SELF-DISCLOSUREREMAJA PEREMPUAN YANG KECANDUAN MEROKOK DALAM MENYAMPAIKAN MASALAH PRIBADINYA KEPADA KELUARGA (Studi Deskriptif Self-DisclosureRemaja Perempuan Yang Kecanduan Merokok Dalam Menyampaikan Masalah Pribadinya Kepada Keluarga).

SELF-DISCLOSURE REMAJ A PEREMPUAN YANG
KECANDUAN MEROKOK DALAM MENYAMPAIKAN
MASALAH PRIBADINYA KEPADA KELUARGA
(Studi Deskr iptif Self-Disclosure Remaja Per empuan Yang Kecanduan
Merokok Dalam Menyampaikan Masalah Pr ibadinya Kepada Keluarga)

SKRIPSI

Oleh :
DWI NANDA RAHMAT MAULANA
NPM : 0643010227

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


SELF-DISCLOSURE REMAJ A PEREMPUAN YANG KECANDUAN MEROKOK
DALAM MENYAMPAIKAN MASALAH KELUARGANYA KEPADA KELUARGA

(Studi Deskr iptif Self-Disclosure Remaja Per empuan Yang Kecanduan
Mer okok Dalam Menyampaikan Masalah Keluar ganya Kepada Keluar ga)

Disusun Oleh :
DWI NANDA RAHMAT MAULANA
NPM : 0643010227

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,
Pembimbing Utama

Dra. Herlina Suksmawati, M.Si
NIP. 19641225 199309 2001

Mengetahui

DEKAN

Dr a. Ec. Hj. Supar wati, M.Si
NIP. 19550718 198 302 2001

ii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

SELF-DISCLOSURE REMAJ A PEREMPUAN YANG
KECANDUAN MEROKOK DALAM MENYAMPAIKAN
MASALAH KELUARGANYA KEPADA KELUARGA
(Studi Deskr iptif Self-Disclosure Remaja Per empuan Yang Kecanduan
Mer okok Dalam Menyampaikan Masalah Pr ibadinya Kepada Keluarga)
Disusun Oleh :

DWI NANDA RAHMAT MAULANA
NPM : 0643010227
Telah dipertahankan di hadapan dan diterima oleh Tim Penguji

Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi
Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur
Pada Tanggal 13 Juni 2012
Menyetujui
Pembimbing Utama :

Tim Penguji :
1. Ketua

Dr a. Her lina Suksmawati, M.Si
NIP. 19641225 199309 2001

Ir . H. Didiek Tr enggono, M.Si
NIP. 1958 1225 199001 1001
2. Sekretaris

Dr a.Her lina Suksmawati,M.Si
NIP. 19641225 199309 2001
3. Anggota


Dr a. Diana Amalia, M.Si
NIP. 19630907 199103 2001
Mengetahui
Dekan

Dr a. Ec. Hj. Suparwati, M.Si
NIP. 19550718 198302 2001
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

iii

ABSTRAK
SELF-DISCLOSURE REMAJ A PEREMPUAN YANG KECANDUAN MEROKOK
DALAM MENYAMPAIKAN MASALAH KELUARGANYA KEPADA KELUARGA
(Studi Deskr iptif Self-Disclosure Remaja Per empuan Yang Kecanduan Mer okok Dalam
Menyampaikan Masalah Keluarganya Kepada Keluarga).
Sumber dari penelitian ini berdasarkan atas fenomena sosial dilingkungan sekitar
mengenai remaja perempuan yang kecanduan merokok. Pada masa modern ini banyak sekali
kita temui pemandangan remaja putri yang merokok ditempat-tempat umum seperti cafe

ataupun tempat nongkrong lainnya. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
self-disclosure. Teori ini menjelaskan bahwa penyingkapan diri adalah membeberkan
informasi tentang diri sendiri. Didalam keterbukaan ini seseorang akan mengkomunikasikan
informasi mengenai ide-ide, pikiran, perasaan dan reaksi atas suatu persoalan secara verbal
kepada orang lain, sehingga orang lain mengenal individu tersebut.
Metode yang digunakan dalam penelitian menggunakan metode kualitatif yang
bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya. Metode ini
menggambarkan serta menguraikan atas suatu kejadian sejernih mungkin tanpa adanya
perlakuan-perlakuan terhadap objek yang diteliti.
Kesimpulan dari hasil penelitian tentang self-disclosure remaja perempuan yang
kecanduan merokok dalam menyampaikan masalah keluarga kepada keluarganya dapat
disimpulkan hubungan yang terjalin antara keempat informan dengan keluarganya menjadi
lebih baik dan mendapatkan hubungan yang lebih positif.
(Kata kunci : keterbukaan diri, rokok, remaja perempuan)

ABSTRACT
SELF-DISCLOSURE OF YOUNG WOMEN IN SMOKING ADDICTION TO
SUBMIT THEIR FAMILIES FAMILY MATTERS (Descr iptive Study of Women SelfDisclosur e Teen Smoking In The Addiction To Deliver Her family Family Issues).
The source of this research based on social phenomena in the environment around the
young women who are addicted to smoking. At this modern time we meet so many young

women view smoking in public places like cafes or other hangout. Theory used in this study
is the theory of self-disclosure. This theory explains that self-disclosure is revealing
information about themselves. Within this disclosure will communicate information about a
person's ideas, thoughts, feelings and reactions to a problem verbally to others, so that others
know that individual.
The method used in qualitative research methods that aim to explain the phenomenon
with deep. This method describes the outline of an event as well as clear as possible in the
absence of treatments on the studied object.
Conclusions from the study of self-disclosure teenage girls who are addicted to
smoking in the family to convey his family problems can be summed up the relationship
between the four informants with his family for the better and get more positive relationships.
(Keyword : self-disclosure, cigarette, young women)
viii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................


i

LEMBAR PERSETUJUAN ...........................................................................

ii

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................. iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
BAB I

BAB II

PENDAHULUAN .........................................................................

1

1.1

Latar Belakang Masalah .........................................................


