ACHMAD DELLY, SELF DISCLOSURE GAY DALAM MENYAMPAIKAN HOMOSEKSUALITASNYA KEPADA KELUARGA.

(1)

SELF DISCLOSURE

GAY

DALAM MENYAMPAIKAN

HOMOSEKSUALITASNYA

KEPADA KELUARGA

SKRIPSI

Oleh:

ACHMAD DELLY

NPM. 0743010192

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA 2011


(2)

SELF DISCLOSURE

GAY

DALAM MENYAMPAIKAN

HOMOSEKSUALITASNYA

KEPADA KELUARGA

Disusun Oleh :

ACHMAD DELLY

NPM. 0743010192

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,

Pembimbing Utama,

Drs.Kusnarto, M.Si NIP. 195 8080 119 84021001

Mengetahui, D E K A N

Dra. Ec.Hj. Suparwati, M.Si NIP. 195507181983022001


(3)

SELF DISCLOSURE

GAY

DALAM MENYAMPAIKAN

HOMOSEKSUALITASNYA

KEPADA KELUARGA

Oleh :

ACHMAD DELLY

NPM. 0743010192

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 12 Mei 2011

Pembimbing Utama,

Drs.Kusnarto, M.Si

NIP. 195 8080 119 84021001

Tim Penguji, 1. Ketua

Ir. H. Didiek Tranggono, M.Si NIP. 1 958122 51990011 001.

2. Sekretaris

Dr. Catur Suratnoaji, M.Si NPT. 368049400281

3. Anggota

Drs.Kusnarto, M.Si

NIP. 195 8080 119 84021001

Mengetahui, D E K A N

Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si NIP. 195507181983022001


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdullilahirabbil’aalamiin, segala puji bagi Allah SWT, Sang Pemberi nafas

kehidupan pada seluruh makhluk, zat yang lembut yang membuat hidup indah pada

waktunya, meskipun ucapan syukur ini tidak cukup mewakili penulis dalam membalas

kenikmatan-Nya, tetapi hidup akan lebih terasa nikmat jika penulis masih diberikan

kesempatan untuk tetap bersyukur. Hanya kepadaNya-lah syukur dipanjatkan atas

selesaianya skripsi yang berjudul Self Disclosure Gay dalam Menyampaikan Homoseksualitasnya Kepada Keluarga”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan sesuai kurikulum yang ada di

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur. Disamping itu dapat memberikan hal-hal yang berkaitan dengan disiplin

ilmu dalam mengadakan penelitian dalam mengadakan penelitian guna penyusunan

skripsi.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dan

bimbingan serta saran yang sangat berharga kepada :

1. Prof. Dr.Ir. Teguh Sudarto,MP. Rektor UPN “Veteran” Jawa Timur.

2. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati,M.Si,selaku Dekan FISIP – UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Juwito, S.sos, Msi. Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi.

4. Bapak Drs. Syaifuddin Zuhri, Msi. Sekertaris Program Studi Ilmu Komunikasi.

5. Bapak Drs. Kusnarto, M.Si selaku dosen wali yang bersedia ’direpoti’ selama

penulis kuliah di Progdi Ilmu Komunikasi tercinta ini dan sekaligus sebagai dosen

pembimbing yang memiliki empati terhadap kondisi penulis serta meluruskan


(5)

6. Tim Penguji pada Ujian Skripsi Skripsi Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi

Universitas Pembangunan Nasional ” Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan

masukan dan diskusinya selama menjadi tim penguji.

7. Kepala Bagian Tata Usaha Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur besera staf yang memberi pelayanan

pengurusan administrasi.

8. Bapak DR. Dede Oetomo selaku Pembina Yayasan GAYa Nusantara, terimakasih

atas kerjasamanya telah memberi kesempatan penulis untuk melaksanakan

penelitian.

9. Mas Iboed selaku Ketua Yayasan GAYa Nusantara, terima kasih atas ijin

penelitiannya serta bantuannya.

10. Mas-mas anggota yayasan GAYa Nusantara, mas yogi, mas adi, mas erick dan

mas-mas lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan

dan masukan yang telah banyak membantu selama penelitian.

11. Kedua orang tua-ku tercinta, adik ku Rachmad Yanuwanda serta seluruh keluarga

besarku yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil serta doanya

selama ini.

12. Teman-teman ku yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang yang

mewarnai hidup di kampus hingga di luar kampus.

13. Terakhir, untuk My beloved, Agita Kartika Ayuningtyas yang selalu membantu

penulis jika membutuhkan bantuan, terima kasih atas perhatian, pengertian,

kesabarannya menemani, memberi semangat dan motivasi, memberikan keyakinan


(6)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun penulis harapkan guna perbaikan

dan penyempurnaan sehingga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak.

Surabaya, Mei 2011

Penulis


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ...

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI ...

DAFTAR GAMBAR ...

DAFTAR LAMPIRAN ...

ABSTRAK ...

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ...

1.2 Rumusan Masalah ...

1.3 Tujuan Penelitian ...

1.4 Manfaat Penelitian ...

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori...

2.1.1 Self-disclosure ………..………

2.1.1.1 Keluasan dan Kedalaman Hubungan Berbeda-beda ……..

2.1.2 Pengertian Komunikasi Interpersonal ……….……..

2.1.3 Keluarga ………..……….………

i ii iii iv vii x xi xii 1 9 9 9 11 11 19 19 20


(8)

2.1.3.2 Komunikasi Keluarga ……….………...

2.1.4 Gay ………

2.1.4.1 Pengertian Gay ……….…..…

2.1.4.2 Ciri-ciri GaySecara Umum ………

2.1.5 Homoseksual ………..…….……

2.1.5.1 Pengertian tentang Homoseksual ………..

2.1.5.2 Penyebab Homoseksual ………..

2.1.6 Tempat Ngeber (tempat berkumpul/nongkrong) gay …………...

2.2 Konsep Makna ………..………

2.3 Kerangka Pemikiran ……….

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ...

3.2 Definisi Konseptual ...

3.3 Lokasi Penelitian ...

3.4 Penentuan Informan ...

3.5 Teknik Pengumpulan Data ...

3.6 Teknik Analisa Data ...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data ………...

4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ……….………..……..

4.1.2 Penyajian Data ………...……...…….

4.1.3 Identitas Informan ……….…………. 21 22 22 23 24 24 25 27 30 31 32 33 33 34 35 36 38 38 39 40


(9)

1. Informan 1 (Yogi) ………...

2. Profil Adik Perempuan Informan 1 (Berlin) ………...

3. Profil Ibu Informan 1 (Yiyin) ………

4. Informan 2 (Erick) ………..

5. Profil Ibu Informan 2 (Binti) ………..

6. Informan 3 (Adi) ………

7. Profil Bapak Informan 3(Joko) ……….

4.2 Analisis Data ……….………

4.2.1 Self DisclosureGay Dalam Menyampaikan Homoseksualitasnya

4.2.1.1 Self disclosure Yogi ……….

4.2.1.2 Self disclosure Erick ………

4.2.1.3 Self disclosure Adi ………..

4.3 Self Disclosure Gay Dalam Menyampaikan Homoseksualitasnya

Kepada Keluarga ……….………...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ……….……….

5.2 Saran ………..

DAFTAR PUSTAKA ……….

LAMPIRAN ………..…….

40 41 41 42 43 43 44 45 45 46 48 49 52 52 53 55


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1

Gambar 2

Gambar 3

Gambar 4

Gambar 5

Gambar 6

: Johari Window I ………..

: Johari Window II ………

: Johari Window III ………..

: Kerangka Pemikiran ………

: Dokumentasi foto wawancara dengan salah satu

informan ……….……….

: Dokumentasi foto anggota GAYa Nusantara ...…...

16

16

17

31

95

95


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12

: Pedoman Wawancara dengan Informan ………..………

: Pedoman Wawancara dengan Keluarga Informan …………..…

:Hasil Wawancara Dengan Informan I ………..………...

: Hasil Wawancara Dengan Adik (Informan Yogi) ………..……

: Hasil Wawancara Dengan Ibu (Informan Yogi) ………

: Story Informan I : Yogi ………...

: Hasil Wawancara Dengan Informan II ……….……

: Hasil Wawancara Dengan Ibu (Informan Erick)) ...

: Story Informan II: Erick ………..

: Hasil Wawancara Dengan Informan III ………..….

: Hasil Wawancara Dengan Ayah (Informan Adi) ……….

: Story Informan III: Adi ……….…... 55 56 57 60 63 66 69 76 81 83 88 92


(12)

ABSTRAKSI

ACHMAD DELLY, SELF DISCLOSURE GAY DALAM

MENYAMPAIKAN HOMOSEKSUALITASNYAKEPADA KELUARGA.

Penelitian ini didasarkan pada fenomena percintaan kehidupan sekelompok orang yang memiliki penyimpangan seksual berbeda. Pada umumnya, manusia memiliki ketertarikan seksual terhadap lawan jenisnya. Seorang pria tertarik pada wanita atau sebaliknya wanita tertarik pada pria, mereka disebut sebagai kaum heteroseks. Namun, pada orang-orang tertentu penyimpangan seksual macam itu tidak ada atau berkadar kecil, mereka justru (lebih) tertarik pada sesama kaum Adam. Orang yang seperti ini dikelompokan dalam kaum yang disebut sebagai gay. Konstruksi sosial gay sendiri selama ini digambarkan sebagai suatu hal yang menyimpang bagi masyarakat heteroseksis, sehingga bagi gay sendiri mereka merasa lebih aman bila menyembunyikan identitas yang sesunguhnya.

Penelitian ini bertujuan untuk memahami pengggambaran self disclosure gay dalam menyampaikan homoseksualitasnya kepada keluarga,yang mengambil lokasi penelitian di GAYa Nusantara Surabaya. Teori Johari Window menjadi landasan dalam penelitian ini karena dapat menjelaskan bagaimana keterbukaan gay dalam menyampaikan homoseksualitasnya pada keluarga. Self disclosure (keterbukaan diri) itu sendiri dapat diartikan sebagai pemberian informasi tentang diri sendiri kepada orang lain atau suatu proses dimana seseorang membiarkan dirinya dikenal atau diketahui oleh orang lain.

Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Sedangkan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan studi pustaka/bahan dokumentasi dan wawancara secara mendalam (in dept interview) pada beberapa gay yang telah membuka diri kepada keluarga. Setelah itu, data-data diperoleh akan disajikan secara deskriptif. Dari data yang dianalisis, dapat disimpulkan bahwa gay yang melakukan self-disclosure tentang homoseksualitasnya kepada keluarga, mereka cenderung lebih terbuka kepada orangtua terutama ibu.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Berkomunikasi itu ternyata tidak mudah, tetapi komunikasi

adalah salah satu syarat mutlak bagi manusia dalam melakukan interaksi

dengan sesamanya. Termasuk komunikasi antara seseorang dengan

keluarganya. Komunikasi yang sering terjadi dalam keluarga adalah

komunikasi interpersonal atau disebut juga komunikasi antar pribadi,

salah satunya yaitu antara gay dengan keluarganya.

