Potensi Cadangan Karbon di Atas Permukaan Tanah di Taman Hutan Raya Pancoran Mas Depok

POTENSI CADANGAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN
TANAH DI TAMAN HUTAN RAYA
PANCORAN MAS DEPOK

DIMAZ DANANG AL-REZA

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi Cadangan
Karbon di Atas Permukaan Tanah di Taman Hutan Raya Pancoran Mas Depok
adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014

Dimaz Danang Al-Reza
NIM E34100043

ABSTRAK
DIMAZ DANANG AL-REZA. Potensi Cadangan Karbon di Atas Permukaan
Tanah di Taman Hutan Raya Pancoran Mas Depok. Dibimbing oleh RACHMAD
HERMAWAN dan LILIK BUDI PRASETYO.
Pemanasan global adalah peningkatan suhu atmosfer, laut, dan ekosistem
darat yang menyebabkan perubahan iklim global. Dalam lingkungan perkotaan,
ruang terbuka hijau selain meningkatkan aspek estetika kota, juga berkontribusi
terhadap penyerapan karbon atmosfer melalui proses fotosintesis dan menyimpan
karbon dalam bentuk biomassa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menentukan potensi cadangan karbon diatas permukaan tanah dan menganalisis
hubungan antara LAI dengan cadangan karbon potensial dipohon, basal areal (luas
bidang dasartegakan/LBDT), kerapatan tegakan di Tahura Pancoran Mas Depok.
Biomassa pohon dan nekromass kayu dihitung berdasarkan persamaan allometrik,

kandungan karbon yang dihitung dari 47% dari biomassa. Potensi cadangan
karbon di Tahura Pancoran Mas Depok adalah 33.92Mg/ha atau potensi cadangan
karbon dengan luas 6ha adalah 203.52MgC. Hasil analisis regresi menunjukkan
bahwa hubungan antara LAI dengan kerapatan tegakan memiliki hubungan yang
paling kuat dari yang lain. Model regresi untuk memperkirakan kerapatan tegakan
adalah kerapatan tegakan = -10.2 + 227 LAI dengan R2 adalah 0.60 dan memiliki
nilai ketepatan adalah12.08%.
Kata kunci: cadangan karbon, kerapatan tegakan, LAI

ABSTRACT
DIMAZ DANANG AL-REZA. Carbon Stocks Potential Above Ground Surface
in Taman Hutan Raya Pancoran Mas Depok. Supervised by RACHMAD
HERMAWAN and LILIK BUDI PRASETYO.
Global warming is the increase temperature of the atmosphere, ocean, and
terrestrial ecosystem that lead to global climate change. In urban environment,
Urban Open Space instead of enhance the aesthetical aspect of town, it also
contribute to atmospheric carbon absorbtion through photosynthesis process and
store the carbon in the form of biomass. The objectives of this research are to
determine the potential of carbon stocks above ground surface and analyze the
relationship between LAI with potential carbon stocks in trees, Basal area (luas

bidang dasar tegakan/LBDT), stand density at Tahura Pancoran Mas,
Depok. Biomass of trees and woody nekromass calculated based on allometric
equations, the calculated carbon content of 47% of the biomass. Carbon stocks
potential in Tahura Pancoran Mas, Depok was 33.92 Mg/ha or carbon stocks
potential with an area of 6 ha was 203.52 Mg C. The result of regression analysis
shows that a relationship between LAI with stand density has the strongest
relationship than the other. Regression model to estimate stand density is the stand
density = -10.2 + 227 LAI with R2 is 0.60 and has a value of accuracy is 12.08%.
Key words: carbon stocks, LAI, stand density

POTENSI CADANGAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN
TANAH DI TAMAN HUTAN RAYA
PANCORAN MAS DEPOK

DIMAZ DANANG AL-REZA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Potensi Cadangan Karbon di Atas Permukaan Tanah di Taman
Hutan Raya Pancoran Mas Depok
Nama
: Dimaz Danang Al-Reza
NIM
: E34100043