1

1.2

Rumusan Masalah ................................................................. 11

1.3

Tujuan Penelitian .................................................................. 11

1.4

Kegunaan Penelitian ............................................................. 11

KAJIAN PUSTAKA ..................................................................... 13
2.1

Landasan Teori ..................................................................... 13
2.1.1 Komunikasi Interpersonal .......................................... 13

2.1.2 Efektivitas Komunikasi Interpersonal ........................ 18
2.1.3 Tahap-tahap Komunikasi Interpersonal ...................... 19
2.1.4 Definisi Keluarga ...................................................... 20
2.1.5 Komunikasi Keluarga ................................................ 22
2.1.6 Fungsi Keluarga ........................................................ 22
2.1.7 Kualitas Komunikasi Interpersonal dalam Keluarga .. 24
2.1.8 Aspek Kualitas Komunikasi Interpersonal dalam
Keluarga .................................................................... 26
2.1.9 Pengertian Rokok ...................................................... 30
2.1.10 Kecanduan Merokok .................................................. 32
2.1.11 Tipe Perilaku Merokok ............................................... 34
2.1.12 Undang-Undang Larangan Merokok........................... 36
2.1.13 Manfaat UU Larangan Merokok ................................. 37
2.1.14 Pengertian Remaja ..................................................... 38
2.1.15 Ciri-Ciri Masa Remaja .............................................. 39
v

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


2.1.16 Rokok Dikalangan Remaja Putri................................. 42
2.1.17 Penyebab Remaja Merokok ....................................... 43
2.1.18 Teori Self-Diclosure ................................................... 46
2.1.19 Kekurangan dan Kelebihan Teori Self-Disclosure ...... 51
2.2

Kerangka Berpikir ................................................................. 53

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 55
3.1 Definisi Operasional ................................................................ 55
3.2 Definisi Konseptual .................................................................. 58
3.3 Informan Penelitian ................................................................. 58
3.4 Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 60
3.5 Teknik Analisis Data ............................................................... 61
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 62
4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ......................................... 62
4.1.1

Gambaran Umum SMP dan SMA Di Surabaya ........... 62


4.1.2

Rokok Dikalangan Remaja Putri................................... 64

4.2 Penyajian Data ........................................................................ 64
4.2.1

Informan Pertama ........................................................ 66

4.2.2

Informan Kedua ........................................................... 66

4.2.3

Informan Ketiga .......................................................... 66

4.2.4

Informan Keempat ....................................................... 67

4.3 Analisa Data ............................................................................ 67
4.3.1

Sel-Disclosure Remaja Perempuan Dalam Menyampaikan
Masalah Kepada Keluarganya ...................................... 68
4.3.1.1 Sel-Disclosure Melani ...................................... 68
4.3.1.2 Sel-Disclosure Anggita ..................................... 72
4.3.1.3 Sel-Disclosure Griska ....................................... 76
4.3.1.4 Sel-Disclosure Rani .......................................... 78

4.4 Pembahasan ............................................................................ 81

vi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB V

KeSIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 83
5.1 Kesimpulan ............................................................................. 83
5.2 Saran

................................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk yang luar biasa kompleks. Manusia
merupakan paduan antara makhluk material dan spiritual. Dinamika manusia
tidak hanya tinggal diam karena manusia sebagai dinamika yang selalu
mengaktivisasikan dirinya. Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup
bermasyarakat dan berkelompok, karena itu manusia menjalin hubungan atau
interaksi dengan sesamanya. Sebagai makhluk sosial maka manusia satu
dengan yang lainnya saling membutuhkan, untuk tetap melangsungkan
kehidupannya manusia perlu berhubungan dengan manusia lainnya. Dan
dalam rangka menjalin interaksi tersebut, manusia memerlukan adanya
jalinan komunikasi karena komunikasi merupakan sarana yang paling vital
untuk mengerti diri sendiri maupun orang lain.
Hubungan antara manusia akan terjalin melalui sebuah komunikasi
baik secara verbal maupun non-verbal, baik lisan maupun tertulis.
Komunikasi merupakan kebutuhan yang paling dasar, karena kehidupan
manusia tidak terlepas dari interaksi dengan manusia yang lain dan saling
membutuhkan komunikasi. Sebagai salah satu fenomena, komunikasi selalu
ada dimana saja, kapan saja, dan oleh sapa saja. Kualitas hubungan antar
manusia dapat membaik jika didalamnya saling memahami dan memperbaiki
komunikasi yang kita lakukan.

1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2
Dalam kehidupan sosial ini terdapat proses interaksi sosial yakni
hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antar perorangan,
antar kelompok manusia, ataupun antara perorangan dengan kelompok
manusia. Proses interaksi ini ditandai dengan pergaulan antar manusia dan
syarat terjadinya interaksi sosial ini adalah dengan adanya komunikasi. Proses
interaksi antar manusia ini kemudian akan menghasilkan suatu hubungan
dalam masyarakat. Hal ini sesuai dengan pernyataan DeVito bahwa manusia
berkomunikasi untuk membina dan memelihara hubungan dengan orang lain.
Salah satu contoh hubungan antara anak dengan kedua orang tuanya, seorang
remaja dengan sahabatnya, ataupun seorang pegawai dengan atasannya.
Definisi komunikasi secara umum adalah suatu proses pembentukan,
penyampaian, penerimaan, dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri
seseorang dan atau diantaranya dua atau lebih dengan tujuan tertentu. Definisi
tersebut memberikan beberapa pengertian pokok yaitu pembentukan,
penyampaian, penerimaan, maupun pengolahan pesan. Setiap pelaku
komunikasi dengan demikian melakukan empat tindakan, yakni : membentuk,
menyampaikan, menerima, dan mengolah pesan. Keempat tindakan tersebut
lazimnya terjadi secara berurutan. Membentuk pesan artinya menciptakan
sesuatu ide maupun gagasan. Hal ini terjadi dalam benak kepala seseorang
melalui proses kerja sistem syaraf. Pesan yang telah terbentuk ini kemudian
disampaikan kepada orang lain, baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Komunikasi adalah faktor utama dalam pergaulan manusia. Melalui
komunikasi inilah manusia dapat menentukan kualitas hidup. Bila mampu

