HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIK KEPALA PERAWAT DENGAN Hubungan Antara Persepsi Terhadap Gaya Kepemimpinan Demokratik Kepala Perawat Dengan Kedisiplinan Kerja Perawat.

(1)

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIK KEPALA PERAWAT DENGAN

KEDISIPLINAN KERJA PERAWAT

Naskah Publikasi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

dalam mencapai derajat Sarjana S-1

Diajukan oleh :

Darwati Retno Y

F. 100 070 120

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2012


(2)

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIK KEPALA PERAWAT DENGAN

KEDISIPLINAN KERJA PERAWAT

Darwati Retno Y

F. 100 070 120

:


(3)

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIK KEPALA PERAWAT DENGAN

KEDISIPLINAN KERJA PERAWAT

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

Darwati Retno Y

F. 100 070 120

Telah dipertahankan di depan dewan penguji Pada tanggal 25 Juli 2012

dan dinyatakan telah memenuhi syarat


(4)

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIK KEPALA PERAWAT DENGAN

KEDISIPLINAN KERJA PERAWAT

Suatu perusahaan yang didalamnya terdapat karyawan yang mempunyai rasa tanggung jawab dan disiplin yang tinggi dapat dipastikan akan dapat bekerja dengan baik dan menghasilkan produk berkualitas tinggi. Hal ini dikarenakan semua orang yang terlibat dalam proses kerja akan menjalankan tugasnya dengan baik. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kedisiplinan kerja yaitu persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) hubungan antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat dengan kedisip linan kerja 2) tingkat persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat dan tingkat kedisiplinan kerja pada perawat, 3) sumbangan atau peran persepsi gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat terhadap kedisiplinan kerja perawat. Hipotesis yang diajukan ada hubungan positif antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik Kepala perawat dengan kedisiplinan kerja. Subjek penelitian yaitu seluruh perawat berstatus pegawai tetap di Rumah Sakit dr. Oen Solo Baru Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah studi populasi, dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 75 orang. Metode pengumpulan data menggunakan skala persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat dan skala kedisiplinan kerja . Teknik analisis data menggunakan korelasi product moment.

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,449; p = 0,000 (p < 0,01). Hasil tersebut menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi terha dap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat dengan kedisiplinan kerja. Sumbangan efektif persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat terhadap kedisiplinan kerja sebesar 20,2%. Persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat pada subjek penelitian tergolong sedang, ditunjukan dengan nilai rerata empirik rerata empirik sebesar 88,093 dan rerata hipotetik sebesar 70 Kedisiplinan kerja subjek penelitian tergolong sedang, ditunjukkan rerata empirik sebesar 70,187 dan rerata hipotetik sebesar 70 .

Berdasarkan uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat dengan kedisiplinan kerja. Semakin tinggi persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat maka semakin tinggi kedisiplinan kerja, begitu sebaliknya semakin rendah persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat maka semakin rendah kedisiplinan kerja .


(5)

PENDAHULUAN

Perawat sebagai salah satu aset yang penting dalam penyelenggaraan sarana kesehatan memiliki peran yang sangat penting, selain sebagai tenaga paramedis untuk merawat pasien. Oleh karena tugas-tugas yang sangat penting tersebut maka perawat seyogyanya memiliki kedisiplinan kerja yang tinggi. Sebagai contoh tentang kedisiplinan kerja dikaitkan dengan risiko yang mungkin terjadi. Bagi perawat yang tidak disiplin keterlambatan menangani pasien (bahkan dalam hitungan detikpun) akan sangat membahayakan keselamatan nyawa pasien.

Keluhan terhadap mutu pelayanan kesehatan seringkali dimunculkan oleh masyarakat dengan berbagai macam cara antara lain sebagai berikut : (a) adanya perasaan tidak puas dinyatakan secara tertulis lewat surat yang dilayangkan ke media massa seperti surat kabar, radio, kotak saran, dan sebagainya, (b) Perasaan tidak puas dinyatakan dalam bentuk kemarahan sesaat di depan petugas pelayanan kesehatan, dan (c) Perasaan tidak puas dinyatakan dalam bentuk perbuatan, misalnya adanya kecenderungan untuk tidak berobat ulang pada institusi pelayanan tersebut.

Pada lokasi yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian yaitu rumah sakit Dr Oen Solo Baru juga bermasalah dengan kedisiplinan kerja perawat. Melalui hasil wawancara dengan salah seorang keluarga pasien diceritakan sering terlihat perawat sibuk dengan kegiatan pribadi yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan, misalnya bermain game baik melalui HP dan komputer, membaca koran atau majalah populer, ketika diminta tolongpun perawat hanya menangani sekedarnya saja, lambat dan kurang cekatan, meskipun tidak terjadi setiap hari pada banyak perawat, namun hal tersebut tetap saya berpengaruh buruk terhadap rumah sakit secara umum.

Kedisiplinan kerja tidak muncul begitu saja tetapi merupakan suatu proses belajar yang terus–menerus. Banyak faktor yang mempengaruhi disiplin kerja, salah satunya yaitu kepemimpinan. Beberapa penelitian berkaitan dengan kepemimpinan antara lain dilakukan oleh Suwandi (dalam Suranta, 2002) menyatakan keberadaan pemimpin dalam organisasi atau perusahaan adalah sangat penting karena pemimpin memiliki peranan yang sangat strategis dalam mencapai tujuan perusahaan, tanpa kepemimpinan yang baik akan sulit untuk mencapai tujuan organisasi. Lebih lanjut Suranta (2002)


(6)

melakukan studi untuk menguji hubungan antara gaya kepmimpinan dan keefektifan kepemimpinan, kinerja bawahan, kepuasan bawahan usaha bawahan dan komitmen bawahan. Hasil riset tersebut menyatakan bahwa kepemimpinan kharismatik lebih efektif pada meningkatkan kinerja bawahan.

Kepemimpinan menurut Rivai (2003) meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompoknya dan budayanya. Sedangkan gaya kepemimpinan adalah adalah sekumpulan ciri-ciri yang digunakan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai atau dapat dikatakan pula bahwa gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh pemimpin.

Gaya kepemimpinan akan berpengaruh dalam mengarahkan setiap perawat yang berada dalam unit-unit pelayanan yang berbeda. Fungsi kepemimpinan dalam hal ini berperan mengarahkan, membimbing, dan menanamkan makna pelayanan yang diberikan kepada pasien sehingga perawat bekerja secara profesional.

Kesalahan-kesalahan yang dilakukan perawat dapat disebabkan kurangnya pengarahan dan koordinasi yang diberikan pemimpin. Pengarahan yang dimaksud misalnya menyangkut uraian tugas, peran, dan fungsi setiap kategori perawat baik berdasarkan jenjang atau jenis pendidikan keperawatan maupun dari kualifikasi tenaga perawat (Wulan dan Hastuti, 2010).

Jewel dan Siegall, (2010) mengemukakan ada beberapa gaya kepemimpinan, salah satu diantaranya adalah gaya kepemimpinan demokratik, gaya kepemimpinan ini dalam menjalankan tugasnya pimpinan mendelegasikan wewenangnya secara luas. Pembuatan keputusan selalu dirundingkan dengan para bawahan, sehingga pimpinan dan bawahan bekerja sebagai tim. Pimpinan memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada bawahan tentang tugas dan pekerjaan bawahan. Diperkuat oleh hasil penelitian Effendi (2004) mengemukakan bahwa para bawahan yang berada di bawah gaya kepemimpinan demokratis melaksanakan pekerjaannya dengan penuh gairah dan akan terus bekerja sekalipun pemimpin tidak mengawasinya. Bawahan telah memiliki kesadaran yang tinggi terhadap


(7)

tugas-tugasnya sehingga mau melaksanakan pekerjaannya dengan patuh dan sukarela.

Pada organisasi rumah sakit, kepala perawat adalah pimpinan yang langsung membawahi perawat pelaksana dan pelaksanaan tugas perawat di ruang rawat inap merupakan suatu unsur proses dalam manajemen rumah sakit. Unsur proses didalam manajemen sangat berpengaruh terhadap output/keluaran rumah sakit. Walaupun keduanya itu merupakan suatu proses, tetapi antara kepala perawat dengan pelaksanaan tugas perawat akan saling berpengaruh terhadap keberhasilan pelayanan di rumah sakit (Mahfoedz, 2009) Gaya kepemimpinan demokratik diharapkan dapat diterapkan secara efektif oleh kepala perawat sehingga setiap keputusannya merupakan keputusan bersama, anggota kelompok diberi kebebasan untuk melontarkan pikirannya, menyatukan pendapatnya dan menyampaikan gagasannya, tetapi wajib tunduk kepada keputusan mayoritas anggota kelompok. Kepala perawat sebagai kepala unit pelaksana fungsional dan unit- unit la in sangat mempengaruhi pelayanan keperawatan, maka komunikasi, integrasi dan koordinasi antar unit di rumah sakit harus digalakan. Kepala perawat harus mampu menjadi koordinator yang

aktif, motor yang menggerakkan dan mengembangkan seluruh sistem pekerjaan bawahan sehingga muncul perilaku kedisiplinan kerja yang tinggi pada semua perawat. Pada spektrum yang lebih luas, manajer atau pemimpin merupakan subjek yang sangat menentukan efektif atau tidaknya manajemen organisasi. Kegagalan sistem memacu tujuan sebagian besar adalah akibat langsung dari ketidakmampuan faktor manusia bergerak secara kondusif dan ketidakmampuan itu adalah buah dari rendahnya kemampuan pimpinan. (Mahfoedz, 2009)

RS. Dr. Oen Surakarta memiliki unit-unit pelayanan yang berbeda-beda dikepalai oleh seorang Kepala perawat . Kepala perawat mempunyai tugas antara lain: mengevaluasi kinerja perawat, melakukan perencanaan, pengawasan, serta pengarahan pada bawahan. Setiap Kepala perawat memiliki karakter pribadi yang berbeda-beda. Perbedaan karakter tersebut akan mempengaruhi gaya kepemimpinannya masing- masing.

