Pengaruh Penerapan Metode Storytelling Terhadap Kreativitas Figural pada Anak TK Picu Pacu Kreativitas Indonesia di Kota Bandung.

(1)

ABSTRAK

Abstrak Tesis, oleh Nurani Widaningsih, bejudul Pengaruh Penerapan Metode Storytelling Terhadap Kreativitas Figural Pada Anak TK Picu Pacu Kreativitas Indonesia di Kota Bandung, di bawah bimbingan Dr. Jacqueline M.Tj.Psikolog sebagai pembimbing utama dan Jane Savitri M.Si.,Psikolog sebagai pembimbing pendamping.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode storytelling terhadap kreativitas anak TK Picu Pacu Kreativitas Indonesia di Kota Bandung. TK Picu Pacu Kreativitas Indonesia merupakan Taman Kanak-Kanak yang menjadikan kreativitas sebagai ikon utama dalam proses belajar yang diterapkan.

Populasi dalam penelitian ini adalah 30 orang peserta yang terbagi ke dalam dua kelompok yaitu 15 peserta sebagai kelompok kontrol (CG) dan 15 peserta sebagai kelompok eksperimen (EG). Terdapat tiga sesi storytelling yang dilakukan dalam penelitian ini. Sebelum diberikan kegiatan storytelling, semua partisipan diberikan kegiatan pre tes ,untuk mengukur tingkat kreativitas figural awal. Setelah pemeberian storytelling pada kelompok eksperimen, daiadakan pengukuran akhir skor kreativitas figural pada kelompok kontrol (CG) dan kelompok eksperimen (EG). Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimental dengan teknik pengambilan data pre test dan post test lalu keduanya diukur dan dibandingkan.

Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur kreativitas figural dari Utami Munandar (1999). Teori yang digunakan adalah teori kreativitas figural Utami Munandar dan teori storytelling Geisler (1997). Teori lain yang mendukung adalah tentang perkembangan anak usia dini berkaitan dengan perkembangan kognitifnya dari Piaget

Berdasarkan hasil dapat disimpulkan bahwa metode storytelling berpengaruh signifikan terhadap peningkatan skor kreativitas figural pada kelompok eksperimen (EG) TK Picu Pacu Kreativitas Indonesia Kota Bandung. Metode storytelling berpengaruh terhadap peningkatan aspek-aspek kreativitas figural meliputi kelancaran (fluency), fleksibilitas (flexibility), elaborasi (elaboration) dan aspek orisinalitas (originality).

Saran dari penelitian ini adalah dapat dilakukan penelitian sejenis di tempat lain pada kelompok usia yang berbeda dan menggunakan desain penelitian longitudinal. Hasil dari penelitian ini bisa digunakan oleh sekolah, guru dan orang tua untuk pengembangan potensi kreativitias figural yang dimiliki oleh peserta penelitian.


(2)

ABSTRACT

Thesis abstract, by Nurani Widaningsih, entitled Influence of Storytelling Methods Implementation to Figural Creativity on Pupils of PicuPacu Kreativitas Indonesia Kindergarten in Bandung, under the guidance of Dr. Jacqueline, M.Tj.Psi and Jane Savitri, M.Si.,Psikolog.

The background of the research is to know the influence of storytelling methods implementation to figural creativity on pupils of PicuPacu Kreativitas Indonesia Kindergarten in Bandung. PicuPacu Kreativitas Indonesia Kindergarten is the school that placed creativity as a prime icon in learning process. Population in the research is 30 which divide into two groups. There are 15 in Control Group (CG) and the others in Experiment Group (EG). Storytelling has three session in the research. Before storytelling, all of participants have pre test activity to measure first figural creativity level. Then, after storytelling, both CG and EG get the last measurement of figural creativity. The research used Quasi Experimental method with pre and post test.

The parameter used tool from Utami Munandar figural creativity tool. The research is using Utami Munandar (1999) figural creativity theory and Geisler (1997) storytelling theory. The other theory come from Piaget with his grow and development theory.

Result of the research: Storytelling method has significant influence to increase figural creativity score on Experiment Group (EG). Storytelling has influence to increase figural creativity aspects that include fluency, flexibility, elaboration, and originality

The research suggested to conducted elsewhere in the different age groups and using a longitudinal research design. The results of this study can be used by schools, teachers and parents for the development of potential figural creativity held by research participants.


