SELF-DISCLOSURE LESBIAN DALAM MENYAMPAIKAN KELESBIANNYA KEPADA KELUARGA (Studi Deskriptif Kualitatif Self-DisclosureLesbian Dalam Menyampaikan Kelesbiannya Kepada Keluarga).

SELF-DISCLOSURE LESBIAN DALAM MENYAMPAIKAN
KELESBIANNYA KEPADA KELUARGA
(Studi Deskr iptif Kualitatif Self-Disclosure Lesbian Dalam Menyampaikan
Kelesbiannya Kepada Keluarga)

SKRIPSI

Oleh :
ANGGITA AYU ASTARI
0643010260

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2011

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “SELF – DISCLOSURE LESBIAN DALAM MENYAMPAIKAN
KELESBIANNYA KEPADA KELUARGA” dengan baik .
Selesainya proposal ini tidak lepas dari adanya arahan dan bimbingan dari
Bapak Drs. Kusnarto, M. Si, yang dengan segala perhatian dan kesabarannya rela
meluangkan waktu untuk penulis. Terima kasih yang tak terhingga penulis
sampaikan.
Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan banyak terima kasih
yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini, diantaranya :
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu membukakan jalan kepada penulis untuk
melaksanakan skripsi dengan baik.
2. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, Msi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Juwito, S. Sos, Msi, Selaku Ketua Jurusan Ilmu komunikasi.
4. “Orang tua”


yang selalu bersabar mendukung,

membimbing , memberi

masukan dan membantu do’a sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
5. My luphly “Angga” yang selalu memberikan semangat kepada penulis
sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

iv

6. Teman – teman yang selalu menyemangati dan selalu membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi, Ayu “gepenk”, Ovi, Lemuw, Bob, Bianka
“mama bebibu”.. thanx semuaaaaa.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak terdapat
kekurangan. Untuk itu saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhirnya dengan

keterbatasan yang penulis miliki semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak umumnya dan penulis khususnya.

Surabaya, 19 Desember 2011

Penulis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

v

DAFTAR ISI

HALAMAN J UDUL ....................................................................................

i

HALAMAN PERSETUJ UAN DAN
PENGESAHAN UJ IAN SKRIPSI ..............................................................


ii

KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ viii
ABSTRAKSI ................................................................................................ ix
BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah ........................................................

1

1.2


Rumusan Masalah .................................................................

7

1.3

Tujuan Penelitian ..................................................................

7

1.4

Manfaat Penelitian ................................................................

7

KAJ IAN PUSTAKA
2.1

Landasan Teori .....................................................................


9

2.1.1 Komunikasi Interpersonal ..........................................

9

2.1.2 Efektivitas Komunikasi Interpersonal ......................... 15
2.1.3 Tahap-Tahap Komunikasi Interpersonal ..................... 16
2.2

Homoseksual Lesbian ............................................................ 16

2.3

Keluarga

..................................................................... 20

2.3.1 Definisi Keluarga ....................................................... 21

2.3.2 Komunikasi Keluarga ................................................. 22
2.3.3 Fungsi Keluarga ......................................................... 22
2.3.4 Kualitas Komunikasi Interpersonal Dalam Keluarga ... 24
2.3.5 Aspek-Aspek Kualitas Komunikasi Interpersonal
Dalam Keluarga .......................................................... 26
2.4

Teori Self - Disclosure ........................................................... 30
2.4.1 Kekurangan dan Kelebihan Self - Disclosure .............. 36

2.5

Kerangka Berpikir ................................................................. 38

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

vi

BAB III METODE PENELITIAN

3.1

Definisi Operasional ............................................................. 39

3.2

Definisi Konseptual .............................................................. 40
3.2.1 Lesbian ...................................................................... 40
3.2.2 Self-Disclosure .......................................................... 41

3.3

Informan Penelitian ............................................................... 41

3.4

Teknik Pengumpulan Data .................................................... 42

3.5


Teknik Analisis Data ............................................................. 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1

Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data ....... 45
4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ........................... 45
4.1.2 Penyajian Data ........................................................... 46

4.2

Analisis Data

..................................................................... 49

4.2.1 Self-Disclosure Lesbian dalam Menyampaikan
Kelesbiannya ............................................................. 49
4.2.1.1 Self-Disclosure Yoke ................................................ 49
4.2.1.2 Self-Disclosure Lita .................................................. 53
4.2.1.3 Self-Disclosure Pepi ................................................. 56

4.2.1.4 Self-Disclosure Rita .................................................. 58
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 63
5.1

Kesimpulan ........................................................................... 63

5.2

Saran ..................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

vii


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Pedoman Wawancara Dengan Informan ................................ 65

