PENGEMBANGAN METODE IBRAĦ MAUIẒAH DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM : Penelitian Tindakan Kelas pada kelas XI pokok bahasan “Menghindari Perilaku Dosa Besar” di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 9 Bandung.

(1)

Bella Dini Hidayati Farhana, 2013

PENGEMBANGAN METODE IBRAĦ MAUIẒAH DALAM

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(Penelitian Tindakan Kelas pada kelas XI pokok bahasan “Menghindari

Perilaku Dosa Besar” di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 9 Bandung) SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh

BELLA DINI H.F. 0907423

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

PENGEMBANGAN METODE IBRAĦ MAUIẒAH DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(Penelitian Tindakan Kelas pada kelas XI pokok bahasan “Menghindari

Perilaku Dosa Besar” di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 9 Bandung)

Oleh

BELLA DINI H.F. 0907423

Sebuah skripsi yang Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam

© BELLA DINI H.F. 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

Bella Dini Hidayati Farhana, 2013

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI BELLA DINI H.F.

(0907423)

PENGEMBANGAN METODE IBRAĦ MAUIẒAH DALAM

PEMBELAJARAN PAI (Penelitian Tindakan Kelas pada kelas XI pokok

bahasan “Menghindari Perilaku Dosa Besar” di Sekolah Menengah

Kejuruan Negeri 9 Bandung)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Dr. H. Abas Asyafah, M.Pd. NIP. 19581016 198601 1 003

Pembimbing II,

Drs. Toto Suryana, M.Ag. NIP. 19570417 198803 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. H. Endis Firdaus, M. Ag. NIP. 19570303 198803 1 001


(4)

ABSTRAK

Bella Dini H.F. (0907423) : PENGEMBANGAN METODE IBRAĦ

MAUIẒAH DALAM PEMBELAJARAN PAI

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan pada pembelajaran

Pendidikan Agama Islām (PAI) yang berkenaan dengan penggunaan metode

pembelajaran. Guru PAI cenderung jarang mengembangkan metode pembelajaran PAI yang bersumber dari Al-Qur’ān. Selain itu, siswa seringkali bosan dan jenuh dalam pembelajaran serta sulit untuk memahami materi, terutama materi aspek akhlak. Terlebih lagi, jika melihat pada kenyataan sekarang ini, banyak siswa SMA/SMK yang terjerumus pada akhlak yang buruk. Karena itu, peneliti melakukan penelitian pada kelas XI di SMKN 9 Bandung. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian dilakukan pada kelas XI Jasa Boga 3 dengan siswa dan guru PAI sebagai subjek penelitian. Hasil penelitian tindakan kelas ini menunjukkan bahwa metode ibraħ mauiẓah mampu meningkatkan kualitas pembelajaran PAI dan mengatasi beberapa permasalahan yang ada di kelas tersebut. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan hasil penilaian observer terhadap rencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan hasil evaluasi. Penilaian observer terhadap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mencapai 90% (sangat baik), sedangkan penilaian pada pelaksanaan pembelajaran mencapai 86% (sangat baik). Kemajuan hasil belajar yang ditunjukkan oleh siswa juga mengalami peningkatan di setiap siklusnya. Respon siswa pada metode ini sangat baik. Metode ibraħ mauiẓah efektif digunakan dalam pembelajaran PAI karena mudah dipahami oleh siswa dan membuat pembelajaran PAI lebih menarik, tidak membosankan, mudah diikuti, termotivasi dan siswa lebih semangat dalam pengamalan. Pada metode ibraħ mauiẓah, guru dan siswa sama-sama mengambil ibraħ dari beberapa ayat al-Qur’ān dan peristiwa/pengalaman disertai dengan mauiẓah guru yang lembut dan menyentuh sehingga siswa sampai pada tahap perenungan dan terdorong untuk mengamalkannya. Tahapan-tahapan metode ibraħ mauiẓah mengalami sedikit perubahan dari yang sebelumnya ditentukan seiring dengan beberapa penemuan di setiap siklusnya. Tahapan metode ibraħ mauiẓah yang sempurna yaitu, (1) tahap orientasi, (2) tahap penyajian ibraħ, (3) tahap internalisasi, (4) tahap meyakinkan, (5) tahap penyimpulan sementara, (6) tahap evaluasi, (7) tahap penyimpulan sempurna. Keunggulan metode ibraħ mauiẓah terutama tahap internalisasi dan tahap meyakinkan tidak lepas dari mauiẓah lembut dan menyentuh dari guru sebagai pendidik. Oleh karena itu, metode ini menuntut guru untuk memiliki kemampuan dalam menyampaikan ibraħ dan mauiẓah dengan baik.


(5)

Bella Dini Hidayati Farhana, 2013

Pengembangan Metode Ibraħ Mauiẓah Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Penelitian

ABSTRACT

Bella Dini H.F. (0907423) : THE DEVELOPMENT OF IBRA MAUI AH METHOD IN LEARNING PAI

This research is based on a problem in Islamic Education (PAI) teaching with respect to the use of learning methods. So far, the method which is used by the PAI teacher tends to make the students feel bored and tired of learning as well as difficult to understand the material, especially material aspects of morality. Moreover, there are many high school / vocational school that fall on bad character nowadays. Therefore, researchers conducted a study in class XI in SMKN 9 Bandung. This research use descriptive qualitative approach. The used of method in this research is a classroom action research method (classroom action research). The study was conducted in class XI 3 Hospitality students and PAI teacher as the research subject. This study shows that ibraħ mauiẓah method can improve the quality of learning PAI and overcome some problems that exist in the classroom. It can be seen from the observer assessment increasing of the lesson plan, implementation and evaluation of learning. Observer assessment of the Lesson Plan (RPP) to 90% (very good), while assessment on the implementation of learning reached 86% (very good). Pre-test and post-test results of the students also increased in each cycle. Student responses on this method are also very good. Ibraħ mauiẓah method seems effective to be used in learning PAI as its easily understood by the students and make learning PAI more interesting, not boring, lucid, the students are more motivated and zeal in practice also. In ibraħ mauiẓah method, the teachers and students take ibraħ together in any verses of Al-Qur’an and also by the events / experiences which are accompanied by mauiẓah teacher whom soft and touching so that students coming at the contemplation stage and encouraged to practice it. The stages of ibraħ mauiẓah method have slight change from the previously determined along with several findings in each cycle. The perfect stages of ibraħ mauiẓah method are (1) the orientation stage, (2) the ibraħ presentation stage, (3) the internalization stage, (4) the convincingly stage, (5) the inference temporary stage, (6) evaluation stage, (7) the inference complete stage. These stages are not separated from mauiẓah soft touch by the teacher as an educator. Therefore, this method requires the teacher to have the ability in delivering both ibraħ and mauiẓah by properly.


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN...i

ABSTRAK...ii

KATA PENGANTAR...iv

UCAPAN TERIMA KASIH...v

DAFTAR ISI...viii

DAFTAR TABEL...xi

DAFTAR GAMBAR ...xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...xiv

PEDOMAN TRANSLITERASI...xv

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... ...8

C. Tujuan Penelitian ... ..10

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian ... ..10

E. Struktur Oganisasi Penelitian... ..11

BAB II METODE IBRAĦ MAUIẒAH DALAM PEMBELAJARAN PAI ...13

A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islām ... .13

1. Pengertian Pembelajaran ... .13

2. Konsep Pendidikan Islām ... .14

B. Hakekat pembelajaran PAI di Sekolah ... 20

1. Pengertian Pembelajaran PAI di Sekolah ... .20

2. Tujuan dan Dimensi Pembelajaran PAI ... 21

C. Domain Afektif dalam Pembelajaran PAI ... 22

D. Metode dalam Pendidikan Islām ... 25

1. Definisi dan Hakekat Metode dalam Pendidikan Islām ... 25

2. Dasar Metode Pendidikan Islām ... 26

3. Tujuan, Tugas, dan Fungsi Metode dalam Pendidikan Islām ... 26

4. Metode Pendidikan dalam Al-Qur`ān ... 27

E. Metode Ibraħ mauiẓah ... 29 Ibraħ mauiẓ


(7)

2. Tujuan dan Keistimewaan Metode Ibraħ Mauiẓah ... 30

3. Bentuk Ibraħ dan Mauiẓah dalam Al-Qur`ān ... 31

F. Penerapan Metode Ibraħ mauiẓah pada Mata Pelajaran PAI ... 34

1. Aplikasi Metode Ibraħ -Mauiẓah dalam Pengajaran... 34

2. Langkah-langkah Penggunaan Metode Ibraħ dalam Pengajaran...35

BAB IIIMETODE PENELITIAN ...40

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 40

B. Metode dan Pendekatan Penelitian ... 40

C. Desain Penelitian ... 44

D. Definisi Operasional... 45

E. Prosedur Penelitian... 45

1. Siklus I ... 46

2. Siklus II ... 59

F. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya ... 60

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 61

2. Pedoman Observasi ... 61

3. Skala Sikap ... 62

4. Angket ... 63

G. Pengolahan Data dan Analisis Data ... 64

1. Pengolahan Data ... 64

2. Analisis Data ... 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...69

A. Hasil Penelitian ... 69

1. Profil Sekolah ... 69

2. Hasil Penelitian ... 69

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 119

1. Perbandingan Hasil Observasi ... 119

2. Presepsi Guru dan Siswa terhadap Metode Ibraħ Mauiẓah ... 134

3. Temuan Penelitian Siklus II ... 136

C. Evaluasi Penggunaan Metode Ibrah Mauizah ... 138

1. Analisis Pelaksanaan Tindakan Kelas dalam Penerapan Metode Ibraħ mauiẓah dalam Pembelajaran PAI ... 138


(8)

