Pembukaan diri lesbian kepada keluarga - USD Repository

  

PEMBUKAAN DIRI LESBIAN KEPADA KELUARGA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)

  

Program Studi Psikologi

Oleh:

Giacinta Canggih Ayuningati

  

039114053

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

"Someone’s Watching Over Me"

..Hillary Duff..

  I found myself today Oh I found myself and ran away

  Something pulled me back The voice of reason i forgot i had

  All i know is you're not here to say What you always used to say

  But it's written in the sky tonight So i won't give up

  No i won't break down Sooner than it seems life turns around

  And i will be strong Even if it all goes wrong

  When i'm standing in the dark i'll still believe Someone's watching over me

  Seen that ray of light And it's shining on my destiny

  Shining all the time And i won’t be afraid

  To follow everywhere it's taking me All i know is yesterday is gone

  And right now i belong To this moment to my dreams

  It doesn't matter what people say And it doesn't matter how long it takes

  Believe in yourself and you'll fly high And it only matters how true you are

  Be true to yourself and follow your heart

  

‘Jangan pernah lelah berjuang menuju perubahan sosial yang lebih baik’

  

ABSTRAK

  Giacinta Canggih . A. (2008). Pembukaan Diri Lesbian Kepada Keluarga. Yogyakarta: Fakultas Psikologi, Jurusan Psikologi, Program Studi Psikologi, Universitas Sanata Dharma.

  Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dinamika proses pembukaan diri lesbian kepada keluarga. Dinamika proses tersebut unik sehingga menarik untuk diteliti. Proses pembukaan diri kepada keluarga dianggap paling beresiko karena keluarga memiliki dua fungsi yaitu sebagai pelindung anggota keluarga dan bagian dari masyarakat yang mengadopsi stigma-stigma terhadap lesbian.

  Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus (case study) dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah tiga orang perempuan yang memiliki orientasi seksual lesbian dan sudah atau sedang mengalami proses pembukaan diri. Data didapatkan dari wawancara mendalam kepada ketiga subjek. Data yang diperoleh dianalisis isinya melalui pengorganisasian data yang sistematis, pengkodean data dan interpretasi sehingga data yang diperolah dapat lebih mudah dipahami secara mendalam.

  Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk melakukan pembukaan diri seseorang harus yakin dengan orientasi seksualnya. Selain itu, latar belakang keluarga mempengaruhi reaksi yang muncul dari pihak keluarga ketika subjek melakukan proses pembukaan diri. Keluarga yang menginternalisasikan aturan-aturan masyarakat ke dalam kehidupan keluarga akan bereaksi lebih keras dibandingkan dengan keluarga yang memiliki norma-norma otonom dan kebebasan mutlak. Pengetahuan positif tentang identitas seksualnya penting untuk dimiliki lesbian karena dengan pengetahuan yang positif seseorang akan mampu membela diri dan orientasi seksualnya dalam proses pembukaan diri.

  Kata kunci: pembukaan diri, lesbian, keluarga

  

ABSTRACT

  Giacinta Canggih. A. (2008). Self Disclosure of Lesbian to the Family. Yogyakarta: Faculty of Psychology, Psychology, Sanata Dharma University.

  This research was designed to describe the process of self disclosure itself, when lesbian disclosure their sexual identity to their family. The process is long and sometimes difficult for many lesbian so that it is interesting to be studied. Self disclosure process especially to family was considered as the hardest and risky path because family has two value system at once in a society. Those are: as a protector of family member and as a part of society in which heterosexuality is the norm and homosexuality is stigmatized.

  The method that was used in this research is qualitative approach with a case study model. Three lesbian women, who has already or in the progress of self disclosure, participated in this study. The data was gained from depth-interview with these three subject. These data then, being analysed with systematical data organization, coding, and interpretation so that it can be profound understood.

  The result of this examination showed that when individuals decided to do ‘coming-out’, she must be convinced with her sexual orientation. In addition, family background will also affects the reaction which emerged from family member. A family in which society norms is internalized, will react more offensive rather than family who has an autonomy norm. Having positive knowledge about their sexual identity is necessary lesbian because with a positive knowledge she will able to defend herself and her sexual orientation in the self disclosure process.