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3
berkomunikasi dengan orang lain tentunya hubungan yang terjadipun
diharapkan dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya hambatan maupun
gangguan. Dalam buku Komunikasi Antar Manusia, DeVito menjabarkan
bahwa tujuan utama dari komunikasi itu sendiri adalah menyangkut
penemuan diri (personal discovery). Berbicara tentang diri kita sendiri
dengan orang lain, maka kita akan memperoleh umpan balik yang berharga
mengenai perasaan, pemikiran maupun perilaku kita.
Seseorang dapat menemukan atau mengenali dirinya dengan orang
lain, mengembangkan konsep diri dan menetapkan hubungan dengan sekitar
melalui upaya pembinaan dan pemeliharaan hubungan dengan orang lain. Di
dalam komunikasi orang juga akan melakukan proses perbandingan sosial
melalui perbandingan kemampuan, prestasi, sikap, pendapat, nilai dan
kegagalan dengan orang lain. Dari situlah tersebut seseorang akan
mengevaluasi dirinya sendiri dan berusaha beradaptasi dengan lingkungannya
sehingga dapat mempermudah dalam membina hubungan dengan orang lain.
Membangun, membina, dan mempertahankan hubungan dengan orang lain
harus didukung oleh saling keterbukaan dari pihak-pihak yang terlibat dalam
sebuah komunikasi dan saling memahami karakteristik masing-masing
individu. Dengan pemahaman itulah komunikasi akan semakin efektif
nantinya.
Stewart L dan Sylvia Moss dalam Rakhmat (2000) menjelaskan
bahwa komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang paling tidak dapat
menimbulkan lima hal yakni : pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4
hubungan yang makin membaik, dan yang terakhir adalah sebuah tindakan.
Oleh karena itu manusia sering kali membuka diri, memberikan informasi
mengenai berbagai hal yang menyangkut dirinya kepada orang lain dengan
siapa ia membina sebuah hubungan. Inilah yang disebut dengan
pengungkapan diri (Self-Disclosure). Self Disclosure adalah suatu jenis
komunikasi dimana kita mengungkapkan informasi mengenai diri kita sendiri
yang biasanya kita sembunyikan (DeVito, 1997:61).
Melalui self disclosure ini komunikasi yang terjalin akan semakin
efektif serta dapat menimbulkan hubungan yang lebih bermakna. Dalam
komunikasi self disclosure ini sangatlah penting untuk menjalin hubungan
interpersonal. Sepanjang kehidupan manusia, self disclosure akan terus
berlangsung dan dilakukan oleh semua orang. Semakin orang melakukan
pengungkapan diri maka akan lebih banyak mendapatkan teman dan dapat
hidup dalam pergaulannya serta mengurangi beban pikirannya agar terasa
lebih ringan daripada orang yang memilih untuk menutup diri, tetapi tentu
saja dengan kadar atau ukuran yang berbeda-beda. Jika orang yang terlalu
membuka diri maksudnya untuk menginformasikan segala hal mengenai
dirinya atau hidupnya maka disebut dengan over disclosure. Sedangkan jika
terlalu menutup diri yakni jarang sekali membicarakan tentang kehidupannya
pada orang lain maka disebut under disclosure. Mereka memiliki dan
memilih topik-topik mana yang akan diinformasikan dan dengan siapa
mereka akan mengungkapkannya. (DeVito, 1999:84-85)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5
Hubungan antara konsep diri dan keterbukaan diri juga dijelaskan
dalam teori yang dikemukakan oleh Johari Window. Dalam teori ini
dijelaskan bahwa tingkat keterbukaan dan tingkat kesadaran tentang diri kita.
Kamar pertama disebut dengan istilah daerah terbuka (open area) yang
meliputi perilaku serta motivasi yang kita ketahui dan diketahui oleh orang
lain. Diri kita yang disembunyikan adalah daerah tersembunyi (hidden area).
Meyakinkan orang lain tentang keunggulan dirinya dan merendahkan orang
lain, tidak menyadarinya akan tetapi orang lain mengetahuinya termasuk
daerah buta (blind area). Terdapat diri kita yang sebenarnya, yang tentunya
hanya kita dan Tuhan yang mengetahui merupakan daerah yang tidak dikenal
(unknown area). Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa makin
dekatnya suatu hubungan seseorang dengan orang lain maka makin lebar pula
area jendela individu tersebut.
Keterbukaan diri seseorang pada umumnya akan semakin meningkat
apabila individu tersebut memperluas daerah atau area terbukanya kepada
orang lain. Dengan kata lain mendiskusikan diri sendiri atau mungkin
menemukan hubungan-hubungan yang selama ini hilang. Pada dasarnya
setiap manusia memiliki sifat self-disclosure, namun pada penelitian ini
peneliti mencoba untuk lebih memfokuskan perhatian pada dinamika
penerimaan diri seorang remaja perempuan yang kecanduan merokok atau
biasa disebut dengan perokok aktif dalam menyampaikan masalah
keluarganya kepada anggota keluarga serta keterbukaannya mengenai
kebiasaan merokok yang selama ini dijalaninya kepada keluarga.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6
Masa remaja merupakan masa dimana seseorang individu mengalami
peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik
emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah.
Oleh karenanya remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial,
yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya
perubahan sosial. Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan
manusia yang batasan usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas.
Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak
lagi valid sebagai patokan atau batasan untuk pengkatagorian remaja, sebab
usia pubertas yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan (12-18 tahun) kini
terjadi pada usia awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak
berusia 10 tahun mungkin saja sudah atau sedang mengalami pubertas, namun
tidak berarti ia sudah dapat dikatakan sebagai remaja dan sudah siap
menghadapi dunia orang dewasa.
Para remaja sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga
seringkali mereka terlihat tidak memikirkan akibat dari perbuatan mereka.
Tindakan impulsive seringkali dilakukan, sebagian karena mereka tidak sadar
dan belum biasa memperhitungkan akibat jangka pendek ataupun jangka
panjangnya. Dari beberapa dimensi perubahan yang terjadi pada remaja
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya maka terdapat kemungkinankemungkinan perilaku yang bisa terjadi pada masa ini. Diantaranya adalah
perilaku yang mengundang resiko dan berdampak negative pada remaja.
Perilaku yang mengundang resiko pada masa remaja misalnya seperti
penggunaan alkohol, tembakau, ataupun zat-zat adiktif lainnya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7
Pada masa modern ini merokok merupakan suatu pemandangan yang
sangat tidak asing, kebiasaan merokok saat ini sangat memprihatinkan. Setiap
saat kita dapat menjumpai anggota masyarakat dari berbagai usia baik lakilaki maupun perempuan merokok di tempat umum tersebut sebagai salah satu
hal yang wajar. Berdasarkan data, diketahui bahwa penduduk Indonesia
(2005) adalah 218.086.288 dengan persentase perokok sebesar 27,6%.
Diantaranya terdapat 83.883.364 orang anak-anak berusia 0-19 tahun dengan
persentase perokok sebesar 13,5% yang terbagi atas 42.962.866 jiwa anak
laki-laki dengan persentase perokok sebesar 24,1% dan 40.920.498 jiwa anak
perempuan dengan persentase perokok sekitar 4%. Sementara sisanya sebesar
134.202.924 jiwa merupakan penduduk berusia lebih dari 19 tahun yang
dikategorikan dewasa.
Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si
perokok, namun di lain sisi dapat menimbulkan dampak buruk bagi si
perokok, namun di lain pihak dapat pula menimbulkan dampak buruk bagi si
perokok sendiri maupun orang-orang disekitarnya. Beberapa motivasi yang
melatarbelakangi seseorang untuk merokok adalah untuk mendapatkan
pengakuan (anticipatory beliefs), untuk menghilangkan kekecewaan (reliefing
beliefs), dan menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norman
(permissive beliefs atau fasilitative). Hal ini sejalan dengan kegiatan yang
dilakukan oleh remaja yang biasanya dilakukan di depan orang lain, terutama
dilakukan di depan kelompoknya karena mereka sangat tertarik kepada
kelompok sebayanya atau dengan kata lain terikat dengan kelompoknya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8
Riset koalisi untuk Indonesia Sehat yang melibatkan 3.040 responden
perempuan yang berusia 13-25 tahun memperoleh hasil tentang mengapa
perempuan muda merokok. Sebanyak 54,59 persen remaja dan perempuan
merokok untuk mengurangi ketegangan dan stress. Lainnya 29,36 persen
beralasan merokok untuk bersantai, 12,84 persen mengutarakan merokok
seperti laki-laki, 2,29 persen alasan merokok sebagai pertemanan, dan 0,92
persen menjelaskan bahwa alasan ia merokok agar dapat diterima oleh
kelompok. Sebagian remaja putri 92,86 persen mulai merokok karena melihat
iklan rokok di televisi dan 70,63 persen melihat poster. Sebanyak 70 persen
mengaku melihat promosi rokok pada acara pentas music, olahraga, dan
kegiatan-kegiatan sosial lainnya. Sedangkan 10,22 persen perempuan berusia
13-15 tahun dan 14,53 persen perempuan berusia 16-25 tahun pernah ditawari
sampel rokok gratis.
(http://www.info.up2det.com/2012/01/alasan-perempuan-merokok.html)
Selain itu alasan remaja merokok dikarenakan pengaruh dari orang tua
anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana
orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan
hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding
anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia,
fakta lain memaparkan pengaruh teman juga mendominasi remaja untuk
menjadi seorang perokok karena semakin banyak remaja merokok maka
semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan
demikian sebaliknya. Dan yang terakhir adalah faktor kepribadian dari