Penerapan gaya kepemimpinan yang tepat apat memberikan pengaruh yang positif bagi perawat misalnya mendorong pengembangan keahlian dan keterampilan perawat sehingga mampu bekerja secara profesional, cepat, dan tepat. Sebaliknya,


(8)

penerapan gaya kepemimpinan yang salah dapat menurunkan kinerja perawat misalnya bekerja secara kaku dan daya kritis perawat tidak berkembang, serta kurang disiplin dalam bekerja karena pengawasan kurang maksimal. Berdasarkan ulasan tersebut maka rumusan masalah penelitian ini adalah: Apakah ada hubungan antara persepsi terhadap kepemimpinan demokratik kepala perawat dengan kedisiplinan kerja. Mengacu pada rumusan masalah tersebut maka peneliti ingin mengetahui secara empiris dengan melakukan penelitian berjudul: Hubungan antara persepsi terhadap kepemimpinan demokratik kepala perawat dengan kedisiplinan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap kepemimpinan demokratik kepala perawat dengan kedisiplinan kerja.

LANDASAN TEORI

kedisiplinan kerja

Definisi disiplin terkait dengan keadaan tertib. Nitisemito (2002) mengartikan kedisiplinan kerja sebagai suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari perusahaan baik yang tertulis maupun tidak

tertulis. Danim (2004), mengemukakan disiplin kerja merupakan suatu kekuatan yang berkembang didalam tubuh pekerja itu sendiri dan menyebabkan dia dapat menyesuaikan diri dengan sukarela pada keputusan–keputusan, peraturan–peraturan dan nilai–nilai yang tinggi dari pekerjaan. Kedisiplinan menurut pendapat Siagian (2003) adalah merupakan tindakan manajemen untuk mendorong para anggota perusahaan memenuhi tuntutan berbagai ketentuan perusahaan, dengan kata lain pendisiplinan karyawan adalah suatu bentuk pelatihan yang berusaha memperbaiki dan membentuk pengetahuan. Sikap dan perilaku karyawan dalam bekerja secara kooperatif dengan para karyawan yang lain serta meningkatkan hasil kerja. Ranupandojo, (2000) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja dapat dibagi dua, yaitu :

a. Faktor dari dalam individu (internal), yaitu moral atau semangat kerja dan kesadaran dari karyawan akan pentingnya disiplin kerja.

b. Faktor dari luar individu (eksternal), yaitu kepemimpinan, peranan yang berlaku dari lingkungan kerja.


(9)

Kurt Lewin (Helmi, 2000) membagi faktor yang mempengaruhi disiplin kerja menjadi dua, yaitu :

a. Faktor Kepribadian

Faktor penting dalamkepribadian seseorang adalah system nilai yang dianut dan moral kerjanya. System nilai dalam hal ii yang berkaitan dengan disiplin. Kondisi moral seseorang juga menentukan dalam individu berhubungan dengan lingkungan sekitarnya, dengan kondisi moral yang baik seorang pegawai dapat bekerja dengan baik dalam arti bias mengikuti semua peraturan yang ditetapkan oleh organisasi.

b. Faktor Kepuasan Kerja

Guna melaksanakan kedisiplinan tidak cukup dengan ancaman-ancaman saja tetapi perlu peningkatan kesejahteraan yang cukup sehingga pegawai merasa puas dan dapat disiplin dalam bekerja.

Anoraga (2008) mengemukakan aspek-aspek yang dapat digunakan untuk mengukur kedisiplinan kerja yaitu :

a. Kehadiran. Seorang pegawai diharuskan datang dan pulang ditempat dimana mereka bekerja tepat pada waktunya, dan kewajiban para pegawai juga turut memberitahu atasan ereka bahwa mereka meninggalkan pada jam kerja

pekerjaan. Selama dengan alasan yang dapat diterima, permohonan ini dapat dikabulkan. Ketidak hadiran seorang karyawan memepengaruhi terhadap jalannya kegitan perusahaan, dan faktor absensi yang tinggi menunjukkan adanya masalah kedisiplinan yang rendah.

b. Jam Kerja. Sebuah organisasi memiliki standar jam kerja setiap hari dan seterusnya. Para pegawai menggunakan standar jam kerja yang ditentukan dalam bekerja secara konsisten, maka dapat dikatakan pegawai tarsebut memiliki disiplin kerja yang baik dan sebaliknya bila seorang pegawai menggunakan sebagian waktunya untuk hal- hal yang tidak berhubungan dengan pekerjaan mereka maka pegawai tersebut dikatakan tidak memiliki disiplin kerja yang baik Waktu atau jam kerja tersebut dimaksudkan untuk memastikan bahwa pekerjaan diselesaikan dengan efisien pada tingkat kualitas yang tinggi serta pada waktu yang besamaan untuk memperbolehkan para pegawai dan pengawas menentukan jadwal kerja dalam batas-batas jadwal kerja yang ditentukan untuk pegawai yang berkedudukan yang tepat, pagawai harus bekerja 40 jam seminggu, setidak diperlukan 1 Jam untuk istirahat.


