EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING MENGGUNAKAN MEDIA PHET DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA.

(1)

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING

MENGGUNAKAN MEDIA PhET DAN KEMAMPUAN

BERPIKIR LOGIS TERHADAP KETERAMPILAN

PROSES SAINS SISWA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

MUTI’AH

NIM: 8146176011

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

i ABSTRAK

MUTI’AH. Efek Model Pembelajaran Inquiry Training Menggunakan Media PhET dan Kemampuan Berpikir Logis Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: Keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran inquiry training dengan menggunakan media PhET lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional, keterampilan proses sains siswa yang memiliki kemampuan berpikir logis di atas rata-rata lebih baik dari siswa yang memiliki kemampuan berpikir logis dibawah rata-rata, dan ada interaksi antara model pembelajaran inquiry training menggunakan media PhET dengan kemampuan berpikir logis siswa dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Penelitian yang dilakukan secara kuasi eksperimen ini menggunakan siswa MTsN 1 Padangsidimpuan sebagai populasi dan memilih sampel kelas VIII-8 dan VIII-9 secara cluster random sampling. Instrument yang digunakan adalah tes essay untuk keterampilan proses sains serta tes pilihan berganda untuk tes kemampuan berpikir logis. Data yang dihasilkan dianalisis dengan menggunakan ANAVA dua jalur. Hasil penelitian menunjukan bahwa: Keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran inquiry training dengan menggunakan media PhET lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional, Keterampilan proses sains siswa yang memiliki kemampuan berpikir logis di atas rata-rata lebih baik dari siswa yang memiliki kemampuan berpikir logis dibawah rata-rata dan Ada interaksi antara model pembelajaran inquiry training menggunakan media PhET dengan kemampuan berpikir logis siswa dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

Kata Kunci: inquiry training, media PhET, kemampuan berpikir logis, dan keterampilan proses sains


(6)

ABSTRACT

MUTI’AH. The Effect Model Inquiry Training using PhET media and Logical Thinking Ability To Student’s Science Process Skill . Postgraduate School of the State University of Medan, 2016.

The aim of the research is to analyz: student’s science process skill using inquiry training learning model using PhET media is better than konvensional learning,, student’s science process skill who have logical thinking ability above average are better than under average, and The interaction between inquiry training learning model using PhET media and logical thinking ability to increase student’s science process skill. The experiment was conducted in MTsN 1 Padangsidimpuan as population and class VIII-8 and VIII-9 were chosen as sample through cluster random sampling. Science process skill used essay test and logical thinking used multiple choice as instrument. Result of the data was analyzed by using two ways ANAVA. Result show that: student’s science process skill using inquiry training learning model using PhET media is better than konvensional learning, student’s science process skill who have logical thinking ability above average are better than under average, and The interaction between inquiry training learning model using PhET media and logical thinking ability to increase student’s science process skill.

Key words: inquiry training, media PhET, logical thinking ability and skill of science process


(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah swt, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Efek Model Pembelajaran Inquiry Training Menggunakan Media PhET dan Kemampuan Berpikir Logis Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Alhamdulillah dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menentukan judul, penyusunan proposal hingga menjadi sebuah tesis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan tesis ini, yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku Direktur Program Pascasarjana UNIMED;

2. Bapak Prof. Dr. H. Sahyar, M.S., M.M selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED sekaligus Narasumber I dan Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED juga sekaligus narasumber II, karena ditengah-tengah kesibukannya telah memberikan saran, masukan,


(8)

serta arahan yang kritis, baik selama kegiatan perkuliahan, maupun dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan tesis ini;

. Bapak Prof. Dr. Mara Bangun Harahap, M.S selaku dosen pembimbing I tesis yang telah mendampingi, membimbing, serta memotivasi penulis dalam sejak awal hingga selesainya tesis ini dengan baik sesuai yang diharapkan;

. Ibu Dr. Derlina, M.Si selaku dosen pembimbing II tesis yang telah mendampingi, membimbing, serta memotivasi penulis dalam sejak awal hingga selesainya tesis ini dengan baik sesuai yang diharapkan;

. Ibu Dr. Betty Turnip, M.Pd sebagai narasumber III dalam penyusunan tesis ini yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun demi penyempurnaan tesis ini;

. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Fisika PPs Unimed yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan berlangsung;

. Kepala Sekolah dan Staf Guru di MTsN 1 Padangsidimpuan yang telah memberikan waktu, kesempatan dan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian;

. Teristimewa penulis ucapkan pada Ayahanda Drs. H. Jamil Tanjung dan Ibunda Hj. Simariyam,S.PdI yang telah secara terus menerus memberikan motivasi, doa, serta kasih sayang yang tak pernah henti kepada penulis dalam menyelesaikan studi di Unimed hingga selesainya tesis ini;

. Terima kasih buat Nikmah Junita Tanjung, SST dan Handri Mirtha Ritonga, Nurhamidah, S.Pd, Marito Juliyanti, dan Rahmat Huda Nasution


(9)

v

yang telah memberikan motivasi kepada penulis untuk dapat menyelesaikan studi di Unimed ini.

10. Kepada adinda-adinda tersayang, Syahruddin Aritonang dan Masdalifah semoga kalian bisa lebih baik dari kakak. Spesial buat sahabat yang membantu penulis, menyampaikan terima kasih kepada sahabat-sahabat terbaikku Akbar Ajie Nasution, S.Pd, Nurjamilah Pane, M.Pd, Dara Fitrah M.Pd, Rika Yulia, M.Pd, dan Eni Sumanti, M.Pd yang telah memberikan motivasi dan saran-saran kepada penulis.

11. Teman-teman seperjuangan Prodi Magister Pendidikan Fisika yang juga telah memberikan semangat, motivasi, ruang, serta waktu kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih belum sempurna, oleh karena itu masukan dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi penelitian selanjutnya serta bermanfaat dalam menambah pengetahuan dunia pendidikan.

