BAB 4 Peristiwa Politik dan Ekonomi Indonesia Pasca Pengkuan kedaulatan
BAB 4
PERISTIWA POLITIK DAN EKONOMI
INDONESIA
PASCA PENGAKUAN KEDAULATAN
STANDAR KOMPETENSI
Memahami usaha mempertahankan
kemerdekaan
KOMPETENSI DASAR
Mendiskripsikan peristiwa politik
ekonomi Indonesia pasca
pengakuan kedaulatan.
TUJUAN PEMBELAJARAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
Dengan mempelajari bab ini, kamu
diharapkan mampu:
mendeskripsikan kembalinya bentuk
negara dariRepublik Indonesia
Serikat
ke Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
mengidentifikasi hal-hal yang terjadi
pada periode sebelum pemilihan
umum;
mendeskripsikan jalannya pemilihan
umum pertama di Indonesia;
mendeskripsikan periode setelah
Pemilihan umum pertama;
mengidentifikasi kehidupan ekonomi
pasca pengakuan kedaulatan.
PETA KONSEP
KEMBALI KE NEGARA
KESATUAN REPUBLIK
INDONESIA
Berdasarkan persetujuan KMB Republik
Indonesia Serikat (RIS) terdiri dari 16 negara
bagian.
Dalam perkembangannya, sebagian besar
negara-negara bagian tidak menyenangi
bentuk negara serikat ini. Hal ini terbukti dari
kenyataan bahwa sampai April 1950 sudah 13
negara bagian yang bergabung dengan
Republik Indonesia Yogyakarta.
Dengan demikian yang tinggal adalah Negara
Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur
(NIT), dan Negara Sumatra Timur (NST).
Ketiga negara ini kemudian bersama RIS
sepakat untuk kembali ke negara kesatuan
dan bukan melebur dalam Republik Indonesia.
KEMBALI KE NEGARA
KESATUAN REPUBLIK
INDONESIA
Upaya untuk membentuk NKRI (Negara
Kesatuan RI) dibuktikn dengan
diselenggarakannya Konferensi Segitiga
antara RIS-NIS-NST pada 8 April 1950.
Dari hasil konferensi tersebut, kedua negara
bagian menyerahkan mandatnya kepada PM
RIS Moh. Hatta pada 12 Mei 1950.
Untuk mencapai tujuan ini maka UUD RIS
diganti dengan UUD Sementara Republik
Indonesia (UUDS) 1950.
UUDS 1950 ini disahkan oleh Presiden RIS
pada 15 Agustus dan mulai berlaku pada 17
Agustus 1950.
Dengan demikian, usia RIS hanya 8 bulan.
PERIODE SEBELUM
PEMILIHAN UMUM
Dalam sistem demokrasi liberal,
Parlemen (DPR) dapat menjatuhkan
pemerintah (eksekutif) bila tidak
mendapat dukungan dari wakil-wakil
rakyat.
Hal ini bisa terjadi karena perdana
menteri dan kabinetnya bertanggung
jawab kepada parlemen.
Sejak tahun 1950 hingga
terselenggaranya pemilu yang
pertama tahun 1955 telah terjadi
lima kali pergantian Pemerintahan.
KABINET-KABINET
DI INDONESIA 1950-1959
PEMILIHAN UMUM
PERTAMA DI INDONESIA
Pada tanggal 29 September 1955
diselenggarakan pemilu untuk
memilih anggota DPR yang
berjumlah 272 orang.
Pelaksanaan pemilu berjalan amat
demokratis.
Untuk pemungutan suaranya,
Indonesia dibagi dalam 16 daerah
pemilihan yang meliputi 208
kabupaten, 2.139 kecamatan, dan
43.429 desa.
PEMILIHAN UMUM
PERTAMA DI INDONESIA
1.
2.
3.
4.
5.
Dalam pemilu ini dihasilkan komposisi
anggota DPR sebagai berikut:
Partai Masyumi memperoleh 60 wakil.
PNI memperoleh 58 wakil.
Partai NU memperoleh 47 wakil.
PKI mendapat 32 wakil.