  Key word : self disclosure, lesbian, family.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan berkat karunaNya yang begitu besar penulis dapat menyelesaikan skripsi yang disusun untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis menyadari banyak dorongan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak selama proses penulisan skripsi ini yang sangat berarti bagi penulis. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada: 1.

  Tuhan Yesus yang selalu mendampingi langkah penulis, memberikan berkat-Nya yang melimpah, serta selalu menyadarkan penulis bahwa hidup membutuhkan usaha yang keras sehingga penulis dapat menyeselaikan tugas akhir ini.

2. Bapak P. Eddy Suhartanto S.Psi., M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi yang telah memeberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan tugas akhir.

  3. Ibu Sylvia Carolina MYM., S.Psi., M.Si. selaku Kaprodi Fakultas Psikologi yang telah memberikan banyak dukungan dan bimbingan selama proses penulisan skripsi.

  4. Bapak Vincentius Didik Suryohartoko S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan dukungan kepada penulis.

  5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Psikologi yang telah mendidik penulis selama menempuh pendidikan di fakultas psikologi. Terutama kepada bapak Heri Widodo S.Psi,. M.Si dan ibu Agnes Indar Etikawati S.Psi., Psi. M.Si yang telah bersedia menjadi dosen penguji. Terimakasih atas kritik dan saran serta bimbingannya sehingga penulis dapat meningkatkan kualitas hasil penelitian ini.

  6. Mas Gandung, Mas Muji, Mas Doni, Pak Gie’ dan Mbak Nanik terimakasih atas bantuannya selama penulis menempuh studi di fakultas psikologi.

  7. Bapak Krisnomo dan mamah Lies tersayang di Cimahi yang selalu memberikan dukungan dan kekuatan serta selalu menyakinkan penulis bahwa penulis mampu menyelesaikan tugas akhir ini. Terimakasih atas semua dukungan dan kesabarannya selama ini. Skripsi ini aku persembahkan untuk mamah dan bapak.

  8. Kedua adekku, Dimas dan Laras yang selalu bertanya kapan aku pulang ke cimahi karena menunggu oleh-oleh, trimakasih untuk semua kedekatan kita.

  9. Deojha yang banyak memberikan dukungan selama penulisan skripsi ini.

  Terimakasih banyak untuk semua yang sudah kamu berikan untuk aku. Terimakasih untuk semua kesabarannya selama ini. Terimakasih sudah mendengarkan banyak keluhan dan tangisan serta tawa dan bahagia.

  10. Semua teman-teman Fakultas Psikologi angkatan 2003 yang telah memberikan banyak pengalaman berharga selama penulis menyelesaikan studinya. Khususnya untuk Melati, Otik, Haksi, Wiwied yang sudah berjuang bersama dalam proses penulisan skripsi ini. Trimakasih atas semuanya.

  11. Teman-teman divisi konseling PKBI DIY khususnya As3 dan Mbak Vena yang telah banyak memberikan dukungan agar penulis cepat-cepat menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih untuk sharing dan curhatnya selama ini. Bantuan kalian sangat berarti bagiku.

  12. Teman-teman di PKBI DIY, mas Galink tersayang ‘Thanks buat lungsuran jurnal- jurnalnya yang sangat bermanfaat buatku’. Pipin Jamson yang udah berbaek hati meminjamkan laptopnya untuk ujian pendadaran ‘Tengkyu ya bu..’ Dan semua teman-teman PKBI yang sudah mendukung penelitian ini.

  13. Teman-teman People Like Us Satu Hati (PLU Satu Hati) terimakasih untuk banyak pengalaman dan pengetahuan tentang LGBT (Lesbian Gay Biseksual Transgender). Berjuang Untuk Perubahan Sosial!!! 14. Ketiga Subjekku O, S dan D yang sudah banyak membantu proses penulisan skripsi ini, terimakasih sudah diijinkan memasuki kehidupan kalian yang sarat dengan pengalaman. Pengalaman kalian sangat berharga untuk banyak orang.

  15. Teman-teman seperjuangan di kos lama: Lucy, Otik, Rista, Deo.. terimakasih untuk semua yang kita lalui bersama selama bertahun-tahun. Walaupun akhirnya kita semua harus berjalan masing-masing menyongsong masa depan. Terimakasih untuk semua PELANGI indah yang dijalin Tuhan untuk kita.