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9
seseorang tersebut. Faktor kepribadian orang yang mencoba untuk merokok
karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau
jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang
bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah
konformitas sosial. (http://www.faktor-remaja-merokok.html)
Kecanduan telah lama dipandang sebagai penyakit laki-laki, karena
jauh lebih mungkin dalam merokok dan sebagian atas alasan itu penelitian
pada kecanduan rokok selama berpuluh tahun hanya memuat pada perokok
laki-laki. Karena ketergantungan rokok lebih banyak diketahui pada laki-laki
daripada perempuan, dan program serta penelitian tersebut dibuat berdasarkan
kebutuhan laki-laki. Namun terdapat celah jika gender ini tertutup, saat rokok
dan alkohol juga menjadi lebih sering dikonsumsi oleh remaja perempuan dan
wanita dewasa. Ketergantungan terhadap rokok telah meningkat pada kaum
perempuan dalam dekade-dekade terakhir. Dan terbalik dengan trend dimasa
lalu, menurut survey terbaru dari National Survey on Cigarete Use and Health
remaja perempuan saat ini sudah mulai ketergantungan akan rokok
dibandingkan remaja laki-laki. Sementara itu survey menunjukkan jika
perokok pada remaja perempuan meningkat dari 5,8 persen menjadi 6,3
persen antara tahun 2010-2011 sementara pada remaja pria justru angkanya
mulai menurun dari 10,4 persen menjadi 9,9 persen. Lebih dari itu, literatur
mengenai kecanduan pada perempuan terus bertambah dan menunjukkan jika
mereka jauh lebih mirip dengan laki-laki dalam hal kecanduan. Perempuan
terkesan lebih rentan terhadap penyalahgunaan zat-zat adiktif maupun

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10
tembakau dan efeknya karena hormon seks perempuan mempengaruhi
rangkaian hadiah di otak yang kemudian dapat mempengaruhi respon wanita
pada zat-zat yang menyebabkan ketergantungan.
Adapun ketertarikan peneliti dalam memilih keterbukaan diri seorang
remaja perempuan kepada keluarganya tentang kecanduan akan rokok dan
masalah keluarga yang selama ini dirasakannya dikarenakan masih banyak
kita temui para remaja perempuan yang seringkali kita temui sedang merokok
baik ditempat umum maupun tempat-tempat tertentu yang masih tabu untuk
diperbincangkan. Selain itu masalah keluarga dianggap mampu menjadikan
para remaja tersebut memutuskan untuk menjadi seseorang yang kecanduan
terhadap rokok. Penelitian-penelitian tentang bahaya rokokpun seolah-olah
hanya menjadi sebuah wacana yang memprihatinkan, terbukti bahwa angka
prosentase jumlah perokok perempuan semakin bertambah tiap tahunnya.
(http://www.info.up2det.com/2012/01/alasan-perempuan-merokok.html)
Perilaku merokok remaja merupakan hasil dari sebuah proses yang
sangat kompleks yang telah terjadi sebelumnya, termasuk pada remaja. Proses
itu bisa berupa observasi learning, seperti yang dijelaskan dalam paragraf
sebelumnya bahwa remaja disini juga telah melakukan proses observasi
learning terhadap lingkungannya. Mereka mengamati bagaimana perokok
dilingkungan sekitarnya, kemudian timbul keinginan, dan keinginan itu
semakin kuat karena dukungan secara sosial dan moral juga kuat.
Penentuan remaja perempuan sebagai responden dalam penelitian ini
dikarenakan makin banyaknya kita temui fenomena perokok perempuan di
tempat fasilitas umum yang notabene masih dianggap tabu oleh sebagian

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11
kalangan masyarakat. Selain itu mengapa penelitian ini jatuh kepada
perempuan karena efek dari rokok itu sendiri lebih membahayakan kaum
perempuan dari pada kaum laki-laki dan remaja cenderung lebih mudah untuk
dipengaruhi agar masuk ke dalam komunitas para perokok. Berdasarkan hal
tersebut maka peneliti ingin mengetahui self-disclosure seorang remaja
perempuan yang kecanduan merokok dalam menyampaikan masalah
keluarganya terhadap anggota keluarga yang lain.

