ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) DAN DIRECT INSTRUCTION (DI).
Analisis Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika
Dengan Menggunakan Model Problem Based Instructio,n (PBI)
dan Direct Instructio,n
(DI)
Tesis
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
Ika Trisni Simangunsong
NIM:8106175006
PROGRAM PASCASARJANA
UNTVERSITAS IVEGERI MEDAI\
MEDAN
2013
Analisis Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika
Dengan Menggunakan Model Problem Based Instructio,n (PBI)
dan Direct Instructio,n
(DI)
Tesis
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
Ika Trisni Simangunsong
NIM:8106175006
PROGRAM PASCASARJANA
UNTVERSITAS IVEGERI MEDAI\
MEDAN
2013
Pemecahan Masalah
Analisis Pemahaman Konsep dan Kemampuan
Based Instruction (PBI)
Fisika Dengan Menggunakan Model Problem
dan Direct Instruction (Dl)
Disusun dan diajukan oleh
Ika Trisni Simangunsong
NIM:8106175006
Telah Dipertahankan di depan Panitia Ujian'T-esis
Telah Memenuhi
nada Tanggal 7 Februari 2013 dan Dinyatakan
Pendidikan
Magister
Gelar
ilil a;t"3yarat untuk Memperoleh
Program Studi Pendidikan Fisika
Medan, 7 Februari 2013
Menyetuiui
Tim Pembimbing
Pembimbing
Pembimbing
I
P@
NrP. 19600426 198503
xp.
1 003
tr
rqoaool0 198803
1 017
Mengetahui:
Ketua Program Studi
Pendidikan Fisika
Direktur Program Pascasarjana
UniversitaE$,legeri Medan
Lembar Persetujuan Penguj i
PERSETUJUAIY DEWAIT PENGUJI
UJIAN TESIS MAGISTER PEIYDIDIKAI{
No. Nama
l.
Prof.Dr.Sahyar,M.M',M.S
NIP. 19600426 198503 1 003
2.
Dr. Ridwan A. Sani, M.Si
NIP. 19640110 198803 1 002
3.
Prof, Motlan, M.Sc., Ph.D
NIP. 19590805 198601 I 001
4.
Dr. Kms. M. Amin Fauzi, M-Pd
NrP. 19640629 199303 1 001
5.
Dr. Nurdin Bukil M.Si
NIP. 19640418 199003 1 003
ABSTRAK
IKA TRISM SIMANGT/NSONG. Analisis Pemahaman Konsep dan
Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika dengan Menggunakan Model
Problem Based Instructian (PBI) dlnn Direct Instruction (DI). Tesis Medan.
Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2013.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan : (1) kemampuan pemecahan
masalah fisika siswa yang diajarkan dengan model Problem Based Instruction
(PBI) dan Direct Instruction (DD, (2) kemampuan pemecahan masalah fisika
siswa pada kelompok pemahaman konsep tinggi dan pemahaman konsep rendah,
(3) interaksi Problem Based Instruction (PBI) dan Direct Instrrction (DI) dengan
tingkat kemampuan konsep siswa untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Populasi
penelitian adalah siswa SMP Swasta Katolik Assisi Medan. Pemilihan sampel
dilakukan secara random dengan mengacak kelas. Instrumen yang digunakan
terdiri dari: (1) tes pemahaman konsep, (2) tes kemampuan pemecahan masalah.
Adapun tes yang digunakan adalah berbentuk essay. Data dalam penelitian ini
dianalisis dengan ANAVA dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (l)
Kemampuan pemecahan masalah fisika yang menggunakan Problem Based
Instruction lebih baik dibandingkan siswa yang menggunakan Direct Instruction,
(2) Kemampuan pemecahan masalah fisika siswa yang merniliki pemahaman
konsep tinggi lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki pemahaman konsep
rendah, (3) tidak terdapat interaksi model pembelajaran (Problem Based
Instruction dan Direct Instruction) dengan tingkat kemampuan konsep siswa
dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
Kata kunci: Pemahaman Konsep, Kemampuan Pemecahan Masalah, Problem
Based Instruction
tI
I
I
KATA PENGAIYTAR
I
I
I
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Es4
atas
I
segala rahmat dan berkatNya kepada penqlis, sehingga tesis "Analisis
I
Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika dengan
Menggunakan Model Prohlem Based Instruction (PBI) dan Direc't Instrucfion
(Df)'
dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar
Magister Pendidikan pada program studi pendidikan fisika
di
Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan tesis ini, antara lain:
1
Prof. Dr. Sahyar, M.S.,M.M selaku Ketua Program studi Pendidikan Fisika
Pascasarjana Universitas Negeri Medan, sekaligus sebagai pembimbing
dan Dr. Ridwan
A. Sani, M.Si selaku pembimbing II,
I,
yang di tengah-
tengah kesibukannya telah memberikan bimbingarL motivasi dan arahan
terhadap penyelesaian tesis ini.
2. Dr. Nurdin Bukit, M.Si selaku
Sekrearis Program Program studi
Pendidikan Fisika Pascasarjana Universitas Negeri Medan, sekaligus
sebagai penguji
III dan nara sumber.
3. Prof, Dr. Belferik
Manullang selaku Direkf,ur Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan.
4. Bapak Syarifuddin,
M.Sc.,Ph.D selaku Asisten Direktur
I
program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
5.
Suster Kepala Sekolah beserta seluruh dewan guru di SMP Swasta Katolik
Assisi Medan, yang telah memberikan dukungan moral, dan materil dalam
penelitian ini.
6.
Orang
tu4 A. Simangunsong, S.ST, dan R. Pandiangan, S.Pd,
serta adik-
adilq dr. Dedy Kristofer Simangunsong, Erwin Kristianto Simangunsong,
i
dan Ita Pratiwi Simangunsong, yang telah memberi dukungan moral, serta
materil.
7.
Sahabat-sahabat pembuka
pikiran: teman-teman angkatan
XX
Prodi
Fisika, dan Santo Tulus Simbolon, S.T.
Penulis berusaha menyelesaikan tesis ini dengan.maksimal. Namun, penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam segi isi maupun teknik penulisan
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Kiranya tesis
ini bermam faat bagi pembaca-
Medan, 7 Februari
2013
Penulis,
Ika Trisni Simangunsong
VI
i'
./'
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
i
iii
KataPengantar
v
Daftar Isi
vi
Daftar Tabel
ix
Daftar Gambar
xi
Daftar Skema
xii
Daftar Lampiran
xii
Abstrak
I
PENDAHULUAII
I
| .l . Latar Belakang Masalah
I
1.2. Identifikasi Masalah
t2
1.3. Batasan Masalah
t2
1.4. Rumusan Masalah
l2
1.5. Tujuan Penelitian
13
1.6. Manfaat Penelitian
t4
1.7. Defenisi Operasional
t4
BAB
BAB
II
TINJAUAI\ PUSTAKA
2.1. KerangkaTeoritis
2. 1. 1.
Teori Pembelajaran
2.1 .2. P ernahaman Konsep
2. 1.3.
2.1
.4.
Kemampuan Pemecahan Masalah
P
embelajaran Berdasarkan Masalah
t7
t7
t7
24
JJ
36
2.1.4.L. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Berdasarkan Masalah
39
2.1.4.2. Karakteristik Pembelajaran Berdasarkan Masalatr
42
2.1.4.3. Sintaks Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
44
vl
2.1.4.4. Lingkungan Belajar dan Sistem Manajemen Model
47
Pembelaj aran Berdasarkan Masalah
2.1.4.5. Assesmen dan Evaluasi
48
2.1.4.6. Kelebihan dan Kelemahan Pernbelajaran Berdasarkan Masalahsz
2.1.4.7. Teori Belajar yang Melandasi
2. 1.5. Pembelajaran
2.2.
P
Langsung
enelitian sebelumnya
53
58
61
2.3. Kerangka Konseptual
65
2.4. Hipotesis
69
In
METODE PENELITIAN
70
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
7A
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
70
BAB
3.2. 1. Populasi Penelitian
70
3.2.2. Sampel Penelitian
70
3.3. Variabel Penelitian
70
3.4. Jenis dan Desain Penelitian
71
3.4.1. Jenis Penelitian
7l
3.4.2. Desain Penelitian
7l
3.5. Prosedur Penelitian
73
3.6. Instrumen Penelitian
75
3.6.1. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
75
3.6.2. Validitas Isi
77
3.6.3. Analisis Validitas Isi
79
3.6.4. Reliabilitas
80
3.6.5. Tingkat Kesukaran
8l
3.6.6. Daya Pembeda
83
3.7. Teknik Analisis Data
84
3.7.1. Simpangan Baku
84
3.7 .2.
Vji Normalitas Data
85
3.7.3.
Uji Homogenitas
86
vll
3.7.4. Pengujian Hipotesis
BAB TV HASIL PEIYELITIAN DAN PEMBAHASAI\I
4.1. Hasil Penenlitian
"
88
88
4.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian
4. 1. 1. 1. Pemahaman
86
Konsep
88
88
4.1.1.2. Pretes
90
4.1.1.3. Postes
92
4.1.1.3.1. Analisis Pemecahan Masalah PBI dan DI
93
4.1.1.3.2. Analisis PM Pada Pemahaman Konsep Tinggi
95
4.1.1.3.3. Analisis PM Pada Pemahaman Konsep Rendah
96
4.1.1.3.4. Analisis PM Pada Pemahaman Konsep Tinggi dan Rendah 97
4. 1. 1.3.5. Pengujian Hipotesis
100
4.2. Pembahasan
108
BAB V KESIMPTILAI{ DAI\ SARAN
113
5.1. Kesimpulan
113
5.2. Saran
t14
DAFTAR PUSTAKA
115
LAMPIRAN
118
vlll
DAFTAR TABEL
Tabel2.l
Sintaks Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
44
Tabel2.2
Peran Guru dan Siswa Dalam PBI
49
Tabel2.3
Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif
Tabel2.4
Sintaks Pembelajaran
Tabel2.5
Perbedaan Teacher Centered dengan Student
Tabel3.1
Two Group Pretes-Postes
Piaget,
Langsung
55
.