(10)

c. Tanggung Jawab. Disiplin kerja pegawai terlihat dari tanggung jawab mereka dalam melakukan tugas yang diberikan yaitu apakah mereka berusaha untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut tepat pada waktunya dan tidak mengerjakan secara asal-asalan tetapi dengan penuh tanggung jawab. Tanggung jawab merupakan kesanggupan pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadanya sebaik-baiknya dan tepat waktu serta sanggup me mikul resiko atas keputusan yang diambil. Tanggung jawab seorang pegawai merupakan suatu hubungan yang penting, yang menjadi petunjuk sampai sejauh mana karyawan melakukan pekerjaannya sebaik mungkin.

Persepsi Terhadap Gaya Kepemimpinan Demokratik Kepala perawat

Persepsi adalah proses diterimanya rangsang sampai rangsang tersebut disadari dan dimengerti. Selanjutnya disebutkan bahwa rangsang tersebut antara lain adalah rangsang obyek, kualitas, hubungan antar gejala maupun peristiwa. Persepsi bersifat subyektif artinya masing- masing orang berbeda karena persepsi bukan sekedar penginderaan tapi ada penafsiran atau

interpretasi terhadap pengalaman (Atkinson, dkk. 2006).

Pembentukan persepsi berlangsung dalam interaksi manusia dan berkenaan dengan objek tertentu. Interaksi di dalam kelompok maupun di luar kelompok dapat mengubah persepsi atau membentuk persepsi yang baru. Pada penelitian ini objek persepsi adalah gaya kepemimpinan demokratik , sedangkan subjeknya adalah kepala perawat Rumah Sakit dr. Oen Solo Baru Surakarta.

Menurut Kartono (2004) gaya kepemimpinan ada beberapa macam, satu diantaranya adalah gaya kepemimpinan demokratik. Dalam Gaya kepemimpinan demokratik, pemimpin mendelegasikan wewenangnya secara luas. Pembuatan kuputusan selalu dirundingkan dengan para bawahan, sehingga pimpinan dan bawahan bekerja sebagai tim. Pimpinan memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada bawahan tentang tugas dan pekerjaan mereka.

Siagian (2003) berpendapat kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan untuk mempengaruhi perilaku orang lain terutama bawahannya untuk berfikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga


(11)

melalui memberikan sumbangsih nyata dalam pencapaian tujuan organisasi.

Menurut Danim (2004) aspek persepsi terhadap kepemimpinan demokratik antara lain :

a. Kepercayaan tinggi terhadap bawahan dengan tidak melepaskan tanggung jawab pengawasan dan beban kerja organisasi menjadi tanggung jawab bersama antara bawahan dan atasan. Misalnya melibatkan karyawan (perawat) dalam pengambilan keputusan, para anggota atau bawahan ikut dalam proses pengambilan keputusan dengan diberi kesempatan mengeluarkan ide atau pendapat.

b. Komunikasi dengan bawahan bersifat terbuka dan dua arah, adanya hubungan dengan bawahannya, dan pemimpin ikut berpartisipasi dalam kegiatan kelompok serta bersifat supportif.

c. Penekanan pada tujuan. Pemimpin memberikan penjelasan tentang pentingnya pencapaian prestasi, serta pemimpin berusaha memberi semangat kepada kelompok bimbingan dan pengarahan, dimana pemimpin memberikan saran, petunjuk, pengarahan dan kritik secara objektif dan positif kepada bawahannya dalam situasi kerja.

Hubungan antara Persepsi Terhadap Gaya Kepemimpinan Demokratik Kepala perawat dengan Kedisiplinan Kerja Perawat

Nawawi (2003) menyatakan kepemimpinan demokratik di sebuah organisasi menunjukan perilaku selalu mampu dan berusaha mengikutsertakan anggota organisasinya sebagai bawahan secara aktif sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing- masing. Pemimpin yang demokratik akan mendorong kemampuan mengambil keputusan dari para bawahannya.. Pemimpin serius mendengarkan dan menilai dan menerima pikiran-pikiran bawahannya sejauh pemikiran tersebut dapat dilaksanakan. Para bawahan juga didorong untuk meningkatkan kemampuan mengendalian diri dan menerima tanggungjawab lebih besar. Para bawahan juga didorong untuk meningkatkan kemampuan mengendalikan diri dan menerima tanggungjawab lebih besar. Keterlibatan pimpinan untuk menyertakan karyawan dalam pengambilan keputusan akan mempunyai dampak pada peningkatan hubungan pimpinan dengan bawahan peningkatan partisipasi dan kedisiplinan kerja perawat.