1.2 Per umusan Masalah
Dari uraian diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini
yakni mengenai bagaimana self-disclosure seorang remaja perempuan yang
kecanduan merokok dalam menyampaikan masalah keluarganyatenta
terhadap anggota keluarga yang lain ?

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini yakni untuk mengetahui bagaimanakah
self-disclosure seorang remaja perempuan yang kecanduan merokok dalam
menyampaikan masalah keluarganyatenta terhadap anggota keluarga yang
lain.

1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan guna baik secara teoritis
maupun secara praktis :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12
1.

Kegunaan teoritis yakni untuk dapat menambah wacana serta
memberikan informasi dan sumbangan pemikiran bagi pengembangan
ilmu komunikasi sebagai bahan masukan maupun referensi untuk
penelitian selanjutnya.

2.

Kegunaan praktis yakni untuk dapat memberikan masukan pada
Departemen Kesehatan sebagai badan atau lembaga pemerintahan yang
menanggulangi

serta

mengawasi

tentang

kesehatan

masyarakat

Indonesia.
3.

Dan kegunaan lainnya yakni untuk dapat memberikan arahan bagi para
remaja lainnya agar masalah keluarga yang dihadapi tidak lantas
menjadikan mereka sebagai seseorang remaja putri yang kecanduan
terhadap rokok.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teor i
2.1.1

Komunikasi Inter personal
Definisi komunikasi interpersonal atau yang disebut komunikasi
antar pribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antar
dua orang, atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa
efek dan beberapa umpan balik seketika. Selain itu komunikasi antar
pribadi diantara dua orang yang mempunyai hubungan yang terlihat jelas
diantara mereka, misalkan saja percakapan seorang ayah dengan anak,
sepasang suami istri, guru dengan murid, dan lain sebagainya (DeVito,
2007:5).
Berbeda

dengan

pendapat

Effendi

(Liliweri,

1997)

pada

hakekatnya komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara seorang
komunikator yaitu yang menyampaikan pesan dengan seorang komunikan
yaitu yang menerima pesan. Effendi berpendapat bahwa komunikasi
tersebut dianggap sebagai cara komunikasi yang paling efektif untuk
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku manusia.
Ciri unik lainnya adalah bahwa komunikasi interpersonal juga
menuntut adanya tindakan saling member dan menerima antara pelaku
yang terlibat dalam komunikasi. Dengan kata lain para pelaku yang ada
dalam proses komunikasi antar pribadi saling bertukar informasi, pikiran,

13
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

dan gagasan (Sandjaja, 1993:117). Lebih khususnya dalam komunikasi
antar pribadi arus komunikasi yang terjadi adalah sirkuler atau berputar,
yang artinya setiap individu mempunyai kesempatan yang sama untuk
menjadi komunikator dan komunikan dalam proses komunikasi. Karena
dalam komunikasi antar pribadi efek maupun umpan balik dapat terjadi
seketika. Untuk dapat mengetahui komponen-komponen yang terlibat
dalam komunikasi antar pribadi dapat dijelaskan melalui gambar berikut :

Gambar 2.3. Model Komunikasi Interper sonal secar a umum.

Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa komponen-komponen
komunikasi antar pribadi adalah sebagai berikut (DeVito, 2007:10).
1. Pengirim-penerima
Komunikasi antar pribadi paling tidak melibatkan dua orang, setiap
orang terlibat dalam komunikasi antar pribadi memfokuskan dan
mengirimkan pesan yang sekaligus menerima serta memahami pesan.
Istilah pengirim-penerima ini digunakan untuk menekankan bahwa

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

fungsi pengirim dan penerima ini dilakukan oleh setiap orang yang
terlibat dalam komunikasi antar pribadi. Contoh : Komunikasi antara
orang tua dengan anak, guru dengan murid, dan lain sebagainya.
2. Encoding-decoding
Encoding adalah tindakan menghasilkan pesan, artinya pesan-pesan
yang akan disampaikan dikode atau diformulasikan terlebih dahulu
dengan menggunakan kata-kata simbol dan sebagainya. Sebaliknya
tindakan untuk menginterpretasikan dan memahami pesan-pesan yang
diterima disebut decoding. Dalam komunikasi antar pribadi karena
pengirim juga bertindak sebagai penerima maka fungsi encodingdecoding dilakukan oleh setiap orang yang terlibat dalam komunikasi
antar pribadi, misalnya saja dalam penggunaan bahasa daerah.
3. Pesan-pesan
Dalam komunikasi antar pribadi, pesan-pesan ini bisa berbentuk verbal
(seperti kata-kata) atau non verbal (gerak tubuh, simbol) atau
gabungan antara bentuk verbal dan non verbal, misalnya saja materi
pelajaran.
4. Saluran
Saluran ini berfungsi sebagai media dimana dapat menghubungkan
antara pengirim dan penerima pesan atau sebuah informasi. Saluran
komunikasi personal baik yang bersifat langsung, perorangan, maupun
kelompok lebih persuasif dibandingkan dengan saluran media massa.
Hal ini disebabkan karena pertama, penyampaian pesan melalui
saluran komunikasi personal dapat dilakukan secara langsung kepada

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

khalayak yang dituju bersifat pribadi dan manusiawi. Kedua,
penyampaian melalui komunikasi personal dapat dilakukan secara rinci
dan lebih fleksibel dengan kondisi nyata khalayak. Ketiga, keterlibatan
khalayak

dalam

komunikasi

cukup

tinggi.

