Keadaan Politik dan ekonomi pasca pengakuan kedaulatan

(1)

BAB IV

Peristiwa-Peristiwa

Politik dan Ekonomi

Indonesia Pasca

Pengakuan Kedaulatan


(2)

A. Proses Kembali ke Negara

Kesatuan

RI (NKRI)

- tanggal 27 Desember 1949 Indonesia mendapat pengakuan kedaulatan dari Belanda

- Bentuk negara Indonesia adalah Republik Indonesia Serikat (RIS) - UUD yang berlaku adalah UUD RIS

- Berdasarkan UUD RIS, maka bentuk negaranya adalah FEDERAL yang terdiri dari 7

negara bagian dan 9 daerah otonom. Adapun tujuh negara bagian RIS tersebut adalah :

(1) Sumatera Timur, (2) Sumatera Selatan, (3) Pasundan,

(4) Jawa Timur, (5) Madura,

(6) Negara Indonesia Timur, dan (7) Republik Indonesia (RI).

Sedangkan kesembilan daerah otonom itu adalah: (1) Riau,       (6) Banjar,

(2) Bangka,       (7) Kalimantan Tenggara, (3) Belitung,        (8) Kalimantan Timur, dan (4) Kalimantan Barat,   (9) Jawa Tengah.


(3)

-  Demokrasi liberal dan Negara federal tidak sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

-  Di daerah muncul tuntutan pembubaran Negara bagian dan menyatakan bergabung

dengan RI

- Sultan Hamid II dari Kalimantan menentang bersatunya Indonesia dibantu oleh

Westerling yang membantai rakyat Sulawesi Selatan dan Bandung. - Indonesia kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan

diberlakukannya Undang-Undang Sementera Tahun 1950 (UUDS 1950)

- Berlakunya UUDS 1950 demokrasi yang diterapkan adalah Demokrasi Liberal dengan

sistem Kabinet Parlementer


(4)

B. Pemilihan Umum I Tahun 1955

- Pemilu I dalaksanakan oleh Kabinet Alisastroamijoyo I pada tahun 1955 yang

dilaksanakan dalam 2 tahap, yaitu :

1. gelombang I, tanggal 29 September 1955 untuk memilih anggota- anggota

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan

2. gelombang II, tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih anggota- anggota

Konstituante (Badan Pembuat Undang- Undang Dasar). -Keluar sebagai pemenang empat besar adalah :

(1) Fraksi Masyumi (2) Fraksi PNI

(3) Fraksi NU (4) Fraksi PKI


(5)

C. Dekrit Presiden Tanggal 5 Juli 1959 dan

Pengaruh yang

Ditimbulkannya

- Dengan berlakunya UUDS 1950, demokrasi yang diterapkan adalah Demokrasi

Liberal dengan sistem Kabinet Parlementer ternyata membuat situasi politik

Indonesia kacau. Hal ini karena terjadi saling berebut kekuasaan dan beberapa

daerah ingin memisahkan diri dari NKRI

- Karena keadaan politik yang tidak stabil maka Presiden Soekarno pada tanggal

21 Februari 1957 mengemukakan konsepnya yang terkenal

dengan “Konsepsi

Presiden” yang isinya antara lain sebagai berikut.

1. Sistem Demokrasi Liberal akan diganti dengan Demokrasi Terpimpin.

2. Akan dibentuk “Kabinet Gotong Royong”, yang menteri-menterinya terdiri

atas orang-orang dari empat partai besar ( PNI, Masyumi, NU, dan PKI).

3. Pembentukan Dewan Nasional yang terdiri atas golongan-golongan

fungsional dalam masyarakat. Dewan ini bertugas memberi nasihat kepada

kabinet baik diminta maupun tidak.


(6)

- Konstituante gagal menyusun dasar negara. Persoalan yang menjadi

penyebabnya adalah adanya dua kelompok yakni kelompok partai-partai Islam

yang menghendaki dasar negara Islam dan kelompok partai-partai non-Islam

yang menghendaki dasar negara Pancasila.