Walaupun kehidupan gay di Indonesia tidak mudah diterima,

tetapi berbicara mengenai masalah homoseksual tentunya sudah tak asing

lagi bagi masyarakat kita, bahkan terkadang menjadi bahan lelucon

dalam masyarakat kita apabila seseorang selalu terlihat selalu bepergian

dengan sesama jenis. Homoseksual sendiri tidak bisa begitu saja

dikatakan sebagai suatu penyakit ataupun kelainan jiwa, karena pada

dasarnya homoseksual merupakan suatu pilihan identitas. Jadi, bukan

sesuatu yang mudah untuk mengembalikan jati diri seseorang menjadi

heteroseksual, karena selain masalah pilihan hidup, para kaum

homoseksual ini merasa bahwa mencintai pasangan sejenis merupakan

sebuah panggilan jiwa. Bisa jadi apabila kaum homoseksual ini berusaha

untuk menjadi heteroseksual merupakan sebuah pengkhianatan perasaan,


(14)

dicintai. Seperti yang diungkapkan oleh Dianawati berikut ini:

Homoseksual sebenarnya bukan tergolong penyakit pada umumnya,

melainkan lebih cenderung kepada pilihan identitas seseorang. Oleh

karena itu, cara apapun yang digunakan untuk penyembuhannya tidak

selamanya akan berhasil. Seorang homoseksual akan sulit untuk diubah

menjadi heteroseksual, yaitu seseorang (laki-laki atau perempuan) yang

tertarik pada jenis orang yang berlainan jenis (Dianawati, 2003: 13).

Bisa diterima atau tidak dalam kehidupan kita ada sekelompok

orang yang memiliki penyimpangan seksual berbeda. Pada umumnya,

manusia memiliki ketertarikan seksual terhadap lawan jenisnya. Seorang

pria tertarik pada wanita atau sebaliknya wanita tertarik pada pria,

mereka disebut sebagai kaum heteroseks. Namun, pada orang-orang

tertentu penyimpangan seksual macam itu tidak ada atau berkadar kecil,

mereka justru (lebih) tertarik pada sesama kaum Adam. Orang yang

seperti ini dikelompokan dalam kaum yang disebut sebagai gay.

Dalam masalah seksualitas, sering terdengar istilah

homoseksualitas. Homoseksualitas merupakan “sesuatu yang unik”,

sehingga biasanya menarik untuk dibicarakan. Homoseksual adalah

ketertarikan pada orang lain yang berjenis kelamin sama, termasuk

didalamnya gay (sebutan pada laki-laki) dan lesbian (sebutan pada

perempuan). Namun, di Indonesia kata homoseks oleh awam hanya

dipakai untuk mengacu pada laki-laki homoseksual. Apabila dilihat dari


(15)

Hal ini mungkin berkaitan dengan beberapa hal, misalnya: perempuan

kurang eksresif dalam hal seksual dan cenderung tertutup, sementara

laki-laki dianggap lebih terbuka dan bebas.

Beberapa tahun terakhir ini juga dipakai istilah gay, yang

merupakan kata serapan dari bahasa inggris. Istilah gay ini lebih

mengacu pada homoseksual laki-laki. Dalam benak masyarakat kita,

lazimnya seorang gay merupakan sosok laki-laki heteroseksual, begitu

macho, bersih dan sangat terawat. Terkadang sangat sulit membedakan

lelaki homoseksual dengan lelaki heteroseksual, karena secara fisik

penampilannya hampir sama dengan lelaki normal pada umumnya,

seorang gay atau lelaki homoseksual tetap menunjukkan garis tegas

seorang laki-laki, gagah dan begitu mempesona terutama bagi kaum

hawa.

Di industri hiburan misalnya, Josh Peter sebagai seorang publik

figur yang kita kenal di dunia entertainment dengan nama Jupiter

Fortissimo. Mantan coverboy sebuah majalah remaja yang terjebak di

dunia narkoba, kehidupan seks bebas dan bahkan mengalami disorentasi

seksual. Josh mengaku saat usia 6 tahun pernah mengalami pelecehan

seksual dengan orang dekat yang dipercaya ibunya sebagai pengasuh

yang akhirnya menyebabkan dia terjerumus ke dalam kehidupan gay.

Josh Peter dengan berat hati saat itu menceritakan kepada ibunya dan


(16)

Fenomena percintaan antara pasangan gay tentunya sudah

sangat akrab di telinga masyarakat kita. Walaupun masih sangat tabu

dalam budaya kita, tetapi selalu saja menarik untuk dibicarakan. Banyak

sekali hal-hal yang membuat masyarakat penasaran mengapa dua

makhluk yang berjenis kelamin sama ini bisa saling jatuh cinta. Pada

kaum gay, biasanya dalam menjalin hubungan mereka meniru gaya

berhubungan kaum heteroseksual. Bentuk kasih sayang di antara mereka

terjadi selayaknya pria dan wanita pada pasangan heteroseksual, mereka

saling memberi perhatian dan mengisi satu sama. Untuk menjalani

sebuah hubungan khusus bagi pasangan gay bukanlah hal yang mudah,

mereka harus berhadapan dengan norma-norma agama dan masyarakat

yang sangat menentang hubungan sesama jenis.

Dalam Al-Quran kasus homoseksual sendiri sudah ada sejak

zaman Nabi Luth, AS yang terdapat dalam surat Asy-Syu’ara ayat

165-166 : Mengapa kamu mendatangi jenis laki-laki diantara manusia

(berbuat homoseks) QS: Asy-Syu’ara:165. Dan kamu tinggalkan (perempuan) yang diciptakan Tuhan untuk menjadi istri-istri kamu. Kamu (memang)orang-orang yang sudah melampaui batas. QS : Asy-Syu’ara: 166. Maka ketika keputusan Kami datang, Kami

menjungkirbalikan negeri kaum Luth, dan Kami hujani mereka bertubi-tubi dengan batu dari tanah yang terbakar, yang diberi tanda oleh Tuhanmu. Dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang yang zalim. QS:


(17)

Hud: 82-83. Hal ini berarti seorang gay melakukan sesuatu tidak pada

tempatnya, jelas hukumnya haram dan dilarang agama.

Perbedaan homoseksual (sebutan kepada orang-orang yang

secara seksual lebih tertarik pada orang yang memiliki jenis kelamin

yang sama) dan waria, sebenarnya penyimpangan seksual mereka ini

tidak memiliki perbedaan. Mereka tertarik pada sesama jenis hanya saja

ada beberapa hal yang membuat keduanya berbeda satu sama lain, yaitu

penampilan gay secara fisik sama seperti pria, secara fisik waria ingin

berpenampilan seperti wanita, dan secara pskologis dia mengidentifikasi

dirinya sebagai wanita. Para waria secara biologis adalah pria dengan

organ reproduksi pria, memang ada beberapa waria yang kemudian

berganti kelamin lewat operasi akan tetapi organ reproduksi yang ‘baru’

itu tidak bisa berfungsi seperti organ reproduksi wanita. Misalnya dia

tidak bisa haid dan hamil karena tidak mempunyai sel telur dan rahim

Membuka diri kepada orang lain tentang homoseksualitasnya

sebagai gay merupakan bentuk independensi terhadap diri sendiri sebagai

sebuah pribadi yang utuh. Di Indonesia, sikap membuka diri memiliki

tantangan sendiri. Perasaan takut kerapkali hadir sebagai alasan dalam

pengambilan keputusan untuk membuka diri atau tidak, seperti takut

dijauhi teman dan dikucilkan keluarga, takut dicap pendosa sebagai umat

beragama,serta dianggap tidak “normal” dalam lingkungan masyarakat

heteroseksual karena tidak memiliki keluarga dan mempunyai keturunan.


(18)

diri, permasalahan yang sama yang dihadapi kaum gay secara umum

yaitu perasaan terkungkung atas jati diri yang mereka miliki sehingga

merasa kesulitan untuk mengaktualisasikan diri mereka sebagai seorang

gay, akan tetapi biasanya gay memperoleh kebahagiaan setelah

keluarganya menerima dan mengetahui jati dirinya.

Penelitian ini sendiri berusaha menggambarkan bagaimana

self-disclosure tentang homoseksualitas yang dilakukan oleh gay kepada

keluarganya. Dengan melakukan self-disclosure tentang homoseksualitas

oleh gay kepada keluarga,berarti akan terjadi perubahan sikap, artinya

anggota keluarganya dapat saja menolak keberadaan mereka. Atau bisa

saja anggota keluarganya tetap menerima gay tersebut karena

menganggap hal itu sesuatu yang biasa, sehingga kehidupan gay dapat

terus berjalan. Keluarga berperan penting dalam proses pemahaman dan

penerimaan identitas setiap individu. Apabila keluarga mendukung setiap

individu, maka seseorang akan menjadi pribadi yang kuat dan mampu

tumbuh secara optimal. Individu-individu kaum gay pun lahir dari sebuah

keluarga, ada individu yang tumbuh dan berkembang dalam kehangatan

cinta kasih secara apa adanya. Adapula individu yang terpaksa menutup

diri dalam keluarga karena penyimpangan seksual yang berbeda, bahkan

sering kali individu mengalami penolakan saat bersikap terbuka pada

keluarga.

Banyak sikap dan cara dari masing-masing keluarga dalam


(19)

seorang homo atau gay. Tentunya hal itu tidak terlepas dari cara gay

tersebut berinteraksi dan menyikapi respon keluarga atas pilihan seksnya

sebagai gay. Tak bisa ditampik bahwa penerimaan keluarga memang bisa

sangat beragam, tergantung berbagai situasi dan kondisi dalam keluarga

tersebut yang wujud penerimaan tersebut adalah berupa kedekatan antar

anggota keluarga. Mayoritas gay mengaku dekat dengan ibu dan saudara

perempuan. Seorang gay yang diterima oleh keluarganya, merasa tidak

ada perlakuan berbeda dengan saudara yang lain, mereka merasa

nyaman, tenang dan bahagia. Sebaliknya bagi gay yang belum diterima

dan dipahami oleh keluarganya merasa seperti orang asing yang jauh dari

perasaan damai ketika berada ditengah keluarga. Menarik juga untuk

disimak mengenai sikap keluarga ketika menghadapi reaksi tetangga

sekitar dan orang-orang terdekat. Ada keluarga yang menaggapi dengan

nada emosi apabila ada komentar negatif, ada pula yang berusaha

memberi pengertian bahwa keluarganya yang sebagai seorang gay sama

saja dengan anggota keluarga yang lain. Ada juga yang memilih bersikap

acuh tak acuh selama orang lain tidak bertindak buruk dan merugikan

keluarga mereka, karena menurut sebagian kaum gay yang sudah

menjalani serta melewati self disclosure dirinya merasa bangga sekali

sebagai gay, karena menjadi gay tidaklah mudah, sebab tidak bisa lepas

dari stigma dan diskriminasi di masyarakat.