Sementara partai-partai lain hanya
memperoleh kursi masing-masing
kurang dari 12.
Anggota DPR hasil pemilu tahun 1955
dilantik pada tanggal 20 Maret 1956.
PEMILIHAN UMUM
PERTAMA DI INDONESIA
Pemilu tahap kedua yang diadakan
pada tanggal 15 Desember 1955 ini
bertujuan untuk memilih para
anggota Dewan Konstituante.
Dewan ini nantinya akan bertugas
untuk menyusun UUD yang tetap.
Anggota Dewan Konstituante
ditetapkan 542 orang.
Anggota dewan ini dilantik pada
tanggal 10 November 1956.
PERBANDINGAN FRAKSIFRAKSI DI DPR HASIL
PEMILU I
PERIODE SETELAH
PEMILIHAN UMUM
PERTAMA
KEHIDUPAN EKONOMI
PASCA PENGAKUAN
KEDAULATAN
1.
2.
3.
4.
Pasca pengakuan kedaulatan,
keadaan ekonomi Indonesia
mengalami defisit keuangan.
Keadaan tersebut dicoba diatasi
dengan pelaksanaan:
Kebijakan moneter.
Nasionalisasi De Javasche Bank.
Program Banteng.
Pembentukan BPN.
DEKRIT PRESIDEN
5 JULI 1959
LATAR BELAKANG
DEKRIT PRESIDEN 5 JULI
1959
Latar belakang di keluarkannya Dekrit
Presiden 5 Juli1959 oleh Presiden
Soekarno dikarenakan macetnya
sidang Dewan Konstituante untuk
membentuk UUD.
Selain itu ada desakan untuk kembali
ke UUD 1945.
DEKRIT PRESIDEN
5 JULI 1959
1.
2.
3.
Pada 5 Juli 1959 pukul 17.00 dalam upacara
resmi di Istana Negara, Presiden Soekarno
mengumumkan Dekrit Presiden.
Adapun isi pokok Dekrit Presiden 5 Juli 1959
tersebut yaitu:
Pembubaran Konstituante.
Berlakunya kembali UUD 1945.
Tidak berlakunya UUD 1950 (UUDS).
Di samping ketiga hal tersebut, ditetapkan
pula bahwa akan segera dibentuk Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS)
dan Dewan Pertimbangan Agung Sementara
(DPAS).
DEKRIT PRESIDEN
5 JULI 1959
Kegagalan yang
dialami oleh
Dewan
Konstituante
dalam membuat
UUD membuat
Presiden Soekarno
mengeluarkan
Dekrit Presiden 5
Juli 1959.
LATAR BELAKANG
DEKRIT PRESIDEN 5 JULI
1959
Demokrasi terpimpin berlaku di Indonesia sejak
dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Dalam sistem ini, tetap ada kebebasan, tetapi
dibatasi dengan alasan demi kepentingan rakyat
banyak dan keselamatan negara.
Pada masa demokrasi terpimpin dibentuk
lembaga tertinggi negara Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS)
dan lembaga-lembaga tinggi negara lainnya.
Selain itu, dibentuk pula Dewan Perancang
Nasional dan Front Nasional berdasarkan
Keppres (Keputusan Presiden).
BERLAKUNYA
DEMOKRASI TERPIMPIN
Tugas MPRS hanya menetapkan garis-garis besar haluan
negara. Sementara DPR hasil pemilihan umum 1955 tetap
berjalan hingga terbentuk DPR yang baru.
Namun, DPR hasil Pemilu 1955 ini kemudian dibubarkan
presiden setelah menolak APBN yang diajukan pemerintah.
Tindakan itu diikuti dengan pembentukan DPR baru. DPR
baru itu disebut DPR Gotong Royong (DPR-GR).
Keseluruhan anggota DPR-GR ini ditunjuk oleh Presiden
Soekarno dengan komposisi dari PNI, NU, PKI, dan
anggota nonpartai.
Pada masa Demokrasi Terpimpin presiden bukan hanya
memimpin badan eksekutif (pemerintahan) tetapi juga
memimpin semua lembaga negara yang ada.