- Karena kebuntuan tersebut maka Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit

Presiden pada tenggal 5 Juli 1945 yang isinya : 1) pembubaran Konstituante,

2) berlakunya kembali UUD 1945, dan tidak berlakunya lagi UUD S 1950, serta

3) pemakluman bahwa pembentukan MPRS dan DPAS akan dilakukan dalam

waktu sesingkat-singkatnya.


(7)

Dekrit Presiden 5 Juli 1959 memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan bernegara :

1. bidang politik : semua lembaga negara harus berintikan Nasakom yakni ada

unsur Nasionalis, Agama, dan Komunis

2. bidang ekonomi : pemerintah menerapkan ekonomi terpimpin, yakni kegiatan

ekonomi terutama dalam bidang impor hanya dikuasai orang- orang yang

mempunyai hubungan dekat dengan pemerintah.

3. bidang sosial budaya : pemerintah melarang budaya-budaya yang berbau Barat

dan dianggap sebagai bentuk penjajahan baru atau Neo Kolonialis dan

imperalisme (Nekolim) sebab dalam hal ini pemerintah lebih condong ke Blok

Timur.


(8)

D. Dampak Persoalan Hubungan Pusat Daerah

terhadap Kehidupan

Politik Nasional dan Daerah Sampai Awal Tahun

1960-an

1. Hubungan Pusat-Daerah

- terjadi pertentangan antara Pemerintah Pusat dan beberapa Daerah

karena masalah otonomi serta perimbangan keuangan antara Pusat dan

Daerah.

- hubungan pemerintah pusat dan daerah yang kurang harmonis

mengakibatkan munculnya pemberontakan di daerah-daerah sehingga

mengganggu stabilitas politik.

- beberapa panglima militer di berbagai daerah membentuk dewan-dewan

yang ingin memisahkan diri dari pemerintah pusat, yakni sebagai berikut.

(1) Pada tanggal 20 November 1956 di Padang, Sumatera Barat berdiri Dewan Banteng yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Achmad Husein.

(2) Di Medan, Sumatera Utara berdiri Dewan Gajah yang dipimpin oleh

Kolonel Simbolon.

(3) Di Sumatera Selatan berdiri Dewan Garuda yang dipimpin oleh Kolonel

Barlian.

(4) Di Manado, Sulawesi Utara berdiri Dewan Manguni yang dipimpin oleh

Kolonel Ventje Sumual.


(9)

2. Persaingan Golongan Agama dan Nasionalis

- Partai- partai politik terpecah- pecah dalam berbagai ideologi dan hanya

mementingkan golongannya sendiri.

- a. Kabinet Natsir (6 September 1950-20 Maret 1951)

- Kabinet ini dipimpin oleh Perdana Menteri Mohammad Natsir dari

Masyumi (agama).

- penyebab bubarnya kabinet ini antara lain kegagalan perundingan soal

Irian Barat dengan Belanda

b. Kabinet Sukiman (tanggal 26 April 1951- Februari 1952)

- dipimpin oleh Dr. Sukiman Wirjosandjojo (Masyumi) dan Suwirjo (PNI)

- dibubarkan karena terlalu condong kepada Amerika Serikat c. Kabinet Wilopo (April 1952-2 Juni 1953)

- dipimpin oleh Mr. Wilopo dari PNI.