Medan, Maret 201 Penulis

Muti’ah


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 8

1.3 Batasan Masalah ... 9

1.4 Rumusan Masalah ... 9

1.5 Tujuan Penelitian ... 10

1.6 Manfaat Penelitian ... 10

1.7 Defenisi Operasional ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis ... 12

2.1.1. Hakikat Model Pembelajaran Inquiry Training ... 12

2.1.2. Teori Belajar yang Mendukung Model Pembelajaran Inquiry Training ... 22

2.1.3 Pembelajaran Konvensional ... 25

2.1.4 Media PhET ... 28

2.1.5 Kemampuan Berpikir Logis ... 30

2.1.6 Keterampilan Proses Sains ... 34

2.1.7 Hasil Penelitian Yang Relevan ... 39

2.2. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 43

2.2.1. Kerangka konseptual ... 43

2.2.1.1.Keterampilan Proses Sains Siswa dengan Model Pembelajaran Inquiry Training Menggunakan PhET lebih baik dari Pembelajaran Konvensional ... 43

2.2.1.2.Keterampilan Proses Sains Siswa yang Memiliki Kemampuan Berpikir Logis di atas Rata-rata Lebih Baik dari Siswa yang Memiliki Kemampuan Berpikir Logis di Bawah Rata-rata ... 45

2.2.1.3.Interaksi Antara Model Pembelajaran Inquiry Training Menggunakan Media PhET dan Kemampuan Berpikir Logis Terhadap Keterampilan Proses Sains ... 47


(11)

vii

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan aktu Penelitian ... 49

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 49

3.2.1 Populasi Penelitian ... 49

3.2.2 Sampel Penelitian ... 49

3.3 ariabel Penelitian ... 49

3.4 Jenis dan Desain Penelitian ... 50

3.5 Prosedur Penelitian ... 52

3.6 Instrumen Penelitian ... 54

3.6.1 Tes Kemampuan Berpikir Logis ... 55

3.6.2 Tes Keterampilan Proses Sains ... 55

3.7 aliditas ... 56

3.7.1 aliditas Isi ... 56

3.7.2 aliditas Butir Soal ... 56

3.7.2.1 Tingkat Kesukaran Tes ... 59

3.7.2.2 Reabilitas Tes ... 60

3.7.2.3 Daya Pembeda Soal ... 61

3.8 Teknik Analisis Data... 62

3.8.1 Menghitung Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku ... 62

3.8.2 ji Normalitas Data ... 63

3.8.3 ji Homogenitas ... 64

3.8.4 Pengujian Hipotesis ... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 4.1 Hasil Penelitian ... 69

4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian ... 69

4.1.1.1 Pretes Keterampilan Proses Sains ... 69

4.1.1.2 ji Homogenitas ... 71

4.1.1.3 ji Kesamaan Rata-rata Keterampilan Proses Sains .. 72

4.1.2 Kemampuan Berpikir Logis ... 73

4.1.3 Perlakuan dalam Pelaksanaan Penelitian ... 74

4.1.4 Postes Keterampilan Proses Sains ... 78

4.1.5. Analisis Statistika Data Hasil Penelitian Postes ... 80

4.1.5.1 Deskripsi Data Postes... 80

4.1.5.2 Analisis Butir Soal Keterampilan Proses Sains Pada Kelas Eksperimen Dan Kontrol ... 81

4.1.5.3 Analisis Data Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Tingkat Kemampuan Berpikir Logis Pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 83

4.1.6. Analisis Data Pretes Dan Postes ... 85

4.1.6.1 Analisis Data Pretes Dan Postes Pada Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 85

4.1.6.2 Analisis Data Kelompok Siswa yang Memiliki Kemampuan Berpikir Logis di Atas Dan di Bawah Rata – Rata ... 86


(12)

4.2 Pembahasan ... 98

4.2.1 Keterampilan Proses Sains Siswa dengan Model Pembelajaran Inquiry Training menggunakan media PhET Lebih Baik Pembelajaran Konvensional ... 98

4.2.2 Keterampilan Proses Sains Siswa Yang Memiliki Kemampuan Berpikir Logis Diatas Rata-Rata Lebih Baik dari Siswa yang Memiliki Kemampuan Berpikir Logis Dibawah Rata-Rata ... 101

4.2.3 Interaksi Antara Model Pembelajaran Inquiry Training Menggunakan Media PheT dengan Kemampuan Berpikir Logis terhadap Keterampilan Proses Sains ... 104

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 107

5.1 Kesimpulan ... 107

5.2 Saran ... 107


(13)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Sintaks Model Pembelajaran Inquiry Training ... 16

Tabel 2.2. Kegiatan Siswa dan Guru Model Pembelajaran Inquiry Training .. 20

Tabel 2.4. Indikator-indikator Keterampilan Proses Sains ... 38

Tabel 2.5. Jurnal Penelitian Terdahulu ... 40

Tabel 3.1. Pretest-postest Control Group Design ... 50

Tabel 3.2. Design Penelitian ANAVA ... 51

Tabel 3.3. Kisi-kisi Tes Instrumen Kemampuan Berpikir Logis ... 55

Tabel 3.4. Kisi-kisi Tes Instrumen Keterampilan Proses Sains ... 56

Tabel 3.5 Kesimpulan Pengujian Validitas Ramalan Instrumen Penelitian .... 58

Tabel 4.1. Data Pretes Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 59

Table 4.2 Uji Normalitas Data Pretes ... 71

Tabel 4.3 Uji Homogenitas Data Pretes ... 71

Tabel 4.4. Uji Kesamaan Kemampuan Awal Pretes Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 72

Tabel 4.5. Data Kelas Kontrol dan Kelas Eksprimen ... 73

Tabel 4.6 Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Tingkat Kemampuan Berpikir Logis ... 74

Tabel 4.7 Data Postes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 78

Tabel 4.8. Uji Normalitas Postes ... 80

Tabel 4.9. Nilai Rata – Rata Jawaban Siswa Tiap Butir Soal Pada Kelas Eksperimen Dan Kontrol Tiap Butir Soal ... 81

Tabel 4.10 Data Postes Keterampilan Proses Sains Pada Kemampuan Berpikir Logis Diatas Dan Dibawah Rata – Rata pada Kelas Kontrol ... 83