2. Hambatan atau Kendala yang Dihadapi pada Penerapan Metode Ibraħ mauiẓah dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islām di kelas XI Jasa

Boga 3 SMKN 9 Bandung ...139

3. Upaya untuk Mengatasi Hambatan atau Kendala yang dihadapi Guru dalam Penerapan Metode Ibraħ mauiẓah dalam Pembelajaran PAI ... 141

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...144

A. Kesimpulan ... 144

B. Saran ... 146


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Penskoran untuk Tes Afektif...65

Tabel 3.2. Kriteria Keterlaksanaan Strategi Pembelajaran...66

Tabel 4.3. Jumlah Siswa Keseluruhan SMKN 9 Bandung...78

Tabel 4.4. Kelas Jasa Boga 1...79

Tabel 4.5. Kelas Jasa Boga 2...79

Tabel 4.6. Kelas Jasa Boga 3...79

Tabel 4.7. Perbandingan Hasil Observasi RPP pada Rumusan Tujuan Pembelajaran ...123

Tabel 4.8. Perbandingan Hasil Observasi RPP pada Rumusan Penjabaran Indikator...123

Tabel 4.9. Perbandingan Hasil Observasi RPP pada Rumusan Materi Pembelajaran...124

Tabel 4.10. Perbandingan Hasil Observasi RPP pada Skenario Pembelajaran...125

Tabel 4.11. Perbandingan Hasil Observasi RPP pada Rumusan Metode Pembelajaran...126

Tabel 4.12. Perbandingan Hasil Observasi RPP pada Rumusan Media Pembelajaran...127

Tabel 4.13. Perbandingan Hasil Observasi RPP pada Rumusan Evaluasi Pembelajaran...128

Tabel 4.14. Perbandingan Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran pada Tahap Orientasi...130

Tabel 4.15. Perbandingan Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran pada Tahap Penyajian Ibraħ dan Internalisasi...131

Tabel 4.16. Perbandingan Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran pada Tahap Meyakinkan...133

Tabel 4.17. Perbandingan Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran pada Tahap Penyimpulan ...134


(10)

Tabel 4.18. Perbandingan Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran pada Tahap Evaluasi...135 Tabel 4.19. Analisis hasil prates dan pascates siklus I dan siklus II...136


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Model Dasar Sistem Pendidikan Islām ...15

Gambar 2.2. Jenis Perilaku dan Kemampuan Afektif ...25

Gambar 3.3. Spiral Penelitian Tindakan Kelas...45

Gambar 3.4. Tahapan-tahapan Metode Ibraħ Mauiẓah...48

Gambar 4.5. Peningkatan Hasil Observasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)...129

Gambar 4.6. Peningkatan Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Fokus Penelitian Guru dan Siswa ...136

Gambar 4.7. Peningkatan Perolehan Nilai Siswa ...137

Gambar 4.8. Respon Kepuasan Siswa terhadap Metode Ibraħ Mauiẓah ...149


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Surat Penelitian...154

Daftar Nama dan Kehadiran Siswa...160

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I...161

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II...172

Hasil Observasi RPP ...182

Hasil observasi Pelaksanaan Pembelajaran ...185

Hasil prates dan pascates siswa ...188


(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kehidupan suatu bangsa erat kaitannya dengan tingkat pendidikan. Pendidikan bukan hanya sekadar mengawetkan budaya dan meneruskannya dari generasi ke generasi, akan tetapi juga diharapkan dapat mengubah dan mengembangkan pengetahuan. Pendidikan bukan hanya menyampaikan keterampilan yang dimiliki, tetapi juga harus dapat mengembangkan berbagai jenis keterampilan dan kemahiran yang akan datang, dan sekaligus menemukan cara yang tepat dan cepat supaya dapat dikuasai oleh peserta didik.

Pendidikan adalah proses belajar yang dialami seseorang dalam hidupnya. Sebagaimana menurut Mudyahardjo (2012:3) bahwa: “Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu.”

Pendidikan merupakan usaha yang sengaja secara sadar dan terencana untuk membantu meningkatkan perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai warga negara/masyarakat, dengan memilih isi (materi), strategi kegiatan, dan teknik penilaian yang sesuai. Dilihat dari sudut perkembangan yang dialami oleh peserta didik, maka usaha yang sengaja dan terencana tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan yang dialaminya dalam setiap periode perkembangan (Sub Koordinator MKDP, 2009:27). Dengan kata lain, pendidikan dipandang mempunyai peranan


(14)

yang besar dalam mencapai keberhasilan dalam perkembangan peserta didik.

Dalam pendidikan ada dua bentuk kegiatan yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan, yaitu teori pendidikan dan praktek pendidikan. Teori pendidikan merupakan seperangkat kegiatan penelitian yang bertujuan memahami suatu prinsip, konsep bahkan teori pendidikan dan impelementasinya dalam bentuk praktek-praktek pendidikan, sedangkan praktek pendidikan merupakan seperangkat kegiatan yang bertujuan membantu peserta didik agar mengalami perubahan tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan (Melati, 2012).

Praktek pendidikan merupakan kegiatan mengimplementasikan konsep, prinsip atau teori pendidikan oleh pendidik dengan peserta didik dalam berinteraksi, yang berlangsung dalam suasana saling mempengaruhi atau terjadinya saling interaksi yang bersifat positif dan konstruktif selama tujuannya mengubah peserta didik menjadi manusia yang diharapkan atau dewasa (Sub Koordinator MKDP, 2009:1).

Teori pendidikan dan praktek pendidikan merupakan dua hal yang saling berkaitan erat, praktek tanpa didasari oleh teori tidak mungkin berlangsung dengan baik dan sempurna, demikian pula teori tanpa didasari oleh praktek ibarat yang hampa tidak ada gunanya.

Pendidikan di persekolahan merupakan suatu sistem membina nilai-nilai karakter kepada peserta didik yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Pendidikan Agama Islām (PAI) sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah memiliki pengaruh yang besar bagi penerapan akhlak/karakter. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dalam UU No.20 tahun 2003 bab II pasal 3 yang isinya :


(15)

Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Sukardjo dan Ukim, 2012:14).

Mengingat, pembelajaran PAI banyak menghadirkan nilai-nilai ketuhanan yang dilandasi pendidikan Islām didalamnya. Karena itu, pembelajaran PAI di sekolah seharusnya dapat membantu membentuk al-akhlāq al-karīmah dalam diri siswa.

Pendidikan tidak terlepas dari unsur/komponen-komponen pendidikan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Suwarno (2009:33) :

Komponen pendidikan adalah semua hal yang berkaitan dengan jalannya proses pendidikan. Jika salah satu komponen tidak ada, proses pendidikan tidak akan bisa dilaksanakan. Komponen-komponen pendidikan tersebut diantaranya adalah tujuan, peserta didik, pendidik, alat dan lingkungan.

Alat pendidikan merupakan komponen yang mempengaruhi proses pembelajaran baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti kurikulum, media, metode, fasillitas/sarana dan prasarana, dll. Salah satu yang menjadi kunci keberhasilan dalam sebuah pembelajaran adalah ketepatan penggunaan metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran. Tentunya metode yang digunakan dalam proses pembelajaran PAI harus berlandaskan nilai-nilai Qur`āni.

Menurut Sudjana (2005: 76): “Metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.” Tetapi tidak semua metode pembelajaran sesuai digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran harus disesuaikan dengan materi yang dibahas dan kondisi siswa. Materi yang akan dipelajari mempunyai sifat yang berbeda satu dengan yang lainnya, maka untuk setiap jenis materi memerlukan jenis metode belajar tersendiri.


(16)

Materi Pendidikan Agama Islām jika diberikan dengan cara yang kurang menarik dan monoton akan membuat rasa tidak senang dalam diri siswa pada pelajaran PAI ataupun pada guru agamanya.

Dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islām (PAI) di sekolah, metode pembelajaran disesuaikan dengan aspek materi yang terdapat dalam kurikulum PAI. Diantara semua aspek materi yang terdapat dalam kurikulum PAI, aspek akhlak merupakan salah satu materi yang dirasa sangat penting dan memerlukan metode yang benar-benar dapat menyentuh kalbu siswa sehingga nilai-nilai Rabbāniyaħ sampai pada pemahaman siswa dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, akhlak sebagai tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.

Pada umumnya, metode yang paling banyak digunakan oleh guru PAI adalah metode ceramah, diskusi atau tanya jawab. Namun, beberapa metode tersebut dirasa masih kurang dapat memahamkan siswa. Pendidikan agama bagi siswa sekan-akan hanya pelajaran tajwīd, Al-Qur`ān, dan hukum halal atau haram, karena mereka kebanyakan hanya mendengarkan tetapi hati dan perasaan mereka tidak tersentuh oleh nilai-nilai Rabaniyah untuk senantiasa menaati Allāh. Terlebih Jika kita melihat pada kenyataan sekarang ini, akhlak remaja khususnya siswa siswi SMA/SMK masih dirasa buruk. Hal ini terbukti dari semakin maraknya berbagai kenakalan remaja saat ini mulai dari tawuran, narkoba hingga yang dikenal dengan free seks atau zinā.

Mervin Barkowitz (Q-Anees dan Hambali, 2009:11) mengatakan bahwa kebanyakan pendidikan moral yang dilakukan di sekolah-sekolah, tidak pernah memperhatikan bagaimana pendidikan itu dapat berdampak terhadap perubahan tingkah laku.