Disetujui oleh

Dr Ir Rachmad Hermawan, MScF
Pembimbing I


Prof Dr Ir Lilik Budi Prasetyo, MSc
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret sampai April ini
ialah cadangan karbon, dengan judul Potensi Cadangan Karbon di Atas
Permukaan Tanah di Taman Hutan Raya Pancoran Mas Depok.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Rachmad Hermawan,
MScF dan Bapak Prof Dr Ir Lilik Budi Prasetyo, MSc selaku pembimbing, yang
telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan
kepada pegawai Badan Lingkungan Hidup Kota Depok dan petugas lapang

Tahura Pancoran Mas, yang telah membantu selama pengumpulan data.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga, serta
sahabat Nepenthes rafflesiana, Fast track 47 (KVT 2013), HKRB atas segala doa,
kasih sayang, dan dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014
Dimaz Danang Al-Reza

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN


vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

METODE


2

Lokasi dan Waktu

2

Alat dan Bahan

2

Jenis Data

3

Metode Pengumpulan Data

3

Analisis Data


4

HASIL DAN PEMBAHASAN

7

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

7

Komposisi Vegetasi di Tahura Pancoran Mas

8

Potensi Cadangan Karbon di Atas Permukaan Tanah
di Tahura Pancoran Mas

8

Pendugaan Hubungan antara LAI dengan Karbon pada Pohon,

Luas Bidang Dasar Tegakan, dan Kerapatan Tegakan

11

Validasi Model

16

SIMPULAN DAN SARAN

17

Simpulan

17

Saran

17


DAFTAR PUSTAKA

17

LAMPIRAN

20

DAFTAR TABEL
1 Jenis data yang digunakan dalam penelitian
2 Daftar persamaan allometrik yang digunakan untuk menduga nilai
biomassa tersimpan.
3 Potensi cadangan karbon di atas permukaan tanah di Tahura Pancoran
Mas

3
5
9

DAFTAR GAMBAR
1 Plot contoh untuk pengukuran biomassa pohon, nekromasa, tumbuhan
bawah, dan serasah, serta nilai LAI
2 Taman Hutan Raya Pancoran Mas Depok
3 Tutupan tajuk terbuka
4 Tutupan tajuk tertutup
5 Uji normalitas residual LAI dan karbon pada pohon
6 Hubungan antara LAI dan karbon pada pohon
7 Uji normalitas residual LAI dan LBDT
8 Hubungan antara LAI dan LBDT
9 Uji normalitas residual LAI dan kerapatan tegakan
10 Hubungan antara LAI dan kerapatan tegakan

4
8
11
11
12
13
14
14
15
16

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Jenis tumbuhan di Tahura Pancoran Mas, Depok
Karbon pada pohon, LAI, LBDT, dan kerapatan tegakan
Validasi model pendugaan
Foto tutupan tajuk