58
Centered
60
Tabel3.2
Design
Desain Penelitian Anava
Tabel3.3
Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 76
Tabel3.4
Kisi-Kisi Tes Pemecahan
Tabel3.5
Analisis Validitas Kemampuan Pemecahan
Tabel3.6
Analisis Reliabilitas Soal
81
Tabel3.7
Tingkat Kesukaran
82
Tabel3.8
Daya Beda
83
Tabel4.1
Data Kemampuan Konsep Kelas DI dan PBI
88
Tabel4.2
Data Konsep Tinggi dan Konsep Rendah Kelas DI dan PBI 89
Tabel4.3
Data Pretes Kelas DI dan PBI
90
Tabel4.4
Uji Normalitas Kelas DI
9l
Tabel4.5
PBI
Uji Homogenitas
Data Postes Kelas DI dan PBI
9l
Tabel4.6
Tabel4.7
72
72
Masalah
78
Masalah
Uji Normalitas Kelas
80
9l
92
Tabel 4.11
DI
Pembagian Tahapan Pemecahan Masalah
Nilai Rata-Rata Pemecahan Masalah Konsep Tinggi
Nilai Rata-Rata Pemecahan Masalah Konsep Rendah
Tabel4.l2
Nilai Rata-Rata PM Konsep Tinggi dan Konsep Rendah 97
Tabel4.13
Nilai Rata-Rata Pemecahan
Tabel4.14
Uji Normalitas Kelas DI
100
Tabel4.15
Uji Normalitas Kelas PBI
100
Tabel4.16
Uji Homogenitas
101
Tabel4.8
Tabel4.9
Tabel4.10
Nilai ttata-Itata Pemecahan Masalah PBI dan
Masalah
93
93
95
96
99
IX
Tabel4.l7
Statistik ANOVA
r02
Tabel4.18
Uji Levene
103
Tabel4.19
Output Perhitungan ANOVA 2 jalur
103
Tabel4.20
Output Interaksi ANOVA 2 jalur
105
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1
Alur Proses Pembelajaran Berdasarkan masalah
46
Skema 3.1
Tahapan Alur Kerja Penelitian
75
xll
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Struktur Atom
Gambar2.2
Penggaris
Gambar 2.3
Elektroskop
Memiliki Muatan Listrik
62
62
64
'66
Gambar 2.1
Peristiwa Petir
Gambar 2.5
Garis-garis Gaya Listrik
68
Gambar 3.1
Tahapan Alur Kerja Penelitian
63
Gambar 4.1
Grafik Pemecahan Masalah di DI dan PBI
94
Gambar 4.2
Grafik Pemecahan Masalah Konsep Tinggi di DI dan PBI 95
Gambar 4.3
Grafik Pemecahan Masalah Konsep Rendah di DI dan PBI 95
Gambar 4.4
Grafik Pemecahan Masalah Konsep Rendah Konsep Tinggi9S
Gambar 4.5
Grafik PM Pemahaman Konsep Rendah dan Konsep Tinggi99
Gambar 4.6
Grafik Interaksi Anava 2 jalur
r04
xl
DAFTAR LAMPIRAN
Lamp. I
RPP
I
118
Lamp.2
RPP
II
r30
Lamp.3
RPP IU
Lamp.4
Bahan Ajar
148
Lamp.4
LKS I
157
Lamp.5
LKS II
159
Lamp.6
LKS
Lamp.7
Bahan
Lamp.8
Insfumen Pemahaman Konsep
r62
Lamp.9
Jawaban Tes Pemahaman Konsep
r63
Lamp. 10
Instrumen dan Penyelesaian Pretes
t64
Lamp.
lnstrumen Pemecahan Masalah
r66
Lamp.12
Rekapitulasi Pemahaman Konsep Kelas Kontrol
l7r
Lamp. 13
Rekapitulasi Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen
172
Lamp.14
Rekapitulasi Pretes Kelas
Lamp. 15
Rekapitulasi Pretes Kelas Eksperimen
175
Lamp. 16
Rekapitulasi Postes Kelas Kontrol
177
Larnp.17
Rekapitulasi Postes Kelas Eksperimen
179
Lamp. 18
Output Uji t Pretes SPSS
181
Lamp. 19
Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Beda, Tingkat Kesukaran r82
11
, r41
III
161
Ajar
r33
Konfol
r73
xlll
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar
dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya, dengan
demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk
berfungsi dalam kehidupan masyarakat. Dalam pengertian yang lebih luas,
“pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode
tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara
bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan” (Syah, 2008:10). Pendidikan
formal merupakan salah satu wahana yang berperan dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia.
Beranjak dari tujuan pendidikan nasional, menurut UU RI No.20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam pasal 3 dikatakan:
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.”
Tujuan dari setiap disiplin ilmu yang diajarkan di sekolah haruslah merupakan
penjabaran dari tujuan pendidikan nasional tersebut. Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) adalah salah satu mata pelajaran yang dipelajari dalam pendidikan formal,
dan juga termasuk ke dalam mata pelajaran
yang di-UN-kan untuk tingkat
127
1
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), hal ini
menempatkan mata pelajaran fisika sebagai salah satu pelajaran yang penting
untuk dipelajari.
Menurut Departemen Pendidikan Nasional untuk mata pelajaran fisika di
SMP, tujuannnya adalah sebagai berikut: (1) Meningkatkan keyakinan terhadap
kebesaran Tuhan
Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan
keteraturan alam ciptaanNya, (2) mengembangkan pemahaman tentang berbagai
macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu,
sikap
positif,
dan kesadaran terhadap
adanya
hubungan
yang
saling
mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, (4) melakukan
inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap, dan bertindak
ilmiah serta berkomunikasi, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta
dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya
alam, (6) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, (7) meningkatkan pengetahuan,
konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan ke jenjang
selanjutnya.
Berdasarkan tujuan tersebut, pelajaran fisika memiliki potensi yang sangat
besar untuk dijadikan sebagai wahana mengembangkan berbagai kemampuan.
Salah satunya kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dapat dilihat dari
kemampuan konsep dan pemecahan masalah. Kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah dibangun dari sejauh mana pemahamannya akan sebuah
128
konsep. McDermott mengidentifikasikan sejumlah kemampuan yang dapat
dikembangkan dalam pembelajaran fisika, yaitu: (1) kemampuan melakukan
penalaran baik kualitatif maupun kuantitatif, (2) kemampuan menginterpretasikan
representasi ilmiah seperti gambar, persamaan matematis, dan grafik, (3)
keterampilan proses, (4) kemampuan memecahkan masalah, (5) keterampilan
komunikasi.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semakin pesat, dibutuhkan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan,
pemerintah menyelenggarakan perbaikan mutu pendidikan. Salah satu masalah
yang merupakan isu yang selalu diperbincangkan, yaitu rendahnya kualitas
pembelajaran, yang menghasilkan hasil belajar siswa juga rendah, sehingga tidak
mampu berkompetensi dalam bidang keilmuan dan menghasilkan gagasan ide-ide
baru. Salah satu indikator rendahnya prestasi belajar fisika siswa dapat diperoleh
dari hasil TIMMS (Trend Of International On Mathematics And Science Study).
Prestasi sains siswa Indonesia pada TIMSS menempati peringkat 32 dari 38
negara (tahun 1999), peringkat 37 dari 46 negara (tahun 2003), dan peringkat 35
dari 49 negara (tahun 2007). Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata
kemampuan fisika siswa Indonesia pada tiap aspek kognitif (knowing, applying,
reasoning) masih rendah. Rata-rata kemampuan kognitif knowing (32,07) lebih
tinggi dibandingkan dengan aspek kognitif applying (35,11) dan reasoning
(22,23). Kecenderungan skor fisika siswa Indonesia terhadap standar Internasional
dalam tiga tahun terakhir pada TIMSS adalah rendah. Skor rata-rata fisika siswa
Indonesia 34,57, masih di bawah rata-rata standar Internasional 43,40 (Efendi,
129
2010). Tes berstandar TIMSS tidak hanya soal yang mengukur kemampuan
menyelesaikan soal saja, tetapi juga melihat kemampuan siswa dalam
menyelesaikan masalah, menganalisanya, dan mengkomunikasikan gagasannya
kepada orang lain. Maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa Indonesia
masih rendah dalam aspek pemecahan masalah.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada guru fisika di SMP
Swasta Katolik Assisi, Ibu Silalahi, bahwa secara umum hasil belajar fisika siswa
dapat dikategorikan masih rendah. Masih banyak siswa yang sulit melampaui nilai
KKM 65, sehingga untuk menuntaskannya, guru harus mengadakan remedial
kepada siswa tersebut. Hal senada juga terlihat pada observasi awal yang
diberikan kepada salah satu kelas VIII di SMP Katolik Assisi Medan pada 4 Mei
2012 dengan jumlah siswa 36 orang, 3 buah pertanyaan, dimana soal tersebut
merupakan pertanyaan pemecahan masalah, dengan rubrik penilaiannya
berdasarkan kemampuan pemecahan masalah. Maka diperoleh data sebagai
berikut: untuk soal nomor 1; memahami masalah 82,41%, perencanaan 45,37%,
penyelesaian masalah 27,78%, dan memeriksa kembali 35,18%, untuk soal nomor
2; memahami masalah 82,41%, perencanaan 42,59%, penyelesaian masalah
34,44%, dan memeriksa kembali 61,11%, untuk soal nomor 3; memahami
masalah 66,67%, perencanaan 41,67%, penyelesaian masalah 19,44%, dan
memeriksa kembali 42,59%. Hasil ini menunjukan bahwa tingkat kemampuan
pemecahan masalah siswa di sekolah tersebut masih rendah. Secara umum, siswa
memiliki kemampuan yang baik dalam hal menuliskan variabel-variabel yang
diketahui pada soal, dan juga hal yang ditanyakan, namun untuk pemecahan
130
masalah tersebut, siswa memiliki kemampuan yang berbanding terbalik dengan
tingkat memahami masalah.
Kenyataan di lapangan, siswa hanya menghafal rumus dan kurang mampu
menggunakan konsep yang dikandung dalam rumus tersebut. Sebagian besar
siswa kurang mampu menghubungkan antara apa yang dipelajari dengan
bagaimana mengaplikasikannya pada situasi baru. Maka dari keseluruhan data
yang diperoleh tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah yang terdapat pada
siswa tersebut adalah kurangnya kemampuan pemahaman konsep yang
menyebabkan kemampuan pemecahan masalah yang juga rendah.
Konsep
Taksonomi Bloom mengklasifikasikan ranah kognitif menjadi 6 level, yaitu
“knowledge” (pengetahuan), “comprehension” (pemahaman), “application”
(penerapan), “analysis” (penguraian), “synthesis” (pemaduan), dan “evaluation”
(penilaian). Dari hasil observasi, maka penulis menyimpulkan bahwa kemampuan
anak masih berada pada level C1-C3, sehingga kemampuan dalam memecahkan
masalah fisika masih sangat rendah.
Oman berpendapat learning physics requires learning to do the problems.
Pernyataan yang hampir sejalan lebih ditegaskan oleh Simon, effort to solve
problem and apply meaningful knowedge must be preceded by positive attitude
and effort to understand it (Santyasa, 2009). Berdasarkan penjelasan teoretis
tersebut, maka
sebuah “pemahaman” merupakan sebagai representasi hasil
pembelajaran, yang menjadi sangat penting dalam fisika. Fakta berikutnya yang
sering ditemukan adalah guru cenderung memindahkan pengetahuan yang
dimiliki ke pikiran siswa, mementingkan hasil dari pada proses, mengajarkan
131
secara urut halaman per halaman tanpa membahas keterkaitan antara konsepkonsep atau masalah.
Beberapa landasan teoretis sebagai alternatif pijakan dalam mengemas
pembelajaran untuk pemahaman (learning for understanding) sekaligus dalam
pengembangan
kemampuan
pemecahan
masalah
fisika,
(1) Nachtigall
menyatakan tiga wawasan berpikir dalam pembelajaran fisika, yaitu to present
subject matter is not teaching, to store stuff away in the memory is not learning,
to memorize what is stored away is not proof of understanding. (2) Williams
berpendapat bahwa seorang guru fisika sebaiknya mengurangi berceritera dalam
pembelajaran, dan lebih banyak mengajak siswa untuk bereksperimen dan
memecahkan masalah. (3) Yerushalmi dan Magen menyatakan para guru fisika
dianjurkan lebih banyak menyediakan context-rich problem dan mengurangi
context-poor problem dalam pembelajaran (Santyasa, 2009).