Pembentukan persepsi berlangsung dalam interaksi manusia dan berkenaan


(12)

dengan objek tertentu. Interaksi di dalam kelompok maupun di luar kelompok dapat mengubah persepsi atau membentuk persepsi yang baru, begitu pula pada pemimpin yang dipersepsi secara postif maka dapat menimbulkan perhatian secara positif. Berkaitan dengan ulasan tersebut Pareek (Walgito, 2010) mengemukakan ada empat aspek utama yang menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi, yaitu: 1) Perhatian; 2) Kebutuhan; 3) Kesediaan dan 4) Sistem nilai. Pola persepsi bawahaan terhadap pimpinan khususnya kepala perawat juga mencakup beberapa faktor. Menurut Effendi (2004) para bawahan yang berada di bawah gaya kepemimpinan demokratik melaksanakan pekerjaannya dengan penuh gairah dan akan terus bekerja sekalipun pemimpin tidak mengawasinya. Bawahan telah memiliki kesadaran yang tinggi terhadap tugas-tugasnya sehingga mau melaksanakan pekerjaannya dengan patuh dan sukarela.

Hipotesis

Ada hubungan antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat dengan kedisiplinan kerja.

METODE

Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel tergantung : Kedisiplinan kerja

Variabel bebas : Persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik Kepala perawat

Subjek Penelitian

Populasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah perawat bertugas di ruang rawat inap dr. Tjan Khee Swan kelas IIA dan IIB berjumlah 75 perawat.

Metode dan Alat Pengumpulan Data

Skala kedisiplinan kerja yang digunakan disusun peneliti berdasarkan aspek-aspek yang dikemukan Anoraga (2008) yaitu kehadiran, jam kerja, tanggung jawab. Skala kedisiplinan kerja terdiri dari aitem favourable dan

unfavourable.

Skala persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat Persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat diungkap dengan skala persepsi terhadap gaya kepe mimpinan demokratik kepala perawat yang disusun berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan Danim (2004) yaitu kepercayaan, komunikasi dua arah, penekanan pada tujuan.

Metode Analisis Data

Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah


(13)

Korelasi Product Moment karena bertujuan mencari hubungan atau korelasi antara dua variabel.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,449; p = 0,000 (p<0,01). Hasil tersebut menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat dengan kedis iplinan kerja. Semakin tinggi (positif) persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat maka semakin tinggi kedisiplinan kerja, begitu sebaliknya semakin rendah (negatif) persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat maka semakin rendah kedisiplinan kerja. Dari hasil analisis diketahui koefisien determinan (r2) = 0,202. Hal ini berarti sumbangan efektif persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat terhadap kedisiplinan kerja sebesar 20,2%, artinya masih terdapat 79,8% faktor-faktor lain yang mempengaruhi kedisiplinan kerja selain variabel persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat, misalnya gaji, lingkungan, pengalaman,

teman sekerja, jenis kelamin dan rasa aman.

Diketahui variabel persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat mempunyai rerata empirik sebesar 88,093 dan rerata hipotetik sebesar 75 yang berarti persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat tergolong tinggi. Adapun variabel kedisiplinan kerja diketahui rerata empirik sebesar 70,187 dan rerata hipotetik sebesar 70 berarti kedisiplinan kerja subjek penelitian tergolong sedang.

Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan analisis diketahui ada hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat dengan kedisiplinan kerja. Semakin tinggi atau positif persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat maka semakin tinggi kedisiplinan kerja. Dengan demikian hiotesis penelitian yang menyatakan ada hubungan antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat dengan kedisiplinan kerja dapat diterima.

Daft (2007) mengemukakan faktor yang mempengaruhi kedisiplinan kerja


(14)

antara lain pimpinan. Pimpinan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kedisiplinan kerja. Salah satu gaya kepemimpinan yang diasumsikan efektif meningkatkan kedisiplinan kerja yaitu tipe demokratik. Pernyataan ini didukung oleh pendapat Siagian (2003) bahwa pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi sehingga bergerak sebagai suatu totalitas. Pada gaya kepemimpinan demokratik, pemimpin mendelegasikan wewenangnya secara luas. Pembuatan kuputusan selalu dirundingkan dengan para bawahan, sehingga pimpinan dan bawahan bekerja sebagai tim. Pimpinan memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada bawahan tentang tugas dan pekerjaan mereka. Tipe pemimpin tersebut dapat mengembangkan sikap hormat dan menghargai terhadap semua karyawan, begitu sebaliknya karyawan yang menjadi bawahan akan menghormati dan menghargai pimpinannya.

Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat dengan kedisiplinan kerja, namun

generalisasi dari hasil- hasil penelitian ini terbatas pada populasi tempat penelitian dilakukan yaitu di Rumah Sakit dr. Oen Solo Baru sehingga penerapan pada ruang lingkup yang lebih luas dengan karakteristik yang berbeda kiranya perlu dilakukan penelitian lagi dengan menggunakan atau menambah variabel-variabel lain yang belum disertakan dalam penelitian ini ataupun dengan menambah dan memperluas ruang lingkup penelitian.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat dengan kedisiplinan kerja. Semakin tinggi (positif) persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat maka semakin tinggi kedisiplinan kerja. Semakin rendah (negatif) persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat maka semakin rendah kedisiplinan kerja perawat.

2. Persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat pada subjek penelitian tergolong tinggi

3. Kedisiplinan kerja pada subjek penelitian atau perawat tergolong sedang.


(15)

terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat terhadap kedisiplinan kerja sebesar 20,2%.

Saran

Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian dengan tema yang sama disarankan:

a. Memperluas area penelitian tidak hanya terbatas pada area perawat tapi pada seluruh karyawan baik medis maupun non medis, serta menambahkan variabel lain di luar persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik. Hal ini mengingat masih terdapat 79,8% faktor- faktor lain yang mempengaruhi kedisiplinan kerja selain variabel persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat, misalnya gaji, lingkungan, pengalaman, teman sekerja, jenis kelamin dan rasa aman.

b. Distribusi skala yang mengandalkan pihak staf berpeluang mendorong munculnya intervensi dan evaluasi independen dari atasan terhadap bawahan, oleh karena itu pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat dibagikan secara langsung kepada subjek yang diteliti.

Daftar Pustaka

Anoraga, P. 2008. Psikologi Kerja. Jakarta : Rineka Cipta.

Atkinson, R.L. Atkitson, R. C. Smith, W dan Bem, S. 2006. Pengantar

Psikologi. Edisi Kesebelas. (Alih

Bahasa : Dr. Widjaya Kusuma). Batam : Interaksara

Daft, R.L. 2007. Manajemen. (terjemahan: Tanjaya, Tiolina) Jakarta: Salemba empat.

Danim, S. 2004. Motivasi Kepemimpinan

dan Efektivitas Kelompok. Jakarta :

Rineka Cipta.

Effendi, O. U. 2005. Kepemimpinan &

Komunikasi. Bandung. Alumni.

Helmi, A.F. 2000. Disiplin Kerja. Buletin

Psikologi. Yogyakarta: Fakultas

Psikologi Universitas Gadjah Mada. Vol. 90. No.6. Hal. 387 – 401. Jewell, L.N. dan Siegall, M. 2010.

Psikologi Industri Organisasi

Modern Edisi 2 (terjemahan

Pudjaatmaka & Meitasari). Jakarta : Arcan.

Kartono, K. 2004. Psikologi Sosial untuk

Perusahaan dan Industri. Jakarta:

CV. Rajawali.

Mahfoedz, M. 2009. Komunikasi

Keperawatan. Yogyakarta:

Ganbika

Nawawi, H. 2003. Kepemimpinan

Mengefektifkan Organisasi.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.


(16)

Nitisemito, S.A. 2002. Manajemen

Personalia. Jakarta: Ghalia

Indonesia.

Rivai, V. 2003. Kepemimpinan dan

perilaku Organisasi. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada.

Siagian, S. 2003. Manajemen Sumber

Daya Manusia. Jakarta : Bina

Aksara.

Suranta, S. 2002. Dampak Motivasi Karyawan Pada Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja Karyawan Perusahaan Bisnis. Jurnal Empirika.. Vol. 15 No.2 Hal. 116-138.

Walgito, B. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset. Wulan, K. dan Hastuti. 2010. Pengantar

Etika Keperawatan. Jakarta :


(1)

melalui memberikan sumbangsih nyata dalam pencapaian tujuan organisasi.

Menurut Danim (2004) aspek persepsi terhadap kepemimpinan demokratik antara lain :

a. Kepercayaan tinggi terhadap bawahan dengan tidak melepaskan tanggung jawab pengawasan dan beban kerja organisasi menjadi tanggung jawab bersama antara bawahan dan atasan. Misalnya melibatkan karyawan (perawat) dalam pengambilan keputusan, para anggota atau bawahan ikut dalam proses pengambilan keputusan dengan diberi kesempatan mengeluarkan ide atau pendapat.

b. Komunikasi dengan bawahan bersifat terbuka dan dua arah, adanya hubungan dengan bawahannya, dan pemimpin ikut berpartisipasi dalam kegiatan kelompok serta bersifat supportif.

c. Penekanan pada tujuan. Pemimpin memberikan penjelasan tentang pentingnya pencapaian prestasi, serta pemimpin berusaha memberi semangat kepada kelompok bimbingan dan pengarahan, dimana pemimpin memberikan saran, petunjuk, pengarahan dan kritik secara objektif dan positif kepada bawahannya dalam situasi kerja.

Hubungan antara Persepsi Terhadap Gaya Kepemimpinan Demokratik Kepala perawat dengan Kedisiplinan Kerja Perawat

Nawawi (2003) menyatakan kepemimpinan demokratik di sebuah organisasi menunjukan perilaku selalu mampu dan berusaha mengikutsertakan anggota organisasinya sebagai bawahan secara aktif sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing- masing. Pemimpin yang demokratik akan mendorong kemampuan mengambil keputusan dari para bawahannya.. Pemimpin serius mendengarkan dan menilai dan menerima pikiran-pikiran bawahannya sejauh pemikiran tersebut dapat dilaksanakan. Para bawahan juga didorong untuk meningkatkan kemampuan mengendalian diri dan menerima tanggungjawab lebih besar. Para bawahan juga didorong untuk meningkatkan kemampuan mengendalikan diri dan menerima tanggungjawab lebih besar. Keterlibatan pimpinan untuk menyertakan karyawan dalam pengambilan keputusan akan mempunyai dampak pada peningkatan hubungan pimpinan dengan bawahan peningkatan partisipasi dan kedisiplinan kerja perawat.

Pembentukan persepsi berlangsung dalam interaksi manusia dan berkenaan


(2)

dengan objek tertentu. Interaksi di dalam kelompok maupun di luar kelompok dapat mengubah persepsi atau membentuk persepsi yang baru, begitu pula pada pemimpin yang dipersepsi secara postif maka dapat menimbulkan perhatian secara positif. Berkaitan dengan ulasan tersebut Pareek (Walgito, 2010) mengemukakan ada empat aspek utama yang menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi, yaitu: 1) Perhatian; 2) Kebutuhan; 3) Kesediaan dan 4) Sistem nilai. Pola persepsi bawahaan terhadap pimpinan khususnya kepala perawat juga mencakup beberapa faktor. Menurut Effendi (2004) para bawahan yang berada di bawah gaya kepemimpinan demokratik melaksanakan pekerjaannya dengan penuh gairah dan akan terus bekerja sekalipun pemimpin tidak mengawasinya. Bawahan telah memiliki kesadaran yang tinggi terhadap tugas-tugasnya sehingga mau melaksanakan pekerjaannya dengan patuh dan sukarela. Hipotesis

Ada hubungan antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat dengan kedisiplinan kerja. METODE

Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel tergantung : Kedisiplinan kerja

Variabel bebas : Persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik Kepala perawat

Subjek Penelitian

Populasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah perawat bertugas di ruang rawat inap dr. Tjan Khee Swan kelas IIA dan IIB berjumlah 75 perawat.

Metode dan Alat Pengumpulan Data Skala kedisiplinan kerja yang digunakan disusun peneliti berdasarkan aspek-aspek yang dikemukan Anoraga (2008) yaitu kehadiran, jam kerja, tanggung jawab. Skala kedisiplinan kerja terdiri dari aitem favourable dan unfavourable.

Skala persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat Persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat diungkap dengan skala persepsi terhadap gaya kepe mimpinan demokratik kepala perawat yang disusun berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan Danim (2004) yaitu kepercayaan, komunikasi dua arah, penekanan pada tujuan.

Metode Analisis Data

Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah


(3)

Korelasi Product Moment karena bertujuan mencari hubungan atau korelasi antara dua variabel.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,449; p = 0,000 (p<0,01). Hasil tersebut menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat dengan kedis iplinan kerja. Semakin tinggi (positif) persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat maka semakin tinggi kedisiplinan kerja, begitu sebaliknya semakin rendah (negatif) persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat maka semakin rendah kedisiplinan kerja. Dari hasil analisis diketahui koefisien determinan (r2) = 0,202. Hal ini berarti sumbangan efektif persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat terhadap kedisiplinan kerja sebesar 20,2%, artinya masih terdapat 79,8% faktor-faktor lain yang mempengaruhi kedisiplinan kerja selain variabel persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat, misalnya gaji, lingkungan, pengalaman,

teman sekerja, jenis kelamin dan rasa aman.

Diketahui variabel persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat mempunyai rerata empirik sebesar 88,093 dan rerata hipotetik sebesar 75 yang berarti persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat tergolong tinggi. Adapun variabel kedisiplinan kerja diketahui rerata empirik sebesar 70,187 dan rerata hipotetik sebesar 70 berarti kedisiplinan kerja subjek penelitian tergolong sedang.

Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan analisis diketahui ada hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat dengan kedisiplinan kerja. Semakin tinggi atau positif persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat maka semakin tinggi kedisiplinan kerja. Dengan demikian hiotesis penelitian yang menyatakan ada hubungan antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat dengan kedisiplinan kerja dapat diterima.

Daft (2007) mengemukakan faktor yang mempengaruhi kedisiplinan kerja


(4)

antara lain pimpinan. Pimpinan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kedisiplinan kerja. Salah satu gaya kepemimpinan yang diasumsikan efektif meningkatkan kedisiplinan kerja yaitu tipe demokratik. Pernyataan ini didukung oleh pendapat Siagian (2003) bahwa pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi sehingga bergerak sebagai suatu totalitas. Pada gaya kepemimpinan demokratik, pemimpin mendelegasikan wewenangnya secara luas. Pembuatan kuputusan selalu dirundingkan dengan para bawahan, sehingga pimpinan dan bawahan bekerja sebagai tim. Pimpinan memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada bawahan tentang tugas dan pekerjaan mereka. Tipe pemimpin tersebut dapat mengembangkan sikap hormat dan menghargai terhadap semua karyawan, begitu sebaliknya karyawan yang menjadi bawahan akan menghormati dan menghargai pimpinannya.

Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat dengan kedisiplinan kerja, namun

generalisasi dari hasil- hasil penelitian ini terbatas pada populasi tempat penelitian dilakukan yaitu di Rumah Sakit dr. Oen Solo Baru sehingga penerapan pada ruang lingkup yang lebih luas dengan karakteristik yang berbeda kiranya perlu dilakukan penelitian lagi dengan menggunakan atau menambah variabel-variabel lain yang belum disertakan dalam penelitian ini ataupun dengan menambah dan memperluas ruang lingkup penelitian.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat dengan kedisiplinan kerja. Semakin tinggi (positif) persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat maka semakin tinggi kedisiplinan kerja. Semakin rendah (negatif) persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat maka semakin rendah kedisiplinan kerja perawat.

2. Persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat pada subjek penelitian tergolong tinggi

3. Kedisiplinan kerja pada subjek penelitian atau perawat tergolong sedang.


(5)

terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat terhadap kedisiplinan kerja sebesar 20,2%.

Saran

Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian dengan tema yang sama disarankan:

a. Memperluas area penelitian tidak hanya terbatas pada area perawat tapi pada seluruh karyawan baik medis maupun non medis, serta menambahkan variabel lain di luar persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik. Hal ini mengingat masih terdapat 79,8% faktor- faktor lain yang mempengaruhi kedisiplinan kerja selain variabel persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat, misalnya gaji, lingkungan, pengalaman, teman sekerja, jenis kelamin dan rasa aman.

b. Distribusi skala yang mengandalkan pihak staf berpeluang mendorong munculnya intervensi dan evaluasi independen dari atasan terhadap bawahan, oleh karena itu pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat dibagikan secara langsung kepada subjek yang diteliti.

Daftar Pustaka

Anoraga, P. 2008. Psikologi Kerja. Jakarta : Rineka Cipta.

Atkinson, R.L. Atkitson, R. C. Smith, W dan Bem, S. 2006. Pengantar Psikologi. Edisi Kesebelas. (Alih Bahasa : Dr. Widjaya Kusuma). Batam : Interaksara

Daft, R.L. 2007. Manajemen. (terjemahan: Tanjaya, Tiolina) Jakarta: Salemba empat.

Danim, S. 2004. Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Jakarta : Rineka Cipta.

Effendi, O. U. 2005. Kepemimpinan & Komunikasi. Bandung. Alumni. Helmi, A.F. 2000. Disiplin Kerja. Buletin

Psikologi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Vol. 90. No.6. Hal. 387 – 401. Jewell, L.N. dan Siegall, M. 2010.

Psikologi Industri Organisasi Modern Edisi 2 (terjemahan Pudjaatmaka & Meitasari). Jakarta : Arcan.

Kartono, K. 2004. Psikologi Sosial untuk Perusahaan dan Industri. Jakarta: CV. Rajawali.

Mahfoedz, M. 2009. Komunikasi Keperawatan. Yogyakarta: Ganbika

Nawawi, H. 2003. Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.


(6)

Nitisemito, S.A. 2002. Manajemen Personalia. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Rivai, V. 2003. Kepemimpinan dan perilaku Organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Siagian, S. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bina Aksara.

Suranta, S. 2002. Dampak Motivasi Karyawan Pada Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja Karyawan Perusahaan Bisnis. Jurnal Empirika.. Vol. 15 No.2 Hal. 116-138.

Walgito, B. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset. Wulan, K. dan Hastuti. 2010. Pengantar

Etika Keperawatan. Jakarta : Prestasi Pustaka


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA RUANG DENGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT PELAKSANA Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang Dengan Motivasi Kerja Perawat Pelaksana Di Rumah Sakit Islam Surakarta.

0 3 16

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIK DENGAN KINERJA KARYAWAN Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan Demokratik Dengan Kinerja Karyawan.

0 0 15

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIK DENGAN KINERJA KARYAWAN Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan Demokratik Dengan Kinerja Karyawan.

0 1 15

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIK DAN KARAKTERISTIK PEKERJAAN Hubungan Antara Persepsi Terhadap Gaya Kepemimpinan Demokratik dan karakteristik Pekerjaan dengan Loyalitas Kerja.

0 1 15

PENDAHULUAN Hubungan Antara Persepsi Terhadap Gaya Kepemimpinan Demokratik dan karakteristik Pekerjaan dengan Loyalitas Kerja.

0 1 8

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIK KEPALA PERAWAT DENGAN Hubungan Antara Persepsi Terhadap Gaya Kepemimpinan Demokratik Kepala Perawat Dengan Motivasi Kerja Perawat.

0 2 15

PENDAHULUAN Hubungan Antara Persepsi Terhadap Gaya Kepemimpinan Demokratik Kepala Perawat Dengan Motivasi Kerja Perawat.

0 2 8

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIK KEPALA PERAWAT DENGAN Hubungan Antara Persepsi Terhadap Gaya Kepemimpinan Demokratik Kepala Perawat Dengan Kedisiplinan Kerja Perawat.

0 2 17

PENDAHULUAN Hubungan Antara Persepsi Terhadap Gaya Kepemimpinan Demokratik Kepala Perawat Dengan Kedisiplinan Kerja Perawat.

0 1 10

LAPORAN PENELITIAN Hubungan Antara Persepsi Terhadap Gaya Kepemimpinan Demokratik Kepala Perawat Dengan Kedisiplinan Kerja Perawat.

0 5 19