Oleh karena itu, tidak heran MPRS kemudian menetapkan
Soekarno sebagai presiden seumur hidup dengan gelar
Pemimpin Besar Revolusi.
Hal ini merupakan kenyataan bahwa demokrasi terpimpin
telah melakukan penyimpangan terhadap UUD 1945.
PEMBENTUKAN
KABINET KERJA
Setelah lembaga-lembaga tertinggi dan tinggi
negara dibentuk, Presiden Soekarno membentuk
kabinet.
Tujuannya untuk melengkapi sistem
pemerintahan. Kabinet ini terdiri dari orang-orang
yang ditunjuk presiden sebagai mandataris MPRS.
Di antaranya adalah ketua dan wakil ketua
lembaga tertinggi dan tinggi negara, serta
anggota partai.
Kabinet ini kemudian dinamakan Kabinet Kerja
dengan menteri pertamanya adalah Ir. Djuanda.
Program kerja kabinet ini adalah mencukupi
kebutuhan sandang-pangan, menciptakan
keamanan negara, dan mengembalikan Irian
Barat.
SENTRALISASI
PEMERINTAHAN
Dalam menjalankan pemerintahan,
Presiden Soekarno berusaha
menyatukan paham-paham yang
berkembangdalam masyarakat.
Paham ini dikenal sebagai Nasakom
(Nasionalisme, agama, dan komunis).
Untuk menggalang persatuan, Presiden
Soekarno juga mengemukakan ajaran
Resopim (Revolusi, Sosialisme
Indonesia, dan Pimpinan Nasional).
SENTRALISASI
PEMERINTAHAN
Sementara itu, di bidang militer TNI dan
Polri disatukan menjadi ABRI (Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia).
ABRI juga diakui sebagai golongan fungsional
(karya) yang berdasarkan ketentuan dalam
UUD 1945 mempunyai wakil di MPRS.
Presiden mengambil alih secara langsung
pimpinan tertinggi ABRI dengan membentuk
Komando Operasi Tertinggi (Koti ).
Masing-masing angkatan (AD, AL, AU, dan
Polri) berdiri sendiri-sendiri dan dipimpin
seorang menteri/panglima yang langsung
berada di bawah Presiden Soekarno.
PENYIMPANGAN
POLITIK LUAR NEGERI
BEBAS
AKTIF
Pada masa demokrasi terpimpin ini, terjadi
penyimpangan politik luar negeri Indonesia
yang bebas aktif.
Penyimpangan tersebut antara lain adalah
adanya pandangan Oldefo dan Nefo.
Konfrontasi dengan Malaysia yang
mengakibatkan Indonesia menyatakan
keluar dari PBB.
Penyimpangan yang paling besar adalah
dengan semakin dekatnya pemerintah
Indonesia dengan Blok Timur.
Hal ini menyalahi politik Indonesia yang
bebas aktif, politik yang tidak memihak
kepada salah satu negara (blok).
OLDEFO DAN NEFO
Kekuatan kapitalis yang disebut
Presiden Soekarno adalah Old
Emerging Force (Oldefo) dan
kekuatan anti kapitalis disebut New
Emerging Force (Nefo).
Indonesia masuk ke dalam Nefo
dan semakin dekat ke blok timur
yang mayoritas adalah anggota
Nefo.
KONFRONTASI
DENGAN MALAYSIA
Konfrontasi dengan Malaysia dilatar
belakangi berdirinya negara federasi
Malaysia pada tahun 1963.
Indonesia menganggap Malaysia
bentukan negara-negara barat dan
mengambil kebijakan konfrontasi dengan
Malaysia.
Persiapan militer dilaksanakan dengan
dikeluarkan kebijakan Dwikora (Dwi
Komando Rakyat) oleh Presiden Soekarno.
KONFRONTASI
DENGAN MALAYSIA
Proklamasi
kemerdekaan Federasi
Malaysia pada tahun
1957 oleh Teungku
Abdul Rahman Putra AlHaj.
Pada perkembangannya
Federasi Malaysia
berencana untuk
membentuk negara
Federasi Malaysia, yang
akhirnya menimbulkan
ketegangan dengan
Indonesia.