Tabel 4.11 Data Postes Keterampilan Proses sains Pada Kemampuan Berpikir Logis Di Atas Dan Di Bawah Rata – Rata pada Kelas Eksperimen… 84 Tabel 4.12 Jumlah Siswa Kemampuan Berpikir logis di atas rata-rata dan di bawah rata-rata Model Pembelajaran konvensional (Kontrol) dan Model Pembelajaran Inquiry Training menggunakan Media PheT (Eksperimen) ... 88

Tabel 4.13. Statistik ANAVA ... 88

Tabel 4.14. Penelitian ANAVA ... 90

Tabel 4.15. Uji Levene ... 90

Tabel 4.16. Output perhitungan ANAVA Dua Jalur ... 90


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Efek Model Pembelajaran Inquiry Training... 21

Gambar 3.1. Bagan Alur Pelaksanaan Penelitian ... 54

Gambar 4.1. Grafik data Pretes pada Kelas Kontrol ... 70

Gambar 4.2. Grafik data Pretes pada Kelas Eksperimen ... 70

Gambar 4.3. Hasil data Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa ... 76

Gambar 4.4. Nilai Rata-rata Uji Lembar Kerja Siswa ... 77

Gambar 4.5. Grafik data Postes pada kelas Kontrol... 79

Gambar 4.6. Grafik data Postes pada kelas Eksperimen ... 79

Gambar 4.7. Hubungan data keterampilan proses sains berdasarkan tingkat kemampuan berpikir logis ... 88

Gambar 4.8. Diagram pretes postes kelas eksperimen dan kontrol... 86

Gambar 4.9. Diagram kelompok siswa dengan kemampuan berpikir logis di atas rata – rata dan kelompok siswa dengan kemampuan berpikir logis di bawah rata – rata... 87

Gambar 4.10 Interaksi Model Pembelajaran Konvensional dan Inquiry Training Pada Kemampuan Berpikir Logis di bawah rata rata dan di atas rata-rata ... 94


(15)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 113

Lampiran 2 Bahan Ajar Pertemuan I ... 125

Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa Pertemuan I ... 135

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 137

Lampiran 5 Bahan Ajar Pertemuan II ... 149

Lampiran 6 Lembar Kerja Siswa Pertemuan II ... 155

Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 158

Lampiran 8 Bahan Ajar Pertemuan III ... 171

Lampiran 9 Lembar Kerja Siswa Pertemuan III ... 179

Lampiran 10 Tes Kemampuan Berpikir Logis ... 179

Lampiran 11 Kisi-Kisi Instrumen Keterampilan Proses Sains ... 182

Lampiran 12 Deskriptor Keterampilan Proses Sains ... 189

Lampiran 13 Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains ... 198

Lampiran 14 Validitas ... 200

Lampiran 15 Reabilitas ... 201

Lampiran 16 Tingkat kesukaran ... 207

Lampiran 17 Daya beda ... 208

Lampiran 18 Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 210

Lampiran 19 Data Hasil Pretest Keterampilan Proses Sains Pada Kelas Kontrol 213 Lampiran 20 Data Hasil Postest Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Kelas Kontrol ... 215

Lampiran 21 Data Hasil Pretest Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas Eksperimen ... 219

Lampiran 22 Data hasil Postest Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen 221

Lampiran 23 Data Hasil Kemampuan Berpikir Logis Kelas Kontrol 223

Lampiran 24 Data Hasil Test Kemampuan Berpikir Logis Kelas Eksperimen 225

Lampiran 25 Deskripsi Statistik Perhitungan Data Pretes Dan Postes 227


(16)

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Fisika sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan yang banyak mendasari perkembangan ilmu pengetahuan yang lain, memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Mundilarto (2013:250) Fisika termasuk ilmu dasar yang memiliki karakteristik mencakup bangun ilmu yang terdiri atas fakta, konsep, prinsip, hukum, postulat, dan teori serta metodologi keilmuan. Objek telaah fisika adalah berupa benda-benda dan peristiwa-peristiwa alam dengan menggunakan prosedur baku yang biasa disebut metode atau proses ilmiah. Karena itu pelajaran fisika mengajarkan berbagai pengetahuan yang dapat mengembangkan daya nalar, analisa sehingga hampir semua persoalan yang berkaitan dengan alam dapat dimengerti.

Salah satu standar kompetensi yang dikembangkan pada mata pelajaran fisika di SMP dan SMA adalah kemampuan melakukan kerja ilmiah. Kemampuan itu dapat dikembangkan melalui pengalaman langsung dengan melakukan penyelidikan atau percobaan sains. Penyelidikan atau percobaan dapat melatih siswa untuk memperoleh keterampilan proses sains. Mata pelajaran Fisika di SMP dikembangkan dengan tujuan untuk mengembangkan observasi dan eksperimentasi. Hal ini didasari oleh tujuan pembelajaran sains, yakni mengamati, memahami dan memanfaatkan gejala-gejala alam yang melibatkan materi (zat) dan energi. Kemampuan observasi dan eksperimentasi ini lebih ditekankan pada melatih kemampuan berpikir eksperimental yang mencakup tata laksana


(18)

2 percobaan dengan mengenal peralatan yang digunakan dalam pengukuran baik di laboratorium maupun di luar laboratorium. Mata pelajaran fisika yang disampaikan melalui proses penyelidikan ilmiah, dapat melatih dan mengembangkan keterampilan proses sains siswa. Keterampilan proses merupakan pendekatan proses dalam pengajaran ilmu pengetahuan alam didasarkan atas pengamatan terhadap apa yang dilakukan oleh seorang ilmuwan. Hal inilah yang menjadi karakteristik dari pelajaran fisika. Proses penemuan konsep yang melibatkan keterampilan proses sains.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di MTsN 1 Padangsidimpuan dari hasil wawancara dengan guru yang mengajar siswa, khususnya MTsN 1 Padangsidimpuan rendahnya hasil belajar siswa dari perolehan nilai ulangan tahun terakhir. Nilai rata-rata 0 pada tahun pembelajaran 2014/2015. Jika dilihat dari nilai rata-rata yang diperoleh maka nilai ulangan yang dicapai masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 5. Hal ini menjadikan banyak siswa yang harus melakukan program remedial untuk meningkatkan nilainya. Sedangkan remedi tidak lain adalah termasuk kegiatan pengajaran yang hanya dilakukan ketika kesulitan dasar para siswa telah diketahui. Kegiatan remedi merupakan tindakan korektif yang diberikan kepada siswa setelah evaluasi dilakukan. Hasil tes ini setidaknya mencerminkan seberapa jauh daya serap siswa terhadap materi yang diterimanya.