Secara praktis orang cenderung untuk tidak melakukan


(20)

ditimbulkannya. Contoh,misalnya jika seorang gay tetap menutup dirinya

dengan tidak menyatakan ke-homoseksualitasannya maka dia tidak akan

mengalami kerugian-kerugian baik secara personal dan hubungannya

dengan orang lain ataupun resiko pekerjaan dalam lingkungan yang

menolak keberadaan gay. Dapat saja seorang eksekutif muda yang sukses

baik secara hubungan dan karir, tiba-tiba harus kehilangan semuanya

hanya karena dia ketahuan seorang gay dan relasi maupun perusahaan

tidak dapat menerima keadaan tersebut. Oleh karena itu dalam

melakukan self-disclosure pun seseorang tidak dapat begitu saja memilih

semua orang untuk membuka rahasia yang disimpannya.

Munculnya GAYa Nusantara adalah salah satu bentuk usaha

yang dilakukan kaum gay di wilayah Surabaya dan sekitarnya untuk

berani terbuka dan mulai membuka diri dan membaur bersama

masyarakat. Sebagai lokasi penelitian ini, peneliti memilih Kota

Surabaya, dengan pertimbangan bahwa Surabaya merupakan kota

metropolitan terbesar kedua setelah Jakarta juga mempunyai sisi-sisi

yang sarat dengan kehidupan homoseksual, di samping itu Surabaya

merupakan kota tempat dimana GAYa Nusantara (GN) sebagai

organisasi yang mewadahi gay di Indonesia tumbuh untuk pertama


(21)

1.2. Rumusan Masalah

Dari masalah diatas dapat dirumuskan permasalahan penelitian

ini yaitu : Bagaimanakah self-disclosure gay dalam menyampaikan

homoseksualitasnya kepada keluarga?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk

menggambarkan self-disclosure gay dalam menyampaikan

homoseksualitasnyakepada keluarga?

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari pelaksanaan penelitian ini

terbagi ke dalam dua macam, yaitu :

a. Manfaat Teoritis,

Diharapkan melalui penelitian ini, maka kajian ilmu komunikasi

terutama dalam kajian tentang komunikasi interpersonal yang

berkaitan dengan self-disclosure. Melalui self-disclosure seseorang

akan lebih cermat memandang dirinya dan orang lain, sehingga efek

positifnya akan menciptakan mental yang sehat bagi dirinya, selain

itu self disclosure pun mempunyai efek negatif bagi suatu hubungan


(22)

10

b. Manfaat Praktis,

Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dari

pentingnya self-disclosure dalam komunikasi interpersonal, terlebih

jika yang diungkapkan tersebut adalah hal-hal yang dianggap riskan

seperti masalah homoseksual (penyimpangan/plihan seks) sebagai

seorang gay, sehingga melalui hasil penelitian ini diharapkan

berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam melakukan

self-disclosure, apakah sebaiknya melakukan atau tidak melakukan


(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan batasan terhadap

permasalahan, maka pada penelitian ini juga digambarkan teori-teori

yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat agar diperoleh suatu

gambaran awal dari fenomena yang di teliti.

2.1.1 Self-disclosure.

Pengungkapan diri atau dalam bahasa inggris "self-disclosure"

dapat diartikan sebagai pemberian informasi tentang diri sendiri

kepada orang lain. Informasi yang diberikan tersebut dapat

mencakup berbagai hal seperti pengalaman hidup, perasaan, emosi,

pendapat, cita-cita, dan lain sebagainya. Pengungkapan diri haruslah

dilandasi dengan kejujuran dan keterbukaan dalam memberikan

informasi, atau dengan kata lain apa yang disampaikan kepada orang

lain hendaklah bukan merupakan suatu topeng pribadi atau

kebohongan belaka sehingga hanya menampilkan sisi yang baik saja

(Tubbs & Moss,1996).

Tidak semua topik pembicaraan dapat diketahui orang lain, ada

beberapa topik yang mudah diungkapkan dan ada pula yang


(24)

kecenderungan yang berbeda dalam hal ini, seorang gay yang berani

terbuka kepada keluarganya mengenai homoseksualitasnya. Hal-hal

yang sering dibicarakan dalam self disclosure adalah : (DeVito,1999)

1. Tentang sikap

2. Tentang opini, baik mengenai politik maupun seks

3. Tentang orang-orang terdekat

4. Tentang seks, meliputi : penyimpangan seks, khayalan seks

maupun pengalaman seks dll.

5. Tentang Kebiasaan.

6. Tentang keadaan fisik

7. Tentang tujuan hidup sendiri

8. Tentang pengalaman hidup, dan

9. Tentang perasaan, meliputi perasaan bahagia maupun senang.

Meski diakui bahwa pengungkapan diri sangat penting bagi

perkembangan individu, namun sebagian orang masih enggan untuk

melakukannya. Pada dasarnya keengganan atau kesulitan individu

dalam mengungkapkan diri banyak dilandasi oleh faktor resiko yang

akan diterimanya di kemudian hari, di samping karena belum adanya

rasa aman dan kepercayaan pada diri sendiri. Resiko yang dimaksud

dapat berupa bocornya informasi yang telah diberikan pada

seseorang kepada pihak ketiga padahal informasi tersebut dianggap

sangat pribadi oleh si pemberi informasi, atau bisa juga informasi


(25)

dapat mengganggu hubungan yang sebelumnya sudah terjalin dengan

baik.

Selain itu pengungkapan diri pada orang atau kondisi yang

tidak tepat justru akan menjadi bumerang bagi si pemberi informasi.

Selain faktor resiko, faktor pola asuh juga berperan penting. Dalam

keluarga atau lingkungan yang tidak mendukung semangat

keterbukaan dan kebiasaan berbagi informasi maka individu akan

sulit untuk bisa mengungkapkan diri secara tepat. Itulah sebabnya

mengapa sebagian orang amat sulit berbagi informasi dengan orang

lain, sekali pun informasi tersebut sangat positif bagi dirinya dan

orang lain (Tubbs&Moss,1996).

Meskipun pengungkapan diri mengandung risiko bagi si pelaku

(pemberi informasi) namun pengungkapan diri sangatlah penting.

Hal ini didasarkan pada pendapat yang mengatakan bahwa

pengungkapan diri (yang dilakukan secara tepat) merupakan indikasi

dari kesehatan mental seseorang. Penelitian menunjukkan bahwa

individu yang mampu mengungkapkan diri secara tepat terbukti

lebih mampu menyesuaikan diri (adaptive), lebih percaya pada diri

sendiri, lebih kompeten, extrovert, dapat diandalkan, lebih mampu

bersikap positif dan percaya terhadap orang lain, lebih obyektif dan

terbuka (Madison,1991).

Selain itu berbagi informasi dengan orang lain dapat


(26)

masalah-masalah psikologis yang menyangkut hubungan. Dari segi

komunikasi dan pemberian bantuan kepada orang lain, salah satu

cara yang dianggap paling tepat dalam membantu orang lain untuk

mengungkapkan diri adalah dengan pembukaan diri kita kepada

orang tersebut terlebih dahulu. Dengan adanya penyingkapan jati

diri, maka seseorang akan mendapatkan dampak yang positif dan

negatif. Positif dalam artian sama dengan mendapatkan keuntungan,

dan negatif berarti mendapatkan kerugian yang akan diterima oleh si

pelaku self-disclosure tersebut nantinya setelah melakukannya.

Beberapa respon positif /negatif yang diperoleh tersebut antara lain :

(De Vito, 1999)

1. Pengetahuan tentang diri, melalui self-disclosure kita

menemukan perspektif baru pada diri kita, pemahaman yang

lebih mendalam dari perilaku kita sendiri.

2. Kemampuan untuk mengatasi (keadaan), melalui self-disclosure

akan ada peningkatan kemampuan yang berhubungan dengan

masalah-masalah yang kita hadapi, terutama

kesalahan-kesalahan.

3. Komunikasi yang efektif, melalui self-disclosure kita dapat

meningkatkan komunikasi yang efektif.

4. Hubungan yang lebih berarti, melalui self-disclosure membantu

kita menerima hubungan yang lebih dekat dengan orang dimana


(27)

5. Kejiwaan yang sehat, melalui self-disclosure kita secara tidak

langsung melindungi tubuh kita dari stress.

Mendapatkan respons yang negatif seperti :

1. Kerugian secara personal.

Apabila dia mengungkapkan jati diri nya kepada keluarga tentang

seksualitasnya yang menyimpang resikonya adalah dia dikucilkan

oleh keluarganya, di cemooh bahkan tidak diakui keberadaanya

dan terjadi pemutusan tali persaudaraan maka secara personal dia

rugi karena hubungannya dengan keluarganya memburuk atau

menjauh.

2. Kerugian dalam hubungan.

Dalam hubungan berpacaran seorang gay yang mengaku ke pada

kekasihnya yang seorang perempuan normal, maka kemungkinan

dia ditinggalkan oleh kekasihnya.

3. Kerugian dalam pekerjaan

Jika didalam pekerjaan tidak menutup kemungkinan dia dipecat

karena perusahaan tidak mau menerima atau mempekerjakan

seorang gay seperti yang terjadi dalam film “Queer As Folk”

dimana dalam film tersebut diceritakan bahwa seorang gay

bernama Brian yang melakukan self-disclosure akhirnya harus

kehilangan karirnya sebagai direktur sebuah perusahan ternama di


(28)

diakui lagi sebagai bagian dari mereka atau istilah lainnya adalah

pemutusan tali persaudaraan.

Rakhmat (2000) menuliskan bahwa dengan membuka diri atau

melakukan self-disclosure, pandangan kita tentang diri sendiri

menjadi lebih dekat pada kenyataan. Bila pandangan kita tentang diri

sesuai dengan pengalaman yang ada, maka kita akan lebih terbuka

untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan-gagasan baru,

lebih cenderung menghindari sikap defensive, dan lebih cermat

memandang diri kita dan orang lain. Dalam Johari Window

diungkapkan tingkat keterbukaan dan tingkat kesadaran tentang diri

kita. Beberapa bentuk dari Johari Window adalah sebagai berikut:

Publik (diketahui orang lain)

Privat

(Tidak diketahui orang lain)

Gambar 2.1. Johari Window I Jalaluddin Rakhmat, psikologi komunikasi (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000,p.107)

Sebelah atas jendela menunjukkan aspek diri kita yang

diketahui orang lain-public self, sedangkan sebelah bawah adalah

aspek diri yang tidak diketahui orang lain–private self.