DWIKORA
Bunyi Dwikora ini adalah:
1. Perhebat ketahanan revolusi
Indonesia.
2. Bantu perjuangan revolusioner
rakyat Malaya, Singapura,
Serawak, Sabah, dan Brunei untuk
memerdekakan diri dan
menggagalkan negara boneka
Malaysia.
EKONOMI TERPIMPIN
Pada masa demokrasi terpimpin, inflasi juga cukup
besar. Untuk mengatasi masalah ini dikeluarkanlah
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No.2
tahun 1959 yang mulai berlaku tanggal 25 Agustus
1959.
Peraturan itu ditujukan untuk mengurangi banyaknya
uang yang beredar. Selain itu dilakukan pula
pembekuan sebagian simpanan di Bank.
Tindakan-tindakan moneter ini tidak mencapai
sasarannya karena pemerintah tidak mempunyai
kemauan kuat untuk menahan diri dalam
melaksanakan proyekproyek raksasa, seperti Ganefo
dan Conefo (Games of New Emerging Forces dan
Conference of The New Emerging Forces).
KONFRONTASI
DENGAN MALAYSIA
Proklamasi
kemerdekaan Federasi
Malaysia pada tahun
1957 oleh Teungku
Abdul Rahman Putra AlHaj.
Pada perkembangannya
Federasi Malaysia
berencana untuk
membentuk negara
Federasi Malaysia, yang
akhirnya menimbulkan
ketegangan dengan
Indonesia.
PERGOLAKAN SOSIAL
POLITIK
1. Latar Belakang
Pemilihan umum I tahun 1955 belum dapat
membawa perubahan menuju kesejahteraan
bagi rakyat Indonesia. Hal tersebut
menimbulkan protes di daerah terhadap
pemerintah pusat.
PEMBERONTAKAN PASCA PENGAKUAN
KEDAULATAN
1. Pemberontakan
APRA
2. Pemberontakan
Andi Aziz
3. Pemberontakan
RMS
1.
Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) – Raymond
Westerling 23 Januari 1950.
Gerakan ini dibantu oleh Bekas tentara Belanda (KNIL)
yang menolak bentuk negara Kesatuan dan
mendukung negara Federal dan menuntut agar bekas
tentara Belanda ditetapkan menjadi tentara negara
bagian yang ditempati. Karena tuntutan tidak
diperhatikan melakukan teror pembunuhan 800
tentara KNIL termasuk TNI yang ditemuinya di kota
Bandung.
Operasi penumpasan dilakukan oleh TNI, Gerombolan
APRA dapat dihancurkan sedang Westerling melarikan
diri ke Luar Negeri.
2. Pemberontakan Andi Aziz – Andi Aziz di Makasar ( 5
April 1950 )
Gerakan ini dilakukan oleh mantan tentara Belanda
yang tergabung dalam KNIL karena tidak puas atas
kehadiran TNI yang akan mengamankan situasi di
Makasar karena sering bentrok antar masyarakat yg
pro persatuan dan pro Federal.
Pasukan Andi Aziz berhasil menduduki sarana penting
di Makasar dan menahan Panglima Tentara Teritorium
Indonesia Timur “Letkol. A.J. Mokoginta”
Pemerintah mengirim pasukan ekspedisi dipimpin Kol.
A.E. Kawilarang 26 April 1950; pemberontakan dapat
dipadamkan dan pasukan Andi Aziz menyerah.
3. Republik Maluku Selatan (RMS) – Dr. Ch.R.S.
Soumokil ( 25 April 1950 ).
Berdirinya RMS didukung KNIL dan sisa pasukan
Andi Aziz yang melarikan diri ke Maluku.
Pada awalnya pemerintah bersikap lunak untuk
penyelesaian secara damai dg mengirim “dr. J.
Leimena” untuk berunding tapi ditolak RMS.
Pemerintah mengirim ekspedisi untuk menumpas
RMS dipimpin Kol. A.E. Kawilarang 14 Juli 1950
mendarat di Laha (P. Buru), dalam di Seram dan
Ambon banyak korban di kedua belah pihak;
namun akhirnya dapat dikuasai TNI sedang sisa
pasukan RMS melarikan diri ke hutan-hutan.