Di Indonesia, mata pelajaran moral erat kaitannya dengan mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila dan Pendidikan Agama Islām (PAI). Namun, kedua mata pelajaran tersebut disayangkan belum dapat mengatasi masalah moral yang dialami peserta didik. Kedua pelajaran tersebut tetap


(17)

dihadapkan pada banyak siswa yang tak juga berubah pada moral yang baik atau al-akhlāq al-karīmah.

Akhlak dan prestasi belajar siswa khususnya siswa yang beranjak remaja seperti siswa SMA/SMK dalam mata pelajaran PAI dirasa kurang membuahkan hasil yang memuaskan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya kurang tepatnya guru dalam memilih metode pembelajaran karena tidak cocok dengan materi yang disampaikan. Bahkan ada sebagian guru mengadopsi metode yang dikembangkan Barat. Sebagaimana yang dikatakan Majid dan Andayani(2011:59) bahwa:

Kekayaan pendidikan Islām adalah penuh dengan ajaran moral yang sangat menarik untuk dijadikan content dari pendidikan karakter. Namun demikian, pada tataran operasionalnya, pendidikan Islām belum mampu mengolah content ini menjadi materi yang menarik dengan metode dan teknik yang efektif.

Perbaikan metode dirasa sangat perlu untuk diperbaiki ditengah kondisi siswa yang saat ini sudah dipengaruhi budaya-budaya barat yang tidak baik yang menimbulkan kenakalan remaja. Selain itu, guru PAI terkadang hanya sebatas memberikan pengertian saja. Karena itu, kebanyakan siswa hanya mendengar dan memahami pengertiannya saja tanpa mendalami isi materi dan tersentuh untuk melaksanakan/mengaplikasikannya. Ditambah lagi, alokasi waktu yang hanya 2 jam pelajaran perminggu bila dibandingkan dengan mata pelajaran lain yang mempunyai alokasi waktu lebih banyak. Di sisi lain minat siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama diakui sangat minim, mereka lebih suka dengan mata pelajaran berbasis teknologi dan informasi. Hal ini terjadi karena salah satu kelemahan pendidikan agama Islām adalah kurang menerapkan metode atau strategi dalam proses pembelajaran yang efektif dan menarik.

Kenyataan lainnya adalah guru kurang berupaya menggali berbagai metode lain selain metode ceramah atau diskusi yang mungkin membuat pelaksanaan pembelajaran tidak monoton. Selain itu PAI diklaim sebagai


(18)

aspek yang penting, namun seringkali urusan fasilitas untuk PAI mendapat prioritas paling belakang (Syahidin, 2009 : 7).

Berdasarkan uraian di atas, metode pembelajaran agama Islām yang diterapkan notabenenya masih mempertahankan cara-cara lama (tradisional) seperti ceramah, hafalan dan praktek-praktek ibadah yang hanya dicontohkan tetapi tidak pada realisasi di kehidupan sehari-hari siswa sehingga siswa cenderung kurang aktif dan membuat hasil belajar siswa rendah.

Metode dalam proses pembelajaran sangat penting agar materi dalam sebuah pelajaran dapat tersampaikan dengan sempurna. Dalam konteks Pendidikan Agama Islām, metode yang seharusnya diterapkan adalah metode-metode yang digali dan dikembangkan dari ayat-ayat Al-Qur`ān (metode Qur`āni). Selain itu, metode pendidikan yang sebaiknya diterapkan dalam pendidikan adalah metode-metode yang sesuai dengan kondisi dan situasi serta karakter peserta didik itu sendiri. Salah satu dari metode Qur`āni yang tepat bagi materi aspek akhlak diantaranya adalah metode Ibraħ mauiẓah. Seperti yang sudah dibahas di atas, bahwa pada kenyataannya siswa sulit untuk memahami dan mengaplikasikan materi akhlak.

Manusia merupakan makhluk Tuhan yang memiliki potensi. Salah satu cara yang dapat mengembangkannya melalui pendidikan (belajar) dengan menggunakan sarana yang ada pada manusia itu sendiri yakni pendengaran, penglihatan dan hati. Allāh swt berfirman:


































(19)

“... dan Allāh mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS.Al-Naḥl [16]:78).1 Salah satu ajaran Al-Qur`ān yang berkenaan dengan cara mendidik adalah mengambil pelajaran dari peristiwa atau pengalaman-pengalaman orang lain yang disebut “Ibraħ ”, atau melalui nasihat-nasihat yang baik yang dapat menyentuh perasaan murid yang disebut “mauiẓah”. Jika perasaan Rabbāniyaħ sudah tumbuh maka tauḥīd dan ketaatan siswa kepada Allāh swt akan terbina dengan baik dan menghantarkan siswa pada insan kamil. Selain itu, hal tersebut juga akan mempengaruhi prestasi belajar siswa dalam pembelajaran PAI. Dengan demikian, metode Ibraħ mauiẓah diharapkan dapat meningkatkan kemampuan memahami siswa dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran pun dapat tercapai.

Dalam metode Ibraħ mauiẓah, siswa dilibatkan pada kondisi psikis dan mengetahui intisari perkara yang mempengaruhi perasaannya, yang diambil dari pengalaman-pengalaman sehingga sampai pada tahap perenungan, penghayatan, dan tafakur yang dapat menumbuhkan amal perbuatan. Dalam metode mauiẓah, siswa diharapkan dapat tersentuh kalbunya melalui materi dalam bentuk nasihat guru yang membuat siswa tergugah untuk mengamalkannya (Syahidin,2009: 107).

Dari pengertian-pengertian tentang metode Ibraħ mauiẓah serta dampak yang diharapkan pada pemahaman siswa setelah menggunakan pembelajaran dengan metode Ibraħ mauiẓah, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian, apakah metode Ibraħ mauiẓah ini efektif untuk digunakan pada proses belajar mengajar pada siswa siswi Sekolah Menengah Kejuruan untuk materi aspek akhlak yakni, “Menghindari Perilaku Dosa Besar”.

1

Seluruh teks dan terjemah Al-Qur`ān dalam skripsi ini dikutip dari Al-Qur`ān in word, yang disesuaikan dengan Al-Qur`ān dan Terjemahnya. Penerjemah: Tim Depag, Bandung: Sygma Publishing: 2010.


(20)

Sehubungan dengan latar belakang masalah di atas, penulis melakukan penelitian tentang penerapan metode Ibraħ mauiẓah di dalam pembelajaran PAI pada aspek akhlak. Setelah penulis melakukan studi kepustakaan untuk medapatkan sumber, khususnya penelitian tentang pengembangan metode Ibraħ mauiẓah, nampaknya metode ini memang belum banyak yang mengembangkannya. Oleh karena itu, penulis mengangkat judul tentang :

PENGEMBANGAN METODE IBRAĦ MAUIẒAH DALAM PEMBELAJARAN PAI (Penelitian Tindakan Kelas pada kelas XI pokok bahasan “Menghindari Perilaku Dosa Besar” di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 9 Bandung)”

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Memperhatikan situasi pembelajaran PAI yang dijelaskan sebelumnya, maka kondisi yang ada saat ini adalah

 Pembelajaran pendidikan agama Islām di kelas masih monoton.

 Belum ditemukan metode pembelajaran yang tepat bagi pembelajaran PAI, khususnya aspek akhlak.

 Guru masih sering menggunakan metode ceramah biasa atau menggunakan metode-metode yang diadopsi dari Barat.

 Siswa seringkali merasa jenuh dan bosan pada pembelajaran PAI. Dari beberapa masalah di atas, dapat kita simpulkan bahwa fokus permasalahan terletak pada penerapan metode yang belum tepat. Karena itu, peneliti mencoba untuk menerapkan/mengimplementasikan pembelajaran dengan menggunakan metode Ibraħ mauiẓah.

Metode Ibraħ mauiẓah merupakan metode yang mengedepankan kalbu peserta didik sebagai tujuan utama yang harus disentuh sehingga peserta didik terdorong untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Metode Ibraħ mauiẓah merupakan salah satu metode Qur`āni


(21)

yang dalam prakteknya mengambil Ibraħ dari suatu kejadian atau pengalaman-pengalaman disertai mauiẓah berupa nasihat langsung atau Tażkīr (peringatan) dari pendidik secara lembut sehingga peserta didik tersentuh dan tenggelam dalam rasa takjub dan kagum terhadap kebesaran Allāh swt.

Berdasarkan uraian di atas maka secara umum, permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana pengembangan Metode Ibraħ mauiẓah untuk meningkatkan pemahaman siswa pada pembelajaran PAI tentang materi Menghindari Perilaku Dosa Besar di kelas XI semester II di SMKN 9 Bandung?”

Permasalahan tersebut, dirumuskan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

 Bagaimanakah perencanaan pembelajaran dengan menggunakan metode Ibraħ mauiẓah dalam pembelajaran PAI tentang materi aspek akhlak sub bahasan “Menghindari Perilaku Dosa Besar” di kelas XI semester II di SMKN 9 Bandung ?

 Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode Ibraħ mauiẓah dalam pembelajaran PAI tentang materi aspek akhlak sub bahasan “Menghindari Perilaku Dosa Besar” di kelas XI semester II di SMKN 9 Bandung ?

 Bagaimana evaluasi pembelajaran PAI dengan menggunakan metode ibrah mauizah pada materi aspek akhlak sub bahasan “Menghindari Perilaku Dosa Besar” di kelas XI semester II di SMKN 9 Bandung?