16. Semua pihak yang belum disebutkan satu persatu oleh penulis. Terimakasih untuk semua dukungan dan perhatiannya selama ini.

  Penulis menyadari skrispi ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang menjadi masukan agar penulis mampu mengembangkan kemampuan dan menjadikan penelitian ini menjadi lebih baik. Penulis berharap semoga karya ini dapat menjadi inspirasi bagi semua pembaca dan bermanfaat bagi masyarakat dan ilmu pengetahuan.

  Penulis

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………………..ii HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………………….iii HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………………..iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………………………..v ABSTRAK……………………………………………………………………………..vi ABSTRACT.…………………………………………………………………………..vii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH…….viii KATA PENGANTAR…………………………………………………………………ix DAFTAR ISI…………………………………………………………………………...xii DAFTAR TABEL……………………………………………………………………...xiv DAFTAR SKEMA……………………………………………………………………..xiv DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………………...xiv

  BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………………………1 A. Latar Belakang…………………………………………………………………...1 B. Rumusan Masalah……………………………………………………………….6 C. Tujuan Penelitian………………………………………………………………...6 D. Manfaat Penelitian……………………………………………………………….6 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………..8 A. Lesbian…………………………………………………………………………...8 B. Pembukaan Diri.....................................................................................................11 C. Keluarga…………………………………………………………………………14 D. Pembukaan Diri Lesbian kepada Keluarga……………………………………...17 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN……………………………………………...20 A. Jenis Penelitian………………………………………………………………….20 B. Subjek Penelitian………………………………………………………………..20 C. Fokus Penelitian dan Definisi Operasional……………………………………..22 D. Metode Pengumpulan Data……………………………………………………..23

  BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………………………....27 A. Persiapan Penelitian……………………………………………………………..27 B. Pelaksanaan Penelitian…………………………………………………………..29 C. Pemeriksaan Kesahihan…………………………………………………………30 D. Deskripsi Subjek Penelitian……………………………………………………..30 1. Subjek 1……………………………………………………………………..30 2. Subjek 2……………………………………………………………………..39 3. Subjek 3……………………………………………………………………..49 E. Pembahasan……………………………………………………………………..59 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………….70 A. Kesimpulan……………………………………………………………………..70 B. Kelemahan Penelitian…………………………………………………………..70 C. Saran…………………………………………………………………………….71 DAFTAR PUSTAKA

  DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Panduan Wawancara…………………………………………………………24Tabel 4.1. Panduan Koding……………………………………………………………...94Tabel 4.2. Tabel Analisis Ketiga Subjek……………………………………………….107

  DAFTAR SKEMA Skema 4.1. Skema Usaha Pembukaan diri……………………………………………...65 Skema 4.2. Skema Hasil Penelitian……………………………………………………..69

  DAFTAR LAMPIRAN Lampiran ………………………………………………………………………………..72

BAB I PENDAHULUAN

  

‘Love her or him, a simply love. Respect your child’s right and

wisdom to make his or her own choices. Affirm his or her honesty

and courage. Celebrate his or her sexuality as a gift from God’

(a mother)

A. Latar Belakang

  Keberadaan homoseksual perempuan atau lesbian di masyarakat menjadi

sesuatu hal yang idealnya disadari dengan penuh toleransi (Manji, 2008).

  

Sayangnya, masyarakat pada umumnya belum mau menerima, apalagi

bertoleransi dengan keberagaman orientasi seksual. Akibatnya masih banyak

orang yang tidak mengerti tentang orientasi seksual lesbian.

  Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III

(1993) mengemukakan bahwa, homoseksual tidak termasuk ke dalam gangguan

jiwa. Stigma masyarakat dan agama masih menganggap bahwa lesbian adalah

perbuatan asusila. Menurut Manji dalam seminarnya (Diversity and Sexuality,

2008), homoseksual dilarang oleh agama tidak memiliki dasar yang kuat karena

hanya berdasarkan pada satu cerita, yaitu mengenai kaum nabi Luth. Dijelaskan

lebih lanjut oleh Manji bahwa sebenarnya kaum nabi Luth dijatuhi hukuman

kerena mereka berbuat jahat pada sesama bukan karena mereka memiliki orientasi

homoseksual.