PERISTIWA POLITIK DAN EKONOMI
INDONESIA
PASCA PENGAKUAN KEDAULATAN
STANDAR KOMPETENSI
Memahami usaha mempertahankan
kemerdekaan
KOMPETENSI DASAR
Mendiskripsikan peristiwa politik
ekonomi Indonesia pasca
pengakuan kedaulatan.
TUJUAN PEMBELAJARAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
Dengan mempelajari bab ini, kamu
diharapkan mampu:
mendeskripsikan kembalinya bentuk
negara dariRepublik Indonesia
Serikat
ke Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
mengidentifikasi hal-hal yang terjadi
pada periode sebelum pemilihan
umum;
mendeskripsikan jalannya pemilihan
umum pertama di Indonesia;
mendeskripsikan periode setelah
Pemilihan umum pertama;
mengidentifikasi kehidupan ekonomi
pasca pengakuan kedaulatan.
PETA KONSEP
KEMBALI KE NEGARA
KESATUAN REPUBLIK
INDONESIA
Berdasarkan persetujuan KMB Republik
Indonesia Serikat (RIS) terdiri dari 16 negara
bagian.
Dalam perkembangannya, sebagian besar
negara-negara bagian tidak menyenangi
bentuk negara serikat ini. Hal ini terbukti dari
kenyataan bahwa sampai April 1950 sudah 13
negara bagian yang bergabung dengan
Republik Indonesia Yogyakarta.
Dengan demikian yang tinggal adalah Negara
Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur
(NIT), dan Negara Sumatra Timur (NST).
Ketiga negara ini kemudian bersama RIS
sepakat untuk kembali ke negara kesatuan
dan bukan melebur dalam Republik Indonesia.
KEMBALI KE NEGARA
KESATUAN REPUBLIK
INDONESIA
Upaya untuk membentuk NKRI (Negara
Kesatuan RI) dibuktikn dengan
diselenggarakannya Konferensi Segitiga
antara RIS-NIS-NST pada 8 April 1950.
Dari hasil konferensi tersebut, kedua negara
bagian menyerahkan mandatnya kepada PM
RIS Moh. Hatta pada 12 Mei 1950.
Untuk mencapai tujuan ini maka UUD RIS
diganti dengan UUD Sementara Republik
Indonesia (UUDS) 1950.
UUDS 1950 ini disahkan oleh Presiden RIS
pada 15 Agustus dan mulai berlaku pada 17
Agustus 1950.
Dengan demikian, usia RIS hanya 8 bulan.
PERIODE SEBELUM
PEMILIHAN UMUM
Dalam sistem demokrasi liberal,
Parlemen (DPR) dapat menjatuhkan
pemerintah (eksekutif) bila tidak
mendapat dukungan dari wakil-wakil
rakyat.
Hal ini bisa terjadi karena perdana
menteri dan kabinetnya bertanggung
jawab kepada parlemen.
Sejak tahun 1950 hingga
terselenggaranya pemilu yang
pertama tahun 1955 telah terjadi
lima kali pergantian Pemerintahan.
KABINET-KABINET
DI INDONESIA 1950-1959
PEMILIHAN UMUM
PERTAMA DI INDONESIA
Pada tanggal 29 September 1955
diselenggarakan pemilu untuk
memilih anggota DPR yang
berjumlah 272 orang.
Pelaksanaan pemilu berjalan amat
demokratis.
Untuk pemungutan suaranya,
Indonesia dibagi dalam 16 daerah
pemilihan yang meliputi 208
kabupaten, 2.139 kecamatan, dan
43.429 desa.
PEMILIHAN UMUM
PERTAMA DI INDONESIA
1.
2.
3.
4.
5.
Dalam pemilu ini dihasilkan komposisi
anggota DPR sebagai berikut:
Partai Masyumi memperoleh 60 wakil.
PNI memperoleh 58 wakil.
Partai NU memperoleh 47 wakil.
PKI mendapat 32 wakil.
Sementara partai-partai lain hanya
memperoleh kursi masing-masing
kurang dari 12.