 Bagaimana sikap siswa dalam mata pelajaran PAI terkait materi aspek akhlak sub bahasan “Menghindari Perilaku Dosa Besar” di kelas XI semester II di SMKN 9 Bandung setelah belajar dengan nenggunakan metode Ibraħ mauiẓah?

 Bagaimana efektivitas metode Ibraħ mauiẓah dalam mata pelajaran PAI tentang materi aspek akhlak sub bahasan “Menghindari


(22)

Perilaku Dosa Besar” di kelas XI semester II di SMKN 9 Bandung melalui metode Ibraħ mauiẓah?

 Bagaimana evaluasi dalam pembelajaran PAI dengan menggunakan metode Ibraħ mauiẓah tentang materi aspek akhlak sub bahasan “Menghindari Perilaku Dosa Besar” di kelas XI semester II di SMKN 9 Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk meningkatkan siswa di kelas XI SMKN 9 Bandung pada mata pelajaran PAI pokok bahasan Menghindari Perilaku Dosa Besar melalui metode Ibraħ mauiẓah.

Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

 Untuk mengungkap proses perencanaan pembelajaran PAI dengan menggunakan metode Ibraħ mauiẓah pada siswa kelas XI pada materi akhlak sub bahasan Menghindari Perilaku Dosa Besar.

 Untuk mengungkap pelaksanaan pembelajaran PAI dengan menggunakan metode Ibraħ mauiẓah pada siswa kelas XI pada materi akhlak sub bahasan Menghindari Perilaku Dosa Besar.

 Untuk mengungkap bahwa penggunaan metode Ibraħ mauiẓah dalam pembelajaran PAI dapat menunjukkan sikap yang positif pada siswa kelas XI dalam menghindari perilaku dosa besar.

 Untuk mengungkap bahwa penggunaan metode Ibraħ mauiẓah pada materi aspek akhlak sub bahasan Menghindari Perilaku Dosa Besar di kelas XI efektif dalam pembelajaran PAI.

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian

1. Manfaat Teoritis

 Dapat dijadikan sumber data dan bahan referensi bagi para pembaca khususnya bagi pendidik.


(23)

 Memberikan sumbangan konsep teoritis bagi proses pembelajaran khususnya pembelajaran Pendidikan Agama Islām (PAI).

2. Manfaaat Praktis a. Bidang Pendidikan

 Sebagai acuan bagi pendidik (guru) yang ingin menerapkan metode Ibraħ mauiẓah dalam pembelajaran PAI.

 Sebagai motivasi bagi pendidik (guru) khususnya guru PAI untuk melakukan inovasi dalam pembelajaran agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.

b. Prodi IPAI

 Memberikan informasi tentang gambaran pembelajaran PAI di Sekolah Menengah Kejuruan dan pengembangan metode Ibraħ dalam pembelajaran untuk mempersiapkan calon pendidik yang berkualitas dalam melaksanakan proses pembelajaran PAI.

E. Struktur Oganisasi Penelitian

Dalam penulisan penelitian tentang Pengembangan Metode Ibraħ mauiẓah pada Pembelajaran PAI ini terdiri dari lima Bab dengan penulisan sebagai berikut :

BAB I yang merupakan bab pendahuluan yang meliputi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan/manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Uraian dalam bab I ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara umum tentang keseluruhan tulisan serta batasan masalah yang diuraikan oleh penulis pembahasannya.

BAB II yang menguraikan tentang teori pengembangan dari berbagai variabel penelitian yang diteliti dengan sub bab sebagai berikut:A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islām (PAI), B. Hakekat Pembelajaran PAI di Sekolah, C. Domain Afektif dalam Pembelajaran PAI, D. Metode dalam Pendidikan Islām, E. Metode Ibraħ mauiẓah, F. Penerapan Metode Ibraħ mauiẓah pada Mata Pelajaran PAI dengan penjelasan yang rinci.


(24)

BAB III membahas tentang metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Susunan penulisannya meliputi Lokasi dan Subjek Penelitian, Metode dan Pendekatan Penelitian, Desain Penelitian, Definisi Operasional, Prosedur Penelitian, Instrumen Penelitian dan Pengembangannya, serta Pengolahan dan Analisis Data.

BAB IV merupakan bab yang membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini terdiri dari dua hal utama, yakni:

1. Hasil Penelitian

2. Pembahasan Hasil Penelitian

Sedangkan dalam Bab terakhir yaitu Bab V berisi tentang kesimpulan dan saran. Bab ini menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis penelitian. Penulisannya dengan cara uraian yang padat. Saran atau rekomendasi ditujukan kepada para pembuat kebijakan, para pengguna hasil penelitian ini, kepada peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian yang sama.


(25)

Bella Dini Hidayati Farhana, 2013

Pengembangan Metode Ibraħ Mauiẓah Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Penelitian

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 9 Bandung. Sedangkan yang menjadi subjek penelitian adalah guru pelajaran Pendidikan Agama

Islām (PAI) dan siswa-siswi kelas XI Jasa Boga 3. Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian kesiswaan, kelas XI Jasa Boga 3 berjumlah 33 siswa yang terdiri atas 14 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan.

Adapun yang menjadi dasar pertimbangan dipilihnya sekolah dan kelas tersebut sebagai lokasi serta subjek dalam penelitian ini antara lain, karena sekolah ini adalah sekolah umum yang bergerak di bidang kejuruan seni kerajinan dan pariwisata yang umumnya siswa cenderung kurang perhatian/serius terhadap proses pembelajaran PAI. Selain itu menurut pengamatan yang dilakukan pada saat observasi awal pada hari Senin, tanggal 18 Februari 2013, terlihat bahwa siswa nampak kurang semangat dan “cuek” dalam saat proses pembelajaran. Ketika ditanya mengenai beberapa materi pun, siswa cenderung kurang menguasai materi yang sudah diajarkan karena metode yang digunakan hanya metode ceramah saja.

B. Metode dan Pendekatan Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas atau PTK atau disebut juga Classroom Action Research dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif.

Menurut Basrowi dan Suwandi (2008:1) Penelitian kualitatif adalah salah satu metode penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang kenyataan melalui proses berpikir induktif. Dalam penelitian ini, peneliti terlibat dalam situasi dan


(26)

fenomena yang diteliti serta peneliti diharapkan selalu memusatkan perhatian pada kenyataan atau kejadian dalam konteks yang diteliti.

Bodgan Taylor (Moleong, 2009:4) mendefinisikan pendekatan kualitatif deskriptif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif deskriptif merupakan penelitian dengan mengamati subjek yang sudah ada dan menemukan temuan-temuan baru dengan pemikiran yang induktif dan data yang dihasilkan dituangkan dalam bentuk deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari subjek yang diamati.

Penelitian deskriptif kualitatif tidak sepenuhnya bersifat kualitatif karena beberapa datanya masih diolah dengan tradisi kuantitatif , terutama dalam menempatkan teori pada data yang diperolehnya. Deskriptif kualitatif bertujuan untuk mengkritik kelemahan, menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menajdi objek penelitian, dan berupaya untuk memperbaiki atau mengangkat realitas itu (Bungin, 2010:68).

Jadi, penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang tidak murni kualitatif, tetapi terdapat beberapa data yang dieperoleh secara kuantitatif yang digambarkan dalam bentuk deskriptif.

Penelitian tindakan kelas termasuk penelitian kualitatif meskipun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif, di mana uraiannya bersifat deskriptif dalam bentuk kata-kata, peneliti merupakan instrumen utama dalam pengumpulan data, proses sama pentingnya dengan produk. Pada dasarnya penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan untuk menemukan dan memecahkan permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran di kelas kemudian menilai sejauh mana tingkat keberhasilan yang telah dicapai. Tindakan yang diberikan pada penelitian tindakan kelas ini diberikan oleh guru untuk dilaksanakan oleh peserta didik.


(27)

Bella Dini Hidayati Farhana, 2013

Pengembangan Metode Ibraħ Mauiẓah Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Penelitian Menurut Kunandar (2008:41) “penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research) memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar.” Sedangkan menurut David Hopkins (Kunandar, 2008:45) pengertian PTK adalah:

a form of self-reflective inquiry undertaken by participants in a social (in-cluding educational) situation in order ti omprove the rationality and justice of: (a) their own social or educational practices; (b) their understanding of these practices; and (c) the situations in which pratices are carried out.

Menurut Kunandar (2010:45) dalam penelitian tindakan kelas ada tiga aspek, yakni :

1. Penelitian adalah aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui metodologi ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan masalah.

2. Tindakan adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan suatu masalah dalam proses belajar mengajar.

3. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.

Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memecahkan permasalahan yang terjadi di dalam kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran serta meningkatkan profesionalitas guru.

Menurut Wiriaatmadja (2012:13) Penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri dengan mencoba suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu. Dari penjelasan di atas, dalam konteks kependidikan, dapat disimpulkan bahwa PTK adalah sebuah bentuk kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam suatu situasi kependidikan untuk memperbaiki rasionalitas dan keadilan tentang: (a) praktik-praktik kependidikan mereka, (b) pemahaman mereka tentang praktik-praktik tersebut, dan (c) situasi dimana praktik-praktik tersebut dilaksanakan.


