Bedah Buku Politik Kelas Menengah Muslim (2)

Bedah Buku Politik Kelas Menengah Muslim Indonesia
Senin, 03 April 2017 WIB, Oleh: Satria

Santrinisasi dan resantrisasi kelas menengah berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
kelompok kelas menengah muslim di Indonesia. Hal ini mengemuka dalam bedah buku Politik Kelas
Menengah Muslim Indonesia di Fisipol UGM belum lama ini. Bedah buku menghadirkan penulisnya,
Wasisto Raharjo Jati, serta dosen Departemen Politik dan Pemerintahan, Fisipol UGM, Hasrul Hanif.
Pada bedah buku itu Wasis banyak memaparkan terkait kelas menegah muslim Indonesia dan
kaitanya dengan politik.
Wasis memulai penjelasannya dengan menjambarkan definisi kelas menengah lalu siapa yang
disebut kelas mengenah muslim Indonesia.Wasis menggunakan definisi kelas menengah perspektif
Weberian sebagai dasar penjambarannya.
Menurut Wasis yang disebut kelas menengah muslim Indonesia yaitu kelas menengah yang
menggunakan prinsip, norma, dan nilai Islam sebagai identitas individu dan kelompok yang
berkembang sesuai dengan kondisi politik saat itu.
Kelas menengah muslim ini muncul sebagai bentuk diskriminasi dan alienasi terhadap umat
muslim yang kemudian memicu aktivitas borjuasi, edukasi, serta filantropi sebagai simbol
kebangkitan politik, jelas Wasis.
Ia juga menjelaskan bahwa santriniasasi dan resantrisasi kelas menengah berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan kelompok kelas menengah muslim di Indonesia. Kemunculan kelas
menengah muslim Indonesia dianalisisnya melalui konteks calling dan Asketisme dunia.

Adanya konteks filantropi yang membedakan kelas menengah muslim Indonesia dengan kelas

menengah barat, terang Wasis.
Selanjutnya Wasis juga menerangkan genealogi awal kelas menengah muslim di Indonesia yang
dicapai dan ditempuh melalui tiga aspek, yaitu aspek perdagangan, aspek haji, dan terakhir aspek
pendidikan (jaringan dan transmisi).
Contoh angota kelas menengahnya yaitu kelompok santri, pedagang, dan pemuka agama, ujar
Wasis.
Sementara itu, pada genealogi kelas menengah muslim di Indonesia tahap selanjutnya terjadi
tranformasi dari apa yang disebut Wasis dengan Islam Politik menjadi Islam Sipil . Menurut
Wasis hal itu terjadi saat orde baru berkuasa.
Pada era itu, pembentukan kelas menengah baru dimulai melalui jalur intelektualisme dan
modernisasi, papar Wasis.
Wasis menjelaskan bahwa intelektualisme ditandai dengan munculnya kelompok epistemik kampus
dan berbasis masjid, sedangkan modernisasi dimulai dengan munculnya berbagai produk syariah
dan Islami. Pada akhir pemaparannya, Wasis memberikan kesimpulannya terkait kelas menengah
muslim Indonesia. Menurutnya, kelas menengah muslim Indonesia masih berupaya membangun
eksistensi dan representasi politis dengan upaya beradaptasi dengan modernisasi. Peran kelas
menengah dalam politik informal justru lebih aktif sebagai kelompok kepentingan atau pun
kelompok penekan. (Humas UGM/Catur)

Berita Terkait







Mahasiswa Sejarah Gelar Bedah Buku 'Peradaban Jawa: Dari Mataram Kuno Sampai Majapahit
Akhir'
Bedah Buku: Realita Konflik Kawasan
Pekan Buku dan Pameran Pendidikan 2007
HIMMPAS UGM Gelar Bedah Buku â AIDS dalam Islam⠝
Bedah Buku Koordinasi dan Interaksi Kebijakan Fiskal- Moneter