Anggota DPR hasil pemilu tahun 1955
dilantik pada tanggal 20 Maret 1956.
PEMILIHAN UMUM
PERTAMA DI INDONESIA
Pemilu tahap kedua yang diadakan
pada tanggal 15 Desember 1955 ini
bertujuan untuk memilih para
anggota Dewan Konstituante.
Dewan ini nantinya akan bertugas
untuk menyusun UUD yang tetap.
Anggota Dewan Konstituante
ditetapkan 542 orang.
Anggota dewan ini dilantik pada
tanggal 10 November 1956.
PERBANDINGAN FRAKSIFRAKSI DI DPR HASIL
PEMILU I
PERIODE SETELAH
PEMILIHAN UMUM
PERTAMA
KEHIDUPAN EKONOMI
PASCA PENGAKUAN
KEDAULATAN
1.
2.
3.
4.
Pasca pengakuan kedaulatan,
keadaan ekonomi Indonesia
mengalami defisit keuangan.
Keadaan tersebut dicoba diatasi
dengan pelaksanaan:
Kebijakan moneter.
Nasionalisasi De Javasche Bank.
Program Banteng.
Pembentukan BPN.
DEKRIT PRESIDEN
5 JULI 1959
LATAR BELAKANG
DEKRIT PRESIDEN 5 JULI
1959
Latar belakang di keluarkannya Dekrit
Presiden 5 Juli1959 oleh Presiden
Soekarno dikarenakan macetnya
sidang Dewan Konstituante untuk
membentuk UUD.
Selain itu ada desakan untuk kembali
ke UUD 1945.
DEKRIT PRESIDEN
5 JULI 1959
1.
2.
3.
Pada 5 Juli 1959 pukul 17.00 dalam upacara
resmi di Istana Negara, Presiden Soekarno
mengumumkan Dekrit Presiden.
Adapun isi pokok Dekrit Presiden 5 Juli 1959
tersebut yaitu:
Pembubaran Konstituante.
Berlakunya kembali UUD 1945.
Tidak berlakunya UUD 1950 (UUDS).
Di samping ketiga hal tersebut, ditetapkan
pula bahwa akan segera dibentuk Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS)
dan Dewan Pertimbangan Agung Sementara
(DPAS).
DEKRIT PRESIDEN
5 JULI 1959
Kegagalan yang
dialami oleh
Dewan
Konstituante
dalam membuat
UUD membuat
Presiden Soekarno
mengeluarkan
Dekrit Presiden 5
Juli 1959.
LATAR BELAKANG
DEKRIT PRESIDEN 5 JULI
1959
Demokrasi terpimpin berlaku di Indonesia sejak
dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Dalam sistem ini, tetap ada kebebasan, tetapi
dibatasi dengan alasan demi kepentingan rakyat
banyak dan keselamatan negara.
Pada masa demokrasi terpimpin dibentuk
lembaga tertinggi negara Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS)
dan lembaga-lembaga tinggi negara lainnya.
Selain itu, dibentuk pula Dewan Perancang
Nasional dan Front Nasional berdasarkan
Keppres (Keputusan Presiden).
BERLAKUNYA
DEMOKRASI TERPIMPIN
Tugas MPRS hanya menetapkan garis-garis besar haluan
negara. Sementara DPR hasil pemilihan umum 1955 tetap
berjalan hingga terbentuk DPR yang baru.
Namun, DPR hasil Pemilu 1955 ini kemudian dibubarkan
presiden setelah menolak APBN yang diajukan pemerintah.
Tindakan itu diikuti dengan pembentukan DPR baru. DPR
baru itu disebut DPR Gotong Royong (DPR-GR).
Keseluruhan anggota DPR-GR ini ditunjuk oleh Presiden
Soekarno dengan komposisi dari PNI, NU, PKI, dan
anggota nonpartai.
Pada masa Demokrasi Terpimpin presiden bukan hanya
memimpin badan eksekutif (pemerintahan) tetapi juga
memimpin semua lembaga negara yang ada.
Oleh karena itu, tidak heran MPRS kemudian menetapkan
Soekarno sebagai presiden seumur hidup dengan gelar
Pemimpin Besar Revolusi.