(3)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK……….i

ABSTRACT……….………..……….ii

KATA PENGANTAR………..………iii

DAFTAR ISI………...……..…..………....vii

DAFTAR TABEL..………...………..….…ix

DAFTAR BAGAN……… ……….….………..…..x

DAFTAR LAMPIRAN………..……….………...…..xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN……….…1

1.2. RUMUSAN MASALAH……….7

1.3. MAKSUD,TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN……….7

1.3.1. Maksud Penelitian………...7

1.3.2. Tujuan Penelitian………..………….……..8

1.3.3. Kegunaan Penelitian……….……….……..8

1) Kegunaan Teoritis……..…..………...8

2) Kegunaan Praktis………….………..…….….8

3) Kegunaan Edukatif……….……..………...9


(4)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. TEORI………..….11

2.1.1. Kreativitas Figural………..…....11

2.1.1.1 Pengertian Kreativitas Figural...……..………...11

2.1.1.2 Pengertian Kreativitas Figural Utami Munandar……12

2.1.2. Pendekatan Kreativitas Figural…… ………12

2.1.2.1 Teori-Teori tentang ‘Press’...……...………..……17

2.1.2.2. Teori-teori tentang Proses Kreatif..………...18

2.1.2.3. Teori tentang Produk Kreatif………..…………21

2.1.3. Ciri-ciri Anak kreatif...…………...………..22

2.1.4. Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas……….…..24

2.1.5 Storytelling………...………..27

2.1.5.1. Pengertian Storytelling dari Beberapa Sumber………27

2.1.5.2. Pengertian Storytelling menurut Geisler……...………...28

2.1.5.3 Sejarah dan Perkembangan Storytelling……..………..29

2.1.5.4 Jenis-jenis Storytelling….……….31

2.1.5.5 Proses Storytelling…….………32

2.1.5.5.1. Tahapan Storytelling………….………...…..32

2.1.5.5.1. Pihak yang Terkait saat Storytelling…………..……36

2.1.6. Perkembangan Kreativitas Figural Anak………..………….….37

2.2. KERANGKA PEMIKIRAN……..………..……..………..38


(5)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. RANCANGAN PENELITIAN……...……….51

3.2. VARIABEL PENELITIAN……….……….52

3.2.1. Independent Variable………..………..…..…52

3.2.1.1. Definisi Konseptual Independent variable………53

3.2.1.2. Definisi Operasional Independent Variable……….53

3.2.2. Dependent Variable 3.2.2.1. Definisi Konseptual Dependent variable………53

3.2.2.2. Definisi Operasional Dependent Variable……….53

3.3. SUBJEK PENELITIAN………...54

3.3.1. Karakteristik Subjek Penelitian………..……..………..54

3.4. ALAT UKUR……….…………..……….…54

3.4.1. Nama Alat Ukur………...……….…….54

3.4.2. Landasan………...………….….54

3.4.3. Bentuk Alat Ukur TKF………54

3.4.4. Kisi-Kisi Alat Ukur……….55

3.4.5. Penilaian………...………..55

3.4.6. Kategorisasi Alat Ukur………...………56

3.4.7. Validitas dan Realiabilitas………...………57

3.4.7.1. Validitas………...…….…...57


(6)

3.5.1. Tujuan Traetment Metode Storytelling………...……58

(1). Tujuan Instruksional Umum…………...………58

(2). Tujuan Instruksional khusus………...………58

3.5.2. Materi Treatment Metode Storytelling………..….……58

3.6. TEKNIK ANALISIS DATA………...……….…….60

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL PENELITIAN……….……...……….67

4.2. PENGUJIAN HIPOTESIS…….……….….84

4.3. PEMBAHASAN…….……….……….….88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN……….…………...………..93

5.2. SARAN…….……….……….…..93

DAFTAR PUSTAKA……….……..96

DAFTAR RUJUKAN………...…99


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tahap Perkembangan Kognitif Piaget………37 Tabel 3.4.1. Kisi-kisi Alat Ukur……….55 Tabel 3.4.2. Skoring Alat Ukur TKF……….55 Tabel 3.4.3. Konversi Nilai Skoring Kategori Kreativitas Figural……..56 Tabel 3.4.4. Kategori penggolongan Kreativitas Figural Utami

Munandar……….…..57 Tabel 3.5. Materi Treatment Storytelling….………..60. Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Populasi Berdasarkan Jenis Kelamin..62 Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Populasi Berdasarkan Usia…………..63 Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Kelompok Kontrol (CG)

Berdasarkan usia………..64 Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Kelompok Eksperimen (EG)

Berdasarkan usia………..64 Tabel 4.5. Hasil Uji Untuk Rata-Rata kreativitas Figural Awal……..70 Pada CG dan EG.