(28)

Selain itu, penelitian tindakan kelas (PTK) menempatkan otonomi guru dalam meningkatkan profesionalisme terhadap kinerja serta aktivitasnya. Guru dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka dan melihat pengaruh nyata dalam upaya itu serta kualitas pembelajaran yang lebih baik (Illah, 2011:47). Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ada empat proses penting yang harus dilakukan, yakni: (1) Perencanaan, Pelaksanaan, (3) Observasi, dan (4) Refleksi. Perencanaan adalah mengembangkan rencana tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan atau memperbaiki keadaan yang telah terjadi. Perencanaan tindakan dilakukan berdasarkan hasil pengamatan awal yang dilakukan oleh peneliti (Kunandar, 2008:71).

Pelaksanaan tindakan adalah pengimplementasian rencana tindakan yang dilakukan secara sadar dan terkendali. Tindakan ini dilakukan sebagai pijakan bagi pengembangan tindakan-tindakan selanjutnya.

Observasi adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Observasi dalam penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan mengumpulkan data yang berupa proses perubahan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Objek observasi adalah seluruh proses tindakan terkait, pengaruhnya baik disengaja ataupun tidak disengaja, keadaan dan kendala tindakan direncanakan dan pengaruhnya, serta persoalan lain yang terkait. Dalam kegiatan observasi perlu didasarkan pada keterbuakaan pandangan dan pikiran serta bersifat responsif.

Refleksi merupakan kegiatan mengemukakan kembali atau tindakan yang telah dilakukan seperti yang telah dicatat selama observasi. Refleksi berusaha memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dialami. Dalam kegiatan refleksi terdapat empat aspek sebagai berikut :

1. Analisis data dan hasil observasi 2. Pemaknaan dan hasil analisis 3. Penjelasan hasil analisis


(29)

Bella Dini Hidayati Farhana, 2013

Pengembangan Metode Ibraħ Mauiẓah Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Penelitian 4. Penyimpulan apakah masalah sudah teratasi atau tidak

C. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil model penelitian yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc. Taggart. Dalam model ini, penelitian dilaksanakan melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus.

Setelah dimodifikasi, lebih jelasnya siklus pada penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 3.3. Spiral Penelitian Tindakan Kelas

SIKLUS I

SIKLUS II Pelaksanaan

Tindakan

Refleksi 2

Identifikasi masalah

Penyusunan rencana tindakan Rumusan masalah

Observasi

Pelaksanaan Tindakan

Refleksi 1

Observasi


(30)

D. Definisi Operasional

Untuk menyamakan persepsi dan menghindari penafsiran yang keliru mengenai penelitian ini maka perlu diberikan penjelasan tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini.

1. Pembelajaran PAI

Pembelajaran Pendidikan Agama Islām (PAI) merupakan

kegiatan belajar mengajar (proses transfer ilmu) yang dilakukan

oleh guru dan siswa dengan menghadirkan Allāh swt guna

terciptanya kecerdasan spiritual yang kental dengan nilai-nilai

Islām serta tidak terlepas dari penggunaan metode dan media

pembelajaran.

2. Metode Ibraħ mauiẓah

Metode Ibraħ mauiẓah adalah suatu cara penyampaian materi dalam pembelajaran melalui pengambilan makna/pelajaran dari ayat Al-Qur`ān maupun peristiwa/pengalaman dengan tutur kata yang berisi nasihat-nasihat dan peringatan yang baik dan lembut menyentuh dari pendidik.

3. Pengembangan

Pengembangan bila dikaitkan dengan metode pembelajaran dapat upaya perluasan dan perubahan secara bertahap kearah yang lebih baik dalam penggunaan metode baik dari pendidik maupun peserta didik guna meningkatkan kualitas pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang akan dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah dalam bentuk pengkajian siklus yang terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan (planning), tindakan (action), observasi(observation) dan refleksi(reflection).


(31)

Bella Dini Hidayati Farhana, 2013

Pengembangan Metode Ibraħ Mauiẓah Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Penelitian Rencana pelaksanaannya terdiri dari dua siklus dilakukan sesuai dengan perubahan yang akan dicapai. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran PAI khususnya pada materi aspek akhlak pokok bahasan “Menghindari Perilaku Dosa Besar”. Sebelum dilaksanakan tindakan dalam penelitian ini diawali dengan mengidentifikasi dan perumusan masalah melalui observasi awal untuk

melihat sejauh mana pembelajaran Pendidikan Agama Islām (PAI) dan

apa yang menjadi masalah dalam pembelajaran kemudian melakukan refleksi untuk menentukan cara dan tindakan pemecahan masalah yang akan ditempuh pada siklus pertama. Hasil dari siklus pertama akan direfleksikan untuk melakukan perbaikan pelaksanaan pada siklus kedua, dan begitu pula dengan siklus-siklus selanjutnya.

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Dalam perencanaan hal-hal yang perlu dilakukan adalah :

1) Menentukan pokok bahasan dengan mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar.

2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menggunakan metode Ibraħ mauiẓah.

3) Membuat instrumen penelitian seperti soal evaluasi (prates dan pascates). Lembar observasi kegiatan guru dan siswa, lembar observasi untuk RPP.

4) Membuat kuesioner, berupa angket.

5) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk menunjang pembelajaran.

b. Tindakan (action)

Melaksanakan pembelajaran menggunakan metde Ibraħ mauiẓah sesuai dengan RPP yang telah disusun. Tahapan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode Ibraħ mauiẓah adalah sebagai berikut :


(32)

Gambar 3.4. Tahapan-tahapan Metode Ibraħ Mauiẓah

Metode pembelajaran Ibraħ mauiẓah ini terdiri dari beberapa tahapan utama seperti yang tergambar pada bagan di atas. Metode Ibraħ mauiẓah juga disesuaikan dengan materi yang akan dibahas di kelas. Guru harus pandai menyesuaikan penggunaan metode ini dengan materi yang akan dibahas. Sebagai contoh, kita ambil materi aspek akhlak

tentang perilaku tercela pokok bahasan “Menghindari Perilaku Dosa Besar” (Syirik, Bunuh Diri, Durhaka terhadap Orangtua, Zinā, Homoseksual, Memakan/Meminum yang Haram dan Pembunuhan). Pokok bahasan Perilaku Dosa Besar terdiri dari 2 pertemuan tatap muka. Pertemuan ke-1 membahas tentang pengertian dosa besar dan 3 jenis dosa besar (Syirik, Bunuh Diri dan Durhaka terhadap Orangtua). Jika

Tahap orientasi

Tahap penyajian Ibraħ

Tahap Internalisasi

Tahap meyakinkan

Tahap penyimpulan Tahap evaluasi

Mauiah

1. Nasihat langsung 2. Tażkīr

1.Qaul Sadīdā 4. Qaul Maysūrā 2. Qaul Ma’rūfā 5. Qaul Layyinā


(33)

Bella Dini Hidayati Farhana, 2013

Pengembangan Metode Ibraħ Mauiẓah Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Penelitian dideskripsikan secara lebih jelasnya, dapat kita amati dalam skenario seperti berikut:

1) Tahap pertama

Pada tahap ini, guru membuka pelajaran dengan beberapa motivasi tentang materi yang akan dibahas dan penjelasan tentang ayat-ayat Al-Qur`ān yang akan dijadikan bahan Ibraħ untuk siswa. Untuk materi tentang dosa besar pada pertemuan pertama, yang akan dijadikan landasannya adalah QS. Al-Baqarah [2] : 221 dan QS. Al-Nisā` [4]:29 yang mewakili larangan tentang syirik dan bunu diri serta menerangkan keharusan kita untuk mengambil Ibraħ dari setiap kejadian/peristiwa. Tahap ini juga disebut tahap orientasi.

Contoh :

Menanyakan kabar kepada murid dengan senyum yang

ramah, “Apa kabar hatimu hari ini para jagoan Islām???”, sapa

Guru. Ibu harap hari ini tidak ada yang sedang galau karena berbagai permasalahan hidup sebab hari ini kita akan membahas materi yang mungkin akan membuat hati kita lebih dekat lagi dengan Allāh dan teringat pada dosa yang sudah kita lakukan. Anak-anakku, hari ini kita akan membahas materi tentang

“Perilaku Dosa Besar”.

Apa yang yang dimaksud dosa besar? Apa perbedaannya dengan dosa kecil?? Pernahkah kalian hampir melakukan dosa besar? Atau mungkin ada yang sudah pernah melakukan dosa besar?? Tanya guru sebagai apersepsi awal.

Kemudian, guru meminta siswa untuk bersama-sama membuka ayat Al-Qur`ān tentang dosa besar. (QS. Al-Baqarah [2] : 221 dan QS. Al-Nisā` [4]:29)


(34)

2) Tahap kedua

Pada tahap ini, guru membahas ayat yang disebutkan tadi, kemudian menyuruh 2 orang siswa untuk membacakan ayat tersebut. Siswa yang membacakannya harus memiliki kemampuan membaca Al-Qur`ān yang baik sehingga yang tidak mengganggu kepada yang mendengarkannya pada proses pengambilan Ibraħ .

















































































“dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allāh


(35)

Bella Dini Hidayati Farhana, 2013

Pengembangan Metode Ibraħ Mauiẓah Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Penelitian mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allāh menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.(QS. Al-Baqarah [2]:221)









































Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allāh adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS.Al-Nisā` [4]:29)

Setelah dibacakan, guru meminta beberapa siswa untuk mengutarakan atau menjelaskan Ibraħ dari ayat tersebut menurut pendapat masing-masing siswa. Guru dan seluruh siswa mendengarkan pendapat tersebut dan meresponnya. Tahap ini disebut juga tahap penyajian Ibraħ .