Hal ini merupakan kenyataan bahwa demokrasi terpimpin
telah melakukan penyimpangan terhadap UUD 1945.
PEMBENTUKAN
KABINET KERJA
Setelah lembaga-lembaga tertinggi dan tinggi
negara dibentuk, Presiden Soekarno membentuk
kabinet.
Tujuannya untuk melengkapi sistem
pemerintahan. Kabinet ini terdiri dari orang-orang
yang ditunjuk presiden sebagai mandataris MPRS.
Di antaranya adalah ketua dan wakil ketua
lembaga tertinggi dan tinggi negara, serta
anggota partai.
Kabinet ini kemudian dinamakan Kabinet Kerja
dengan menteri pertamanya adalah Ir. Djuanda.
Program kerja kabinet ini adalah mencukupi
kebutuhan sandang-pangan, menciptakan
keamanan negara, dan mengembalikan Irian
Barat.
SENTRALISASI
PEMERINTAHAN
Dalam menjalankan pemerintahan,
Presiden Soekarno berusaha
menyatukan paham-paham yang
berkembangdalam masyarakat.
Paham ini dikenal sebagai Nasakom
(Nasionalisme, agama, dan komunis).
Untuk menggalang persatuan, Presiden
Soekarno juga mengemukakan ajaran
Resopim (Revolusi, Sosialisme
Indonesia, dan Pimpinan Nasional).
SENTRALISASI
PEMERINTAHAN
Sementara itu, di bidang militer TNI dan
Polri disatukan menjadi ABRI (Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia).
ABRI juga diakui sebagai golongan fungsional
(karya) yang berdasarkan ketentuan dalam
UUD 1945 mempunyai wakil di MPRS.
Presiden mengambil alih secara langsung
pimpinan tertinggi ABRI dengan membentuk
Komando Operasi Tertinggi (Koti ).
Masing-masing angkatan (AD, AL, AU, dan
Polri) berdiri sendiri-sendiri dan dipimpin
seorang menteri/panglima yang langsung
berada di bawah Presiden Soekarno.
PENYIMPANGAN
POLITIK LUAR NEGERI
BEBAS
AKTIF
Pada masa demokrasi terpimpin ini, terjadi
penyimpangan politik luar negeri Indonesia
yang bebas aktif.
Penyimpangan tersebut antara lain adalah
adanya pandangan Oldefo dan Nefo.
Konfrontasi dengan Malaysia yang
mengakibatkan Indonesia menyatakan
keluar dari PBB.
Penyimpangan yang paling besar adalah
dengan semakin dekatnya pemerintah
Indonesia dengan Blok Timur.
Hal ini menyalahi politik Indonesia yang
bebas aktif, politik yang tidak memihak
kepada salah satu negara (blok).
OLDEFO DAN NEFO
Kekuatan kapitalis yang disebut
Presiden Soekarno adalah Old
Emerging Force (Oldefo) dan
kekuatan anti kapitalis disebut New
Emerging Force (Nefo).
Indonesia masuk ke dalam Nefo
dan semakin dekat ke blok timur
yang mayoritas adalah anggota
Nefo.
KONFRONTASI
DENGAN MALAYSIA
Konfrontasi dengan Malaysia dilatar
belakangi berdirinya negara federasi
Malaysia pada tahun 1963.
Indonesia menganggap Malaysia
bentukan negara-negara barat dan
mengambil kebijakan konfrontasi dengan
Malaysia.
Persiapan militer dilaksanakan dengan
dikeluarkan kebijakan Dwikora (Dwi
Komando Rakyat) oleh Presiden Soekarno.
KONFRONTASI
DENGAN MALAYSIA
Proklamasi
kemerdekaan Federasi
Malaysia pada tahun
1957 oleh Teungku
Abdul Rahman Putra AlHaj.
Pada perkembangannya
Federasi Malaysia
berencana untuk
membentuk negara
Federasi Malaysia, yang
akhirnya menimbulkan
ketegangan dengan
Indonesia.
DWIKORA
Bunyi Dwikora ini adalah:
1. Perhebat ketahanan revolusi
Indonesia.