  Lesbian atau homoseksual perempuan, dipandang masyarakat awam

sebagai sesuatu yang negatif. Konstruksi masyarakat mengharuskan seseorang

  

untuk menjadi heteroseksual karena berdasarkan konstruksi tersebut hanya

tersedia satu orientasi saja, yaitu heteroseksual (Riza, 2007). Selain itu,

keberadaan lesbian yang masih sangat sedikit bila dibandingkan dengan

heteroseksual membuat stigma terhadap lesbian semakin kuat (Krisna, 2006).

  

Amoral, asusila, pembawa aib dan penyakit masyarakat merupakan sebagian kecil

dari stigma sosial yang diberikan terhadap lesbian (Krisna, 2006; Muttaqin, 2003;

Kaum Homoseksual Protes). Berdasarkan stigma agama, lesbian dipandang

sebagai kaum pendosa. Lesbian dianggap sebagai kejahatan yang sangat keji dan

pengkhianatan karena merugikan umat manusia dengan melakukan hubungan

seksual yang tidak menghasilkan keturunan (Bambang, 2005; Az-Zulfi, 2005).

  

Bahkan artikel di sebuah situs menyebutkan bahwa lesbian dianggap sebagai cacat

mental (LGBT Cacat Mental?, tanpa tahun).

  Stigma yang melekat kuat terhadap lesbian menjelma menjadi perilaku

diskriminasi. Penelitian Garnets (2004) menjabarkan perlakuan diskriminasi yang

diberikan kepada lesbian. Lesbian dibenci dan dipandang rendah, ditolak keluarga

dan teman, diusir dari rumah, menerima penyerangan secara fisik dan verbal,

kehilangan pekerjaan dan hak pengasuhan yang mengakibatkan kerugian secara

mental dan material (Garnets, 2004; Ajeng, 2005). Dilihat dari perspektif hukum,

masih banyak tindakan pelanggaran HAM yang diterima lesbian, tanpa adanya

pembelaan sebagai warga negara yang seharusnya dilindungi oleh hukum.

  Berdasarkan kesaksian dari beberapa orang anggota PKBI DIY, pada

tanggal 11 November 2000 terjadi kekerasan terhadap kelompok Lesbian, Gay,

  

tersebut merupakan fakta bahwa kelompok LGBT rentan terhadap kekerasan.

Kelompok LGBT yang sedang melakukan pertemuan dan sharing tentang

HIV/AIDS difitnah oleh pihak lain sebagai pesta seks. Kelompok lain yang

merasa bertanggung jawab menjaga moral bangsa menyerang tempat pertemuan

dan melakukan kekerasan serta perampasan harta pribadi peserta pertemuan.

  

Polisi yang diminta oleh penyelenggara pertemuan untuk menjaga keamanan,

melarikan diri. Kekerasan dan diskriminasi yang diterima oleh lesbian

mempengaruhi hubungan lesbian dengan masyarakat. Banyak lesbian yang

memilih untuk menjauhi masyarakat atau bersikap seolah-olah dirinya memiliki

orientasi heteroseksual untuk menghindari perlakuan kekerasan dan diskriminasi.

Bila ada rasa toleransi terhadap orientasi seksual selain heteroseksual, kejadian

seperti itu tidak harus terjadi.

  Stigma dan diskriminasi pada lesbian menyebabkan berbagai dampak

buruk. Mereka merasa takut dan bersalah sehingga kemungkinan sulit untuk

menerima diri sendiri. Berdasarkan teori Maslow (1991), penerimaan diri

merupakan salah satu syarat untuk menjadi orang yang sehat secara mental.

  

Melakukan proses coming out merupakan salah satu cara untuk menerima diri

sendiri.

  Proses coming out menjadi proses yang paling penting dalam kehidupan

lesbian, karena dalam proses tersebut lesbian belajar untuk menerima dirinya lalu

terbuka kepada orang lain tentang orientasi seksualnya. Coming out adalah

rangkaian kompleks yang dimulai dari pengakuan individual, pengenalan dan

  

diluar diri mereka. (Garnets, 2004). Proses keterbukaan diri tersebut dimulai dari

teman terdekat, teman-teman lain yang masih dalam satu komunitas lesbian dan

terakhir kepada keluarga dan orang-orang lain yang berhubungan dengan dirinya

(Masters, 1992). Proses coming out itu, membutuhkan pengakuan pada diri

sendiri, siapa diri yang sebenarnya dan bagaimana penerimaan terhadap realitas.