Keempat,

pihak

komunikator atau sumber dapat langsung mengetahui reaksi, umpan
balik dan tanggapan dari pihak khalayak atas isi pesan yang
disampaikannya. Kelima, pihak komunikator atau sumber dapat
dengan

segera

memberikan

penjelasan

apabila

terdapat

kesalahpahaman atau kesalahan persepsi dari pihak khalayak atas
pesan yang disampaikannya. Misalnya saja dalam komunikasi antar
pribadi kita berbicara dan mendengarkan (saluran tentang indra
pendengar melalui suara). Isyarat visual atau sesuatu yang tampak
(seperti gerak tubuh, ekspresi wajah, dan lain sebagainya).
5. Gangguan atau noise
Seringkali pesan-pesan yang dikirim berbeda dengan pesan yang
diterima. Hal ini dapat terjadi karena gangguan saat berlangsungnya
komunikasi, yang terdiri dari :
a. Gangguan fisik
Gangguan ini biasanya berasal dari luar dan mengganggu transmisi
fisik pesan seperti kegaduhan, interupsi, jarak, dan sebagainya.
b. Gangguan psikologis
Gangguan ini timbul karena adanya perbedaan gagasan dan
penilaian subyektif diantara orang yang terlibat dalam komunikasi
seperti emosi, perbedaan nilai-nilai, sikap, dan sebagainya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

c. Gangguan semantik
Gangguan ini terjadi karena kata-kata atau simbol yang digunakan
dalam komunikasi, seringkali memiliki arti ganda, sehingga
menyebabkan penerima gagal dalam menangkap isi dari maksud
pesan yang disampaikan. Contoh : perbedaan bahasa yang
digunakan dalam berkomunikasi.
6. Umpan balik
Umpan balik memainkan peranan yang sangat penting dalam proses
komunikasi antar pribadi, karena pengirim dan penerima secara terus
menerus dan bergantian memberikan umpan balik dalam berbagai cara
baik secara verbal maupun non verbal. Umpan balik ini bersifat positif
apabila dirasa saling menguntungkan, bersifat negatif apabila tidak
menimbulkan efek dan merugikan.
7. Konteks
Komunikasi selalu terjadi dalam sebuah konteks yang mempengaruhi
isi dan bentuk pesan yang disampaikan. Ada dua dimensi konteks
dalam komunikasi antar pribadi yakni :
a. Dimensi fisik
Mencakup tempat dimana komunikasi berlangsung, misalnya saja
komunikasi antar guru dengan murid didalam kelas, dan disinilah
berperan sebagai dimensi fisik.
b. Dimensi sosial psikologi
Mencakup hubungan yang memperhatikan masalah status, peranan
yang dimainkan, norma-norma kelompok masyarakat, keakraban,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

formalitas, dan sebagainya.
8. Bidang pengalaman (Field of experience)
Bidang pengalaman merupakan faktor yang paling penting dalam
komunikasi antar pribadi, komunikasi akan terjadi apabila para pelaku
yang terlibat dalam komunikasi memiliki bidang pengalaman yang
sama.
9. Efek
Dibanding dengan bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antar
pribadi dinilai paling ampuh untuk mengubah sikap, perilaku
kepercayaan dan opini komunikan. Hal ini disebabkan komunikasi
dilakukan dengan tatap muka. (DeVito, 2007:10)

2.1.2

Efektifitas Komunikasi Inter per sonal
Menurut Joseph A. DeVito dalam bukunya The Interpersonal
Comunication Book yang dikutip oleh Soemiati ada beberapa hal yang
mendukung terciptanya efektivitas dalam komunikasi interpersonal yaitu :
1. Keterbukaan
Yakni adanya kemauan untuk membuka diri dalam menyatakan tentang
keadaan dirinya sendiri yang tadinya tepat disembunyikan yang
berhubungan dengan komunikasi pada saat itu serta keterbukaan dalam
member tanggapan secara spontan dan tanpa dalih terhadap komunikasi
dan umpan balik orang lain.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

2. Empati
Sebagai suatu perasaan individu yang merasa sama seperti yang
dirasakan orang lain (menempatkan diri pada posisi orang lain).
3. Dukungan
Yakni suatu dukungan situasi terhadap kritik maupun caci maki.
4. Rasa positif
Dimana komunikasi akan positif bila dirasakan situasi yang positif
sehingga mau aktif dan membuka diri.
5. Kesamaan
Kesamaan baik dalam bidang pengalaman seperti sikap, perilaku, nilai,
dan sebagainya.

2.1.3

Tahap-Tahap Komunikasi Interper sonal
Kebanyakan hubungan mungkin semua berkembang melalui tahaptahap (knapp, 994:wood 1982) antara lain :
1. Kontak
Merupakan berbagai macam persepsi alat indera. Melihat, mendengar,
mencium seseorang. Menurut beberapa riset selama tahap inilah dalam
empat menit interaksi awal yaitu seseorang memutuskan ingin
melanjutkan hubungan atau tidak dan kualitas seseorang akan terlihat
jelas disini, seperti sikap ingin bersahabat, keterbukaan dan
kehangatan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

2. Keterlibatan
Merupakan tahap pengenalan lebih jauh, ketika kita mengikatkan diri
kita untuk lebih mengenal orang lain dan juga mengungkapkan diri
kita.
3. Keakraban
Pada tahap ini seseorang lebih jauh mengikatkan diri dan mungkin
membina hubungan primer (primer relationship) dan seseorang berani
mengungkapkan rahasia besar dalam dirinya.
4. Perusakan
Merupakan tahap penurunan hubungan ketika ikatan hubungan antara
kedua belah pihak melemah karena merasa hubungan ini tidak
sepenting yang dikira.
5. Pemutusan
Merupakan pemutusan ikatan yang mempertalikan kedua belah pihak.
(DeVito, 2007:235)