Lampiran 2

Pedoman Wawancara Dengan Keluarga Informan.................. 66

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

viii

ABSTRAK
ANGGITA AYU ASTARI, SELF-DISCLOSURE LESBIAN DALAM MENYAMPAIKAN
KELESBIANNYA KEPADA KELUARGA (Studi Deskr iptif Kualitatif Tentang Self Disclosure
Seor ang Lesbian Dalam Menyampaikan Kelesbiannya Kepda Keluar ga).
Sumber dari penelitian ini berdasarkan permasalahan yang terjadi mengenai fenomena sosial
lesbian di masyarakat akan kehidupan sehari-hari. Sampai saat ini lesbian masih dianggap sebagai
perilaku menyimpang di kalangan masyarakat. Seorang lesbian ada yang memilih untuk tertutup dan
adapula yang memilik untuk terbuka akan hubungannya dengan melakukan Self -Disclosure dengan salah
satu anggota keluarganya.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori komunikasi interpersonal atau teori
antarpribadi. Teori Komunikasi Interpersonal adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan antar dua
orang, atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan antar dua orang, atau dimana sekelompok
kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika.
Metode yang digunakan dalam penelitian menggunakan metode kualitatif yang bertujuan untuk
menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya. Metode ini menggambarkan serta menguraikan atas
suatu kejadian sejernih mungkin tanpa adanya perlakuan-perlakuan terhadap objek yang diteliti.
Kesimpulan hasil penelitian ini adalah mengenai penggambaran Self-Disclosure atau keterbukaan
diri seseorang lesbian kepada salah satu anggota keluarganya. Dua dari empat informan yang ada dalam
penelitian ini memilih untuk terbuka kepada ibunya, satu informan terbuka pada ayahnya, dan informan
yang terakhir memilih untuk membuka diri mengenai kelesbiannya kepada kakak laki-lakinya. Dari
empat informan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa mereka melakukan Self-Disclosure kepada salah
satu anggota keluarganya untuk mendapatkan pengakuan akan hubungan lesbian yang sampai saat ini
masih dianggap tabu oleh kebanyakan orang.
ABSTRACT
ANGGITA AYU ASTARI, SELF-DISCLOSURE LESBIAN TO TELL HER ADDICT TO
FAMILY (Qualitative Descr iptive Study About Self Disclosur e A Lesbian To Tell Her Addict To
Family).
The source of this research is based on problems that occur on a lesbian social phenomena in the
society will everyday life. Until now, lesbians are still considered a deviant behavior in society. There is a
lesbian who chooses to pick the closed and those that are to be open to do with doing the Self-Disclosure
with one family member.
Theory used in this study is the theory of interpersonal communication or interpersonal theory.
Theory of Interpersonal Communication is the process of sending and receiving messages between two
people, or among a small group of people with between two people, or where a small group of people
with some effect and some immediate feedback.
The method used in research using qualitative methods that aim to explain the phenomenon with
deep. This method describes the outline of an event as well as clear as possible without any treatments of
the studied object.
Conclusion The results of this study is about the depiction of Self-Disclosure or lesbian person's
self-disclosure to one member of his family. Two of the four informants in this study chose to open to her
mother, one informant on his father's open, and the latter informants chose to open up about kelesbiannya
to her brother. Of the four informants can be concluded that they do Self-Disclosure to one member of his
family to obtain recognition of a lesbian relationship is still considered taboo by most people.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ix

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Homoseksual, lesbian, dan kaum atheis adalah kaum-kaum yang tidak bisa
dipungkiri masih sangat direndahkan eksistensinya. Seolah-olah mereka
dianggap tidak ada hanya karena masyarakat yang membuang mereka karena
ketidaksesuaian dengan yang sudah ada dalam pola umum di masyarakat. JeanJacques Rousseau dalam kutipannya menjelaskan bahwa “Man is born free, and
everywhere he is in chains.” Dalam hal ini, merekapun kaum homoseksual dan
atheis adalah juga kaum yang dilahirkan untuk menjadi bebas hanya sayangnya
kali ini rantai yang mengikat kebebasan mereka adalah tidak diakui oleh
masyarakat.
Saat ini di Indonesia, fenomena tentang lesbian bukanlah masalah baru.
Seperti contoh, munculnya beberapa film yang menyoroti tentang kehidupan
lesbian, seperti film Indonesia berjudul “Butterfly” yang disutradarai oleh Nayato
Fio Nuola, dan film “Gla” yang dibintangi oleh Angelina Jolie dan Elizabeth
Mitchell yang menyisipkan adegan lesbian dalam ceritanya. Fenomena cinta
sejenis saat ini memang bukanlah hal yang baru dalam gaya hidup masyarakat
modern. Di Surabaya, fenomena cinta sejenis ini sekarang sudah semakin sering
dapat ditemui. Laki-laki dengan laki-laki, perempuan dengan perempuan.
Fenomena seperti itu walaupun masih sangat tabu dalam budaya kita, tetapi
selalu saja menarik untuk dibicarakan. Keberadaan lesbian atau cinta sejenis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1

2

perempuan dengan perempuan ini masih banyak yang tidak terlihat, sehingga
susah untuk mendeteksi hubungan ini. Melalui penampilan yang mereka
tampilkan, bahasa dan gerak bahasa tubuh mereka meskipun tidak secara terangterangan mereka menyebutkan siapa mereka sebenarnya.
Setelah melakukan wawancara pra penelitian, diketahui bahwa fenomenafenomena seperti ini pada jaman dahulu sulit untuk ditemui tapi seiring dengan
berjalannya waktu perlahan-lahan mereka membuka jati diri yang sebenarnya
selama itu ditutupi dari public. Munculnya fenomena-fenomena tersebut
membuat banyak orang tergugah untuk membahas dan mencari tahu dari mana
dan bagaimana fenomena-fenomena itu datang. Di Indonesia sendiri, para lesbian
masih termasuk dalam kelompok-kelompok kecil (minoritas) yang setiap
orangnya masih segan untuk mengakui jati dirinya sendiri dan lebih menutup
diri. Tidak seperti di luar negeri yang terang-terangan memperlihatkan siapa diri
mereka dengan pembuktian yang sangat kuat dengan diijinkannya pernikahan
sesama jenis. Belanda adalah salah satu negara yang mengijinkan pernikahan
tersebut, sehingga kebanyakan dari penganut homoseksual baik lesbian dan gay
hijrah ke negara Belanda hanya untuk melakukan pernikahan dan disahkan oleh
pemerintah.
Lesbian ada karena faktor gen dan hormonal seseorang. Ada juga yang
menyatakan, itu karena faktor pengaruh lingkungan. Secara biologis, faktorfaktor seperti anatomi syaraf dan ketidakseimbangan hormonal dapat
berpengaruh terhadap orientasi seksual seseorang. Dilain pihak, orientasi seksual
juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Dari sebagian masyarakat yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

memandang bahwa lesbian adalah hal yang biasa saja dan juga terdapat sebagian
masyarakat lagi yang memandang bahwa lesbian adalah suatu hal yang tabu dan
tidak boleh dilakukan. Hal ini juga mendapat perlawanan dari sudut pandang
agama dan norma-norma yang ada di masyarakat. Terdapat dalam Alkitab Roma
1:27, disitu dikatakan bahwa “Demikian juga suami-suami meninggalkan
persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi
mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman,
laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka
balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka”. Disini menerangkan bahwa
hubungan sejenis itu adalah salah karena membawa hubungan yang tidak sehat,
dan bahkan hubungan itu dinilai hubungan yang sesat. Di dalam Alkitab juga
menerangkan dengan sangat jelas bahwa Tuhan tidak menciptakan seorangpun
sebagai homoseks. Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan, dan Ia
memerintahkan untuk menjadi satu daging. Juga terdapat di dalam Al-Quran
dalam surat Asy-Syu’ara ayat 165-166 : “Mengapa kamu mendatangi jenis lakilaki diantara manusia (berbuat homoseks) QS : Asy-Syu’ara: 165. Dan kamu
tinggalkan (perempuan) yang diciptakan Tuhan untuk menjadi istri-istri kamu.
Kamu (memang) orang-orang yang sudah melampaui batas. QS : Asy-Syu’ara :
166. Maka ketika keputusan kami datang, Kami menjungkirbalikan negeri kaum
Luth dan Kami hujani mereka bertubi-tubi dengan batu dari tanah yang
terbakar, yang diberi tanda oleh Tuhanmu. Dan siksaan itu tiadalah jauh dari
orang yang zalim. QS : Hud : 82-83. Hal ini berarti bahwa seorang lesbian atau
seseorang yang memiliki hubungan cinta sejenis adalah haram hukumnya dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

