PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Empiris Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Surabaya Rungkut).

PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP
KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJ AK PENGHASILAN
(Studi Empir is Wajib Pajak Orang Pribadi Pada
KPP Pratama Surabaya Rungkut)

SKRIPSI
Ditujukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyar atan
dalam Memper oleh Gelar Sar jana Ekonomi
Pr ogr am Studi Akuntansi

Diajukan Oleh :
TRI BANGGA NIRMALA
0813010063/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL " VETERAN"
J AWA TIMUR
2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP
KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJ AK PENGHASILAN
(Studi Empiris Wajib Pajak Orang Pr ibadi Pada
KPP Pratama Surabaya Rungkut)

SKRIPSI

Diajukan Oleh :
TRI BANGGA NIRMALA
0813010063/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL " VETERAN"
J AWA TIMUR
2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


USULAN PENELITIAN
PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP
KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJ AK PENGHASILAN
(Studi Kasus Wajib Pajak Or ang Pr ibadi Pada
KPP Pratama Surabaya Rungkut)
yang diajukan
TRI BANGGA NIRMALA
0813010063/FE/AK

telah disetujui untuk diseminarkan oleh

Pembimbing Utama

Dr. Sr i Tr isnaningsih, SE. MSi
NIP. 196509291992032001

Tanggal :……………

Mengetahui
Ketua Program Studi Akuntansi


Dr. Sr i Tr isnaningsih, SE. MSi
NIP. 196509291992032001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

SKRIPSI
PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP
KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJ AK PENGHASILAN
(Studi Kasus Wajib Pajak Or ang Pr ibadi Pada
KPP Pratama Surabaya Rungkut)
yang diajukan
TRI BANGGA NIRMALA
0813010063/FE/AK

Disetujui untuk Ujian Lisan oleh

Pembimbing Utama


Dr. Sr i Tr isnaningsih, SE. MSi
NIP. 196509291992032001

Tanggal :……………

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

DRS.EC.RA. SUWAIDI, MS
NIP. 196003301986031003

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

SKRIPSI
PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP
KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJ AK PENGHASILAN
(Studi Empiris Wajib Pajak Orang Pribadi Pada
KPP Pratama Surabaya Rungkut
Disusun Oleh :
Tri Bangga Nirmala

0813010063/FE/AK
telah dipertahankan dihadapan
dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
pada tanggal 05 Oktober 2012
Pembimbing Utama :

Tim Penguji :
Ketua

Dr. Sri Trisnaningsih,SE.MSi

Dr. Sri Trisnaningsih,SE.MSi
Sekretaris

Drs.Ec.Tamadoy T,MM
Anggota

Drs.Ec.R.Sjarief H,MSi

Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur

Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM
NIP. 19630924 198903 1001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas segala rahmat
dan

karunianya

yang

telah


dilimpahkan-Nya

sehingga

peneliti

dapat

menyelesaikan penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Self Assessment
System Terhadap kecenderungan Penghindaran Pajak Penghasilan (Studi Empiris
Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Surabaya Rungkut)”. Penulisan
skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi.
Maksud dan tujuan penyusunan skripsi ini adalah memenuhi salah satu
syarat mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur Jurusan Akuntansi.
Keberasilan penulis ini tentu tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
untuk itu penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Falkutas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi, selaku Kepala Program Studi
Akuntansi

Falkutas

Ekonomi

Universitas

Pembangunan

Nasional

“Veteran” Jawa Timur.
4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi, selaku dosen pembimbing yang selalu
memberi pengarahan dan bimbingan yang membangun untuk penelitian.


i

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah berjasa mendidik penulis
selama menjadi mahasiswa.
6. Bapak Bramantyo, selaku bagian Kemahasiswaan Kantor Pelayanan Pajak
Wilayah Rungkut yang telah memberikan kemudahan untuk mendapatkan
data-data yang dibutuhkan oleh penulis.
7. Bapak Habib,selaku Kepala Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut
Surabaya yang telah membantu dan mengijinkan penulis melakukan
penelitian.
8. Mami Papiku tercinta, Mama, Uti, dan Kakak-kakakku, Sahabat-sahabatku
dan semua temanku terimakasih atas kasih sayang, doa, motivasi, nasehat,
dan jerih payah yang telah kalian berikan atas terselesaikannya penelitian
ini.
Akhir kata penulis mengharap skripsi ini dapat berguna bagi kita
semua. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini telah

banyak terdapat kekurangan dan penulis berharap kritik dan sarannya.

Surabaya, September 2012

Penulis

ii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

i

DAFTAR ISI

iii


DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR LAMPIRAN

xi

ABSTRAKSI

xii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah

1

1.2. Perumusan Masalah

8

1.3. Tujuan Penelitian

8

1.4. Manfaat Penelitian

8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

10

2.2. Landasan Teori

14

2.2.1. Pajak

14

2.2.1.1.

Pengertian

14

2.2.1.2.

Fungsi Pajak

17

2.2.1.3.

Sistem Pungutan Pajak

18

2.2.1.4.

Pengelompokan Pajak

20

2.2.1.5.

Timbul dan Hapusnya Hutang Pajak

22

iii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.1.6.

Hambatan Pemungutan Pajak

2.2.2. Pajak Penghasilan (PPh)

23
24

2.2.2.1.

Pengertian

24

2.2.2.2.

Subyek Pajak

24

2.2.2.3.

Obyek Pajak

26

2.2.2.4.

Tarif Pajak

27

2.2.3. Kesadaran Perpajakan WP

28

2.2.4. Kejujuran Wajib Pajak

29

2.2.5. Hasrat Membayar Pajak

30

2.2.6. Kedisiplinan WP

30

2.2.7. Penghindaran Pajak

32

2.2.8. Pengaruh Kesadaran WP dengan Penghindaran Pajak

34

2.2.9. Pengaruh Kejujuran WP dengan Penghindaran Pajak

36

2.2.10. Pengaruh Hasrat Membayar Pajak dengan
Penghindaran Pajak

38

2.2.11. Pengaruh kedisiplinan WP dengan Penghindaran Pajak

40

2.3. Kerangka Pikir

42

2.4. Hipotesis

43

BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.1.1. Definisi Operasional Variabel

iv

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

44
44

3.1.2. Tekhnik Pengukuran Variabel

45

3.2. Tekhnik Pengambilan Sampel

48

3.2.1. Obyek Penelitian

48

3.2.2. Populasi

48

3.2.3. Sampel

49

3.3. Tekhnik Pengumpulan Data

49

3.4. Uji Validitas dan Reliabilitas

51

3.5. Uji Asumsi Klasik

52

3.5.1. Regresi Linear Berganda

54

3.6. Uji Normalitas

55

3.7. Uji Hipotesus

56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.

Deskripsi Obyek Peneitian ………………………………………… 59
4.1.1.

Sejarang Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabay
Rungkut ………………….................................................. 59

4.2.

4.1.2.

Wilayah Kerja ………………………………………........ 60

4.1.3.

Keadaan Ekonomi ………………………………………. 61

4.1.4.

Kondisi Geografi dan Peta Wilayah ……….....................

61

4.1.5.

Sektor usaha yang meninjol dan strategis ……................

62

Deskripsi Hasil Penelitian ………………………………………... 63
4.2.1. Deskripsi Variable Kesadaran Wajib Pajak (X1) ............... 63

v

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.2.2. Deskripsi Variable Kejujuran Wajib Pajak (X2) ................. 64
4.2.3. Deskripsi Variable Hasrat Membayar Pajak (X3) ……….

65

4.2.4. Deskripsi Variable Kedisiplinan Wajib Pajak (X4)………

66

4.2.5 Deskripsi Variable Penghindaran Pajak (Y) .....................

67

4.3. Uji Kualitas Data ……………………………………...................

68

4.3.1.

Uji Validitas ………………………………………………. 68
4.3.1.1. Uji Validitas X1…………………………………. 68
4.3.1.2. Uji Validitas X2 …………………………………. 71
4.3.1.3. Uji Validitas X3…………………………………. 71
4.3.1.4 Uji Validitas X4 ………………………………… 73
4.3.1.5 Uji Validitas Y ………………………………… 74

4.3.2.

Uji Reliabilitas ………………………………………….. 76

4.4. Analisis Regresi Linier Berganda ………………………………..

76

4.4.1.

Analisis Asumsi Klasik …………………………………

76

4.4.2.

Persamaan Regresi Linier Berganda ...............................

80

4.4.3.

Uji F ................................................................................

82

4.4.4.

Uji t ...................................................................................

83

4.4.5.

Koefisien Beta ..................................................................

85

4.5. Pembahasan Hasil Penelitian ……………………………….........

85

4.5.1.

Implikasi Penelitian …………………………………......

4.5.2.

Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu………………… 88

4.5.3.

Keterbatasan Penelitian …………………………………

vi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

88

89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.

Kesimpulan ……………………………………………………… 90

5.2.

Saran ……………………………………………………………… 91

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP
KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJ AK PENGHASILAN
(Studi Empiris Wajib Pajak Orang Pribadi Pada
KPP Pratama Surabaya Rungkut)
Oleh :
Tri Bangga Nirmala
Abstrak

Penerimaan dalam negeri sangatlah berperan dalam mensukseskan
pembangunan nasional. Sekarang pemerintah menerapkan self assessment system
yaitu wajib pajak sebagai subyek pajak di dalam menentukan kewajiban
perpajakannya diberikan kepercayaan untuk menghitung,menbayar,dan
melaporkan jumlah jumlah pajak yang terutang,sesuai dengan peraturan yang
berlaku sehingga kepatuhan wajib pajak sangatlah penting dalam rangka
menghitung dengan jujur pajak terhutangnya dan menyetor serta melaporkannya
tepat waktu. Untuk membuktikan dan meguji pengaruh Kesadaran Wajib pajak,
Kejujuran Wajib Pajak, Hasrat Membayar Pajak, dan Kedisiplinan Wajib Pajak
yang melekat pada diri Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap Kecenderungan
Penghindaran Pajak Penghasilan pada Wajib Pajak Kelurahan Wonorejo,
Kecamatan Rungkut, Surabaya.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 96 WP sebagai
responden. Sedangkan sumber data di dapat dari jawaban responden atas kuisoner
dan data-data WP dari KPP Pratama Surabaya Rungkut. Data yang diperoleh
tersebut diolah atau dianalisis dengan menggunakan uji regresi linear berganda,
yang menggunakan program SPSS. 16.0 for windows.
Dari hasil analisis telah dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang telah
ditujukan peneliti,yang menyatakan bahwa kesadaran wajib pajak, kejujuran wajib
pajak, hasrat membayar pajak,dan kedisiplinan wajib pajak sebagian terbukti
kebenarannya, karena hanya kesadaran wajib pajak dan kedisiplinan wajib pajak
yang berpengaruh terhadap kecenderungan penghindaran pajak dan sedangkan
kejujuran wajib pajak dan hasrat membayar pajak tidak berpengaruh terhadap
kecenderungan penghindaran pajak.

Keyword : Kesadaran Wajib Pajak, Kejujuran Wajib Pajak, Hasrat
Membayar Pajak, Kedisiplinan Wajib Pajak, dan Penghindaran
Pajak Penghasilan.

xi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

xii

EFFECT OF APPLICATION OF SELF ASSESSMENT
TAX AVOIDANCE SYSTEM OF INCOME TRENDS
(Empirical Study taxpayer In KPP Pratama
Surabaya Rungkut)
By:
Tri Bangga Nirmala
Abstract
Domestic revenue is instrumental in the success of national development.
Now the government to implement self assessment taxpayers as a system that is
subject to tax in determining tax obligations entrusted to calculate, menbayar, and
report the total amount of tax payable, in accordance with the regulations that tax
compliance is essential in order to calculate the tax payable honest and deposits as
well as reporting on time. To prove the influence of awareness and meguji
taxpayer, Taxpayer Honesty, Passion Paying Taxes and Tax Disciplinary inherent
in taxpayer against Income Taxation Trends in the Village Taxpayers Wonorejo,
District Rungkut, Surabaya.
The sample used in this study was 96 WP as respondents. While the source
of the data obtained from respondents' answers on questionnaires and data from
KPP Pratama WP Rungkut Surabaya. The data obtained were processed and
analyzed using multiple linear regression, using SPSS program. 16.0 for windows.
From the analysis has concluded that the hypothesis has been devoted
researchers, who claim that consciousness taxpayer, the taxpayer honesty, desire
to pay taxes, and most taxpayers discipline truth, because there is only
consciousness of taxpayers and taxpayer discipline that affects avoidance
tendencies taxes and while the taxpayer honesty and desire to pay taxes does not
affect the trend of tax evasion.

Keyword : Awareness Taxpayer, Taxpayer Honesty, Passion Paying Taxes,
Tax Disciplinary and Income Taxation.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Saat ini penerimaan dalam negeri didominasi oleh penerimaan sektor
pajak. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa penerimaan pendapatan dalam
negeri dari sektor pajak dinilai lebih stabil dan dinamis dibandingkan dengan
sektor non pajak lainnya.
Penerimaan dalam negeri sangatlah berperan dalam mensukseskan
pembangunan nasional. Sesuai dengan tekat menjadikan penerimaan pajak
sebagai tulang punggung penerimaan negara maka penerimaan negara yang
berasal dari sektor non migas yaitu sektor penerimaan pajak terus ditingkatkan.
Penerimaan pajak yang ditarik oleh pemerintah beragam jenisnya. Salah
satunya yang dipungut dari masyarakat adalah penerimaan Pajak Penghasilan
(PPh). Jenis pajak ini merupakan salah satu primadona pendapatan negara karena
Pajak Penghasilan (PPh) dianggap memegang peranan penting dalam memajukan
perekonomian, (Suryo dan Valentina,2006:3).
Disisi lain, pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban
kenegaraan dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama
melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan
nasional. Sesuai falsafah undang-undang perpajakan, membayar pajak bukan
hanya merupakan kewajiban, tetapi merupakan hak dari setiap warga negara untuk

1

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

ikut berpartisipasi dalam bentuk peran serta terhadap pembiayaan negara dan
pembangunan nasional.
Tanggung jawab atas kewajiban pembayaran pajak, sebagai pencerminan
kewajiban kenegaraan dibidang perpajakan berada pada anggota masyarakat
sendiri untuk memenuhi kewajiban tersebut. Hal tersebut sesuai dengan sistem
self assesment yang dianut dalam Sistem Perpajakan Indonesia, (Direktorat
Jendral Pajak,2010:3).
Komponen APBN tampak bahwa sumber pembiayaan APBN sejak Pelita I
sampai dengan Pelita VII selama ini yang terbanyak berasal dari minyak dan gas
bumi dan non migas yang sebagaimana besar berasal dari sektor pajak. Oleh
karena itu penerimaan dari sektor pajak senantiasa diupayakan agar terus
meningkat karena disektor inilah sumber penerimaan dalam negeri yang lebih
stabil dan dinamis. Sejak pemerintah melakukan reformasi Undang-Undang
Perpajakan tahun 1983, sumbangan penerimaan pajak terhadap negara terus
mengalami peningkatan, karena ini merupakan pewujudan dari tekad untuk
menjadikan penerimaan pajak sebagai tulang punggung penerimaan negara.
Sekarang pemerintah menerapkan self assessment system yaitu wajib pajak
sebagai subyek pajak di dalam menentukan kewajiban perpajakannya diberikan
kepercayaan untuk menghitung,menbayar,dan melaporkan jumlah jumlah pajak
yang terutang,sesuai dengan peraturan yang berlaku sehingga kepatuhan wajib
pajak sangatlah penting dalam rangka menghitung dengan jujur pajak
terhutangnya dan menyetor serta melaporkannya tepat waktu.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

Kebijakan dalam rangka meningkatkan penerimaan pajak, pemerintah
telah mengupayakan penyempurnaan sistem perpajakan nasional yaitu dengan
diberlakukannya undang-undang perpajakan baru yang dikenal dengan reformasi
perpajakan (tax reform) tahun 1983 yang dimulai berlaku tanggal 1 januari 1984
yang telah disempurnakan pada tahun 1994 dan yang terakhir tahun 2000 dari
official assessment system menjadi self assessment system. Tujuan utama
pemerintah melakukan reformasi perpajakan adalah agar Indonesia dapat lebih
mandiri dalam pembiayaan pembangunan.
Kebijakan ini pada hakikatnya merupakan suatu langkah perubahan yang
mendasar antara lain menyangkut masalah sistem pemungutan, sistem sanksi,
kemudahan dan kepastian hukum. Melalui kebijakan baru di bidang perpajakan
diharap adanya penyesuaian sikap, baik dari wajib pajak maupun aparatur pajak,
khususnya dalam rangka menjalankan self assessment system. Fungsi dan peranan
dari wajib pajak ditingkatkan, tanggung jawab

atas kewajiban pelaksanaan

pemungutan pajak sebagai pencerminan kewajiban di bidang perpajakan berada
pada wajib pajak sendiri (Indawati,2007:37).
Menurut Soemitro (1991:14) fungsi aparatur pajak dapat dialihkan dan
dikonsentrasikan pada tugas penyuluhan, pelayanan, pembinaan,dan pelaksanaan
undang-undang perpajakan baru,dengan adanya self assessment system peranan
aparatur dibatasi dan sebaliknya wajib pajak diharapkan lebih aktif karena telah
diberi kepercayaan untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya yang akan
masuk ke kas negara melalui kantor pajak sesuai dengan ketentuan yang telah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

ditetapkan. Self assessment system mengandung hal penting yang diharapkan ada
dalam diri wajib pajak yaitu kesadaran wajib pajak, kejujuran wajib pajak, hasrat
untuk membayar pajak dan kedisiplinan wajib pajak (Soemitro,1991:14).
Permasalahan yang dihadapi oleh wajib pajak di Indonesia adalah belum
siapnya masyarakat oleh ditetapkannya self assessment system secara murni. Hal
ini disebabkan antara lain belum cukupnya pengetahuan perpajakan tentang
kesadaran dan kejujuran wajib pajak dalam melaporkan perhitungan pajak
penghasilannya dengan benar dan lengkap. Rendahnya tingkat pengetahuan
perpajakan masyarakat tentang pajak mengakibatkan sikap masyarakat cenderung
apatis terhadap pajak yang akhirnya berpengaruh terhadap perilaku masyarakat
dalam hal kedisiplinan membayar pajak. Ironisnya, banyak masyarakat awam
yang masih belum mengerti arti pentingnya pajak bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara. Padahal pajak adalah salah satu sumber terpenting bagi pembiayaan
pembangunan suatu Negara dan kesejahteraan warganya (Soemitro, 1991:89).
Keuntungan self assessment system ini adalah Wajib Pajak diberi
kepercayaan oleh pemerintah (Fiskus) untuk menghitung, membayar, dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan perpajakan yang
berlaku. Fungsi penghitungan adalah fungsi yang memberi hak kepada Wajib
Pajak untuk menentukan sendiri pajak yang terutang sesuai dengan peraturan
perpajakan. Atas dasar fungsi penghitungan tersebut Wajib Pajak berkewajiban
untuk membayar pajak sebesar pajak yang terutang ke Bank Persepsi atau kantor

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

pos. Selanjutnya Wajib Pajak melaporkan pembayaran dan berapa besar pajak
yang telah dibayar kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP).
Kelemahan self assessment system yang memberikan kepercayaan pada
Wajib Pajak untuk menghitung, menyetorkan dan
melaporkan sendiri pajak terutang, dalam praktiknya sulit berjalan sesuai dengan
yang diharapkan atau bahkan disalahgunakan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya
Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak patuh, kesadaran Wajib Pajak yang masih
rendah atau kombinasi keduanya, sehingga membuat Wajib Pajak enggan untuk
melaksanakan kewajiban membayar pajak. Rendahnya kepatuhan dan kesadaran
Wajib Pajak ini bisa terlihat dari sangat kecilnya jumlah mereka yang memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan mereka yang melaporkan Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunannya ( Kusumawati dan Tarjo, 2006).
Sementara itu, fenomena yang terjadi sekarang, perkembangan jumlah WP
semakin meningkat. Padahal jika dilihat dari teori yang ada, kebanyakan dari
masyarakat enggan untuk memenuhi kewajiban kenegaraannya yaitu kewajiban
sebagai WP. Bahkan yang terjadi, sebagian dari mereka berusaha untuk
menghindar dari pajak, baik itu perlakuan yang pasif sampai dengan perlakuan
yang aktif. Dari teori tersebut nampak berbeda dengan yang terjadi di Kota
Surabaya wilayah Rungkut dimana penulis menggunakan lokasi tersebut sebagai
obyek penelitian. Di Kota Surabaya wilayah Rungkut, jumlah WP yang terdaftar
dan memenuhi kewajiban perpajakannya dari tahun ke tahun semakin meningkat.
Terbukti sampai dengan tahun 2008 hingga sampai dengan tahun 20012, jumlah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

WP yang memenuhi kewajiban perpajakannya terus meningkat, tampak dalam
tabel berikut ini :
Tabel 1
Per kembangan Wajib Pajak Penghasilan Orang Pribandi yang
Menyampaikan SPT Tahunan
Jumlah SPT Perkembangan
%
yang
disampaikan
1
2008
1398
1045
75%
2
2009
1986
1249
72%
3
2010
2321
1624
70%
4
2011
2554
1711
67%
5
2012
2619
Sumber : KPP Pratama Surabaya Rungkut
NO.

Tahun
Pajak

Jumlah WP

Grafik Jumlah SPT yang disampaikan
3000
2500
2000
Jumlah WP

1500

Jumlah SPT

1000
500
0
2008

2009 2010

2011

2012

Grafik Perkembangan Persentasi
76%
74%
72%

2008

70%

2009

68%

2010

66%

2011

64%

2012

62%
2008

2009

2010

2011

2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah wajib pajak semakin meningkat
setiap tahunnya. Dimana jumlah wajib pajak tahun 2008 sebanyak 1398 orang dan
pada tahun 2012 menjadi 2619 orang. Begitu juga jumlah wajib pajak yang
menyetorkan SPT dari tahun 2008 sampai tahun 2012 selalu mengalami
peningkatan. Sedangkan untuk prosentase jumlah wajib pajak dan jumlah wajib
pajak yang menyetorkan SPT dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Ini
menunjukkan bahwa kurangnya kesadaran wajib pajak untuk memenuhi
kewajibannyayaitu menyetorkan SPT masa maupun SPT tahunan.
Hal ini dapat dimengerti karena dengan alasan bahwa hasil dari
pembayaran pajak kurang dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat
sebagai wajib pajak. Sehingga menimbulkan seatu kecenderungan perilaku
penghindaran pajak. Selain itu, dalam pelaksanaan self assessment system semua
wajib pajak diwajibkan mendaftarkan diri pada Direktorat Jendral Pajak atau
Kantor Pelayanan Pajak setempat untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak.
Beberapa latar belakang diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian
dengan judul:
“PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP
KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJ AK PENGHASILAN
( Study Kasus Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Surabaya
Rungkut )”. Penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian Farida (2008)
yang meneliti tentang Pengaruh Penerapan self assessment system Terhadap
Kecenderungan Penghindaran Pajak.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diajukan
oleh penulis adalah, sebagai berikut :
1. Apakah kesadaran wajib pajak, kejujuran wajib pajak, hasrat membayar
pajak, dan kedisiplinan wajib pajak berpengaruh terhadap kecenderungan
penghindaran pajak?
2. Apakah kesadaran wajib pajak mempunyai pengaruh yang dominan
terhadap kecenderungan penghindaran wajib pajak?

1.3. Tujuan Penelitian
Untuk membuktikan dan meguji Apakah kesadaran wajib pajak, kejujuran wajib
pajak, hasrat membayar pajak,dan kedisiplinan wajib pajak mempunyai pengaruh
terhadap kecenderungan penghindaran pajak dan apakah kesadaran wajib pajak
mempunyai pengaruh yang dominan terhadap kecenderungan penghindaran pajak.

1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat peneliti melakukan penelitian ini adalah, sebagai berikut:
a) Bagi Peneliti
Sebagai sarana untuk menerapkan dan mengaplikasikan teori–teori
yang telah diperoleh dari sumber–sumber lain, sehingga dapat bermanfaat
bagi pihak yang memerlukan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

b) Bagi Akademis
Referensi bagi penelitian lain yang ingin meneliti lebih lanjut tentang
pengaruh self assessment system pada kecenderungan penghindaran pajak
penghasilan.

c) Bagi Wajib Pajak
Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan masukan untuk lebih
mengetahui dan bisa menerapkan self assessment system dalam kewajiban
membayarkan pajaknya agar tidak terjadi penghindaran pembayaran pajak.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang digunakan oleh peneliti adalah, sebagai
berikut :
1. Rachman, Hakim Arief,2008
a. Judul

:

“ Pengaruh Tingkat Pemahaman Self Assessment System Terhadap
Kecenderungan

Penghindaran

Pajak

Penghasilan

Perorangan

Di

Kabupaten Banyuwangi “ .
b. Permasalahan
1.

:

Apakah terdapat pengaruh dalam penerapan self assessment system
(kesadaran wajib pajak, kejujuran wajib pajak, hasrat membayar
pajak, dan kedisiplinan wajib pajak) terhadap kecenderungan
penghindaran pajak ?

2.

Apakah kesadaran wajib pajak mempunyai pengaruh yang dominan
terhadap kecenderungan penghindaran pajak ?

10

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

c. Hipotesis

:

1. Bahwa terdapat pengaruh dalam penerapan self assessment system
(kesadaran wajib pajak,kejujuran wajib pajak,hasrat membayar pajak,
dan kedisiplinan wajib pajak) terhadap kecenderungan penghindaran
pajak.
2. Bahwa kesadaran wajib pajak mempunyai pengaruh dominan
terhadap kecenderungan penghindaran pajak.
d. Kesimpulan

:

Penelitian ini dilakukan untuk menguji dan membuktikan secara
empiris apakah terdapat pengaruh dalam penerapan self assessment
system terhadap kecenderungan penghindaran pajak perorangan di
Kabupaten Banyuwangi, serta menguji dan membuktikan secara empiris
apakah kesadaran wajib pajak mempunyai pengaruh dominan terhadap
kecenderungan penghindaran pajak.
Berdasarkan

hal

analisis

yang

dilakukan

dapat

diambil

kesimpulan bahwa hanya hasrat membayar pajak yang mempunyai
pengaruh signifikan terhadap kecenderungan penghindaran pajak
perorangan di Kabupaten Banyuwangi, sedangkan kesadaran wajib pajak,
kejujuran wajib pajak, dan kedisiplinan wajib pajak tidak memiliki
pengaruh signifikan. Dengan demikian variabel yang mempunyai
pengaruh

dominan

terhadap

kecenderungan

penghindaran

pajak

perorangan di Kabupaten Banyuwangi adalah hasrat membayar pajak,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

dimana pengaruh hasrat membayar pajak adalah positif artinya semakin
tinggi hasrat membayar pajak justru kecenderungan penghindaran pajak
perorangan di Kabupaten Banyuwangi semakin tinggi.

2. Savitri, Byuti Pinda, 2008
a. Judul

:

“ Pengaruh Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak, Pendapat Wajib Pajak
Tentang Berat Tidaknya Beban PPh, dan Tax Avoidance Wajib Pajak
Terhadap Keberasilan Penerimaan Pajak Penghasilan (studi kasus pada
KPP Pratama Kediri)“.
b. Permasalahan

:

1. Apakah kesadaran WP,pendapat WP tentang berat tidaknya beban PPh
dan Tax Avoidence yang meletak pada WP Orang Pribadi berpengaruh
baik terhadap keberhasilan pemerintah PPh Kelurahan Banjaran,
Kecamatan Kota, Kediri ?
c. Hipotesis

:

1. Diduga kesadaran Wajib Pajak, pendapat Wajib Pajak tentang berat
tidaknya beban pajak, dan Tax Avoidance yang meletak pada Wajib
Pajak Orang Pribadi berpengaruh terhadap penerimaan PPh Kelurahan
Banjaran, Kecamatan Kota, Kediri.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

d. Kesimpulan

:

Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh kesadaran
Perpajakan WP, Pendapat WP tentang Berat Tidaknya Beban PPh dan
Tax Avoidance WP terhadap keberhasilan Penerimaan PPh Kelurahan
Banjaran,Kecamatan Kota, Kediri. Dari hasil pengujian dapat dilihat
bahwa ketiga variabel bebas tidak ada yang berpengaruh signifikan
terhadap variabel terikat baik secara simultan maupun secara parsial.
Sehingga hipotesis

yang

menyatakan bahwa diduga Kesadaran

Perpajakan WP, Pendapat WP tentang Berat Tidaknya Beban PPh, dan
Tax Avoidance WP berpengaruh terhadap Keberhasilan Penerimaan PPh
di

Kelurahan

Banjaran,

Kecamatan

Kota,

Kediri

tidak

teruji

kebenarannya.

3. Maulida Nur Kamila Jilan, 2010
a. Judul

:

“ Pengaruh Penerapan Self Assessment System Terhadap Kecenderungan
Penghindaran Pajak ( Studi Kasus Wajib Pajak Pajak Penghasilan Orang
Pribadi Pada KPP Pratama Sidoharjo Barat ) “.
b. Permasalahan :
Apakah pengaruh kesadaran wajib pajak, kejujuran wajib pajak, hasrat
membayar pajak, dan kedisiplinan wajib pajak terhadap kecenderungan
penghindaran pajak?

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

c. Hipotesis

:

Bahwa pengaruh kesadaran wajib pajak, kejujuran wajib pajak, hasrat
membayar pajak, dan kedisiplinan wajib pajak terhadap kecenderungan
penghindaran pajak.
d. Kesimpulan

:

1. Hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara variabel
kesadaran wajib pajak terhadap kecenderungan penghindaran pajak
telah terbukti kebenarannya.
2. Hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara variabel
2, 3, 4, tidak teruji kebenarannya.

2.2.

Landasan Teori

2.2.1. Pajak
2.2.1.1. Pengertian
Banyak para ahli dibidang perpajakan yang memberikan pengertian atau
definisi yang berbeda–beda mengenai pajak, namun demikian berbagai definisi
tersebut mempunyai inti dan tujuan yang sama.
Pajak menurut S. I. Djajadiningrat dalam (Resmi, 2009 : 1) sebagai suatu
kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan kepada kas negara yang
disebabkan oleh suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang
ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik
dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum.
Definisi pajak menurut Dr. N. J. Feldman dalam (Resmi, 2009 : 2) pajak
adalah prestasi yang dipaksakan sepihak atau oleh dan terhutang kepada penguasa
(menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya
kontraprestasi, dan semata–mata digunakan untuk menutup pengeluaran–
pengeluaran umum.
Sedangkan pengertian pajak menurut pendapat Prof. Dr. Rochmat
Soemitro, S. H. dalam bukunya “ Dasar- dasar Hukum Pajak dan Pajak
Pendapatan” (1990 : 5) dalam (Resmi, 2009 : 1) Pajak ialah iuran rakyat kepada
kas negara berdasarkan atas Undang – Undang (yang dapat dipaksakan) dengan
tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan
digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Sehingga dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pajak
memiliki unsur–unsur :
1. Iuran dari rakyat kepada negara
Yang berhak memungut pajak hanyalah negara, iuran tersebut berupa uang
(bukan barang).
2. Berdasarkan Undang-Undang
Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang – undang serta
aturan pelaksanaanya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

3.Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat
ditunjuk.
4.Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran–
pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Dari keempat unsur diatas yang paling menonjol adalah unsur “ Paksaan “
yang dapat diartikan bahwa bila utang pajak tidak dibayar, maka penagihan dapat
menggunakan kekerasan seperti dengan surat paksa dan sita maupun
penyanderaan terhadap Wajib Pajak. Unsur kedua adalah “ tidak ada jasa timbal
balik dari pemerintah yang langsung dapat ditunjuk “. Hal ini memberikan kesan
bahwa :
1. Seseorang atau badan usaha membayar pajak karena terpaksa atau takut dengan
sanksi–sanksi yang harus ditanggungnya apabila tidak mau membayar
pajaknya dan
2. Bahwa seakan–akan pembayaran pajak merupakan pengeluaran sia–sia karena
tidak memperolah jasa timbal balik dari pemerintah yang langsung dapat
ditunjuk.
Rochmad Soemitro dalam (Resmi, 2009 : 1) mengkoreksi sendiri definisi
pajak tersebut menjadi : Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada
kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan “surplus”nya digunakan
untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public
investment.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

2.2.1.2.

Fungsi Pajak

Menurut Resmi (2009 : 3) fungsi pajak dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Fungsi Budgetair (sumber keuangan negara)
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai
pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber keuangan
negara, pemerintah berusaha memasukkan uang sebanyak–banyaknya untuk
kas negara. Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasi maupun
intensifikasi pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturan berbagai
jenis pajak seperti Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPn),
dll.
2. Fungsi Regularend (pengatur)
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah
dalam bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan–tujuan tertentu di luar
bidang keuangan. Contoh penerapan fungsi pajak sebagai pengatur adalah
sebagai berikut :
a. Pajak yang tinggi dikenakan pada pembelian barang mewah (PPnBM).
Pengenakan pajak ini dimaksudkan agar rakyat tidak berlomba–lomba
mengkonsumsi barang mewah (gaya hidup mewah)
b. Tarif pajak progresif dikenakan atas penghasilan. Dimaksudkan agar pihak
yang memperoleh penghasilan tinggi memberikan kontribusi yang tinggi
pula, sehingga terjadi pemerataan pendapatan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

c. Tarif pajak ekspor sebesar 0% dimaksudkan agar para pengusaha
mengekspor hasil produksinya di pasar dunia sehingga dapat memperbesar
devisa negara.
d. Pajak penghasilan dikenakan pada hasil industri tertentu (seperti semen,
rokok, baja dll) dimaksudkan agar terdapat penekanan produksi terhadap
industri karena dapat mengganggu lingkungan atau populasi (pencemaran
membahayakan kesehatan)
e. Pembebasan pajak penghasilan atas sisa hasil usaha koperasi dimaksudkan
agar pembangunan koperasi di Indonesia lebih berkembang.
f. Pemberlakuan Tax Holiday dimaksudakan untuk menarik investor asing
agar menanamkan modalnya di Indonesia.

2.2.1.3.

Sistem Pumungutan Pajak
Menurut Resmi ( 2009:11 ) dalam pemungutan pajak dikenal beberapa

sistem pemungutan,yaitu :
a.

Official Assessment System
Suatu pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan

untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai
dengan ketentuan uandang-undang perpajakan yang berlaku. Dalam sistem
ini,inisiatif dan kegiatan menghitung serta memungut pajak sepenuhnya berada di
tangan aparatur perpajakan. Dengan demikian berhasil atau tidaknya pelaksanaan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

pemungutan banyak bergantung pada aparatur perpajakan (peranan dominan ada
pada aparatur perpajakan).
b.