2.1.4

Definisi Keluar ga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatanikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan
diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 1998). Keluarga
adalah kumpulan dua atau lebih individu yang berbagi tempat tinggal atau
berdekatan satu dengan lainnya, memiliki ikatan emosi, terlibat dalam
posisi sosial, peran dan tugas-tugas yang saling berhubungan, serta adanya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

rasa saling menyayangi dan memiliki (Murray & Zentner, 1997 dan
Friedman, 1998 dalam Allender & Spradley, 2001). Sedangkan menurut
Peraturan Pemerintah nomor 21 tahun 1994 Bab I ayat 1 keluarga adalah
unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri, dan dua orang
anaknya. Keluarga dibentuk berdasarkan status perkawinan yang sah,
mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak.
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri atas suamiistri atau suami-istri dan anaknya atau ayah denfan anaknya atau ibu
dengan anaknya.
Ada dua macam keluarga yakni keluarga inti (nuclear family)
merupakan keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak yang belum
dewasa atau belum menikah. Sedangkan keluarga besar (extended family)
adalah satuan keluarga yang meliputi lebih dari satu generasi dan satu
lingkungan kaum keluarga yang lebih luas dari satu generasi atau satu
lingkungan kaum yang lebih luas daripada ayah, ibu, dan anak. Pengertian
keluarga dapat ditinjau dari Dimensi hubungan darah dan hubungan sosial.
Dalam dimensi hubungan darah, merupakan satu kesatuan yang diikat oleh
hubungan darah antara satu dengan yang lainnya. Sedangkan dalam
dimensi hubungan sosial, keluarga merupakan satu kesatuan yang diikat
adanya saling berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi
walaupun diantara mereka tidak terdapat hubungan darah. (Djamarah,
2004:16)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

2.1.5

Komunikasi Keluarga
Komunikasi sangat penting untuk membina sebuah hubungan
dalam keluarga, sebab tanpa komunikasi hubungan-hubungan yang akrab
antar keluarga tidak dapat terjalin atau tetap hidup. Berbicara adalah
elemen yang terpenting, sebab pembicaraan adalah sarana yang dapat
mempererat hubungan keluarga. Tujuan dari suatu komunikasi keluarga
bukanlah sekedar menyampaikan informasi, melainkan membentuk
sebuah hubungan yang baik dengan orang lain. Kualitas hubungan antara
anggota keluarga tersebut tergantung pada kesanggupan seseorang untuk
menyatakan diri kepada orang lain, dengan komunikasi antara seseorang
dengan keluarganya menunjukkan bahwa adanya penerimaan atau
penolakan dari keluarganya. (Shinta, 2001)

2.1.6

Fungsi Keluarga
Yusuf (2001:39) mengungkapkan beberapa fungsi keluarga dari
sudut pandang sosiologis. Fungsi keluarga dapat di klasifikasikan kedalam
fungsi-fungsi sebagai berikut :
1. Fungsi biologis
Keluarga dipandang sebagai pranata sosial yang memberikan legalitas,
kesempatan dan kemudahan bagi para anggotanya untuk memenuhi
kebutuhan dasar biologisnya. Kebutuhan itu meliputi : sandang,
pangan, papan, reproduksi atau pengembangan keturunan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

2. Fungsi Ekonomis
Keluarga merupakan unit ekonomi dasar dalam sebagaian besar
masyarakat primitif. Para anggota keluarga bekerjasama sebagai satu
tim untuk menghasilkan status.
3. Fungsi Pendidikan
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang utama bagi anak.
Keluarga berfungsi sebagai transmitter budaya atau mediator sosial
bagi anak. Fungsi keluarga dalam pendidikan adalah menyangkut
penanaman, pembimbingan atau pembahasan nilai agama, budaya, dan
keterampilan tertentu yang bermanfaat bagi anak.
4. Fungsi Sosialisasi
Lingkungan keluarga berfungsi sebagai faktor tertentu (determinant
faktor) yang mempengaruhi kualitas generasi yang akan dating.
Keluarga

berfungsi

sebagai

miniature

masyarakat

yang

mensosialisasikan nilai-nilai atau peran hidup dalam masyarakat yan
harus dilaksanakan oleh anggotanya. Keluarga merupakan lembaga
yang mempengaruhi perkembangan kemampuan anak untuk mentaati
peraturan, mau bekerja sama dengan orang lain, bersikap toleransi,
menghargai pendapat orang lain, mau bertanggungjawab dan bersikap
matang dalam kehidupan yang sifatnya heterogen.
5. Fungsi Perlindungan
Keluarga berfungsi sebagai pelindung bagi para anggota keluarganya
dari gangguan ancaman atau kondisi yang menimbulkan ketidak
nyamanan (fisik psikologis) bagi para anggotanya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

6. Fungsi Rekreatif
Keluarga harus diciptakan sebagai ingkungan yang memberikan
kenyamanan, keceriaan, kehanggatan, dan penuh semangat bagi para
anggotanya. Maka dari itu keluarga harus ditata sedemikian rupa
seperti mencakup aspek dekorasi interior rumah, komunikasi yang
tidak kaku, makan bersama, bercengkrama dengan suasana santai dan
sebagainya.
7. Fungsi Agama
Keluarga berfungsi sebagai penanaman nilai-nilai agama kepada anak
agar memiliki pedoman hidup yang benar. Keluarga berkewajiban
mengajar,

membimbing

atau

membiasakan

anggotanya

untuk

mempelajari dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Para
anggota keluarga yang memiliki keyakinan yang kuat terhadap Tuhan
akan memiliki mental yang sehat, yakni mereka akan terhindar dari
beban psikologis dan mampu menyelesaikan dirinya secara harmonis
dengan orang lain, serta berpartisipasi aktif dalam memberikan
kontribusi secara konstruktif terhadap kemajuan serta kesejahteraan
masyarakat.

2.1.7

Kualitas Komunikasi Inter per sonal Dalam Keluar ga
Dalam

komunikasi

dikenal

dengan

istilah

interpersonal

communication atau komunikasi interpersonal yakni suatu proses
pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau kelompok kecil
dengan berbagai efek dan umpan balik seketika. Komunikasi ini dianggap