dilarang agama. Mereka melakukan hal tersebut karena pilihan mereka sendiri.
Mereka merasa nyaman dengan sesama jenis mereka, merasa nyaman dengan
perubahan kelamin pada diri mereka, dan merasa nyaman dengan tidak berTuhan atau tidak beragama, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, mereka
sebenarnya telah menjadi diri mereka sendiri dengan pilihan-pilihan mereka.
Mereka adalah manusia bebas yang diikat oleh rantai-rantai opini umum di
masyarakat sehingga mereka nampak salah, padahal sebenarnya itu adalah buah
pilihan mereka sendiri.
Mengembangkan konsep diri dan menetapkan hubungan dengan sekitar
melalui upaya pembinaan dan pemeliharaan hubungan dengan orang lain dapat
membuat seseorang menemukan atau mengenal dirinya dengan orang lain.
Membangun, membina, dan mempertahankan hubungan dengan orang lain harus
didukung oleh saling keterbukaan diri pihak-pihak yang terlibat dalam
komunikasi dan saling memahami karakteristik masing-masing. Dengan
pemahaman tersebut akan dapat mempermudah untuk berkomunikasi secara
efektif. Oleh karena itu orang sering membuka diri, memberikan informasi
tentang berbagai hal yang menyangkut dirinya kepada orang lain dengan siapa
dia membina hubungan. Inilah yang disebut dengan pengungkapan diri ( self
disclosure ). Self Disclosure adalah suatu jenis komunikasi dimana kita
mengungkapkan informasi tentang diri kita sendiri yang biasanya disembunyikan
( DeVito 1997:61).
Dalam komunikasi, self disclosure ini sangat penting untuk membina
hubungan interpersonal. Semakin orang melakukan pengungkapan diri maka

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

akan lebih banyak mendapat teman dan dapat hidup dalam pergaulannya serta
beban pikirannya terasa lebih ringan daripada orang yang menutup diri. Jika
orang terlalu membuka diri atau menginformasikan segala hal tentang dirinya
atau hidupnya maka disebut dengan over disclosure. Sedangkan jika terlalu
menutup diri yakni jarang sekali membicarakan tentang kehidupannya kepada
orang lain maka disebut under disclosure. Mereka memiliki dan memilih topiktopik mana yang akan diinformasikan dan dengan siapa mereka akan
mengungkapkannya (DeVito 1999:84-85). Dengan self disclosure dapat
membantu komunikasi menjadi lebih efektif, menciptakan hubungan yang lebih
bermakna dan juga untuk kesehatan yaitu untuk mengurangi stress.
Membuka diri kepada orang lain tentang homoseksual lesbiannya sebagai
lesbian memang tidaklah hal yang mudah. Sikap membuka diri memiliki
tantangan sendiri. Selalu ada perasaan takut yang menjadi alasan dalam
pengambilan keputusan untuk membuka diri atau tidak, seperti takut dijauhi
teman, dikucilkan oleh keluarga, dianggap tidak “normal” dalam lingkungan
masyarakat karena tidak memiliki keturunan. Untuk membuka diri memang
diperlukan suatu keberanian. Permasalahannya adalah, kita ini hidup di
lingkungan masyarakat yang masih belum bisa menerima fenomena homoseksual
lesbian sebagai suatu hal yang wajar. Akibatnya, kaum lesbian di Indonesia dan
kebanyakan negara di belahan dunia timur mengalami tekanan dari lingkungan
sosialnya. Muncul suatu stigma terhadap kaum lesbian. Mereka dibuang dan
dikucilkan sebagai sampah masyarakat, sehingga mereka hampir-hampir tidak
mampu lagi mengembalikan kepercayaan diri (self confidence) dan penghargaan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

terhadap dirinya sendiri (self esteem). Di sinilah seharusnya peran komunitaskomunitas lesbian untuk mengambalikan kepercayaan diri dan harga diri mereka,
sehingga bisa berkembang secara optimal sebagai pribadi yang berharga di mata
Tuhan dan sesama manusia.
Penulis memilih lesbian sebagai subyek penelitian disebabkan karena
keberadaan seorang lesbian di kota Surabaya masih menjadi kontroversi dalam
kalangan masyarakat. Dalam penelitian ini penulis berusaha menggambarkan
bagaimana self-disclosure tentang homoseksualitas yang dilakukan seorang
lesbian kepada keluarganya. Dengan melakukan self-disclosure , berarti akan
terjadi perubahan sikap, artinya anggota keluarga dapat saja ada yang menolak
keberadaan mereka, atau bisa saja anggota keluarganya tetap menerima lesbian
tersebut dan menganggap hal itu sesuatu yang biasa. Apabila keluarga dapat
menerima keberadaan mereka, mereka dapat menjadi pribadi yang kuat dan dapat
menjalankan kegiatan sehari-hari lebih ringan tanpa ada yang ditutupi. Setiap
orang memiliki keluarga yang berbeda-beda, ada keluarga yang dapat menerima
apa adanya, sehingga anggota keluarga dapat terbuka mengenai apapun yang
ingin mereka sampaikan. Adapula keluarga yang tergolong introvert atau
cenderung tertutup, sehingga anggota keluarga terpaksa menutup diri karena
cemas mendapatkan penolakan dari keluarga.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan hal tersebut diatas maka dapat dirumuskan permasalahan
penelitian sebagai berikut : Bagaimanakah self-disclosure seorang lesbian dalam
menyampaikan kelesbiannya kepada keluarganya ?