Diri yang kita ketahui

Diri yang tidak kita ketahui Gambar 2.2. Johari Window II, Jalaluddin Rakhmat, psikologi komunikasi (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000,p.107)


(29)

kedua jendela tersebut digabung menjadi Jendela Johari yang

lengkap dengan masing-masing daerah yaitu : “terbuka” (open),

“buta” (blind), “tersembunyi” (hidden), dan “tidak dikenal”

(unknown). Kita Ketahui Tidak kita ketahui DIRI TERBUKA

(diketahui oleh diri sendiri dan diketahui oleh orang lain)

DIRI BUTA

(tidak diketahui oleh diri sendiri

tetapi diketahui oleh orang lain) Publik DIRI TERSEMBUNYI /RAHASIA

(diketahui oleh diri sendiri tetapi tidak diketahui oleh orang lain)

DIRI GELAP

(tidak diketahui oleh diri sendiri maupun oleh orang lain)

Privat

Gambar 2.3. Johari Window III Jalaluddin Rakhmat, psikologi komunikasi (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000,p.108)

Penjelasan dari gambar di atas adalah :

a) Kuadran terbuka (I), DIRI TERBUKA

Pada wilayah ini kepribadian, kelebihan dan kekurangan yang

terdapat pada diri kita selain diketahui oleh diri sendiri juga

diketahui oleh orang lain. Oleh karena itu jika wilayah terbuka

ini makin melebar dalam arti kita dapat memahami orang lain

dan juga orang lain dapat memahami diri kita maka akan

terjadi komunikasi yang mengena. Misal : terbuka terhadap

dunia sekelilingnya, potensi diri disadari, perasaan dan

pikirannya terbuka untuk pengalaman-pengalaman hidup yang


(30)

b) Kuadran buta (II), DIRI BUTA

Diri buta berisikan informasi tentang diri kita yang diketahui

orang lain tetapi kita sendiri tidak mengetahuiya. Oleh karena

itu, kalau wilayah buta makin melebar dan mendesak wilayah

lain maka akan terjadi kesulitan komunikasi. Misal:

perasaannya kurang terbuka, kurang luas cara pandang dan

variasi hidupnya dan sebagainya.

c) Kuadran tersembunyi (III), DIRI TERSEMBUNYI

Pada wilayah tersembunyi, semua hal yang kita miliki

tersembunyi sehingga tidak diketahui oleh orang lain. Ada dua

konsep yang erat hubungannya dengan wilayah ini :

- Over disclose, yaitu sikap yang terlalu banyak

mengungkapkan sesuatu sehingga hal-hal yang seharusnya

disembunyikan juga diutarakan.

- Under disclose, yaitu sikap yang menyembunyikan sesuatu

yang seharusnya dikemukakan.

d) Kuadran tidak dikenali (IV), DIRI GELAP/TIDAK DIKENAL

Kuadran ini merupakan wilayah yang paling kritis dalam

komunikasi. Karena selain diri kita yang tidak mengenal diri

kita sendiri, orang lain juga tidak mengetahui siapa kita. Ini

adalah informasi yang tenggelam dialam bawah sadar atau


(31)

2.1.1.1 Keluasan dan Kedalaman Hubungan Berbeda-beda

Hubungan dapat diuraikan menurut topik yang

dibicarakan, oleh dua orang atau lebih yang mereka lekatkan

pada topik tertentu. Banyaknya Topik yang dibicarakan

hubungan antarpribadi berbeda-beda dalam hal keluasan

(breadth) dan kedalaman (depth). Jenis hubungan yang lebih

akrab, topik yang dibicarakan lebih luas, tetapi hubungan yang

lebih dekat lagi topik yang dibicarakan sampai mendalam. Ini

adalah hubungan antara seseorang dengan kekasih, orang tua,

atau saudara kandung. Bila pengungkapan diri yang bersifat

intim dilakukan pada tahap awal suatu hubungan, kita merasa

ada yang janggal pada orang yang melakukannya. Bila

hubungan berkembang ke tingkat yang akrab dan kuat, baik

keluasaan dan kedalaman meningkat, dan peningkatan ini

dipandang nyaman,normal, dan alamiah (De Vito, p.237-238).

2.1.2 Pengertian Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka antar dua

orang atau beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan

pesan secara langsung, dan penerima pesan dapat menerima dan

menanggapi secara langsung pula (Agus M. Hardjana:2003, p.85).

Komunikasi interpersonal disebut efektif apabila penerima


(32)

kenyataanya sering terjadi kesalahpahaman dalam komunikasi sebab

cara penerima menangkap makna suatu pesan berbeda dari apa yang

dimaksud oleh pengirim, karena pengirim pesan gagal

mengkomunikasikan maksudnya dengan tepat (Supratiknya,1995).

2.1.3 Keluarga

2.1.3.1 Definisi Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri

dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan

tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling

ketergantungan, saling mempengaruhi, saling memperhatikan

dan saling menyerahkan diri. (Depkes RI,1998). Biasanya

anggota keluarga hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap

memperhatikan satu sama lain dan berinteraksi satu sama lain

Keluarga dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

keluarga inti (nuclear family) merupakan keluarga yang terdiri

dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum dewasa atau belum

menikah. Sedangkan keluarga besar (extended family) adalah

satuan keluarga yang meliputi lebih dari suatu generasi dan satu

lingkungan kaum keluarga yang lebih luas dari satu generasi

atau satu lingkungan kaum yang lebih luas daripada ayah, ibu


(33)

Peranan individu dalam keluarga didasari oleh perilaku dari

keluarga. Ayah sebagai suami dari istri, berperanan sebagai

pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman,

sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok

sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai

peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan

pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu

kelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga dapat

berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

Anak-anak melaksanakan peranan sesuai dengan tingkat

perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

2.1.3.2 Komunikasi Keluarga

Keluarga sangat berperan bagi perkembangan anak. Praktisi

Henny Supolo mengatakan bahwa persentuhan anak yang

pertama adalah dengan keluarga. Komunikasi sangat penting

untuk membina sebuah hubungan dalam keluarga, sebab tanpa

komunikasi, hubungan–hubungan yang akrab antar keluarga

tidak dapat terjalin atau tetap hidup.

Sebuah penelitian menunjukan bahwa 70% dari waktu


(34)

dan 30% dari waktu tersebut digunakan untuk berbicara.

Berbicara adalah elemen yang terpenting, sebab pembicaraan

adalah sarana yang dapat mempererat hubungan keluarga.

Tujuan dari suatu komunikasi keluarga bukanlah sekedar

menyampaikan informasi, melainkan membentuk sebuah

hubungan yang baik dengan orang lain. Kualitas hubungan antar

anggota keluarga tersebut tergantung pada kesanggupan

seseorang untuk menyatakan diri kepada orang lain, dengan

komunikasi antara seseorang dengan keluarganya menunjukan

bahwa adanya penerimaan atau penolakan dari keluarganya

(Shinta, 2001).

2.1.4 Gay

2.1.4.1 Pengertian Gay

Gay adalah istilah laki-laki yang mempunyai

kecenderungan untuk tertarik secara emosional ataupun

perasaan dengan orang lain yang juga berjenis kelamin

laki-laki. Para gay cenderung menganggap bahwa pilihan atau

penyimpangan seksualnya adalah kodrat genetik/ilahi, dimana

gay tersebut menyebut diri sesuai dengan pilihan seksual orang

pada umumnya. Seorang gay sangat peduli dengan

penampilannya dan juga memperhatikan apa-apa saja yang


(35)

2.1.4.2 Ciri-ciri Gay Secara Umum

Gay umumnya suka memakai baju yang ketat, biar

keliatan lekuk tubuhnya. Karena bentuk body bagi seorang gay

adalah nilai jual tersendiri. Umumnya, para gay lebih senang

memakai warna mencolok. Saat ngobrol, bisa diketahui melalui

gaya bicaranya. Umumnya, para gay ini terlihat sangat feminim

dan perhiasan yang dikenakannya pun cenderung "ramai" yang

merupakan alat komunikasi sesama gay.

Selain itu para gay umumnya juga suka berpenampilan

yang rapi, modis dan dandy, dan memakai parfum yang baunya

sangat wangi. Ciri lainnya, mereka selalu tertarik pada aktivitas

yang biasanya dilakukan wanita. Pribadi mereka cenderung

pendiam, tertutup, tidak suka bergaul dengan banyak orang.

Berbicara seadanya dan cenderung lembut. Tapi, banyak juga

para gay yang sulit dikenali secara umum, karena mereka

cenderung memiliki ciri khas tersendiri.

Berdasarkan pengalaman peneliti yang pernah didekati

oleh seorang gay. Pada awalnya, peneliti tidak menaruh curiga

kepada sosok teman yang baru dikenal itu adalah seorang gay.

Karena peneliti berkenalan di sebuah tempat fitnes. Gay

tersebut memiliki perawakan yang bagus. tinggi, besar,

maskulin, dan tampan seperti seorang fitnes trainer, tidak ada


(36)

Namun, setelah beberapa kali berbincang-bincang dan

berteman dengannya. Peneliti baru menemukan suatu

kecurigaan pada sosok pria ini, karena selama bicara yang

berulang-ulang kali, ternyata pria ini membicarakan hal-hal

yang berbau homo. Awalnya memang tidak nampak. Tapi

lama-kelamaan, peneliti mengenali dari bahan pembicaraannya.

Padahal, sikap dan pakaiannya seperti orang straight. Dari sini

peneliti dapat mengenali bahwa tidak semua kaum gay itu bisa

benar-benar dikenali dari cara pakaian, aksesoris dan gaya

mereka.

2.1.5 Homoseksual

2.1.5.1 Pengertian tentang Homoseksual.

Seseorang dikatakan homoseksual yaitu jika

penyimpangan seksual mereka mengacu pada sesama jenis.

Penyimpangan seksual dalam hal ini yaitu rasa ketertarikan

dalam hal seksual dengan obyek yang sesama jenis.

Homoseksualitas adalah kesenangan yang terus-menerus

terjadi dengan pengalaman erotis yang melibatkan kawan

sesama jenis, yang dapat atau mungkin saja tidak dapat

dilakukan dengan orang lain. Atau dengan kata lain,

homoseksualitas membuat perencanaan yang disengaja untuk


(37)

Pengertian Homoseksual dalam kamus bahasa inggris:

The word homosexuality has acquired multiple meanings over time. In the original sense, it describes a sexual orientation

characterised by lasting aestheticattraction, romantic love, or

sexual desire exclusively for others of the same sexor gender.

Homosexuality is usually contrasted with heterosexuality and bisexuality. The term gay is used predominantly to refer to

homosexual males (Madison,1991). (Kata homoseksualitas

sudah mendapatkan banyak arti selama waktu berlalu sampai

saat ini. Sebenarnya, kata tersebut menggambarkan

penyimpangan seksual, dikarakterkan dengan ketertarikan

emosional, cinta romantis atau nafsu seksual yang khususnya

pada jenis kelamin yang sama dan gender yang sama.

Homoseksualitas biasanya kontras dengan heteroseksual dan

biseksual.

2.1.5.2 Penyebab Homoseksual.

Menurut Budi, aktivis Gaya Nusantara dalam sebuah

tulisan di GN Online (Oetomo,2001). Ada dua hal yang

menyebabkan orang menjadi homoseksual. Pertama, faktor

bawaan atau gen, yaitu adanya ketidakseimbangan jumlah

hormon pada diriseseorang sejak lahir. Jumlah hormon wanita


(38)

diri kewanitaan biasanya lebih kuat, sehingga mereka

cenderung berperilaku feminin dan selalu tertarik terhadap

aktivitas yang dilakukan wanita. Laki-laki yang menjadi

homoseks karena faktor tersebut biasanya tidak bisa kembali

menjadi laki-laki dalam arti sebenarnya. Tapi, sifat homoseks

tersebut bisa berkurang frekuensinya. Tentunya, diperlukan

usaha yang keras. Misalnya, tidak bergaul lagi dengan kaum

homo, punya keyakinan yang kuat, dan harus tahan segala

godaan. Sedangkan yang kedua adalah faktor lingkungan,

yaitu komunitasnya lebih sering bertemu dengan laki-laki dan

amat jarang bertemu dengan wanita. Selain itu, ada juga dari

mereka yang terlibat dalam kehidupan homo semata-mata

karena gaya hidup dan materi.

Biasanya mereka berawal dari coba-coba untuk

berhubungan dengan sesama jenis dengan imbalan uang. Jenis

homo ini bisa hilang bila mereka telah menemukan pasangan

hidup wanita atau mereka keluar akibat terkena penyakit

kelamin. Orang tersebut dapat kembali menjadi sebagai lelaki

sepenuhnya apabila dia punya komitmen yang kuat untuk

menjauhi segala macam hal yang berhubungan dengan

kehidupan homo. Namun pada umumnya orang meninjau

penyebab seseorang menjadi homoseksual, yaitu :


(39)

2. Pengalaman seksual yang buruk pada masa kanak-kanak,

yaitu adanya gangguan perkembangan psikoseksual pada

masa anak-anak

3. Pengaruh Lingkungan Keadaan lingkungan yang

memungkinkan dan mendorong pasangan sesama jenis

menjadi erat.

2.1.6 Tempat Ngeber (tempat berkumpul/nongkrong) gay

Dalam sebuah situs di GN online, peneliti mencari tahu

tempat-tempat di mana gay berkumpul (sebagian dari kaum gay menyebutnya

"ngèbèr") maupun bertemu di berbagai penjuru Nusantara. Berbagai

tempat umum digunakan kawan-kawan kita untuk berkumpul: salon,

kafe, warnet, bar, pub, diskotek, taman, tepi jalan, pendek kata tempat

keramaian umumnya, yaitu:

1. Pataya, terletak di Jl. Kangean (jogging track belakang Hotel Gubeng Jl. Sumatra, samping Kalimas.Gay berondong sampai

dewasa berkumpul 24 jam. Pada siang hari kebanyakan gay dewasa

pekerja kantor, dan mulai ramai pada pukul 12.00 saat istirahat

kantor s/d sore. Dan pada malam hari mulai ramai pukul 22.00

sampai dini hari.

2. CALFOR (singkatan dari “California”), terletak di sepanjang jembatan Delta menuju WTC, hingga depan Hotel Plaza Surabaya.


(40)

3. TAMAN EDEN, terletak Jl. Ketabang Kali samping Kalimas, depan Grand City Mall. komunitas gay, kebanyakan karyawan

kantor yang baru pulang kerja. Biasanya sekitar pukul 17.00 s/d

22.00.

4. TEXAS Terminal Joyoboyo, lokasinya di depan Polsek Joyoboyo. Gay dewasa biasa berkumpul pukul 21.00 s/d 24.00, setiap hari.

5. TAMAN BUNGKUL, terletak diJl. Raya Darmo. Gay berondong s/d dewasa biasa berkumpul sekitar pukul 21.00 s/d Pukul 4 Pagi.

6. TERMINAL BUNGURASIH (PURABAYA), terletak Jl. Mayjen Sutoyo, Waru, tempat parkir bus. Kebanyakan gay dewasa dan

terbuka pada pukul 21.00 sampai pagi.

7. PIJAT KHUSUS LAKI-LAKI, Lihat di Koran MEMORANDUM di kolom pijat kebugaran. Ada yang dikoordinir ada yang individu.

Bisa dipanggil dan bisa di tempat.Tarif negosiasi. Lebih kurang 20

tempat.

8. WARNET yang sering dikunjungi teman-teman Gay a. URGENT Jl. Pemuda depan Hotel Tunjungan. b. ARF NET Jl.Dharmawangsa 84

9. Desparado Mexican Bar, yang terletak di Shangri-La Hotel Jalan Mayjen Sungkono. Kalangan Gay berkumpul setiap Jumat dan

sabtu malam, berbaur dengan kalangan hetero lainnya.

10.Red Top Cabaret, yang terletak di dekat stasiun semut. Kalangan gay yang berkumpul berbaur dengan kalangan hetero lainnya.


(41)

11.Stastion Top 10, yang terletak di lantai 6 Tunjungan Plaza. Kalangan gay bekumpul setiap hari Jumat dan Sabtu Malam dan

berbaur dengan kalangan hetero lainnya.

12.Studio East Discoutique, yang terletak di lantai 4 Wisma Andhika Jalan Simpang Dukuh. Kalangan gay berkumpul pada hari Kamis

malam mulai mulai dari jam 22.00. Pada malam itu biasanya ada

pertunjukan khusus yang dilakukan oleh kalangan Gaya Nusantara

dan Ellite Model Group.

13. Excelso Café, Surabaya Plaza, Galaxy Mall dan Plaza Tunjungan 3, para gay biasanya berkumpul.

14. Surabaya Plaza, Jalan Pemuda dekat Hotel Garden Palace dan Plaza Hotel. Kaum gay cenderung berkumpul di lantai 2 dekat

cellini boutique.

15.Tunjungan plaza I, II,II, terletak di Jalan Embong Malang. Khususnya di dekat Toko Gunung Agung, Food Court.

16.Atlas gymnasium, yang terletak di Jalan Darma Husada Indah Barat III no.64-67.

17. Graha residence, Sheraton Healty Club, Klub Primalaras Darmo Grande dan Hotel Narita.


(42)

2.2 Konsep Makna

Komunikasi yang sering terjadi dalam keluarga adalah komunikasi

interpersonal atau disebut juga komunikasi antar pribadi, salah satunya yaitu

antara gay dengan keluarganya (orangtua, dan saudara/kakak-adik). Jika

pesan yang disampaikan berkenaan dengan hal-hal yang wajar tidak akan

mejadikan masalah yang berarti. Namun bagaimana jika pesan yang akan

disampaikan kepada keluarganya berkenaan dengan penyampaian

pilihan/penyimpangan seks yang tidak lazim atau tidak sewajarnya. Agar bisa

diterima di lingkungan keluarganya mereka cenderung untuk menutupi

identitas seksual mereka yang lebih menyukai laki-laki. Akan tetapi

adakalanya terdapat juga beberapa dari mereka membiarkan dirinya diketahui

sebagai seorang gay untuk kalangan tertentu. Untuk itu mereka melakukan

self-disclosure kepada keluarganya tersebut dengan menanggung segala

resikonya. Jika sebagai seorang gay dia ditolak,maka dia akan mengalami

kerugian yaitu dikucilkan dan tidak diakui keberadaanya. Akan tetapi jika dia

diterima sebagai gay oleh keluarganya, maka akan tetap terjalin hubungan


(43)

31

2.3 Kerangka Pemikiran

Konstruksi Sosial Gay di Masyarakat

Dimasyarakat yang menjunjung tinggi heteroseksual, gay dianggap

sebagai perilaku menyimpang

Kehidupan Gay

di Indonesia Terbuka

Tertutup

Komunikasi Interpersonal Tidak membiarkan orang

lain mengetahui dirinya sebagai Gay

Melakukan Self disclosure kepada keluarganya (orangtua, saudara dengan

menceritakan bahwa dirinya seorang gay

Penelitian tentang self-disclosure gay dalam menyampaikan homoseksual litasnya kepada keluarga

Keterangan: Gay yang secara terang-terangan membuka

ke-homoseksualitasannya kepada keluarga mereka dengan menanggung segala resikonya.


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif.

Menggunakan metode deskriptif karena penelitian bertujuan untuk

menjelaskan secara sistematis mengenai berbagai aspek seorang individu,

suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), dimana tujuannya adalah

memberikan pandangan yang lengkap dan mendalam mengenai subyek

yang diteliti (Mulyana, 2001, p. 201). Sedangkan Penelitian dengan

menggunakan pendekatan kualitatif, dijelaskan oleh Bogdan dan Taylor

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari gejala-gejala yang diamati

(Moleong,2001,p.3). Pendekatannya diarahkan pada latar dan individu

tersebut secara holistik (menyeluruh). Jadi dalam hal ini tidak boleh

mengisolasi individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis,

tetapi perlu memandangnya secara menyeluruh.

Salah satu karakteristik penelitian kualitatif menurut David D.

William disebutkan lebih tertarik menelaah fenomena-fenomena sosial

dan budaya dalam suasana yang berlangsung secara wajar dan alamiah,

bukan dalam kondisi yang terkendali. Disamping itu penelitian kualitatif


(45)

3.2 Definisi Konseptual

Definisi konseptual yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Gay

Definisi dari gay di sini adalah kecenderungan seorang laki-laki untuk

tertarik dengan orang lain yang juga berjenis kelamin laki-laki. Baik

ketertarikan secara emosional ataupun perasaan. Gay yang dimaksud

dalam penelitian ini sendiri adalah gay yang berdomisili di Surabaya

yang telah melakukan self disclosure tentang homoseksualitasnya

(pilihan/penyimpangan seks) kepada keluarganya.

2. Self- Disclosure

Self disclosure yang dimaksud dalam penelitian ini adalah self

disclosure tentang homoseksualitasnya (pilihan/ penyimpangan seks)

yang dilakukan oleh gay kepada keluarganya.

3.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di GNCC (GAYa NUSANTARA

COMMUNITY CENTER) Jalan Mojo Kidul I-No. 11 A, Surabaya.

Peneliti mengambil lokasi penelitian di GNCC karena lokasi tersebut

adalah wadah berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh komunitas

gay, lesbian, biseksual dan waria dalam sebuah acara pertemuan kecil,

kegiatan diskusi kelompok, bahkan memanfaatkan GNCC untuk latihan


(46)

peneliti karena mempermudah peneliti untuk bertemu informan dalam

menggali informasi seputar gaya hidup gay.

3.4 Penentuan Informan

Dalam penelitian kualitatif posisi informan sangat penting.

Informan adalah sumber data yang dibutuhkan oleh peneliti dalam

sebuah penelitian. Informan dipilih guna mendapatkan informasi yang

sesuai dengan permasalahan penelitian, yang terlebih dahulu peneliti

menetapkan sapa saja informannya sesuai dengan tema penelitian.

Karena peneliti ingin menggali dan mengumpulkan data yang

benar dan bisa dipercaya, maka peneliti perlu memikirkan pilihan

informannya secara tepat, sehingga informan yang dipilih haruslah sesuai

dengan kriteria yang berlaku guna menghindari data yang kurang akurat.

Kriteria-kriteria yang dimaksud dalam menentukan informan tersebut

(yang dikutip dalam Faisal, 1990, p. 56-57) antara lain :

1. Subyek yang sudah sejak lama tinggal dan menyatu dengan kegiatan

yang menjadi obyek penelitian

2. Subjek yang masih terlibat secara aktif pada lingkungan yang menjadi

sasaran penelitian

3. Subjek yang mempunyai banyak waktu atau kesempatan untuk

dimintai informasi

4. Subjek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah


(47)

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Secara umum dalam penelitian ini data dikumpulkan melalui:

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu

(Moleong, 2001, p. 135). Wawancara ini bertujuan agar peneliti dapat

menggali segala informasi baik yang tersirat dan nyata serta yang

tersembunyi jauh dari subyek penelitian (Faisal, 1990, p. 62).

Dalam penelitian ini digunakan wawancara secara mendalam

(in dept interview), menurut Burhan Bungin wawancara mendalam

adalah suatu cara mengumpulkan data dengan cara bertatap muka

dengan informan, dengan maksud mendapatkan gambaran lengkap

tentang topik yang diteliti (Bungin, 2004).

Peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan

sedetail-detailnya guna mendapatkan informasi yang sebenar-benarnya.

Bentuk wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara terfokus dimana responden di wawancarai dalam waktu

yang pendek dan peneliti telah menyusun dan menyiapkan catatan

secara garis besar tentang pokok-pokok pertanyaan yang disebut


(48)

2. Penggunaan Studi Pustaka/Bahan Dokumrntasi

Data yang digunakan dalam skripsi ini adalah data primer

yang didukung data sekunder, yang dimaksud data primer yaitu data

yang diperoleh secara langsung dari sumbernya atau dari hasil

penelitian yang penulis lakukan di lapangan melalui wawancara

dengan informan gay anggota GAYa Nusantara. Selain itu juga

digunakan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari bahan pustaka

dan dokumentasi seperti: transkrip wawancara, majalah, internet,

buku-buku dan bulletin GAYa Nusantara serta dokumen-dokumen

penunjang seperti foto-foto dan rekaman wawancara hasil penelitian.

3.6 Teknik Analisa Data

Setelah seluruh data diperoleh melalui wawancara secara

mendalam (in-depth interview), peneliti akan menganalisis data tersebut.

Analisis data menurut Patton dalam Moleong adalah proses mengatur

urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan

satuan uraian dasar. (Moleong, 2001, p. 103).

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis

data adalah sebagai berikut :

1. Data yang terkumpul diketegorikan dan dipilah-dipilah menurut jenis


(49)

37

2. Melakukan seleksi terhadap data mana yang dianggap data primer

yang berkaitan langsung dengan permasalahan dan mana yang hanya

merupakan data sekunder.

3. Mengkaji dan mempelajari lebih dalam data tersebut kemudian

melakukan interprestasi data untuk mencari solusi dalam

permasalahaan yang diangkat dalam penelitian (Moleong, 2001, p.


(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data 4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Tumbuhnya budaya kosmopolitan di Surabaya telah

mengakibatkan lingkup dan gerak pergaulan antar manusia menjadi

lebih luas, plural dan beragam. Wacana seksualitas yang muncul di

Surabaya saat ini juga menyoroti perihal relasi-relasi cinta

nonheteroseksual, seperti gay. Di Surabaya, gay yang berani berterus

terang tentang identitasnya sebagai penyuka sesama jenis sangat

jarang sekali. Oleh karena itu sikap membuka diri dibutuhkan suatu

keberanian, karena dalam membuka diri memiliki tantangan

tersendiri. Permasalahan yang sama yang dihadapi kaum gay secara

umum yaitu perasaan terkungkung atas jati diri yang mereka miliki

sehingga merasa kesulitan untuk mengaktualisasikan diri mereka

sebagai seorang gay, akan tetapi biasanya gay memperoleh

kebahagiaan setelah keluarganya menerima dan mengetahui jati

dirinya. Munculnya GAYa Nusantara adalah salah satu bentuk usaha

yang dilakukan kaum gay di wilayah Surabaya dan sekitarnya untuk

berani terbuka dan mulai membuka diri dan membaur bersama

masyarakat. Sebagai lokasi penelitian ini, peneliti memilih Kota


(51)

metropolitan terbesar kedua setelah Jakarta juga mempunyai sisi-sisi

yang sarat dengan kehidupan homoseksual, di samping itu Surabaya

merupakan kota tempat dimana GAYa Nusantara (GN) sebagai

organisasi yang mewadahi gay di Indonesia tumbuh untuk pertama

kalinya.

4.1.2 Penyajian Data

Dalam bab ini, dipaparkan penggambaran data hasil temuan

di lapangan. Data diperoleh dengan menggunakan kamera

handphone untuk merekam wawancara. Wawancara dilakukan untuk

menggali informasi sebanyak-banyaknya dari informan, data tersebut

disajikan dalam bentuk deskripsi tentang profil masing-masing

informan yang telah dipilih untuk menjadi subyek dalam penelitian

ini.

Dengan mendeskripsikan profil mereka, diharapkan dapat

memberikan pemahaman yang lebih mendalam terhadap

permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu

bagaimanakah self-disclosure gay dalam menyampaikan

homoseksualitasnya kepada keluarga.

Penelitian ini dilakukan di Surabaya selama 4 minggu.

Sebagaimana telah ditetapkan sebelumnya, subjek penelitian yang

dijadikan informan hanya tiga orang gay saja, yaitu gay anggota


(52)

dari hasil in-depth interview yang dilakukan peneliti terhadap tiga

orang informan dalam penelitian ini. Mereka adalah : (1) Yogi yang

berusia 27 tahun dan bekerja sebagai Media Publikasi di GAYa

Nusantara; (2) Erick yang berusia 32 tahun dan bekerja sebagai

Pengembangan Organisasi dan Kelembagaan di GAYa Nusantara;

(3) Adi yang berusia 33 tahun dan bekerja sebagai Koordinator

Kesehatan di GAYa Nusantara.

4.1.3 Identitas Informan 1. Informan 1 (Yogi)

Informan pertama dalam penelitian ini adalah Yogi. Laki-laki

ini lahir di Blitar 27 tahun yang lalu. Yogi merupakan anak

pertama dari dua bersaudara. Saudaranya seorang perempuan

yang saat ini bertempat tinggal di Blitar. Status tempat tinggal

Yogi di Surabaya adalah indekost, mulai dari dia pertama tinggal

di Surabaya hingga dia bekerja sampai saat ini. Sebelum Yogi

bergabung dan bekerja di GAYa Nusantara sebagai media

publikasi, dia pernah bekerja sebagai karyawan swasta di salah

satu showroom mobil di Surabaya. Ayahnya telah lama bercerai

dengan ibunya ketika dia masih berumur 12 tahun, dan adiknya

saat itu berumur 10 tahun ibunya sampai sekarang memutuskan

tidak mau menikah lagi, beliau memilih mengambil alih tugas


(53)

sebagai penjahit baju. Ayah Yogi tidak pernah memberikan

nafkah kepada kedua anaknya, oleh karena itu Yogi sangat

membenci ayahnya. Menurut pengakuan Yogi kepada peneliti

Yogi tidak pernah merasakan kasih sayang ayahnya, sebab

ayahnya adalah seorang yang temperamental, kasar dan otoriter.

Yogi dan ibunya selalu dipukul dan diperlakukan kasar oleh

ayahnya.

2. Profil Adik (Informan Yogi)

Nama adik perempuannya Berlin (bukan nama sebenarnya),

yang berusia dua puluh lima tahun. Berlin merupakan adik Yogi

satu-satunya, dia sudah menikah dan telah dikaruniai satu orang

anak perempuan yang berusia 1 tahun, sehari-harinya Berlin

hanya sebagai ibu rumah tangga saja, mengurus anak dan

suaminya. Sejak kecil Berlin sangat dekat sekali dengan Yogi dan

sering bercerita tentang masalah-masalah pribadinya kepada Yogi

begitupun sebaliknya. Berlin saat ini tinggal bersama suami, ibu

kandung serta nenek mereka (Yogi dan Berlin) di Blitar, setiap

satu bulan sekali Berlin dan Ibunya ke Surabaya untuk bertemu

Yogi.

3. Profil Ibu (Informan Yogi)

Ibu Yiyin (bukan nama sebenarnya) adalah wanita berusia 45

tahun asli Blitar, mempunyai dua orang anak, yaitu satu putra dan


(54)

SMA nya. Setelah 13 tahun hidup berumah tangga, pada tahun

1996 orang tua Yogi bercerai, saat itu Yogi masih berusia 12

tahun, dan adiknya berusia 10 tahun.

Setelah bercerai Ayah Yogi tidak pernah menafkahi anaknya.

Oleh sebab itu semua tanggung jawab yang seharusnya dilakukan

oleh suaminya, mau atau tidak mau menjadi tanggungjawabnya.

Selain tanggung jawab mengurus dan membesarkan kedua

anaknya sendirian dengan menjahit. Semenjak ditinggal oleh

suaminya hingga saat ini, tidak terbersit sekalipun dalam

benaknya untuk menikah lagi. Karena yang ada dalam pikirannya

hanyalah bekerja giat untuk memenuhi kebutuhan hidup.

4. Informan 2 (Erick)

Erick Yusfiani namanya, pada saat ini berusia 32 tahun dan

merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara, kedua kakanya

adalah perempuan. Erick adalah asli Surabaya dan dia tinggal

bersama keluarga besarnya di daerah dukuh kupang. Pendidikan

yang telah ditempuh oleh Erick adalah D3 perhotelan pada sebuah

perguruan tinggi swasta di Surabaya. Dulu dia adalah seorang

pramugara Kereta Api jurusan Jakarta-Surabaya. Kepada peneliti

dia mengaku saat ini dia hanya bekerja sebagai Pengembangan

Organisasi dan Kelembagaan di GAYa Nusantara. Erick

mempunyai keluarga yang sangat harmonis, tetapi dia lebih dekat


(55)

kemana-mana paling sering bersama ibunya. Setiap ada masalah

selalu dia ceritakan pada ibuya. Dia merasa ibuya adalah tempat

untuk segala-galanya seperti mengadukan masalah, meminta

solusi, membicarakan orang lain dan lain sebagainya.

5. Profil Ibu (Informan Erick)

Ibu Binti (bukan nama sebenarnya) adalah wanita berusia 55

tahun asli Surabaya mempunyai tiga orang anak yaitu dua putri

dan satu putra. Dia menikah pada saat dia berumur 22 tahun

dengan pria yang juga asli Surabaya. Sejak menikah dan memiliki

3 anak, Bapak Erick mempunyai bisnis spare part mobil di daerah

kedungdoro, sehari-harinya selain menjadi ibu rumah tangga ibu

binti juga berjualan bensin eceran di rumahnya untuk membantu

perekonomian keluarganya. Sejak kecil Erick memang sangat

dekat sekali dengan Ibunya. Oleh karena itu Erick sering bercerita

tentang masalah-masalah pribadinya.

