LAPORAN PENELITIAN Hubungan Antara Persepsi Terhadap Gaya Kepemimpinan Demokratik Kepala Perawat Dengan Kedisiplinan Kerja Perawat.

(1)

50 BAB IV

LAPORAN PENELITIAN

A. Persiapan Penelitian 1. Orientasi kancah penelitian

Salah satu tahap yang harus dilalui sebelum penelitian dilaksanakan adalah perlunya memahami kancah atau tempat penelitian dan mempersiapkan segala sesuatu yang berkenaan dengan jalannya penelitian. Sebelum menentukan kancah penelitian, penulis terlebih dahulu melakukan observasi pendahuluan dengan mendasarkan pada ciri-ciri populasi yang diambil, dengan tujuan lebih menghemat waktu dan memperoleh jumlah sampel penelitian yang cukup banyak serta dapat dilakukan penelitian secara klasikal.

Awal mula Rumah Sakit Dr. Oen Surakarta berdiri pada 27 Januari 1933 dengan nama Poliklinik Kesehatan Tsi Sheng Yuan, beralamat di jalan Mesen no. 106, Solo. Pelayanan yang diberikan terbatas pada pengobatan umum dan pemeriksaan kandungan. Pada awal 1942, pada masa pendudukan Jepang Poliklinik Kesehatan Tsi Sheng Yuan berfungsi sebagai rumah sakit darurat. Tahun 1949, Poliklinik Kesehatan Tsi Sheng Yuan pindah ke jalan Warung Pelem no. 72, pelayanan yang diberikan bertambah dengan Klinik Bersalin. Atas prakarsa dr. Oen Boen Ing yang telah mengabdi sejak tahun 1935, pada 31 Agustus 1952 terbentuklah Yayasan Kesehatan Tsi Sheng Yuan.


(2)

Visi

Menjadi Institusi pelayanan kesehatan yang unggul, untuk me lanjutkan cita-cita luhur almarhum Dr. OEN BOEN ING sebagai wujud pengabdian berbangsa dan bernegara.

Misi

? Melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara profesional

? Melaksanakan upaya pelayanan kesehatan yang terjangkau masyarakat luas, tanpa membedakan suku, bangsa, agama, aliran politik, kedudukan sosial ekonomi

? Melaksanakan upaya pelayanan kesehatan yang bersifat non profit dan dikelola secara ekonomis

? Mengembangkan sumber daya manusia ? Menjunjung tinggi kode etik

2. Penyusunan alat pengumpul data

Penelitian ini menggunakan dua skala yaitu skala persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat dan skala kedisiplinan kerja.

a. Skala persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat Persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat diungkap dengan skala persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat yang disusun berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan Danim (2004) yaitu kepercayaan, komunikasi dua arah, penekanan pada tujuan. Sistem skoring dengan empat alternatif jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai


(3)

(TS) dan sangat tidak sesuai (STS). Skala ini berjumlah 36 item yang terdiri dari 18 item favourable dan 18 item unfavourable. Skor aitem favourable atau aitem yang mendukung positif terhadap pernyataan, sebagai berikut.

Sangat Sesuai (SS) : 4

Sesuai (S) : 3

Tidak Sesuai (TS) : 2 Sangat Tidak Sesuai (STS) : 1

Aitem yang unfavorable adalah aitem yang mendukung negatif terhadap satu pernyataan tertentu. Nilai yang diberikan:

Sangat Sesuai (SS) : 1 Sesuai (S) : 2 Tidak Sesuai (TS) : 3 Sangat Tidak Sesuai (STS) : 4

Blue print skala persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat dapat dilihat pada tabel IV.1:

Tabel IV.1

Blue Print Skala Persepsi Terhadap Gaya Kepemimpinan Demokratik

Kepala Perawat Nomor item Aspek

Favourable Unfavourable

Total Kepercayaan 1,3,5,7,9,11 13,15,17,19,21,23 12 Komunikasi dua arah 25,27,29,31,33,35 2,4,6,8,10,12 12 Penekanan pada tujuan 14,16,18,20,22,24 26,28,30,32,34,36 12

Jumlah 18 18 36

b. Skala kedisiplinan kerja

Skala kedisiplinan kerja yang digunakan disusun berdasarkan aspek-aspek yang dikemukan Anoraga (2008) yaitu kehadiran, jam kerja, tanggung jawab.


(4)

Skala kedisiplinan kerja berjumlah 30 item terdiri dari 15 item favourable dan 15 item unfavourable. Sistem skoring menggunakan empat alternatif jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS) dan sangat tidak sesuai (STS). Adapun skor favourable atau aitem yang mendukung positif terhadap pernyataan, sebagai berikut.