Pembelajaran Fisika di MTsN 1 Padangsidimpuan belum memperhatikan aspek keterampilan proses sains siswa. Praktikum Fisika yang jarang dilakukan oleh guru yang mengakibatkan belum memperhatikan aspek-aspek keterampilan proses sains. Dampaknya dapat dilihat saat siswa melakukan praktikum, siswa


(19)

3 terlihat bingung dalam mengikuti langkah-langkah dalam LKS yang diberikan guru. Siswa yang kurang mampu mengamati fenomena yang terjadi saat praktikum, kurang mampu berkomunikasi dengan teman satu kelompok, kurang serius, tidak mampu membuat kesimpulan yang benar dan cenderung bertanya kepada guru setiap akan melakukan percobaan. Menunjukkan bahwa siswa masih belum memilki keterampilan proses sains yang baik.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan, pembelajaran yang digunakan oleh guru fisika selama ini cenderung menggunakan pembelajaran konvensional yakni ceramah. Hal ini disebabkan guru mengalami kesulitan dalam menyusun perangkat pembelajaran seperti alat peraga sederhana dan media lainnya serta kurangnya kemampuan menguasai tekhnologi. Pengajaran akan sulit untuk mengembangkan keterampilan proses sains. Siswa terbiasa belajar Fisika hanya dengan menghapal teori, hukum, postulat, dan rumus-rumus yang lebih menonjolkan bentuk persamaan matematika daripada konsep yang harus diterapkan. Akibatnya siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan Fisika.

Dengan metode ini siswa hanya memperoleh sejumlah informasi yang bersumber kepada guru saja. Informasi dan komunikasi yang terjadi satu arah ini menyebabkan siswa lebih banyak menunggu tanpa berbuat sesuatu untuk menemukan sendiri konsep-konsep Fisika. Guru lebih banyak berbuat, sementara siswa hanya menunggu informasi yang telah mereka peroleh dari sumber lain di lingkungannya yang erat hubungannya dengan materi yang sedang mereka pelajari. Kondisi seperti ini dapat mengakibatkan suasana belajar menjadi kurang interaktif dan menimbulkan sifat pasif pada siswa yang akhirnya dapat


(20)

4 mengakibatkan terhambatnya keterampilan proses sains siswa terhadap informasi yang datang padanya. Hal ini menjadi faktor yang menyebabkan rendahnya keterampilan proses sains siswa pada bidang studi Fisika.

Bertolak pada permasalahan diatas bahwa masalah utama yang dihadapi adalah penggunaan model pembelajaran yang kurang efektif dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Pemilihan strategi dan metode yang tepat dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa yang aktivitas pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang disajikan dengan cara mendorong keaktifan, mampu meningkatkan solidaritas, serta mengoptimalkan keterlibatan siswa adalah penggunaan model pembelajaran inquiry training. Pembelajaran dengan penemuan (Inquiry) menekankan kepada aktivitas peserta didik secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya, pembelajaran inquiry menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar (Hosnan, 2014:341).

Berdasarkan penelitian Indahwati, dkk (2012:25 ) menyimpulkan bahwa terdapat interaksi antara model pembelajaran inquiry training melaui teknik peta konsep dan teknik puzzle dengan keberagaman aktivitas belajar dan keberagaman kemampuan memori. Selanjutnya Azizah (2012:1) keterampilan meneliti mahasiswa dapat ditingkatkan dengan menerapkan inquiry training. Abdi (2014:3 ) hasil menunjukkan bahwa siswa yang diberi perlakukan pembelajaran berbasis inquiry memperoleh nilai lebih tinggi daripada pembelajaran tradisonal. Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa model inquiry training tepat digunakan untuk mengaktifkan siswa.

Rizal (2014:15 ) pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk tahu dan terlibat secara aktif dalam menemukan konsep dari


(21)

5 fenomena yang ada dari lingkungan. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut siswa untuk memiliki kompetensi khusus dalam semua mata pelajaran setelah proses pembelajaran. Selama proses pembelajaran seharusnya siswa ikut terlibat secara langsung agar siswa memperoleh pengalaman dari proses pembelajaran (Rahayu, dkk., 2011:10 ). Sehingga pengetahuan baru dapat diperoleh oleh siswa itu dengan rasa ingin tahu dalam pembelajaran.

Model pembelajaran inquiry training berarti suatu kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki suatu permasalahan secara sistematis, logis, analitis. Inquiry training dirancang untuk membantu siswa mengembangkan disiplin dan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan menemukan jawabannya berdasarkan rasa ingin tahunya. Ogan, dkk (2014:11 ) model yang berdasarkan inquiry adalah sistem dari aktivitas dan teks yang menghubungkan pembelajar lebih dalam dengan isi dan mencakup lima karakter utama dari pengetahuan ilmiah: tabel uji, dapat diperbaharui, penjelasan, dan umum. Model ini fokus terhadap kemampuan siswa untuk mengamati, menyusun data, memahami informasi, membentuk konsep, menggunakan simbol-simbol verbal dan nonverbal dan menyelesaikan masalah-masalah. Model ini terdiri dari lima fase. Fase Inquiry training adalah: (1) observasi (Observation), (2) betanya (Questioning), (3) mengajukan dugaan (Hiphotesisi), (4) pengumpulan data (Data Gathering), (5) penyimpulan (Conclussion). Melalui pelaksanaan fase dalam inquiry training tersebut peneliti yakin, jika model ini diterapkan dalam pembelajaran di kelas, maka keterampilan proses sains siswa akan meningkat.