Melalui pandangan tersebut maka Jabot, Kautz, Wenning menyatakan
bahwa, seorang guru seharusnya melakukan perubahan paradigma dalam
memfasilitasi peserta didik, dari cara pandang mengajar adalah berceritera tentang
konsep menjadi sebuah perspektif bahwa mengajar adalah menggubah lingkungan
belajar serta mampu menyiapkan rangsangan-rangsangan kepada peserta didik
untuk memecahkan masalah yang ada. Mengajar bukan berfokus pada how to
teach tetapi lebih berorientasi pada how to stimulate learning dan learning how to
learn (Santyasa, 2009).
Sebuah pembelajaran yang senantiasa menghadirkan ide-ide dalam
kemasan situasi masalah sepanjang proses pembelajaran dan menjadikan situasi
132
masalah tersebut sebagai titik tolak pembelajaran lebih memberikan kesempatan
kepada siswa untuk melakukan identifikasi terhadap masalah yang muncul,
merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang berkenaan dengan masalah dan
mencoba memberikan alternatif penyelesaian. Dalam hal ini para siswa
melakukan sebuah proses investigasi yang difasilitasi oleh guru dalam
menemukan dan mengkonstruksi konsep yang tersirat dalam situasi masalah
tersebut, sehingga memperoleh pengetahuan formal yang direncanakan.
Pembelajaran demikian merupakan alternatif yang mungkin untuk dilakukan
sesuai dengan amanat kurikulum.
Rendahnya pemahaman konsep dan pemecahan masalah tersebut adalah
suatu hal yang wajar dimana fakta di lapangan menunjukkan proses pembelajaran
yang terjadi masih konvensional dan berpusat pada guru dan siswa hanya pasif,
kurang ada respon berupa pertanyaan maupun argumen ataupun minta penjelasan
ulang. Siswa lebih sering hanya diberikan rumus-rumus yang siap pakai tanpa
memahami makna dari rumus-rumus tersebut. Siswa sudah terbiasa menjawab
pertanyaan dengan prosedur rutin, sehingga ketika diberikan masalah yang sedikit
berbeda maka siswa akan kebingungan. Hal yang sama juga dikemukakan Arends
(Trianto, 2007:65): “ it is strange we expect students to learn yet saldom teach
then about learning , expect students seldom teach about problem solving“, yang
berarti, dalam mengajar guru selalu menuntut siswa untuk belajar, guru juga
menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, tetapi jarang mengarahkan
bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masalah.
133
Penguasaan konsep yang baik sebagai sesuatu yang bermakna, karena hal
tersebut sebenarnya lebih dari hanya sekedar menghafal, yaitu membutuhkan
kemauan siswa mencari hubungan konseptual antara pengetahuan yang dimiliki
dengan yang sedang dipelajari di dalam kelas (Dahar, 1989). Menurut Ausebel,
belajar bermakna maksudnya, di samping materi yang disajikan harus disesuaikan
dengan kemampuan siswa, juga harus relevan dengan struktur kognitif siswa,
sehingga materi harus dikaitkan dengan konsep-konsep (pengetahuan) yang telah
dimiliki siswa dan dikaitkan dengan bidang lain atau kehidupan sehari-hari siswa.
Proses belajar seperti ini akan lebih bermakna sehingga konsep dasar dari ilmu ini
tidak akan cepat hilang. Agar pembelajaran lebih optimal, model pembelajaran
dan media pembelajaran harus efektif dan selektif sesuai dengan pokok bahasan
yang diajarkan di dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perkembangan
kognitif siswa adalah guru. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh
Slameto (2003) yaitu, guru memegang peranan penting dalam peningkatan
kualitas siswa dalam belajar siswa dan guru harus benar-benar memperhatikan,
memikirkan dan sekaligus merencakan proses belajar mengajar yang menarik bagi
siswa, agar siswa berminat dan semangat belajar dan mau terlibat dalam proses
belajar mengajar, sehingga pengajaran tersebut menjadi efektif. Dalam upaya
meningkatkan kualitas pendidikan, maka diperlukan berbagai terobosan, baik
dalam pengembangan kurikulum, inovasi pembelajaran, dan pemenuhan sarana
dan prasarana pendidikan agar siswa tertarik dan tertantang untuk belajar.
Menyikapi masalah di atas, perlu adanya upaya yang dilakukan oleh guru untuk
134
menggunakan strategi mengajar yang membuat siswa lebih tertarik pada pelajaran
fisika.
Model pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Instruction)
adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata
sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan
konsep yang esensial dari materi pelajaran. Sagala (2009) menyatakan bahwa
menerapkan pemecahan masalah dalam proses pembelajaran penting, karena
selain mencoba menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah, siswa juga
termotivasi untuk bekerja keras.
Model ini membantu siswa pada semua usia dalam memahami tentang
konsep dan latihan. Pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari menyajikan
kepada siswa situasi masalah yang autentik dan
bermakna yang dapat
memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan
inkuiri. Intinya, siswa dihadapkan pada situasi masalah yang otentik dan
bermakna
yang dapat
menantang siswa untuk dapat
memecahkannya.
Pembelajaran berdasarkan masalah digunakan untuk merangsang berpikir tingkat
tinggi dalam situasi berorientasi masalah termasuk bagaimana cara belajar.
Menurut Nurhadi (Tiopan, 2010) peran guru pada pembelajaran masalah adalah
menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan dan
dialog. Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dapat dilaksanakan tanpa guru
mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide
secara terbuka. Hal ini didukung oleh Orton (Jihad, 2006) yang menyatakan
135
bahwa dengan investigasi siswa belajar lebih aktif dan mendapat kesempatan
untuk berpikir sendiri.
Sesuai
dengan
pendapat
Hopkin
(Jihad, 2006),
langkah-langkah
investigasi yang diterapkan adalah: (1) pertama-tama siswa dihadapkan pada
masalah yang problematis; (2) guru memfasilitasi siswa untuk melakukan
eksplorasi/kajian sebagai respon terhadap masalah yang problematis itu; (3) siswa
merumuskan tugas-tugas belajar dan mengorganisasikan kegiatan belajarnya; (4)
siswa melakukan kegiatan belajar baik secara kelompok atau mandiri; (5) siswa
menganalisis kemajuan dan proses yang dilakukan dalam belajar; dan (6) siswa
mengecek ulang hasil belajarnya agar dapat menarik simpulan atau mungkin
diperlukan kajian atau eksplorasi ulang.
Dengan tindakan yang investigasi seperti di atas, siswa mengkonstruksi
pengetahuannya secara aktif sehingga pemahaman dan hasil belajarnya
meningkat. Hal ini didukung sebuah hasil penelitian yang menyatakan bahwa,
dengan menerapkan investigasi ternyata dapat menghilangkan miskonsepsi siswa
bahkan telah terjadi peningkatan pemahaman tentang materi yang dipelajarinya.
Dalam melakukan investigasi, seorang siswa harus mempunyai kemampuan
mengenal dan mengerti bermacam bentuk informasi berkaitan dengan masalah
yang bersifat terbuka, yaitu masalah atau soal-soal yang dirumuskan sedemikian
rupa, sehingga memiliki beberapa atau bahkan banyak solusi yang benar dan
terdapat banyak cara untuk mencapai solusi tersebut. Pendekatan ini memberikan
kesempatan kepada siswa untuk “experience in finding something new in the
process” (Suhendra, 2005). Pembelajaran yang berdasarkan masalah sangat sesuai
136
dengan tuntutan kurikulum saat ini. Di samping mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah (problem solving), pendekatan ini juga menekankan pada
pencapaian kompetensi tingkat tinggi yaitu berpikir kritis, kreatif, dan produktif.
Beberapa penelitian telah menunjukkan dampak positif dari implementasi
pemecahan masalah bagi siswa. Adeyemo (2008), dalam penelitiannya
menemukan bahwa “there exists a significant relationship between teachinglearning and problem solving task in physics. The relationship is significant at
17% and has a significant impact on teaching learning in physics.” Sindelar
(2002), dalam penelitian menemukan bahwa “the conclusion of this study found
that problem based learning is an effective strategy to use in the classroom,
especially regarding student engagement”. Sementara penelitian Ganina, dan
Voolaid (2008) menunjukkan bahwa “the results showed that solving
dispersed data problems increases studying effectiveness in physics by 36% on the
average”, terjadi peningkatan efektifitas belajar sebesar 36% pada saat
menggunakan model pemecahan masalah. Yusof, Aziz, dkk (2004) dalam
penelitian menemukan bahwa “more than 95% admitted that they have gained
from PBL, especially on the generic skills, and were willing to take other classes
that implements PBL in the future‟, yang berarti bahwa lebih dari 95% dari siswa
mengakui bahwa mereka memperoleh dampak positif dari pembelajaran dengan
menggunakan PBL, dan masih ingin menggunakannya dalam pelajaran lainnya.
Penelitian Chakravarth, Judson, dan Vijayan (2009) menemukan bahwa
“results revealed that PBL students had higher levels of intrinsic goal orientation,
task value, use of elaboration learning strategies, critical thinking, metacognitive
137
self-regulation, effort regulation, and peer learning compared with control-group
student”, bahwa siswa yang menggunakan pembelajaran dengan PBL memiliki
tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, seperti tujuan
pembelajaran, hasil belajar, tingkat berpikir kritis, dan belajar kelompok.
Dari uraian di atas, menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman konsep
dan kemampuan pemecahan masalah pada pelajaran fisika merupakan faktor yang
sangat penting bagi perkembangan kognitif siswa dan mempengaruhi hasil belajar
fisika siswa, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:
”Analisis Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika
Dengan Menggunakan Problem Based Instruction (PBI) dan Direct
Instruction (DI)”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka permasalahan yang
dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan fisika siswa masih rendah, yaitu berada level C1-C3
2. Rendahnya kemampuan pemahaman konsep siswa
3. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa .
4. Proses belajar masih bersifat konvensional dan berpusat pada guru,
sehingga proses belajar mengajar kurang bermakna
1.3. Batasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup masalah serta keterbatasan waktu, dana,
dan kemampuan peneliti maka perlu adanya pembatasan masalah sebagai berikut:
138
1. Pemahaman konsep fisika siswa
2. Kemampuan pemecahan masalah fisika siswa
3. Model Problem Based Instruction (PBI)
4. Model Direct Instruction (DI)
5. Materi pokok yang diberikan Listrik Statis
6. Subjek penelitian adalah siswa SMP Swasta Katolik Assisi Medan Kelas
IX semester I T.A 2012/2013
1.4. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah siswa yang
diajarkan dengan Problem Based Instruction dan Direct Instruction?
2. Apakah ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah siswa pada
kelompok pemahaman konsep tinggi dan pemahaman konsep rendah?