Proses ini membantu lesbian untuk mengaktualisasikan dirinya sebagai manusia

yang memiliki orientasi orientasi. Proses coming out ada beberapa dimensi, salah

satunya adalah pembukaan diri terhadap keluarga. Proses pembukaan diri kepada

keluarga penting, mengingat budaya timur yang masih menganggap bahwa

keluarga memiliki kontrol penuh pada kehidupan seseorang, berbeda dengan

budaya barat yang sangat menghargai kedewasaan seseorang serta pilihan

hidupnya.

  Keluarga sebagai bagian terkecil dari masyarakat yang menempati posisi

terdekat dengan lesbian mempunyai andil yang sangat besar dalam pembenaran

stigma yang berujung pada kekerasan dan diskriminasi. Keluarga menjadi

lembaga penghakiman terdekat yang harus dihadapi oleh lesbian sebelum

menghadapi lembaga yang lebih besar, yaitu masyarakat. Keluarga sering kali

melakukan kekerasan terhadap anggota keluarganya yang memiliki orientasi

lesbian, dinikahkan adalah salah satu contoh kekerasan yang nyata di masyarakat.

Keluarga idealnya menjadi lembaga perlindungan yang mampu mendukung

anggota keluarganya. Cinta antar anggota keluarga yang tulus seharusnya

membuat anggota keluarga dapat menerima dan menghormati orientasi seksual

  Berdasarkan teori Maslow (dalam Schultz, 1991), pribadi yang sehat

adalah pribadi yang mampu mengaktualisasikan diri mereka. Maslow

menyebutkan sejumlah sifat khusus yang menggambarkan aktualisasi diri,

diantaranya adalah penerimaan umum atas kodrat orang lain dan diri sendiri.

  

Coming out merupakan salah satu cara untuk menerima kodrat diri sendiri

sehingga coming out diharapkan membantu seseorang untuk menjadi pribadi yang

lebih sehat. Bagi keluarga yang menerima orientasi seksual anggota keluarganya,

peristiwa pembukaan diri dari anggota keluarganya juga membantu keluarga

tersebut bertumbuh menjadi keluarga yang lebih sehat.

  Peristiwa pembukaan diri dan penerimaan keluarga memberikan

kontribusi bagi masyarakat heteroseksual. Pembukaan diri dan penerimaan

keluarga berfungsi sebagai pemutus mata rantai kekerasan dalam perkawinan

semu antara lesbian dan heteroseksual. Bila ada seorang perempuan lesbian yang

tidak melakukan pembukaan diri lalu ia dinikahkan dengan seorang laki-laki

heteroseksual, maka hal tersebut mengakibatkan kekerasan baik terhadap lesbian

tersebut maupun terhadap heteroseksual. Hal diatas dapat dicegah jika perempuan

lesbian tersebut melakukan pembukaan diri dan diterima oleh keluarganya.

  Peneliti ingin melihat bagaimana pembukaan diri lesbian pada keluarga

dan reaksi keluarga. Dinamika pembukaan diri inilah yang akan menjadi fokus

penelitian.

  Penelitian ini menarik untuk dilakukan karena proses pembukaan diri

merupakan proses yang unik. Penelitian tentang lesbian juga masih sangat terbatas

  

Peneliti mengungkap masalah yang jarang diungkap banyak orang karena peneliti

ingin memberikan kajian kapada masyarakat bahwa lesbian itu ada dan menjadi

bagian dari masyarakat. Saat ini masyarakat berpandangan bahwa heteroseksual

adalah satu-satunya orientasi seksual yang ada. Melalui kehadian lesbian dan

banyak penelitian tentang lesbian diharapkan masyarakat mendapatkan perubahan

ide seksualitas bahwa keberadaan lesbian merupakan salah satu variasi orientasi

seksual sehingga dapat dicapai suatu perubahan sosial yaitu menerima perbedaan

orientasi seksual.

  B. Rumusan Masalah Bagaimana dinamika pembukaan diri lesbian pada keluarga dan reaksi keluarga?

  C. Tujuan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif studi kasus yang memiliki tujuan

untuk mengetahui dinamika pembukaan diri lesbian kepada keluarga dan reaksi

keluarga.