(22)

Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Pembelajaran inquiry training juga dapat diterapkan dengan menggunakan multimedia yang dibuktikan oleh penelitian Hayati (2013:24) yang menyatakan bahwa pembelajaran yang menerapkan inquiry training berbasis multimedia mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa. Salah satunya media yang dapat digunakan adalah media PhET. Media PhET adalah media simulasi yang dikeluarkan oleh University of Colorado dan sudah teruji kebenarannya. Simulasi PhET ini tersedia resmi PhET (http://phet.colorado.edu) yang menampilkan suatu animasi fisika yang abstrak, seperti: atom, elektron, foton dan medan magnet. Dalam penelitian Prihatiningtyas (2014:1 ) implementasi simulasi PhET dan KIT sederhana untuk mengajarkan keterampilan psikomotor siswa pada pokok bahasan alat optik dapat menuntaskan hasil belajar psimotor siswa. Sejalan dengan itu, penelitian Nurhayati (2014:1) efektifitas penerapan metode demonstrasi berbantu media animasi Software PhET dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi listrik dinamis.

Dengan demikian menggunakan media simulasi ini siswa layaknya dapat melakukan kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan data dan fakta seperti pada laboratorium real, sehingga dengan data dan fakta tersebut peserta didik dapat mengambil kesimpulan tentang konsep-konsep fisika.


(23)

Kemampuan yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran adalah kemampuan berpikir logis. Dalam penelitian Subaer, dkk (2013:1 5) kesimpulan yang diperoleh berupa profil penalaran logis peserta didik yang memiliki gaya berpikir berdampak pada kemampuan memecahkan masalah Fisika. Kemampuan berpikir logis adalah suatu proses menalar tentang suatu objek dengan cara menghubungkan serangkaian pendapat untuk sampai kepada sebuah kesimpulan menurut aturan-aturan logika (Rohman, 2014:123). Berfikir logis sama dengan berfikir konsisten sesuai dengan rambu-rambu atau tata cara berfikir yang benar. Berfikir yang demikian diyakini dapat diperoleh kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan. Hasil dari berpikir logis adalah diperolehnya pemikiran logis. Untuk mewujudkan pemikiran logis, seseorang wajib memenuhi aturan sebagai prasyarat dalam berpikir lurus dan benar, salah satunya adalah harus memenuhi komponen dasar berfikir. Kemampuan berpikir logis memilki hubungan yang erat dengan pembelajaran sains.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “ Efek M del Pembela aran Inquiry Training Menggunakan Med a PhET dan Kemam uan Ber k r L g s erhada Keteram lan Pr ses a ns swa”.

1.2 Ident f kas Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan bahwa banyak faktor yang diduga mempengaruhi keterampilan proses sains siswa. Faktor yang mempengaruhi keterampilan proses sains siswa dapat dibedakan menjadi dua jenis yang bersumber dari diri siswa dan faktor yang bersumber dari luar diri siswa.


(24)

1. Keterampilan proses sains siswa yang masih rendah terutama dalam pembelajaran fisika dilihat dari kurang mengamati pada saat praktikum, kurang berkomunikasi, kurang serius, dan tidak mampu membuat kesimpulan yang benar.

2. Pembelajaran di kelas cenderung teacher-centered, sedangkan siswa sebagai seorang yang pasif menerima pengetahuan dari guru.

3. Guru mengalami kesulitan dalam menyusun alat peraga sederhana dan media lainnya.

4. Tidak adanya variasi dalam proses pembelajaran hanya menggunakan pembelajaran konvensional dan bahan ajar yang lebih didominasi oleh penyelesaian soal-soal.

5. Pembelajaran fisika secara umum hanya menghafalkan fakta-fakta dan konsep-konsep tanpa mengetahui bagaimana fakta-fakta dan konsep itu terbentuk.

1. Batasan Masalah

Karena banyaknya faktor yang mempengaruhi penelitian ini maka dibuat batasan masalah sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan pada siswa kelas VIII MTsN 1 Padangsidimpuan tahun pembelajaran 2015/201

2. Keterampilan proses sains siswa yang diteliti adalah sebagai variabel terikat.

3. Proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran inquiry training menggunakan media PhET.


(25)

4. Variabel moderator dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir logis siswa MTsN 1 Padangsidimpuan.

5. Penelitian akan dilakukan terhadap materi fluida statis. 1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran inquiry training dengan menggunakan media PhET lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional?

2. Apakah keterampilan proses sains siswa yang memiliki kemampuan berpikir logis di atas rata-rata lebih baik dari siswa yang memiliki kemampuan berpikir logis dibawah rata-rata?

3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran inquiry training menggunakan media PhET dengan kemampuan berpikir logis siswa dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa?

1. u uan Penel t an

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran inquiry training dengan menggunakan media PhET lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.


(26)

10 2. Untuk menganalisis keterampilan proses sains siswa yang memiliki

kemampuan berpikir logis di atas rata-rata lebih baik dari siswa yang memiliki kemampuan berpikir logis dibawah rata-rata.

3. Untuk menganalisis ada interaksi antara model pembelajaran inquiry training menggunakan media PhET dengan kemampuan berpikir logis siswa dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa. 1. Manfaat Penel t an

1. Pengembangan ilmu teknologi pendidikan khususnya dalam kawasan desain pembelajaran dan media pembelajaran

2. Para praktisi dan akademisi LPMP, untuk pengembangan praktik pembelajaran dalam rangka peningkatan mutu pendidikan

3. Kepala dinas pendidikan, sebagai masukan dalam rangka meningkatkan mutu dan ketuntasan dalam pembelajaran

4. Guru, membantu untuk mengembangkan dan menerapka penggunaan praktik pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar siswa 5. Peneliti selanjutnya, memberi masukan untuk meneliti lebih lanjut

dalam rangka mengembangkan strategi pembelajaran. 1. Defen s O eras nal

Untuk memperjelas variabel-variabel, agar tidak menimbulkan perbedaan penafsiran terhadap rumusan masalah dalam penelitian ini, berikut diberikan defenisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini:

1. Model pembelajaran inquiry training adalah dirancang untuk membawa siswa langsung ke dalam proses sainstifik yang tujuan akhirnya adalah


(27)

11 untuk menemukan pengetahuan yang baru dalam penelitian ilmiah dengan tahapan: (1) berhadapan dengan masalah, (2) mengumpulkan data-verifikasi, (3) mengumpulkan data – eksperimen, (4) mengolah dan merumuskan penjelasan, (5) menganalisis proses penelitian. Penggunaan media PhET dapat menjadi bantuan dalam fase inquiry training.