Self Assessment System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib Pajak

untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai
dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini,
inisiatif dan kegiatan menghitung serta pelaksanaan pemungutan pajak berada di
tangan Wajib Pajak dianggap mampu menghitung pajak, maupun memahami
peraturan perpajakan yang berlaku,dan mempunyai kejujuran yang tinggi, setra
menyadari akan arti pentingnya kejujuran yang tinggi, serta menyadari akan arti
pentingnya membayar pajak. Oleh karena itu, Wajib Pajak diberi kepercayaan
untuk :
-

Menghitung sendiri pajak yang terutang;

-

Memperhitungkan sendiri pajak yang terutang;

-

Membayar sendiri jumlah pajak yang terutang;

-

Melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang;

-

Mempertanggungjawabkan pajak yang terutang;

c.

With Holding System
Suatu sistem pemungtan pajak yang memberi wewenang kepada pihak

ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib
Pajak sesuai dengan undang-undang perpajakan yang berlaku. Penunjukan orang
ketiga ini bisa dilakukan dengan undang-undang perpajakan, keputusan presiden

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

dan peraturan lainnya untuk memotong dan memungut pajak, menyetorkan, dan
mempertanggungjawabkan melalui sarana perpajakan yang tersedia. Berasil atau
tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak terkandung pada pihak ketiga
yang ditunjuk.

2.2.1.4.

Pengelompokan Pajak

Menurut Mardiasmo (2009 : 5) pengelompokan pajak dibagi menjadi tiga
kelompok, antara lain:
1. Menurut Golongannya
Berdasarkan golongannya, masih dibedakan lagi

menjadi dua kelompok,

antara lain:
a. Pajak Langsung
Pajak yang harus dipikul sendiri oleh WP dan tidak dapat dibebankan
atau dilimpahakan kepada orang lain.
Contoh: Pajak Penghasilan
b. Pajak Tidak Langsung
Pajak yang pada akhirnya dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada
orang lain.
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

2. Menurut Sifatnya
Berdasarkan sifatnya,pajak dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
a. Pajak Subyektif
Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subyeknya, dalam arti
memperhatikan diri Wajib Pajak.
Contoh: Pajak Penghasilan
b. Pajak Obyektif
Pajak yang berpangkalpada obyeknya, dalam arti tidak memperhatikan diri
Wajib Pajak.
Contoh: PPN dan PPnBM

3. Menurut Lembaga Pemungutnya
Berdasarkan lembaga pemungutnya, pajak dibagi menjadidua bagian, yaitu:
a. Pajak Pusat
Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk
pembiayaan rumah tangga Negara.
Contoh: PPh, PPN, PPnBM, PBB, dan Bea Materai
b. Pajak Daerah
Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk
membiayaai rumah tangga daerah.
Pajak daerah terdiri atas:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

• Pajak propinsi : Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor.


Pajak Kabupaten / Kota : Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Hiburan.

2.2.1.5.

Timbul dan Hapusnya Hutang Pajak
Menurut Mardiasmo (2009 : 8) ada dua ajaran yang mengatur

timbulnya hutang pajak, antara lain :
1.

Ajaran Formil
Utang pajak timbul karena dikeluarkannya surt ketetapan pajak oleh fiskus.
Ajaran ini diterapkan pada Official Assessment System.

2.

Ajaran Materiil
Utang pajak timbul karena berlakunya undang-undang. Seseorang dikenakan
pajak karena suatu keadaan dan perbuatan. Ajaran ini diterapkan padaSelf
Assessment System.
Hapusnya utang pajak dapat disebabkan beberapa hal :

1. Pembayaran
2. Kompensasi
3. Daluarsa
4. Pembebasan dan Penghapusan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

2.2.1.6.

Hambatan Pemungutan Pajak
Hambatan terhadap pemungutan pajak dapat dikelompokkan menjadi:

1.

Perlawanan Pasif
Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak, yang dapat disebabkan antara
lain:
a. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat
b. System perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami masyarakat
c. System control yang tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik.

2.

Perlawanan Aktif
Perlawanan ini meliputi semua usaha yang secara langsung ditunjukkan
kepada pihak fiskus dengan tujuan untuk menghindarkan pajak.
Bentuk perlawanan aktif antara lain :
a. Tax Avodance
Usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar undang-undang.
b. Tax Evasion
Usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar undang-undang
pajak (menggelapkan pajak).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

2.2.2. Pajak Penghasilan ( PPh )
2.2.2.1.

Pengertian
Menurut (Suryo dan Valentina, 2006 : 4) Pajak Penghasilan (PPh)

adalah pajak yang dikenakan terhadap subyek pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Dengan kata lain, Pajak
Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap orang pribadi atau
perseorangan dan badan secara subyektif sesuai dengan kemampuan masing –
masing Wajib Pajak berkenaan dengan penghasilan yang diperoleh atau
diterimanya selama satu tahun pajak.

2.2.2.2.

Subyek Pajak
Menurut Suryo dan Valentina (2006 : 4-5), termasuk Subyek Pajak

Penghasilan meliputi :
a. Orang Pribadi, adalah orang yang bertempat tinggal di Indonesia atau berada
di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan dan mempunyai
niat untuk bertempat tinggal di Indonesia dan memiliki penghasilan.
b. Warisan, adalah warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
menggantikan yang berhak, hal ini dimaksudkan agar pengenaan pajak atas
penghasilan yang berasal dari warisan tetap dapat dilaksanakn.
c. Badan, adalah badan usaha berbentuk apapun yang didirikan dan
berpenghasilan di Indonesia (PT, Perseroan Komanditer, BUMN, BUMD,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

perseroan, firma, perkumpulan, kongsi, koperasi, atau jenis organisasi yang
lainnya).
d. Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh
orang pribadi / badan yang tidak bertempat tinggal / didirikan di Indonesia
atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan.