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

sebagai efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat ataupun
perilaku seseorang karena sifatnya biologis, berlangsung esecara tatap
muka (face to face) dan menunjukkan suatu interaksi sehingga terjadi
kontak pribadi atau personal contact. (Effendi, 2002:8)
Dengan demikian mereka yang terlibat dalam komunikasi ini
masing-masing menjadi pembicara ataupun pendengar. Nampaknya
adanya upaya untuk terjadinya pengertian bersama dan empati. Terjadi
rasa saling menghormati berdasarkan anggapan bahwa masing-masing
adalah manusia utuh yang wajib, berhak dan pantas untuk dihargai dan
dihormati sebagai manusia. Dalam proses komunikasi interpersonal, ketika
pesan disampaikan dan umpan balikpun terjadi saat itu juga (immediate
feedback) sehingga komunikator tahu bagimana reaksi komunikan
terhadap pesannya yang disampaikannya. (Effendi, 2003:15)
Umpan balik itu sendiri memainkan peran dalam proses
komunikasi sebab dia menentukan berlanjutnya komunikasi atau
berhentinya komunikasi yang dilancarkan oleh komunikator. Selain itu
umpan balik dapat memberikan komunikasi yang menarik atau tidak bagi
komunikan. Umpan balik dikatakan bersifat positif ketika respon dari
komunikan menyenangkan komunikator enggan untuk melanjutkan
komunikasi tersebut. (Effendi, 2003:14)
Selain pengelompokan diatas umpan balik dapat pula disampaikan
secara verbal atao non verbal seperti halnya dengan penyampaian pesan
umpan balik. Bentuk khusus dari komunikasi interpersonal ini adalah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

komunikasi diadik yakni komunikasi antara dua orang yang keduanya
saling berhubungan dan komunikasi ini bertujuan untuk belajar,
mengadakan relasi, mempengaruhi dan membantu antar individu. Oleh
karena itu komunikasi merupakan hal yang paling penting dalam
kehidupan manusia. (DeVito, 1989)
Menurut Irwanto (dalam Yatim dan Irwanto, 1991:79) keluarga
memberikan dan menggeneralisasikan nilai norma, pengetahuan, sikap dan
harapan terhadap anak-anak. Dengan komunikasi yang efektif maka
beberapa hal tersebut dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh
remaja. Hal tersebut senada dengan pernyataan Tubbs dan Moss (dalam
Rahmat,

2002:12)

yaitu

bahwa

komunikasi

yang

efektif

akan

menimbulkan pengertian dan hubungan yang makin baik diantara kedua
belah pihak.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dibahas komunikasi
paling tidak bersifat dialog bukan monolog. Menurut Kudera (dalam
Kartono, 1994:153) komunikasi yang monolog tidak memunculkan
tantangan dalam diri anak untuk mengembangkan pikiran, kemampuan
bertanggung jawab dan anak tidak disertai pendapat bila ada masalah
dalam keluarga.

2.1.8

Aspek-Aspek Kualitas Komunikasi Inter per sonal Dalam Keluarga
Komunikasi yang efektif perlu dibangun dan dikembangkan dalam
sebuah keluarga. Beberapa faktor yang terpenting untuk menentukan jelas

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27

atau tidaknya informasi yang dikomunikasikan dalam sebuah keluarga
sehingga dapat mengarahkan komunikasi yang efektif yakni :
1. Konsistensi
Informasi yang disampaikan secara konsisten akan dapat dipercaya dan
relatif lebih jelas dibanding dengan informasi yang selalu berubah.
Ketidak

konsistenan

yang

membuat

remaja

bingung

dalam

menafsirkan sebuah informasi tersebut.
2. Ketegasan (Assertiveness)
Ketegasan bukan berarti otoriter, ketegasan dapat membantu
meyakinkan remaja atau anggota keluarga yang lainnya bahwa
komunikator benar-benar meyakini nilai ataupun sikapnya. Bila
perilaku orang tua ingin ditiru oleh anaknya maka ketegasan akan
memberikan jaminan bahwa anak-anak dapat berperilaku seperti yang
telah diharapkan.
3. Percaya (Trust)
Faktor percaya adalah faktor yang paling terpenting karena percaya
dapat menentukan efektivitas dari sebuah komunikasi, meningkatkan
komunikasi interpersonal karena dapat membuka saluran komunikasi,
memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi, memperluas
peluang komunikasi untuk mencapai maksudnya, hilangnya sebuah
keyakinan pada orang lain akan dapat menghambat perkembangan
h

Dokumen yang terkait

Studi Deskriptif Mengenai Self-Regulation Perilaku Berhenti Merokok Pada Mahasiswa Yang Masih Merokok di Fakultas "X" Universitas "Y" Bandung.

0 1 56

SELF-DISCLOSURE REMAJA PEREMPUAN YANG KECANDUAN MEROKOK DALAM MENYAMPAIKAN MASALAH PRIBADINYA KEPADA KELUARGA (Studi Deskriptif Self-Disclosure Remaja Perempuan Yang Kecanduan Merokok Dalam Menyampaikan Masalah Pribadinya Kepada Keluarga).

1 1 92

POLA KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN MAHASISWI YANG KECANDUAN MEROKOK DI SURABAYA (Studi Deskriptif Pola Komunikasi Antara Orang Tua Dengan Mahasiswi Yang Kecanduan Merokok di Surabaya).

0 0 86

ACHMAD DELLY, SELF DISCLOSURE GAY DALAM MENYAMPAIKAN HOMOSEKSUALITASNYA KEPADA KELUARGA.

0 3 66

SELF-DISCLOSURE LESBIAN DALAM MENYAMPAIKAN KELESBIANNYA KEPADA KELUARGA (Studi Deskriptif Kualitatif Self-DisclosureLesbian Dalam Menyampaikan Kelesbiannya Kepada Keluarga).

7 16 72

SELF-DISCLOSURE LESBIAN DALAM MENYAMPAIKAN KELESBIANNYA KEPADA KELUARGA (Studi Deskriptif Kualitatif Self-DisclosureLesbian Dalam Menyampaikan Kelesbiannya Kepada Keluarga)

0 1 15

SELF DISCLOSURE GAY DALAM MENYAMPAIKAN

0 0 22

POLA KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN MAHASISWI YANG KECANDUAN MEROKOK DI SURABAYA (Studi Deskriptif Pola Komunikasi Antara Orang Tua Dengan Mahasiswi Yang Kecanduan Merokok di Surabaya)

0 0 26

SELF-DISCLOSUREREMAJA PEREMPUAN YANG KECANDUAN MEROKOK DALAM MENYAMPAIKAN MASALAH PRIBADINYA KEPADA KELUARGA (Studi Deskriptif Self-DisclosureRemaja Perempuan Yang Kecanduan Merokok Dalam Menyampaikan Masalah Pribadinya Kepada Keluarga)

0 0 19

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA PADA MAHASISWA PEREMPUAN YANG MEROKOK - Unika Repository

0 1 47