2. Kemampuan berpikir logis adalah suatu proses menalar tentang suatu objek dengan cara menghubungkan serangkaian pendapat untuk sampai kepada sebuah kesimpulan menurut aturan-aturan logika. kemampuan berpikir logis dilihat dari tiga aspek yaitu pembentukan pengertian, pembentukan pendapat, dan penarikan kesimpulan.

3. Keterampilan proses sains adalah seluruh keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan-kemampuan mendasar yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah sehingga siswa berhasil menemukan sesuatu yang baru. Indikator keterampilan proses sains meliputi: (1) menganalisis (analyzing), (2) mengelompokkan (classifying), (3) berkomunikasi (communicating), (4) bereksperimen (experimenting), (5) menginterpretasi (interpreting), ( ) terampil bermatematik (mathematical reasoning), ( ) mengukur (measuring), ( ) mengobservasi (observing), ( ) memprediksi (predicting).


(28)

69 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dan pembahasan maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Keterampilan proses sains siswa menggunakan model pembelajaran inquiry training menggunakan media Phet lebih baik dibandingkan pembelajaran Konvensional.

2. Keterampilan proses sains siswa pada kelompok siswa yang mempunyai kemampuan berpikir logis diatas rata-rata lebih baik dibandingkan kelompok siswa yang mempunyai kemampuan berpikir logis dibawah rata-rata.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran Inquiry Training menggunakan media PhET dengan kemampuan berpikir logis siswa dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Pada penelitian ini, siswa yang memiliki kemampuan berpikir logis di atas rata-rata lebih dominan meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada model pembelajaran inquiry training menggunakan media PhET daripada pembelajaran konvensional.

5.2 Saran

a. Pendidik hendaknya memilih model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

b. Model pembelajaran inquiry training baik diterapkan karena dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa.


(29)

70 c. Dilihat dari karakter siswa, siswa belum terbiasa dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training menggunakan media Phet, maka sebaiknya siswa mulai dilatih untuk melakukan percobaan – percobaan sederhana ketika pembelajaran fisika agar memiliki respon yang cepat ketika akan melakukan model pembelajaran inquiry training.

d. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengalokasikan waktu lebih banyak sehingga pelaksanaan penelitian dengan model inquiry training lebih optimal. Selain itu diharapkan dapat memilih masalah sesuai dengan materi pokok yang akan dilaksanakan agar pembelajaran lebih kontekstual dan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga hasilnya dapat bermanfaat bagi peningkatan kualitas hidup manusia.


(30)

109 DAFTAR PUSTAKA

Abdi, Ali. 2014. The Effect of Inquiry-based Learning Method on Students’ Academic Achievement in Science Course. Universal Journal of Educational Research 2(1): 37-41

Akinbobola, and Folashade Afolabi. 2010. Analysis of Science Process Skills in

West African Senior Secondary School Certificate Physics Practical

Examinations in Nigeria. American-Eurasian Journal of Scientific

Research 5 (4): 234-240

Aminah, Siti. 2015. Efek Model Pembelajaran Inquiry Training dan Kemampuan Berpikir Logis terhadap Keterampilan Proses Sains. Tesis tidak dipublikasikan.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta

Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Azizah, Aulia dan Parmin. 2012. Inquiry training untuk mengembangkan

ketrampilan Meneliti mahasiswa.Unnes Science Education Journal1 (1):

1-11

Conole, Eileen Scanlon, Cindy Kerawalla, Paul Mullholland, Stamatina Anastopulou2 and Canan Blake. 2007. From design to narrative: the development of inquiry-based learning models. ESRC's Teaching and Learning Research Programme.

Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Jakarta: AV Publisher.

Dimyati, Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Nuffield Foundation. 2013. Nuffield Practical Work for Learning: Model-based

inquiry. downloaded from www.nuffieldfoundation.org General introduction page 1 of 16

Hidayatulloh, Mukhlis dan Madlazim. 2015. Pengembangan Perangkat

Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berorientasi Kurikulum 2013 dengan Melatihkan Keterampilan Proses Sains pada Materi Pengukuran. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. (4): 92-97

Hosnan, M . 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia


(31)

110 Hayati dan Retno Dwi Suyanti. 2013. Efek Model Pembelajaran Inquiry Training berbasis Multimedia dan Motivasi Terhadap asil Belajar Fisika Siswa. Jurnal Online Pendidikan Fisika Vol. 2 (1): 24-33

Ihsan, Fuad. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rineka Cipta

Indahwati, Toenas Setyo Joeli , idha Sunarno dan Sajidan. 2012. Penerapan Model inquiry training melalui Teknik Peta Konsep dan Teknik Puzzle ditinjau dari Tingkat Keberagaman Aktivitas belajar dan Kemampuan Memori. Jurnal inkuiri Vol 1 (3): 258-265

Irving, M.Copi. 1995. Informal Logic Third Edition. New Jersey: Prentice-Hall Joyce, B. eil, M dan Calhoun, E. 2009. Model of Teaching. India: Prentice Hall Karaliota, Alexandra dan Maria Vlassi. 2012. The comparison between guided

inquiry and traditional teaching method. A case study for the teaching of the structure of mattepr to 8th grade reek students. Procedia - Social and Behavioral Sciences 93: 494 – 497

Mundilarto. 2013. Keefektifan pendekatan inquiry based learning untuk

peningkatan karakter siswa SMA pada pembelajaran Fisika. Jurnal

cakrawala pendidikan. II (2): 250-257

Nurhayati, Syarifah Fadilah, Mutmainnah. 2014. Penerapan metode demonstrasi

berbantu media animasi Software phet terhadap hasil belajar siswa Dalam materi listrik dinamis kelas x Madrasah aliyah negeri 1 pontianak. Jurnal Pendidikan Fisika dan Aplikasinya (JPFA) 4 (2): 1-7