1.3

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
disclosure seorang

lesbian

dalam

menyampaikan

kelesbiannya

selfkepada

keluarganya.
1.4

Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari pelaksanaan penelitian ini terbagi ke
dalam dua macam, yaitu :
a. Manfaat Teoristis
Diharapkan melalui penelitian ini maka kajian ilmu komunikasi
terutama dalam kajian tentang komunikasi interpersonal yang berkaitan
dengan self-disclosure. Melalui self-disclosure seseorang akan lebih cermat
memandang dirinya dengan orang lain, sehingga dampak positifnya akan
menciptakan mental yang sehat bagi dirinya, selain itu self-disclosure pun
mempunyai dampak negatif bagi suatu hubungan yang sedang berlangsung.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dari pentingnya
self-disclosure dalam komunikasi interpersonal, terlebih jika yang
diungkapkan tersebut adalah hal-hal yang dianggap riskan seperti masalah
homoseksual ( penyimpangan /pilihan seks) sebagai seorang lesbian,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

sehingga melalui hasil penelitian diharapkan berguna bagi pihak-pihak yang
berkepentingan dalam melakukan self-disclosure, apakah sebaiknya
melakukan atau tidak melakukan self-disclosure guna merusak atau
memperkuat hubungan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1

Landasan Teor i

2.1.1 Komunikasi Inter personal
Definisi komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah
proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antar dua orang, atau diantara
sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik
seketika. Selain itu, komunikasi antar pribadi juga didefinisikan sebagai
komunikasi yang terjadi diantara dua orang yang mempunyai hubungan yang
terlihat jelas diantara mereka, misalnya percakapan seorang ayah dengan anak,
sepasang suami istri, guru dengan murid dan lain sebagainya (DeVito, 2007:5).
Berbeda dengan pendapat Effendy (Liliweri, 1997) pada hakekatnya
komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara seorang komunikator, yaitu
yang menyampaikan pesan dengan komunikan, yaitu yang menerima pesan.
Effendy berpendapat bahwa komunikasi tersebut dianggap sebagai cara
komunikasi yang paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku
manusia.
Ciri unik lainnya adalah bahwa komunikasi interpersonal juga menuntut
adanya tindakan saling memberi dan menerima antar pelaku yang terlibat dalam
komunikasi. Dengan kata lain, para pelaku yang ada dalam proses komunikasi
antarpribadi saling bertukar informasi, pikiran dan gagasan (Sandjaja, 1993:117).
Lebih khususnya dalam komunikasi antar pribadi arus komunikasi yang terjadi

9
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

adalah sirkuler atau berputar, artinya setiap individu mempunyai kesempatan yang
sama untuk menjadi

komunikator dan komunikan dalam proses komunikasi.

Karena dalam komunikasi antar pribadi efek atau umpan balik dapat terjadi
seketika. Untuk dapat mengetahui komponen-komponen yang terlibat dalam
komunikasi antarpribadi dapat dijelaskan melalui gambar berikut :

Bidang Pengalaman
Bidang Pengalaman

Pengirim – Penerima

Saluran

Pengirim – Penerima

Encoding– Decoding

Pesan– Pesan

Encoding– Decoding

EFEK

`

EFEK

Gangguan

Umpan Balik

Gambar 2.3 Model Komunikasi interpersonal secara umum

Dari

gambar

diatas dapat

dijelaskan

bahwa

komponen-komponen

komunikasi antarpribadi adalah sebagai berikut (Devito, 2007:10).
1. Pengirim-penerima
Komunikasi antarpribadi paling tidak melibatkan dua orang, setiap orang
terlibat dalam komunikasi antarpribadi memfokuskan dan mengirimkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

pesan dan sekaligus menerima serta memahami pesan. Istilah pengirimpenerima ini digunakan untuk menekankan bahwa, fungsi pengirim dan
penerima ini dilakukan oleh setiap orang yang terlibat dalam komunikasi
antarpribadi. Contoh komunikasi antara orangtua dan anak, guru dengan
murid, dan sebagainya.
2. Encoding-decoding
Encoding adalah tindakan menghasilkan pesan, artinya pesan-pesan
yang akan disampaikan dikode atau diformulasikan terlebih dahulu
dengan menggunakan kata-kata simbol dan sebagainya. Sebaliknya
tindakan untuk menginterpretasikan dan memahami pesan-pesan yang
diterima, disebut sebagai decoding, Dalam komunikasi antarpribadi
karena pengirim juga bertindak sebagai penerima, maka fungsi
encoding-decoding dilakukan oleh setiap orang yang terlibat dalam
komunikasi anatarpribadi. Misalnya dalam penggunaan bahasa daerah.

3. Pesan-pesan
Dalam komunikasi antarpribadi, pesan-pesan ini bisa berbentuk verbal
(seperti kata-kata) atau nonverbal (gerak tubuh, simbol) atau gabungan
antara bentuk verbal dan nonverbal. Misalnya materi pelajaran.
4. Saluran
Saluran ini berfungsi sebagai media dimana dapat menghubungkan
antara pengirim dan penerima pesan atau informasi. Saluran komunikasi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

personal baik yang bersifat langsung, perorangan, maupun kelompok
lebih persuasif dibandingkan dengan saluran media massa.
Hal ini disebabkan karena pertama, penyampaian pesan melalui
saluran komunikasi personal dapat dilakukan secara langsung kepada
khalayak yang dituju bersifat pribadi dan manusiawi. Kedua,
penyampaian melalui komunikasi personal dapat dilakukan secara rinci
dan lebih fleksibel dengan kondisi nyata khalayak. Ketiga, keterlibatan
khalayak dalam komunikasi cukup tinggi. Keempat, pihak komunikator
atau sumber dapat langsung mengetahui reaksi, umpan balik dan
tanggapan dari pihak khalayak atas isi pesan yang disampaikannya.
Kelima, pihak komunikator atau sumber dapat dengan segera
memberikan penjelasan apabila terdapat kesalahpahaman atau kesalahan
persepsi dari pihak khalayak atas pesan yang disampaikannya. Contoh
dalam komunikasi antarpribadi kita berbicara dan mendengarkan
(saluran tentang indera pendengar melalui suara). Isyarat visual atau
sesuatu yang tampak (seperti gerak tubuh, ekspresi wajah, dan lain
sebagainya).
5. Gangguan atau Noise
Seringkali pesan-pesan yang dikirim berbeda dengan pesan yang
diterima. Hal ini dapat terjadi karena gangguan saat berlangsungnya
komunikasi, terdiri dari :
a. Gangguan Fisik