20
23
24
25

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu penyebab adanya perubahan iklim di bumi adalah pemanasan
global.Pemanasan global merupakan suatu kejadian meningkatnya temperatur
rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi.Penyebab utama pemanasan global
adalah pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi, dan gas
alam yang menghasilkan gas-gas yang mempunyai efek rumah kaca atau disebut
gas rumah kaca (GRK) diantaranya karbondioksida, CFC, CH4, N2O dan lain
sebagainya. Salah satu gas rumah kaca yang berpengaruh besar terhadap
peningkatan suhu permukaan bumi adalah karbondioksida (CO2). Adanya hal ini,
Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki hutan tropis yang terluas di
dunia, ikut berperan aktif dalam upaya mitigasi perubahan iklim dengan
berkomitmen akan mengurangi emisi CO2sebesar 26 % hingga tahun 2020.
Hutan merupakan salah satu penyerap gas CO2 yang penting. Pepohonan di
dalam hutan mengabsorpsi CO2 selama proses fotosintesis dan menyimpannya
sebagai materi organik dalam biomassa pohon (Aminudin 2008). Brown (1997)
menyatakan bahwa hampir 50 % dari biomassa hutan tersusun atas karbon. Hutan
yang semakin rusak baik karena kejadian alam maupun akibat perladangan,
pembalakan, dan kebakaran akan menambah jumlah GRK terutama CO2 yang
diemisikan ke atmosfer dan akan menurunkan fungsi hutan sebagai penghambat
perubahan iklim. Dengan demikian, peningkatan laju kerusakan hutan akan
mengurangi kemampuan hutan dalam menyimpan karbon atau disebut carbon sink.
Maka, untukmembantu mengatasi penurunan fungsi hutan dalam mengurangi
emisi CO2 perlu dibangun hutan kota (Dachlan 2013).
Hutan kota merupakan bagian dari program Ruang Terbuka Hijau (RTH).
UU No. 26 tahun 2007 menyatakan RTH adalah daerah memanjang/jalur dan atau
mengelompok yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
Adanya vegetasi pohon yang ditanam di RTH akan membantu menyerap dan
menyimpan karbon. Salah satu Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah Taman Hutan
Raya (Tahura) Pancoran Mas, Depok. Selain sebagai RTH kawasan tersebut
berdasarkan PP No 28 tahun 2011 merupakan kawasan konservasi yang memiliki
tujuan untuk koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis
asli dan/atau bukan jenis asli, yang tidak invasif dan dimanfaatkan untuk
kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,
budaya, pariwisata, dan rekreasi. Vegetasi yang terdapat di Tahura Pancoran Mas
Depok memiliki potensi cadangan karbon.Tahura Pancoran Mas juga memiliki
leaf area index (LAI) yang merupakan indikator untuk menentukan intensitas
radiasi yang diserap tanaman untuk proses fotosintesis. Menurut Syukri (1997)
dalam Setiawan (2006) menyatakan LAI juga digunakan untuk menduga
evapotranspirasi dan produktivitas primer bersih, kedua nilai dugaan tersebut
secara langsung berhubungan dengan perubahan iklim dan siklus karbon global.
Potensi cadangan karbon dan LAI yang dimiliki oleh RTH Tahura Pancoran
Mas memerlukan kajian mengenai cadangan karbon dan LAI.Penelitian tentang
pengukurancadangan karbon dalam suatu kawasan konservasi sekaligus RTH

2
sampai saat ini masih jarang dilakukan. Oleh karena itu, diperlukan penelitian
mengenai seberapa besar potensi cadangan karbon di atas permukaan tanah dan
hubungan antara nilai LAI dengan potensi cadangan karbon pada pohon, luas
bidang dasar tegakan, dan kerapatan tegakan di Taman Hutan Raya Pancoran Mas
Depok.

Tujuan Penelitian
1.
2.

Tujuan dari penelitian ini adalah
Menentukan potensi cadangan karbon di atas permukaan tanah di Taman
Hutan Raya Pancoran Mas Depok.
Menganalisis hubungan antara LAI dengan potensi cadangan karbonpada
pohon, luas bidang dasar tegakan, kerapatan tegakan di Taman Hutan Raya
Pancoran Mas Depok.

Manfaat Penelitian
1.

2.

Manfaat dari penelitian ini adalah
Memberikan sumber informasi tentang cadangan karbondi atas permukaan
tanah dan LAIdi Tahura Pancoran Mas kepada masyarakat dan pengelola
Tahura Pancoran Mas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kota Depok
Sebagai sumber informasi untuk pengelola dan masyarakat, bahwa Tahura
Pancoran Mas ikut berperan dalam upaya menurunkan emisi CO2 sebesar
26% hingga tahun 2020, sehingga diharapkan pengelola dan masyarakat
dapat bekerjasama untuk meningkatkan pengelolaan Tahura Pancoran Mas
Depok.