Ogan, Bekiroğlu dan Arzu Arslan. 2013. Examination of the Effects of Model-Based Inquiry on Students’ Outcomes: Scientific Process Skills and

Conceptual Knowledge. Procedia - Social and Behavioral Sciences 141

(14 ): 1187 – 1191

Oloruntegbe, K.O. 2010. Approaches To The Assessment Of Science Process

Skills: A Reconceptualist View And Option. Journal of College Teaching & Learning 7 (6): 988-996

Purnami, ahyuni, Sarwanto, dan Masykuri. 2013. Pembelajaran Fisika Melalui Inkuiri Terbimbing dengan Menggunakan Media KIT Listrik Paket dan Swakarya Ditinjau dari Kreativitas dan Kecerdasan Kinestetik Siswa. Jurnal Inkuiri 2 (1): 43-56

Purwanto, Andik. 2012. Kemampuan Berpikir Logis Siswa Sma Negeri 8 Kota Bengkulu dengan Menerapkan Model Inkuiri Terbimbing dalam Pembelajaran Fisika. Jurnal Exacta, 10 (2) : 133-135


(32)

111 Prihatiningtyas, S, T. Prastowo, B. Jatmiko. 2013. Imlementasi simulasi phet dan kit sederhana untuk Mengajarkan keterampilan psikomotor siswa pada pokok bahasan alat optik. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia JPII 2 (1): 18-22

Rahayu. E., H. Susanto, dan D. ulianti. 2011. Pembelajaran Sains dengan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan asil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (11): 106-110

Rakhmat, Jalaluddin. 2002. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya Rao, B. Dan Digumarti. 2008. Science Process Skill of School Student. New

Delhi: Aurora Offset

Rizal, Muhammad. 2011. Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan

Multi Representasi terhadap Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep IPA Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Sains 2 (3) : 159-165

Rohman, A. 2014. Epistemologi dan Logika. ogyakarta: Aswaja Pressindo

Rosimi. 2015. uru Fisika SMK Swasta Teruna. Padangsidimpuan

Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu

Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta Sani, Ridwan. 2012. Pengembangan Laboratorium Fisika. Medan: Unimed Press Subaer, Bancong. H., 2013. Profil Penalaran Logis berdasarkan aya Berpikir dalam

Memecahkan Masalah Fisika Peserta Didik. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia JPII 2 (2) : 195-202

Subagyo. , iyanto, dan P. Marwoto. 2009. Pembelajaran dengan Pendekatan Keterampilan Proses Sains untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Suhu dan Pemuaian. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5 (3): 42-46

Sudjana, Nana. 2001. Penilaian asil dan Proses asil Belajar. Bandung:

Remaja Rosdakarya

Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif. Bandung: Alfabeta Suryabrata, Sumadi. 2013. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers Sumaryoto. 2004. Tes Kemampuan dan Potensi Anda. ogyakarta: Absolut Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta


(33)

112

Trianto. 2013. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan

Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP. Jakarta: Bumi Aksara

Vebrianto, Rian, dan Kamisah Osman. 2011. The effect of multiple media

instruction in improving students’ science process skill and achievement. Procedia Social and Behavioral Sciences 15 (11): 346–350

ena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi

Aksara


(1)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dan pembahasan maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Keterampilan proses sains siswa menggunakan model pembelajaran inquiry training menggunakan media Phet lebih baik dibandingkan pembelajaran Konvensional.

2. Keterampilan proses sains siswa pada kelompok siswa yang mempunyai kemampuan berpikir logis diatas rata-rata lebih baik dibandingkan kelompok siswa yang mempunyai kemampuan berpikir logis dibawah rata-rata.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran Inquiry Training menggunakan media PhET dengan kemampuan berpikir logis siswa dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Pada penelitian ini, siswa yang memiliki kemampuan berpikir logis di atas rata-rata lebih dominan meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada model pembelajaran inquiry training menggunakan media PhET daripada pembelajaran konvensional.

5.2 Saran

a. Pendidik hendaknya memilih model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

b. Model pembelajaran inquiry training baik diterapkan karena dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa.


(2)

c. Dilihat dari karakter siswa, siswa belum terbiasa dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training menggunakan media Phet, maka sebaiknya siswa mulai dilatih untuk melakukan percobaan – percobaan sederhana ketika pembelajaran fisika agar memiliki respon yang cepat ketika akan melakukan model pembelajaran inquiry training.

d. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengalokasikan waktu lebih banyak sehingga pelaksanaan penelitian dengan model inquiry training lebih optimal. Selain itu diharapkan dapat memilih masalah sesuai dengan materi pokok yang akan dilaksanakan agar pembelajaran lebih kontekstual dan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga hasilnya dapat bermanfaat bagi peningkatan kualitas hidup manusia.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abdi, Ali. 2014. The Effect of Inquiry-based Learning Method on Students’ Academic Achievement in Science Course. Universal Journal of Educational Research 2(1): 37-41

Akinbobola, and Folashade Afolabi. 2010. Analysis of Science Process Skills in West African Senior Secondary School Certificate Physics Practical Examinations in Nigeria. American-Eurasian Journal of Scientific Research 5 (4): 234-240

Aminah, Siti. 2015. Efek Model Pembelajaran Inquiry Training dan Kemampuan Berpikir Logis terhadap Keterampilan Proses Sains. Tesis tidak dipublikasikan.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Azizah, Aulia dan Parmin. 2012. Inquiry training untuk mengembangkan

ketrampilan Meneliti mahasiswa.Unnes Science Education Journal1 (1): 1-11

Conole, Eileen Scanlon, Cindy Kerawalla, Paul Mullholland, Stamatina Anastopulou2 and Canan Blake. 2007. From design to narrative: the development of inquiry-based learning models. ESRC's Teaching and Learning Research Programme.

Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Jakarta: AV Publisher.