- masalah yang dihadapi antara lain timbulnya gerakan separatisme,

yakni gerakan yang ingin memisahkan diri dari pemerintah pusat.

d. Kabinet Ali Sastroamidjoyo I (31 Juli 1953 – 24 Juli 1955) - dipimpin oleh Mr. Ali Sastroamidjoyo dari unsur PNI

- jatuh disebabkan adanya persoalan dalam TNI-AD


(10)

C. Pergolakan Sosial Politik

a. Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)

- terjadi tanggal 23 Januari 1950 di Bandung dipimpin Kapten Raymond Westerling Gerombolan ini

memberikan ultimatum kepada pemerintah RIS dan Negara Pasundan agar mereka diakui sebagai

“TentaraPasundan” dan menolak usaha-usaha untuk membubarkan negara boneka tersebut.

b. Pemberontakan Andi Azis

- terjadi tanggal 5 April 1950 di Makassar

- Andi Azis menyatakan bahwa Negara Indonesia Timur harus dipertahankan supaya tetap berdiri

c. Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)

- terjadi tanggal 25 April 1950 yang dilakukan oleh orang-orang Indonesia bekas anggota KNIL

(Koninklijk Nederlands Indisch Leger) yang pro Belanda. Pemberontakan RMS (Republik Maluku

Selatan) dipimpin oleh Dr. Soumokil, bekas Jaksa Agung Negara Indonesia Timur.

d. Pemberontakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dan Pemberontakan Piagam

Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta)

- tanggal 15 Februari 1958 pemberontakan mencapai puncaknya ketika Achmad Husein

memproklamirkan berdirinya “Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia” (PRRI)

- tanggal 1 Maret 1957 Letnan kolonel H.N. Ventje Sumual, panglima TT VII Timur mengikrarkan

gerakan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta).


(1)

C. Dekrit Presiden Tanggal 5 Juli 1959 dan

Pengaruh yang

Ditimbulkannya

- Dengan berlakunya UUDS 1950, demokrasi yang diterapkan adalah Demokrasi

Liberal dengan sistem Kabinet Parlementer ternyata membuat situasi politik

Indonesia kacau. Hal ini karena terjadi saling berebut kekuasaan dan beberapa

daerah ingin memisahkan diri dari NKRI

- Karena keadaan politik yang tidak stabil maka Presiden Soekarno pada tanggal

21 Februari 1957 mengemukakan konsepnya yang terkenal dengan “Konsepsi

Presiden” yang isinya antara lain sebagai berikut.

1. Sistem Demokrasi Liberal akan diganti dengan Demokrasi Terpimpin.

2. Akan dibentuk “Kabinet Gotong Royong”, yang menteri-menterinya terdiri

atas orang-orang dari empat partai besar ( PNI, Masyumi, NU, dan PKI).

3. Pembentukan Dewan Nasional yang terdiri atas golongan-golongan

fungsional dalam masyarakat. Dewan ini bertugas memberi nasihat kepada

kabinet baik diminta maupun tidak.


(2)

- Konstituante gagal menyusun dasar negara. Persoalan yang menjadi

penyebabnya adalah adanya dua kelompok yakni kelompok partai-partai Islam

yang menghendaki dasar negara Islam dan kelompok partai-partai non-Islam

yang menghendaki dasar negara Pancasila.

- Karena kebuntuan tersebut maka Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit

Presiden pada tenggal 5 Juli 1945 yang isinya : 1) pembubaran Konstituante,

2) berlakunya kembali UUD 1945, dan tidak berlakunya lagi UUD S 1950, serta

3) pemakluman bahwa pembentukan MPRS dan DPAS akan dilakukan dalam

waktu sesingkat-singkatnya.


(3)

Dekrit Presiden 5 Juli 1959 memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan bernegara :

1. bidang politik : semua lembaga negara harus berintikan Nasakom yakni ada

unsur Nasionalis, Agama, dan Komunis

2. bidang ekonomi : pemerintah menerapkan ekonomi terpimpin, yakni kegiatan

ekonomi terutama dalam bidang impor hanya dikuasai orang- orang yang

mempunyai hubungan dekat dengan pemerintah.

3. bidang sosial budaya : pemerintah melarang budaya-budaya yang berbau Barat

dan dianggap sebagai bentuk penjajahan baru atau Neo Kolonialis dan

imperalisme (Nekolim) sebab dalam hal ini pemerintah lebih condong ke Blok

Timur.