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Awal ……….………73 Kreativitas Figural Kelompok Kontrol (CG)

Tabel 4.8. Hasil Uji T Berpasangan untuk Kreativitas Figural.……….68 Akhir Pada Kelompok CG dan EG


(8)

Tabel 4.9. Data Akhir Distribusi Frekuensi Kreativitas Figural

pada Kelompok kontrol (CG)….………75 Tabel 4.10. Data Akhir Distribusi Frekuensi Kreativitas Figural

Pada kelompok Eksperimen (EG)……….76 Tabel 4.11. Uji Statistika untuk Rata-Rata Awal dan Akhir

Kreativitas Figural CG……….77 Tabel 4.12. Hasil Uji T Berapsangan untuk Kreativitas Awal

Dan Akhir pada Kelompok kontrol (CG)……..…………77 Tabel 4.13. Uji Statistika untuk Rata-Rata Skor Awal dan Akhir

Kreativitas Figural pada Kelompok Eksperimen ………...78 Tabel 4.14. Hasil Uji T untuk Kreativitas Figural Awal dan

Akhir pada Kelompok Eksperimen……….79 Tabel 4.15. Tabulasi silang Frekuensi Perubahan Skor Kreativitas

Figural Kelompok EG Terhadap Perubahan Skor

Kelancaran (Fluency)………...80 Tabel 4.16. Tabulasi silang Frekuensi Perubahan Skor Kreativitas Figural Terhadap Perubahan Skor Fleksibilitas

(Flexibility)……….………...85 Tabel 4.17. Tabulasi silang Frekuensi Perubahan Skor Kreativitas

Figural Terhadap Perubahan Skor Elaborasi


(9)

Tabel 4.18. Tabulasi silang Frekuensi Perubahan Skor Kreativitas Figural Terhadap Perubahan Skor Orisinalitas

(Originality)…………..……….………....83 Tabel 4.19 Tabulasi silang Frekuensi Perubahan


(10)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.2. Kerangka Pikir……….………46 Bagan 3.1. Rancangan Percobaan………..49


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Alat Ukur TKF Lampiran 2 Lembar cerita 1

Lampiran 3 Lembar cerita 2 Lampiran 4 Lembar cerita 3

Lampiran 5 Surat Permohonan Partisipasi Penelitian Lampiran 6 Persetujuan partisipasi dalam Penelitian Lampiran 6 Hasil Uji Statistika


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Penelitian

Kreativitas merupakan suatu dinamika proses yang mengacu kepada hal-hal baru yang positif. Setiap pembaharuan memerlukan proses kreatif. Kreativitas merupakan suatu kegiatan yang bermakna dan bermanfaat. Kreativitas diperlukan dalam meningkatkan kualitas hidup manusia karena kreativitaslah yang memungkinkan perkembangan ilmu, teknologi dan seni (Wahyudin, 2007). Kehidupan manusia mendambakan produktivitas, efektivitas dan efisiensi yang lebih baik atau lebih tinggi dari apa yang sebelumnya dicapai, kreativitas dijadikan dasar untuk menciptakan produktivitas tersebut. Pentingnya kreativitas dalam kehidupan, menjadikan usaha-usaha yang dilakukan manusia dalam berbagai konteksnya banyak melibatkan kreativitas.

Maju tidaknya suatu negara akan sangat tergantung kepada sumber daya manusianya. Oleh karena itu, pengembangan sumber daya manusia menjadi prioritas utama jika suatu negara ingin maju dan dapat bersaing dengan bangsa lain. Faktor sumber daya manusia yang unggul dan kreatif menjadi hal yang sangat penting, sehingga memerlukan dukungan dari berbagai bidang yang dapat meningkatkan aspek tersebut, di antaranya adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam mengembangkan sumber daya


(13)

2

manusia. Semakin baik dunia pendidikan suatu negara maka semakin baik pula sumber daya manusianya.

Di era pembangunan seperti saat ini, kreativitas merupakan salah satu kualitas individu yang sangat penting, kualitas semacam ini sangat bermanfaat untuk membantu memecahkan persoalan-persoalan yang setiap saat menghadang proses pembangunan sebagaimana yang dihadapi bangsa Indonesia (Nashori dan Diana, 2002). Perkembangan kreativitas anak memang diakui berkembang begitu pesat terutama anak pada usia pra sekolah. seperti dikemukakan oleh Munandar (1997), bahwa saat paling penting dan menentukan dalam upaya pengembangan kreativitas adalah usia pra sekolah, karena pada usia pra sekolah tersebut seorang anak memiliki daya khayal yang tinggi serta merupakan masa perkembangan dengan daya kreativitas yang pesat. Cobb (1997) menyatakan bahwa masa kanak-kanak dapat digeneralisasi sebagai fase yang sangat kreatif. Beberapa hasil penelitian kreativitas yang dilaporkan oleh E. Paul Torrance (1964) memperlihatkan bahwa imaginasi tertinggi terdapat pada anak dengan usia antara empat tahun sampai lima tahun.