Sangat Sesuai (SS) : 4

Sesuai (S) : 3

Tidak Sesuai (TS) : 2 Sangat Tidak Sesuai (STS) : 1

Unfavorable adalah aitem yang mengandung nilai- nilai mendukung secara negatif terhadap satu pernyataan tertentu. Nilai yang diberikan:

Sangat Sesuai (SS) : 1 Sesuai (S) : 2 Tidak Sesuai (TS) : 3 Sanga t Tidak Sesuai (STS) : 4

Blue print skala kedisiplinan kerja dapat dilihat pada tabel IV.2: Tabel IV.2

Blue Print Skala Kedisiplinan kerja

Nomor Aitem

No Aspek

Favourable Unfavorable Jumlah 1. Kehadiran 1,3,5,7,9 11,13,15,17,19 10 2. Jam kerja 21,23,25,27,29 2,4,6,8,10 10 3. Tanggung jawab 12,14,16,18,20 22,24,26,28,30 10

Jumlah 15 15 30

B. Pelaksanaan Penelitian 1. Penentuan subjek penelitian

Peranan subjek di dalam penelitian sangatlah penting untuk dapat mengetahui informasi sebagai bahan atau data dalam penelitian. Adapun subjek penelitian adalah perawat yang bertugas di ruang rawat inap dr. Tjan Khee Swan


(5)

kelas IIA dan IIB berjumlah 75 perawat. Alasan penelitian di rumah sakit tersebut antara lain untuk memberikan informasi secara empiris bagaimana keterkaitan antara persepsi terhadap kepemimpinan demokratik kepala perawat dengan kedisiplinan kerja perawat, hal ini penting untuk dilakukan mengingat banyak rumah sakit yang belum optimal dalam memberikan pelayanan pada pengguna jasa rumah sakit

2. Pelaksanaan pengumpulan data penelitian

Pelaksanaan pengumpulan data menggunakan penelitian data terpakai (uji coba terpakai). Hadi (2000) mengemukakan sejumlah penelitian menggunakan apa yang disebut uji coba terpakai, dibedakan dengan uji coba terpisah. Pada uji coba terpakai, hasil uji cobanya dari aitem-aitem yang sahih langsung digunakan untuk menguji hipotesis. Uji coba terpakai mengandung kelemahan dan kelebihan. Kelemahannya adalah jika banyak aitem atau butir yang gugur dan terlalu sedikit aitem yang valid, peneliti tidak lagi mempunyai kesempatan untuk merivisi skala atau instrumennya. Kelebihannya adalah tidak perlu membuang-buang waktu, tenaga dan biaya untuk keperluan uji coba semata- mata. Sebaliknya uji coba terpisah memerlukan waktu, tenaga dan biaya tersendiri, tetapi jika banyak aitem yang gugur peneliti masih bisa merevisi aitem-aitem skalanya dan meningkatkan kualitas datanya. Alasan digunakan uji coba terpakai antara lain mempertimbangkan efektivitas waktu pengumpulan data agar lebih singkat, selain itu juga agar tidak terlalu mengganggu aktivitas kerja perawat.

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada tanggal 6 sampai dengan 11 Februari 2012. Melalui ijin dari pimpinan rumah sakit pembagian skala diberikan


(6)

ke bagian personalia yang selanjutnya dikoordinasikan dengan perawat jaga dimasing- masing bangsal untuk dibagikan kepada semua perawat. Pengembalian skala kurang lebih satu minggu dari penyebaran. Dari 75 skala yang dibagikan semua kembali dan memenuhi syarat skoring. 3URVHVSHODNVDQDDQVNRULQJ XQWXN penelitian data WHUSDNDLP HODOXLGXDWDKDS \ DLWX pHUKLWXQJDQVNRULQJ XQWXN P HQJ XMLYDOLGLWDV dan VNRULQJ XQWXNP HQJ XMLKLSRWHVLV

3. Pelaksanaan skoring untuk uji validitas dan reliabilitas

Skor item berkisar dari 1 sampai 4. Pemberian skor dilakukan berdasarkan jawaban subjek dan memperhatikan sifat item yaitu favourable dan unfavourable. Nilai tertinggi item adalah 4 dan terendah adalah 1. Selanjutnya penulis menjumlahkan skor dari masing- masing skala, yang nilainya digunakan untuk analisis data.

4. Perhitungan validitas dan reliabilitas

Parameter indeks daya beda item diperoleh melalui korelasi antara skor masing- masing item dengan skor total, sehingga dapat ditentukan item- item yang valid dan yang tidak valid untuk dimasukkan dalam skala penelitian. Seleksi atau dasar pengambilan keputusan item yang valid dengan cara membandingkan nilai validitas (rbt) dengan nilai p pada taraf signifikansi 5%. Jika nilai p < 0,05 maka

item dikatakan valid, sebaliknya jika nilai p > 0,05 maka item dikatakan gugur. Hasil perhitungan validitas dan reliabilitas skala persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat menghasilkan 6 item yang gugur yaitu nomor 7,17,23,27,33,34, sehingga dari 36 item yang diujikan terdapat 30 item


(7)

dinyatakan valid, koefisien validitas (rbt) berkisar 0,445 sampai 0,865; p < 0,05

dan koefisien reliabilitas (rtt) = 0,954. Susunan item skala yang valid dan gugur

untuk skala persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat disajikan pada tabel IV.3.