3) Tahap Ketiga

Pada tahap ini, guru merespon Ibraħ dari siswa dan meluruskannya apabila kurang tepat. Misalnya, menurut siswa,

“ayat tersebut memerintahkan untuk tidak menikahi wanita-wanita

musyrik karena musyrik adalah dosa.” Kemudian, siswa lain menjawab, “ayat tersebut mencerminkan bahwa orang beriman

tidak boleh menikah dengan orang musyrik karena akan membawa


(36)

Guru menanggapi pendapat siswa tadi dengan memberikan

pernyataan “Ya bagus..!” atau “Betul ..!” Kemudian mulai

meluruskannya.

Begini anak-anakku, jika kita amati dan mengambil Ibraħ dari kenyataan yang ada sekarang ini, begitu banyak orang yang mengutamakan kesenangan, kekayaan dan kedudukan hingga mereka tak peduli lagi dengan kekuasaan dan keesaan Allāh swt. Banyak orang yang berdatangan ke dukun dsb untuk mendapat petunjuk hidup atau merubah nasib padahal sesungguhnya hanya kepada Allāh swt lah kita memohon petunjuk dan pertolongan. Seperti yang tercantum dalam firman-Nya:











“hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan.”( QS. Al-Fāti ah [1]:5)

Banyak para remaja yang memuji idolanya secara berlebihan hingga mengagung-agungkan idolanya tersebut padahal yang dijadikan idola adalah manusia biasa sama seperti kita bukan

seorang nabi atau sahabat Rasūlullāh saw. Jika kita amati, perilaku

tersebut sama halnya dengan syirik. Apa itu syirik? (beberapa siswa diberi kesempatan untuk menjawab)

Syirik adalah menyekutukan Allāh swt atau percaya/yakin

kepada selain Allāh swt. Larangan tentang syirik telah jelas disebutkan dalam Al-Qur`ān, seperti yang tadi dibacakan dalam QS. Al-Baqarah [2]:221, ayat tersebut menjelaskan tentang larangan keras bagi orang beriman untuk berhubungan dengan

orang yang musyrik (menyekutukan Allāh) karena sesungguhnya

mereka akan membawa kita pada neraka dan menjauhkan kita dari surga.


(37)

Bella Dini Hidayati Farhana, 2013

Pengembangan Metode Ibraħ Mauiẓah Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Penelitian Kemudian, Guru juga menanggapi Ibraħ dari siswa yaitu ayat tentang bunuh diri.

Anak-anakku, “Apa yang terlintas di benak kalian tentang orang yang sengaja bunuh diri karena permasalahan hidup yang

dialaminya?”, tanya guru. Kemudian beberapa siswa memberikan pendapatnya dan guru merespon dengan pujian seperti yang sebelumnya dicontohkan.

Guru menjelaskan, memang betul sekali, seperti yang telah Ibu sebutkan sebelumnya, bahwa saat ini manusia semakin bertindak sesukanya, jauh dari kesadaran untuk apa ia diciptakan dan kemana ia akan kembali. Berbagai permasalahan hidup bukan lagi dianggap ujian dan cobaan dari Allāh swt sebagai wujud kasih

sayang Allāh swt melainkan malapetaka dan dorongan untuk

mengakhiri hidupnya. Dari hasil riset melalui beberapa penelitian di jepang dan korea salah satunya, banyak orang yang melakukan bunuh diri karena stres atau tekanan permasalahan kehidupan dan parahnya kebanyakan mereka adalah yang berprofesi sebagai aktris dengan limpahan harta dan popularitas. Anak-anakku, bisa kita ambil Ibraħ nya bahwa kesenangan duniawi tidak menjamin seseorang dapat hidup tenang dan bahagia bahkan dapat membawa

pada perilaku yang dibenci Allāh yakni bunuh diri. Kesenangan di

dunia hanyalah bersifat sementara dan dapat memperdaya manusia, kesenangan yang kekal adalah kehidupan di akhirat nanti bagi orang-orang yang beramal shaleh. Sebagaimana firman Allāh swt :








































(38)











“tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali-Imrān [3]:185)

Bunuh diri bukanlah sebuah penyelesaian untuk mengakhiri permasalahan dalam hidup kita karena bunuh diri adalah perbuatan yang jelas sangat sia-sia dan dilarang Allāh seperti yang terdapat dalam QS. Al-Nisā` [4]:29. Akan kemanakah roh ketika jasad sudah tak lagi bernyawa karena kita sendiri yang mematikannya?? Wallāhu’alam..

Kemudian, guru melanjutkan pada pembahasan tentang

durhaka kepada orang dengan salah satu adīṡ sebagai

landasannya.

Rasulullāh bersabda, “Ridha Allāh berada di dalam ridha kedua orang tua dan kemurkaan-Nya berada pada kemurkaan kedua orang tua.” [HR. Tabrani dan Ibnu Amar dalam (Muchtar dan Nasikun, 2011:113)]

adīṡ di atas menunjukkan bahwa ridha Allāh terletak pada

kedua orangtua kita dan murka Allāh pun tergantung kepada murka

keduanya. Karena itu, betapa jelas bahwa Allāh swt menginginkan

kita untuk memuliakan keduanya.

Guru bertanya, “Pernahkah kalian membahagiakan kedua orangtua??Pernahkah kalian membuat hati keduanya senang?”

Ibu harap itu kalian lakukan setiap saat, setiap detik, setiap hari baik ketika kalian bersama keduanya ataupun jauh dari keduanya. Ᾱmīn...

Kemudian, guru menyuruh beberapa siswa untuk menceritakan pengalamannya ketika mereka membahagiakan


(39)

Bella Dini Hidayati Farhana, 2013

Pengembangan Metode Ibraħ Mauiẓah Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Penelitian kedua orangtuanya dan ketika mereka membantah keduanya serta perasaan yang mereka rasakan.

Kemudian, guru menyuruh beberapa siswa untuk menceritakan pengalamannya ketika mereka membahagiakan kedua orangtuanya dan ketika mereka membantah keduanya serta perasaan yang mereka rasakan.

Misalnya, si A bercerita tentang dirinya yang pernah kabur dari rumah karena kedua orangtuanya yang kerapkali bertengkar di rumah. Ataupun si B yang bercerita tentang pengalamannya tidak mematuhi perintah keduanya untuk tidak mengikuti camping dan akhirnya ia jatuh sakit, dan lain-lain.

Selanjutnya, guru merespon pengalaman-pengalaman siswa tersebut dengan mengambil Ibraħ dari kejadian baik yang positif ataupun yang negatif.

“Baiklah anak-anakku, cerita-cerita dari beberapa teman kalian tadi adalah sebagian kecil dari potret remaja zaman sekarang ini. Jika kalian melihat berbagai pemberitaan di televisi atau kenyataan yang terjadi di sekitar lingkungan kalian, sedikit remaja pada sekarang ini yang betul-betul berbakti pada orangtuanya dan memuliakan keduanya. Bahkan, faktanya ada seorang anak yang tega membunuh ibunya sendiri. Saat ini, terkadang orangtua

seringkali dijadikan budak oleh anaknya. Padahal jelas Rasūlullāh

saw sangat melarang kita untuk menyakiti hati keduanya. Allah swt berfirman :










































(40)













“dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.” (QS. Al-Isrā’ [17]:23)

Tapi kenyataan sekarang ini, perilaku durhaka seorang anak

sangat jauh melebihi adīṡ tersebut. Adakah diantara kalian yang

memiliki kisah nyata atau cerita lain tentang kedurhakaan anak

kepada orang tuanya??”, jelas Guru.

Kemudian, salah satu siswa menceritakan tentang kisah serang anak yang durhaka pada orangtuanya. Jika tidak ada, maka guru menceritakan kisah tentang Al-Qomah atau kisah nyata lain yang dapat membuat hati siswa hanyut dalam kisah tersebut dan teringat akan orangtua mereka.

“Anak-anakku, betapa jelas bahwa durhaka pada orangtua

merupakan perbuatan yang sangat dibenci Allāh swt.”, tegas Guru.

Tahap ini disebut juga tahap internalisasi, yakni memasukkan nilai-nilai yang terkadung dalam setiap bentuk Ibraħ yang berupa pelajaran yang memiliki makna. Tahap ini tidak lepas dari mauiẓah, baik berupa nasihat langsung ataupun peringatan. 4) Tahap Keempat

Pada tahap ini, guru memperlihatkan dengan beberapa contoh tayangan-tayangan singkat peristiwa pada siswa yang mungkin erat kaitannya dengan materi yang sudah dijelaskan tadi. Hal ini dilakukan untuk lebih meyakinkan dan memotivasi siswa untuk tidak melakukan dosa besar.

“Anak-anakku, ada beberapa peristiwa dalam bentuk tayangan-tayangan yang mungkin dapat menggambarkan Ibraħ


(41)

Bella Dini Hidayati Farhana, 2013

Pengembangan Metode Ibraħ Mauiẓah Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Penelitian

yang sudah kita bahas tadi,” tegas guru. Guru juga menyampaikan

secara singkat Ibraħ dari tayangan tersebut (sebagai penguatan karena sudah dibahas sebelumnya).

Kemudian, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk berpendapat atau bertanya apabila ada yang kurang jelas atau kurang dimengerti.

Tahap ini disebut tahap meyakinkan, yaitu proses penguatan nilai-nilai yang sudah masuk pada siswa sehingga siswa sampai pada tahap acting (perbuatan), yakni takut dan tidak melakukan dosa besar. Tahap ini juga tidak lepas dari mauiẓah, baik berupa nasihat langsung ataupun peringatan yang dilakukan dengan lembut dan penuh penghayatan.