Permasalahan yang dihadapi oleh pendidikan usia dini di Indonesia adalah bergesernya paradigma pendidikan anak pra sekolah yang seharusnya lebih menekankan kepada aspek tumbuh kembang, kreativitas dan karakter seperti yang disebutkan oleh Armstrong (2012) bahwa fokus utama pendidikan anak usia dini adalah kreativitas dan bermain, sekarang ini kenyataan di lapangan anak-anak usia pra sekolah dalam hal ini anak-anak Taman kanak-Kanak (TK) sudah banyak


(14)

3

Beberapa pendapat dari hasil wawancara dengan orang tua TK adalah bahwa orangtua mempunyai harapan yang sangat tinggi akan prestasi akaedmik sejak anak masuk TK. Hal tersebut memicu sekolah melakukan beberapa kegiatan belajar yang seharusnya belum dilaksanakan di tingkat TK, seperti adanya PR setiap hari, anak TK sudah diharuskan menulis dan membaca dan kegiatan-kegiatan lainnya yang mengutamakan duduk berjam-jam di meja dan kurang mendapatkan stimulasi untuk perkembangan sosial, emosional, fisik, intelektual, kreativitas dan moral yang sebenarnya saling terkait.

Sikap pengajar atau guru dalam hal ini juga mempunyai peranan yang penting. Guru yang kreatif akan menstimulasi anak-anak untuk bisa kreatif. Berbagai pendekatan dan metode kreatif yang diberikan oleh guru akan memberikan dampak bagi anak-anak. Guru yang mampu mengajar kreatif adalah guru yang mampu menyediakan kegiatan belajar yang menyenangkan dan memberikan pengalaman yang berharga bagi anak-anak, mendorong kreativitas dan imajinasi (Asyfandiyar,2007).

Menurut Callahan dan Renzulli (1997), sebenarnya semua anak usia TK baik cacat maupun normal mempunyai modal untuk kreatif, hanya masalah utamanya kurangnya bahan kurikulum atau metode yang mendukung kreativitas di tingkat taman kanak-kanak. Penyebab lainnya mengapa kreativitas tidak dapat berkembang secara optimal adalah karena anak terlalu dibiasakan untuk berpikir secara tertib dan dihalangi kemungkinannya untuk merespon dan memecahkan persoalan secara bebas. Dengan berpikir secara tertib semacam ini, anak


(15)

4

dikembangkan oleh lingkungannya. Di Indonesia, hasil-hasil penelitian mengungkapkan bahwa lembaga pendidikan maupun orang tua cenderung untuk mendidik siswa berpikir secara linier (searah) atau konvergen (terpusat). Subjek didik kurang didorong untuk berpikir divergen (menyebar), yang merupakan ciri kreativitas (Nashori dan Diana,2002).

Dalam penelitian Jellen-Urban (1987) yang mengungkap fakta bahwa ternyata anak Indonesia memiliki skor kreativitas figural yang rendah dibanding dengan negara – negara lain dalam Test for Creative thinking Drawing Production (Utami Munandar, 1999). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Utami Munandar pada tahun 1977, hal tersebut disebabkan karena anak kurang diberi kesempatan untuk berpikir kreatif dan menuangkannya dalam bentuk figural. Anak terbiasa diberikan pilihan jawaban atau contoh gambar. Hal tersebut tidak sejalan dengan stimulasi kreativitas terhadap anak yang memberikan kesempatan bagi anak untuk mengekspresikan idenya dalam bentuk figural.

Menurut Utami Munandar, Kreativitas Figural adalah kemampuan mengekspresikan ide dalam bentuk figural yang mencerminkan kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality) serta memperkaya (elaboration) dari suatu gagasan. Kreativitas tersebut dipengaruhi oleh empat faktor yaitu : pribadi (person), proses (process), pendorong (press) dan produk (product). Berdasarkan teori kreativitas figural Utami Munandar tersebut, untuk memunculkan pribadi yang kreatif diperlukan proses dan pendorong kreativitas sehingga bisa menghasilkan produk yang kreatif. Salah satu pendorong yang bisa


(16)

5

adalah metode storytelling (Asfandiyar,2007). Metode storytelling tersebut dikemukan oleh Gleisler (1977). Menurut Gleisler, dalam storytelling terdapat aspek yang bisa menstimulasi kreativitas figural, yaitu tersampaikannya informasi yang komplek kepada anak melalui suara dan gerakan sehingga memungkin imajinasi anak untuk berkembang menggambarkan secara visual dalam pikirannya tentang cerita yang didengar. Teori ini diperkuat diperkuat oleh Hernowo (2007 ) yang mengungkapkan bahwa seorang anak yang mendengarkan cerita atau membaca buku cerita akan memvisualkan cerita tersebut dalam bentuk figural/gambar di dalam alam pikirannya. Hal ini memberikan keleluasaan imajinasi anak untuk berkembang tanpa ada batasan (borderless). Berbeda dengan media film, misalnya, yang sudah membatasi imajinasi figural anak atau siapapun yang menontonnya dengan gambaran yang sudah ditentukan oleh pembuat film tersebut. Sehingga storytelling bisa masuk ke dalam dunia anak pra sekolah karena kaya dengan imaginasi dan memberi kesempatan berekspresi. Sesuai dengan tugas perkembangannya, anak TK sedang berada pada tahap pra operasional. Pada tahap ini kemampuan kreativitas sudah mulai tumbuh, dalam tahap ini anak mulai mempresentasikan dunia mereka dalam bentuk kata-kata, bayangan dan gambar. Pemikiran-pemikiran simbolik berjalan melalui koneksi-koneksi sederhana dari informasi sensorik dan tindakan fisik (Santrock, 2007).

Menurut Asfandiyar 92007), storytelling sangat penting bagi anak-anak sebagai bekal mereka menghadapi masa depannya. Bahkan sampai hari ini, di negara-negara maju, mendongeng atau bercerita dijadikan habit atau kebiasaan


(17)

6

dalam proses komunikasi pendidikan baik di pendidikan formal maupun nonformal, dan dimulai dari jenjang pra sekolah sampai tingkat lanjut.

Salah satu TK di Kota Bandung yang mengedepankan aspek kreativitias dalam visi dan misinya adalah TK Picu Pacu Kreativitas Indonesia, yang terletak di Jalan Yogyakarta No 1A Antapani Bandung. Picu Pacu Kreativitas merupakan suatu lembaga dengan konsep “Rumah Kreatif” sebagai wadah aneka aktivitas yang memicu dan memacu kreativitas yang diperuntukan bagi anak-anak, orangtua, guru dan masyarakat umum dalam rangka mendukung era industri dan kreatif.

Picu Pacu Kreativitas Indonesia ini didirikan oleh Andi Yudha Asfandiyar, seorang praktisi dalam bidang kreativitas anak, juga sebagai storyteller dan penulis buku anak. Seiring waktu, kepercayaan orang tua karena konsep kreativitas yang di usung maka banyak pihak yang menginginkan adanya kelas Preschool di Picu-Pacu Kreativitas Indonesia.

Akhirnya pada awal tahun ajaran 2010, dibukalah Picu Pacu Preschool and Kindergarten. Berawal dari hanya 7 orang anak pada tahun ajaran pertama, lalu bertambah jumlahnya menjadi 15 anak TK A dan 15 TK B serta 10 playgroup pada tahun ajaran ke-dua, dan total 60 anak di tahun ke-tiga.

Berdasarkan hasil kuisioner yang diberikan kepada orang tua ketika pendaftaran, 92% orang tua memilih Picu Pacu Kreativitas Indonesia karena konsep kreativitas yang diusung dan ketertarikan dengan berbagai metode yang diterapkan di Picu Pacu Kreativitas Indonesia, salah satunya adalah metode


(18)

7

Menurut sebagian besar orang tua, dongeng banyak memberikan hal positif dalam perkembangan moral dan kreativitas anak-anak. Karena di dalam storytelling banyak stimulasi yang bisa mempengaruhi kreativitas anak-anak, diantaranya stimulasi supaya anak bisa mengembangkan imajinasinya, cara berpikir, keberanian mengemukakan pendapat serta penanaman nilai-nilai positif pada anak. Storytelling memberikan ruang kepada anak untuk berpikir secara kreatif.

Kurikulum yang digunakan di Picu Pacu Kreativitas Indonesia juga disusun khusus dan khas dengan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan pada tahap usia pra sekolah, diantaranya adalah aspek tumbuh kembang, nilai-nilai moral dan kreativitas. Beberapa aspek yang ada dalam kegiatan hariannya adalah knowledge, activity (storytelling, art, music, dance, science) portofolio, moral value. Sehingga dengan adanya kurikulum yang khas dengan mengedepankan kreativitas dan aspek tumbuh kembang itulah yang membuat peneliti mempunyai ketertarikan untuk meneliti lebih intensif khususnya tentang pengaruh penerapan metode strorytelling terhadap kreativitas figural anak TK Picu Pacu Kreativitas Indonesia di kota Bandung.

1.2.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk melihat apakah terdapat pengaruh penerapan metode storytelling terhadap kreativitas figural pada anak TK Picu Pacu Kreativitas Indonesia di Kota Bandung.


(19)

8

1.3. Maksud, Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode storytelling terhadap kreativitas figural pada anak TK Picu Pacu Kreativitas Indonesia di Kota Bandung.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menerapkan metode strorytelling sebagai salah satu variabel yang bisa mempengaruhi kreativitas figural pada anak TK Picu Pacu Kreativitas di Kota Bandung.

1.3.3. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan secara teoritis, praktis dan edukatif.

1) Kegunaan Teoritis

Beberapa kegunaan teoritis dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan sumbangan pemikiran terhadap perkembangan dunia pendidikan, psikologi pendidikan, psikologi perkembangan dan psikologi sosial.