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

Gangguan ini biasanya berasal dari luar dan mengganggu
transmisi fisik pesan seperti kegaduhan, interupsi, jarak dan
sebagainya.
b. Gangguan Psikologis
Gangguan ini timbulnya karena adanya perbedaan gagasan dan
penilaian subyektif diantara

orang yang terlibat dalam

komunikasi seperti emosi, perbedaan nilai-nilai, sikap, dan
sebagainya.
c. Gangguan Semantik
Gangguan ini terjadi karena kata-kata atau simbol yang
digunakan dalam komunikasi, sering kali memiliki arti ganda,
sehingga menyebabkan penerima gagal dalam menangkap dari
maksud-maksud pesan yang disampaikan. Contoh : perbedaan
bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi.
6. Umpan Balik
Umpan balik memainkan peranan yang sangat penting dalam proses
komunikasi antarpribadi, karena pengirim dan penerima secara terusmenerus dan bergantian memberikan umpan balikdalam berbagai cara,
baik secara verbal maupun nonverbal. Umpan balik ini bersifat positif
apabila dirasa saling menguntungkan. Bersifat positif apabila tidak
menimbulkan efek. Dan bersifat negatif apabila merugikan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

7. Konteks
Komunikasi selalu terjadi dalam sebuah konteks yang mempengaruhi isi
dan bentuk pesan yang disampaikan. Ada 2 dimensi konteks dalam
komunikasi antarpribadi, yaitu :
a. Dimensi

Fisik,

mencakup

tempat

dimana

komunikasi

berlangsung, misalnya komunikasi antar guru dengan murid di
dalam kelas disini berperan sebagai dimensi fisik.
b. Dimensi

Sosial

Psikologi,

mencakup

hubungan

yang

memperhatikan masalah status, peranan yang dimainkan,
norma-norma kelompok masyarakat, keakraban, formalitas
dan sebagainya.
8. Bidang Pengalaman (Field of Experience)
Bidang pengalaman merupakan faktor yang paling penting dalam
komunikasi antarpribadi, komunikasi akan terjadi apabila para pelaku
yang terlibat dalam komunikasi mempunyai bidang pengalaman yang
sama.
9. Efek
Dibanding dengan bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi
dinilai paling ampuh untuk mengubah sikap, perilaku kepercayaan dan
opini komunikan. Hal ini disebabkan komunikasi dilakukan dengan tatap
muka (DeVito, 2007:10)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

2.1.2 Efektivitas Komunikasi Inter per sonal

Menurut Joseph A. Devito dalam buku The Interpersonal Communication
Book yang dikutip oleh Soemiati (Soemiati, 1993 : 50-51) ada beberapa hal yang
mendukung terciptanya efektifitas dalam komunikasi interpersonal yaitu :
1.

Keterbukaan, yaitu adanya kemauan untuk membuka diri,

menyatakan

tentang

keadaan

dirinya

sendiri

yang

tadinya

tetap

disembunyikan yang berhubungan dengan komunikasi pada saat itu serta
keterbukaan dalam memberikan tanggapan secara spontan dan tanpa dalih
terhadap komunikasi dan umpan balik orang lain.
2.

Empati, sebagai suatu perasaan individu yang merasa sama seperti

yang dirasakan orang lain (menempatkan diri pada posisi orang lain).
3.

Dukungan, suatu dukungan situasi terhadap kritik maupun caci

maki.

4.

Rasa positif, dimana komunikasi akan positif bila dirasakan situasi

yang positif sehingga mau aktif dan membuka diri.
5.

Kesamaan, kesamaan dalam bidang pengalaman, seperti sikap,

perilaku, nilai dan sebagainya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

2.1.3 Tahap – Tahap Komunikasi Interper sonal
Kebanyakan hubungan mungkin semua berkembang melalui tahap – tahap
(Knapp, 994:Wood 1982) antara lain :
1.

Kontak, merupakan beberapa macam persepsi alat indera. Melihat,

mendengar, membaui seseorang. Menurut beberapa riset selama tahap inilah
dalam empat menit interaksi awal yaitu seseorang memutuskan ingin
melanjutkan hubungan atau tidak dan kualitas seseoarang akan terlihat jelas
disini, seperti sikap ingin bersahabat, keterbukaan dan kehangatan.
2.

Keterlibatan, merupakan tahap pengenalan lebih jauh. Ketika kita

mengikatkan diri kita untuk lebih mengenal orang lain dan juga
mengungkapkan diri kita.
3.

Keakraban, pada tahap ini seseorang lebih jauh mengikatkan diri

dan mungkin membina hubungan primer (primer relationship) dan seseorang
berani mengungkap rahasia besar dalam dirinya
4.

Perusakan, merupakan tahap penurunan hubungan ketika ikatan

hubungan antara kedua belah pihak melemah karena merasa hubungan ini
tidak sepenting yang dikira.
5.

Pemutusan, merupakan pemutusan ikatan yang mempertalikan

kedua belah pihak (DeVito, 2007 : 235)

2.2

Homoseksual Lesbian
Sejarah mempercayai, bahwa lesbian berkembang dari Yunani dengan bukti
bahwa kata lesbian diambil dari kata lesbos, yakni nama sebuah pulau disana.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

Sekian abad silam, hubungan antar kaum hawa ini jarang sekali terjadi, bisa
dimaklumi karena memang hubungan antar sejenis ini lebih rapat dan tersimpan
rapi. Dalam kenyataannya sulit sekali mengenali seorang wanita lesbian hanya
dengan melihat saja, karena tidak ada tanda-tanda fisik yang khas yang dapat
menunjukkan seseorang itu lesbian. Ada beberapa ciri-ciri dari seorang lesbian.
Dikenal dengan istilah dyke atau butchi, lesbian dalam kategori ini bertindak
sebagai sang maskulin. Layaknya seorang pria, yang memiliki rasa ingin
melindungi dan mengayomi. Biasanya lesbian kategori ini, mereka berdandan
seperti layaknya pria, berambut pendek, tidak pernah memakai rok, tidak pernah
bermake up ataupun memakai accesoris-accesoris yang layaknya kaum
perempuan kebanyakan. Sedangkan lesbian yang dikenal dengan sebutan lipstick
atau femm jauh berbeda dengan lesbian sebagai dyke atau butchi. Lesbian lipstick
atau femm ini lebih cenderung memiliki sifat keperempuanan. Lesbian kategori
ini jauh lebih feminim, bermake up, memiliki rambut panjang, layaknya kaum
perempuan kebanyakan.
Banyak yang melatar belakangi terjadinya cinta sejenis ini, misalnya karena
bentukan orang tua yang menginginkan mereka tumbuh menjadi lelaki, pengaruh
lingkungan serta karakteristik yang memaksa mereka tumbuh menjadi gadis
tomboy, dan pada akhirnya membawa mereka lebih dekat dengan pribadi
maskulin. Dari sini dapat ditebak, kemana arahnya. Merekapun lebih tertarik
dengan gemulai seorang wanita, dari pada keperkasaan seorang pria. Hal inilah
yang menyebabkan terjadinya dyke, atau perempuan yang kelelakian.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