3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran (Problem Based
Instruction dan Direct Instruction) dengan tingkat pemahaman konsep
siswa dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah?
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini, yakni untuk:
1. Mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah siswa
yang diajarkan dengan Problem Based Instruction dan Direct Instruction
139
2. Mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah siswa
pada kelompok pemahaman konsep tinggi dan pemahaman konsep rendah
3. Mengetahui apakah ada interaksi antara model pembelajaran (Problem
Based Instruction dan Direct Instruction) dengan tingkat pemahaman
konsep siswa dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
1.6. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas dapat diperoleh manfaat
penelitian sebagai berikut:
1.
Apabila pembelajaran model Problem Based Instruction dalam penelitian
ini berpengaruh positif terhadap kemampuan pemecahan masalah fisika
siswa, maka pembelajaran model Problem Based Instruction dapat
dijadikan sebagai alternatif salah satu model pembelajaran untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran fisika
2.
Sebagai alternatif pembelajaran yang diharapkan dapat membuat siswa
lebih aktif dalam penemuan sendiri akan konsep-konsep fisika siswa.
3.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi guru dalam
proses belajar mengajar dalam menggunakan model problem based
instruction (PBI) untuk melihat interaksi dengan tingkat kemampuan
konsep fisika siswa.
4.
Sebagai sumber informasi bagi guru fisika dalam merancang sistem model
pembelajaran sebagai upaya mengatasi kesulitan belajar siswa guna
meningkatkan kemampuan pemecahan fisika siswa.
140
1.7. Defenisi Operasional
Untuk memperjelas variabel-variabel, agar tidak menimbulkan perbedaan
penafsiran terhadap rumusan masalah dalam penelitian ini, berikut
diberikan definisi operasional:
1. Pemahaman konsep adalah 1) Menyatakan ulang sebuah konsep yaitu
menyebutkan definisi berdasarkan konsep esensial yang dimiliki oleh
sebuah objek; 2) Mengklasifikasikan objek yaitu menganalisis suatu objek
dan mengklasifikasikannya menurut sifat-sifat/ciri-ciri tertentu yang
dimiliki sesuai dengan konsepnya; 3) Memberikan contoh dan non contoh
yaitu memberikan contoh lain sesuai konsep yang dimiliki sebuah objek
baik untuk contoh maupun untuk non contoh; 4) Mengaplikasikan konsep
yaitu menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis
sebagai suatu pemecahan masalah.
2. Kemampuan Pemecahan Masalah yang dimaksud pada penelitian ini
adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah fisika dengan
berpedoman pada proses penemuan jawaban yang menghadirkan teknikteknik heuristics dari Polya, yakni:
a) Memahami masalah
b) Merencanakan penyelesaian masalah, yang menyangkut pemilihan
strategi
c) Menjalankan rencana penyelesaian
d) Memeriksa kembali kebenaran jawaban dan mengkaji hasil yang
diperoleh.
141
Pada penskoran kemampuan pemecahan masalah, lebih dipentingkan
proses menemukan jawaban berdasarkan tahapan pemecahan masalah.
3. Pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Instruction) adalah
suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata
sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis
dan
keterampilan
pemecahan
masalah,
serta
untuk
memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Pembelajaran
berbasis masalah yang menghadirkan situasi masalah autentik dan
bermakna di awal pembelajaran sebagai titik tolak untuk menemukan dan
mengkonstruksi kembali ide-ide. Autentik maksudnya bahwa masalah
yang diajukan merupakan masalah kehidupan nyata yang akrab dengan
keseharian siswa dan bermakna berarti memiliki koneksi dengan
pengetahuan awal yang dimiliki para siswa.
4. Pembelajaran langsung (Direct Instruction) pada penelitian ini adalah
pembelajaran yang biasanya digunakan, yakni dengan menggunakan
metode ekspositori yang umumnya lebih berorientasi pada presentasi
informasi secara langsung dan demonstrasi keterampilan oleh guru. Dalam
hal ini siswa berperan pasif sebagai penerima informasi.
142
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dan pembahasan maka dapat diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Kemampuan pemecahan masalah fisika siswa yang menggunakan Problem
Bassed Instruction (PBI) lebih baik dibandingkan
siswa yang
menggunakan Direct Instruction (DI).
2. Kemampuan pemecahan masalah fisika siswa yang memiliki pemahaman
konsep tinggi lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki pemahaman
konsep rendah.
3. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran (Problem Based
Instruction dan Direct Instruction) dengan tingkat pemahaman konsep
siswa untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Model
pembelajaran dengan pemahaman konsep tidak saling mempengaruhi
dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Interaksi pada
pembelajaran Problem Based Instruction pemahaman konsep tinggi lebih
baik dibandingkan interaksi di pemahaman konsep rendah Problem Based
Instruction, di pemahaman konsep tinggi Direct Instruction, dan
pemahaman konsep rendah Direct Instruction. Interaksi pemahaman
konsep tinggi Direct Instruction lebih bak dibandingkan interaksi
pemahaman konsep rendah Problem Based Instruction, dan interaksi
243
pemahaman konsep rendah Direct Instruction. Interaksi pemahaman
konsep rendah Problem Based Instruction lebih baik dibandingkan
interaksi pemahaman konsep rendah Direct Instruction.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian ini, maka peneliti memiliki
beberapa saran untuk pembaca maupun peneliti selanjutnya:
1. Pelaksanaan Problem Based Instruction (PBI) memerlukan waktu yang
cukup lama, khususnya pada saat siswa memecahkan masalah sehingga
alokasi waktu harus lebih diperhatikan.
2. Dalam pelaksanaan Problem Based Instruction (PBI) masalah yang
diberikan hendaknya lebih kontekstual dan sesuai dengan kemampuan
siswa yang ada.
3. Materi yang disajikan hendaknya lebih banyak lagi variatif praktikum
dalam konteks pemecahan masalahnya, agar siswa lebih terangsang
kemampuan pemecahan masalahnya dalam diskusi kelompok.
244
Daftar Pustaka
Adeyemo, Sunday. 2008. Students‟ Ability Level and Their Competence in
Problem-Solving Task in Physics. International Journal of Educational
Research and Technology, Vol 1 [2].
Arends, Richard. 2008. Learning To Teach. New York: McGraw Hill Companies.
Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Asmani, J. 2009. Jurus-Jurus Belajar Efektif Untuk SMP dan SMA. Yogyakarta:
Diva Press.
Chakravarthi, Srikumar., Judson, John., Vijayan, Priya. 2009. An Evaluative
Study On Comparison Of Problem Based Learning And Lecture Based
Pedagogy On Self Directed Learning In Undergraduate Medical Education.
Indian
Journal
of Science and Technology,
Vol.2 No.
12
(http://dec09chakrav-28.pdf, diakses pada Maret 2012).
Chin, Christine., Chia, Li-Gek. 2005. Problem-Based Learning: Using IIStructured
Problems
in
Biology
Project
Work.
(
www.interscience.wiley.com)
Dahar, R. 1991. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Rineka cipta.
Efendi, Ridwan. 2010. Kemampuan Fisika Siswa Indonesia Dalam TIMSS
(Trend Of International On Mathematics And Science Study).
(Online), Prosiding Seminar Nasional Fisika 2010 (http://www.fi.itb.ac.id/~
dede/Seminar%20HFI%202010/CD%20Proceedings/Proceedings/FP%2012.
pdf, diakses 2011).
Ganina, Svetlana., Voolaid, Henn. 2008. The influence Of problem solving on
studying Effectiveness in physics.
Hamalik, O. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Ibrahim, dan Nur. 2004. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Penerbit UNESA.
J, John., Anne, Mary., 2008. Model Bassed Learning and Instruction In Science,
USA: Springer
245
Jihad, Asep. 2006. Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik
Siswa dengan Metode IMPROVE Disertai Embedded Test
(Studi Eksperimen di SMA Negeri 1 Kota Pinang). Tesis tidak
dipublikasikan. UPI: Bandung
Jauhari, Mohammad. 2011. Implementasi PAIKEM dari Behavioristik Sampai
Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustakarya.
Made, I., Praginda,Wandy. 2009. Hakikat IPA dan Pendidikan IPA. Bandung:
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam.
Marzuki. 2012. Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi
Matematika Antara Siswa yang Diberi Pembelajaran Berbasis Masalah
Dengan Pembelajaran Langsung. Tesis: Pascasarjana UNIMED.
Matthews, Brian. 2004. The Effect Of Direct And Problem-Based Learning
Instruction In An Undergraduate Introductory Engineering Graphics
Course. US: North Carolina State University.
NN. ____. Bab II Upaya Membangun Kualitas Sumber Daya Manusia Melalui
Pembelajaran Fisika Di Sekolah, (Online), (http://repository.upi.edu/operat
or/upload/d_ipa__029762_chapter2.pdf, diakses pada 7 maret 2012)
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Panjaitan, Patuan. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBI)
Dengan Bantuan Peta Konsep dan Sebagai Upaya Meningkatkan
Pemahaman Konsep dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa. Tesis
dipublikasikan. Medan: PPs UNIMED.
Richards, Debbie., Cameron, Leanne. 2005. Applying Learning Design Concepts
To Problem- Based Learning, (Online), (http://lams2008sydney.lamsfoundat
ion.org/pdfs/04g.pdf, diakses 5 maret 2012)
Riduwan., Rusyana, Adun., Enas. 2011. Cara Mudah Belajar SPSS Versi 17.0
dan Aplikasi Statistk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Santyasa, I. 2009. Pengembangan Pemahaman Konsep dan Kemampuan
Pemecahan Masalah Fisika Bagi Siswa SMA Dengan Pemberdayaan Model
Perubahan Konseptual Berseting Investigasi Kelompok, (Online), (http://fisi
kasma-online.blogspot.com/2010/03/pemahaman-konsep.html, diakses Mare
t 2012).
246
Sabri, H. 2005. Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching. Jakarta: Quantum
Teaching.
Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Santoso, Singgih. 2006. Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 15.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Subratha, Nyoman. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif dan
Strategi Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Kelas VII C SMP Negeri 1 Sukasada, Jurnal Penelitian dan Pengembangan,
(Online) 1(2), 135-147.
Suhendra. 2005. Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Kelompok Belajar
Kecil Untuk Mengembangkan Kemampuan Siswa SMA Pada Aspek Problem
Solving Matematik (Studi Eksprimen Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1
Belinyu). Tesis tidak dipublikasikan. UPI: Bandung.
Sindelar, Teresa. 2002. The Effectiveness of Problem Based Learning In The
School Science Classroom. Tesis dipublikasikan. USA: Whichita State
University.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Syah, M. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Taplin, Margaret. 2007. Mathematics Through Problem solving, (Online), (http://
www.mathgoodies.com/articles/, diakses Maret 2012).
Taufiq, M. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Trianto. 2005. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivis.
Surabaya: Prestasi Pustaka.
Usman, Husaini. 2011. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara.
Yusof, Khairiyah Mohd., Aziz, Azila Abdul., dkk. 2004. Problem Based Learning
in Engineering Education: A Viable Alternative for Shaping Graduates for
247
st
the 21 Century? Makalah disajikan dalam Conference on Engineering
Education, Kuala Lumpur, Des 14-15, 2004.