5) Tahap Kelima

Guru dan siswa secara bersama-sama menyimpulkan materi yang sudah dibahas dengan diawali kesimpulan dari beberapa siswa.

Misalnya, “Dosa besar wajib dihindari karena merupakan dosa yang sulit untuk diampuni oleh Allāh swt.”, si C menyimpulkan. “Syirik, bunuh diri dan durhaka pada orangtua

termasuk ke dalam perbuatan dosa besar yang dibenci Allāh, karena itu kita harus menghindarinya,” si D menambahkan. “Kita

tidak boleh atau jangan sampai larut dalam perkembangan zaman yang dapat mengakibatkan kita mengabaikan hal-hal yang dilarang

oleh Allāh swt yakni larangan untuk menjauhi dosa besar yang kebanyakan orang saat ini tidak menyadarinya,” si E

menambahkan.

Pada tahap ini, semakin banyak siswa yang menyimpulkan semakin baik proses pembelajaran metode Ibraħ mauiẓah ini. Artinya, banyak siswa yang fokus pada pembelajaran dan


(42)

menghayati setiap Ibraħ yang disajikan dan mauiẓah yang disampaikan guru.

Setelah guru menampung berbagai kesimpulan dari siswa, guru menyampaikan kesimpulan yang lebih lengkap dan mewakili materi yang sudah dibahas.

“Anak-anakku, sesungguhnya setiap perbuatan yang kita

lakukan pasti ada ganjaran/imbalannya. Itulah janji Allāh swt pada

firman-Nya:

































“dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allāh. kemudian masing-masing diri diberi Balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” (QS. Al-Baqarah [2]:281)

Termasuk perbuatan yang sudah kita bahas tadi. Syirik, bunuh diri dan juga durhaka terhadap orangtua merupakan

perbuatan yang sangat dibenci Allāh swt. Ketiga perbuatan itu

telah jelas dan tegas disebutkan baik dalam Al-Qur`ān maupun

adīṡ dan termasuk dalam kategori 7 dosa besar yang 4 lagi kita

akan bahas minggu depan. Namun, yang mungkin sering kita alami saat ini adalah durhaka pada orangtua.

Selalu ingatlah, tak ada perbuatan yang dapat menggantikan jasa dan pengorbanan orangtua selain berbakti dan memuliakan keduanya sampai akhir hayatnya. Terlebih lagi jasa seorang ibu yang pengorbanannya takkan tergantikan. Ia akan sangat bahagia ketika melihat anaknya senang dan ketika kita menangis maka ia akan menangis lebih keras dari kita. Itulah seorang ibu. Oleh karena itu anak-anakku, janganlah kalian sia-siakan waktu yang


(43)

Bella Dini Hidayati Farhana, 2013

Pengembangan Metode Ibraħ Mauiẓah Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Penelitian ketaatan kepada Allāh swt, karena hidup yang sebenar-sebenarnya adalah akhirat nanti. Disinilah, di dunia inilah kita mengumpulkan

amal untuk kembali kepada Rabb kita, Allāh swt. Maka perbuatlah

segala sesuatu hanya karena dan untuk Sang Rabbul’ālamīn,” tegas Guru.

Tahap ini disebut juga tahap Penyimpulan, yakni pengambilan kesimpulan yang mengantarkan siswa pada proses perenungan, penghayatan dan tafakur atas apa yang telah dibahas sebelumnya dan juga mendorong untuk merealisasikannya.

6) Tahap Keenam

Pada tahap ini, siswa diberikan evaluasi berupa beberapa soal yang mengacu pada ranah afektif. Pemberian soal ini merupakan upaya guru untuk mengetahui pemahaman sekaligus perubahan sikap siswa setelah mengikuti pembelajaran khususnya dengan metode Ibraħ mauiẓah.

Proses eveluasi ini juga dilakukan untuk memperbaiki penggunaan metode Ibraħ mauiẓah pada pembelajaran yang akan datang dan acuan untuk mempersiapkan penyajian Ibraħ pada materi lainnya.

Saat proses evaluasi berlangsung (ketika siswa mengerjakan soal evaluasi), pengawasan pada siswa lebih ditingkatkan karena siswa harus mengisi soal secara jujur.

Tahap ini disebut juga tahap evaluasi, yakni tahap untuk mengetahui dan menganalisis sejauh mana pemahaman dan sikap siswa setelah melaksanakan pembelajaran menggunakan metode Ibraħ mauiẓah.


(44)

Pada tahap internalisasi dan tahap meyakinkan, penyampaian materi tidak lepas dari mauiẓah guru/pendidik.

Dari setiap tahap, memungkinkan adanya pertanyaan atau pendapat dari siswa secara spontan.

c. Observasi (observation)

Dalam tahap observasi peneliti dibantu oleh observer untuk mengobservasi hal-hal berikut :

1) Observasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan metode Ibraħ mauiẓah.

2) Observasi kegiatan guru dan siswa pada saat pembelajaran berlangsung dengan mengisi lembar observasi yang telah disiapkan.

3) Observasi aspek afektif siswa dengan mengisi lembar kuesioner yang telah disiapkan.

d. Refleksi (Reflection)

Refleksi dilakukan untuk mengkaji kekurangan dan kesalahan yang ditemukan dalam pelaksanaan agar bisa diperbaiki pada siklus selanjutnya. Hasil pengamatan dianalisis untuk memperoleh gambaran bagaimana dampak dari tindakan yang dilakukan, hal apa saja yang perlu diperbaiki dan apa saja hal yang harus menjadi perhatian pada siklus selanjutnya. Hasil refleksi siklus I dapat menjadi acuan untuk perbaikan masalah di siklus I dan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran siklus II.

2. Siklus II

a. Perencanaan

Mengkaji hasil refleksi dari siklus I dan menerapkannya pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus II dengan menggunakan metode Ibraħ mauiẓah.


(45)

Bella Dini Hidayati Farhana, 2013

Pengembangan Metode Ibraħ Mauiẓah Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Penelitian b. Tindakan

Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun setelah dilakukan perbaikan dari pembelajaran di siklus I.

c. Observasi

Dalam tahap observasi peneliti dibantu oleh observer untuk mengobservasi hal-hal berikut :

1) Observasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan metode Ibraħ mauiẓah.

2) Observasi kegiatan guru dan siswa pada saat pembelajaran berlangsung dengan mengisi lembar observasi yang telah disiapkan.

3) Observasi aspek afektif siswa dengan mengisi lembar kuesioner yang telah disiapkan.

d. Refleksi (reflection)

Refleksi dilakukan untuk mengkaji kekurangan dan kesalahan yang ditemukan dalam pelaksanaan agar bisa diperbaiki pada siklus selanjutnya. Hasil pengamatan dianalisis untuk memperoleh gambaran bagaimana dampak dari tindakan yang dilakukan, hal apa saja yang perlu diperbaiki dan apa saja hal yang harus menjadi perhatian pada siklus selanjutnya. Jika refleksi siklus I dinilai masih banyak yang harus diperbaiki maka penelitian dapat dilanjutkan pada siklus berikutnya. Namun, jika dirasa sudah cukup untuk mencapai tujuan maka penelitian dilakukan sampai siklus II disertai dengan pengambilan kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran yang telah direncanakan apakah penelitian tindakan kelas ini meningkatkan pemahamana atau hasil belajar siswa.

F. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya

Dalam suatu penelitian diperlukan alat untuk mendapatkan dan mengumpulkan data. Alat tersebut disebut instrumen penelitian. Instrumen juga memerlukan proses pengembangan agar berfungsi dengan baik.


(46)

Menurut Sugiyono (2010:148) Instrumen adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Instrumen-instrumen yang digunakan tentu harus disusun sendiri dan teruji validitas dan reliabilitasnya. Untuk memudahkan penyusunan instrumen perlu digunakan pengembangan atau kisi-kisi instrumen.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa instumen penelitian khususnya instrumen yang biasa digunakan dalam penelitian tindakan kelas. Pembuatan instrumen penelitian ini tidak lepas dari perhatian dan koreksi dari dosen pembimbing I dan II, yakni Dr. H. Abas Asyafah, M.Pd, dan Drs. Toto Suryana, M.Ag. dan judgment dari beberapa ahlinya. Kisi-kisi intrumen juga dibuat untuk setiap instrumen dalam penelitian ini.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk setiap siklus. Masing-masing RPP berisi standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus dan kegiatan belajar mengajar.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan bimbingan dan konsultasi RPP kepada guru mitra (Guru PAI di sekolah yang menjadi tempat penelitian), dosen pembimbing dan judgment dari Agus Fakhruddin, S.Pd.,M.Pd. dan Dr.Munawar Rahmat, M.Pd.

2. Pedoman Observasi

Observasi merupakan proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dalam penelitian, observasi biasa dilakukan untuk mendapatkan dan mengumpulkan data berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak


(1)

penting karena menjadi acuan dan pedoman pendidik guru dalam mengajar.