Disisi lain, trauma masa kecil juga dapat menjadi salah satu pemicu
terjadinya lesbian. Misalnya terjadi perselingkuhan, pengkhianatan yang terjadi
berualang kali, dan juga terjadi kekerasan yang pada akhirnya bermuara pada
dendam dengan kaum lelaki. Dari sini bisa memunculkan keengganannya bergaul
dengan kaum lelaki, karena paradigma yang dibentuk dari awal, bahwa lelaki
memang sosok yang sangat menakutkan dan harus dijauhi. Hal tersebut
merupakan salah satu alasan mengapa kaum lesbian ini memutuskan untuk tidak
percaya dengan cinta ynag ditawarkan oleh para lelaki.
Lesbian adalah perilaku seksual yang ditujukan pada pasangan sejenis.
Pasangan sejenis artinya wanita yang secara seksual dan emosional merasa
tertarik kepada wanita lain dan menjalin suatu hubungan. Hal tersebut bukanlah
sebuah penyakit atau gangguan kejiwaan melainkan lebih cenderung pada pilihan
identitas seseorang (Tobing, 1987:21).
Dalam perbuatan dan perilaku yang dilakukan oleh homoseksual lesbian
lebih banyak mengacu pada perilaku seksual antara dua orang dengan jenis
kelamin yang sama. Perbuatan (seksual) yang dilakukan oleh homoseksual lesbian
tersebut terbagi dalam dua batasan, yaitu :.
1.

Hubungan homoseksual genital : yaitu hubungan yang dilakukan

antara dua orang yang berkelamin sama dengan melibatkan alat kelamin.
2.

Hubungan homoseksual non-genital : yaitu hubungan yang

dilakukan antara dua orang yang berkelamin sama tanpa melibatkan alat
kelamin, contohnya: mengagumi orang sesama jenis, merasa dekat dengan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

orang sesama jenis sehingga menggandeng tangan, memeluk, dan
mencium.
Menurut seorang ahli psikologi dr. Wimpie Pangkahila, ada empat
kemungkinan penyebab lesbian. Pertama, faktor biologis yakni ada kelainan di
otak atau genetic. Kedua, faktor psiodinamik yaitu adanya gangguan
perkembangan sikoseksual pada masa kanak-kanak. Ketiga, faktor sosiokultural
yakni adat istiadat yang memperlakukan hubungan homoseks dengan alasan
tertentu yang tidak benar. Keempat, faktor lingkungan yaitu keadaan lingkungan
yang memungkinkan dan mendorong pasangan sesama jenis menjadi erat
(Supratiknya, 1995:94).
Banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui jumlah homoseks
wanita. Seperti studi penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat oleh Alfred
Kinsey. Ia mengatkan bahwa 70% wanita adlah homoseks. Artinya orang-orang
tersebut keinginan homoseksnya lebih menonjol dari heteroseks, yang sedikitnya
berlangsung selama 3 tahun dalam hidupnya. Kemudian ada penelitian lain yang
dilakukan oleh Paul Gebhard yang menemukam bahwa 9,13 % dari sampel yang
diteliti adalah homoseks. Dari hasil studi tersebut dapat diambil kesimpulan,
bahwa 105 manusia adalah homoseks. Sedangkan di Indonesia sendiri belum ada
penelitian yang mengenai jumlah homoseks. Hal tersebut masih sangat sulit
dilakukan karena orang homoseks di Indonesia susah untuk membuka dirinya.
Mengenai kapan mulai homoseksual ini tidak ada catatan yang jelas, hanya
diketahui beberapa abad sebelum masehi telah dikenal adanya lesbian seperti yang
ditulis Plato dalam bukunya The Symposium. Bahkan 580 tahun sebelum masehi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

di Timur Yunani telah berkembang sebuah mitos tentang kisah cinta antara putri
Saapo yang berasal dari kalangan elit dengan murid wanitanya bernama Athis di
pulau Lesbos. Dari nama pulau inilah kemudian dikenal nama Lesbian untuk
homoseksual wanita (Arintowaty, 1998:39).
Menurut paparan diatas mengenai homoseksualitas dapat ditarik kesimpulan
bahwa homoseksual sendiri adalah kelainan terhadap orientasi seksual yang
ditandai denga timbulnya rasa suka terhadap orang lain yang mempunyai kelamin
sejenis atau identitas gender yang sama. Istilah yang sudah umum dikenal
masyarakat untuk orang yang termasuk homoseksual adalah gay (untuk laki-laki),
lesbian (untuk perempuan), selain itu ada pula transgender / waria, dan biseksual
(orientasi seksual kepada laki-laki dan perempuan.

2.3

Keluar ga

2.3.1 Definisi Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan, saling mempengaruhi,
saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri (Depkes RI, 1998). Biasanya
anggota keluarga hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan
dan berinteraksi satu sama lain. Ada dua macam keluarga, yaitu keluarga inti
(nuclear family) merupakan keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak
yang belum dewasa atau belum menikah. Sedangkan keluarga besar (extended
family), adalah satuan keluarga yang meliputi lebih dari suatu generasi dan satu

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

lingkungan kaum keluarga yang lebih luas dari satu generasi atau satu lingkungan
kaum yang lebih luas daripada ayah, ibu dan anak.
Pengertian keluarga dapat ditinjau dari Dimensi hubungan darah dan
hubungan sosial. Dalam dimensi hubungan darah, merupakan kesatuan yang
diikat oleh hubungan darah antara satu dengan lainnya. Sedangkan dalam dimensi
hubungan sosial, keluarga merupakan satu kesatuan yang diikat adanya saling
berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi walaupun diantara mereka
tidak terdapat hubungan darah (Djamarah,2004 : 16).