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Pancoran Mas Depok, Jawa
Barat dengan luasan 6 ha, pada bulan Maret-April 2014.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kompas, GPS Garmin
76CSx, pita meter, patok, tali rafia, parang, meteran jahit, hagameter, tally sheet,
kantung plastik,label,timbangan, oven, kalkulator, kamera DSLR, lensa fisheye
untuk mendapatkan foto hemiview, tripod, laptop dengan microsoft office (word
dan excel), dan softwere Hemiview2.1, ArcGis 9.3, minitab 16.Bahan yang
digunakan adalah tegakan pohon, tumbuhan bawah (pohon berdiameter < 5 cm,
semak, herba dan rumput-rumputan), serasah, dan nekromasa di Taman Hutan
Raya Pancoran Mas Depok.

3
Jenis Data
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan dan data sekunder
merupakan informasi yang terkait dengan penelitian. Adapun jenis data tersebut
tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis data yang digunakan dalam penelitian
No.

Jenis data

1

Data vegetasi: diameter
dan tinggi pohon,
nekromasa, tumbuhan
bawah, dan serasah
Foto tajuk pohon

Destructive dan
non destructive

Data lapangan

Hemispherical
photograph

Data lapangan

3

Luas Bidang Dasar
Tegakan (LBDT)

Analisis vegetasi

Data lapangan

4

Kerapatan Tegakan

Analisis vegetasi

Data lapangan

5

Kondisi umum lokasi

Studi literatur

Data BLH Kota Depok

6

Nama Botani dan berat
jenis pohon

Studi literatur

Data lapangan dan Data
BLH Kota Depok

2

Metode

Sumber

Metode Pengumpulan Data
Pembuatan Plot Analisis Vegetasi
Pembuatan plot analisis vegetasi digunakan 2 plot contoh yaitu plot contoh
besar dan plot contoh kecil. Plot contoh besar digunakan untuk pengambilan
contoh tegakan pohon, dan nekromasa berkayu berbentuk persegi dengan ukuran
20 m x 20 m (SNI 2011). Plot contoh kecil digunakan untuk tumbuhan bawah dan
serasah berbentuk persegi dengan ukuran 2 m x 2 m yang terletak didalam plot
contoh untuk pohon dan nekromasa berkayu (SNI 2011). Metode yang digunakan
dalam pengambilan contoh pohon dan nekromasa berkayu yaitu dengan metode
random sampling dengan jumlah plot contoh sebesar 40 plot dan berdasarkan
perbedaan vegetasi di lapangan yaitu vegetasi yang kerapatannya jarang
(ilalang/semak) sampai vegetasi yang kerapatannya tinggi (pepohonan).
Pengumpulan data untuk luas bidang dasar tegakan dan kerapatan tegakan pohon
dilakukan dengan analisis vegetasi dan dilakukan penandaan dengan GPS Garmin
76CSx di setiap plot pengamatan. Berikut bentuk plot yang digunakan
ditunjukkan pada Gambar 1.

4

20 m
2m
2m
20 m

Keterangan:
a. Plot pengukuran biomassa pohon dan nekromassa berukuran 20 m x 20 m.
b. Plot contoh pengukuran tumbuhan bawah (pohon berdiameter < 5 cm, semak, herba dan
rumput-rumputan), dan serasah berukuran 2 m x 2 m.
. Titik foto untuk menentukan nilai LAI.