2. Bantu perjuangan revolusioner
rakyat Malaya, Singapura,
Serawak, Sabah, dan Brunei untuk
memerdekakan diri dan
menggagalkan negara boneka
Malaysia.
EKONOMI TERPIMPIN
Pada masa demokrasi terpimpin, inflasi juga cukup
besar. Untuk mengatasi masalah ini dikeluarkanlah
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No.2
tahun 1959 yang mulai berlaku tanggal 25 Agustus
1959.
Peraturan itu ditujukan untuk mengurangi banyaknya
uang yang beredar. Selain itu dilakukan pula
pembekuan sebagian simpanan di Bank.
Tindakan-tindakan moneter ini tidak mencapai
sasarannya karena pemerintah tidak mempunyai
kemauan kuat untuk menahan diri dalam
melaksanakan proyekproyek raksasa, seperti Ganefo
dan Conefo (Games of New Emerging Forces dan
Conference of The New Emerging Forces).
KONFRONTASI
DENGAN MALAYSIA
Proklamasi
kemerdekaan Federasi
Malaysia pada tahun
1957 oleh Teungku
Abdul Rahman Putra AlHaj.
Pada perkembangannya
Federasi Malaysia
berencana untuk
membentuk negara
Federasi Malaysia, yang
akhirnya menimbulkan
ketegangan dengan
Indonesia.
PERGOLAKAN SOSIAL
POLITIK
1. Latar Belakang
Pemilihan umum I tahun 1955 belum dapat
membawa perubahan menuju kesejahteraan
bagi rakyat Indonesia. Hal tersebut
menimbulkan protes di daerah terhadap
pemerintah pusat.
PEMBERONTAKAN PASCA PENGAKUAN
KEDAULATAN
1. Pemberontakan
APRA
2. Pemberontakan
Andi Aziz
3. Pemberontakan
RMS
1.
Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) – Raymond
Westerling 23 Januari 1950.
Gerakan ini dibantu oleh Bekas tentara Belanda (KNIL)
yang menolak bentuk negara Kesatuan dan
mendukung negara Federal dan menuntut agar bekas
tentara Belanda ditetapkan menjadi tentara negara
bagian yang ditempati. Karena tuntutan tidak
diperhatikan melakukan teror pembunuhan 800
tentara KNIL termasuk TNI yang ditemuinya di kota
Bandung.
Operasi penumpasan dilakukan oleh TNI, Gerombolan
APRA dapat dihancurkan sedang Westerling melarikan
diri ke Luar Negeri.
2. Pemberontakan Andi Aziz – Andi Aziz di Makasar ( 5
April 1950 )
Gerakan ini dilakukan oleh mantan tentara Belanda
yang tergabung dalam KNIL karena tidak puas atas
kehadiran TNI yang akan mengamankan situasi di
Makasar karena sering bentrok antar masyarakat yg
pro persatuan dan pro Federal.
Pasukan Andi Aziz berhasil menduduki sarana penting
di Makasar dan menahan Panglima Tentara Teritorium
Indonesia Timur “Letkol. A.J. Mokoginta”
Pemerintah mengirim pasukan ekspedisi dipimpin Kol.
A.E. Kawilarang 26 April 1950; pemberontakan dapat
dipadamkan dan pasukan Andi Aziz menyerah.
3. Republik Maluku Selatan (RMS) – Dr. Ch.R.S.
Soumokil ( 25 April 1950 ).
Berdirinya RMS didukung KNIL dan sisa pasukan
Andi Aziz yang melarikan diri ke Maluku.
Pada awalnya pemerintah bersikap lunak untuk
penyelesaian secara damai dg mengirim “dr. J.
Leimena” untuk berunding tapi ditolak RMS.
Pemerintah mengirim ekspedisi untuk menumpas
RMS dipimpin Kol. A.E. Kawilarang 14 Juli 1950
mendarat di Laha (P. Buru), dalam di Seram dan
Ambon banyak korban di kedua belah pihak;
namun akhirnya dapat dikuasai TNI sedang sisa
pasukan RMS melarikan diri ke hutan-hutan.