2.3.2 Komunikasi keluar ga
Komunikasi sangat penting untuk membina sebuah hubungan dalam
keluarga, sebab tanpa komunikasi, hubungan-hubungan yang akrab antar keluarga
tidak dapat terjalin atau tetap hidup. Berbicara adalah elemen yang terpenting,
sebab pembicaraan adalah sarana yang dapat mempererat hubungan keluarga.
Tujuan dari suatu komunikasi keluarga bukanlah sekedar menyampaikan
informasi, melainkan membentuk sebuah hubungan yang baik dengan orang lain.
Kualitas hubungan antar anggota keluarga tersebut tergantung pada kesanggupan
seseorang untuk menyatakan diri kepada orang lain, dengan komunikasi antara
seseorang dengan keluarganya menunjukkan bahwa adanya penerimaan atau
penolakan dari keluarganya (Shinta, 2001).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

2.3.3 Fungsi Keluarga
Yusuf (2001:39) menyebutkan beberapa fungsi keluarga dari sudut pandang
sosiologis, fungsi keluarga dapat diklasifikasikan ke dalam fungsi-fungsi sebagai
berikut :
1.

Fungsi Biologis
Keluarga dipandang sebagai pranata sosial yang memberikan
legalitas, kesempatan dan kemudahan bagi para anggotanya untuk
memenuhi kebutuhan dasar biologisnya. Kebutuhan itu meliputi :
sandang,

pangan,

papan,

reproduksi

atau

pengembangan

keturunan.
2.

Fungsi Ekonomis
Keluarga merupakan unti ekonomi dasar dalam sebagian besar
masyarakat primitif. Para anggota keluarga bekerjasama sebagai
tim untuk menghasilkan status.

3.

Fungsi Pendidikan
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan dan utama bagi anak.
Keluarga berfungsi sebagai “transmitter budaya atau mediator”
sosial bagi anak. Fungsi keluarga dalam pendidikan adalah
menyangkut penanaman, pembimbingan atau pembahasan nilai
agama, budaya, dan ketrampilan tertentu yang bermanfaat bagi
anak.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

4.

Fungsi Sosialisasi
Lingkungan

keluarga

berfungsi

merupakn

faktor

penentu

(determinant factor)yang mempengaruhi kualitas generasi yang
akan datang. Keluarga berfungsi sebagi miniatur masyarakat yang
mensosialisasikan nilai-nilai atau peran hidup dalam masyarakat
yang harus dilaksanakan oleh anggotanya. Keluarga merupakan
lembaga yang mempengaruhi perkembangan kemampuan anak
untuk mentaati peraturan (disiplin), mau bekerjasama dengan
orang lain, bersikap toleransi, menghargai pendapat orang lain,
mau bertanggungjawab dan bersikap matang dalam kehidupan
yang heterogen.
5.

Fungsi Perlindungan
Keluarga berfungsi sebagai pelindung bagi para anggotanya
keluarganya

dari

gangguan

ancaman

atau

kondisi

yang

menimbulkan ketidaknyamanan (fisik psikologis) bagi para
anggotanya.
6.

Fungsi Rekreatif
Keluarga harus diciptakan sebagai lingkungan yang memberikan
kenyamanan, keceriaan, kehangatan dan penuh semangat bagi para
anggotanya. Maka dari itu, keluarga harus ditata sedemikian rupa
seperti menyangkut aspek dekorasi interior rumah, komunikasi
yang tidak kaku, makan bersama, bercengkrama dengan suasana
santai dan sebagainya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

7.

Fungsi Agama
Keluarga berfungsi sebagai penenaman nilai-nilai agama kepada
anak agar mereka memiliki pedoman hidup yang benar. Keluarga
berkewajiban

mengajar,

membimbing

atau

membiasakan

anggotanya untuk mempelajari dan mengamalkan ajaran agama
yang dianutnya. Para anggota keluarga yang memiliki keyakinan
yang kuat terhadap Tuhan akan memiliki mental yang sehat, yakni
mereka akan terhindar dari beban psikologis dan mampu
menyelesaikan dirinya secara harmonis dengan orang lain, serta
berpartisipasi

aktif

dalam

memberikan

kontribusi

secara

konstruktif terhadap kemajuan serta kesejahteraan masyarakat.

2.3.4 Kualitas Komunikasi Inter per sonal Dalam Keluar ga
Dalam komunikasi dikenal dengan istilah Interpersonal Communication atau
Komunikasi Interpersonal adalah suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan
antara dua orang atau sekelompok kecil dengan berbagi efek dan umpan balik
seketika. Komunikasi ini dianggap sebagi efektif dalam hal upaya mengubah
sikap, pendapat, ataupun perilaku seseorang karena sifatnya dialogis, berlangsung
secara tatap muka (face to face) dan menunjukkan suatu interaksi sehingga terjadi
kontak pribadi atau personal contavt (Effendy, 2002:8). Dengan demikian mereka
yang terlibat dalam komunikasi ini masing-masing menjadi pembicara ataupun
pendengar. Nampaknya adanya upaya untuk terjadinya pengertian bersama dan
empati. Terjadi rasa saling menghormati berdasarkan anggapan bahwa masing-

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

masing adalah manusia utuh yang wajib, berhak dan pantas untuk dihargai dan
dihormati sebagai manusia. Dalam proses komunikasi interpersonal, ketika pesan
disampaikan dan umpan balikpun terjadi saat itu juga (immediate feedback)
sehingga komunikator tahu bagaimana reaksi komunikan terhadap pesan yang
disampaikannya. (Effendy, 2003:15)
Umpan balik itu sendiri memainkan peran dalam proses komunikasi sebab ia
menentukan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya komunikasi yang
dilancarkan oleh komunikator. Selain itu umpan balik dapat memberikan
komunikasi menarik atau tidak bagi komunikan (Effendy, 2003:14). Umpan balik
dikatakan bersifat positif ketika respon dari komunikan menyenangkan
komunikator enggan untuk melanjutkan komunikasi tersebut.
Selain pengelompokkan diatas, umpan balik dapat pula dinyatakan secara
verbal maupun non verbal seperti halnya dengan penyampaian pesan umpan balik.
Bentuk khusus dari komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi diadik
(dyadic communication) yaitu komunikasi antara dua orang yang keduanya saling
berhubungan dan komunikasi ini bertujuan untuk belajat, mengadakan relasi,
mempengaruhi dan membantu antar individu (DeVito, 1989). Oleh karena itu
komunikasi merupakan hal yang paling penting dalam kehidupan manusia.
Demikian pula dalam keluarga, perlu dibina dan dikembangkan perkembangan
dari remaja (Fuhrman, 1990:213).
Menurut Irwanto (dalam Yatim dan Irwanto, 1991:79) keluarga memberikan
dan menggenaralisasikan nilaim norma, pengetahuan, sikap dan harapan terhadap
anak-ank. Dengan komunikasi yang efektif, maka beberapa hal tersebut dapat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