  D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat: 1. Manfaat Praktis Memberikan pengetahuan kepada masyarakat awam bahwa pembukaan diri

  2. Manfaat Teoritis Memberi sumbangan bagi ilmu psikologi, khususnya psikologi sosial mengenai pembukaan diri lesbian terhadap keluarga dengan adanya stigma dan diskriminasi di masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lesbian

  1. Homoseksual Dede’ Oetomo (2003) dalam bukunya Memberi Suara Pada yang Bisu

mendefinisikan homoseksual sebagai perilaku yang ditandai oleh ketertarikan

secara emosi dan seksual pada seseorang yang sama jenis kelaminnya. Secara

populer seorang laki-laki yang tertarik kepada laki-laki lain secara emosi dan

seksual disebut gay, sedangkan wanita yang memiliki ketertarikan pada wanita

lain disebut lesbian.

  Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Jiwa (PPDGJ) III

(1993), homoseksual tidak termasuk ke dalam gangguan jiwa kecuali

homoseksual yang mengingkari (denial) orientasi seksualnya (homoseksual

egodistonik). Bila dilihat dari ilmu biologis, homoseksual disebabkan oleh

kurangnya hormon seksual, perbedaan struktur otak dan bawaan genetik

(Huffman, 1997). Namun pengaruh lingkungan dan pengalaman juga ikut

membentuk orientasi seksual seseorang (McCommon, 1998).

  Supratiknya (1995) mengatakan bahwa pengaruh ibu yang dominan dan

tidak adanya pengaruh ayah merupakan salah satu contoh pengalaman yang

membentuk orientasi seseorang. Dalam hidup seseorang sedikitnya satu kali ia

akan mengalami pengalaman atau paling tidak imajinasi tentang hubungan yang

  

orientasi seksual juga dipengaruhi oleh pengalaman seksual yang dialami

seseorang sebelum masa dewasa. Bila seseorang mengalami pengalaman

homoseksual semasa kanak-kanak, pada masa dewasanya ia akan

mengembangkan orientasi homoseksual. Hal ini bertolak belakang dengan

penelitian Bell (dalam Huffman, 1997) yang membuktikan bahwa orang

menemukan orientasi seksualnya terlebih dahulu baru kemudian mencari atau

mendapatkan pengalaman homoseksual.

  2. Lesbian Lesbian adalah label yang diberikan untuk menyebut homoseksual

perempuan. Definisi lesbian menurut Rich adalah perempuan yang memiliki

hasrat seksual dan emosi kepada perempuan lainnya (dalam Crawford, 2000).

  

Menurut Ferguson (dalam Crawford, 2000) lesbian adalah perempuan yang

memiliki hasrat seksual dan emosi kepada perempuan lain atau perempuan yang

secara sadar mengidentifikasikan dirinya sebagai lesbian.

  Kata lesbian berasal dari pulau lesbos yaitu sebuah pulau di Yunani yang

terletak di sebelah timur laut Aegean. Di pulai lesbos tinggal seorang penyair

Yunani kuno bernama Sappho yang mendirikan sekolah khusus perempuan pada

abad ke-6 SM. Sappho banyak membuat puisi yang menggambarkan gairahnya

terhadap murid-muridnya (Administrator, 2007).

  Di Indonesia, lesbian dimasukkan dalam UU Pornografi (2008) sebagai

tindakan pornoaksi. Selain itu, Perda Sumatera Selatan memasukan lesbian

  

belum memahami konsep orientasi seksual. Lesbian masih dianggap sebagai

penyimpangan seksual. UU dan Perda tersebut juga membuktikan bahwa lesbian

diperlakukan secara diskriminatif oleh negara.

  Kuatnya stigma lesbian di masyarakat membuat lesbian menjadi kelompok

yang sangat tertutup bahkan bila dibandingkan dengan kelompok gay. Menurut

Susilandari (2005) sifat tertutup lesbian bila dibandingkan dengan gay terletak

pada norma budaya bahwa laki-laki lebih rasional, sedangkan perempuan lebih

mengutamakan perasaan. Perempuan lebih rentan terhadap gunjingan orang

dibandingkan laki-laki sehinga banyak lesbian yang memilih untuk tertutup dari

dunia luar.