Dimyati, Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Nuffield Foundation. 2013. Nuffield Practical Work for Learning: Model-based

inquiry. downloaded from www.nuffieldfoundation.org General introduction page 1 of 16

Hidayatulloh, Mukhlis dan Madlazim. 2015. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berorientasi Kurikulum 2013 dengan Melatihkan Keterampilan Proses Sains pada Materi Pengukuran. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. (4): 92-97

Hosnan, M . 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia


(4)

Hayati dan Retno Dwi Suyanti. 2013. Efek Model Pembelajaran Inquiry Training berbasis Multimedia dan Motivasi Terhadap asil Belajar Fisika Siswa. Jurnal Online Pendidikan Fisika Vol. 2 (1): 24-33

Ihsan, Fuad. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rineka Cipta

Indahwati, Toenas Setyo Joeli , idha Sunarno dan Sajidan. 2012. Penerapan Model inquiry training melalui Teknik Peta Konsep dan Teknik Puzzle ditinjau dari Tingkat Keberagaman Aktivitas belajar dan Kemampuan Memori. Jurnal inkuiri Vol 1 (3): 258-265

Irving, M.Copi. 1995. Informal Logic Third Edition. New Jersey: Prentice-Hall Joyce, B. eil, M dan Calhoun, E. 2009. Model of Teaching. India: Prentice Hall Karaliota, Alexandra dan Maria Vlassi. 2012. The comparison between guided

inquiry and traditional teaching method. A case study for the teaching of the structure of mattepr to 8th grade reek students. Procedia - Social and Behavioral Sciences 93: 494 – 497

Mundilarto. 2013. Keefektifan pendekatan inquiry based learning untuk peningkatan karakter siswa SMA pada pembelajaran Fisika. Jurnal cakrawala pendidikan. II (2): 250-257

Nurhayati, Syarifah Fadilah, Mutmainnah. 2014. Penerapan metode demonstrasi berbantu media animasi Software phet terhadap hasil belajar siswa Dalam materi listrik dinamis kelas x Madrasah aliyah negeri 1 pontianak. Jurnal Pendidikan Fisika dan Aplikasinya (JPFA) 4 (2): 1-7

Ogan, Bekiroğlu dan Arzu Arslan. 2013. Examination of the Effects of Model-Based Inquiry on Students’ Outcomes: Scientific Process Skills and Conceptual Knowledge. Procedia - Social and Behavioral Sciences 141 (14 ): 1187 – 1191

Oloruntegbe, K.O. 2010. Approaches To The Assessment Of Science Process Skills: A Reconceptualist View And Option. Journal of College Teaching & Learning 7 (6): 988-996

Purnami, ahyuni, Sarwanto, dan Masykuri. 2013. Pembelajaran Fisika Melalui Inkuiri Terbimbing dengan Menggunakan Media KIT Listrik Paket dan Swakarya Ditinjau dari Kreativitas dan Kecerdasan Kinestetik Siswa. Jurnal Inkuiri 2 (1): 43-56

Purwanto, Andik. 2012. Kemampuan Berpikir Logis Siswa Sma Negeri 8 Kota Bengkulu dengan Menerapkan Model Inkuiri Terbimbing dalam Pembelajaran Fisika. Jurnal Exacta, 10 (2) : 133-135


(5)

Prihatiningtyas, S, T. Prastowo, B. Jatmiko. 2013. Imlementasi simulasi phet dan kit sederhana untuk Mengajarkan keterampilan psikomotor siswa pada pokok bahasan alat optik. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia JPII 2 (1): 18-22

Rahayu. E., H. Susanto, dan D. ulianti. 2011. Pembelajaran Sains dengan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan asil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (11): 106-110

Rakhmat, Jalaluddin. 2002. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya Rao, B. Dan Digumarti. 2008. Science Process Skill of School Student. New

Delhi: Aurora Offset

Rizal, Muhammad. 2011. Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Multi Representasi terhadap Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep IPA Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Sains 2 (3) : 159-165

Rohman, A. 2014. Epistemologi dan Logika. ogyakarta: Aswaja Pressindo Rosimi. 2015. uru Fisika SMK Swasta Teruna. Padangsidimpuan

Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta Sani, Ridwan. 2012. Pengembangan Laboratorium Fisika. Medan: Unimed Press Subaer, Bancong. H., 2013. Profil Penalaran Logis berdasarkan aya Berpikir dalam

Memecahkan Masalah Fisika Peserta Didik. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia JPII 2 (2) : 195-202

Subagyo. , iyanto, dan P. Marwoto. 2009. Pembelajaran dengan Pendekatan Keterampilan Proses Sains untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Suhu dan Pemuaian. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5 (3): 42-46

Sudjana, Nana. 2001. Penilaian asil dan Proses asil Belajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif. Bandung: Alfabeta Suryabrata, Sumadi. 2013. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers Sumaryoto. 2004. Tes Kemampuan dan Potensi Anda. ogyakarta: Absolut Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta


(6)

Trianto. 2013. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP. Jakarta: Bumi Aksara

Vebrianto, Rian, dan Kamisah Osman. 2011. The effect of multiple media instruction in improving students’ science process skill and achievement. Procedia Social and Behavioral Sciences 15 (11): 346–350

ena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara


Dokumen yang terkait

EFEK MODEL SCIENTIFIC INQUIRY MENGGUNAKAN MEDIA PHET DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA.

0 3 31

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING MENGGUNAKAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS FISIKA SISWA SMA.

0 3 28

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MTS.

0 2 26

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING MENGGUNAKAN MEDIA PHET DAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA.

0 2 34

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA.

0 2 28

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING MENGGUNAKAN MEDIA PHET TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 40 MEDAN.

0 4 27

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING MENGGUNAKAN MEDIA MACROMEDIA FLASH TERHADAP TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA KELAS VIII MTSN BINJAI.

0 2 29

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBANTUAN MEDIA PHET TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA KELAS XI IPA.

0 4 34

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING MENGGUNAKAN MACROMEDIA FLASH DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA.

0 5 33

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBASIS MEDIA KOMPUTER TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA.

0 0 33