diterima dan dipahami dengan baik oleh remaja. Hal tersebut senada dengan
pernyataan Tubbs dan Moss (dalam Rahmat, 2002:12) yaitu bahwa komunikasi
yang efektif akan menimbulkan pengertian dan hubungan yang makin baik
diantara kedua belah pihak.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat dibahas komunikasi paling
tidak bersifat dialog bukan monolog. Menurut Kudera (dalam Kartono, 1994:153)
komunikasi yang monolog tidak memunculkan tantangan dalam diri anak untuk
mengembangkan pikitan, kemampuan bertanggungjawab dan anak tidak disertai
pendapat bila ada masalah dalam keluarga.

2.3.5 Aspek – Aspek Kualitas Komunikasi Interper sonal Dalam Keluarga
Komunikasi yang efektif perlu dibangun dan dikembangkan dalam keluarga.
Beberapa faktor penting untuk menentukan jelas tidaknya informasi yang
dikomunikasikan didalam keluarga sehingga dapat mengarahkan komunikasi yang
efektif, yaitu :
1.

Konsistensi
Informasi yang disampaikan secara konsisten akan dapat dipercaya
dan relatif lebih jelas dibanding dengan informasi yang selalu
berubah. Ketidakkonsistenan yang membuat remaja bingung dalam
menafsirkan informasi tersebut (Irwanto Yatim dan Irwanto, 1991:85).

2.

Ketegasan (Assertiveness)
Ketegasan tidak berarti otoriter. Ketegasan membantu meyakinkan
remaja atau anggota keluarga lain bahwa komunikator benar-benar

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27

meyakini nilai atau sikapnya. Bila perilaku orang tua ingin ditiru oleh
anak,

maka

ketegasan

akan

memberikan

jaminan

bahwa

mengharapkan anak-anak berperilaku seperti yang diharapkan
(Irwanto dalam Yatim dan Irwanto, 1991:85-86)
3.

Percaya (Trust)
Faktor percaya adalah yang paling penting karena percaya
menentukan

efektifitas

komunikasi,

meningkatkan

komunikasi

interpersonal karena membuka saluran komunikasi, memperjelas
pengiriman dan penerimaan informasi, serta memperluas peluang
komunikasi untuk mencapai maksudnya, hilangnya keyakinan pada
orang lain akan mengahmbat perkembangan hubungan interpersonal
yang akrab (Rahmat, 2002:130). Ada tiga faktor yang berhubungan
dengan sikap percaya (Rahmat, 2002:131-133), yaitu :
a. Menerima
Menerima adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain
tanpa menilai dan tanpa berusaha mengendalikan, sikap yang
melihat orang lain sebagai manusia, sebagai individu yang patut
dihargai, tetapi tidak berarti menyetujui semua perilaku orang lain
atau rela menanggung akibat-akibat perilakunya.

b. Empati
Empati

dianggap

sebagai

memahami

orang

lain

dan

membayangkan diri pada kejadian yang menimpa orang lain,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

28

melihat seperti orang lain lihat, merasakan seperti orang lain
rasakan.
c. Kejujuran
Manusia tidak menaruh kepercayaan orang yang tidak jujur atau
sering

Dokumen yang terkait

Pertumbuhan Sel

0 43 21

Kredibilitas Pemandu Museum Geologi Bandung (Studi Deskriptif Mengenai Kredibilitas Para Pemandu Dalam Menyampaikan Informasi Kepada Pengunjung Museum Geologi Bandung)

0 8 1

Kredibilitas Pemandu Museum Geologi Bandung (Studi Deskriptif Mengenai Kredibilitas Para Pemandu Dalam Menyampaikan Informasi Kepada Pengunjung Museum Geologi Bandung)

0 5 1

SELF-DISCLOSUREREMAJA PEREMPUAN YANG KECANDUAN MEROKOK DALAM MENYAMPAIKAN MASALAH PRIBADINYA KEPADA KELUARGA (Studi Deskriptif Self-DisclosureRemaja Perempuan Yang Kecanduan Merokok Dalam Menyampaikan Masalah Pribadinya Kepada Keluarga).

0 2 92

SELF-DISCLOSURE REMAJA PEREMPUAN YANG KECANDUAN MEROKOK DALAM MENYAMPAIKAN MASALAH PRIBADINYA KEPADA KELUARGA (Studi Deskriptif Self-Disclosure Remaja Perempuan Yang Kecanduan Merokok Dalam Menyampaikan Masalah Pribadinya Kepada Keluarga).

1 1 92

ACHMAD DELLY, SELF DISCLOSURE GAY DALAM MENYAMPAIKAN HOMOSEKSUALITASNYA KEPADA KELUARGA.

0 3 66

SELF-DISCLOSURE LESBIAN DALAM MENYAMPAIKAN KELESBIANNYA KEPADA KELUARGA (Studi Deskriptif Kualitatif Self-DisclosureLesbian Dalam Menyampaikan Kelesbiannya Kepada Keluarga)

0 1 15

SELF DISCLOSURE GAY DALAM MENYAMPAIKAN

0 0 22

SELF-DISCLOSUREREMAJA PEREMPUAN YANG KECANDUAN MEROKOK DALAM MENYAMPAIKAN MASALAH PRIBADINYA KEPADA KELUARGA (Studi Deskriptif Self-DisclosureRemaja Perempuan Yang Kecanduan Merokok Dalam Menyampaikan Masalah Pribadinya Kepada Keluarga)

0 0 19

Pembukaan diri lesbian kepada keluarga - USD Repository

0 2 125