Tanah Bermuatan Variabel: Sifat Kimia, Mineralogi Dan Manajemennya.
PAPER zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPO
TANAH BERMUATAN VARIABEL:
SIFAT KIMIA, MINERALOGI DAN
MANAJEMENNYA zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQP
Ol e h:
Dr. Rina Devnita, Ir., M .S., M .Sc
zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWV
NIP 19631222 198903 2 001
NIDN 0022126309
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2010
LEMBAR PENGESAHAN
PAPER
TANAH BERMUATAN VARIABEL:
SIFAT KIMIA, MINERALOGI DAN
MANAJEMENNYA zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPON
Oleh;
Dr. Rina Devnita, Ir., M.S., M.Sc.
NIP. 19631222 198903 2 001
NIDN. 0022196309
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
Bandung, Maret 2010
Mengetahui:
Ketua Jurusan Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan
Fakultas Pertanian
Universitas Padjadjaran
NIP. 19570311 198601 1001
Penulis
Dr. Rina Devnita, Ir., M.S., M.Sc.
NIR 19631222 198903 2 001
KATA PENGANTAR zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLK
Fuji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah swt atas rahmat, karunia
dan izin NYA, Penulis dapat menyelesaikan paper berjudul "Tanah Bermuatan
VariabekSifat Kimia, Mineralogi dan Manajemennya". Tulisan pada paper ini
bermaksud untuk mengatasi kekurangan tulisan dan informasi terkait dengan
tanah bermuatan variabel, yang sesungguhnya merupakan tanah pada sebagian
besar lokasi di hidonesia.
Penulis berharap tulisan pada makalah ini dapat bermanfaat untuk
menambah dan memperkaya informasi mengenai tanah bermuatan variabel terkait
dengan sifat kimia, mineralogi dan manajemeimya.
Bandung, Maret 2010
Penulis,
Rina Devnita
DAFTARISI
Hal
L
PENDAHULUANzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
1
n.
MINERALOGI TANAH BERMUATAN VARIABEL
2
m
A.
Mineralogi secara Umum
2
B.
Tanah Terlapuk Sangat Lanj ut
3
C.
Tanah Abu Gunungapi
5
KARAKTERISTIK KIMIA TANAH BERMUATAN VARIABEL
A.
B.
C.
D.
Karakteristik Kimia secara Umum
9
a. Sifat Kimia Fase Basah
10
b. Sifat Kimia Fase Padat
10
Partikel Tanah dan Muatan PermukaannyazyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGF
'.
11
a. Sorben Bermuatan Gand^
11
b. . Sorben Bermuatan Variabel
14
Jerapan
17
a. Ion Potensial yang Menentukan : Padatan atau Cair Persaingan dan
Sifat Jerapannya
17
b. Ko-adsorpsi
19
c.
Ko-adsorpsi dan Kompetisi Ion Elektrolit pada Tapak Permukaaan
21
Reaksi Kimia pada Padatan : Permukaan pada Tanah Bermuatan Variabel...
23
a.
Penyelidikan Struktur Lapis Ganda ListrikzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIH
(Electrical Double Layer) ..
23
b.
Model Hubungan pada Tanah Bermuatan Variabel
25
i.
Sorben tunggal
26
ii.
Sistem yang didominasi oleh oksida logam
28
iii.
iv.
Sistem Sorben Ganda
Pengaruh Tnteraksi Partikel terhadap Muatan Permukaan dan
Adsorpsi
Muatan Efektif Permukaan dalam Sistem Sorben Campuran
29
v.
rv
9
32
38
MANAJEMEN TANAH BERMUATAN VARIABEL
43
A.
44
B
DEGRADASI KIMIA TANAH BERMUATAN VARIABEL
MANAJE>4EN TANAH BERMUATAN VARIABEL
a. Manajemen pH Tanah
b. Manajemen Bahan Organik Tanah
c. Penambahan Fosfat, Silikat dan Liat Bennuatan Permanen ke Tanah
Bermuatan Vanabel
DAFTAR PUSTAKA
45
45
47
48
52
I zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYX
I. PENDAHULUAN
Tanah yang banyak mengandung permukaan amfoter dan bersifat reaktif pada
Oxisol, Ultisol, Alfisol, Spodosol dan Andisol merupakan tanah bermuatan variabel
(Theng, 1980). Tanah tersebut cukup banyak terdapat muka bumi, dan merupakan
tanah yang melapuk sangat lanjut atau tanah berkembang dari abu gimungapi.
Tanah bermuatan variabel mempunyai karakter morfologi, mineralogi, kimia,
fisika, biologi dan genetik yang beragam dengan rentang yang lebar. Akan tetapi,
terdapat kesamaan sifat umum yakni besar dan tanda muatan permukaannya
tergantung pada pH, komposisi ionik dan konsentrasi ionik (Sumner, 1995).
Muatan variabel dapat berasal dari bahan organik dengan gugus reaktif
karboksil, fenolik atau amino, serta bahan inorganik dengan gugus reaktif hidroksil.
Muatan variabel dihasilkan dari adsorpsi atau desorpsi ion yang terdapat pada fase
padat seperti
dan ion-ion yang bukan fase padat.
Tanah bermuatan variabel mempunyai sistem muatan yang heterogen.
Interaksi koloid tanah dengan muatan permukaan yang berlawanan tandanya sangat
menarik, terutama sifat fisika dan kimia tanahnya. Tanah ini mempunyai tantangan
tersendiri jika dibandingkan dengan tanah bermuatan permanen di daerah subtropis.
Berbagai penelitian dilakukan untuk menjelaskan perbedaan sifat tanah
bermuatan variabel dengan bemiuatan permanen.
Ahli ilmu tanah terkemuka seperti
Uehara, Mattson, Schofield, van Olphen, Sumner, Thomas, Gillman, Wada, dan
Barrow telah memberikan kontribusi untuk memperoleh pengertian yang lebih baik
mengenai tanah bermuatan variabel yang sangat menarik ini.
1
n. Mineralogi Tanah Bermuatan Variabel
A. Mineralogi secara Umum zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
Mineral tanah bermuatan variabel terdiri dari kaolinit, oksida Fe dan Al,
gibsit, hidroksi interlayer vermikulit, muskovit, smektit, aiofan, imogolit, ferihidrit
dan opalin silika. Mineral pada fraksi pasir antara lain kuarsa, feldspar, ortoklas,
plagioklas, mika, piroksin, amfibol, dan gelas volkan. Mineral tersebut merupakan
mineral utama pada Oksisol, Ultisol, Alfisol, Spodosol dan Andisol. Fraksi liat tanah
lapisan bawah juga didominasi oleh mineral kaolinit, gibsit, goethit, hematit, aiofan,
imogolit dan ferihidrit (Uehara dan Gillman, 1981). Meskipun demikian, kandungan
dan proporsi mineral, tekstur dan pennukaan spesifik tanah-tanah tersebut berbedabeda, sehingga terdapat variasi perbedaan sifat yang cukup signifikan.
Tanah bermuatan variabel mempunyai salah satu karakteristik mineral
berikut:
1.
Sejumlah besar kaolinit dan oksida Fe dan Al yang kurang reaktif
terutama hematit dan gibsit (contoh khas Oksisol di Australia)
2.
Sejumlah besar kaolinit dan oksida Fe dan Al yang sangat reaktif
terutama hematit dan gibsit (contoh khas Ultisol di Amerika Serikat
bagian selatan dan Afrika Selatan)
3.
Sejumlah besar mineral amorf yang sangat aktif seperti aiofan,
imogolit dan ferihidrit (contoh khas Andisol)
2
4.zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
Hampir seluruhnya didominasi oleh kaolinit dan sedikit oksida Fe
(contoh khas Ultisol Amerika Serikat bagian selatan, Brazil dan
Oksisol di Hawaii).
5.
Hampir seluruhnya didominasi oleh oksida Fe dan AJ yang tidak
terlalu reaktif, dan adakalanya oksida Ni (contoh khas Oksisol di
Kaledonia Barn dan Jamaika)
Karakteristik mineral tanah yang terlapuk sangat lanjut di daerah tropis
lembab (terutama Oksisol dan Ultisol) dan tanah abu volkan (terutama Andisol) akan zyxwvutsrqp
*
dijelaskan pada pembahasan selanjutnya.
B. Tanah Terlapuk Sangat Lanjut
Mineralogi fraksi pasir, debu dan liat tanah terlapuk sangat lanjut dicirikan
oleh keberadaan mineral primer dan sekunder yang secara termodinamis sangat stabil.
Kebanyakan horison oksik dan argilik mempunyai mineral dominan yang dapat
mencapai 90 % dari total tanah. Di antaranya adalah mineral silikat tipe 1 : 1 grup
kaolinit; oksida Fe, Al, dan Ti; dan beberapa mineral yang sangat tahan pelapukan
seperti kuarsa, muskovit dan adakalanya hidroksi inter-layer vermikulit. Keberadaan
muskovit pada tanah yang berasal dari batuan induk yang mengandung mika memberi
kesan bahwa muskovit tahan terhadap pelapukan (Herbillon, 1980).
Meskipun daftar mineral utama kelihatannya tidak banyak, akan tetapi
keragamannya cukup lebar.
Hal ini dapat disebabkan baik oleh variasi proporsi
mineral ataupun karakteristik yang berbeda pada mineral yang sama. Mineral yang
3
dominan kebanyakan adalah kaohnit.
Sementara pada mineral oksida, oksida Fe
berupa goethit dan hematit adalah mineral yang paling utama.
Kristal kaolinit pada tanah terlapuk sangat lanjut berbeda jika dibandingkan
dengan kaolinit yang berasal deposit geologi yaitu berukuran jauh lebih kecil namun
mempunyai area permukaan reaktif yang lebih besar (TabelzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSR
2). Kristal kaolinit pada
tanah terlapuk sangat lanjut juga mempunyai kandungan struktur Fe yang lebih
tinggi, seperti ditemukan pada Oxisol dari Brazil Selatan yang mempunyai hampir
2% kaolinit kaya Fe. Masuknya Fe dalam kristal kaolinit pada daerah tropis lembab
mempengaruhl perkembangan kristal dan reaktivitas permukaannya (Mestdaghzyxwvutsrqponmlkjihgfe
et al.,
1980).
Meskipun sudah cukup lama diketahui, namun baru disadari bahwa substitusi
Al dalam oksida Fe merupakan hal yang sangat lazim dan tingkat substitusinya sangat
tinggi.
Substitusi Al terhadap Fe biasanya menghasilkan derajat kristalisasi yang
lebih rendah, ukuran partikel yang lebih kecil, dan peningkatan areal permukaan
reaktif yang cukup signifikan (Anand dan Gilkes, 1987).
Aktivitas Al yang larut
dalam kristal goethit yang sedang berkembang
merupakan faktor yang penting dalam menentukan tingkat substitusi Al pada goethit,
yang dipengaruhi oleh pH serta konsentrasi Si. Tingkat kematangan tanah, posisi
pada lansekap dan horison sangat penting untuk menentukan pengaruh substitusi Al
pada oksida Fe (Fitzpatrick and Schwertmann, 1982). Pada profil laterit yang dalam
di Kamerun ditemukan bahwa substitusi Al terhadap Fe pada goethit meningkat
menurut urutan : Fe nodul (10 - 15 mol %) < matriks liat berwama merah (15 - 20
mol %) < matriks liat berwarna kuning (20 - 25 mol %). (Catalan : substitusi Al
4
terhadap Fe dalam goethit digambarkan dalam satuan substitusi mol %). Substitusi zyxwvutsrqp
yang rendah ( 0 - 1 0 mol %) ditemukan pada lingkungan yang hidromorf, sementara
substitusi yang tinggi (>33 mol %) terjadi jika berasosiasi dengan gibsit. Substitusi
Al terhadap Fe pada goethit yang mencapai 28 % ditemukan pada Xanthic Ferralsol
di Kongo (BaertzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
et al, 1999).
Di antara mineral silikat tipe 2:1 seperti mika, vermikulit dan smektit pada
tanah terlapuk sangat lanjut yang memiliki horison argilik, mika dioktahedral.
(muskovit) merupakan mineral yang paling banyak ditemukan.
Mineral liat
campuran dan smektitjuga lazim pada tanah ini. Akan tetapi vermikulit relatif jarang
ditemukan dan biasanya hanya terdapat pada tanah yang belum telalu melapuk di
daerah tropis basah (Juo, 1980).
C. Tanah Abu Gunungapi
Tanah abu gunungapi mengalami perubahan yang bertahap, hasil pelapukan
mineral primer yang terdapat pada deposit abu gunungapi. Ada dua kecenderungan
perkembangan abu gunungapi tersebut, yang dibedakan sebagai berikut:
1.
Abu gunungapi
1:1+ Fe bebas
2.
filosilikat
tipe 2:1 + Fe bebas-*- filisilikat tipe
Al bebas + Fe
Abu gunungapi
material yang kaya Al + Fe bebas —> filiosilikat
tipe 1:1 + Fe bebas
Al bebas + Fe
Kecenderungan pertama membutTjhkan bahan induk yang kaya kation basa
dan pelepasan produk pelapukan yang lambat. Kecenderungan kedua membutuhkan
pelepasan produk pelapukan yang sangat cepat (Van Ranst el ai, 1993).
5
Kecepatan pelapukan tergantung pada beberapa faktor seperti jumlah, ukuran,
porositas serta komposisi kimia dan mineralogi mineral primer khususnya gelas
volkan (Van RanstzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
et al, 1993). Faktor lain adalah lamanya waktu sejak deposisi
terjadi, iklim, komposisi lapisan yang lebih dalam, serta ada atau tidak adanya lapisan
muka air tanah (Dahlgren et al, 1993).
Menurut Dahlgren et al
(1993), mineral yang terbentuk dari produk
pelapukan adalah oksida Fe bebas, hidroksida atau (oksi)hidroksida, filosilikat 2:1
sekunder yang mengandimg kation basa baik pada kisi-kisi ataupun ruang
antarlapisan, mineral yang mengandung Al tinggi, mineral ordo kisaran pendek
(aiofan dan imogolit), mineral yang struktur dan komposisinya kurang jelas (mirip
aiofan), Al-organo kompleks (gibsit), filosilikat tipe 1:1 (kaolinit dan haloisit), serta
Al bebas yang memiliki struktur kristal (gibsit - boehmit).
Analisis
mineralogi
fraksi
pasir
dan
debu
tanah
abu
gimungapi
memperlihatkan bahwa tanah im sebahagian besar terdiri dari material yang ringan,
dan yang terbanyak adalah gelas volkan serta feldspar. Mineral lain mungkin silika
(kuarsa dan kristobalit) dan mika. Komponen minoritasnya adalah butiran pumis
yang terlapuk. Mineral berat yang ditemukan pada fraksi pasir halus sebagian besar
berupa hiperstin, opak, augit dan hornblende (Shoji, 1986).
ditemukan, karena mineral ini sangat mudah lapuk.
Olivin sangat jarang
Meskipun demikian, olivin
dengan gelas volkan yang berwama maupun tidak, juga ditemukan sangat banyak
pada abu gunungapi basaltik (Shoji et al, 1975).
Mineral utama pada fraksi liat adalah aiofan dan imogolit. Mineral liat lain
yang penting adalah oksida Fe non kristalin yang mungkin ferihidrit ataupun bukan
6
ferihidrit (ChildszyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
et al., 1991). Selain mineral tersebut, tanah abu gunungapi juga
mengandung mineral tipe 2:1 dan bentuk antaranya seperti haloisit, gibsit dan silika
opalin sebagai komponen minor meskipun adakalanya juga cukup menentukan dan
dominan.
Filosilikat inlerslralified
1:1 - 2:1
kadang-kadang juga ditemukan pada
tanah im (Fiantis e( ai, 1998).
Penelitian yang dilakukan selama 30 tahun terakliir membuktikan bahwa
tanah abu gunungapi dicirikan oleh |iemberitukan mineral ordo kisaran pendek seperti
aiofan dan imogolit dan materia! lain yang berasal dari abugunungapi.
Imogolit
biasanya dijumpai bersama aiofan, namun dalam jumlah yang lebih sedikit (Wada,
1989). Meskipun demikian, pada lingkungan yang kaya bahan organik, p e m b e n t u k a n
mineral tersebut akan terbatas dan terhambat akibat terbantuknya Al-humus kompleks
yang stabi! yang biasanya terakumulasi pada horsion permukaan.
Kecepatan ko-
presipitasj dengan Si untuk m e m b e n t u k aiofan dan imogolit juga berkurang. Keadaan
ini mendorong terbentuknya silika opalin ( W a d a 1980).
Silika opaiin ditemukan
lebih banyak
pada tanah abu gunungapi
muda
dibandingkan tanah abu gunungapi tua, serta pada tanah kaya humus pada horison A
serta horison A yang tertimbun, dibandingkan pada horison B atau C (Wada, 1980).
Keberadaan tersebut menunjukkan bahwa silika opalin terbentuk pada tahap awal
perkembangan
Komponen
tanah
inilah
ketika pelapukan
iiielepaskan Si dari abu sangat
yang mencegah terbentuknya Al-humus
kompleks.
banyak.
Hal
ini
menuiijukkan bahwa pembentukan .silika Djialin dan Al-humu.s komplc;k,s terbentuk
secara parale!, Nainun .silika (ipalwi ndak (erbeiUuk jika alotan dan imogolit terbentuk
(Wada, 1985).
7
Haloisit biasanya ditemukan pada lapisan abu dan pumis yang tua dan
tertimbun, jika Si disuplai dalam jumlah yang cukup melalui air perkolasi (Wada,
1989). Pada tanah abu gunungapi yang kering dengan pergerakan air yang terbatas,
haloisit terbentuk lebih banyak dibandingkan dengan aiofan dan imogolit pada
horison permukaan. Pembentukan haloisit terutama dipengaruhi dari ketersediaan Si
pada larutan tanah (ParfitzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
et al, 1983).
Fe pada tanah abu gunungapi kebanyakan berada dalam bentuk hidroksida
nonkristalm dan sebahagian sebagai kompleks Fe-humus. Hidroksida non kristalin
mungkin berupa feriiiidrit, yaitu mineral Fe hidroksida ordo .kisaran pendek (Parfit et
al, 1983).
Mineral silikat seperti vennikulit, smektit dan bentuk antaranya dengan klorit
dan mika sering ditemukan pada tanah abu gunungapi. Kandungannya secara umum
rendah, akan tetapi pada beberapa tanah abu gunungapi ditemukan dalam jumlah
yang cukup banyak bahkan dominan (Wada, 1980).
Penelitian mengenai tanah abu gunungapi di daerah arid dan semi arid j a r a n g
dilaporkan. Mineralogi liat tanah tersebut kelihatanitya cukup berbeda dengan tanah
yang berasal di daerah humid.
Aiofan dan imogolit jarang atau bahkan tidak
ditemukan. Sebagai gantinya ditemukan oksida Fe silisious yang berasosiasi dengan
embrionik haloisit (haloisit berordo lemah), atau aiofan yang kaya Si dan Fe, serta
smektit (Wada dan Kakuto, 1985).
8
nL
KARAKTERISTIK KIMIA TANAH BERM UATAN VARIABEL
A.Karakteristik Kimia secara Uraura zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCB
Penelitian mengenai karakteristik elektrokimia tanah bermuatan variabel telah
dilakukan di selunih dunia selama lebih dari 70 tahun. Banyak usaha dan waktu telah
dihabiskan untuk meneliti tanah ini. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa tanah
terlapuk sangat lanjut dan tanah abu gunungapi ini mempunyai sifat kimia yang unik,
yang membuatnya berbeda dengan tanah lam.
Karakter kimianya yang khas antara lain :
1. Titik muatan nol yang mendekati nilai pPI
2. Kapasitas tukar anion (KTA) yang tinggi
3. Membutuhkan kapur dan gipsum yang besar untuk menetralkan pH
4. Afinitas jerapan kation seperti Ca dan Mg yang besar yang dapat
membentuk kompleks dengan pennukaan lingkaran luar ataupun dalam,
meskipun kompleks permukaan dalam sebenarnya lebih penting.
Tanah bermuatan variabel yang paling ekstrini adalah Oksisol yang hanya memiliki
sedikit muatan permanen.
{poin/ of zero net.
Oleh sebab itu titik muatan netto nolzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTS
charge / PZNC) sama dengan titik muatan proton netto nol [point of zero net proton
charge / PZNPC).
Hasil berbagai penelitian di seluruh dunia menunjukkan bahwa
titik muatan netto nol tanah berkisar antara 3 - 5.4. (Qafoku et ai. 2000b).
9
a. Sifat Kimia Fase Cair
Sifat kimia fase cair khususnya pH larutan tanah dan kekuatan
ionik
merupakan faktor penting yang menentukan sifat kimia tanah bermuatan variabel.
Meskipun terdapat sedikit perubahan dalam besarnya sifat fase cair ini, pengarulmya
cukup besar terhadap muatan permukaan dan koloid.
Larutan tanah bermuatan
variabel ini sangat eneer karena telah terjadi pencucian intensif Tanah di Queensland
Utara di Australia misalnya, mempunyai batas atas kekuatan ionik sekitar 0.005.
Secara umum larutan tanah lebih eneer pada lapisan bawah Oksisol dan Ultisol
dibandingkan dengan lapisan atasnya.
sebaliknya pada Aifisol.
Akan tetapi kecenderungan ini akan menjadi
Tanah b e n n u a t a n
vanabel ini biasanya lebih masam
dibandingkan tanah pada umumnya, dan nilai pHnya biasanya berdekatan dengan
nilai P Z N C ataupun P Z S E (titik nol di bawali pengaruh garam) (Qafokuzyxwvutsrqponmlkjihg
et al.,
2000b).
b.Sifat Kimia Fase P a d a t
Tanah bermuatan variabel biasanya mengalami pelapukan isoelektrik dan
akhirnya mencapai muatan netto nol dalam proses perkembangaimya.
Konsep
pelapukan isoelektrik telah diperkenalkan 70 tahun yang lalu. Koloid amfoter tanah
ini memiliki kecenderungan untuk merubah komposisi mereka sedemikian, sehingga
titik iso-elektnk tanah berimpit dengan pH. Tanah ini dicirikan oleh adanya mineral
yang mempunyai P Z N P C pada pi 1 netral atau agak basa.
antaranya
oksida
Fe dan Al sert;i
aiofan,
m e m p u n y a i muatan permukaan neiio positii"
F^ad;i kondisi
Mineral terpenting di
mas am,
mineral
ini
Sebaliknya, illosilikat akan b e n n u a t a n
10
negatif pada kondisi basa. Oleh sebab itu, tanah bemiuatan variabel ini dicirikan oleh
sistem bemiuatan campuran.
BzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
.Partikel Tanah dan Muatan Permukaannya
Berdasarkan
karakteristik
muatan
permukaannya,
partikel
tanah
dikelompokkkan dalam dua tipe yaitu : partikel bermuatan ganda (filosilikat dan
aiofan) serta partikel bermuatan variabe! (oksida logam).
Mineral-mineral tersebut
ditemukan dalam jumlah ci'kup banyak pada tanah bermuatan variabel sehingga
mereka menentukan sifat kimia tanah ini. Akan tetapi jika mereka ditemukan dalam
jumlah kecil, sifat kimia permukaan tanalinya didominasi oleh mineral sekunder atau
butiran yang melapisinya (DaviszyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
et al, 1988).
a.
Sorben Bennuatan Ganda
Mineral tanah bennuatan ganda seperti filosilikat biasanya menghasilkan
muatan permanen dan muatan vanabel pada ]3ermukaan yang berbeda dalam partikel
yang sama.
Mineral ini juga disebut mineral bermuatan permanen atau konstan.
Rongga ditrigonal siloksan dari permukaan siloksan filosilikat akan menghasilkan
muatan negatif pennanen, hasil substitusi isomorfik pada struktur kristal intemalnya
(Sposito, 1984). Besar muatan permukaan negatif ini tidak tergantung pada pH dan
kekuatan ionik larutan tanah,
Sebaliknya, pinggiran mineral ini menghasilkan
muatan vanabel, 3'ang tergantung pada pi 1 dan kekuatan ionik larutan tanah.
Oleh
sebab itu tanah ini disebul bermuatan ganda. Mineral bennuatan ganda yang [xiling
11
sering ditemukan adalah kaolinit. Aiofan juga mempunyai muatan permanen dan
muatan variabel, seliingga juga tergolong bermuatan ganda.
Mineral-mineral berikut adalah mineral bermuatan ganda :
(a)
Kaolinit :
Kaolmit adalah mineral filosilikat tipe 1:1 yang area
pennukaan spesifiknya relatif rendah (5 -
39
g"') dan berbentuk piringan
pseudohexagonal. Kaolinit memiliki lembaran Al oktahedral dan Si tetrahedral. Ion
oksigen (O"^) berhubungan dengan bagian tengah Al pada lembaran gibsit oktahedral
serta bagian tengah Si pada lembaran siloksan tetrahedral.
Energi kohesi antara
lembar kaolinit yang berdekatan mencapai 18,64 kcal per unit sel. Setiap lembaran
kaolinit mempimyai dua permukaan yang disebut pennukaan oksigen pada lembar Si
tetrahedral dan permukaan hidroksil pada lembar Al oktahedral. Kedua permukaan
ini menyebabkannya bermuatan netral dan mempunyai reaktixatas permukaan 3'ang
rendah.
Akan tetapi pinggiran
partikel kaolmit mempunyai
muatan
variabel
koordinat tunggal aluminol dan siianol yang belum temetralkan sehingga menjadi
cukup reaktii~.
Substitusi isomorfik Si oleh Al yaitu grup (Si-O-Si) yang digantikan oleh
muatan negatif grup (Si-O-Al) pada struktur kisi-kisi pemiukaan lapisan siloksan
menyebabkannnya
filosilikat
tipe
2:1
mempunyai
yang
muatan struktur
mempunyai
lapisan
pennanen
siloksan
(konstan).
Mineral
meningkatkan
muatan
permukaan negatifnya dengan cara ini. Kaolinit memiliki muatan pemiukaan yang
yang paling rendah (1 -
.5 cmol(o) k g ' ) , karena hanya sedikit terjadi
substitusi
isomorfik di dalam s t r u k t u n n a . Titik muatan netto nol kaolinit pada tanah di Georgia
12
adalah sekitar 3.6 dan titik muatan proton netto nolnya adalah sekitar 5 dan 5.4
(Schroth and Sposito, 1997).
Meskipun sifat asam/basa mineral bermuatan ganda dan oksida Si belum
cukup dimengerti dan penelitian yang berkaitan dengan hal ini masih relatif jarang,
bukti yang meyakinkan telah ada untuk memperlihatkanzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSR
bahwa selain bermuatan
permanen, pinggiran partikel kaolinit menghasilkan muatan variabel (Wieland and
Stumm, 1992).
Partikel kaolinit terdiri dari tiga permukaan morfologi
yang berbeda
komposisi kimianya yaitu permukaan gibsit dan siloksan (keduanya merupakan
permukaan basal) dan oksida kompleks senyawa A1(0H)3 dan Si02 pada pinggiran
permukaan.
Kaolinit
mempunyai
grup terminal
oxo dan
hydroxo
pada
permukaannya yang memungkin mereka bereaksi dengan kompleks ion logam dan
ligan : Al-OH-Al dan grup =A10H pada lapisan gibsit; Si-O-Si dan grup =SiOH pada
lapisan siloksan, serta grup =A10H dan =SiOH pada pinggiran permukaan (Wieland
dan Stumm, 1992).
Tiga model dapat digunakan untuk untuk menggambarkan karakteristik asam
dan basa kaolinit yaitu :
•
reaksi pertukaran gugus aluminol pada pinggiran mineral dengan pKai ^
6.5 dan pKa2
•
=8.5,
reaksi pertukaran gugus aluminol pada permukaan gibsit dengan pK^i ^
3.4 dan pKa,
=
=
= 8.4
13
•
tapak muatan negatif = X 0 pada permukaan siloksan dimana pertukaran ion
terjadi.
(b) Aiofan.
Pada nama aiofan terikut kelompok mineral aluminosilikat
dengan struktur utama ordo kisaran pendek berupa nano partikel berbentuk bola
berdiameter 3.6 nm, dengan komposisi kimia yang terdiri dari silika dan Al (Qafoku zyxwvutsrqpo
et ai, 2003). Luas pennukaan spesifik yang diukur dengan etilen glikol monoetil eter
bervariasi antara 700 - 900 m^ g"',
Aiofan dapat mempunyai muatan permanen
maupun muatan variabel dan dominasi salah satu muatan tersebut ditentukan oleh
struktur mineral.
Misalnya jika tanah kaya kandungan Si,
Al akan mempunyai
koordinat 4 melalui substitusi isomorfik pada Si tetrahedral.
Pada kondisi ini, Al
lebih menyukai mensubtitusi Si daripada membentuk unit ok-tahedral yang terpisah
(Harsh el ai,
2002).
Muatan variabel merupakan hasil protonasi dan disosiasi
permukaan fungsional aluminol dan siianol dengan grup aluminol yang bennuatan
negatif, netral atau positif
Karena aiofan adalah mineral tanah bermuatan ganda,
PZNPC nya tidak sama dengan PZNC.
b. Sorben Muatan Variabel
Tanah bermuatan variabel mempunyai koloid bennuatan variabel dan oksida
logam terutama Fe dan Al. Oksida-oksida ini mempunyai gugus permukaan reaktif
yang bersifat amfoter dan mengalami protonasi sehingga bermuatan positif pada
kondisi masam, atau mengalami deprotonasi sehingga bermuatan negatif pada kondisi
basa. Secara umum permukaan oksida mempunyai muatan permukaan netto positif
jika berkontak dengan larutan yang mempunyai pH di bawah PZNPC (bervariasi
14
antara 7 - 9). Muatan permukaan oksida bermuatan variabel tergantung pada pH dan
kekuatan ionik. Perubahan kekuatan ionik larutan tanah sama penting pengaruhnya
dengan perubahan pH terhadap kapasitas tukar kation (Gillman,
1981).
penelitian menyebutkan bahwa densitas muatan permukaan dan sifat
Hasil
adsorpsi
permukaan amfoter ditentukan oleh larutan yang berkontak dengannya (Wann and
Uehara, 1978).
(a) Oksida F e dan Al : Oksida ini merupakan sumber muatan variabel palmg
penting pada tanah tropis.
Pennukaan amfoternya mampu untuk menyerap atau
melepas proton, tergantung pada pH dan kekuatan ionik, sehingga dapat bermuatan
positif, negatif atau tidak bennuatan. Oksida ini biasanya mempunyai
muatan
permukaan netto postif pada kondisi masam. Meskipun oksida Fe dan Al ditemukan
pada hampir semua jenis tanah, pada tanah bermuatan variabel jumlahnya lebih besar,
karena merupakan produk akhir proses pelapukan tanah.
Oksida ini membentuk
partikel berukuran beberapa nm (misalnya ferihidrit) dan mempunyai pennukaan
spesifik yang mencapai ratusan in" g"'.
Bahkan oksida Fe yang kristalin (misalnya
goethit) dapat mempunyai permukaan spesifik yang mencapai nbuan m'^ g'' (Qafoku
and A m o n e t t e , 2003).
Gugus fungsional pennukaan membentuk kompleks dengan kation dan anion
dari fase cair.
Oksianion (seperti fosfat) secara khusus terikat kuat jika membentuk
kompleks dengan pennukaan oksida.
Salah satu sifat p e n n u k a a n oksida ini yang
c u k u p penting adalah sangat sedikitnya permukaan yang ditemukan pada titik P Z N P C
dan kebanyakan permukaannya ditutupi oleh grup hidroksil yang tidak b e n n u a t a n
(Munter, 1993).
15
Goethit dan hematit adalah oksida Fe yang pahng penting pada tanah terlapuk
sangat lanjut. Substitusi Al oleh Fe pada goethit sering terjadi pada tanah ini. Hal ini
mempengaruhl muatan permukaan yang biasanya menghasilkan tingkat kristalisasi
yang lebih rendah, ukuran partikel yang lebih kecil dan peningkatan area permukaan
serta kapasitas jerapan. Nilai PZNPC goethit sekitar 7.5 - 9.4, dan hematit sekitar 7 9.2 (Komulski, 2002).
Muatan positif yang dihasilkan pennukaan oksida Fe dan Al ini secara
elektrostatis menarik muatan permukaan negatif pada lapisan aluminosilikat mineral
liat.
Pembentukan
ikatan
elektrostatik
antara mineral
oksida
dan
filosilikat
menghasilkan pembentukan agregat tanah yang menstabilkan mereka, khususnya
pada tanah bermuatan variabel yang terlapuk sangat lanjut.
Hal ini menyebabkan
agregat tanah ini sangat stabil dan sukar didispersikan secara alamiah (Millerzyxwvutsrqponmlkjihg
et al.,
1990).
Oksida Fe juga membufer aktivitas oksidasi-reduksi.
Potensial reduksi
pasangan Fe^"'/'Fe'^" (+ 0.77 V) merupakan nilai tengah potensial reduksi pada tanah
cair (-1.1 hingga +1.8 V). Oksida Fe"^^ merupakan penerima elektron temiinal untuk
mikroorganisme, jika oksigen dan nitrat telah dikonsumsi.
Oksida Fe kristalin
ini
agak kurang peka terhadap pengenceran larutan dan dapat menahan beberapa kation
Fe"*"^ yang mobil pada permukaannya, dan menjadi reduktan efektif untuk lingkungan
yang terkontaminasi.
16
C. JERAPAN
a. Ion Potensial yang Menentukan : Padatan atau Cair, Persaingan dan
Jerapannya zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
Sifat
Muatan netto pada permukaan muatan variabel akan bersifat relatif terhadap
larutan di sekelilingnya, dan sangat tergantung pada konsentrasi H"^ dan OH" dalam
larutan (Hunter, 1993).
menentukan
dan
Oleh karena itu H"^ dan O H ' disebut ion potensial yang
terdapat pada
semua
permukaan
tanah
bennuatan
variabel.
Pennukaan potensial tanah tersebut merupakan fungsi langsung hasil jerapan ion-ion
ini.
Agar dapat dijerap sesuai dengan perubahan lingkungan cair, H^ dan OIT juga
dijerap pada permukaan muatan variabel, sesuai dengan perubahan larutan elektrolit
dan kekuatan ionik larutan yang berkontak dengannya. Ion-ion tersebut digiring ke
permukaan agar permukaan tetap potensial konstan meskipun konsentrasi elektrolit
P Z I N I P C , maka proton akan akan dijerap
berubah. Jika pH larutan lebih kecil daripadazyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIH
bila konsentrasi elektiolit memngkat. Jika pH larutan lebih besar daripada PZNPC,
maka 3'ang dijerap adalah hidroksil jika konsentrasi elektrolit meningkat.
Ada yang berpikir bahwa H^ sama dengan OH', sementara kation dan anion
lain dapat bertindak sebagai ion potensial yang menentukan bukan padatan dan
membentuk kompleks dengan gugus permukaan reaktif
potensial
yang
menentukan
yang
berupa
padatan
dan
Peibedaan antara ion
bukan
padatan,
agak
incmbingungkan karena [wda ikatan kimia kedua kelompok itu dengan pemiukaan
reaktif sama-sama terbentuk,
Oleh sebab itu jika keduanya ada pada larutan tanah
dalam kon.senlrasi yang cukup tinggi, kation dan anion tersebut akan bersaing dengan
17
dan OH" pada pennukaan reaktif jika konsentrasi elektrolit meningkat pada pH
konstan.
Kation bagaimanapun kurang menyukai bertindak sebagai padatan, tidak
seperti ion potensial yang menentukan karena mereka agak berbeda dengan proton.
Referensi bibliografi membuktikan bahwa anion-anion yang berbeda yang
bertindak sebagai ion potensial yang menentukan yang bukan berupa padatan.
Jerapan fosfat oleh goethite merupakan fungsi konsentrasi elektrolit (dalam hal ini
NaCl) lebih nyata pada pH yang lebih besar dari 9. Pada pH basa tersebut fosfat
haruslah tidak berlaku secara elektrostatis menarik pennukaan.
Contoh laiimya mencakup :
1. Jerapan
P
tidak
hanya
menurunkan
PZC
Oksisol,
tetapi
juga
meningkatkan muatan pennukaan pada setiap nilai p H di atas PZC tanah
2. Jika konsentrasi larutan elektrolit (dalam hal inizyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQ
K N O 3 ) ditingkatkan dari
0.01 menjadi 0.5 M, jerapanzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFED
PO4" terhadap goethit juga meningkat hingga
nilai pH mencapai 10; yang lebih besar daripada titik isoelektrik goethit.
3. Jerapan boron pada pyrofilit pada pH basa dipengaruhi oleh konsentrasi
elektrolit NaNOa.
Boron lebih banyak dijerap pada p H 9 dibandingkan
pada pH 7. Jika permukaan goethit berubah dari positif menjadi netral,
kemudian negatif, jerapan P dan B tidak diharapkan akan meningkat.
Pada pH basa, boron berada dalam bentuk borat (B(0H)4" dan membentuk
kompleks pennukaan lingkaran bagian dalam dengan goethit, gibsit dan
kaolmit.
C u k u p menarik untuk diketahui bahwa CI mungkin bersifat sebagai
potensial
yang
menentukan
terhadap
oksianiou.
K.o-adsorpsi
ion
Ba"
dan
ion
CI'
18
terhadap muatan negatif hematit terjadi pada pH 10.4 jika konsentrasi Cf lebih besar
dibandingkan konsentrasi OH" (PochardzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
et al., 2002). Jerapan CI' meningkat seiring
dengan meningkatnya konsentrasi BaCl2 yang berkontak dengan larutan.
Jerapan
spesifik CI mungkin terjadi pada pemiukaan hematit sehingga menggeser titik
isoelektriknya pada pH yang lebih rendah (Penners et al, 1986).
Meningkatnya jerapanzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
PO4'' pada konsentrasi elektrolit yang tinggi dan nilai
pH diatas titik isoelektrik, dapat diteraiigkan dengan potensial yang lebih negatif pada
bidang jerapan.
Hal ini menunjukkan bahwa anion mungkin bersikap sebagai ion
potensial yang menentukan, jika permukaan muatan vanabel tersebut bemiuatan
negatif
Hal ini menunjukkan bahwa penilaian apakah suatu ion mempunyai
kemampuan untuk membentuk kompleks pennukaan lingkaran bagian dalam melalui
studi jerapan bahwa ion sebagai fungsi konsentrasi elektrolit pada lamtan dengan pH
yang lebih tinggi dibandingkan PZNPC untuk anion, dan pH yang lebih rendah
dibandingkan PZNPC untuk kation.
Harus
disadari
bahwa
perubahan
jems
sorbat mempakan
fungsi
pPI.
Peningkatan jerapan terjadi jika konsentrasi elektrolit meningkat pada nilai pH yang
berbeda.
Konsentrasi elektrolit berpengandi terhadap jerapan boron, yang lebih
rendah pada pH 7 dibandingkan pH 9, seiring dengan penumnan aktivitas B(0H)4"
pada pH 7 dan afinitas liat yang rendah untuk B(0H)3.
b. Ko-adsorpsi
Ko-adsorpsi terjadi jika jerapan ion yang satu m e n y e b a b k a n jerapan
lainnva.
Ko-adsorpsi
meru|:iakan
fenomena
yang lazim pada
permukaan
ion
tanah
19
bermuatan variabel. Misalnya jerapan fosfat dapat nieningkatkan jerapan kation Iain
yang dapat menggeser nilai PZC lebih rendah dari nilai pH sehingga menetralkan
muatan permukaan positif atau absorpsi elektrolit
Jerapan ion metal pada pennukaan reaktif tanah yang berkontak dengan
larutan elektrolit yang kuat diperkirakan terjadi tanpa keterUbatan ion elektrolit
Akan tetapi ketika ion logam membentuk kompleks yang sangat kuat dengan anion
elektrolit seperti CdCf*^ atau PbCf, logam dau anion elektrolit akan menjerap secara
bersamaan.
Jerapan
makroskopis dengan
oksida Al digunakan
untuk
mengevaluasi
pengaruh serapan Se(IV) yang kuat dan serapan oksianion Se(VI) yang lemah pada
jerapan Co(II) terhadap y-Al203. Hal tersebut memperlihatkan bahwa Se (IV) secara
signifikan merubah jerapan Co(II), sementara jerapan Se(VI) tidak berpengaruh
terhadap jerapan Co(II). Pengaruh Se(IV) terhadap jerapan Co(ll) merupakan fungsi
terhadap p e n n u k a a n Se (IV) (Boyle-Wright et al, 2002 b).
Penelitian
EXAFS
menunjukkan b a h w a jerapanzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQP
Cd(U)
pada goethite
meningkat kuat dengan keberadaan ion PO^ atauzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPON
SO4 dalam larutan elektrolit.
Mekanisme jerapan Cd(n) terjadi secara elektrostatis. Jerapan anion negatif pada
permukaan akan mengurangi muatan positif, sehingga meningkatkan atraksi kation
(Cd"") pada p e n n u k a a n muatan positif
Tidak ada bukti bahwa
pembentukan
kompleks rangkap tiga seperti pada penelitian ini juga ditemukan di tempat lain
(Moms cV (v/,, 1993).
Ion sulfur dan fosliit tidak ditemukan pada lingkungan
koordinasi C d ' " pada permukaan positif }'ang menunjukkan bahwa presipitasi Cd-
20
sulfat atau Cd-fosfat tidak mungkin terjadi dan ligan diserap pada tapak permukaan
selain yang ditempati Cd(II).
Jerapan garam merupakan kasus yang kliusus pada ko-adsorpsi. Jerapan Ca"*"
danzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
S O 4 " 3 'ang ekuivalen dengan melepaskan sedikit kation dan anion pada larutan,
merupakan bukti adanya jerapan garam.
Jerapan garam oleh mineral kaolinit dan
mineral-mineral pada Andisol menimjukkan b a h w a anion dan kation tersebut mengisi
permukaan muatan variabel dan melepaskan sejumlah ion OH dan H yang ekuivalen,
y a n g kemudian bereaksi m e m b e n t u k air. Jerapan Ca'^^ dan
8 0 4 "'^
secara bersamaan
juga dilaporkan terjadi pada Oksisol (Mercano-Maninez and Mc.Bride, 1989). Akan
tetapi, pembentukan pasangan ion di p e n n u k a a n tidak menerangkan secara penuh
jerapan garam, misalnya jerapan anion dan kation dari elektrolit dalam jumlah yang
ekuivalen tanpa melepaskan ion lainnya pada larutan tanah. zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTS
c. Ko-adsorpsi dan Kompetisi Ion Elektrolit pada Tapak Permukaan
Transisi dan j e r a p a n logam berat paua goethit dan gibsit (konstanta dielektrik
10-22) digambarkan dengan sangat baik melalui kompleks perm^okaan logam dan
anion elektrolit.
Penggunaan NaNOa sebagai elektrolit dicobakan dengan P b , yang
menggambarkan jerapan logam pada bidang-0 dan ion nitrat pada bidang-(3 (Hayes
danLeckie, 1986):
= SOH + M""^ +zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
N0{ ^ =SOHM^^ ~ NO.-,"
Jika NaCl dan NaCi04 digunakan sebagai elektrolit, kedua logam d a n anion
elektrolit akan dijerap pada b i d a n g - 0 .
= SOH
+ M'"
+zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
CIO4 '
-SOHMCIO4'"
21
= SOH + M ^ ' + c r ^
SOHMCf
Jerapan ion logam bervalensi dua pada kuarsa dan silika dengan konstanta
dielektrik 4 dan 5 digambarkan sangat baik melalui logam dan anion elektrolit yang
CIO4.
Jika larutan elektrolit NaN03 dan NaCl yang digunakan, jerapan
menjerapzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
logam menjadi =SOH dan ==SOMOH.
Pada kondisi tersebut, konstanta dielektrik
padatan yang rendah menghasilkan energi bebas yang besar berlawanan dengan
jerapan anion elektrolit (Criscenti dan Sverjensky, 1999).
Anion
elektrolit
mungkin juga
bersaing
pada
tapak
permukaan
yang
dihasilkan oleh ion potensial yang menentukan, jika konsentrasi elektrolit meningkat.
Peningkatan
yang
sama
pada
konsentrasi
elektrolit
dapat
meningkatkan konsentrasi satu elektroht atau beberapa elektrolit.
dicapai
dengan
Anion elektrolit
mungkin berkompetisi untuk tapak jerapan yang baru sebagai respons jerapan ion
potensial yang menentukan untuk meningkatkan konsentrasi elektrolit.
Jerapan
khromat, sulfat dan selenat adalah contoh jerapan yang dipengaruhi oleh konsentrasi
larutan elektrolit seperti NaN03. Khusus jerapan kliromat pada pH rendah, akan
dipengaruhi oleh konsentrasi NaN03. Hal tersebut menunjukkan bahwa lon-ion ini
diserap pada bidang yang sama denganzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFED
NO3 dan akan berkompetisi jika konsentrasi
elektrolit meningkat Sebaliknya jerapan molibdat dan selenit tidak dipengaaihi oleh
konsentrasi NaN03 (WuzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
et ai, 2000).
Jerapan Cd^", P b ' ^ C o ' ^ UO,^", Zn\^ Sr'-, dan
\a
permukaan tanah mineral yang berkontak dengan larutan NaN03 K N O 3 , NaCl dan
NaC10=i pada rentang konsentrasi yang lebar (0,0001 - 1,0 M), mengungkapkan
bahwa perubahan jerapan mineral berat sebagai i'ungsi dari konsentrasi elektrolit,
22
tergantung pada jenis elektrolitnya. Jika menggunakan NaNO.-), ketergantungan pada
konsentrasi elektrolit hanya sedikit. Akan tetapi jika menggunajan NaCl, jerapan
logam menurun secara signifikan
Namun
jika
menggunakan
dengan meningkatnya konsentrasi
NaC104, jerapan
logam
agak
meningkat
elektrolit.
dengan
meningkatnya kekuatan lonik (Criscenti dan Sverjenski, 1999).
D. REAKSI KIMIA PADATAN : LARUTAN YANG MENGHUBUNGKAN
TANAH BERMUATAN VARIABEL
a. Penyelidikan Struktur Lapis GandazyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
Listrik (ElectricalDouble
Layer)
Berbagai percobaan telah dilakukan untuk melihat struktur dan struktur lapis
ganda listrik, namun belum ada yang benar-benar memuaskan.
fvlikroprob berskala molekular untuk memberikan informasi
Dibutuhkan
mengenai kompleks
permukaan dan struktur lapis ganda listrik ini.
Beberapa model telah diajukan untuk menggambarkan distribusi ion dalam
hubungan padatan dan larutan.
Akan tetapi baru sedikit yang diketahm' m e n g e n a i
struktur berskala molekular lapis ganda listrik dalam hubungannya dengan mineral
dan larutan, karena interpretasi parameter model mikroskopik masih dipertanyakan.
Pengertian mengenai lapis ganda listrik terhalang] karena kurangnya percobaan
berskala raolekural dan bersifat kuantitatif yang dapat digunakan untuk menguji
secara independen model-model yang ada.
Mengukur muatan permukaan dan muatan potensial serta distribusi ion pada
lapis ganda listrik merupakan
pekerjaan
;Nang meiiantaiig, khususnya dalam hal
menguraikan masalah batasan antara lapisan padat dan baur serta posisi dan distribusi
ion dalam kedua lapisan lersebut.
Tantangan besar lainnya adalah mengliubungkan
hasil pengamatan makroskopis di lapangan dengan pengukuran berskala molekular di
laboratorium.
Kemajuan yang telah dicapai adalah berupa teknik percobaan baru
dengan Mikroskop Bertenaga A t o m i k dan metodazyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIH
X-Ray Synchroion yang m a m p u
mengamati hingga tingkat
kristalisasi serta hubungan padatan-larutan pada level
molekular.
Mikroskop
hubungan
fase
bertenaga
atom
padatan-larutan
telah
sehingga
sukses
digunakan
diperoleh
untuk
infonnasi
menganalisis
langsung
dari
permukaan muatan, potensial p e n n u k a a n , interaksi antara p e m i u k a a n muatan, jerapan
serta distribusi ion dalam hubungan padatan/larutan.
Selain mikroskop bertenaga atom d a n X-ray Synchroion, terdapat juga X-ray
dengan gelombang tegak dan X-ray reflektif, yang dapat m e n e r a n g k a n struktur dan
komposisi lapis ganda listrik berkaitan dengan hal b e r i k u t :
•
Sifat interaksi yang lemah dari sinar X yang kuat memungkiiikan untuk
memeriksa hubungan padatan-larutan
•
Pengukuran yang sangat kuantitatif karena interaksi sinar X dengan material
yang sudah dimengerti hingga level y a n g sangat mendasar
•
Dapat meneliti hingga skala ] - 10'' A" yang pada lapis ganda listrik.
Teknik sinar X dengan g e l o m b a n g tegak telah digunakan untuk mengukur
struktur lapis ganda listrik mineral rutit (100).
Hal tersebut menunjukkan
bahwa
teknik ini dapat digunakan unluk mengetahui lokasi yang tcpat dan ion pada lapisan
24
bawah lapis ganda listrik, dan penyekatan ion-ion antara padatan pada lapisan bawah
yang baurnya (FenterzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
et al., 2000a).
b. Model Hubungan pada Tanah Bermuatan Variabel
Meskipun teknik elektrokinetik mungkin dapat digunakan untuk menentukan
potensial permukaan pada bidang yang sama, namun potensial pennukaan pada
bidang jerapan yang berbeda tetap sulit diukur.
tersebut
telah diajukan
permukaan.
untuk
menghitung
Model yang menggambarkan hal
potensial
permukaan
pada
muatan
Nilai potensial pennukaan ini kemudian digunakan untuk mengoreksi
konstanta stabilitas dari reaksi kompleks permukaan.
Mineralogi fraksi liat tanah bennuatan variabel biasanya didominasi oleh 5
mineral utama yaitu ; kaolinit, aiofan, gibsit, goethit, dan hematit (Qafoku et al.,
2003).
Tanah ini dapat saja memiliki fasa mineralogi tunggal jika hanya salah satu
saja mineral yang dominan.
Akan tetapi sebagian besar tanah bennuatan variabel
mempunyai kandungan dan proporsi mineral liat yang berbeda dan yang tersebut di
atas, sehingga mempunyai gabungan interaksi partikel, muatan permukaan, distribusi
ukuran partikel, dan area pennukaan spesifik, yang membuat prediksi sifat tanah
tersebut raenjadi sulit. Meskipun demikian, model-model yang diajukan cukup dapat
digunakan untuk memprediksi respons muatan pennukaan pada beberapa strategi
manajemen.
25
i. Sorben Tunggal
Sorben tunggal didominasi
oleh mineral b e n n u a t a n ganda (kaolinit atau
aiofan) : model jerapan tapak ganda dapat digunakan untuk m e n g g a m b a r k a n reaksi
kompleks semua permukaiin reaktif kaolinit.
permukaan amfoterik grup OH;
raisainya
Istilah gugus = M O H digunakan untuk
g m p O H pada pinggiran dan p e r m u k a a n
basal kaolinit dengan muatan variabel yang merujuk pada muatan p e n n u k a a n netto
proton, yang dapat bertindak sebagai ligan termina! dan kompleks metal.
Istilah
gugus = X 0
reaksi
merujuk
pada tapak
muatan
negatif lapisan siloksan
pada
pertukaran dengan kation dalam larutan, seperti H'", Na"^, Ca"*"* , Mg"^ , dan Al"*"^, dan
bertmdak sebagai grup terminal dari kation-kation mi.
Pada tanah bermuatan variabel dengan kondisi inasam, keberadaan Al dengan
reaksi protonasi/deprotonasi serta pcrtukaian ion yang melibatkan ion tf, Na"*, Ca"'''",
Mg^^, dan A l ^ ' , dapat ditulis sebagai b e r i k u t :
= M0lV
^
=M0H-H^
= M O - - H""
- MOH
^
= XOH
+
Ca^''^
^
=XOCat^^"'^
^/=XOH
+
^Af"^
^
(-XO)fl Ali (OH)c^-""^''''"^'"zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXW
+(b + v)}:t
+
H'
Kation*^^-* mewakili semua k e m u n g k i n a n kation pertukaran. Simbol a, b dan c
adalah koefisien stoikiometn dalam p e r s a m a a n reaksi.
Konstanta
kesetimbangan
permukaan tanah mmeral.
biasanya
dikoreksi
untuk
energi
Coloumbic
Hasilnva, konstanta kesetimbangan hipotesis [permukaan
y a n g tidak bermuatan dihitung dan hubungan vang disaiikaii pada persamaan 8, 9 dan
26
11. Dalam hal imzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
W mempakan pemiukaan potensial, sedangkan F, R dan T bertumtturut mempakan konstanta Faraday, konstanta gas molar, dan temperatur absolut.
Asumsi-asumsi yang digunakan adalah ;
1.
Permukaan
amfoter
gugus
hidroksil
=MOH
terdapat pada
permukaan
variabel atau netto proton padapemmkaan kaolinit
2.
Reaksi pertukaran ion terjadi pada tapak permukaan bermuatan permanen
negatif = X 0 pemiukaan siloksan
3.
Konsentrasi
kompleks
permukaan
lemah
=^MONa
dan =MOAf"^
yang
terbentuk pada pernuikaan gibsit d a n pinggirannya dapat diabaikan pada
kondisi masam
Untuk mengoreksi konstanta stabilitas yang terkondisi, digunakan model
permukaan untuk menghitung potensial muatan permukaan. Model mengenai difusi
ion yang mengerubungi
permukaan
datar dimodifikasi
melalui
teori
GOUY-
Chapmann (Sposito, 1992). Prinsip dasar model lapis ganda Ustrik tersebut ditinjau
ulang oleh beberapa penebu lam lam (Van Olphen, J 977).
Beberapa
peiieliti
tersebut menghasilkan simulasi Monte Carlo yang didasarkan atas statistik mekanik.
Model lain yang sering digunakan adalah model kapasitas konstan (Schindler
et ai, 1976), model lapis baur (Stumm el al.. 1970) dan model lapis trio (Davis et al.,
1978). Model lapis trio serta model lapLs tunggal berbeda persepsi dalam hal A GADS
zyxwvutsrqpon
yang dapat dipisahkan menjadi /S GIM T dan .A (/rorx(Schindler dan Sposito, 1991).
Hubungan antara muatan pernuikaan dan polensial permukaan pada salah satu
model adalah sebagai berikut ;
o - C X 4^
27
atau
Q = (s/F)zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
X a = (s X C/F) X T
s = area permukaan spesifik (m^ kg'')
C = kapasitas integral lapis ganda datar yang biasanya merupakan parameter yang
dapat disesuaikan
Meskipun belum ada model yang digunakan untuk data percobaan (Porchard zyxwvutsrqpon
et al, 2002), sangat menarik untuk menguji model tersebut dengan melibatkan sifat
muatan
permukaan
dengan
kekuatan
ionik
yang berbeda (Kosmulski,
2002).
Beberapa penelitian yang dilakukan nienyimpulkan bahwa tidak diperoleh data yang
cukup dalam model lapis ganda baur melalui teon Gouy-Cliapman-Steni/GCS (Wang
dan Bard, 2001). Kegagalan teori GCS menggambarkan lapis ganda listrik mungkin
karena tidak memasukkan pengaruh korelasi dan kondensasi ion pada permukaannya.
Kondensasi ion tanah bermuatan variabel terjadi jika ada kelebihan ion yang
berlawanan pada partikel muatan permukaan yang berdekatan, bahkan jika larutan
tersebut sangat eneer.
ii. Sistem yang didominasi oleh oksida logam
Reaksi ioiiisasi permukaan yang bertanggung jawab terhadap sifat amfoter
permukaan oksida logam.
Nilai yang tepat untuk konstanta kesetimbangan pada
reaksi protonasi dan deprotonasi sangat penting untuk membuat model
kompleks permukaan cair dengan gugus permukaan reaktif
dibuaf
reaksi
Berbagai model telah
dalam CD-MuSiC untuk menghilung afinitas proton gugus
permukaan
28
individual berdasarkan valensi permukaan oksigen pada kondisi jenuh (Heimstrazyxwvutsrqponmlk
et
al, 1996).
Konstanta kesetimbangan untuk reaksi protonasi pennukaan dapat juga
dinyatakan dalam istilah kebalikan dari dielektrik konstan padatan. Kekuatan ikatan
Pauling per Angstrong untuk padatan dan karakteristik pennukaan akan tergantung
pada struktur kristal padatan (Sverjenski dan Sahai, 1996).
iii. Sistem Sorben Ganda
Pengetahuan
mengenai
reaktivitas
dan sifat
koloid serta
dihasilkan dan percobaan dengan sistem model tunggal.
partikel
nano
Meskipun investigasi ini
telah signifikan menambah pengertian mengenai sifat fisika dan kimia koloid secara
individu, namun sayangiiya tidak siap untuk diekstrapolasi terhadap sifat koloid yang
kompleks seperti keloid tanah.
Mekanisme operasi muatan pennukaan dalam
kompleks mineral tidak dapat diprediksikan berdasarkan padatan mineral atau dengan
mempertrmbangkan reaktivitas permukaan mmeral,
Reaktivitas gugus
fungsional
dan mekanisme operasi muatan tersebut dalam kompleks koloid dan partikel nano
tidak cukup diperediksi hanya dengan mempertimbangkan fase sistem mi secara
individual.
Interaksi antara muatan koloiu berskala mikro dan nano dalam larutan
elektrolit sangat penting, khususnya untuk ilmu tanah. Penekakanan telah dilakukan
koloid
dalam
elektrostatis
pembentukan
memfasilitasi
antara
agregat
pierinukaari
pengangkutan
yang
yang
bermuatan
mikro dan koagulasmva
terkontammasi.
berlawanan
dalam
sistem
Interaksi
akan
inengontroi
koloid
bermuatan
29
campuran. Pennukaan bennuatan tinggi seperti koloid liat, interaksi elektrostatisnya
berpengaruh terhadap fase ekuilibrmm. Mereka juga mengontrol fenomena penting
seperti jerapan ionik dan inobilitas koloid serta pengangkutannya dalam media
berpori.
Beberapa publikasi mengenai sifat kimia permukaan koloid tanah bermuatan
vanabel dan penganih interaksi partikel jerapan belmn tedalu dipahami. Sifat partikel
tersebut dalam larutan sebenarnya telah digambarkan dengan baik oleh
teon
Derjaguin-Landau - Verwey - Overbeek, meskipun beberapa f)enelitian menyatakan
bahwa hipotesis teori ini mengenai interaksi partikel terlalu sempit.
Akan tetapi
tenaga tarikan partikel dengan rentang panjang Coulobic tidak dapat diterangkan
secara kuantitatif ataupun kualitatif melalui teori ini (McBride dan Baveye, 2002).
Interaksi antara partikelzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
3 'ang berbeda jenis serta penga
TANAH BERMUATAN VARIABEL:
SIFAT KIMIA, MINERALOGI DAN
MANAJEMENNYA zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQP
Ol e h:
Dr. Rina Devnita, Ir., M .S., M .Sc
zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWV
NIP 19631222 198903 2 001
NIDN 0022126309
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2010
LEMBAR PENGESAHAN
PAPER
TANAH BERMUATAN VARIABEL:
SIFAT KIMIA, MINERALOGI DAN
MANAJEMENNYA zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPON
Oleh;
Dr. Rina Devnita, Ir., M.S., M.Sc.
NIP. 19631222 198903 2 001
NIDN. 0022196309
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
Bandung, Maret 2010
Mengetahui:
Ketua Jurusan Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan
Fakultas Pertanian
Universitas Padjadjaran
NIP. 19570311 198601 1001
Penulis
Dr. Rina Devnita, Ir., M.S., M.Sc.
NIR 19631222 198903 2 001
KATA PENGANTAR zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLK
Fuji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah swt atas rahmat, karunia
dan izin NYA, Penulis dapat menyelesaikan paper berjudul "Tanah Bermuatan
VariabekSifat Kimia, Mineralogi dan Manajemennya". Tulisan pada paper ini
bermaksud untuk mengatasi kekurangan tulisan dan informasi terkait dengan
tanah bermuatan variabel, yang sesungguhnya merupakan tanah pada sebagian
besar lokasi di hidonesia.
Penulis berharap tulisan pada makalah ini dapat bermanfaat untuk
menambah dan memperkaya informasi mengenai tanah bermuatan variabel terkait
dengan sifat kimia, mineralogi dan manajemeimya.
Bandung, Maret 2010
Penulis,
Rina Devnita
DAFTARISI
Hal
L
PENDAHULUANzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
1
n.
MINERALOGI TANAH BERMUATAN VARIABEL
2
m
A.
Mineralogi secara Umum
2
B.
Tanah Terlapuk Sangat Lanj ut
3
C.
Tanah Abu Gunungapi
5
KARAKTERISTIK KIMIA TANAH BERMUATAN VARIABEL
A.
B.
C.
D.
Karakteristik Kimia secara Umum
9
a. Sifat Kimia Fase Basah
10
b. Sifat Kimia Fase Padat
10
Partikel Tanah dan Muatan PermukaannyazyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGF
'.
11
a. Sorben Bermuatan Gand^
11
b. . Sorben Bermuatan Variabel
14
Jerapan
17
a. Ion Potensial yang Menentukan : Padatan atau Cair Persaingan dan
Sifat Jerapannya
17
b. Ko-adsorpsi
19
c.
Ko-adsorpsi dan Kompetisi Ion Elektrolit pada Tapak Permukaaan
21
Reaksi Kimia pada Padatan : Permukaan pada Tanah Bermuatan Variabel...
23
a.
Penyelidikan Struktur Lapis Ganda ListrikzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIH
(Electrical Double Layer) ..
23
b.
Model Hubungan pada Tanah Bermuatan Variabel
25
i.
Sorben tunggal
26
ii.
Sistem yang didominasi oleh oksida logam
28
iii.
iv.
Sistem Sorben Ganda
Pengaruh Tnteraksi Partikel terhadap Muatan Permukaan dan
Adsorpsi
Muatan Efektif Permukaan dalam Sistem Sorben Campuran
29
v.
rv
9
32
38
MANAJEMEN TANAH BERMUATAN VARIABEL
43
A.
44
B
DEGRADASI KIMIA TANAH BERMUATAN VARIABEL
MANAJE>4EN TANAH BERMUATAN VARIABEL
a. Manajemen pH Tanah
b. Manajemen Bahan Organik Tanah
c. Penambahan Fosfat, Silikat dan Liat Bennuatan Permanen ke Tanah
Bermuatan Vanabel
DAFTAR PUSTAKA
45
45
47
48
52
I zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYX
I. PENDAHULUAN
Tanah yang banyak mengandung permukaan amfoter dan bersifat reaktif pada
Oxisol, Ultisol, Alfisol, Spodosol dan Andisol merupakan tanah bermuatan variabel
(Theng, 1980). Tanah tersebut cukup banyak terdapat muka bumi, dan merupakan
tanah yang melapuk sangat lanjut atau tanah berkembang dari abu gimungapi.
Tanah bermuatan variabel mempunyai karakter morfologi, mineralogi, kimia,
fisika, biologi dan genetik yang beragam dengan rentang yang lebar. Akan tetapi,
terdapat kesamaan sifat umum yakni besar dan tanda muatan permukaannya
tergantung pada pH, komposisi ionik dan konsentrasi ionik (Sumner, 1995).
Muatan variabel dapat berasal dari bahan organik dengan gugus reaktif
karboksil, fenolik atau amino, serta bahan inorganik dengan gugus reaktif hidroksil.
Muatan variabel dihasilkan dari adsorpsi atau desorpsi ion yang terdapat pada fase
padat seperti
dan ion-ion yang bukan fase padat.
Tanah bermuatan variabel mempunyai sistem muatan yang heterogen.
Interaksi koloid tanah dengan muatan permukaan yang berlawanan tandanya sangat
menarik, terutama sifat fisika dan kimia tanahnya. Tanah ini mempunyai tantangan
tersendiri jika dibandingkan dengan tanah bermuatan permanen di daerah subtropis.
Berbagai penelitian dilakukan untuk menjelaskan perbedaan sifat tanah
bermuatan variabel dengan bemiuatan permanen.
Ahli ilmu tanah terkemuka seperti
Uehara, Mattson, Schofield, van Olphen, Sumner, Thomas, Gillman, Wada, dan
Barrow telah memberikan kontribusi untuk memperoleh pengertian yang lebih baik
mengenai tanah bermuatan variabel yang sangat menarik ini.
1
n. Mineralogi Tanah Bermuatan Variabel
A. Mineralogi secara Umum zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
Mineral tanah bermuatan variabel terdiri dari kaolinit, oksida Fe dan Al,
gibsit, hidroksi interlayer vermikulit, muskovit, smektit, aiofan, imogolit, ferihidrit
dan opalin silika. Mineral pada fraksi pasir antara lain kuarsa, feldspar, ortoklas,
plagioklas, mika, piroksin, amfibol, dan gelas volkan. Mineral tersebut merupakan
mineral utama pada Oksisol, Ultisol, Alfisol, Spodosol dan Andisol. Fraksi liat tanah
lapisan bawah juga didominasi oleh mineral kaolinit, gibsit, goethit, hematit, aiofan,
imogolit dan ferihidrit (Uehara dan Gillman, 1981). Meskipun demikian, kandungan
dan proporsi mineral, tekstur dan pennukaan spesifik tanah-tanah tersebut berbedabeda, sehingga terdapat variasi perbedaan sifat yang cukup signifikan.
Tanah bermuatan variabel mempunyai salah satu karakteristik mineral
berikut:
1.
Sejumlah besar kaolinit dan oksida Fe dan Al yang kurang reaktif
terutama hematit dan gibsit (contoh khas Oksisol di Australia)
2.
Sejumlah besar kaolinit dan oksida Fe dan Al yang sangat reaktif
terutama hematit dan gibsit (contoh khas Ultisol di Amerika Serikat
bagian selatan dan Afrika Selatan)
3.
Sejumlah besar mineral amorf yang sangat aktif seperti aiofan,
imogolit dan ferihidrit (contoh khas Andisol)
2
4.zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
Hampir seluruhnya didominasi oleh kaolinit dan sedikit oksida Fe
(contoh khas Ultisol Amerika Serikat bagian selatan, Brazil dan
Oksisol di Hawaii).
5.
Hampir seluruhnya didominasi oleh oksida Fe dan AJ yang tidak
terlalu reaktif, dan adakalanya oksida Ni (contoh khas Oksisol di
Kaledonia Barn dan Jamaika)
Karakteristik mineral tanah yang terlapuk sangat lanjut di daerah tropis
lembab (terutama Oksisol dan Ultisol) dan tanah abu volkan (terutama Andisol) akan zyxwvutsrqp
*
dijelaskan pada pembahasan selanjutnya.
B. Tanah Terlapuk Sangat Lanjut
Mineralogi fraksi pasir, debu dan liat tanah terlapuk sangat lanjut dicirikan
oleh keberadaan mineral primer dan sekunder yang secara termodinamis sangat stabil.
Kebanyakan horison oksik dan argilik mempunyai mineral dominan yang dapat
mencapai 90 % dari total tanah. Di antaranya adalah mineral silikat tipe 1 : 1 grup
kaolinit; oksida Fe, Al, dan Ti; dan beberapa mineral yang sangat tahan pelapukan
seperti kuarsa, muskovit dan adakalanya hidroksi inter-layer vermikulit. Keberadaan
muskovit pada tanah yang berasal dari batuan induk yang mengandung mika memberi
kesan bahwa muskovit tahan terhadap pelapukan (Herbillon, 1980).
Meskipun daftar mineral utama kelihatannya tidak banyak, akan tetapi
keragamannya cukup lebar.
Hal ini dapat disebabkan baik oleh variasi proporsi
mineral ataupun karakteristik yang berbeda pada mineral yang sama. Mineral yang
3
dominan kebanyakan adalah kaohnit.
Sementara pada mineral oksida, oksida Fe
berupa goethit dan hematit adalah mineral yang paling utama.
Kristal kaolinit pada tanah terlapuk sangat lanjut berbeda jika dibandingkan
dengan kaolinit yang berasal deposit geologi yaitu berukuran jauh lebih kecil namun
mempunyai area permukaan reaktif yang lebih besar (TabelzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSR
2). Kristal kaolinit pada
tanah terlapuk sangat lanjut juga mempunyai kandungan struktur Fe yang lebih
tinggi, seperti ditemukan pada Oxisol dari Brazil Selatan yang mempunyai hampir
2% kaolinit kaya Fe. Masuknya Fe dalam kristal kaolinit pada daerah tropis lembab
mempengaruhl perkembangan kristal dan reaktivitas permukaannya (Mestdaghzyxwvutsrqponmlkjihgfe
et al.,
1980).
Meskipun sudah cukup lama diketahui, namun baru disadari bahwa substitusi
Al dalam oksida Fe merupakan hal yang sangat lazim dan tingkat substitusinya sangat
tinggi.
Substitusi Al terhadap Fe biasanya menghasilkan derajat kristalisasi yang
lebih rendah, ukuran partikel yang lebih kecil, dan peningkatan areal permukaan
reaktif yang cukup signifikan (Anand dan Gilkes, 1987).
Aktivitas Al yang larut
dalam kristal goethit yang sedang berkembang
merupakan faktor yang penting dalam menentukan tingkat substitusi Al pada goethit,
yang dipengaruhi oleh pH serta konsentrasi Si. Tingkat kematangan tanah, posisi
pada lansekap dan horison sangat penting untuk menentukan pengaruh substitusi Al
pada oksida Fe (Fitzpatrick and Schwertmann, 1982). Pada profil laterit yang dalam
di Kamerun ditemukan bahwa substitusi Al terhadap Fe pada goethit meningkat
menurut urutan : Fe nodul (10 - 15 mol %) < matriks liat berwama merah (15 - 20
mol %) < matriks liat berwarna kuning (20 - 25 mol %). (Catalan : substitusi Al
4
terhadap Fe dalam goethit digambarkan dalam satuan substitusi mol %). Substitusi zyxwvutsrqp
yang rendah ( 0 - 1 0 mol %) ditemukan pada lingkungan yang hidromorf, sementara
substitusi yang tinggi (>33 mol %) terjadi jika berasosiasi dengan gibsit. Substitusi
Al terhadap Fe pada goethit yang mencapai 28 % ditemukan pada Xanthic Ferralsol
di Kongo (BaertzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
et al, 1999).
Di antara mineral silikat tipe 2:1 seperti mika, vermikulit dan smektit pada
tanah terlapuk sangat lanjut yang memiliki horison argilik, mika dioktahedral.
(muskovit) merupakan mineral yang paling banyak ditemukan.
Mineral liat
campuran dan smektitjuga lazim pada tanah ini. Akan tetapi vermikulit relatif jarang
ditemukan dan biasanya hanya terdapat pada tanah yang belum telalu melapuk di
daerah tropis basah (Juo, 1980).
C. Tanah Abu Gunungapi
Tanah abu gunungapi mengalami perubahan yang bertahap, hasil pelapukan
mineral primer yang terdapat pada deposit abu gunungapi. Ada dua kecenderungan
perkembangan abu gunungapi tersebut, yang dibedakan sebagai berikut:
1.
Abu gunungapi
1:1+ Fe bebas
2.
filosilikat
tipe 2:1 + Fe bebas-*- filisilikat tipe
Al bebas + Fe
Abu gunungapi
material yang kaya Al + Fe bebas —> filiosilikat
tipe 1:1 + Fe bebas
Al bebas + Fe
Kecenderungan pertama membutTjhkan bahan induk yang kaya kation basa
dan pelepasan produk pelapukan yang lambat. Kecenderungan kedua membutuhkan
pelepasan produk pelapukan yang sangat cepat (Van Ranst el ai, 1993).
5
Kecepatan pelapukan tergantung pada beberapa faktor seperti jumlah, ukuran,
porositas serta komposisi kimia dan mineralogi mineral primer khususnya gelas
volkan (Van RanstzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
et al, 1993). Faktor lain adalah lamanya waktu sejak deposisi
terjadi, iklim, komposisi lapisan yang lebih dalam, serta ada atau tidak adanya lapisan
muka air tanah (Dahlgren et al, 1993).
Menurut Dahlgren et al
(1993), mineral yang terbentuk dari produk
pelapukan adalah oksida Fe bebas, hidroksida atau (oksi)hidroksida, filosilikat 2:1
sekunder yang mengandimg kation basa baik pada kisi-kisi ataupun ruang
antarlapisan, mineral yang mengandung Al tinggi, mineral ordo kisaran pendek
(aiofan dan imogolit), mineral yang struktur dan komposisinya kurang jelas (mirip
aiofan), Al-organo kompleks (gibsit), filosilikat tipe 1:1 (kaolinit dan haloisit), serta
Al bebas yang memiliki struktur kristal (gibsit - boehmit).
Analisis
mineralogi
fraksi
pasir
dan
debu
tanah
abu
gimungapi
memperlihatkan bahwa tanah im sebahagian besar terdiri dari material yang ringan,
dan yang terbanyak adalah gelas volkan serta feldspar. Mineral lain mungkin silika
(kuarsa dan kristobalit) dan mika. Komponen minoritasnya adalah butiran pumis
yang terlapuk. Mineral berat yang ditemukan pada fraksi pasir halus sebagian besar
berupa hiperstin, opak, augit dan hornblende (Shoji, 1986).
ditemukan, karena mineral ini sangat mudah lapuk.
Olivin sangat jarang
Meskipun demikian, olivin
dengan gelas volkan yang berwama maupun tidak, juga ditemukan sangat banyak
pada abu gunungapi basaltik (Shoji et al, 1975).
Mineral utama pada fraksi liat adalah aiofan dan imogolit. Mineral liat lain
yang penting adalah oksida Fe non kristalin yang mungkin ferihidrit ataupun bukan
6
ferihidrit (ChildszyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
et al., 1991). Selain mineral tersebut, tanah abu gunungapi juga
mengandung mineral tipe 2:1 dan bentuk antaranya seperti haloisit, gibsit dan silika
opalin sebagai komponen minor meskipun adakalanya juga cukup menentukan dan
dominan.
Filosilikat inlerslralified
1:1 - 2:1
kadang-kadang juga ditemukan pada
tanah im (Fiantis e( ai, 1998).
Penelitian yang dilakukan selama 30 tahun terakliir membuktikan bahwa
tanah abu gunungapi dicirikan oleh |iemberitukan mineral ordo kisaran pendek seperti
aiofan dan imogolit dan materia! lain yang berasal dari abugunungapi.
Imogolit
biasanya dijumpai bersama aiofan, namun dalam jumlah yang lebih sedikit (Wada,
1989). Meskipun demikian, pada lingkungan yang kaya bahan organik, p e m b e n t u k a n
mineral tersebut akan terbatas dan terhambat akibat terbantuknya Al-humus kompleks
yang stabi! yang biasanya terakumulasi pada horsion permukaan.
Kecepatan ko-
presipitasj dengan Si untuk m e m b e n t u k aiofan dan imogolit juga berkurang. Keadaan
ini mendorong terbentuknya silika opalin ( W a d a 1980).
Silika opaiin ditemukan
lebih banyak
pada tanah abu gunungapi
muda
dibandingkan tanah abu gunungapi tua, serta pada tanah kaya humus pada horison A
serta horison A yang tertimbun, dibandingkan pada horison B atau C (Wada, 1980).
Keberadaan tersebut menunjukkan bahwa silika opalin terbentuk pada tahap awal
perkembangan
Komponen
tanah
inilah
ketika pelapukan
iiielepaskan Si dari abu sangat
yang mencegah terbentuknya Al-humus
kompleks.
banyak.
Hal
ini
menuiijukkan bahwa pembentukan .silika Djialin dan Al-humu.s komplc;k,s terbentuk
secara parale!, Nainun .silika (ipalwi ndak (erbeiUuk jika alotan dan imogolit terbentuk
(Wada, 1985).
7
Haloisit biasanya ditemukan pada lapisan abu dan pumis yang tua dan
tertimbun, jika Si disuplai dalam jumlah yang cukup melalui air perkolasi (Wada,
1989). Pada tanah abu gunungapi yang kering dengan pergerakan air yang terbatas,
haloisit terbentuk lebih banyak dibandingkan dengan aiofan dan imogolit pada
horison permukaan. Pembentukan haloisit terutama dipengaruhi dari ketersediaan Si
pada larutan tanah (ParfitzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
et al, 1983).
Fe pada tanah abu gunungapi kebanyakan berada dalam bentuk hidroksida
nonkristalm dan sebahagian sebagai kompleks Fe-humus. Hidroksida non kristalin
mungkin berupa feriiiidrit, yaitu mineral Fe hidroksida ordo .kisaran pendek (Parfit et
al, 1983).
Mineral silikat seperti vennikulit, smektit dan bentuk antaranya dengan klorit
dan mika sering ditemukan pada tanah abu gunungapi. Kandungannya secara umum
rendah, akan tetapi pada beberapa tanah abu gunungapi ditemukan dalam jumlah
yang cukup banyak bahkan dominan (Wada, 1980).
Penelitian mengenai tanah abu gunungapi di daerah arid dan semi arid j a r a n g
dilaporkan. Mineralogi liat tanah tersebut kelihatanitya cukup berbeda dengan tanah
yang berasal di daerah humid.
Aiofan dan imogolit jarang atau bahkan tidak
ditemukan. Sebagai gantinya ditemukan oksida Fe silisious yang berasosiasi dengan
embrionik haloisit (haloisit berordo lemah), atau aiofan yang kaya Si dan Fe, serta
smektit (Wada dan Kakuto, 1985).
8
nL
KARAKTERISTIK KIMIA TANAH BERM UATAN VARIABEL
A.Karakteristik Kimia secara Uraura zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCB
Penelitian mengenai karakteristik elektrokimia tanah bermuatan variabel telah
dilakukan di selunih dunia selama lebih dari 70 tahun. Banyak usaha dan waktu telah
dihabiskan untuk meneliti tanah ini. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa tanah
terlapuk sangat lanjut dan tanah abu gunungapi ini mempunyai sifat kimia yang unik,
yang membuatnya berbeda dengan tanah lam.
Karakter kimianya yang khas antara lain :
1. Titik muatan nol yang mendekati nilai pPI
2. Kapasitas tukar anion (KTA) yang tinggi
3. Membutuhkan kapur dan gipsum yang besar untuk menetralkan pH
4. Afinitas jerapan kation seperti Ca dan Mg yang besar yang dapat
membentuk kompleks dengan pennukaan lingkaran luar ataupun dalam,
meskipun kompleks permukaan dalam sebenarnya lebih penting.
Tanah bermuatan variabel yang paling ekstrini adalah Oksisol yang hanya memiliki
sedikit muatan permanen.
{poin/ of zero net.
Oleh sebab itu titik muatan netto nolzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTS
charge / PZNC) sama dengan titik muatan proton netto nol [point of zero net proton
charge / PZNPC).
Hasil berbagai penelitian di seluruh dunia menunjukkan bahwa
titik muatan netto nol tanah berkisar antara 3 - 5.4. (Qafoku et ai. 2000b).
9
a. Sifat Kimia Fase Cair
Sifat kimia fase cair khususnya pH larutan tanah dan kekuatan
ionik
merupakan faktor penting yang menentukan sifat kimia tanah bermuatan variabel.
Meskipun terdapat sedikit perubahan dalam besarnya sifat fase cair ini, pengarulmya
cukup besar terhadap muatan permukaan dan koloid.
Larutan tanah bermuatan
variabel ini sangat eneer karena telah terjadi pencucian intensif Tanah di Queensland
Utara di Australia misalnya, mempunyai batas atas kekuatan ionik sekitar 0.005.
Secara umum larutan tanah lebih eneer pada lapisan bawah Oksisol dan Ultisol
dibandingkan dengan lapisan atasnya.
sebaliknya pada Aifisol.
Akan tetapi kecenderungan ini akan menjadi
Tanah b e n n u a t a n
vanabel ini biasanya lebih masam
dibandingkan tanah pada umumnya, dan nilai pHnya biasanya berdekatan dengan
nilai P Z N C ataupun P Z S E (titik nol di bawali pengaruh garam) (Qafokuzyxwvutsrqponmlkjihg
et al.,
2000b).
b.Sifat Kimia Fase P a d a t
Tanah bermuatan variabel biasanya mengalami pelapukan isoelektrik dan
akhirnya mencapai muatan netto nol dalam proses perkembangaimya.
Konsep
pelapukan isoelektrik telah diperkenalkan 70 tahun yang lalu. Koloid amfoter tanah
ini memiliki kecenderungan untuk merubah komposisi mereka sedemikian, sehingga
titik iso-elektnk tanah berimpit dengan pH. Tanah ini dicirikan oleh adanya mineral
yang mempunyai P Z N P C pada pi 1 netral atau agak basa.
antaranya
oksida
Fe dan Al sert;i
aiofan,
m e m p u n y a i muatan permukaan neiio positii"
F^ad;i kondisi
Mineral terpenting di
mas am,
mineral
ini
Sebaliknya, illosilikat akan b e n n u a t a n
10
negatif pada kondisi basa. Oleh sebab itu, tanah bemiuatan variabel ini dicirikan oleh
sistem bemiuatan campuran.
BzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
.Partikel Tanah dan Muatan Permukaannya
Berdasarkan
karakteristik
muatan
permukaannya,
partikel
tanah
dikelompokkkan dalam dua tipe yaitu : partikel bermuatan ganda (filosilikat dan
aiofan) serta partikel bermuatan variabe! (oksida logam).
Mineral-mineral tersebut
ditemukan dalam jumlah ci'kup banyak pada tanah bermuatan variabel sehingga
mereka menentukan sifat kimia tanah ini. Akan tetapi jika mereka ditemukan dalam
jumlah kecil, sifat kimia permukaan tanalinya didominasi oleh mineral sekunder atau
butiran yang melapisinya (DaviszyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
et al, 1988).
a.
Sorben Bennuatan Ganda
Mineral tanah bennuatan ganda seperti filosilikat biasanya menghasilkan
muatan permanen dan muatan vanabel pada ]3ermukaan yang berbeda dalam partikel
yang sama.
Mineral ini juga disebut mineral bermuatan permanen atau konstan.
Rongga ditrigonal siloksan dari permukaan siloksan filosilikat akan menghasilkan
muatan negatif pennanen, hasil substitusi isomorfik pada struktur kristal intemalnya
(Sposito, 1984). Besar muatan permukaan negatif ini tidak tergantung pada pH dan
kekuatan ionik larutan tanah,
Sebaliknya, pinggiran mineral ini menghasilkan
muatan vanabel, 3'ang tergantung pada pi 1 dan kekuatan ionik larutan tanah.
Oleh
sebab itu tanah ini disebul bermuatan ganda. Mineral bennuatan ganda yang [xiling
11
sering ditemukan adalah kaolinit. Aiofan juga mempunyai muatan permanen dan
muatan variabel, seliingga juga tergolong bermuatan ganda.
Mineral-mineral berikut adalah mineral bermuatan ganda :
(a)
Kaolinit :
Kaolmit adalah mineral filosilikat tipe 1:1 yang area
pennukaan spesifiknya relatif rendah (5 -
39
g"') dan berbentuk piringan
pseudohexagonal. Kaolinit memiliki lembaran Al oktahedral dan Si tetrahedral. Ion
oksigen (O"^) berhubungan dengan bagian tengah Al pada lembaran gibsit oktahedral
serta bagian tengah Si pada lembaran siloksan tetrahedral.
Energi kohesi antara
lembar kaolinit yang berdekatan mencapai 18,64 kcal per unit sel. Setiap lembaran
kaolinit mempimyai dua permukaan yang disebut pennukaan oksigen pada lembar Si
tetrahedral dan permukaan hidroksil pada lembar Al oktahedral. Kedua permukaan
ini menyebabkannya bermuatan netral dan mempunyai reaktixatas permukaan 3'ang
rendah.
Akan tetapi pinggiran
partikel kaolmit mempunyai
muatan
variabel
koordinat tunggal aluminol dan siianol yang belum temetralkan sehingga menjadi
cukup reaktii~.
Substitusi isomorfik Si oleh Al yaitu grup (Si-O-Si) yang digantikan oleh
muatan negatif grup (Si-O-Al) pada struktur kisi-kisi pemiukaan lapisan siloksan
menyebabkannnya
filosilikat
tipe
2:1
mempunyai
yang
muatan struktur
mempunyai
lapisan
pennanen
siloksan
(konstan).
Mineral
meningkatkan
muatan
permukaan negatifnya dengan cara ini. Kaolinit memiliki muatan pemiukaan yang
yang paling rendah (1 -
.5 cmol(o) k g ' ) , karena hanya sedikit terjadi
substitusi
isomorfik di dalam s t r u k t u n n a . Titik muatan netto nol kaolinit pada tanah di Georgia
12
adalah sekitar 3.6 dan titik muatan proton netto nolnya adalah sekitar 5 dan 5.4
(Schroth and Sposito, 1997).
Meskipun sifat asam/basa mineral bermuatan ganda dan oksida Si belum
cukup dimengerti dan penelitian yang berkaitan dengan hal ini masih relatif jarang,
bukti yang meyakinkan telah ada untuk memperlihatkanzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSR
bahwa selain bermuatan
permanen, pinggiran partikel kaolinit menghasilkan muatan variabel (Wieland and
Stumm, 1992).
Partikel kaolinit terdiri dari tiga permukaan morfologi
yang berbeda
komposisi kimianya yaitu permukaan gibsit dan siloksan (keduanya merupakan
permukaan basal) dan oksida kompleks senyawa A1(0H)3 dan Si02 pada pinggiran
permukaan.
Kaolinit
mempunyai
grup terminal
oxo dan
hydroxo
pada
permukaannya yang memungkin mereka bereaksi dengan kompleks ion logam dan
ligan : Al-OH-Al dan grup =A10H pada lapisan gibsit; Si-O-Si dan grup =SiOH pada
lapisan siloksan, serta grup =A10H dan =SiOH pada pinggiran permukaan (Wieland
dan Stumm, 1992).
Tiga model dapat digunakan untuk untuk menggambarkan karakteristik asam
dan basa kaolinit yaitu :
•
reaksi pertukaran gugus aluminol pada pinggiran mineral dengan pKai ^
6.5 dan pKa2
•
=8.5,
reaksi pertukaran gugus aluminol pada permukaan gibsit dengan pK^i ^
3.4 dan pKa,
=
=
= 8.4
13
•
tapak muatan negatif = X 0 pada permukaan siloksan dimana pertukaran ion
terjadi.
(b) Aiofan.
Pada nama aiofan terikut kelompok mineral aluminosilikat
dengan struktur utama ordo kisaran pendek berupa nano partikel berbentuk bola
berdiameter 3.6 nm, dengan komposisi kimia yang terdiri dari silika dan Al (Qafoku zyxwvutsrqpo
et ai, 2003). Luas pennukaan spesifik yang diukur dengan etilen glikol monoetil eter
bervariasi antara 700 - 900 m^ g"',
Aiofan dapat mempunyai muatan permanen
maupun muatan variabel dan dominasi salah satu muatan tersebut ditentukan oleh
struktur mineral.
Misalnya jika tanah kaya kandungan Si,
Al akan mempunyai
koordinat 4 melalui substitusi isomorfik pada Si tetrahedral.
Pada kondisi ini, Al
lebih menyukai mensubtitusi Si daripada membentuk unit ok-tahedral yang terpisah
(Harsh el ai,
2002).
Muatan variabel merupakan hasil protonasi dan disosiasi
permukaan fungsional aluminol dan siianol dengan grup aluminol yang bennuatan
negatif, netral atau positif
Karena aiofan adalah mineral tanah bermuatan ganda,
PZNPC nya tidak sama dengan PZNC.
b. Sorben Muatan Variabel
Tanah bermuatan variabel mempunyai koloid bennuatan variabel dan oksida
logam terutama Fe dan Al. Oksida-oksida ini mempunyai gugus permukaan reaktif
yang bersifat amfoter dan mengalami protonasi sehingga bermuatan positif pada
kondisi masam, atau mengalami deprotonasi sehingga bermuatan negatif pada kondisi
basa. Secara umum permukaan oksida mempunyai muatan permukaan netto positif
jika berkontak dengan larutan yang mempunyai pH di bawah PZNPC (bervariasi
14
antara 7 - 9). Muatan permukaan oksida bermuatan variabel tergantung pada pH dan
kekuatan ionik. Perubahan kekuatan ionik larutan tanah sama penting pengaruhnya
dengan perubahan pH terhadap kapasitas tukar kation (Gillman,
1981).
penelitian menyebutkan bahwa densitas muatan permukaan dan sifat
Hasil
adsorpsi
permukaan amfoter ditentukan oleh larutan yang berkontak dengannya (Wann and
Uehara, 1978).
(a) Oksida F e dan Al : Oksida ini merupakan sumber muatan variabel palmg
penting pada tanah tropis.
Pennukaan amfoternya mampu untuk menyerap atau
melepas proton, tergantung pada pH dan kekuatan ionik, sehingga dapat bermuatan
positif, negatif atau tidak bennuatan. Oksida ini biasanya mempunyai
muatan
permukaan netto postif pada kondisi masam. Meskipun oksida Fe dan Al ditemukan
pada hampir semua jenis tanah, pada tanah bermuatan variabel jumlahnya lebih besar,
karena merupakan produk akhir proses pelapukan tanah.
Oksida ini membentuk
partikel berukuran beberapa nm (misalnya ferihidrit) dan mempunyai pennukaan
spesifik yang mencapai ratusan in" g"'.
Bahkan oksida Fe yang kristalin (misalnya
goethit) dapat mempunyai permukaan spesifik yang mencapai nbuan m'^ g'' (Qafoku
and A m o n e t t e , 2003).
Gugus fungsional pennukaan membentuk kompleks dengan kation dan anion
dari fase cair.
Oksianion (seperti fosfat) secara khusus terikat kuat jika membentuk
kompleks dengan pennukaan oksida.
Salah satu sifat p e n n u k a a n oksida ini yang
c u k u p penting adalah sangat sedikitnya permukaan yang ditemukan pada titik P Z N P C
dan kebanyakan permukaannya ditutupi oleh grup hidroksil yang tidak b e n n u a t a n
(Munter, 1993).
15
Goethit dan hematit adalah oksida Fe yang pahng penting pada tanah terlapuk
sangat lanjut. Substitusi Al oleh Fe pada goethit sering terjadi pada tanah ini. Hal ini
mempengaruhl muatan permukaan yang biasanya menghasilkan tingkat kristalisasi
yang lebih rendah, ukuran partikel yang lebih kecil dan peningkatan area permukaan
serta kapasitas jerapan. Nilai PZNPC goethit sekitar 7.5 - 9.4, dan hematit sekitar 7 9.2 (Komulski, 2002).
Muatan positif yang dihasilkan pennukaan oksida Fe dan Al ini secara
elektrostatis menarik muatan permukaan negatif pada lapisan aluminosilikat mineral
liat.
Pembentukan
ikatan
elektrostatik
antara mineral
oksida
dan
filosilikat
menghasilkan pembentukan agregat tanah yang menstabilkan mereka, khususnya
pada tanah bermuatan variabel yang terlapuk sangat lanjut.
Hal ini menyebabkan
agregat tanah ini sangat stabil dan sukar didispersikan secara alamiah (Millerzyxwvutsrqponmlkjihg
et al.,
1990).
Oksida Fe juga membufer aktivitas oksidasi-reduksi.
Potensial reduksi
pasangan Fe^"'/'Fe'^" (+ 0.77 V) merupakan nilai tengah potensial reduksi pada tanah
cair (-1.1 hingga +1.8 V). Oksida Fe"^^ merupakan penerima elektron temiinal untuk
mikroorganisme, jika oksigen dan nitrat telah dikonsumsi.
Oksida Fe kristalin
ini
agak kurang peka terhadap pengenceran larutan dan dapat menahan beberapa kation
Fe"*"^ yang mobil pada permukaannya, dan menjadi reduktan efektif untuk lingkungan
yang terkontaminasi.
16
C. JERAPAN
a. Ion Potensial yang Menentukan : Padatan atau Cair, Persaingan dan
Jerapannya zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
Sifat
Muatan netto pada permukaan muatan variabel akan bersifat relatif terhadap
larutan di sekelilingnya, dan sangat tergantung pada konsentrasi H"^ dan OH" dalam
larutan (Hunter, 1993).
menentukan
dan
Oleh karena itu H"^ dan O H ' disebut ion potensial yang
terdapat pada
semua
permukaan
tanah
bennuatan
variabel.
Pennukaan potensial tanah tersebut merupakan fungsi langsung hasil jerapan ion-ion
ini.
Agar dapat dijerap sesuai dengan perubahan lingkungan cair, H^ dan OIT juga
dijerap pada permukaan muatan variabel, sesuai dengan perubahan larutan elektrolit
dan kekuatan ionik larutan yang berkontak dengannya. Ion-ion tersebut digiring ke
permukaan agar permukaan tetap potensial konstan meskipun konsentrasi elektrolit
P Z I N I P C , maka proton akan akan dijerap
berubah. Jika pH larutan lebih kecil daripadazyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIH
bila konsentrasi elektiolit memngkat. Jika pH larutan lebih besar daripada PZNPC,
maka 3'ang dijerap adalah hidroksil jika konsentrasi elektrolit meningkat.
Ada yang berpikir bahwa H^ sama dengan OH', sementara kation dan anion
lain dapat bertindak sebagai ion potensial yang menentukan bukan padatan dan
membentuk kompleks dengan gugus permukaan reaktif
potensial
yang
menentukan
yang
berupa
padatan
dan
Peibedaan antara ion
bukan
padatan,
agak
incmbingungkan karena [wda ikatan kimia kedua kelompok itu dengan pemiukaan
reaktif sama-sama terbentuk,
Oleh sebab itu jika keduanya ada pada larutan tanah
dalam kon.senlrasi yang cukup tinggi, kation dan anion tersebut akan bersaing dengan
17
dan OH" pada pennukaan reaktif jika konsentrasi elektrolit meningkat pada pH
konstan.
Kation bagaimanapun kurang menyukai bertindak sebagai padatan, tidak
seperti ion potensial yang menentukan karena mereka agak berbeda dengan proton.
Referensi bibliografi membuktikan bahwa anion-anion yang berbeda yang
bertindak sebagai ion potensial yang menentukan yang bukan berupa padatan.
Jerapan fosfat oleh goethite merupakan fungsi konsentrasi elektrolit (dalam hal ini
NaCl) lebih nyata pada pH yang lebih besar dari 9. Pada pH basa tersebut fosfat
haruslah tidak berlaku secara elektrostatis menarik pennukaan.
Contoh laiimya mencakup :
1. Jerapan
P
tidak
hanya
menurunkan
PZC
Oksisol,
tetapi
juga
meningkatkan muatan pennukaan pada setiap nilai p H di atas PZC tanah
2. Jika konsentrasi larutan elektrolit (dalam hal inizyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQ
K N O 3 ) ditingkatkan dari
0.01 menjadi 0.5 M, jerapanzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFED
PO4" terhadap goethit juga meningkat hingga
nilai pH mencapai 10; yang lebih besar daripada titik isoelektrik goethit.
3. Jerapan boron pada pyrofilit pada pH basa dipengaruhi oleh konsentrasi
elektrolit NaNOa.
Boron lebih banyak dijerap pada p H 9 dibandingkan
pada pH 7. Jika permukaan goethit berubah dari positif menjadi netral,
kemudian negatif, jerapan P dan B tidak diharapkan akan meningkat.
Pada pH basa, boron berada dalam bentuk borat (B(0H)4" dan membentuk
kompleks pennukaan lingkaran bagian dalam dengan goethit, gibsit dan
kaolmit.
C u k u p menarik untuk diketahui bahwa CI mungkin bersifat sebagai
potensial
yang
menentukan
terhadap
oksianiou.
K.o-adsorpsi
ion
Ba"
dan
ion
CI'
18
terhadap muatan negatif hematit terjadi pada pH 10.4 jika konsentrasi Cf lebih besar
dibandingkan konsentrasi OH" (PochardzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
et al., 2002). Jerapan CI' meningkat seiring
dengan meningkatnya konsentrasi BaCl2 yang berkontak dengan larutan.
Jerapan
spesifik CI mungkin terjadi pada pemiukaan hematit sehingga menggeser titik
isoelektriknya pada pH yang lebih rendah (Penners et al, 1986).
Meningkatnya jerapanzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
PO4'' pada konsentrasi elektrolit yang tinggi dan nilai
pH diatas titik isoelektrik, dapat diteraiigkan dengan potensial yang lebih negatif pada
bidang jerapan.
Hal ini menunjukkan bahwa anion mungkin bersikap sebagai ion
potensial yang menentukan, jika permukaan muatan vanabel tersebut bemiuatan
negatif
Hal ini menunjukkan bahwa penilaian apakah suatu ion mempunyai
kemampuan untuk membentuk kompleks pennukaan lingkaran bagian dalam melalui
studi jerapan bahwa ion sebagai fungsi konsentrasi elektrolit pada lamtan dengan pH
yang lebih tinggi dibandingkan PZNPC untuk anion, dan pH yang lebih rendah
dibandingkan PZNPC untuk kation.
Harus
disadari
bahwa
perubahan
jems
sorbat mempakan
fungsi
pPI.
Peningkatan jerapan terjadi jika konsentrasi elektrolit meningkat pada nilai pH yang
berbeda.
Konsentrasi elektrolit berpengandi terhadap jerapan boron, yang lebih
rendah pada pH 7 dibandingkan pH 9, seiring dengan penumnan aktivitas B(0H)4"
pada pH 7 dan afinitas liat yang rendah untuk B(0H)3.
b. Ko-adsorpsi
Ko-adsorpsi terjadi jika jerapan ion yang satu m e n y e b a b k a n jerapan
lainnva.
Ko-adsorpsi
meru|:iakan
fenomena
yang lazim pada
permukaan
ion
tanah
19
bermuatan variabel. Misalnya jerapan fosfat dapat nieningkatkan jerapan kation Iain
yang dapat menggeser nilai PZC lebih rendah dari nilai pH sehingga menetralkan
muatan permukaan positif atau absorpsi elektrolit
Jerapan ion metal pada pennukaan reaktif tanah yang berkontak dengan
larutan elektrolit yang kuat diperkirakan terjadi tanpa keterUbatan ion elektrolit
Akan tetapi ketika ion logam membentuk kompleks yang sangat kuat dengan anion
elektrolit seperti CdCf*^ atau PbCf, logam dau anion elektrolit akan menjerap secara
bersamaan.
Jerapan
makroskopis dengan
oksida Al digunakan
untuk
mengevaluasi
pengaruh serapan Se(IV) yang kuat dan serapan oksianion Se(VI) yang lemah pada
jerapan Co(II) terhadap y-Al203. Hal tersebut memperlihatkan bahwa Se (IV) secara
signifikan merubah jerapan Co(II), sementara jerapan Se(VI) tidak berpengaruh
terhadap jerapan Co(II). Pengaruh Se(IV) terhadap jerapan Co(ll) merupakan fungsi
terhadap p e n n u k a a n Se (IV) (Boyle-Wright et al, 2002 b).
Penelitian
EXAFS
menunjukkan b a h w a jerapanzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQP
Cd(U)
pada goethite
meningkat kuat dengan keberadaan ion PO^ atauzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPON
SO4 dalam larutan elektrolit.
Mekanisme jerapan Cd(n) terjadi secara elektrostatis. Jerapan anion negatif pada
permukaan akan mengurangi muatan positif, sehingga meningkatkan atraksi kation
(Cd"") pada p e n n u k a a n muatan positif
Tidak ada bukti bahwa
pembentukan
kompleks rangkap tiga seperti pada penelitian ini juga ditemukan di tempat lain
(Moms cV (v/,, 1993).
Ion sulfur dan fosliit tidak ditemukan pada lingkungan
koordinasi C d ' " pada permukaan positif }'ang menunjukkan bahwa presipitasi Cd-
20
sulfat atau Cd-fosfat tidak mungkin terjadi dan ligan diserap pada tapak permukaan
selain yang ditempati Cd(II).
Jerapan garam merupakan kasus yang kliusus pada ko-adsorpsi. Jerapan Ca"*"
danzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
S O 4 " 3 'ang ekuivalen dengan melepaskan sedikit kation dan anion pada larutan,
merupakan bukti adanya jerapan garam.
Jerapan garam oleh mineral kaolinit dan
mineral-mineral pada Andisol menimjukkan b a h w a anion dan kation tersebut mengisi
permukaan muatan variabel dan melepaskan sejumlah ion OH dan H yang ekuivalen,
y a n g kemudian bereaksi m e m b e n t u k air. Jerapan Ca'^^ dan
8 0 4 "'^
secara bersamaan
juga dilaporkan terjadi pada Oksisol (Mercano-Maninez and Mc.Bride, 1989). Akan
tetapi, pembentukan pasangan ion di p e n n u k a a n tidak menerangkan secara penuh
jerapan garam, misalnya jerapan anion dan kation dari elektrolit dalam jumlah yang
ekuivalen tanpa melepaskan ion lainnya pada larutan tanah. zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTS
c. Ko-adsorpsi dan Kompetisi Ion Elektrolit pada Tapak Permukaan
Transisi dan j e r a p a n logam berat paua goethit dan gibsit (konstanta dielektrik
10-22) digambarkan dengan sangat baik melalui kompleks perm^okaan logam dan
anion elektrolit.
Penggunaan NaNOa sebagai elektrolit dicobakan dengan P b , yang
menggambarkan jerapan logam pada bidang-0 dan ion nitrat pada bidang-(3 (Hayes
danLeckie, 1986):
= SOH + M""^ +zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
N0{ ^ =SOHM^^ ~ NO.-,"
Jika NaCl dan NaCi04 digunakan sebagai elektrolit, kedua logam d a n anion
elektrolit akan dijerap pada b i d a n g - 0 .
= SOH
+ M'"
+zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
CIO4 '
-SOHMCIO4'"
21
= SOH + M ^ ' + c r ^
SOHMCf
Jerapan ion logam bervalensi dua pada kuarsa dan silika dengan konstanta
dielektrik 4 dan 5 digambarkan sangat baik melalui logam dan anion elektrolit yang
CIO4.
Jika larutan elektrolit NaN03 dan NaCl yang digunakan, jerapan
menjerapzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
logam menjadi =SOH dan ==SOMOH.
Pada kondisi tersebut, konstanta dielektrik
padatan yang rendah menghasilkan energi bebas yang besar berlawanan dengan
jerapan anion elektrolit (Criscenti dan Sverjensky, 1999).
Anion
elektrolit
mungkin juga
bersaing
pada
tapak
permukaan
yang
dihasilkan oleh ion potensial yang menentukan, jika konsentrasi elektrolit meningkat.
Peningkatan
yang
sama
pada
konsentrasi
elektrolit
dapat
meningkatkan konsentrasi satu elektroht atau beberapa elektrolit.
dicapai
dengan
Anion elektrolit
mungkin berkompetisi untuk tapak jerapan yang baru sebagai respons jerapan ion
potensial yang menentukan untuk meningkatkan konsentrasi elektrolit.
Jerapan
khromat, sulfat dan selenat adalah contoh jerapan yang dipengaruhi oleh konsentrasi
larutan elektrolit seperti NaN03. Khusus jerapan kliromat pada pH rendah, akan
dipengaruhi oleh konsentrasi NaN03. Hal tersebut menunjukkan bahwa lon-ion ini
diserap pada bidang yang sama denganzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFED
NO3 dan akan berkompetisi jika konsentrasi
elektrolit meningkat Sebaliknya jerapan molibdat dan selenit tidak dipengaaihi oleh
konsentrasi NaN03 (WuzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
et ai, 2000).
Jerapan Cd^", P b ' ^ C o ' ^ UO,^", Zn\^ Sr'-, dan
\a
permukaan tanah mineral yang berkontak dengan larutan NaN03 K N O 3 , NaCl dan
NaC10=i pada rentang konsentrasi yang lebar (0,0001 - 1,0 M), mengungkapkan
bahwa perubahan jerapan mineral berat sebagai i'ungsi dari konsentrasi elektrolit,
22
tergantung pada jenis elektrolitnya. Jika menggunakan NaNO.-), ketergantungan pada
konsentrasi elektrolit hanya sedikit. Akan tetapi jika menggunajan NaCl, jerapan
logam menurun secara signifikan
Namun
jika
menggunakan
dengan meningkatnya konsentrasi
NaC104, jerapan
logam
agak
meningkat
elektrolit.
dengan
meningkatnya kekuatan lonik (Criscenti dan Sverjenski, 1999).
D. REAKSI KIMIA PADATAN : LARUTAN YANG MENGHUBUNGKAN
TANAH BERMUATAN VARIABEL
a. Penyelidikan Struktur Lapis GandazyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
Listrik (ElectricalDouble
Layer)
Berbagai percobaan telah dilakukan untuk melihat struktur dan struktur lapis
ganda listrik, namun belum ada yang benar-benar memuaskan.
fvlikroprob berskala molekular untuk memberikan informasi
Dibutuhkan
mengenai kompleks
permukaan dan struktur lapis ganda listrik ini.
Beberapa model telah diajukan untuk menggambarkan distribusi ion dalam
hubungan padatan dan larutan.
Akan tetapi baru sedikit yang diketahm' m e n g e n a i
struktur berskala molekular lapis ganda listrik dalam hubungannya dengan mineral
dan larutan, karena interpretasi parameter model mikroskopik masih dipertanyakan.
Pengertian mengenai lapis ganda listrik terhalang] karena kurangnya percobaan
berskala raolekural dan bersifat kuantitatif yang dapat digunakan untuk menguji
secara independen model-model yang ada.
Mengukur muatan permukaan dan muatan potensial serta distribusi ion pada
lapis ganda listrik merupakan
pekerjaan
;Nang meiiantaiig, khususnya dalam hal
menguraikan masalah batasan antara lapisan padat dan baur serta posisi dan distribusi
ion dalam kedua lapisan lersebut.
Tantangan besar lainnya adalah mengliubungkan
hasil pengamatan makroskopis di lapangan dengan pengukuran berskala molekular di
laboratorium.
Kemajuan yang telah dicapai adalah berupa teknik percobaan baru
dengan Mikroskop Bertenaga A t o m i k dan metodazyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIH
X-Ray Synchroion yang m a m p u
mengamati hingga tingkat
kristalisasi serta hubungan padatan-larutan pada level
molekular.
Mikroskop
hubungan
fase
bertenaga
atom
padatan-larutan
telah
sehingga
sukses
digunakan
diperoleh
untuk
infonnasi
menganalisis
langsung
dari
permukaan muatan, potensial p e n n u k a a n , interaksi antara p e m i u k a a n muatan, jerapan
serta distribusi ion dalam hubungan padatan/larutan.
Selain mikroskop bertenaga atom d a n X-ray Synchroion, terdapat juga X-ray
dengan gelombang tegak dan X-ray reflektif, yang dapat m e n e r a n g k a n struktur dan
komposisi lapis ganda listrik berkaitan dengan hal b e r i k u t :
•
Sifat interaksi yang lemah dari sinar X yang kuat memungkiiikan untuk
memeriksa hubungan padatan-larutan
•
Pengukuran yang sangat kuantitatif karena interaksi sinar X dengan material
yang sudah dimengerti hingga level y a n g sangat mendasar
•
Dapat meneliti hingga skala ] - 10'' A" yang pada lapis ganda listrik.
Teknik sinar X dengan g e l o m b a n g tegak telah digunakan untuk mengukur
struktur lapis ganda listrik mineral rutit (100).
Hal tersebut menunjukkan
bahwa
teknik ini dapat digunakan unluk mengetahui lokasi yang tcpat dan ion pada lapisan
24
bawah lapis ganda listrik, dan penyekatan ion-ion antara padatan pada lapisan bawah
yang baurnya (FenterzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
et al., 2000a).
b. Model Hubungan pada Tanah Bermuatan Variabel
Meskipun teknik elektrokinetik mungkin dapat digunakan untuk menentukan
potensial permukaan pada bidang yang sama, namun potensial pennukaan pada
bidang jerapan yang berbeda tetap sulit diukur.
tersebut
telah diajukan
permukaan.
untuk
menghitung
Model yang menggambarkan hal
potensial
permukaan
pada
muatan
Nilai potensial pennukaan ini kemudian digunakan untuk mengoreksi
konstanta stabilitas dari reaksi kompleks permukaan.
Mineralogi fraksi liat tanah bennuatan variabel biasanya didominasi oleh 5
mineral utama yaitu ; kaolinit, aiofan, gibsit, goethit, dan hematit (Qafoku et al.,
2003).
Tanah ini dapat saja memiliki fasa mineralogi tunggal jika hanya salah satu
saja mineral yang dominan.
Akan tetapi sebagian besar tanah bennuatan variabel
mempunyai kandungan dan proporsi mineral liat yang berbeda dan yang tersebut di
atas, sehingga mempunyai gabungan interaksi partikel, muatan permukaan, distribusi
ukuran partikel, dan area pennukaan spesifik, yang membuat prediksi sifat tanah
tersebut raenjadi sulit. Meskipun demikian, model-model yang diajukan cukup dapat
digunakan untuk memprediksi respons muatan pennukaan pada beberapa strategi
manajemen.
25
i. Sorben Tunggal
Sorben tunggal didominasi
oleh mineral b e n n u a t a n ganda (kaolinit atau
aiofan) : model jerapan tapak ganda dapat digunakan untuk m e n g g a m b a r k a n reaksi
kompleks semua permukaiin reaktif kaolinit.
permukaan amfoterik grup OH;
raisainya
Istilah gugus = M O H digunakan untuk
g m p O H pada pinggiran dan p e r m u k a a n
basal kaolinit dengan muatan variabel yang merujuk pada muatan p e n n u k a a n netto
proton, yang dapat bertindak sebagai ligan termina! dan kompleks metal.
Istilah
gugus = X 0
reaksi
merujuk
pada tapak
muatan
negatif lapisan siloksan
pada
pertukaran dengan kation dalam larutan, seperti H'", Na"^, Ca"*"* , Mg"^ , dan Al"*"^, dan
bertmdak sebagai grup terminal dari kation-kation mi.
Pada tanah bermuatan variabel dengan kondisi inasam, keberadaan Al dengan
reaksi protonasi/deprotonasi serta pcrtukaian ion yang melibatkan ion tf, Na"*, Ca"'''",
Mg^^, dan A l ^ ' , dapat ditulis sebagai b e r i k u t :
= M0lV
^
=M0H-H^
= M O - - H""
- MOH
^
= XOH
+
Ca^''^
^
=XOCat^^"'^
^/=XOH
+
^Af"^
^
(-XO)fl Ali (OH)c^-""^''''"^'"zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXW
+(b + v)}:t
+
H'
Kation*^^-* mewakili semua k e m u n g k i n a n kation pertukaran. Simbol a, b dan c
adalah koefisien stoikiometn dalam p e r s a m a a n reaksi.
Konstanta
kesetimbangan
permukaan tanah mmeral.
biasanya
dikoreksi
untuk
energi
Coloumbic
Hasilnva, konstanta kesetimbangan hipotesis [permukaan
y a n g tidak bermuatan dihitung dan hubungan vang disaiikaii pada persamaan 8, 9 dan
26
11. Dalam hal imzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
W mempakan pemiukaan potensial, sedangkan F, R dan T bertumtturut mempakan konstanta Faraday, konstanta gas molar, dan temperatur absolut.
Asumsi-asumsi yang digunakan adalah ;
1.
Permukaan
amfoter
gugus
hidroksil
=MOH
terdapat pada
permukaan
variabel atau netto proton padapemmkaan kaolinit
2.
Reaksi pertukaran ion terjadi pada tapak permukaan bermuatan permanen
negatif = X 0 pemiukaan siloksan
3.
Konsentrasi
kompleks
permukaan
lemah
=^MONa
dan =MOAf"^
yang
terbentuk pada pernuikaan gibsit d a n pinggirannya dapat diabaikan pada
kondisi masam
Untuk mengoreksi konstanta stabilitas yang terkondisi, digunakan model
permukaan untuk menghitung potensial muatan permukaan. Model mengenai difusi
ion yang mengerubungi
permukaan
datar dimodifikasi
melalui
teori
GOUY-
Chapmann (Sposito, 1992). Prinsip dasar model lapis ganda Ustrik tersebut ditinjau
ulang oleh beberapa penebu lam lam (Van Olphen, J 977).
Beberapa
peiieliti
tersebut menghasilkan simulasi Monte Carlo yang didasarkan atas statistik mekanik.
Model lain yang sering digunakan adalah model kapasitas konstan (Schindler
et ai, 1976), model lapis baur (Stumm el al.. 1970) dan model lapis trio (Davis et al.,
1978). Model lapis trio serta model lapLs tunggal berbeda persepsi dalam hal A GADS
zyxwvutsrqpon
yang dapat dipisahkan menjadi /S GIM T dan .A (/rorx(Schindler dan Sposito, 1991).
Hubungan antara muatan pernuikaan dan polensial permukaan pada salah satu
model adalah sebagai berikut ;
o - C X 4^
27
atau
Q = (s/F)zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
X a = (s X C/F) X T
s = area permukaan spesifik (m^ kg'')
C = kapasitas integral lapis ganda datar yang biasanya merupakan parameter yang
dapat disesuaikan
Meskipun belum ada model yang digunakan untuk data percobaan (Porchard zyxwvutsrqpon
et al, 2002), sangat menarik untuk menguji model tersebut dengan melibatkan sifat
muatan
permukaan
dengan
kekuatan
ionik
yang berbeda (Kosmulski,
2002).
Beberapa penelitian yang dilakukan nienyimpulkan bahwa tidak diperoleh data yang
cukup dalam model lapis ganda baur melalui teon Gouy-Cliapman-Steni/GCS (Wang
dan Bard, 2001). Kegagalan teori GCS menggambarkan lapis ganda listrik mungkin
karena tidak memasukkan pengaruh korelasi dan kondensasi ion pada permukaannya.
Kondensasi ion tanah bermuatan variabel terjadi jika ada kelebihan ion yang
berlawanan pada partikel muatan permukaan yang berdekatan, bahkan jika larutan
tersebut sangat eneer.
ii. Sistem yang didominasi oleh oksida logam
Reaksi ioiiisasi permukaan yang bertanggung jawab terhadap sifat amfoter
permukaan oksida logam.
Nilai yang tepat untuk konstanta kesetimbangan pada
reaksi protonasi dan deprotonasi sangat penting untuk membuat model
kompleks permukaan cair dengan gugus permukaan reaktif
dibuaf
reaksi
Berbagai model telah
dalam CD-MuSiC untuk menghilung afinitas proton gugus
permukaan
28
individual berdasarkan valensi permukaan oksigen pada kondisi jenuh (Heimstrazyxwvutsrqponmlk
et
al, 1996).
Konstanta kesetimbangan untuk reaksi protonasi pennukaan dapat juga
dinyatakan dalam istilah kebalikan dari dielektrik konstan padatan. Kekuatan ikatan
Pauling per Angstrong untuk padatan dan karakteristik pennukaan akan tergantung
pada struktur kristal padatan (Sverjenski dan Sahai, 1996).
iii. Sistem Sorben Ganda
Pengetahuan
mengenai
reaktivitas
dan sifat
koloid serta
dihasilkan dan percobaan dengan sistem model tunggal.
partikel
nano
Meskipun investigasi ini
telah signifikan menambah pengertian mengenai sifat fisika dan kimia koloid secara
individu, namun sayangiiya tidak siap untuk diekstrapolasi terhadap sifat koloid yang
kompleks seperti keloid tanah.
Mekanisme operasi muatan pennukaan dalam
kompleks mineral tidak dapat diprediksikan berdasarkan padatan mineral atau dengan
mempertrmbangkan reaktivitas permukaan mmeral,
Reaktivitas gugus
fungsional
dan mekanisme operasi muatan tersebut dalam kompleks koloid dan partikel nano
tidak cukup diperediksi hanya dengan mempertimbangkan fase sistem mi secara
individual.
Interaksi antara muatan koloiu berskala mikro dan nano dalam larutan
elektrolit sangat penting, khususnya untuk ilmu tanah. Penekakanan telah dilakukan
koloid
dalam
elektrostatis
pembentukan
memfasilitasi
antara
agregat
pierinukaari
pengangkutan
yang
yang
bermuatan
mikro dan koagulasmva
terkontammasi.
berlawanan
dalam
sistem
Interaksi
akan
inengontroi
koloid
bermuatan
29
campuran. Pennukaan bennuatan tinggi seperti koloid liat, interaksi elektrostatisnya
berpengaruh terhadap fase ekuilibrmm. Mereka juga mengontrol fenomena penting
seperti jerapan ionik dan inobilitas koloid serta pengangkutannya dalam media
berpori.
Beberapa publikasi mengenai sifat kimia permukaan koloid tanah bermuatan
vanabel dan penganih interaksi partikel jerapan belmn tedalu dipahami. Sifat partikel
tersebut dalam larutan sebenarnya telah digambarkan dengan baik oleh
teon
Derjaguin-Landau - Verwey - Overbeek, meskipun beberapa f)enelitian menyatakan
bahwa hipotesis teori ini mengenai interaksi partikel terlalu sempit.
Akan tetapi
tenaga tarikan partikel dengan rentang panjang Coulobic tidak dapat diterangkan
secara kuantitatif ataupun kualitatif melalui teori ini (McBride dan Baveye, 2002).
Interaksi antara partikelzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
3 'ang berbeda jenis serta penga