Gambar 1 Plot contoh untuk pengukuran biomassa pohon, nekromasa, tumbuhan
bawah, dan serasah, serta nilai LAI.
Cadangan Karbon
Data yang dikumpulkan didalam plot mulai dari pohon adalah nama jenis,
diameter 5 cm - 30 cm dan > 30 cm yang diukur setinggi dada (DBH = 1.3 m dari
permukaan tanah), keliling pohon, dan tinggi total pohon. Data yang dikumpulkan
dari nekromasa berkayu adalah diameter (lingkar batang) > 5cm dan panjang
(tinggi) semua pohon mati yang berdiri maupun yang roboh, tunggul tanaman
mati.Pengambilan contoh tumbuhan bawah (pohon berdiameter < 5 cm, semak,
herba dan rumput-rumputan) dilakukan dengan metode destructive (merusak
bagian tumbuhan). Pengambilan tumbuhan bawah dan serasah sebanyak 100 gram
di seluruh plot penelitian. Sub-contoh yang telah diambil lalu dikeringkan dalam
oven pada suhu 80oC selama 48 jam hingga kering. Pengovenan dilakukan di
Laboratorium Bagian Konservasi dan Keanekaragaman Tumbuhan IPB (BKKT).
Setelah kering lalu ditimbang berat keringnya dan dicatat didalam tallysheet.
Leaf Area Index (LAI)
Pengambilan gambar tutupan tajuk dengan teknik hemispherical photograph
dilakukan pada 5 titik di dalam plot contoh pengamatan. Waktu pengambilan
gambar pada pagi dan sore atau kondisi mendung, hal ini bertujuan untuk
menghindari difraksi matahari yang dapat mengakibatkan timbulnya bayangan
pada foto, sehingga sukar di analisa (Djumhaer 2003). Posisi dan arah Kamera
DSLR dilengkapi dengan tripod dengan ketinggian ± 1 m, selain itu, lensa fisheye
untuk mengambil gambar tutupan tajuk, posisi atas kamera ketika kamera
menghadap kelangit yaitu mengarah ke utara (Rich 1990).
Analisis Data
Penghitungan berat kering tumbuhan bawahdan serasah
Total berat kering tumbuhan bawah dan serasah dihitung dengan
menggunakan perhitungan sebagai berikut:

5
Total BK (gram)=

x total BB (gram)

Keterangan:
BK
: berat kering (gram)
BB
: berat basah (gram)
Biomassa tersimpan
Pendugaan biomassa dihitung dengan menggunakan persamaan allometrik
yang telah dibuat dan di uji oleh para peneliti sebelumnya.Persamaan allometrik
untuk pohon, tumbuhan non-berkayu, dan nekromasa disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2 Daftar persamaan allometrik yang digunakan
biomassa tersimpan.
Estimasi Biomassa pohon
Jenis pohon
(kg/pohon)
Pohon bercabang
BK = 0.11ρ D2.62
Pohon yang tidak
BK = π ρ H D2/40
bercabang /
Nekromasa (pohon
mati)
Pisang
BK = 0.030 D2.13
Bambu
BK = 0.131 D2.28
Sengon
BK = 0.0272 D2.831
Kelapa sawit
(AGB)est = 0.0976 H + 0,0706
Palem
(AGB)est = 4.5 + 7.7 x H

untuk menduga nilai
Sumber
Ketterings (2001)
Hairiah dan Rahayu
(2007).

Arifin (2001)
Priyadarsini (2000)
Sugiharto (2002)
ICRAF (2009)
Frangi dan Lugo
(1985)

Sumber: Hairiah dan Rahayu (2007), Hairiah et al. (2011).
Keterangan:
BK= beratkering(kg/pohon); (AGB)est= biomassa pohon bagian atas (kg/pohon); D= diameter
pohon (cm); H= tinggi pohon (cm); ρ = BJ kayu (g cm-3).