(4)

D. Dampak Persoalan Hubungan Pusat Daerah

terhadap Kehidupan

Politik Nasional dan Daerah Sampai Awal Tahun

1960-an

1. Hubungan Pusat-Daerah

- terjadi pertentangan antara Pemerintah Pusat dan beberapa Daerah

karena masalah otonomi serta perimbangan keuangan antara Pusat dan

Daerah.

- hubungan pemerintah pusat dan daerah yang kurang harmonis

mengakibatkan munculnya pemberontakan di daerah-daerah sehingga

mengganggu stabilitas politik.

- beberapa panglima militer di berbagai daerah membentuk dewan-dewan

yang ingin memisahkan diri dari pemerintah pusat, yakni sebagai berikut.

(1) Pada tanggal 20 November 1956 di Padang, Sumatera Barat berdiri Dewan Banteng yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Achmad Husein.

(2) Di Medan, Sumatera Utara berdiri Dewan Gajah yang dipimpin oleh

Kolonel Simbolon.

(3) Di Sumatera Selatan berdiri Dewan Garuda yang dipimpin oleh Kolonel

Barlian.

(4) Di Manado, Sulawesi Utara berdiri Dewan Manguni yang dipimpin oleh

Kolonel Ventje Sumual.


(5)

2. Persaingan Golongan Agama dan Nasionalis

- Partai- partai politik terpecah- pecah dalam berbagai ideologi dan hanya

mementingkan golongannya sendiri.

- a. Kabinet Natsir (6 September 1950-20 Maret 1951)

- Kabinet ini dipimpin oleh Perdana Menteri Mohammad Natsir dari

Masyumi (agama).

- penyebab bubarnya kabinet ini antara lain kegagalan perundingan soal

Irian Barat dengan Belanda

b. Kabinet Sukiman (tanggal 26 April 1951- Februari 1952)

- dipimpin oleh Dr. Sukiman Wirjosandjojo (Masyumi) dan Suwirjo (PNI)

- dibubarkan karena terlalu condong kepada Amerika Serikat c. Kabinet Wilopo (April 1952-2 Juni 1953)

- dipimpin oleh Mr. Wilopo dari PNI.

- masalah yang dihadapi antara lain timbulnya gerakan separatisme,

yakni gerakan yang ingin memisahkan diri dari pemerintah pusat.

d. Kabinet Ali Sastroamidjoyo I (31 Juli 1953 – 24 Juli 1955) - dipimpin oleh Mr. Ali Sastroamidjoyo dari unsur PNI

- jatuh disebabkan adanya persoalan dalam TNI-AD


(6)

C. Pergolakan Sosial Politik

a. Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)

- terjadi tanggal 23 Januari 1950 di Bandung dipimpin Kapten Raymond Westerling Gerombolan ini

memberikan ultimatum kepada pemerintah RIS dan Negara Pasundan agar mereka diakui sebagai

“TentaraPasundan” dan menolak usaha-usaha untuk membubarkan negara boneka tersebut.

b. Pemberontakan Andi Azis

- terjadi tanggal 5 April 1950 di Makassar

- Andi Azis menyatakan bahwa Negara Indonesia Timur harus dipertahankan supaya tetap berdiri

c. Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)

- terjadi tanggal 25 April 1950 yang dilakukan oleh orang-orang Indonesia bekas anggota KNIL

(Koninklijk Nederlands Indisch Leger) yang pro Belanda. Pemberontakan RMS (Republik Maluku

Selatan) dipimpin oleh Dr. Soumokil, bekas Jaksa Agung Negara Indonesia Timur.

d. Pemberontakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dan Pemberontakan Piagam

Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta)

- tanggal 15 Februari 1958 pemberontakan mencapai puncaknya ketika Achmad Husein

memproklamirkan berdirinya “Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia” (PRRI)

- tanggal 1 Maret 1957 Letnan kolonel H.N. Ventje Sumual, panglima TT VII Timur mengikrarkan

gerakan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta).