Kota Tak Sehat Picu Skizofrenia Anak.

4

.
20

.Mar

0

Selasa

5

6
21
OApr

0

Rabu


7
22

8
23

Kam;s

9
24

o Me; OJun

0

Jumat

o Sabtu 0

M;nggu


10
11
12
13
14
15
16
27
28
29
30
31
2S
26

OJul

0 Ags OSep


OOkt

ONov

ODes

-.

KotaTakSehatPicu SkizofreniaAnak
BANDUNG(SI)-GuruBesar llmu
Kejiwaan Universitas Padjadjaran (Unpad) Prof Tuti Wahmurti
Arie Sapiie berpendapat, kondisi
kota yangtak sehat berisiko tinggi
meningkatkan kejadian skizofrenia atau orang awam menyebutnya gila.
Karena itu, dia mengusulkan
pemkot atau pemkab bisa menciptakan suasana kota yangsehat.
"Suasana lingkungan perumahan
padat disertai penduduk yang
padat memberikan risiko terhadap peningkatan kejadian skizofrenia," ujarTuti usai memberikan
pidato ilmiah di Graha Sanusi

Hardjadinata, akhir pekan lalu.
Menurut Tuti, skizofrenia ter-

anak perkotaan yang
tinggal di panti asuhan memiliki risiko lebih besar menderita
skizofrenia dibanding
yang tidak tinggal di
panti asuhan.

utamamengintaianakanak di perkotaan.
Anak-anak yang lahir
di perkotaan memiliki
risiko lebih besar dibanding anak yang lahir di perdesaan. "Ini
merupakan tantangan ~

"Mungkin. perlu
penelitianlebihmendalam terhadap suasana dan sarana di

bagi pemerintah kota ~
untukbekerjasamadengan semua komponen

menciptakan suasana kota yang
sehat," kata Turi.

Cara dini lain mencegah skizofrenia menyerang anak-anak
adalah mencegah urbanisasi dan
menggiatkan kembali program
keluarga berencana (KB).Selain
itu, dia mendapatkan data bahwa

:.;

panti, sehingga bisa ditindaklanjuti dengan upaya menciptakan
panti seperti suasana keluarga sehat,"usulTuti.
Dia membeberkan, secara pasti belum diketahui apa penyebab
skizofrenia menyerang manusia.
Tapi, para dokter telah mengiden-

Kliping Humas Unpad 2010

tifikasi orang yang berisiko tinggi

skizofrenia. Mereka yakni orang
yangmerokok,kuranggizi,minum
alkohol dan narkotika, anak dari
benih ayah yang berusia lanjut,
serta wanita dengan komplikasi
kehamilan dan persalinan.
Pencegahan yang dapat dilakukan selain menghindari keadaan berisiko tinggi tadi, yakni keluarga juga harus menciptakan
suasana harmonis, hangat, dan
stabil.
Guru pun harus bisa mengu.
rangi perilaku agresif murid dan
senantiasa menyesuaikan dirl
dengan perkembangan kehidupan murid.

(rudini)