Karbon tersimpan
Penghitungan karbon dari biomassadihitung dengan menggunakan nilai
konversi karbon yang digunakan oleh SNI (2011):
Cb = B x % C Organik
Keterangan:
Cb
= kandungan karbon dari biomassa (kg)
B
= total biomassa (kg)
%C Organik = nilai presentase kandungan karbon, sebesar 0.47.
Penghitungan karbon dari bahan organik mati (nekromassa berkayu dan
serasah) menggunakan rumus berikut SNI (2011):
Cm = Bo x % C Organik

6
Keterangan:
Cm
= kandungan karbon bahan organik mati (kg)
Bo
= total biomassa (kg)
%C Organik = nilai persentase kandungan karbon, sebesar 0.47.
Perhitungan cadangan karbon per hektar untuk biomassa diatas permukaan
tanah menggunakan persamaan berikut SNI (2011):

Keterangan:
= kandungan karbon per hektar pada masing-masing carbon pool pada tiap
plot (Mg/ha).
= kandungan karbon pada masing-masing carbon pool pada tiap plot (kg).
= luas plot pada masing-masing pool (m2).
Leaf Area Index (LAI)
Gambar tutupan tajuk dianalisis menggunakan softwere hemiview 2.1, untuk
mendapatkan nilai LAI dilakukan metode ambang batas (threshold method) pada
gambar tutupan tajuk dengan menggunakan prosedur standar untuk
memaksimalkan kontras antara dedaunan dan langit (Gardingen et al. 1999).
Metode ambang batas ditentukan oleh peneliti sendiri secara manual, peneliti
dapat menaikkan atau menurunkan taraf nilai ambang batas sampai ditemukan
kecocokan antara citra hasil klasifikasi citra asli, sehingga didapatkan batas yang
jelas antara bagian yang tertutupi kanopi dengan bagian yang terbuka (Djumhaer
2003). Kemudian mencari nilai rata-rata LAI tiap plot dengan cara menjumlahkan
nilai LAI dalam plot kemudian dibagi 5, sehingga diperoleh nilai LAI tiap plot.
Pendugaan hubungan antara LAI dengan Karbon Pada Pohon, Luas Bidang
Dasar Tegakan, dan Kerapatan Tegakan
Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data residual yang
diperoleh menyebar normal, sehingga hasilnya dapat dipakai dalam statistik
parametrik.Data diuji dengan metode Kolomogorov-Smirnov yang diolah dengan
softwere minitab 16.
Pencilan data (outliers)
Pencilan data (outliers) merupakan data yang tidak mengikuti pola umum
data, sehingga dapat menyebabkan munculnya nilai rata-rata dan simpangan
bakuyang tidak konsisten terhadap mayoritas data, estimasi koefisien garis regresi
yang diperoleh tidak tepat dan kesalahan dalam pengambilan keputusan dan
kesimpulan (Wulandari et al. 2013). Pencilan data dihilangkan dengan
menggunakan softwere minitab 16. Pertama melakukan regresi antara peubah
prediktor yaitu LAI dengan peubah respon yaitu karbon pada pohon, lbdt, dan
kerapatan tegakan. Setelah dilakukan regresi kemudian diperoleh nilai residual.

7
Data yang memiliki nilai residual yang tinggi maka data tersebut merupakan data
pencilan (Sungkawa 2009).
Model Persamaan Regresi Linear
Dari hasil yang diperoleh perbandingan antara nilai LAI dengan karbon,
LAI dengan LBDT, dan LAI dengan kerapatan tegakan dipilih yang memiliki
nilai regresi yang paling besar. Model regresi yang digunakan dalam penelitian
adalah model regresi sederhana (Duan 1991):
̂

,

)

Model yang digunakan untuk menduga nilai LAI adalah model penduga
yang berasal dari variabel penduga yaitu karbon pada pohon, LBDT, dan
kerapatan tegakan dengan nilai R2 terbesar.
Validasi Model
Validasi model pendugaan digunakan untuk mengetahui ketepatan dari
model yang dipilih.Validasi model dilakukan pada model yang memiliki nilai
koefisien determinasi (R2) yang terbesar. Ketepatan model dipilih ditunjukkan
dengan nilai A, semakin kecil nilai presentase A maka model akan semakin tepat
(Muhammad 2013). Berikut rumus nilai ketepatan:

Keterangan:
A = ketepatan model
̅ = rata-rata nilai dugaan model
̅ = rata-rata nilai aktual

̅ ̅
̅

x 100%

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Taman Hutan Raya (Tahura) Pancoran Mas secara geografis terletak pada
6o24’ 23” - 6o24’ 30” LS dan 106o 48’ 45” - 106o 48’ 56” BT dan secara
administrasi pemerintahan terletak di Jalan Cagar Alam Pancoran Mas, Kelurahan
Pancoran Mas, Kecamatan Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat.Luas Tahura
berdasarkan SK Menhut dan Perkebunan tahun 1999 tentang Perubahan Fungsi
Cagar Alam menjadi Tahura adalah 6 Ha.Tahura Pancoran Mas berada pada
ketinggian 95 mdpl dengan kondisi kemiringan lahan relatif datar yaitu sebesar 08%. Iklim di Tahura Pancoran Mas sama dengan iklim di Kota Depok yaitu
memiliki iklim Tipe A dengan rata-rata curah hujan sebesar 2.629 mm/tahun
dengan hari hujan rata-rata 222 hari/tahun, suhu rata-rata berkisar 24.3-33oC,
kelembaban relatif rata-rata 82%. Musim kemarau antara bulan April-Oktober dan
musim penghujan antara bulan Oktober-April (Sutrisno 2007).

8
Tahura Pancoran Mas memiliki penutupan dengan strata B. Pohon-pohon
yang tumbuh mempunyai ketinggian antara 14-18 meter dan penutupan kanopi
tajuk cenderung terbuka.Penutupan tajuk yang terbuka memicu pertumbuhan
tumbuhan bawah, semak, liana, dan tumbuhan merambat yang dapat menutupi
pohon yang mengakibatkan kematian pada pohon di Tahura Pancoran Mas. Hasil
inventarisasi pohon pada tahun 2007 teridentifikasi 71 jenis, 83 marga, dan 37
famili di Tahura Pancoran Mas Depok (Sutrisno 2007).

Gambar 2 Taman Hutan Raya Pancoran Mas Depok.
Komposisi Vegetasi di Tahura Pancoran Mas
Taman Hutan Raya (Tahura) Pancoran Mas merupakan kawasan ruang
terbuka hijau Kota Depok, yang mana didalam kawasan terdapat berbagai jenis
vegetasi yang berfungsi sebagai jasa lingkungan salah satunya yaitu penyerap
karbon kota. Berdasarkan hasil penelitian untuk jenis vegetasi di Tahura Pancoran
Mas terdapat 70 jenis yang termasuk dalam 38 famili (Lampiran 1), dari 70 jenis
tersebut terdapat 4 jenis tumbuhan selain pohon yaitu Arenga pinnata, Elaeis
guineensis,Gigantochloa apus, dan Musa sp. Jenis yang paling banyak ditemukan
adalah Cecropia peltata, Macaranga rhizinoides, Melicope latifolia, Microcos
hirsuta, dan Gigantochloa apus. Berdasarkan Purbasari (2011) menyatakan bahwa
di Tahura Pancoran Mas pada tingkat tiang didominasi oleh jenis Macaranga
rhizinoidesdengan INP sebesar (48%), sedangkan pada tingkat pohon didominasi
oleh jenis Cecropia peltatadengan INP sebesar (36.94%).
Potensi Cadangan Karbon di Atas Permukaan Tanah
di Tahura Pancoran Mas
Biomassa merupakan berat bahan organik per unit area yang ada dalam
ekosistem pada paruh waktu tertentu (Aminudin 2008). Sedangkan menurut
Brown (1997) biomassa merupakan jumlah total materi organik tanaman yang
hidup diatas tanah yang diekspresikan sebagai berat kering tanaman per unit areal.