248
Dengan Menggunakan Model Problem Based Instructio,n (PBI)
dan Direct Instructio,n
(DI)
Tesis
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
Ika Trisni Simangunsong
NIM:8106175006
PROGRAM PASCASARJANA
UNTVERSITAS IVEGERI MEDAI\
MEDAN
2013
Analisis Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika
Dengan Menggunakan Model Problem Based Instructio,n (PBI)
dan Direct Instructio,n
(DI)
Tesis
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
Ika Trisni Simangunsong
NIM:8106175006
PROGRAM PASCASARJANA
UNTVERSITAS IVEGERI MEDAI\
MEDAN
2013
Pemecahan Masalah
Analisis Pemahaman Konsep dan Kemampuan
Based Instruction (PBI)
Fisika Dengan Menggunakan Model Problem
dan Direct Instruction (Dl)
Disusun dan diajukan oleh
Ika Trisni Simangunsong
NIM:8106175006
Telah Dipertahankan di depan Panitia Ujian'T-esis
Telah Memenuhi
nada Tanggal 7 Februari 2013 dan Dinyatakan
Pendidikan
Magister
Gelar
ilil a;t"3yarat untuk Memperoleh
Program Studi Pendidikan Fisika
Medan, 7 Februari 2013
Menyetuiui
Tim Pembimbing
Pembimbing
Pembimbing
I
P@
NrP. 19600426 198503
xp.
1 003
tr
rqoaool0 198803
1 017
Mengetahui:
Ketua Program Studi
Pendidikan Fisika
Direktur Program Pascasarjana
UniversitaE$,legeri Medan
Lembar Persetujuan Penguj i
PERSETUJUAIY DEWAIT PENGUJI
UJIAN TESIS MAGISTER PEIYDIDIKAI{
No. Nama
l.
Prof.Dr.Sahyar,M.M',M.S
NIP. 19600426 198503 1 003
2.
Dr. Ridwan A. Sani, M.Si
NIP. 19640110 198803 1 002
3.
Prof, Motlan, M.Sc., Ph.D
NIP. 19590805 198601 I 001
4.
Dr. Kms. M. Amin Fauzi, M-Pd
NrP. 19640629 199303 1 001
5.
Dr. Nurdin Bukil M.Si
NIP. 19640418 199003 1 003
ABSTRAK
IKA TRISM SIMANGT/NSONG. Analisis Pemahaman Konsep dan
Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika dengan Menggunakan Model
Problem Based Instructian (PBI) dlnn Direct Instruction (DI). Tesis Medan.
Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2013.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan : (1) kemampuan pemecahan
masalah fisika siswa yang diajarkan dengan model Problem Based Instruction
(PBI) dan Direct Instruction (DD, (2) kemampuan pemecahan masalah fisika
siswa pada kelompok pemahaman konsep tinggi dan pemahaman konsep rendah,
(3) interaksi Problem Based Instruction (PBI) dan Direct Instrrction (DI) dengan
tingkat kemampuan konsep siswa untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Populasi
penelitian adalah siswa SMP Swasta Katolik Assisi Medan. Pemilihan sampel
dilakukan secara random dengan mengacak kelas. Instrumen yang digunakan
terdiri dari: (1) tes pemahaman konsep, (2) tes kemampuan pemecahan masalah.
Adapun tes yang digunakan adalah berbentuk essay. Data dalam penelitian ini
dianalisis dengan ANAVA dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (l)
Kemampuan pemecahan masalah fisika yang menggunakan Problem Based
Instruction lebih baik dibandingkan siswa yang menggunakan Direct Instruction,
(2) Kemampuan pemecahan masalah fisika siswa yang merniliki pemahaman
konsep tinggi lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki pemahaman konsep
rendah, (3) tidak terdapat interaksi model pembelajaran (Problem Based
Instruction dan Direct Instruction) dengan tingkat kemampuan konsep siswa
dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
Kata kunci: Pemahaman Konsep, Kemampuan Pemecahan Masalah, Problem
Based Instruction
tI
I
I
KATA PENGAIYTAR
I
I
I
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Es4
atas
I
segala rahmat dan berkatNya kepada penqlis, sehingga tesis "Analisis
I
Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika dengan
Menggunakan Model Prohlem Based Instruction (PBI) dan Direc't Instrucfion
(Df)'
dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar
Magister Pendidikan pada program studi pendidikan fisika
di
Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan tesis ini, antara lain:
1
Prof. Dr. Sahyar, M.S.,M.M selaku Ketua Program studi Pendidikan Fisika
Pascasarjana Universitas Negeri Medan, sekaligus sebagai pembimbing
dan Dr. Ridwan
A. Sani, M.Si selaku pembimbing II,
I,
yang di tengah-
tengah kesibukannya telah memberikan bimbingarL motivasi dan arahan
terhadap penyelesaian tesis ini.
2. Dr. Nurdin Bukit, M.Si selaku
Sekrearis Program Program studi
Pendidikan Fisika Pascasarjana Universitas Negeri Medan, sekaligus
sebagai penguji
III dan nara sumber.
3. Prof, Dr. Belferik
Manullang selaku Direkf,ur Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan.
4. Bapak Syarifuddin,
M.Sc.,Ph.D selaku Asisten Direktur
I
program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
5.
Suster Kepala Sekolah beserta seluruh dewan guru di SMP Swasta Katolik
Assisi Medan, yang telah memberikan dukungan moral, dan materil dalam
penelitian ini.
6.
Orang
tu4 A. Simangunsong, S.ST, dan R. Pandiangan, S.Pd,
serta adik-
adilq dr. Dedy Kristofer Simangunsong, Erwin Kristianto Simangunsong,
i
dan Ita Pratiwi Simangunsong, yang telah memberi dukungan moral, serta
materil.
7.
Sahabat-sahabat pembuka
pikiran: teman-teman angkatan
XX
Prodi
Fisika, dan Santo Tulus Simbolon, S.T.
Penulis berusaha menyelesaikan tesis ini dengan.maksimal. Namun, penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam segi isi maupun teknik penulisan
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Kiranya tesis
ini bermam faat bagi pembaca-
Medan, 7 Februari
2013
Penulis,
Ika Trisni Simangunsong
VI
i'
./'
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
i
iii
KataPengantar
v
Daftar Isi
vi
Daftar Tabel
ix
Daftar Gambar
xi
Daftar Skema
xii
Daftar Lampiran
xii
Abstrak
I
PENDAHULUAII
I
| .l . Latar Belakang Masalah
I
1.2. Identifikasi Masalah
t2
1.3. Batasan Masalah
t2
1.4. Rumusan Masalah
l2
1.5. Tujuan Penelitian
13
1.6. Manfaat Penelitian
t4
1.7. Defenisi Operasional
t4
BAB
BAB
II
TINJAUAI\ PUSTAKA
2.1. KerangkaTeoritis
2. 1. 1.
Teori Pembelajaran
2.1 .2. P ernahaman Konsep
2. 1.3.
2.1
.4.
Kemampuan Pemecahan Masalah
P
embelajaran Berdasarkan Masalah
t7
t7
t7
24
JJ
36
2.1.4.L. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Berdasarkan Masalah
39
2.1.4.2. Karakteristik Pembelajaran Berdasarkan Masalatr
42
2.1.4.3. Sintaks Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
44
vl
2.1.4.4. Lingkungan Belajar dan Sistem Manajemen Model
47
Pembelaj aran Berdasarkan Masalah
2.1.4.5. Assesmen dan Evaluasi
48
2.1.4.6. Kelebihan dan Kelemahan Pernbelajaran Berdasarkan Masalahsz
2.1.4.7. Teori Belajar yang Melandasi
2. 1.5. Pembelajaran
2.2.
P
Langsung
enelitian sebelumnya
53
58
61
2.3. Kerangka Konseptual
65
2.4. Hipotesis
69
In
METODE PENELITIAN
70
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
7A
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
70
BAB
3.2. 1. Populasi Penelitian
70
3.2.2. Sampel Penelitian
70
3.3. Variabel Penelitian
70
3.4. Jenis dan Desain Penelitian
71
3.4.1. Jenis Penelitian
7l
3.4.2. Desain Penelitian
7l
3.5. Prosedur Penelitian
73
3.6. Instrumen Penelitian
75
3.6.1. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
75
3.6.2. Validitas Isi
77
3.6.3. Analisis Validitas Isi
79
3.6.4. Reliabilitas
80
3.6.5. Tingkat Kesukaran
8l
3.6.6. Daya Pembeda
83
3.7. Teknik Analisis Data
84
3.7.1. Simpangan Baku
84
3.7 .2.
Vji Normalitas Data
85
3.7.3.
Uji Homogenitas
86
vll
3.7.4. Pengujian Hipotesis
BAB TV HASIL PEIYELITIAN DAN PEMBAHASAI\I
4.1. Hasil Penenlitian
"
88
88
4.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian
4. 1. 1. 1. Pemahaman
86
Konsep
88
88
4.1.1.2. Pretes
90
4.1.1.3. Postes
92
4.1.1.3.1. Analisis Pemecahan Masalah PBI dan DI
93
4.1.1.3.2. Analisis PM Pada Pemahaman Konsep Tinggi
95
4.1.1.3.3. Analisis PM Pada Pemahaman Konsep Rendah
96
4.1.1.3.4. Analisis PM Pada Pemahaman Konsep Tinggi dan Rendah 97
4. 1. 1.3.5. Pengujian Hipotesis
100
4.2. Pembahasan
108
BAB V KESIMPTILAI{ DAI\ SARAN
113
5.1. Kesimpulan
113
5.2. Saran
t14
DAFTAR PUSTAKA
115
LAMPIRAN
118
vlll
DAFTAR TABEL
Tabel2.l
Sintaks Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
44
Tabel2.2
Peran Guru dan Siswa Dalam PBI
49
Tabel2.3
Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif
Tabel2.4
Sintaks Pembelajaran
Tabel2.5
Perbedaan Teacher Centered dengan Student
Tabel3.1
Two Group Pretes-Postes
Piaget,
Langsung
55
.
