 : 205). Adapun dampak instruksional dari model
pembelajaran inquiry training antara lain adalah keterampilan proses sains.
Keterampilan proses sains adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan
kemampuan-kemampuan

yang

mendasar

yang

dimiliki,

dikuasai

dan

diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan berhasil
menemukan sesuatu yang baru. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang
menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan menerapkan
pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses sains (Subagyo dkk, 2009 :
42-46 ; Rahayu dkk, 2011 : 106-110). Pengembangan keterampilan proses sains
akan membantu siswa dalam menemukan dan mengembangkan sikap dan nilai
yang dituntut. Keterampilan proses sains meliputi 1) melakukan pengamatan
(observasi), 2) inferensi, 3) mengajukan pertanyaan, 4) menafsirkan hasil
pengamatan (interpretasi), 5) mengelompokkan (klasifikasi), 6) meramalkan
(prediksi), 7) berkomunikasi, 8) membuat hipotesis, 9) merencanakan percobaan
atau penyelidikan, 10) menerapkan konsep atau prinsip dan 11) keterampilan
menyimpulkan (Sani, 2012 : 25).

8

Penerapan model pembelajaran inquiry training dapat dibantu dengan
menggunakan media pembelajaran seperti video tutorial, animasi flash maupun
yang lainnya sehingga mampu mempermudah guru dalam menyampaikan
informasi kepada siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Arsyad (2008 : 8) yaitu
agar proses belajar mengajar dapat berhasil dengan baik, siswa sebaiknya diajak
untuk memanfaatkan semua alat inderanya. Guru berupaya untuk menampilkan
rangsangan (stimulus) yang dapat diperoleh dengan berbagai indera. Semakin
banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi
semakin

besar

kemungkinan

informasi

tersebut

dimengerti

dan

dapat

dipertahankan dalam ingatan, dengan demikian siswa diharapkan akan dapat
menerima dan menyerap dengan mudah dan baik pesan-pesan dalam materi yang
disajikan. Pemanfaatan teknologi ini mendorong siswa untuk menggunakan indera
pandang dan dengar dalam belajar sehingga proses belajar mengajar menjadi
inovatif dan tidak membosankan bagi siswa. Peneliti pun tertarik untuk
melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran inquiry
training menggunakan macromedia flash untuk membantu siswa dalam
meningkatkan

keterampilan

proses

sains

siswa.

Hasil

penelitian

yang

memanfaatan media pembelajaran antara lain dilakukan oleh Wahyudin dkk (2010
: 58-62) yang menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan
macromedia flash dapat meningkatkan minat dan pemahaman siswa dalam
pembelajaran fisika. Macromedia flash memiliki fitur yang menyediakan
keperluan untuk membuat animasi dan menyajikan animasi yang dinamis dan
komunikatif sehingga mempermudah pemahaman siswa mempelajari konsep dari

9

suatu pokok bahasan materi. Macromedia flash dapat meningkatkan daya tarik
dan kreativitas siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul “Efek Model Pembelajaran Inquiry Training Menggunakan
Macromedia

Flash

dan

Kemampuan

Berpikir

Kreatif

Terhadap

Keterampilan Proses Sains Siswa”.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka masalah
penelitian ini diidentifikasi sebagai berikut :
1.

Guru masih cenderung mengajar menggunakan model pembelajaran
konvensional dengan metode ceramah, tanya jawab, penugasan, dan
jarang melakukan demonstrasi.

2.

Guru mendominasi kegiatan belajar mengajar di kelas sehingga siswa
cenderung pasif, individual, dan kurang aktif dalam pembelajaran.

3.

Penggunaan media pembelajaran kurang dilakukan oleh guru sehingga
siswa cenderung mempelajari hal-hal bersifat abstrak dan menghapal
konsep-konsep.

4.

Rendahnya hasil belajar fisika siswa (tidak memenuhi KKM).

5.

Kegiatan

praktikum

jarang

dilakukan

sehingga

mengakibatkan

keterampilan proses siswa menjadi pasif.
6.

Siswa tidak terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran sehingga
kemampuan berpikir kreatif siswa menjadi terhambat atau kurang
terlihat.

10

1.3 Batasan Masalah
Mengingat keterbatasan peneliti, maka perlu dibuat batasan penelitian
agar penelitian ini dapat lebih fokus dan terarah. Adapun batasan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1.

Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran inquiry training menggunakan macromedia flash pada
kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas
kontrol.

2.

Hasil belajar siswa adalah keterampilan proses sains

3.

Kemampuan berpikir kreatif dalam penelitian ini mengelompokkan siswa
menjadi kelompok siswa dengan kemampuan berpikir kreatif tinggi dan
kemampuan berpikir kreatif rendah.

1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1.

Apakah keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran inquiry training menggunakan macromedia flash lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran
konvensional?

2.

Apakah keterampilan proses sains pada kelompok siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kreatif tinggi lebih baik dibandingkan dengan
kelompok siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah?

11

3.

Apakah ada interaksi antara model pembelajaran inquiry training
menggunakan macromedia flash dan kemampuan berpikir kreatif dalam
meningkatkan keterampilan proses sains siswa?

1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, adapun tujuan penelitian ini
dilakukan untuk :
1.

Menganalisis keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan
model pembelajaran inquiry training menggunakan macromedia flash
lebih baik dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran konvensional.

2.

Menganalisis keterampilan proses sains pada siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kreatif tinggi lebih baik dibandingkan dengan siswa
yang memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah.

3.

Menganalisis interaksi antara model pembelajaran inquiry training
menggunakan macromedia flash dan kemampuan berpikir kreatif dalam
meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

1.6 Manfaat Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
1.

Guru, dapat memperbaiki kualitas pembelajaran guna meningkatkan
keterampilan proses sains yang juga akan meningkatkan hasil belajar
fisika siswa.

12

2.

Siswa, dapat meningkatkan keterampilan proses sains yang berdampak
pada peningkatan hasil belajar fisika melalui kegiatan pembelajaran
dengan model pembelajaran inquiry training menggunakan macromedia
flash.

3.

Sekolah, dapat memberikan sumbangan dalam hal peningkatan mutu
pendidikan, khususnya pada mata pelajaran fisika.

1.7 Defenisi Operasional
Untuk memperjelas variabel-variabel dalam penelitian ini sehingga tidak
menimbulkan perbedaan penafsiran terhadap rumusan masalah dalam penelitian,
maka dibuat suatu defenisi operasional berikut ini :
1.

Model pembelajaran inquiry training adalah model pembelajaran yang
melatih siswa dalam meneliti, menjelaskan fenomena dan memecahkan
masalah dengan mengikuti prosedur ilmiah. Sintaks model pembelajaran
inquiry training adalah : (1) menghadapkan pada masalah, (2)
pengumpulan data verifikasi, (3) pengumpulan data percobaan, (4)
mengolah, merumuskan, dan penjelasan, (5) menganalisis proses
penelitian. Model pembelajaran ini dibantu dengan menggunakan
macromedia flash.

2.

Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan seseorang untuk
melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata,
dalam ciri-ciri aptitude dan non-aptitude. Ciri-ciri aptitude (kognitif)
meliputi kelancaran, keluwesan, berpikir orisinal, memperinci, dan
menilai. Ciri-ciri non-aptitude (afektif) meliputi rasa ingin tahu, bersifat

13

imajinatif, tertantang oleh kemajemukan, berani mengambil resiko, dan
menghargai.
3.

Keterampilan proses sains adalah keterampilan fisik dan mental terkait
dengan kemampuan-kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai
dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan
berhasil menemukan sesuatu yang baru. Indikator keterampilan proses
sains meliputi kegiatan mengobservasi, mengumpulkan dan mengolah
data,

mengidentifikasi

dan

mengontrol

variabel,

membuat

dan

merumuskan hipotesis, merumuskan penjelasan, dan menggambarkan
kesimpulan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1.

Model pembelajaran Inquiry Training menggunakan macromedia flash
lebih baik dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa daripada
pembelajaran konvensional. Rata-rata keterampilan proses sains siswa pada
kelas eksperimen sebesar 72,67 sedangkan pada kelas kontrol sebesar 65,78.
Persentase peningkatan keterampilan proses sains siswa pada kelas
eksperimen sebesar 37% sedangkan pada kelas kontrol sebesar 20%.

2.