Tidak termasuk Subyek Pajak Penghasilan
1. Badan Perwakilan Negara Asing
2. Pejabat–pejabat Perwakilan Negara Diplomatik dan konsultan atau pejabat–
pejabat lain dari negara asing.
3. Orang–orang yang diperbantukan oleh mereka (butir 2) yang bekerja pada dan
bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan Warga Negara
Indinesia (WNI).
4. Organisasi–organisasi Internasional yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
RI, dengan syarat :
a. Indonesia sebagai negara anggota organisasi.
b.

Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepada pemerintah
yang dananya berasal dari iuran para anggota.

5. Pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan oleh Keputusan
Menteri Keuangan dengan syarat bukan warga Indonesia.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

Jenis Subyek Pajak Penghasilan
1. Subyek Pajak Dalam Negeri
a. Orang Pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang
berada di Indonesia.
b. Badan yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia.
c. Warisan yang belum terbagi sesuai satu kesatuan menggantikan yang
berhak.
2. Subyek Pajak Luar Negeri
a. Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan dan badan
yang tidak berkedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan usaha melalui BUT di Indonesia.
b. Orang Pribadi atau badan seperti pada poin a tetapi tidak menggunakan
BUT di Indonesia untuk melakukan usaha tetapi berpenghasilan di
Indonesia. Dalam hal ini, pajak langsung dikenakan pada subyek pajak luar
negeri, Suryo dan Valentina (2006 : 6 )

2.2.2.3.

Obyek Pajak Penghasilan
Menurut Suryo dan Valentina (2006 : 15-16) berikut ini, Termasuk

Obyek Pajak Penghasilan adalah :
Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak,
baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27

dikonsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan,
dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk hadiah atas kegiatan, laba
usaha, bunga premiun dan diskonto, royalti, sewa, warisan dan sebagainya.
Tidak termasuk Obyek Pajak Penghasilan adalah:
Adalah hibah atau sumbangan, penerimaan dalam bentuk natura, pembayaran
asuransi, bunga obligasi yang diterima reksadana, penghasilan modal ventura
(Suryo dan Valentina,2006 : 17).

2.2.2.4.

Tarif Pajak
Tarif pasal 17 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1983 sebagaimana

diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomer 36 Tahun 2008, dengan ketentuan
sebagai berikut (Resmi, 2009:130) :
a. Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri adalah sebagai berikut:
Lapisan Penghasilan Kena Pajak
Rp0,00 s/d Rp. 50.000.000,00 ( lima puluh juta
rupiah )
Di atas Rp. 50.000.000,00 ( lima puluh juta
rupiah ) s/d Rp. 250.000.000,00 ( dua ratus lima
puluh juta rupiah )
Di atas Rp.250.000.000,00 ( dua ratus lima
puluh juta rupiah ) s/d Rp. 500.000.000,00 (
lima ratus juta rupiah )
Di atas Rp. 500.000.000,00 ( lima ratus juta
rupiah )

Tar if Pajak
5%
(lima persen)
15%
(lima belas persen)
25%
(dua puluh lima persen)
30%
(tiga puluh persen)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

28

2.2.3. Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak
Kesadaran adalah keinsyafan, keadaan mengerti, tahu dan merasa
(Kamus Besar bahasa Indonesia, 2002: 975). Jadi kesadaran wajib pajak
adalah sikap tahu dan mengerti yang dimiliki oleh wajib pajak untuk
memahami arti dan fungsi dari pembayaran pajak.
Banyak masyarakat yang belum mengerti akan pentingnya arti
pajak, hal ini disebabkan karena masih terdapat pandangan yang salah
mengenai pajak atau adanya penyimpangan-penyimpangan dari arti pajak
yang sebenarnya. Dengan adanya hal tersebut dapat menyebabkan
keengganan atau perasaan berat untuk membayar pajak. Pembayaran pajak
yang dilakukan oleh wajib pajak hanya karena dalam keadaan terpaksa
atau karena adanya kepentingan yang mendadak, bukan sama sekali
karena kesadaran akan membayar pajak (Tunggal, 1995: 7-8).
Untuk mencapai tingkatan kesadaran wajib pajak dalam membayar
pajak, juga tergantung dari cara pemerintah member penerangan dan
pelayanan bagi masyarakat pembayar pajak, agar kesan dan pandangan
yang keliru tentang arti dan fungsi pajak dapat dihilangkan (Tunggal,
1995: 8).
Menurut

Soemitro

(1991:5)

kesadaran

wajib

pajak

akan

kewajibannya dapat dipupuk melalui pendidikan foral maupun nonformal.
Dengan memiliki kesadaran akan pajak, maka wajib pajak juga harus
mempunyai keinginan membayar pajak (tax minded) dan sekaligus

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

29

ditanamkan kedisiplinan pajak (tax discipline) yang kuat dan disadari
dengan kejujuran yang mantap.

2.2.4. Kejujuran wajib Pajak
Kejujuran merupakan hal yang paling sulit karena kejujuran

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Kasus Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Sidoarjo Utara).

0 0 101

PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Empiris Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Surabaya Rungkut).

0 0 107

PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Kasus Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Industri Kecil di Wedoro).

1 3 110

PENGARUH TINGKAT PEMAHAMAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Kasus Wajib Pajak Orang Pribadi Pedagang Batu Permata di Surabaya).

0 0 88

PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Kasus Wajib Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pada KPP Pratama Sidoarjo Barat).

3 16 117

PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Kasus Wajib Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pada KPP Pratama Sidoarjo Barat)

0 0 24

PENGARUH TINGKAT PEMAHAMAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Kasus Wajib Pajak Orang Pribadi Pedagang Batu Permata di Surabaya)

0 0 21

PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Empiris Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Surabaya Rungkut)

0 0 23

PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Kasus Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Sidoarjo Utara)

0 0 20

ANALISIS PEMAHAMAN SELF ASSESSMENT SYSTEM PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

0 2 94