Tabel IV.3

Sebaran Item Skala Persepsi Terhadap Gaya Kepemimpinan Demokratik Kepala Perawat yang Valid dan Gugur

Nomor Item

Favourable Unfavourable

Aspek

Sahih Gugur Sahih Gugur

Total Kepercayaan 1,3,5,9,11 7 13,15,19,21 17,23 12 Komunikasi dua arah 25,29,31,35 27,33 2,4,6,8,10,12 12 Penekanan pada tujuan 14,16,18,20,2

2,24

26,28,30,32, 36

34 12

15 3 15 3

Total

18 18

30

Hasil perhitungan validitas dan reliabilitas skala kedisiplinan kerja menghasilkan 2 item gugur yaitu nomor 6,20, sehingga dari 30 item yang diujikan ada 28 item valid, koefisien validitas (rbt) berkisar antara 0,289 sampai 0,874

dengan p < 0,05 dan koefisien reliabilitas (rtt) sebesar 0,952. Susunan item skala


(8)

Tabel IV.4

Sebaran Item Skala Kedisiplinan kerja yang Valid dan Gugur

Nomor Item

Favourable Unfavourable

Aspek

Sahih Gugur Sahih Gugur

Total

Kehadiran 1,3,5,7,9 11,13,15,17,19 10

Jam kerja 21,23,25,27,29 2,4,8,10 6 10

Tanggung jawab 12,14,16,18 20 22,24,26,28,30 10

14 1 14 1

Total

15 15 30

Tabel IV.5

Rangkuman Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Nilai Koefisien

Variabel

Validitas Reliabilitas

Jumlah Persepsi terhadap gaya

kepemimpinan demokratik kepala perawat

(rbt) = 0,407 – 0,865

p < 0,05

(rtt) = 0,945 Item = 36

Gugur = 6 Valid = 30 Kedisiplinan kerja (rbt) = 0,289 – 0,874

p < 0,05

(rtt) = 0,952 Item = 30

Gugur = 2 Valid = 28

5. Pelaksanaan skoring untuk uji hipotesis

Setelah perhitungan validitas dan reliabilitas aitem, langkah selanjutnya melalui program komputer SPS yaitu menjumlahkan skor item valid masing-masing skala. Berdasarkan hasil perhitungan validitas skala persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat terdapat 30 item yang valid dan skala kedisiplinan kerja terdapat 28 item. Total penjumlahan skor item yang valid dari skala yang diperoleh subjek ini akan dipakai dalam uji hipotesis atau analisis data.


(9)

C. Analisis Data 1. Uji asumsi

a. Uji normalitas sebaran. Uji normalitas sebaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah sebaran data penelitian mengikuti sebaran distribusi normal atau tidak. Berdasarkan hasil uji normalitas pada variabel persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat diperoleh nilai kai kuadrat = 6,171; p =0,290 (p>0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebaran data variabel persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat memenuhi distribusi normal. Hasil uji normalitas variabel kedisiplinan kerja diperoleh nilai kai kuadrat = 1,212; p = 0,750 (p > 0,05). Hasil tersebut menunjukkan sebaran data variabel kedisiplinan kerja memenuhi distribusi normal.

b. Uji linieritas. Uji linieritas dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel bebas (persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat) dengan variabel tergantung (kedisiplinan kerja) memiliki korelasi yang searah (linier) atau tidak. Uji linieritas diperoleh nilai Fbeda= 0,117; p=0,733

(p>0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel bebas (persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat) dengan variabel tergantung (kedisiplinan kerja ) memiliki korelasi yang searah (linier).

2. Uji hipotesis

Perhitungan untuk menguji hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik analisis product moment Pearson. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,449; p = 0,000 (p<0,01). Hasil tersebut menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi


(10)

terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat dengan kedisiplinan kerja. Semakin tinggi (positif) persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat maka semakin tinggi kedisiplinan kerja, begitu sebaliknya semakin rendah (negatif) persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat maka semakin rendah kedisiplinan kerja. Dari hasil analisis diketahui koefisien determinan (r2) = 0,202. Hal ini berarti sumbangan efektif persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat terhadap kedisiplinan kerja sebesar 20,2%, artinya masih terdapat 79,8% faktor- faktor lain yang mempengaruhi kedisiplinan kerja selain variabel persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat, misalnya gaji, lingkungan, pengalaman, teman sekerja, jenis kelamin dan rasa aman.