6. Informan 3 (Adi)

Kepada peneliti Adi mengaku saat ini dia berusia 31 tahun

saat ini kepada peneliti dia mengaku hanya bekerja di GAYa

Nusantara sebagai koordinator kesehatan. Dia adalah anak tunggal

dari pasangan Jawa dan Timika. Ayahnya berasal dari Surabaya,

sedangkan ibunya berasal dari Timika. Sejak kecil Adi tinggal

bersama dengan kedua orangtuanya di Surabaya di daerah


(56)

bercerai dan Adi ikut ibunya tinggal di Timika. Sejak saat itu adi

tinggal hanya berdua saja dengan ibunya yang hanya berjualan di

pasar. Karena kesulitan dalam ekonomi mengakibatkan Adi hanya

lulusan SMA saja, tetapi setelah masa SMA Adi memutuskan

untuk tinggal bersama Ayahnya di Surabaya.

Adi mengaku kepada peneliti bahwa dia sebenarnya lebih

dekat dengan Ayahnya. Walaupun setelah bercerai Adi hidup

bersama ibunya, tetapi diakui Adi bahwa komunikasi antara adi

dengan Ayahnya lebih terjalin dengan baik. Adi selalu

menceritakan masalah-masalahnya kepada Ayahnya, karena

menurutnya Ayahnya adalah sosok orang yang kebapakan, baik

dan sabar.

7. Profil Bapak (Informan Adi)

Pak Joko (bukan nama sebenarnya) saat ini berusia 50 tahun,

dari dulu sampai saat ini memiliki bisnis toko mainan di daerah

Pasar Turi, dia adalah sosok seorang bapak yang terlihat sabar dan

kebapakan, saat ini dia berusia 50 tahun. Ayahnya Adi tidak

pernah menikah lagi semenjak dia bercerai dengan istrinya.

Meskipun sudah bercerai baik ayah maupun ibunya Adi masih

saling berhubungan. Khususnya untuk hal-hal yang menyangkut

anak semata wayang mereka yaitu Adi. Komunikasi diantara

mereka masih terjalin hingga saat ini. Terlebih lagi bila


(57)

Dari kecil hingga Adi duduk dibangku SMA, dia tinggal

dilingkup keluarga ibunya. Oleh karena itu ketika dia lulus SMA,

Adi oleh ayahnya diminta untuk tinggal bersama ayahnya di

Surabaya dan Adi juga menyatakan kesanggupannya untuk tinggal

bersama dengan ayahnya. “Tidak ada unsur paksaan kok mas dia

saya ajak tinggal di Surabaya. Apalagi disini kotanya lebih maju dari Timika.” Kata ayah Adi

4.2 Analisis Data

4.2.1 Self DisclosureGay dalam menyampaikan Homoseksualitasnya 4.2.1.1 Self disclosure Yogi

DIRI TERBUKA

Pada wilayah ini kepribadian, kelebihan dan

kekurangan yang terdapat pada diri kita selain diketahui oleh

diri sendiri juga diketahui oleh orang lain. Berkenaan dengan

ke-homoseksualitasannya, kepada peneliti Yogi mengakui

bahwa dia melakukan self disclosure (keterbukaan diri)

kepada ibu dan adiknya secara kebetulan, dalam artian ibu dan

adik yogi mengetahui tentang dirinya sebagai gay akibat ada

celetukan omongan dari neneknya yang menanyakan dia

kapan menikah. Kedekatan yang selama ini terjalin dengan ibu

dan adiknya itulah yang membuat Yogi memutuskan untuk


(58)

Berikut pernyataan Yogi:

”..ternyata, adik-ku bisa menerima kenyataan mas’e sing gay..ibu-ku yo wis nerimo aku apa adanya”

Berkenaan dengan ketertarikan Yogi kepada laki-laki,

sejauh ini respon dari keluarganya (ibu dan adiknya) baik-baik

saja, mereka berusaha menerima apapun keputusan dan

pilihan yang sudah ditentukan Yogi.

Berikut pernyataan Yogi :

”…alhamdullilah hubunganku saat ini dengan keluargaku ini masih berjalan dengan baik-baik saja…”

Berdasarkan hal tersebut diatas Yogi lebih terbuka pada

ibu tetapi juga pada adiknya. Menurut teori De Vito:1999,

hasil yang diperoleh begitu self disclosure dilakukan pada

dasarnya hubungan yang lebih positif, dimana hubungan

dengan keluarga terutama orang tua dirasakan semakin dekat,

karena tetap terjalin hubungan dengan keluarga mereka

hingga saat ini. Setelah self disclosure Yogi lebih nyaman

menjalani hidup,karena sudah tidak ada yang perlu ditutupi.

4.2.1.2 Self disclosure Erick DIRI TERBUKA

Pada wilayah ini kepribadian, kelebihan dan


(59)

ke-homoseksualitasannya, Erick mengaku lebih dekat dengan

ibunya, daripada bapaknya karena dari kecil Erick

kemana-mana paling sering bersama ibunya. Karena merasa nyaman,

Erick selalu bercerita tentang segala hal kepada ibunya. Dia

merasa ibunya adalah segala-galanya, sehingga ketika dia

menyembunyikan masalah Homoseksualitasnya ini dia merasa

ada sesuatu yang ganjil.

Kepada peneliti Erick mengakui bahwa dia melakukan

self disclosure (keterbukaan diri) kepada ibunya, tidak ada

rencana, Erick merasa saat ini adalah saat yang tepat untuk

jujur kepada ibunya. Keinginan yang kuat untuk jujur kepada

ibunya sangatlah besar yang membuat Erick memutuskan

untuk self disclosure sehingga ibunya bisa menerima dia apa

adanya walaupun ibunya masih berharap jika suatu saat nanti

Erick dapat berubah menjadi normal dan bisa menyukai

wanita layaknya laki-laki pada umumnya.

Berikut perkataan Erick :

“Aku langsung plong begitu lihat ibuku tersenyum! Dan itu adalah senyum terindah bagiku dari ibu”

dan dia mengatakan tidak apa-apa kalau memang aku seperti itu. Mau dibikin apapun juga tidak akan merubah segalanya..”

Berdasarkan hal tersebut diatas Erick lebih terbuka pada

ibu. Menurut teori De Vito:1999, hasil yang diperoleh begitu


(60)

positif, dimana hubungan dengan keluarga terutama orang tua

semakin dekat, karena masih tetap menjalin hubungan

dengan keluarga mereka hingga saat ini. Setelah self

disclosure Erick merasa lebih menikmati hidup karena sudah

tidak ada yang perlu disembunyikan lagi.

4.2.1.3 Self disclosure Adi DIRI TERBUKA

Pada wilayah ini kepribadian, kelebihan dan

kekurangan yang terdapat pada diri kita selain diketahui oleh

diri sendiri juga diketahui oleh orang lain. Berkenaan dengan

ke-homoseksualitasannya, Adi mengaku ingin menceritakan

kepada ayahnya, karena merasa nyaman, dia merasa Ayahnya

sosok orang yang sabar, baik dan kebapakan.

Kepada peneliti Adi mengakui bahwa dia melakukan

self disclosure (keterbukaan diri) mengenai

homoseksualitasnya, tidak ada rencana untuk

mengungkapkanya, saat itu dia langsung ngomong ke

Ayahnya. Karena merasa waktunya tepat, akhirnya Adi

memutuskan untuk self disclosure kepada ayahnya. Dan

Ayahnya pun sangat menerima pilihannya itu, karena dari


(61)

Ayahnya, saat Adi kepergok bermesraan dengan teman

laki-lakinya.

Berikut perkataan Adi:

“ Bapak ku cuma bilang kalo gay emangnya kenapa? Wah hati ku sampai nyes gitu rasanya. Itu adalah tiga menit yang mendebarkan selama aku hidup”

Berdasarkan hal tersebut diatas Adi lebih terbuka pada

ayah. Menurut teori De Vito:1999, hasil yang diperoleh

begitu self disclosure dilakukan pada dasarnya hubungan

yang lebih positif, dimana hubungan dengan keluarga

terutama orang tua semakin dekat, karena masih tetap

menjalin hubungan dengan keluarga mereka hingga saat ini.

Setelah self disclosure Adi merasa lebih nyaman dalam

menjalani kehidupanya sebagai gay.

4.3 Self Disclosure Gay Dalam Menyampaikan Homoseksualitasnya Kepada Keluarga.

Berdasarkan analisis diatas, maka hubungan informan

dengan keluarganya menjadi lebih baik dan mendapatkan hubungan

yang lebih positif (De Vito,1999). Walaupun kenyataannya seorang

gay dalam menyampaikan self disclosure kepada keluarga tidak

semudah yang kita bayangkan. Tetapi, disisi lain dari anggota


(62)

homoseksualitasnya. Walaupun awalnya dalam mengungkapkan

keterbukaan dirinya sebagai gay sangat sulit sekali.

Seseorang memilih terbuka kepada orang lain untuk

mempertahankan atau memperbaiki hubungan. Dari ketiga orang

informan diatas, kebanyakan dari mereka melakukan self disclosure

(keterbukaan diri) justru datang begitu saja dan mereka

melakukannya dengan sadar, karena ketiga orang informan

mengaku setelah melakukan self disclosure (keterbukaan diri)

merasa nyaman tanpa beban, pikirannya terasa lebih ringan dari

pada orang yang terlalu menutup diri.

Self disclosure (keterbukaan diri) dilakukan orang

sepanjang hidupnya. Hanya saja kadar atau derajatnya berbeda. Ada

orang yang terlalu mengungkapkan diri (over disclose) yaitu sikap

yang terlalu banyak mengungkapkan sesuatu sehingga hal-hal yang

seharusnya disembunyikan juga diutarakan. Tetapi ada juga orang

yang menutup dirinya kepada siapapun (under disclose) yaitu sikap

yang menyembunyikan sesuatu yang seharusnya dikemukakan.

Pada umumnya orang-orang lebih banyak berada diantara kedua

ekstrim tersebut, karena mereka memilih topik-topik mana yang

ingin diungkapkan dan kepada siapa mereka akan mengungkapkan.

Dengan adanya self disclosure, maka daerah terbuka akan

semakin melebar lagi. Dari hasil yang diperoleh dari ketiga


(63)

51

dan lebih nyaman dalam menjalani kehidupannya. Karena hubungan

kedekatan antara informan dengan orangtuanya adalah hubungan

yang lebih dekat, sehingga topik yang dibicarakan sampai

mendalam (depth). Sehingga peningkatan hubungan ini dipandang


(64)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan tentang self disclosure gay

dalam menyampaikan homeseksualitasnya kepada keluarga secara

keseluruhan lebih terbuka kepada orangtuanya terutama ibu karena unsur

kedekatan yang mereka jalin dalam keluarga, dan lebih tertutup kepada

keluarga besarnya seperti, bibi, paman, kakek dan neneknya. Setelah

terbuka hasil yang diperoleh begitu self-disclosure dilakukan pada

dasarnya adalah hubungan yang lebih positif, dimana orangtua gay yang

telah mengetahui homoseksualitas dari masing-masing informan masih

tetap menjalin hubungan dengan mereka hingga saat ini.