58
Centered
60
Tabel3.2
Design
Desain Penelitian Anava
Tabel3.3
Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 76
Tabel3.4
Kisi-Kisi Tes Pemecahan
Tabel3.5
Analisis Validitas Kemampuan Pemecahan
Tabel3.6
Analisis Reliabilitas Soal
81
Tabel3.7
Tingkat Kesukaran
82
Tabel3.8
Daya Beda
83
Tabel4.1
Data Kemampuan Konsep Kelas DI dan PBI
88
Tabel4.2
Data Konsep Tinggi dan Konsep Rendah Kelas DI dan PBI 89
Tabel4.3
Data Pretes Kelas DI dan PBI
90
Tabel4.4
Uji Normalitas Kelas DI
9l
Tabel4.5
PBI
Uji Homogenitas
Data Postes Kelas DI dan PBI
9l
Tabel4.6
Tabel4.7
72
72
Masalah
78
Masalah
Uji Normalitas Kelas
80
9l
92
Tabel 4.11
DI
Pembagian Tahapan Pemecahan Masalah
Nilai Rata-Rata Pemecahan Masalah Konsep Tinggi
Nilai Rata-Rata Pemecahan Masalah Konsep Rendah
Tabel4.l2
Nilai Rata-Rata PM Konsep Tinggi dan Konsep Rendah 97
Tabel4.13
Nilai Rata-Rata Pemecahan
Tabel4.14
Uji Normalitas Kelas DI
100
Tabel4.15
Uji Normalitas Kelas PBI
100
Tabel4.16
Uji Homogenitas
101
Tabel4.8
Tabel4.9
Tabel4.10
Nilai ttata-Itata Pemecahan Masalah PBI dan
Masalah
93
93
95
96
99
IX
Tabel4.l7
Statistik ANOVA
r02
Tabel4.18
Uji Levene
103
Tabel4.19
Output Perhitungan ANOVA 2 jalur
103
Tabel4.20
Output Interaksi ANOVA 2 jalur
105
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1
Alur Proses Pembelajaran Berdasarkan masalah
46
Skema 3.1
Tahapan Alur Kerja Penelitian
75
xll
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Struktur Atom
Gambar2.2
Penggaris
Gambar 2.3
Elektroskop
Memiliki Muatan Listrik
62
62
64
'66
Gambar 2.1
Peristiwa Petir
Gambar 2.5
Garis-garis Gaya Listrik
68
Gambar 3.1
Tahapan Alur Kerja Penelitian
63
Gambar 4.1
Grafik Pemecahan Masalah di DI dan PBI
94
Gambar 4.2
Grafik Pemecahan Masalah Konsep Tinggi di DI dan PBI 95
Gambar 4.3
Grafik Pemecahan Masalah Konsep Rendah di DI dan PBI 95
Gambar 4.4
Grafik Pemecahan Masalah Konsep Rendah Konsep Tinggi9S
Gambar 4.5
Grafik PM Pemahaman Konsep Rendah dan Konsep Tinggi99
Gambar 4.6
Grafik Interaksi Anava 2 jalur
r04
xl
DAFTAR LAMPIRAN
Lamp. I
RPP
I
118
Lamp.2
RPP
II
r30
Lamp.3
RPP IU
Lamp.4
Bahan Ajar
148
Lamp.4
LKS I
157
Lamp.5
LKS II
159
Lamp.6
LKS
Lamp.7
Bahan
Lamp.8
Insfumen Pemahaman Konsep
r62
Lamp.9
Jawaban Tes Pemahaman Konsep
r63
Lamp. 10
Instrumen dan Penyelesaian Pretes
t64
Lamp.
lnstrumen Pemecahan Masalah
r66
Lamp.12
Rekapitulasi Pemahaman Konsep Kelas Kontrol
l7r
Lamp. 13
Rekapitulasi Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen
172
Lamp.14
Rekapitulasi Pretes Kelas
Lamp. 15
Rekapitulasi Pretes Kelas Eksperimen
175
Lamp. 16
Rekapitulasi Postes Kelas Kontrol
177
Larnp.17
Rekapitulasi Postes Kelas Eksperimen
179
Lamp. 18
Output Uji t Pretes SPSS
181
Lamp. 19
Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Beda, Tingkat Kesukaran r82
11
, r41
III
161
Ajar
r33
Konfol
r73
xlll
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar
dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya, dengan
demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk
berfungsi dalam kehidupan masyarakat. Dalam pengertian yang lebih luas,
“pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode
tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara
bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan” (Syah, 2008:10). Pendidikan
formal merupakan salah satu wahana yang berperan dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia.
Beranjak dari tujuan pendidikan nasional, menurut UU RI No.20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam pasal 3 dikatakan:
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.”
Tujuan dari setiap disiplin ilmu yang diajarkan di sekolah haruslah merupakan
penjabaran dari tujuan pendidikan nasional tersebut. Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) adalah salah satu mata pelajaran yang dipelajari dalam pendidikan formal,
dan juga termasuk ke dalam mata pelajaran
yang di-UN-kan untuk tingkat
127
1
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), hal ini
menempatkan mata pelajaran fisika sebagai salah satu pelajaran yang penting
untuk dipelajari.
Menurut Departemen Pendidikan Nasional untuk mata pelajaran fisika di
SMP, tujuannnya adalah sebagai berikut: (1) Meningkatkan keyakinan terhadap
kebesaran Tuhan
Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan
keteraturan alam ciptaanNya, (2) mengembangkan pemahaman tentang berbagai
macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu,
sikap
positif,
dan kesadaran terhadap
adanya
hubungan
yang
saling
mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, (4) melakukan
inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap, dan bertindak
ilmiah serta berkomunikasi, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta
dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya
alam, (6) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, (7) meningkatkan pengetahuan,
konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan ke jenjang
selanjutnya.
Berdasarkan tujuan tersebut, pelajaran fisika memiliki potensi yang sangat
besar untuk dijadikan sebagai wahana mengembangkan berbagai kemampuan.
Salah satunya kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dapat dilihat dari
kemampuan konsep dan pemecahan masalah. Kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah dibangun dari sejauh mana pemahamannya akan sebuah
128
konsep. McDermott mengidentifikasikan sejumlah kemampuan yang dapat
dikembangkan dalam pembelajaran fisika, yaitu: (1) kemampuan melakukan
penalaran baik kualitatif maupun kuantitatif, (2) kemampuan menginterpretasikan
representasi ilmiah seperti gambar, persamaan matematis, dan grafik, (3)
keterampilan proses, (4) kemampuan memecahkan masalah, (5) keterampilan
komunikasi.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semakin pesat, dibutuhkan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan,
pemerintah menyelenggarakan perbaikan mutu pendidikan. Salah satu masalah
yang merupakan isu yang selalu diperbincangkan, yaitu rendahnya kualitas
pembelajaran, yang menghasilkan hasil belajar siswa juga rendah, sehingga tidak
mampu berkompetensi dalam bidang keilmuan dan menghasilkan gagasan ide-ide
baru. Salah satu indikator rendahnya prestasi belajar fisika siswa dapat diperoleh
dari hasil TIMMS (Trend Of International On Mathematics And Science Study).
Prestasi sains siswa Indonesia pada TIMSS menempati peringkat 32 dari 38
negara (tahun 1999), peringkat 37 dari 46 negara (tahun 2003), dan peringkat 35
dari 49 negara (tahun 2007). Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata
kemampuan fisika siswa Indonesia pada tiap aspek kognitif (knowing, applying,
reasoning) masih rendah. Rata-rata kemampuan kognitif knowing (32,07) lebih
tinggi dibandingkan dengan aspek kognitif applying (35,11) dan reasoning
(22,23). Kecenderungan skor fisika siswa Indonesia terhadap standar Internasional
dalam tiga tahun terakhir pada TIMSS adalah rendah. Skor rata-rata fisika siswa
Indonesia 34,57, masih di bawah rata-rata standar Internasional 43,40 (Efendi,
129
2010). Tes berstandar TIMSS tidak hanya soal yang mengukur kemampuan
menyelesaikan soal saja, tetapi juga melihat kemampuan siswa dalam
menyelesaikan masalah, menganalisanya, dan mengkomunikasikan gagasannya
kepada orang lain. Maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa Indonesia
masih rendah dalam aspek pemecahan masalah.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada guru fisika di SMP
Swasta Katolik Assisi, Ibu Silalahi, bahwa secara umum hasil belajar fisika siswa
dapat dikategorikan masih rendah. Masih banyak siswa yang sulit melampaui nilai
KKM 65, sehingga untuk menuntaskannya, guru harus mengadakan remedial
kepada siswa tersebut. Hal senada juga terlihat pada observasi awal yang
diberikan kepada salah satu kelas VIII di SMP Katolik Assisi Medan pada 4 Mei
2012 dengan jumlah siswa 36 orang, 3 buah pertanyaan, dimana soal tersebut
merupakan pertanyaan pemecahan masalah, dengan rubrik penilaiannya
berdasarkan kemampuan pemecahan masalah. Maka diperoleh data sebagai
berikut: untuk soal nomor 1; memahami masalah 82,41%, perencanaan 45,37%,
penyelesaian masalah 27,78%, dan memeriksa kembali 35,18%, untuk soal nomor
2; memahami masalah 82,41%, perencanaan 42,59%, penyelesaian masalah
34,44%, dan memeriksa kembali 61,11%, untuk soal nomor 3; memahami
masalah 66,67%, perencanaan 41,67%, penyelesaian masalah 19,44%, dan
memeriksa kembali 42,59%. Hasil ini menunjukan bahwa tingkat kemampuan
pemecahan masalah siswa di sekolah tersebut masih rendah. Secara umum, siswa
memiliki kemampuan yang baik dalam hal menuliskan variabel-variabel yang
diketahui pada soal, dan juga hal yang ditanyakan, namun untuk pemecahan
130
masalah tersebut, siswa memiliki kemampuan yang berbanding terbalik dengan
tingkat memahami masalah.
Kenyataan di lapangan, siswa hanya menghafal rumus dan kurang mampu
menggunakan konsep yang dikandung dalam rumus tersebut. Sebagian besar
siswa kurang mampu menghubungkan antara apa yang dipelajari dengan
bagaimana mengaplikasikannya pada situasi baru. Maka dari keseluruhan data
yang diperoleh tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah yang terdapat pada
siswa tersebut adalah kurangnya kemampuan pemahaman konsep yang
menyebabkan kemampuan pemecahan masalah yang juga rendah.
Konsep
Taksonomi Bloom mengklasifikasikan ranah kognitif menjadi 6 level, yaitu
“knowledge” (pengetahuan), “comprehension” (pemahaman), “application”
(penerapan), “analysis” (penguraian), “synthesis” (pemaduan), dan “evaluation”
(penilaian). Dari hasil observasi, maka penulis menyimpulkan bahwa kemampuan
anak masih berada pada level C1-C3, sehingga kemampuan dalam memecahkan
masalah fisika masih sangat rendah.
Oman berpendapat learning physics requires learning to do the problems.
Pernyataan yang hampir sejalan lebih ditegaskan oleh Simon, effort to solve
problem and apply meaningful knowedge must be preceded by positive attitude
and effort to understand it (Santyasa, 2009). Berdasarkan penjelasan teoretis
tersebut, maka
sebuah “pemahaman” merupakan sebagai representasi hasil
pembelajaran, yang menjadi sangat penting dalam fisika. Fakta berikutnya yang
sering ditemukan adalah guru cenderung memindahkan pengetahuan yang
dimiliki ke pikiran siswa, mementingkan hasil dari pada proses, mengajarkan
131
secara urut halaman per halaman tanpa membahas keterkaitan antara konsepkonsep atau masalah.
Beberapa landasan teoretis sebagai alternatif pijakan dalam mengemas
pembelajaran untuk pemahaman (learning for understanding) sekaligus dalam
pengembangan
kemampuan
pemecahan
masalah
fisika,
(1) Nachtigall
menyatakan tiga wawasan berpikir dalam pembelajaran fisika, yaitu to present
subject matter is not teaching, to store stuff away in the memory is not learning,
to memorize what is stored away is not proof of understanding. (2) Williams
berpendapat bahwa seorang guru fisika sebaiknya mengurangi berceritera dalam
pembelajaran, dan lebih banyak mengajak siswa untuk bereksperimen dan
memecahkan masalah. (3) Yerushalmi dan Magen menyatakan para guru fisika
dianjurkan lebih banyak menyediakan context-rich problem dan mengurangi
context-poor problem dalam pembelajaran (Santyasa, 2009).