Tabel IV.6

Rangkungan Hasil Uji Hipotesis

Uji Asumsi/

Analisis Variabel Hasil

Keterangan (status) Korelasi

product moment

Persepsi terhadap gaya kepemimpinan

demokratik kepala perawat dengan kedisiplinan kerja

Nilai r = 0,449 p = 0,000 (p < 0,01)

Ada korelasi positif sangat signifikan

Sumbangan efektif

Persepsi terhadap gaya kepemimpinan

demokratik kepala perawat terhadap kedisiplinan kerja

R2 = 0,202 Sumbangan efektif = 20,2% Faktor lain 79,8%

Kategorisasi Persepsi terhadap gaya kepemimpinan

demokratik kepala perawat

Kedisiplinan kerja

Mean empirik = 88,093 Mean hipotetik = 75

Mean empirik = 70,187 Mean hipotetik = 70

Tinggi


(11)

3. Kategorisasi

Tujuan dari kategorisasi adalah mengetahui kond isi subyek dengan membuat kelas-kelas interval pengkategorian. Maksud pengukuran adalah semata-mata mendudukkan subyek pada posisinya menurut kontinum atribut yang diukur (Azwar, 2009). Cara pembuatan kelas interval adalah dengan membuat terlebih dahulu Mean hipotetiknya dan standar deviasi. Nilai Mean hipotetik yang diperoleh dari uji normalitas sebaran kemudian dimasukkan ke dalam kelas interval untuk mengetahui kategori yang dimiliki subyek.

Berdasarkan hasil analisis diketahui variabel persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat mempunyai rerata empirik sebesar 88,093 dan rerata hipotetik sebesar 75 yang berarti persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat tergolong tinggi. Adapun variabel kedisiplinan kerja diketahui rerata empirik sebesar 70,187 dan rerata hipotetik sebesar 70 berarti kedisiplinan kerja subjek penelitian tergolong sedang. Hasil kategori dapat dilihat pada berikut:

Tabel IV.7

Frekuensi dan Persentase Persepsi Terhadap Gaya Kepemimpinan Demokratik Kepala Perawat

Skor Kriteria Frekuensi

(? N)

Prosentase (%)

Rerata Empirik 30 ? X < 48 Sangat rendah

48 ? X < 66 Rendah 4 5%

66 ? X < 84 Sedang 16 21%

84 ? X < 102 Tinggi 46 61% 88,093

102 ? X ? 120 Sangat tinggi 9 12%


(12)

Berdasarkan tabel IV.7 diketahui dari 75 subjek penelitian, terdapat 4 subjek (5%) memiliki persepsi tergolong rendah, ada 16 subjek (21%) memiliki persepsi tergolong sedang, 46 subjek (61%) memiliki persepsi tinggi dan 9 subjek (12,) memiliki terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat tergolong sangat tinggi.

Tabel IV.8

Frekuensi dan Persentase Kedisiplinan kerja

Skor Kriteria Frekuensi

(? N)

Prosentase (%)

Rerata Empirik 28 ? X < 44,8 Sangat rendah

44,8 ? X < 61,6 Rendah 18 24%

61,6 ? X < 78,4 Sedang 27 36% 70,187

78,4 ? X < 95,2 Tinggi 30 40%

95,2 ? X ? 112 Sangat tinggi

Jumlah 75 100 %

Berdasarkan tabel IV.8 diketahui dari 75 subjek penelitian, terdapat 18 subjek (24) memiliki kedisiplinan kerja rendah, ada 27 subjek (36%) memiliki kedisiplinan kerja sedang, dan 30 subjek (40%) memiliki kedisiplinan kerja tinggi.

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan product moment diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,449; p = 0,000 (p<0,01), artinya ada hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat dengan kedisiplinan kerja. Semakin tinggi atau positif persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat maka semakin tinggi kedisiplinan kerja, dengan demikian hiotesis penelitian yang menyatakan ada hubungan positif antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat dengan kedisiplinan kerja dapat diterima.


(13)

Kepemimpinan merupakan salah satu aspek manajerial dalam kehidupan organisasi yang merupakan posisi kunci (key position), karena seorang pemimpin, berperan sebagai penyelaras dalam proses kerjasama antar manusia dalam organisasinya. Pemimpin akan mampu membedakan karakteristik suatu organisasi dengan organisasi lainnya. Pada umummya gaya kepemimpinan yang efektif, tepat dan dapat diterima oleh bawahan adalah gaya kepemimpinan yang demokratik, dimana pemimpin membantu dan mendorong bawahan untuk membicarakan dan memutuskan semua kebijakan (Jewell dan Siegall, 2010).

Nawawi (2003) menyatakan kepemimpinan demokratik di sebuah organisasi menunjukan perilaku selalu mampu dan berusaha mengikutsertakan anggota organisasinya sebagai bawahan secara aktif sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing- masing. Pemimpin yang demokratik akan mendorong kemampuan mengambil keputusan dari para bawahannya. Pemimpin serius mendengarkan dan menilai dan menerima pikiran-pikiran bawahannya sejauh pemikiran tersebut dapat dilaksanakan. Para bawahan juga didorong untuk meningkatkan kemampuan mengendalian diri dan menerima tanggungjawab lebih besar. Para bawahan juga didorong untuk meningkatkan kemampuan mengendalikan diri dan menerima tanggungjawab lebih besar. Keterlibatan pimpinan untuk menyertakan karyawan dalam pengambilan keputusan akan mempunyai dampak pada peningkatan hubungan pimpinan dengan bawahan peningkatan partisipasi dan kedisiplinan kerja perawat.

Hasibuan (1994) berpendapat bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan suatu organisasi antara lain teladan pimpinan.


(14)

Teladan pimpinan sangat berperan dalam mene ntukan kedisiplinan karyawan Kepemimpinan demokratik akan mampu meningkatkan kedisiplinan kerja perawat, karena dalam gaya kepemimpinan demokratik, pemimpin mendelegasikan wewenangnya secara luas. keputusan selalu dirundingkan dengan bawahan, sehingga pimpinan dan bawahan bekerja sebagai satu tim yang saling mendukung, dan bekerjasama secara efektif.

Daft (2007) mengemukakan faktor yang mempengaruhi kedisiplinan kerja antara lain pimpinan. Pimpinan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kedisiplinan kerja. Salah satu gaya kepemimpinan yang diasumsikan efektif meningkatkan kedisiplinan kerja yaitu tipe demokratik. Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian Arwani (2005) kedisiplinan kerja perawat dipengaruhi banyak faktor, salah satunya yaitu kepemimpinan kepala perawat. Kepala perawat sebagai manajer harus dapat menjamin pelayanan yang diberikan oleh perawat pelaksana dalam memberikan pelayanan yang aman dan mementingkan kenyamanan pasien. Kemampuan manajerial yang harus dimiliki oleh kepala perawat antara lain perencanaan, (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan dan pelaksanaan (aktuasi), pengawasan serta pengendalian (controlling), dan evaluasi. Dari beberapa fungsi manajerial kepala ruangan tersebut terlihat bahwa salah satu yang harus dijalankan oleh kepala perawat adalah bagaimana melakukan supervisi untuk meningkatkan kedisiplinan kerja, kualitas dan mutu pelayanan keperawatan.

Hasil analisis menunjukan sumbangan efektif persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat terhadap kedisiplinan kerja sebesar


(15)

20,2%, artinya masih terdapat 79,8% faktor- faktor lain yang mempengaruhi kedisiplinan kerja selain variabel persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat. Seperti dikemukakan Ranupandojo, (2000) bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi disiplin kerja dapat dibagi dua, yaitu :

a. Faktor dari dalam individu (internal), yaitu moral atau semangat kerja dan kesadaran dari karyawan akan pentingnya disiplin kerja.

b. Faktor dari luar individu (eksternal), yaitu kepemimpinan, peranan yang berlaku dari lingkungan kerja.

Hasibuan (1994) berpendapat bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan suatu organisasi adalah sebagai berikut :

a. Tujuan dan kemampuan. Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan.

b. Teladan pimpinan. Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan, karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahan.

c. Balas jasa atau kesejahteraan. Dengan balas jasa atau kesejahteraan akan memberikan kepuasan dan kecintaan terhadap perusahaan atau pekerjaannya. Jika kecintaan semakin baik terhadap perusahaan atau pekerjaan, maka kedisiplinan mereka akan lebih baik pula.

d. Keadilan. Keadilan ikut mendorong terwujudnya disiplin kerja karyawan lain, ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama dengan manusia lain.


(16)

e. Pengawasan melekat. Pengawasan melekat adalah tindakan nyata yang paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan dalam perusahaan, karena dengan pengawasan melekat berarti atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja dan prestasi kerja bawahannya.

f. Sanksi hukum. Dengan adanya sanksi hukuman karyawan akan takut untuk melanggar peraturan-peraturan perusahaan, sikap dan perilaku indisipliner.

g. Ketegasan. Pimpinan harus berani dan tegas bertindak untuk mengukur karyawan yang indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang tela h ditetapkan.

h. Hubungan kemanusiaan. Manajer harus berusaha menciptakan suasana hubungan kemanusiaan yang serasi dan harmonis diantara semua karyawan.

Hasil perhitungan kategorisasi diketahui rerata empirik sebesar 88,093 dan rerata hipotetik sebesar 75. Statistik deskripsi menunjukkan dari 75 subjek penelitian, terdapat 4 subjek (5%) memiliki persepsi tergolong rendah, ada 16 subjek (21%) memiliki persepsi tergolong sedang, 46 subjek (61%) memiliki persepsi tinggi dan 9 subjek (12%) memiliki terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat tergolong sangat tinggi. Secara umum berarti persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat pada subjek penelitian tergolong tinggi. Persepsi tinggi diartikan karyawan memiliki pandangan atau penilaian yang positif terhadap gaya kepemimpinan demokratik yang diterapkan oleh pimpinan, demikian pula sebaliknya semakin rendah persepsi menunjukkan semakin negatif penilaian dan pandangan karyawan terhadap gaya kepemimpinan demokratik yang diterapkan pimpinan. Sesuai pendapat Nurachmah (Warsito, 2006) pimpinan perawat di level menengah adalah kepala perawat. Oleh karena


(17)

itu kepala perawat harus memiliki kompetensi agar pelaksanaan pekerjaannya dapat berhasil yaitu: kemampuan menerapkan pengetahuan, keterampilan kepemimpinan, (kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin) dan kemampuan melaksanakan fungsi manajemen, di mana kelancaran pelayanan keperawatan di suatu ruang rawat baik juga dipengaruhi oleh beberapa aspek antara lain adanya : visi, misi dan tujuan rumah sakit yang dijabarkan secara lokal ruang rawat., struktur organisasi lokal, mekanisme kerja (standar-standar) yang diberlakukan di ruang rawat, sumber daya manusia keperawatan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas, metoda penugasan, tersedianya berbagai sumber atau fasilitas yang mendukung pencapaian kualitas pelayanan yang diberikan, kesadaran dan motivasi dari seluruh tanaga keperawatan yang ada serta komitmen dan dukungan dari pimpinan Rumah Sakit.

Variabel kedisiplinan kerja diketahui rerata empirik sebesar 70,187 dan rerata hipotetik sebesar 70. Statistik deskripsi menunjukkan 18 subjek (24) memiliki kedisiplinan kerja rendah, ada 27 subjek (36%) memiliki kedisiplinan kerja sedang, dan 30 subjek (40%) memiliki kedisiplinan kerja tinggi. Secara umum kedispilinan kerja masih tergolong sedang, oleh karena itu perawat perklu mengoptimalkan aspek-aspek yang terdapat pada variabel kedisiplinan kerja yaitu kehadiran, jam kerja, dan tanggung jawab. Menurut Suryohadiprojo (Helmi, 2000) sikap dan perilaku untuk disiplin atau mentaati peraturan perusahaan/organisasi muncul dari dalam diri karyawan untuk berbuat sesuatu atau kemauan untuk menyesuaikan diri dengan aturan-aturan. Sikap dan perilaku dalam disiplin kerja ditandai oleh berbagai inisiatif, kemauan, dan kehendak untuk mentaati peraturan.


(18)

Artinya, orang yang dikatakan mempunyai disiplin yang tinggi tidak semata- mata patuh dan taat terhadap peraturan secara kaku dan mati, tetapi juga mempunyai kehendak (niat) untuk menyesuaikan diri dengan peraturan-peraturan organisasi. Oleh karena itu disiplin kerja peril ditegakan sebagai kepatuhan terhadap komitmen peraturan – peraturan perusahaan, bukan atas dasar perasaan takut. Pada tingkat ini dilakukan tidak semata – mata untuk mendapatkan reaksi positif dari pimpinan atau atasan yang memiliki wewenang, namun sebagai bentuk komitmen yang tinggi terhadap perusahaan.

Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat dengan kedisiplinan kerja, namun ada beberapa keterbatasan pada penelitian ini, yaitu”

1. Generalisasi dari hasil- hasil penelitian ini terbatas pada populasi tempat penelitian dilakukan yaitu di Rumah Sakit dr. Oen Solo Baru sehingga penerapan pada ruang lingkup yang lebih luas dengan karakteristik yang berbeda kiranya perlu dilakukan penelitian lagi dengan menggunakan atau menambah variabel-variabel lain yang belum disertakan dalam penelitian ini ataupun dengan menambah dan memperluas ruang lingkup penelitian.

2. Metode pengumpulan data yang digunakan hanya angket atau skala sehingga kurang dapat mengungkap secara mendalam gejala psikologis yang tidak nampak dalam diri individu, oleh karena itu peneliti selanjutnya perlu melengkapi dengan teknik pengumpulan data yang lain, misalnya dengan dokumentasi disiplin kerja, wawancara, observasi, sehingga akan lebih dapat mengungkap secara mendalam kondisi psikologis subjek penelitian.


(19)

3. Metode pengumpulan data yang berupa self report. Meski sah secara metode, namun evaluasi terhadap sikap dan perilaku oleh subjek sendiri tidak bisa lepas dari kemungkinan terjadinya bias subyektivitas. Distribusi skala yang mengandalkan pihak staf berpeluang mendorong munculnya intervensi dan evaluasi independen dari atasan terhadap bawahan.


(1)

Teladan pimpinan sangat berperan dalam mene ntukan kedisiplinan karyawan Kepemimpinan demokratik akan mampu meningkatkan kedisiplinan kerja perawat, karena dalam gaya kepemimpinan demokratik, pemimpin mendelegasikan wewenangnya secara luas. keputusan selalu dirundingkan dengan bawahan, sehingga pimpinan dan bawahan bekerja sebagai satu tim yang saling mendukung, dan bekerjasama secara efektif.

Daft (2007) mengemukakan faktor yang mempengaruhi kedisiplinan kerja antara lain pimpinan. Pimpinan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kedisiplinan kerja. Salah satu gaya kepemimpinan yang diasumsikan efektif meningkatkan kedisiplinan kerja yaitu tipe demokratik. Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian Arwani (2005) kedisiplinan kerja perawat dipengaruhi banyak faktor, salah satunya yaitu kepemimpinan kepala perawat. Kepala perawat sebagai manajer harus dapat menjamin pelayanan yang diberikan oleh perawat pelaksana dalam memberikan pelayanan yang aman dan mementingkan kenyamanan pasien. Kemampuan manajerial yang harus dimiliki oleh kepala perawat antara lain perencanaan, (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan dan pelaksanaan (aktuasi), pengawasan serta pengendalian (controlling), dan evaluasi. Dari beberapa fungsi manajerial kepala ruangan tersebut terlihat bahwa salah satu yang harus dijalankan oleh kepala perawat adalah bagaimana melakukan supervisi untuk meningkatkan kedisiplinan kerja, kualitas dan mutu pelayanan keperawatan.

Hasil analisis menunjukan sumbangan efektif persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat terhadap kedisiplinan kerja sebesar


(2)

20,2%, artinya masih terdapat 79,8% faktor- faktor lain yang mempengaruhi kedisiplinan kerja selain variabel persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat. Seperti dikemukakan Ranupandojo, (2000) bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi disiplin kerja dapat dibagi dua, yaitu :

a. Faktor dari dalam individu (internal), yaitu moral atau semangat kerja dan kesadaran dari karyawan akan pentingnya disiplin kerja.

b. Faktor dari luar individu (eksternal), yaitu kepemimpinan, peranan yang berlaku dari lingkungan kerja.

Hasibuan (1994) berpendapat bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan suatu organisasi adalah sebagai berikut :

a. Tujuan dan kemampuan. Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan.

b. Teladan pimpinan. Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan, karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahan.

c. Balas jasa atau kesejahteraan. Dengan balas jasa atau kesejahteraan akan memberikan kepuasan dan kecintaan terhadap perusahaan atau pekerjaannya. Jika kecintaan semakin baik terhadap perusahaan atau pekerjaan, maka kedisiplinan mereka akan lebih baik pula.

d. Keadilan. Keadilan ikut mendorong terwujudnya disiplin kerja karyawan lain, ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama dengan manusia lain.


(3)

e. Pengawasan melekat. Pengawasan melekat adalah tindakan nyata yang paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan dalam perusahaan, karena dengan pengawasan melekat berarti atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja dan prestasi kerja bawahannya.

f. Sanksi hukum. Dengan adanya sanksi hukuman karyawan akan takut untuk melanggar peraturan-peraturan perusahaan, sikap dan perilaku indisipliner.

g. Ketegasan. Pimpinan harus berani dan tegas bertindak untuk mengukur karyawan yang indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang tela h ditetapkan.

h. Hubungan kemanusiaan. Manajer harus berusaha menciptakan suasana hubungan kemanusiaan yang serasi dan harmonis diantara semua karyawan.

Hasil perhitungan kategorisasi diketahui rerata empirik sebesar 88,093 dan rerata hipotetik sebesar 75. Statistik deskripsi menunjukkan dari 75 subjek penelitian, terdapat 4 subjek (5%) memiliki persepsi tergolong rendah, ada 16 subjek (21%) memiliki persepsi tergolong sedang, 46 subjek (61%) memiliki persepsi tinggi dan 9 subjek (12%) memiliki terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat tergolong sangat tinggi. Secara umum berarti persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat pada subjek penelitian tergolong tinggi. Persepsi tinggi diartikan karyawan memiliki pandangan atau penilaian yang positif terhadap gaya kepemimpinan demokratik yang diterapkan oleh pimpinan, demikian pula sebaliknya semakin rendah persepsi menunjukkan semakin negatif penilaian dan pandangan karyawan terhadap gaya kepemimpinan demokratik yang diterapkan pimpinan. Sesuai pendapat Nurachmah (Warsito, 2006) pimpinan perawat di level menengah adalah kepala perawat. Oleh karena


(4)

itu kepala perawat harus memiliki kompetensi agar pelaksanaan pekerjaannya dapat berhasil yaitu: kemampuan menerapkan pengetahuan, keterampilan kepemimpinan, (kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin) dan kemampuan melaksanakan fungsi manajemen, di mana kelancaran pelayanan keperawatan di suatu ruang rawat baik juga dipengaruhi oleh beberapa aspek antara lain adanya : visi, misi dan tujuan rumah sakit yang dijabarkan secara lokal ruang rawat., struktur organisasi lokal, mekanisme kerja (standar-standar) yang diberlakukan di ruang rawat, sumber daya manusia keperawatan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas, metoda penugasan, tersedianya berbagai sumber atau fasilitas yang mendukung pencapaian kualitas pelayanan yang diberikan, kesadaran dan motivasi dari seluruh tanaga keperawatan yang ada serta komitmen dan dukungan dari pimpinan Rumah Sakit.

Variabel kedisiplinan kerja diketahui rerata empirik sebesar 70,187 dan rerata hipotetik sebesar 70. Statistik deskripsi menunjukkan 18 subjek (24) memiliki kedisiplinan kerja rendah, ada 27 subjek (36%) memiliki kedisiplinan kerja sedang, dan 30 subjek (40%) memiliki kedisiplinan kerja tinggi. Secara umum kedispilinan kerja masih tergolong sedang, oleh karena itu perawat perklu mengoptimalkan aspek-aspek yang terdapat pada variabel kedisiplinan kerja yaitu kehadiran, jam kerja, dan tanggung jawab. Menurut Suryohadiprojo (Helmi, 2000) sikap dan perilaku untuk disiplin atau mentaati peraturan perusahaan/organisasi muncul dari dalam diri karyawan untuk berbuat sesuatu atau kemauan untuk menyesuaikan diri dengan aturan-aturan. Sikap dan perilaku dalam disiplin kerja ditandai oleh berbagai inisiatif, kemauan, dan kehendak untuk mentaati peraturan.


(5)

Artinya, orang yang dikatakan mempunyai disiplin yang tinggi tidak semata- mata patuh dan taat terhadap peraturan secara kaku dan mati, tetapi juga mempunyai kehendak (niat) untuk menyesuaikan diri dengan peraturan-peraturan organisasi. Oleh karena itu disiplin kerja peril ditegakan sebagai kepatuhan terhadap komitmen peraturan – peraturan perusahaan, bukan atas dasar perasaan takut. Pada tingkat ini dilakukan tidak semata – mata untuk mendapatkan reaksi positif dari pimpinan atau atasan yang memiliki wewenang, namun sebagai bentuk komitmen yang tinggi terhadap perusahaan.

Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik kepala perawat dengan kedisiplinan kerja, namun ada beberapa keterbatasan pada penelitian ini, yaitu”

1. Generalisasi dari hasil- hasil penelitian ini terbatas pada populasi tempat penelitian dilakukan yaitu di Rumah Sakit dr. Oen Solo Baru sehingga penerapan pada ruang lingkup yang lebih luas dengan karakteristik yang berbeda kiranya perlu dilakukan penelitian lagi dengan menggunakan atau menambah variabel-variabel lain yang belum disertakan dalam penelitian ini ataupun dengan menambah dan memperluas ruang lingkup penelitian.

2. Metode pengumpulan data yang digunakan hanya angket atau skala sehingga kurang dapat mengungkap secara mendalam gejala psikologis yang tidak nampak dalam diri individu, oleh karena itu peneliti selanjutnya perlu melengkapi dengan teknik pengumpulan data yang lain, misalnya dengan dokumentasi disiplin kerja, wawancara, observasi, sehingga akan lebih dapat mengungkap secara mendalam kondisi psikologis subjek penelitian.


(6)

3. Metode pengumpulan data yang berupa self report. Meski sah secara metode, namun evaluasi terhadap sikap dan perilaku oleh subjek sendiri tidak bisa lepas dari kemungkinan terjadinya bias subyektivitas. Distribusi skala yang mengandalkan pihak staf berpeluang mendorong munculnya intervensi dan evaluasi independen dari atasan terhadap bawahan.


Dokumen yang terkait

Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan Dengan Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana Puskesmas Langsa Lama Tahun 2014

42 214 78

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA RUANG DENGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT PELAKSANA Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang Dengan Motivasi Kerja Perawat Pelaksana Di Rumah Sakit Islam Surakarta.

0 3 16

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA RUANG DENGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT PELAKSANA Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang Dengan Motivasi Kerja Perawat Pelaksana Di Rumah Sakit Islam Surakarta.

0 2 15

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIK DAN KARAKTERISTIK PEKERJAAN Hubungan Antara Persepsi Terhadap Gaya Kepemimpinan Demokratik dan karakteristik Pekerjaan dengan Loyalitas Kerja.

0 1 15

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIK KEPALA PERAWAT DENGAN Hubungan Antara Persepsi Terhadap Gaya Kepemimpinan Demokratik Kepala Perawat Dengan Motivasi Kerja Perawat.

0 2 15

PENDAHULUAN Hubungan Antara Persepsi Terhadap Gaya Kepemimpinan Demokratik Kepala Perawat Dengan Motivasi Kerja Perawat.

0 2 8

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIK KEPALA PERAWAT DENGAN Hubungan Antara Persepsi Terhadap Gaya Kepemimpinan Demokratik Kepala Perawat Dengan Kedisiplinan Kerja Perawat.

0 2 17

PENDAHULUAN Hubungan Antara Persepsi Terhadap Gaya Kepemimpinan Demokratik Kepala Perawat Dengan Kedisiplinan Kerja Perawat.

0 1 10

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIK KEPALA PERAWAT DENGAN Hubungan Antara Persepsi Terhadap Gaya Kepemimpinan Demokratik Kepala Perawat Dengan Kedisiplinan Kerja Perawat.

0 1 16

Hubungan Persepsi Perawat Pelaksana Tentang Gaya Kepemimpinan Dan Tipe Kepribadian Kepala Ruangan Yang Dipersepsikan Perawat Pelaksana Dengan Kepuasan Kerja.

0 3 15