2. Memberikan masukan bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian mengenai topik penelitian yang serupa di tempat yang berbeda.


(20)

9

2) Kegunaan Praktis

Kegunaan praktis dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan informasi kepada Picu Pacu Kreativitas mengenai tingkat kreativitas anak TK Picu Pacu Kreativitas. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan tinjauan program sekolah untuk mengembangkan kreativitas pada anak- anak di sekolah tersebut. 2. Memberikan informasi kepada Picu Pacu Kreativitas, mengenai

kreativitas siswa TK Picu Pacu Kreativitas. Hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan untuk mengevaluasi kurikulum yang telah dijalankan, sehingga visi dan misi sekolah tercapai.

3. Memberi masukan tentang pengembangan kurikulum yang dikaitkan dengan metode pembelajaran yang bisa dilakukan.

4. Memberikan informasi kepada orang tua siswa mengenai kreativitas anak-anak TK Picu Pacu Kreativitas. Informasi ini dapat digunakan orang tua dalam usaha membantu pengembangan potensi kreativitas figural anak di rumah.

1.4.

Metodologi

Penelitian ini menggunakan rancangan quasi eksperimental, yaitu suatu penelitian yang memiliki bentuk menyerupai dengan eksperimen. quasi eksperimental biasanya digunakan ketika tidak dimungkinkan adanya kontrol secara penuh seperti dalam penelitian eksperimental (Graziano and Laurin, 2000)


(21)

10

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah two group design, pre test and post test design (before-After). Kondisi pre-test dan post-test yang dimaksudkan adalah penilaian tingkat kreativitas figural anak-anak TK Picu Pacu Kreativitas Indonesia di Bandung sebelum mendapatkan kegiatan storytelling sedangkan post test dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kreativitas figural anak TK Picu Pacu Kreativitas Indonesia setelah diberikan kegiatan storytelling.


(22)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil peneltian dan pembahasan hasil penelitian pengaruh metode storytelling terhadap Kreativitas Figural Anak TK PicuPacu Kreativitas Indonesia di Kota Bandung, maka dapat ditarik suatu gambaran umum mengenai kreativitas figural pada anak TK Picu Pacu Kreativitas Indonesia di Kota Bandung , dengan kesimpulan sebagai berikut:

1. Metode storytelling memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan skor kreativitas figural pada kelompok eksperimen (EG). 2. Metode storytelling memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

peningkatan skor aspek-aspek kreativitas figural yaitu kelancaran (fluency), kelenturan (flexibility), elaborasi (elaboration) dan orisinalitas (originality)

5.2. SARAN

5.2.1. Teoritis

5.2.1.1. Saran Bagi Peneliti Lain yang Berminat Melakukan Penelitian Sejenis

Dapat mengadakan penelitian-penelitian dengan desain penelitian yang lebih bervariasi, misalnya desain longitudinal


(23)

94

untuk membahas perkembangan kreativitas figural dalam diri individu dan pengaruh dari lingkungan sekitar

5.2.2. Guna Laksana

5.2.2.1. Bagi TK Picu Pacu Kreativitas Indonesia

Dapat menggunakan informasi mengenai kreativitas figural pada anak TK Picu Pacu Kreativitas Indonesia untuk memberikan gambaran mengenai kreativitas figural pada siswa serta hubungannya dengan faktor yang turut mempengaruhinya, erat kaitannya dengan pengembangan kreativitas figural dalam diri siswa, dan informasi ini juga dapat di jadikan sebagai bahan tinjauan program sekolah untuk mengembangkan kreativitas figural pada anak-anak TK Picu Pacu Kreativitas Indonesia Kota Bandung.

5.2.2.1. Bagi Kepala Sekolah TK Picu Pacu Kreativitas Indonesia

Dapat menggunakan informasi mengenai kreativitas figural anak-anak TK Picu Pacu Kreativitas Indonesia sebagai landasan untuk mengevaluasi kurikulum yang telah dijalankan, sehingga visi dan misi sekolah dapat tercapai. Kepala sekolah dan guru dapat bersama-sama mengevaluasi kurikulum yang telah dijalankan terkait dengan program pengembangan kreativitas figural siswa.


(24)

95

Sekolah juga bisa mengadakan pelatihan storytelling untuk orang tua, sehingga orang tua bisa menerapkan metode tersebut di rumah.

5.2.2.1. Bagi Orang Tua Siswa di TK Picu Pacu Kreativitas Indonesia Agar dapat menggunakan informasi mengenai kreativitas figural pada anak TK Picu Pacu Kreativitas Indonesia, dapat digunakan oleh orang tua dalam usaha membantu pengembangan potensi kreativitas figural siswa di rumah. Orang tua dan guru diharapkan dapat bekerjasama untuk mengembangkan potensi kreativitas figural tersebut.


(25)

DAFTAR PUSTAKA

Armstrong. (2012). The Best School. Bandung: Mizan.

Asfandiyar, A. Y. (2007). Cara Pintar Mendongeng. Bandung: Mizan. Asfandiyar, A. Y. (2007). Kenapa Guru Harus Kreatif. Bandung: Mizan.

Baron, F. (1969). Creative Person and Ceative Process. New York: Rinehart and Winston.

Boulden, G. P. (2006). Thinking Creatively. Mishawaka, USA: Better Word Books. Cobb, E. (1997). The Ecology of Imagination in Childhood. New York: Columbia University Press.

Cropley, A. (1994). Creativity Intellegence : a concept of 'true' giftedness. Eurepoan Journal For High Ability , 6-23.

Echols, J. M., & Shadily, H. (1975). Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: Penerbit Gramedia.

Fuad dan, N., Diana, M. R., Nashori, F., & Diana, R. M. (2002). Mengembangkan Kreativitas. Yogyakarta: Menara Kudus.

Geisler, H. (1997). Strorytelling Professionally: The Nuts and Bolts of A Working Performer. Englewood, Colorado: Libraries Unlimited, Inc.

Gravetter, F. J., & Wallnau, L. B. (2009). Statistic for the Behavioral Sciences Eight Edition. Belmont, California : Wadsworth.

Graziano, A. M., & Raulin, M. L. (2000). Research Methods; A Process of Inquiry Fourth Edition. Needham Height: Allyn & Bacon.

Guilford, J. P. (1957). Traits of Creativity. Baltimore: Penguin Publisher. Haefele, J. W. (1962). Creativity and Innovation. Michigan University. Hernowo. (2007). Mengikat Makna. Bandung: Penerbit MLC.


(26)

Hulbeck, C. R. (1945). Oilpaintings, Watercolors, Drawings. Feigl Gallery. Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Jellen, K. K., & Urban, G. H. (1987). Test for creative Thinking Drawing Production. Frankfurt: Swets test Services.

Malan, K. (1991). Children as a Storytellers. Australia: Laura St, Newtown. Maranatha, U. K. (2005). Teknik Penulisan Laporan. Bandung: Magister Profesi Psikologi Universitas Maranatha.

Mellon, N. (1998). The Art of Storytelling. Melbourne: Element Books, Inc.

Munandar, S. (1983). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Munandar, U. (2011). Buku Petunjuk Penggunaan Tes Kreativitas Figural. Jakarta: LPSP3 UI.

Munandar, U. (2002). Kreativitas dan Keberbakatan: Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

Musbikin, I. (2004). Mendidik Anak Kreatif Ala Einstein. Yogyakarta: Mitra Pustaka. Piirto, J. (1962). Creativity for 21st Century Skills. Netherland: Sense Publisher. Renzulli, J. S., & Callahan, C. M. (1997). New Direction in Creativity. Australia: Creative Learning Press,Inc.

Santrock, J. W. (2007). Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga. Santrock, J. W. (2007). Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga. Strenberg, R. J. (1988). The Nature of Creativity. USA: Cambridge University Press. Torrance, E. P. (1964). Teaching for Craetive. Georgia: The University of Georgia. Torrance, E. P. (1988). The nature of creativity as manifest in its test-. New York: Cambridge University Press.


(27)

Vernon, F. (1982). Handbook of Creativity. Creativity: Retrospect and prospect. Journal of Creative Behavior, 5 , 77-87.

Wahyudin, D. (2007). Jawabarat Pusat Ekonomi Kreatif. Bandung: Nuansa Cendekia.


(28)

DAFTAR RUJUKAN

Cropley, A. (1994). Creativity Intellegence : a concept of 'true' giftedness. Eurepoan Journal For High Ability , 6-23.

Vernon, F. (1982). Handbook of Creativity. Creativity: Retrospect and prospect. Journal of Creative Behavior, 5 , 77-87.


(1)

94

untuk membahas perkembangan kreativitas figural dalam diri individu dan pengaruh dari lingkungan sekitar

5.2.2. Guna Laksana

5.2.2.1. Bagi TK Picu Pacu Kreativitas Indonesia

Dapat menggunakan informasi mengenai kreativitas figural pada anak TK Picu Pacu Kreativitas Indonesia untuk memberikan gambaran mengenai kreativitas figural pada siswa serta hubungannya dengan faktor yang turut mempengaruhinya, erat kaitannya dengan pengembangan kreativitas figural dalam diri siswa, dan informasi ini juga dapat di jadikan sebagai bahan tinjauan program sekolah untuk mengembangkan kreativitas figural pada anak-anak TK Picu Pacu Kreativitas Indonesia Kota Bandung.