Tahap Orientasi

Pembukaan

Motivasi

Apersepsi

Penjelasan pokok bahasan, konsep materi dan keunggulan metode ibraħmauiah

Tahap Penyajian Ibraħ Mauiah

Penyampaian ibraħ dari ayat Al-Qur`ān dengan mauiah yang lembut dan menyentuh

Penyampaian ibraħ dari peristiwa/pengalaman yang relevan dengan materi

Respon siswa pada ibraħ yang disajikan

Tahap Internalisasi

Pemasukan nilai-nilai yang terkandung dalam ibraħ

yang disajikan

Penghayatan dan perenungan melalui mauiah yang

lembut dan menyentuh Tahap Meyakinkan

Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan

Meyakinkan pemahaman siswa melalui tanya jawab

Motivasi guru pada siswa

Tahap Penyimpulan Sementara

Penyimpulan materi dari siswa

Respon guru pada kesimpulan yang dipaparkan siswa

Tahapan Metode Ibraħ Mauiẓah Tahapan Pembelajaran Umum

Tahap Evaluasi

Pemberian tes pada siswa guna mengukur kemampuan siswa

Penilaian keaktifan siswa/ pemberian reward

Kegiatan Awal

Kegiatan Inti

Tahap Penyimpulan Akhir

penyimpulan materi secara keseluruhan dengan respon guru yang melengkapinya dengan kesimpulan yang sempurna


(2)

Bella Dini Hidayati Farhana, 2013

Pengembangan Metode Ibraħ Mauiẓah Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Penelitian Tindakan Kelas pada kelas XI pokok bahasan “Menghindari Perilaku Dosa Besar” di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 9 Bandung)

Gambar 5.9. Tahapan Pembelajaran dengan Metode Ibraħ Mauiẓah 2. Pelaksanaan pembelajaran PAI dengan metode ibraħ mauiẓah ternyata

efektif digunakan dalam pembelajaran PAI dengan pokok bahasan

“Menghindari Perilaku Tercela” pada siswa kelas XI di SMKN N 9

Bandung. Dari siklus I ke siklus II tahapan-tahapan metode ibraħ mauiẓah mengalami sedikit perubahan dari yang sebelumnya direncanakan berdasarkan temuan pada setiap siklus dalam penelitian tindakan kelas ini. 3. Sikap siswa dalam pembelajaran PAI dengan metode ibraħ mauiẓah

mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik. Hal ini terbukti dari hasil tes afektif pada prates dan pascates yang mengalami peningkatan. Selain dari hasil tes, sikap siswa pada saat pembelajaran pun mulai menunjukan perubahan yang positif dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya, dari mulai keaktifan siswa, sikap siswa dan dalam bertutur kata.

4. Metode ibraħ mauiẓah menuntut guru yang memiliki kemampuan dalam menyampaikan ibrah dan mauidzah dengan baik yakni guru yang pandai dalam berbahasa atau bertutur kata yang lembut dan baik namun tetap tegas dalam memberikan teguran kepada siswa yang bersikap buruk saat proses pembelajaran berlangsung.

5. Metode ibraħ mauiẓah tidak lepas dari banyaknya berbagai motivasi pada setiap tahapannya, baik berupa sapaan, semangat, maupun kata-kata hikmah sehingga siswa dapat tersentuh dan hanyut pada penghayatan materi serta terdorong untuk melakukan pengamalan.

B. Saran 1. Bagi Guru

a. Guru seyogyanya dapat menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada setiap pertemuan dengan maksimal agar proses pembelajaran dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran.


(3)

b. Guru diharapkan mampu melaksanakan perannya sebagai fasilitator dalam pembelajaran dengan baik, terutama pada saat menyampaikan materi. Pada tahap ibraħ mauiẓah, guru dituntut untuk mampu menyampaikan ibraħ mauiẓah dengan bahasa yang baik dan lembut sehingga mampu menyentuh siswa untuk melakukan pengamalan. Pembelajaran pun dapat berlangsung secara efektif.

2. Bagi Siswa

a. Siswa diharapkan dapat meningkatkan motivasi dalam dirinya dan terbiasa mengambil ibraħ dari ayat Al-Qur`ān yang relevan dengan materi atau dari setiap kejadian/pengalaman yang dialaminya sehingga materi mudah untuk dipahami dan dikuasai siswa serta semakin terdorong dalam melakukan pengamalan.

b. Siswa diharapkan untuk aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, baik bertanya maupun berpendapat.

3. Bagi Sekolah

Sekolah seyogyanya lebih meningkatkan dukungan terhadap penggunaan serta pengembangan atau inovasi metode pembelajaran dan memberikan kemudahan terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan melengkapi sarana dan prasarana keterlaksanaan pembelajaran agar proses pembelajaran lebih optimal.

4. Bagi Prodi IPAI

Dapat dijadikan sebagai sumber referensi bagi Prodi IPAI dalam mengembangkan atau menerapkan metode ibraħ mauiẓah pada proses pembelajaran. Selain itu, penulis juga menyarankan agar para pembaca khususnya mahasiswa yang sedang menyusun penelitian agar meneliti tentang penelitian tindakan terutama dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang sulit di atasi dalam kelas atau proses pembelajaran.


(4)

Bella Dini Hidayati Farhana, 2013

Pengembangan Metode Ibraħ Mauiẓah Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Penelitian

Tindakan Kelas pada kelas XI pokok bahasan “Menghindari Perilaku Dosa Besar” di Sekolah

Menengah Kejuruan Negeri 9 Bandung)

DAFTAR PUSTAKA

___________ . (2010) Al-Qur’an dan Terjemahnya. Penerj: Tim Depag. Bandung: Sygma Publishing.

___________ . (2012). Profil SMK Negeri9 Bandung [online]. Tersedia:

http://www.smkn9-bdg.com/html/index.php?id=profil&kode=2&profil=Profil (9 Maret 2013) An-Naḥlawi, A. (1995). Pendidikan Islām Di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat.

Jakarta: Gema Insani Press.

An-Naḥlawi, A. (1996). Prinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan Islām Di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat. Bandung: CV Diponegoro.

Arifin. (2008). Ilmu Pendidikan Islam (Tinjauan Teoritis dan Praktis berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2010). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Azwar, S. (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baswori dan Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Badan Narkotika Nasional (BNN). (2005). Bocah pun Berjualan Narkoba. [online].

Tersedia:http://www.bnn.go.id/portalbaru/portal/konten.php?nama=Berita &op=detail_berita&id=402&mn=6&smn=a [29 Februari 2013]

Bahri, S. dan Zain, A. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT Rineka Cipta.

Barizi, A. dan M. Idris. (2010). Menjadi Guru Unggul. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Bungin, B. (2010). Penelitian Kualitatif (Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan dan Ilmu Sosial). Jakarta: Kencana.

Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Illah, A. (2010). Penerapan Model Inkuiri dalam Pembelajaran PAI untuk

Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa (Penelitian Tindakan Kelas pada Mata Pelajaran PAI di Kelas VIII-B SMP Miftahul Iman). Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI. Bandung: tidak diterbitkan.


(5)

2

Immawan. (2011). 63 persen Remaja Berhubungan Seks di Luar Nikah. [online].

Tersedia:http://dilarangpacaran.blogspot.com.63-persen-remaja-berhubungan-seks [10 29 Februari 2013]

Kartanegara, M. (2009). Menyelami Lubuk Tasawuf. Jakarta: Erlangga.

Kunandar. (2009). Guru Profesional (Implemetasi Kurikulum KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Kunandar. (2008). Langkah Mudah Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rajawali Pers.

Melati. (2012). Landasan Pelaksanaan Pendidikan. [online]. Tersedia:

http://cucueinstein.blogspot.com/2012/01/landasan-pelaksanaan-pendidikan [5 Mei 2013]

Muchtar dan Nasikun. (2011). Pendidikan Agama Islām untuk SMK dan MAK kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Muhaimin, et.al. (2004). Paradigma Pendidikan Islām. Bandung: PT Remaja RosdaKarya.

Mujib, A. dan Mudzakkir, J. (2008). Ilmu Pendidikan Islām. Jakarta: Kencana. Mujib, A. dan Andayani, D. (2011). Pendidikan Karakter Perspektif Islām.

Bandung: PT Remaja RosdaKarya.

Mudyahardjo,R. (2012). Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Nata, Abuddin. (2010). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.

Nuraeni, N.S. (2012). Penerapan Metode Eksperimen pada Mata Pelajaran IPA untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Skripsi Sarjana pada FPIP UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Q-Anees, B. dan Hambali, A. (2009). Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’ān. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Ramayulis. (2010). Ilmu Pendidikan Islām. Jakarta: Kalam Mulia.

Riduwan. (2012). Skala Pengukuran Varial-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sariwulan, R. (2010). Penerapan Model Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika di SMP. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI. Bandung: tidak diterbitkan.


(6)

3

Bella Dini Hidayati Farhana, 2013

Pengembangan Metode Ibraħ Mauiẓah Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Penelitian Tindakan Kelas pada kelas XI pokok bahasan “Menghindari Perilaku Dosa Besar” di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 9 Bandung)

Sub Koordinator MKDP. (2009). Landasan Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil Belajar. Bandung: PT RosdaKarya. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukardjo dan Ukim. (2012).Landasan Pendidikan dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers.

Suryabrata, S. (2005). Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Suwarno, W. (2009). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group.

Syahidin. (2009). Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur’ān. Bandung: Alfabeta.

Syahidin. et.al.. (2009). Moral dan Kognisi Islām. Bandung: Alfabeta.

Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Tim PKP PG-PAUD. (2009). Panduan Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta: Universitas Terbuka.

Tim UPT PPL.(2012). Panduan Program Pengalaman Lapangan (PPL) Kependidikandan Tenaga Pendidik. Bandung: UPT PPL Universitas Pendidikan Indonesia.

Universitas Pendidikan Indonesia (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : DEPDIKNAS.

Wiriaamadja, R. (2012). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Yamin, M. (2008). Paradigma Pendidikan Koonstruktivistik. Jakarta: Gaung Persada Pers.

Yusanto, I. dan Sigit, P.J. (2002). Membangun Kepribadian Islam. Jakarta: Khairul Bayan.