Melalui pandangan tersebut maka Jabot, Kautz, Wenning menyatakan
bahwa, seorang guru seharusnya melakukan perubahan paradigma dalam
memfasilitasi peserta didik, dari cara pandang mengajar adalah berceritera tentang
konsep menjadi sebuah perspektif bahwa mengajar adalah menggubah lingkungan
belajar serta mampu menyiapkan rangsangan-rangsangan kepada peserta didik
untuk memecahkan masalah yang ada. Mengajar bukan berfokus pada how to
teach tetapi lebih berorientasi pada how to stimulate learning dan learning how to
learn (Santyasa, 2009).
Sebuah pembelajaran yang senantiasa menghadirkan ide-ide dalam
kemasan situasi masalah sepanjang proses pembelajaran dan menjadikan situasi
132
masalah tersebut sebagai titik tolak pembelajaran lebih memberikan kesempatan
kepada siswa untuk melakukan identifikasi terhadap masalah yang muncul,
merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang berkenaan dengan masalah dan
mencoba memberikan alternatif penyelesaian. Dalam hal ini para siswa
melakukan sebuah proses investigasi yang difasilitasi oleh guru dalam
menemukan dan mengkonstruksi konsep yang tersirat dalam situasi masalah
tersebut, sehingga memperoleh pengetahuan formal yang direncanakan.
Pembelajaran demikian merupakan alternatif yang mungkin untuk dilakukan
sesuai dengan amanat kurikulum.
Rendahnya pemahaman konsep dan pemecahan masalah tersebut adalah
suatu hal yang wajar dimana fakta di lapangan menunjukkan proses pembelajaran
yang terjadi masih konvensional dan berpusat pada guru dan siswa hanya pasif,
kurang ada respon berupa pertanyaan maupun argumen ataupun minta penjelasan
ulang. Siswa lebih sering hanya diberikan rumus-rumus yang siap pakai tanpa
memahami makna dari rumus-rumus tersebut. Siswa sudah terbiasa menjawab
pertanyaan dengan prosedur rutin, sehingga ketika diberikan masalah yang sedikit
berbeda maka siswa akan kebingungan. Hal yang sama juga dikemukakan Arends
(Trianto, 2007:65): “ it is strange we expect students to learn yet saldom teach
then about learning , expect students seldom teach about problem solving“, yang
berarti, dalam mengajar guru selalu menuntut siswa untuk belajar, guru juga
menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, tetapi jarang mengarahkan
bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masalah.
133
Penguasaan konsep yang baik sebagai sesuatu yang bermakna, karena hal
tersebut sebenarnya lebih dari hanya sekedar menghafal, yaitu membutuhkan
kemauan siswa mencari hubungan konseptual antara pengetahuan yang dimiliki
dengan yang sedang dipelajari di dalam kelas (Dahar, 1989). Menurut Ausebel,
belajar bermakna maksudnya, di samping materi yang disajikan harus disesuaikan
dengan kemampuan siswa, juga harus relevan dengan struktur kognitif siswa,
sehingga materi harus dikaitkan dengan konsep-konsep (pengetahuan) yang telah
dimiliki siswa dan dikaitkan dengan bidang lain atau kehidupan sehari-hari siswa.
Proses belajar seperti ini akan lebih bermakna sehingga konsep dasar dari ilmu ini
tidak akan cepat hilang. Agar pembelajaran lebih optimal, model pembelajaran
dan media pembelajaran harus efektif dan selektif sesuai dengan pokok bahasan
yang diajarkan di dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perkembangan
kognitif siswa adalah guru. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh
Slameto (2003) yaitu, guru memegang peranan penting dalam peningkatan
kualitas siswa dalam belajar siswa dan guru harus benar-benar memperhatikan,
memikirkan dan sekaligus merencakan proses belajar mengajar yang menarik bagi
siswa, agar siswa berminat dan semangat belajar dan mau terlibat dalam proses
belajar mengajar, sehingga pengajaran tersebut menjadi efektif. Dalam upaya
meningkatkan kualitas pendidikan, maka diperlukan berbagai terobosan, baik
dalam pengembangan kurikulum, inovasi pembelajaran, dan pemenuhan sarana
dan prasarana pendidikan agar siswa tertarik dan tertantang untuk belajar.
Menyikapi masalah di atas, perlu adanya upaya yang dilakukan oleh guru untuk
134
menggunakan strategi mengajar yang membuat siswa lebih tertarik pada pelajaran
fisika.
Model pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Instruction)
adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata
sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan
konsep yang esensial dari materi pelajaran. Sagala (2009) menyatakan bahwa
menerapkan pemecahan masalah dalam proses pembelajaran penting, karena
selain mencoba menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah, siswa juga
termotivasi untuk bekerja keras.
Model ini membantu siswa pada semua usia dalam memahami tentang
konsep dan latihan. Pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari menyajikan
kepada siswa situasi masalah yang autentik dan
bermakna yang dapat
memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan
inkuiri. Intinya, siswa dihadapkan pada situasi masalah yang otentik dan
bermakna
yang dapat
menantang siswa untuk dapat
memecahkannya.
Pembelajaran berdasarkan masalah digunakan untuk merangsang berpikir tingkat
tinggi dalam situasi berorientasi masalah termasuk bagaimana cara belajar.
Menurut Nurhadi (Tiopan, 2010) peran guru pada pembelajaran masalah adalah
menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan dan
dialog. Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dapat dilaksanakan tanpa guru
mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide
secara terbuka. Hal ini didukung oleh Orton (Jihad, 2006) yang menyatakan
135
bahwa dengan investigasi siswa belajar lebih aktif dan mendapat kesempatan
untuk berpikir sendiri.
Sesuai
dengan
pendapat
Hopkin
(Jihad, 2006),
langkah-langkah
investigasi yang diterapkan adalah: (1) pertama-tama siswa dihadapkan pada
masalah yang problematis; (2) guru memfasilitasi siswa untuk melakukan
eksplorasi/kajian sebagai respon terhadap masalah yang problematis itu; (3) siswa
merumuskan tugas-tugas belajar dan mengorganisasikan kegiatan belajarnya; (4)
siswa melakukan kegiatan belajar baik secara kelompok atau mandiri; (5) siswa
menganalisis kemajuan dan proses yang dilakukan dalam belajar; dan (6) siswa
mengecek ulang hasil belajarnya agar dapat menarik simpulan atau mungkin
diperlukan kajian atau eksplorasi ulang.
Dengan tindakan yang investigasi seperti di atas, siswa mengkonstruksi
pengetahuannya secara aktif sehingga pemahaman dan hasil belajarnya
meningkat. Hal ini didukung sebuah hasil penelitian yang menyatakan bahwa,
dengan menerapkan investigasi ternyata dapat menghilangkan miskonsepsi siswa
bahkan telah terjadi peningkatan pemahaman tentang materi yang dipelajarinya.
Dalam melakukan investigasi, seorang siswa harus mempunyai kemampuan
mengenal dan mengerti bermacam bentuk informasi berkaitan dengan masalah
yang bersifat terbuka, yaitu masalah atau soal-soal yang dirumuskan sedemikian
rupa, sehingga memiliki beberapa atau bahkan banyak solusi yang benar dan
terdapat banyak cara untuk mencapai solusi tersebut. Pendekatan ini memberikan
kesempatan kepada siswa untuk “experience in finding something new in the
process” (Suhendra, 2005). Pembelajaran yang berdasarkan masalah sangat sesuai
136
dengan tuntutan kurikulum saat ini. Di samping mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah (problem solving), pendekatan ini juga menekankan pada
pencapaian kompetensi tingkat tinggi yaitu berpikir kritis, kreatif, dan produktif.
Beberapa penelitian telah menunjukkan dampak positif dari implementasi
pemecahan masalah bagi siswa. Adeyemo (2008), dalam penelitiannya
menemukan bahwa “there exists a significant relationship between teachinglearning and problem solving task in physics. The relationship is significant at
17% and has a significant impact on teaching learning in physics.” Sindelar
(2002), dalam penelitian menemukan bahwa “the conclusion of this study found
that problem based learning is an effective strategy to use in the classroom,
especially regarding student engagement”. Sementara penelitian Ganina, dan
Voolaid (2008) menunjukkan bahwa “the results showed that solving
dispersed data problems increases studying effectiveness in physics by 36% on the
average”, terjadi peningkatan efektifitas belajar sebesar 36% pada saat
menggunakan model pemecahan masalah. Yusof, Aziz, dkk (2004) dalam
penelitian menemukan bahwa “more than 95% admitted that they have gained
from PBL, especially on the generic skills, and were willing to take other classes
that implements PBL in the future‟, yang berarti bahwa lebih dari 95% dari siswa
mengakui bahwa mereka memperoleh dampak positif dari pembelajaran dengan
menggunakan PBL, dan masih ingin menggunakannya dalam pelajaran lainnya.
Penelitian Chakravarth, Judson, dan Vijayan (2009) menemukan bahwa
“results revealed that PBL students had higher levels of intrinsic goal orientation,
task value, use of elaboration learning strategies, critical thinking, metacognitive
137
self-regulation, effort regulation, and peer learning compared with control-group
student”, bahwa siswa yang menggunakan pembelajaran dengan PBL memiliki
tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, seperti tujuan
pembelajaran, hasil belajar, tingkat berpikir kritis, dan belajar kelompok.
Dari uraian di atas, menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman konsep
dan kemampuan pemecahan masalah pada pelajaran fisika merupakan faktor yang
sangat penting bagi perkembangan kognitif siswa dan mempengaruhi hasil belajar
fisika siswa, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:
”Analisis Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika
Dengan Menggunakan Problem Based Instruction (PBI) dan Direct
Instruction (DI)”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka permasalahan yang
dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan fisika siswa masih rendah, yaitu berada level C1-C3
2. Rendahnya kemampuan pemahaman konsep siswa
3. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa .
4. Proses belajar masih bersifat konvensional dan berpusat pada guru,
sehingga proses belajar mengajar kurang bermakna
1.3. Batasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup masalah serta keterbatasan waktu, dana,
dan kemampuan peneliti maka perlu adanya pembatasan masalah sebagai berikut:
138
1. Pemahaman konsep fisika siswa
2. Kemampuan pemecahan masalah fisika siswa
3. Model Problem Based Instruction (PBI)
4. Model Direct Instruction (DI)
5. Materi pokok yang diberikan Listrik Statis
6. Subjek penelitian adalah siswa SMP Swasta Katolik Assisi Medan Kelas
IX semester I T.A 2012/2013
1.4. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah siswa yang
diajarkan dengan Problem Based Instruction dan Direct Instruction?
2. Apakah ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah siswa pada
kelompok pemahaman konsep tinggi dan pemahaman konsep rendah?
3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran (Problem Based
Instruction dan Direct Instruction) dengan tingkat pemahaman konsep
siswa dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah?