5.2.2.1. Bagi Kepala Sekolah TK Picu Pacu Kreativitas Indonesia

Dapat menggunakan informasi mengenai kreativitas figural anak-anak TK Picu Pacu Kreativitas Indonesia sebagai landasan untuk mengevaluasi kurikulum yang telah dijalankan, sehingga visi dan misi sekolah dapat tercapai. Kepala sekolah dan guru dapat bersama-sama mengevaluasi kurikulum yang telah dijalankan terkait dengan program pengembangan kreativitas figural siswa.


(2)

95

Sekolah juga bisa mengadakan pelatihan storytelling untuk orang tua, sehingga orang tua bisa menerapkan metode tersebut di rumah.

5.2.2.1. Bagi Orang Tua Siswa di TK Picu Pacu Kreativitas Indonesia

Agar dapat menggunakan informasi mengenai kreativitas figural pada anak TK Picu Pacu Kreativitas Indonesia, dapat digunakan oleh orang tua dalam usaha membantu pengembangan potensi kreativitas figural siswa di rumah. Orang tua dan guru diharapkan dapat bekerjasama untuk mengembangkan potensi kreativitas figural tersebut.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Armstrong. (2012). The Best School. Bandung: Mizan.

Asfandiyar, A. Y. (2007). Cara Pintar Mendongeng. Bandung: Mizan. Asfandiyar, A. Y. (2007). Kenapa Guru Harus Kreatif. Bandung: Mizan.

Baron, F. (1969). Creative Person and Ceative Process. New York: Rinehart and Winston.

Boulden, G. P. (2006). Thinking Creatively. Mishawaka, USA: Better Word Books. Cobb, E. (1997). The Ecology of Imagination in Childhood. New York: Columbia University Press.

Cropley, A. (1994). Creativity Intellegence : a concept of 'true' giftedness. Eurepoan Journal For High Ability , 6-23.

Echols, J. M., & Shadily, H. (1975). Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: Penerbit Gramedia.

Fuad dan, N., Diana, M. R., Nashori, F., & Diana, R. M. (2002). Mengembangkan Kreativitas. Yogyakarta: Menara Kudus.

Geisler, H. (1997). Strorytelling Professionally: The Nuts and Bolts of A Working Performer. Englewood, Colorado: Libraries Unlimited, Inc.

Gravetter, F. J., & Wallnau, L. B. (2009). Statistic for the Behavioral Sciences Eight Edition. Belmont, California : Wadsworth.

Graziano, A. M., & Raulin, M. L. (2000). Research Methods; A Process of Inquiry Fourth Edition. Needham Height: Allyn & Bacon.

Guilford, J. P. (1957). Traits of Creativity. Baltimore: Penguin Publisher. Haefele, J. W. (1962). Creativity and Innovation. Michigan University. Hernowo. (2007). Mengikat Makna. Bandung: Penerbit MLC.


(4)

Hulbeck, C. R. (1945). Oilpaintings, Watercolors, Drawings. Feigl Gallery. Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Jellen, K. K., & Urban, G. H. (1987). Test for creative Thinking Drawing Production.

Frankfurt: Swets test Services.

Malan, K. (1991). Children as a Storytellers. Australia: Laura St, Newtown. Maranatha, U. K. (2005). Teknik Penulisan Laporan. Bandung: Magister Profesi Psikologi Universitas Maranatha.

Mellon, N. (1998). The Art of Storytelling. Melbourne: Element Books, Inc.

Munandar, S. (1983). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Munandar, U. (2011). Buku Petunjuk Penggunaan Tes Kreativitas Figural. Jakarta: LPSP3 UI.

Munandar, U. (2002). Kreativitas dan Keberbakatan: Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

Musbikin, I. (2004). Mendidik Anak Kreatif Ala Einstein. Yogyakarta: Mitra Pustaka. Piirto, J. (1962). Creativity for 21st Century Skills. Netherland: Sense Publisher. Renzulli, J. S., & Callahan, C. M. (1997). New Direction in Creativity. Australia: Creative Learning Press,Inc.

Santrock, J. W. (2007). Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga. Santrock, J. W. (2007). Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga. Strenberg, R. J. (1988). The Nature of Creativity. USA: Cambridge University Press. Torrance, E. P. (1964). Teaching for Craetive. Georgia: The University of Georgia. Torrance, E. P. (1988). The nature of creativity as manifest in its test-. New York: Cambridge University Press.


(5)

Vernon, F. (1982). Handbook of Creativity. Creativity: Retrospect and prospect. Journal of Creative Behavior, 5 , 77-87.

Wahyudin, D. (2007). Jawabarat Pusat Ekonomi Kreatif. Bandung: Nuansa Cendekia.


(6)

DAFTAR RUJUKAN

Cropley, A. (1994). Creativity Intellegence : a concept of 'true' giftedness. Eurepoan Journal For High Ability , 6-23.

Vernon, F. (1982). Handbook of Creativity. Creativity: Retrospect and prospect. Journal of Creative Behavior, 5 , 77-87.