  Gunjingan harus diterima lesbian berasal dari stigma yang sudah sangat

melekat pada lesbian. Stigma tersebut berasal dari agama-agama besar yang

menilai bahwa lesbian adalah dosa dan perilaku menyimpang. Bumi (dalam

Krisna, 2006) mengatakan bahwa stigma yang melekat pada lesbian juga

dikarenakan lesbian lebih jarang ditemui bila dibandingkan dengan heteroseksual

sehingga keberadaan lesbian yang masih dianggap asing sulit untuk

menumbangkan stigma yang sudah melekat sekian lama.

  Stigma masyarakat membuat lesbian cenderung menutupi diri dan

menjauh dari masyarakat heteroseksual. Usaha menutup diri ini membuat lesbian

tidak leluasa mengaktualisasikan orientasi seksualnya secara total dan hal ini

sangat menyikasa dan dapat mengakibatkan penekanan jiwa (Andara, 2002).

  

Penelitian Andara (2002) menyimpulkan bahwa gangguan penyesuaian diri pada

  

(2005) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa tekanan dan konflik yang terus-

menerus dirasakan dapat menimbulkan frustasi, stres bahkan depresi. Aktualisasi

disebutkan sebagai salah satu cara untuk mengurangi gangguan-gangguan

tersebut.

B. Pembukaan Diri

  Dalam kehidupan lesbian, proses yang paling penting adalah coming out

(Garnets, 2004). Proses coming out dikenal sebagai perkembangan orientasi

seksual. Coming out adalah rangkaian kompleks yang merupakan pengakuan

individual, pengenalan dan label terhadap orientasi seksualnya diikuti kebukaan

pada orang lain di luar kehidupan mereka (Rosario, 2001; Masters 1992).

DeMonteflares (dalam Garnets, 2004) menjelaskan bahwa coming out

membutuhkan pengakuan pada diri sendiri siapa kita. Phelps (1993) juga

mengatakan bahwa coming out membutuhkan keterbukaan dan kejujuran agar

dapat membuat keputusan untuk melakukan coming out. Proses coming out

adalah proses yang unik, sehingga masing-masing individunya memiliki dinamika

yang berbeda-beda. Secara garis besar, coming out dinilai tidak mudah karena

membutuhkan keberanian untuk menerima sesuatu yang tidak umum di

masyarakat (Edwards, 1996). Proses ini dapat memakan waktu yang sangat lama

dan tidak menentu (Crawford, 2000) Coming out biasanya dimulai dengan

membuka diri kepada teman baik dan melihat bagaimana reaksinya. Proses

selanjutnya dilanjutkan dengan membuka diri kepada teman dekat satu kelompok

  

dan kemudian pada anggota keluarga, teman kerja, dan orang baru yang masuk

dalam kehidupannya.

  Coming out sangat penting dalam kehidupan lesbian karena menemukan

orientasi seksual merupakan bagian dari pencarian orientasi. Remaja lesbian

mengalami masa ‘strom and stress’ yang lebih berat dibandingkan dengan remaja

heteroseksual. Remaja lesbian cenderung mengalami masa di mana mereka

mengalami ketidaknyamanan terhadap keadaan dirinya (Gwadz, 2002). Remaja

heteroseksual tidak memiliki beban ketika menyukai lawan jenisnya sedangkan

remaja lesbian biasanya mengalami kebingungan saat jatuh cinta dengan sesama

jenis karena masyarakat membentuk heteroseksual sebagai orientasi tunggal.

Remaja lesbian memiliki masa-masa sulit selama sekolah menengah. Mereka

memiliki resiko yang tinggi terhadap rendahnya harga diri, pengucilan secara

sosial, nilai sekolah yang rendah, dan dikeluarkan dari sekolah (Crawford, 2000).

  Identifikasi orientasi seksual sangat penting karena membantu lesbian

melakukan aktualisasi diri dengan lebih baik. Menurut Maslow, orang yang

mampu melakukan aktualisasi diri adalah orang yang menerima kodrat mereka

sehingga mereka tidak bersembunyi di balik topeng dan peran sosial mereka.

  Mereka menerima diri mereka apa adanya tanpa rasa malu (Schultz, 1991).