Keterampilan proses sains pada kelompok siswa yang memiliki kemampuan
berpikir kreatif tinggi lebih baik dari kelompok siswa yang memiliki tingkat
kemampuan berpikir kreatif rendah. Rata-rata keterampilan proses sains
kelompok siswa pada tingkat kemampuan berpikir kreatif tinggi sebesar
71,86 sedangkan rata-rata keterampilan proses sains kelompok siswa pada
tingkat kemampuan berpikir kreatif rendah sebesar 69,22.

3.

Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan berpikir
kreatif dalam mempengaruhi keterampilan proses sains siswa. Model
pembelajaran Inquiry Training menggunakan macromedia flash lebih baik
diterapkan pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi.

112

113

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, sesuai dengan hasil
penelitian yang diperoleh, maka peneliti memberikan saran :
1.

Untuk peneliti selanjutnya diharapkan terlebih dahulu meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa agar keterampilan proses sains siswa juga
meningkat dengan model pembelajaran inquiry training menggunakan
macromedia flash. Hal ini akan memudahkan siswa dalam melaksanakan
pembelajaran melalui serangkaian percobaan sehingga siswa lebih
memahami materi yang diajarkan.

2.

Dalam penerapan model pembelajaran inquiry training menggunakan
macromedia flash siswa masih kesulitan untuk mengemukakan pertanyaan
yang bisa dijawab “ya” dan “tidak”, sebaiknya peneliti lanjutan terlebih
dahulu memotivasi siswa atau memberikan contoh-contoh pertanyaan yang
bisa dijawab “ya” dan “tidak”.

3.

Untuk peneliti selanjutnya apabila ingin menggunakan model pembelajaran
inquiry training sebaiknya pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir
kreatif tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Arends. R.I. 2012. Learning to Teach, Ninth Edition. Americas, New York :
McGraw-Hill Companies, Inc
Arikunto, S. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta : Bumi
Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta.
Arsyad, A. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Azizah, A. & Parmin. 2012. Inquiry Training untuk Mengembangkan
Keterampilan Meneliti Mahasiswa. Unnes Science Educational Journal
ESEJ, 1(1) : 1-11
Damanik, D.P. & Bukit, N. 2013. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap
Ilmiah Pada Pembelajaran Fisika Menggunakan Model Pembelajaran
Inquiry Training (IT) dan Direct Instruction (DI). Jurnal Online
Pendidikan Fisika, 2(1) : 16-25
Deta, U.A., Suparmi & Widha, S. 2013. Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing dan
Proyek, Kreativitas, Serta Keterampilan Proses Sains Terhadap Prestasi
Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika 9 : 28-34
Dimyati & Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka
Cipta.
Djamarah, S.B. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Djamarah, S.B. & Zain, A. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Djiwandono, S.E.W. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Gramedia Widiasarana
Indonesia
Ergul, R.,Simsekli, Y., Calis, S., Ozdilek, Z., Gocmencelebi, S., Sanli, M. 2011.
The Effect of Inquiry-Based Science Teaching on Elementary School
Students’ Science Process Skills and Science Attitudes. Bulgarian
Journal of Science and Education Policy (BJSEP), 5(1) : 48-67

114

115

Fatmi, N. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan
Kreativitas Terhadap Keterampilan Proses Sains Pada Siswa SMAN 1
Julok Aceh Timur. Tesis Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana
UNIMED Medan.
Hamalik, O. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hayati. 2013. Efek Model Pembelajaran Inquiry Training berbasis Multimedia
dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gerak
Parabola di SMA Negeri 1 Sunggal. Tesis Program Studi Pendidikan
Fisika Pascasarjana UNIMED Medan.
Hergenhahn, B.R. & Olson, M. 2008. Theories of Learning. Jakarta : Kencana
Prenada Media Group.
Hussain, A., Azeem, M. & Shakoor, A. 2011. Physics Teaching Methods :
Scientific Inquiry Vs Traditional Lecture. International Journal of
Humanities and Social Science, 1(19) : 269-276
Joyce, B. & Weil, M. 2003. Models Of Teaching (5th Ed). New Delhi: Privite
Limited.
Joyce, B., Weil, M. & Calhoun, E. 2009. Models Of Teaching (Model-Model
Pengajaran Edisi Kedelapan). Terjemahan oleh Achmad Fawaid dan
Ateilla Mirza. 2009. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kalman, C.S. 2008. Successful Science and Engineering Teaching : Theoretical
and Learning Perspective. Canada : Springer
Kumari, U.N. & Rao, D.B. 2008. Sciences Process Skills of School Students. New
Delhi : Discovery Publishing House PVT. LTD.
Kusuma, S.P. 2014. Pengaruh Motode Pembelajaran dan Berpikir Kreatif
Terhadap Hasil Belajar Sejarah Siswa SMA. Jurnal Pendidikan Sejarah.
Vol 3 No. 2.
Mainisa. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri dan Kreativitas Terhadap
Keterampilan Generik Sains Siswa Di SMA Negeri 1 Peukan Pidie. Tesis
tidak diterbitkan. Medan : Program Pascasarjana Universitas Negeri
Medan
Munandar, U. 1992. Mengembangkan Bakat Dan Kreativitas Anak Sekolah
Petunjuk Bagi Para Guru Dan Orang Tua. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia.