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini, yakni untuk:
1. Mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah siswa
yang diajarkan dengan Problem Based Instruction dan Direct Instruction
139
2. Mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah siswa
pada kelompok pemahaman konsep tinggi dan pemahaman konsep rendah
3. Mengetahui apakah ada interaksi antara model pembelajaran (Problem
Based Instruction dan Direct Instruction) dengan tingkat pemahaman
konsep siswa dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
1.6. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas dapat diperoleh manfaat
penelitian sebagai berikut:
1.
Apabila pembelajaran model Problem Based Instruction dalam penelitian
ini berpengaruh positif terhadap kemampuan pemecahan masalah fisika
siswa, maka pembelajaran model Problem Based Instruction dapat
dijadikan sebagai alternatif salah satu model pembelajaran untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran fisika
2.
Sebagai alternatif pembelajaran yang diharapkan dapat membuat siswa
lebih aktif dalam penemuan sendiri akan konsep-konsep fisika siswa.
3.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi guru dalam
proses belajar mengajar dalam menggunakan model problem based
instruction (PBI) untuk melihat interaksi dengan tingkat kemampuan
konsep fisika siswa.
4.
Sebagai sumber informasi bagi guru fisika dalam merancang sistem model
pembelajaran sebagai upaya mengatasi kesulitan belajar siswa guna
meningkatkan kemampuan pemecahan fisika siswa.
140
1.7. Defenisi Operasional
Untuk memperjelas variabel-variabel, agar tidak menimbulkan perbedaan
penafsiran terhadap rumusan masalah dalam penelitian ini, berikut
diberikan definisi operasional:
1. Pemahaman konsep adalah 1) Menyatakan ulang sebuah konsep yaitu
menyebutkan definisi berdasarkan konsep esensial yang dimiliki oleh
sebuah objek; 2) Mengklasifikasikan objek yaitu menganalisis suatu objek
dan mengklasifikasikannya menurut sifat-sifat/ciri-ciri tertentu yang
dimiliki sesuai dengan konsepnya; 3) Memberikan contoh dan non contoh
yaitu memberikan contoh lain sesuai konsep yang dimiliki sebuah objek
baik untuk contoh maupun untuk non contoh; 4) Mengaplikasikan konsep
yaitu menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis
sebagai suatu pemecahan masalah.
2. Kemampuan Pemecahan Masalah yang dimaksud pada penelitian ini
adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah fisika dengan
berpedoman pada proses penemuan jawaban yang menghadirkan teknikteknik heuristics dari Polya, yakni:
a) Memahami masalah
b) Merencanakan penyelesaian masalah, yang menyangkut pemilihan
strategi
c) Menjalankan rencana penyelesaian
d) Memeriksa kembali kebenaran jawaban dan mengkaji hasil yang
diperoleh.
141
Pada penskoran kemampuan pemecahan masalah, lebih dipentingkan
proses menemukan jawaban berdasarkan tahapan pemecahan masalah.
3. Pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Instruction) adalah
suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata
sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis
dan
keterampilan
pemecahan
masalah,
serta
untuk
memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Pembelajaran
berbasis masalah yang menghadirkan situasi masalah autentik dan
bermakna di awal pembelajaran sebagai titik tolak untuk menemukan dan
mengkonstruksi kembali ide-ide. Autentik maksudnya bahwa masalah
yang diajukan merupakan masalah kehidupan nyata yang akrab dengan
keseharian siswa dan bermakna berarti memiliki koneksi dengan
pengetahuan awal yang dimiliki para siswa.
4. Pembelajaran langsung (Direct Instruction) pada penelitian ini adalah
pembelajaran yang biasanya digunakan, yakni dengan menggunakan
metode ekspositori yang umumnya lebih berorientasi pada presentasi
informasi secara langsung dan demonstrasi keterampilan oleh guru. Dalam
hal ini siswa berperan pasif sebagai penerima informasi.
142
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dan pembahasan maka dapat diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Kemampuan pemecahan masalah fisika siswa yang menggunakan Problem
Bassed Instruction (PBI) lebih baik dibandingkan
siswa yang
menggunakan Direct Instruction (DI).
2. Kemampuan pemecahan masalah fisika siswa yang memiliki pemahaman
konsep tinggi lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki pemahaman
konsep rendah.
3. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran (Problem Based
Instruction dan Direct Instruction) dengan tingkat pemahaman konsep
siswa untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Model
pembelajaran dengan pemahaman konsep tidak saling mempengaruhi
dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Interaksi pada
pembelajaran Problem Based Instruction pemahaman konsep tinggi lebih
baik dibandingkan interaksi di pemahaman konsep rendah Problem Based
Instruction, di pemahaman konsep tinggi Direct Instruction, dan
pemahaman konsep rendah Direct Instruction. Interaksi pemahaman
konsep tinggi Direct Instruction lebih bak dibandingkan interaksi
pemahaman konsep rendah Problem Based Instruction, dan interaksi
243
pemahaman konsep rendah Direct Instruction. Interaksi pemahaman
konsep rendah Problem Based Instruction lebih baik dibandingkan
interaksi pemahaman konsep rendah Direct Instruction.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian ini, maka peneliti memiliki
beberapa saran untuk pembaca maupun peneliti selanjutnya:
1. Pelaksanaan Problem Based Instruction (PBI) memerlukan waktu yang
cukup lama, khususnya pada saat siswa memecahkan masalah sehingga
alokasi waktu harus lebih diperhatikan.
2. Dalam pelaksanaan Problem Based Instruction (PBI) masalah yang
diberikan hendaknya lebih kontekstual dan sesuai dengan kemampuan
siswa yang ada.
3. Materi yang disajikan hendaknya lebih banyak lagi variatif praktikum
dalam konteks pemecahan masalahnya, agar siswa lebih terangsang
kemampuan pemecahan masalahnya dalam diskusi kelompok.
244
Daftar Pustaka
Adeyemo, Sunday. 2008. Students‟ Ability Level and Their Competence in
Problem-Solving Task in Physics. International Journal of Educational
Research and Technology, Vol 1 [2].
Arends, Richard. 2008. Learning To Teach. New York: McGraw Hill Companies.
Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Asmani, J. 2009. Jurus-Jurus Belajar Efektif Untuk SMP dan SMA. Yogyakarta:
Diva Press.
Chakravarthi, Srikumar., Judson, John., Vijayan, Priya. 2009. An Evaluative
Study On Comparison Of Problem Based Learning And Lecture Based
Pedagogy On Self Directed Learning In Undergraduate Medical Education.
Indian
Journal
of Science and Technology,
Vol.2 No.
12
(http://dec09chakrav-28.pdf, diakses pada Maret 2012).
Chin, Christine., Chia, Li-Gek. 2005. Problem-Based Learning: Using IIStructured
Problems
in
Biology
Project
Work.
(
www.interscience.wiley.com)
Dahar, R. 1991. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Rineka cipta.
Efendi, Ridwan. 2010. Kemampuan Fisika Siswa Indonesia Dalam TIMSS
(Trend Of International On Mathematics And Science Study).
(Online), Prosiding Seminar Nasional Fisika 2010 (http://www.fi.itb.ac.id/~
dede/Seminar%20HFI%202010/CD%20Proceedings/Proceedings/FP%2012.
pdf, diakses 2011).
Ganina, Svetlana., Voolaid, Henn. 2008. The influence Of problem solving on
studying Effectiveness in physics.
Hamalik, O. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Ibrahim, dan Nur. 2004. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Penerbit UNESA.
J, John., Anne, Mary., 2008. Model Bassed Learning and Instruction In Science,
USA: Springer
245
Jihad, Asep. 2006. Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik
Siswa dengan Metode IMPROVE Disertai Embedded Test
(Studi Eksperimen di SMA Negeri 1 Kota Pinang). Tesis tidak
dipublikasikan. UPI: Bandung
Jauhari, Mohammad. 2011. Implementasi PAIKEM dari Behavioristik Sampai
Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustakarya.
Made, I., Praginda,Wandy. 2009. Hakikat IPA dan Pendidikan IPA. Bandung:
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam.
Marzuki. 2012. Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi
Matematika Antara Siswa yang Diberi Pembelajaran Berbasis Masalah
Dengan Pembelajaran Langsung. Tesis: Pascasarjana UNIMED.
Matthews, Brian. 2004. The Effect Of Direct And Problem-Based Learning
Instruction In An Undergraduate Introductory Engineering Graphics
Course. US: North Carolina State University.
NN. ____. Bab II Upaya Membangun Kualitas Sumber Daya Manusia Melalui
Pembelajaran Fisika Di Sekolah, (Online), (http://repository.upi.edu/operat
or/upload/d_ipa__029762_chapter2.pdf, diakses pada 7 maret 2012)
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Panjaitan, Patuan. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBI)
Dengan Bantuan Peta Konsep dan Sebagai Upaya Meningkatkan
Pemahaman Konsep dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa. Tesis
dipublikasikan. Medan: PPs UNIMED.
Richards, Debbie., Cameron, Leanne. 2005. Applying Learning Design Concepts
To Problem- Based Learning, (Online), (http://lams2008sydney.lamsfoundat
ion.org/pdfs/04g.pdf, diakses 5 maret 2012)
Riduwan., Rusyana, Adun., Enas. 2011. Cara Mudah Belajar SPSS Versi 17.0
dan Aplikasi Statistk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Santyasa, I. 2009. Pengembangan Pemahaman Konsep dan Kemampuan
Pemecahan Masalah Fisika Bagi Siswa SMA Dengan Pemberdayaan Model
Perubahan Konseptual Berseting Investigasi Kelompok, (Online), (http://fisi
kasma-online.blogspot.com/2010/03/pemahaman-konsep.html, diakses Mare
t 2012).
246
Sabri, H. 2005. Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching. Jakarta: Quantum
Teaching.
Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Santoso, Singgih. 2006. Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 15.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Subratha, Nyoman. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif dan
Strategi Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Kelas VII C SMP Negeri 1 Sukasada, Jurnal Penelitian dan Pengembangan,
(Online) 1(2), 135-147.
Suhendra. 2005. Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Kelompok Belajar
Kecil Untuk Mengembangkan Kemampuan Siswa SMA Pada Aspek Problem
Solving Matematik (Studi Eksprimen Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1
Belinyu). Tesis tidak dipublikasikan. UPI: Bandung.
Sindelar, Teresa. 2002. The Effectiveness of Problem Based Learning In The
School Science Classroom. Tesis dipublikasikan. USA: Whichita State
University.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Syah, M. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Taplin, Margaret. 2007. Mathematics Through Problem solving, (Online), (http://
www.mathgoodies.com/articles/, diakses Maret 2012).
Taufiq, M. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Trianto. 2005. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivis.
Surabaya: Prestasi Pustaka.
Usman, Husaini. 2011. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara.
Yusof, Khairiyah Mohd., Aziz, Azila Abdul., dkk. 2004. Problem Based Learning
in Engineering Education: A Viable Alternative for Shaping Graduates for
247
st
the 21 Century? Makalah disajikan dalam Conference on Engineering
Education, Kuala Lumpur, Des 14-15, 2004.
248