  

Rosario, dkk (2001) memberikan 4 dimensi dari proses coming out: 1) Identifikasi orientasi seksual Dimensi ini memberikan gambaran bahwa lesbian yang melakukan proses coming out sudah melakukan identifikasi terhadap orientasi seksual mereka. Pencarian orientasi seksual ini berjalan secara terus menerus sampai individu tersebut yakin dengan orientasi seksualnya dan menerima dirinya apa adanya.

  2) Keterlibatan dalam komunitas lesbian Dimensi ini memberikan gambaran bahwa lesbian yang melakukan coming out akan terlibat dalam aktivitas lesbian. Aktivitas lesbian yang diikuti dapat berupa komunitas formal ataupun nonformal. Aspek terpenting dari dimensi ini adalah pencarian pengalaman sebagai lesbian yang berkelompok dengan sesama lesbian. Selain itu, dengan adanya teman lesbian lain seseorang dapat bertukar pikiran sehingga tidak merasa sendiri menghadapi kehidupan.

  Idealnya, teman komunitas yang dibutuhkan adalah teman yang sudah melakukan coming out dan menjalaninya dengan baik sehingga dapat menuntun teman lain yang belum melakukan coming out. 3) Sikap terhadap homoseksual

  Dimensi ini memberikan gambaran bahwa lesbian yang melakukan proses coming out harus mengembangkan sikap positif terhadap orientasi seksualnya.

  Menghargai secara positif dirinya dan komunitas homoseksual lainnya. 4) Pembukaan orientasi seksual

  Dimensi ini memberikan gambaran bahwa lesbian yang melakukan proses coming out harus belajar membuka diri terhadap orientasi seksualnya, baik pada orang yang dengan baik dikenal, misalnya teman atau keluarga dan bahkan kepada orang asing yang ingin mengetahui orientasi seksualnya.

  Banyak lesbian yang melakukan proses pembukaan diri mengatakan

bahwa lebih mudah untuk pembukaan diri kepada teman-teman komunitas lesbian

daripada kepada teman heteroseksual atau keluarga (Masters, 1992). Lesbian yang

belum melakukan pembukaan diri mengatakan alasan mengapa mereka belum

melakukan pembukaan diri, antara lain: menghindari stigma sosial, diskriminasi,

belum yakin dengan pilihan hidupnya dan takut menyakiti hati orang tua. Alasan

lesbian yang melakukan pembukaan diri adalah adanya keinginan yang kuat untuk

membagi kehidupan pribadi mereka dengan orang tua, merasa lelah bersembunyi

dan berharap menjadi lebih dekat dengan orang tua setelah proses pembukaan diri.

C. Keluarga

  Keluarga adalah kelompok terkecil masyarakat yang didasarkan pada

ikatan darah, perkawinan atau adopsi dan dijiwai oleh rasa afeksi dan tanggung

jawab, yang berfungsi untuk memelihara, merawat dan melindungi anak (Masitah,

2006).

  Suyono (1997) mendefinisikian keluarga sebagai lembaga pertama dan

utama dimana manusia mulai mengenal peradaban dunia yang mempunyai peran

sangat besar dalam menanamkan nila-nilai yang ada di masyarakat. Keluarga juga

merupakan wahana pengendalian dan penyesuaian sosial bagi anggota-anggotanya

dan tempat perlindungan dari ancaman yang berasal dari luar.

  Keluarga sebagai kelompok sosial kecil memiliki fungsi tertentu (Masitah, 2006), yaitu:

  1. Fungsi Pendidikan Keluarga memiliki tugas sebagai lembaga pendidikan yang pertama dalam kehidupan seorang anak sebelum tugas tersebut diambil sebagian oleh lembaga sekolah sehingga keluarga merupakan lembaga pendidikan yang utama.

  2. Fungsi Rekreasi Keluarga dapat menjadi wahana rekreasi karena di dalamnya terdapat interaksi yang bersifat menghibur antara anak dan orang tua.

  3. Fungsi Keagamaan Keluarga merupakan pusat penanaman nilai-nilai agama karena dari dalam keluarga anak mendapat pemahaman yang pertama tentang konsep keagamaan dan cara melaksanakan ibadahnya.

  4. Fungsi Perlindungan Keluarga memberikan jaminan perlindungan yang utama baik fisik maupun sosial terhadap ancaman-ancaman yang berasal dari lingkungan diluar keluarga kepada anggota keluarganya.

  5. Fungsi Biologik Keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak yang merupakan penerus keluarga.