116

Munandar, U. 2012. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka
Cipta.
Ngatiqoh, S, Sriyono, & Ngazizah, N. Pengaruh Motivasi Berprestasi dan
Kreativitas Berpikir terhadap Prestasi Belajar IPA (Fisika) Kelas VIII
SMP Negeri se-Kabupaten Purworejo Tahun Pelajaran 2011/2012,
1(1) : 24-27
Pandey, A., Nanda, G.K., & Ranjan V. 2011. Effectiveness of Inquiry Training
Model over Conventional Teaching Method on Academic Achievement
of Science Students in India. Journal of Innovative Research in
Education, 1(1) : 7-20
Purwanto, M.N. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rahayu, E., Susanto, H. & Yulianti, D. 2011. Pembelajaran Sains dengan
Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia
7 : 106-110
Ramadhani, I. 2015. Efek Model Pembelajaran Berbasis Proyek dengan Strategi
Think Talk Write dan Kreativitas Ilmiah terhadap Kemampuan Berpikir
Tingkat Tinggi Fisika Siswa SMA. Medan : Pascasarjana Universitas
Negeri Medan.
Sakdiah, H. 2014. Efek Model Pembelajaran Inquiry Training berbantuan
Handout dan Sikap Ilmiah Terhadap Pengetahuan Siswa berbasis
Keterampilan Proses Sains. Tesis Program Studi Pendidikan Fisika
Pascasarjana UNIMED Medan.
Sani, R.A. 2012. Pengembangan Laboratorium Fisika. Medan : Unimed Press
Sani, R.A. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta : PT Bumi Aksara
Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Semiawan, C.R. 1987. Memupuk Bakat Dan Kreativitas Siswa Sekolah
Menengah. Jakarta: Gramedia.
Semiawan, C.R. 2010. Kreativitas Keberbakatan. Jakarta : PT Indeks
Setyawan, L.H. 2011. Pembelajaran Fisika dengan Media Peta Konsep dan
Modul Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Kreativitas Siswa. Tesis.
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

117

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta : Rineka
Cipta.
Subagyo, Y., Wiyanto & Marwoto, P. 2009. Pembelajaran dengan Pendekatan
Keterampilan Proses Sains untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep
Suhu dan Pemuaian. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5 : 42-46
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito
Tanjung, Y. 2014. Efek Model Pembelajaran Inquiry Training Berbasis Just In
Time Teaching dan Sikap Ilmiah Terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Fisika Mahasiswa. Tesis tidak diterbitkan. Medan : Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta:
Kencana.
Trisno, Kendek, Y. & Pasaribu, M. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Training
Inquiry Terhadap Hasil Belajar Pada Pokok Bahasan Kalor Siswa SMP
Negeri 9 Palu. Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT), 2(1) : 14-20
Wahyudin, Sutikno & Isa, A. 2010. Keefektifan Pembelajaran Berbantuan
Multimedia Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing untuk
Meningkatkan Minat dan Pemahaman Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika
Indonesia 6 : 58-62
Widyasari, L.A., Sarwanto, Prayitno, B.A. 2013. Pembelajaran Biologi
Menggunakan Model Accelerated Learning Melalui Concept Mapping
dan Mind Mapping Ditinjau Dari Krreativitas dan Kemampuan Verbal
Siswa. 2(3) : 247-254
Winkel. 2009. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta : Media Abadi