5.2 Saran

Hasil dari penelitian ini menunjukan hubungan yang lebih sehat

antara gay yang melakukan self disclosure tentang homoseksualitasnya

kepada keluarganya ini, ada baiknya jika penelitian ini dikembangkan

kepada kelompok–kelompok masyarakat menyimpang lainnya seperti

kaum lesbian atau biseksual, sehingga dapat dilihat pula kecenderungan


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Agus M. Hardjana.2003 Komunikasi Intrapersonal dan Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius.

Bungin, Burhan. 2001 Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press.

Bulletin bulanan Gaya Nusantara.2003. Love and The Family. Edisi 16.

Bulletin bulanan Gaya Nusantara.2004. Me and MyFamily. Edisi 35.

Devito, Joseph A. 1999. Komunikasi Antar Manusia, Kuliah dasar. Edisi 5. Jakarta Professional Books.

Canggara, Hafield. 2003. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers.

Horton, Paul B, da Chester L. Hunt. 1996. Sosiologi . Edisi 6. Jakarta Erlangga.

http: //www.definisi_gay.html

Meleong, Lexy J. 2001.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2001.Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Madison, Thomson. Human sexsuauality. January 20, Wikipidia Libary. http.//en.wikipedia.org/wiki/Human_sexuality

Nawawi, Hadani. 1990. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.

Olson, James Tankard. 2000. Sexuality. New York: Free Press.

Oetomo, Dede. 2001. Mereka yang luput dari perhatian kita. Yogyakarta : Galang Press.

Poerwandari. E Kristi.1998.Pendekatan Kualitatif. Jakarta : Lembaga Pengukuran Sarana Penelitian.


(66)

Rakhmat, Jalauddin. 2000. Pskologi Komunikasi. Edisi Revisi. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Ravield, Wiempi. Definition of gay. January 23, http://kunci.or.id/teks/gay.htm, 2011.

Soeprapto, H.R. Riyadi. 2002 Interaksionisme Simbolik Perspektif Sosiologi Modern. Yogyakarta : Averroes press dan Pustaka Pelajar.

Tubbs, Stewart L, dan Moss, Syula.1996. Human Comunication, Konteks-Konteks komunikasi. Buku Kedua. Bandung : Remaja Rosdakarya.


(1)

Ayahnya, saat Adi kepergok bermesraan dengan teman laki-lakinya.

Berikut perkataan Adi:

“ Bapak ku cuma bilang kalo gay emangnya kenapa? Wah hati ku sampai nyes gitu rasanya. Itu adalah tiga menit yang mendebarkan selama aku hidup”

Berdasarkan hal tersebut diatas Adi lebih terbuka pada ayah. Menurut teori De Vito:1999, hasil yang diperoleh begitu self disclosure dilakukan pada dasarnya hubungan yang lebih positif, dimana hubungan dengan keluarga terutama orang tua semakin dekat, karena masih tetap menjalin hubungan dengan keluarga mereka hingga saat ini. Setelah self disclosure Adi merasa lebih nyaman dalam menjalani kehidupanya sebagai gay.

4.3 Self Disclosure Gay Dalam Menyampaikan Homoseksualitasnya

Kepada Keluarga.

Berdasarkan analisis diatas, maka hubungan informan dengan keluarganya menjadi lebih baik dan mendapatkan hubungan yang lebih positif (De Vito,1999). Walaupun kenyataannya seorang gay dalam menyampaikan self disclosure kepada keluarga tidak semudah yang kita bayangkan. Tetapi, disisi lain dari anggota keluarga informan menerima keterbukaan diri tersebut tentang ke


(2)

homoseksualitasnya. Walaupun awalnya dalam mengungkapkan keterbukaan dirinya sebagai gay sangat sulit sekali.

Seseorang memilih terbuka kepada orang lain untuk mempertahankan atau memperbaiki hubungan. Dari ketiga orang informan diatas, kebanyakan dari mereka melakukan self disclosure (keterbukaan diri) justru datang begitu saja dan mereka melakukannya dengan sadar, karena ketiga orang informan mengaku setelah melakukan self disclosure (keterbukaan diri) merasa nyaman tanpa beban, pikirannya terasa lebih ringan dari pada orang yang terlalu menutup diri.

Self disclosure (keterbukaan diri) dilakukan orang sepanjang hidupnya. Hanya saja kadar atau derajatnya berbeda. Ada orang yang terlalu mengungkapkan diri (over disclose) yaitu sikap yang terlalu banyak mengungkapkan sesuatu sehingga hal-hal yang seharusnya disembunyikan juga diutarakan. Tetapi ada juga orang yang menutup dirinya kepada siapapun (under disclose) yaitu sikap yang menyembunyikan sesuatu yang seharusnya dikemukakan. Pada umumnya orang-orang lebih banyak berada diantara kedua ekstrim tersebut, karena mereka memilih topik-topik mana yang ingin diungkapkan dan kepada siapa mereka akan mengungkapkan.

Dengan adanya self disclosure, maka daerah terbuka akan semakin melebar lagi. Dari hasil yang diperoleh dari ketiga informan pada dasarnya menghasilkan hubungan yang lebih positif


(3)

51

dan lebih nyaman dalam menjalani kehidupannya. Karena hubungan kedekatan antara informan dengan orangtuanya adalah hubungan yang lebih dekat, sehingga topik yang dibicarakan sampai mendalam (depth). Sehingga peningkatan hubungan ini dipandang nyaman, normal, dan alamiah (De Vito, p.238).


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan tentang self disclosure gay dalam menyampaikan homeseksualitasnya kepada keluarga secara keseluruhan lebih terbuka kepada orangtuanya terutama ibu karena unsur kedekatan yang mereka jalin dalam keluarga, dan lebih tertutup kepada keluarga besarnya seperti, bibi, paman, kakek dan neneknya. Setelah terbuka hasil yang diperoleh begitu self-disclosure dilakukan pada dasarnya adalah hubungan yang lebih positif, dimana orangtua gay yang telah mengetahui homoseksualitas dari masing-masing informan masih tetap menjalin hubungan dengan mereka hingga saat ini.

5.2 Saran

Hasil dari penelitian ini menunjukan hubungan yang lebih sehat antara gay yang melakukan self disclosure tentang homoseksualitasnya kepada keluarganya ini, ada baiknya jika penelitian ini dikembangkan kepada kelompok–kelompok masyarakat menyimpang lainnya seperti kaum lesbian atau biseksual, sehingga dapat dilihat pula kecenderungan lainnya yang mungkin akan berbeda dengan hasil penelitian ini.


(5)

53

DAFTAR PUSTAKA

Agus M. Hardjana.2003 Komunikasi Intrapersonal dan Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius.

Bungin, Burhan. 2001 Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press.

Bulletin bulanan Gaya Nusantara.2003. Love and The Family. Edisi 16. Bulletin bulanan Gaya Nusantara.2004. Me and My Family. Edisi 35.

Devito, Joseph A. 1999. Komunikasi Antar Manusia, Kuliah dasar. Edisi 5. Jakarta Professional Books.

Canggara, Hafield. 2003. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers.

Horton, Paul B, da Chester L. Hunt. 1996. Sosiologi . Edisi 6. Jakarta Erlangga.

http: //www.definisi_gay.html

Meleong, Lexy J. 2001.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2001.Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Madison, Thomson. Human sexsuauality. January 20, Wikipidia Libary. http.//en.wikipedia.org/wiki/Human_sexuality

Nawawi, Hadani. 1990. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.

Olson, James Tankard. 2000. Sexuality. New York: Free Press.

Oetomo, Dede. 2001. Mereka yang luput dari perhatian kita. Yogyakarta : Galang Press.

Poerwandari. E Kristi.1998.Pendekatan Kualitatif. Jakarta : Lembaga Pengukuran Sarana Penelitian.


(6)

Rakhmat, Jalauddin. 2000. Pskologi Komunikasi. Edisi Revisi. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Ravield, Wiempi. Definition of gay. January 23, http://kunci.or.id/teks/gay.htm, 2011.

Soeprapto, H.R. Riyadi. 2002 Interaksionisme Simbolik Perspektif Sosiologi Modern. Yogyakarta : Averroes press dan Pustaka Pelajar. Tubbs, Stewart L, dan Moss, Syula.1996. Human Comunication, Konteks-Konteks komunikasi. Buku Kedua. Bandung : Remaja Rosdakarya.


Dokumen yang terkait

Proses Pengungkapan Diri(Self Disclosure) Kaum Gay (Studi Kasus Tentang Pengungkapan Diri(Self Disclosure) Kaum Gay Di Kota Medan)

27 175 108

SELF-DISCLOSUREREMAJA PEREMPUAN YANG KECANDUAN MEROKOK DALAM MENYAMPAIKAN MASALAH PRIBADINYA KEPADA KELUARGA (Studi Deskriptif Self-DisclosureRemaja Perempuan Yang Kecanduan Merokok Dalam Menyampaikan Masalah Pribadinya Kepada Keluarga).

0 2 92

SELF-DISCLOSURE REMAJA PEREMPUAN YANG KECANDUAN MEROKOK DALAM MENYAMPAIKAN MASALAH PRIBADINYA KEPADA KELUARGA (Studi Deskriptif Self-Disclosure Remaja Perempuan Yang Kecanduan Merokok Dalam Menyampaikan Masalah Pribadinya Kepada Keluarga).

1 1 92

SELF-DISCLOSURE LESBIAN DALAM MENYAMPAIKAN KELESBIANNYA KEPADA KELUARGA (Studi Deskriptif Kualitatif Self-DisclosureLesbian Dalam Menyampaikan Kelesbiannya Kepada Keluarga).

7 16 72

gunadarma 10500196 skripsi fpsi

0 0 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah - Proses Pengungkapan Diri(Self Disclosure) Kaum Gay (Studi Kasus Tentang Pengungkapan Diri(Self Disclosure) Kaum Gay Di Kota Medan)

0 0 9

Proses Pengungkapan Diri(Self Disclosure) Kaum Gay (Studi Kasus Tentang Pengungkapan Diri(Self Disclosure) Kaum Gay Di Kota Medan)

0 0 14

SELF-DISCLOSURE LESBIAN DALAM MENYAMPAIKAN KELESBIANNYA KEPADA KELUARGA (Studi Deskriptif Kualitatif Self-DisclosureLesbian Dalam Menyampaikan Kelesbiannya Kepada Keluarga)

0 1 15

SELF DISCLOSURE GAY DALAM MENYAMPAIKAN

0 0 22

SELF-DISCLOSUREREMAJA PEREMPUAN YANG KECANDUAN MEROKOK DALAM MENYAMPAIKAN MASALAH PRIBADINYA KEPADA KELUARGA (Studi Deskriptif Self-DisclosureRemaja Perempuan Yang Kecanduan Merokok Dalam Menyampaikan Masalah Pribadinya Kepada Keluarga)

0 0 19