9
Biomassa yang dihitung pada penelitian ini merupakan biomassa diatas
permukaan tanah terdiri dari pohon, tumbuhan lainnya, nekromassa
berkayu,tumbuhan bawah, dan serasah. Perhitungan biomassa pohon tumbuhan
lainnya, dan nekromassa berkayu yaitu menggunakan nilai diameter setinggi dada
(DBH = 1.3 m dari permukaan tanah) dan tinggi dari nilai tersebut kemudian
dilakukan perhitungan biomassa dengan menggunakan persamaan allometrik.
Biomassa tumbuhan bawah dan serasah diperoleh dari berat kering subcontoh
(hasil pengovenan) dibagi berat basah subcontoh kemudian dikalikan total berat
basah dalam plot contoh sebesar 2 x 2 m, sehingga diperoleh biomassa dalam
gram per unit area kemudian dikonversi kedalam satuan Mg/ha. Setelah
didapatkan biomassa pohon, tumbuhan lainnya, nekromassa berkayu, tumbuhan
bawah, dan serasah untuk mendapatkan nilai karbon dikalikan dengan nilai
persentase kandungan karbon sebesar 0.47 (SNI 2011).
Hasil pengukuran potensi cadangan karbon di Tahura Pancoran Mas Depok
dengan menggunakan persamaan allometrik berdasarkan jenis vegetasi dalam 40
plot dilapangan, ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3 Potensi cadangan karbon di atas permukaan tanah di Tahura Pancoran
Mas
Biomassa
No.
Vegetasi
Karbon (Mg/ha)
(Mg/ha)
1
Pohon:
Pohon diameter 5 cm - 30 cm
23.01
10.81
Pohon diameter > 30 cm
41.99
19.74
Jumlah
65
30.55
2
Tumbuhan lainnya:
a. Arenga pinnata
0.7
0.33
b. Elaeis guineensis
0.002
0.001
c. Gigantochloa apus
2.87
1.35
d. Musa sp.
0.08
0.04
4
Nekromassa berkayu
2.41
1.13
5
Serasah
0.52
0.24
6
Tumbuhan bawah
0.59
0.28
Total
72.17
33.92
Keterangan:
Mg/ha= Mega gram/hektare

Data pada Tabel 3, menunjukkan bahwa biomassa pohon dengan diameter 5
cm - 30 cm dengan jumlah pohon sebesar 624 individu memiliki potensi cadangan
karbon sebesar 10.81 Mg/ha, sedangkan pohon dengan diameter >30cm dengan
jumlah pohon sebesar 63 individu memiliki potensi cadangan karbon 19.74
Mg/ha. Hal ini menunjukkan bahwa potensi cadangan karbon paling banyak di
Ruang Terbuka Hijau (RTH) Tahura Pancoran Mas dimiliki oleh pohon
yangberdiameter >30 cm dan semakin meningkatnya diameter pohon maka
jumlah cadangan karbon semakin besar.Hal ini sesuai dengan Chanan (2011) yang
menyatakan bahwa pohon dengan diameter >30 cm paling banyak menyimpan
biomassa.Salain itu, Lubis et al. (2013) menyatakan bahwa cadangan karbon

10
pohon mengalami peningkatan seiring dengan adanya peningkatan diameter
pohon.
Tumbuhan lainnya di Tahura Pancoran Mas yaitu tumbuhan selain pohon
dan mempunyai persamaan allometrik yang telah dikembangkan oleh penelitipeneliti sebelumnya, antara lain: Arenga pinnata, Elaeis guineensis, Gigantochloa
apus, dan Musa sp. Tumbuhan yang memiliki jumlah cadangan karbon paling
banyak adalah Gigantochloa apus yaitu sebesar 1.35 Mg/ha. Pada penelitian
ditemukan 3 rumpun Gigantochloa apus dengan nama lokal bambu tali pada 2
plot pengamatan dengan jumlah total batang sebesar 411 batang bambu.
Nekromassa adalah komponen vegetasi yang telah mati dan mengalami
proses pelapukan (Syam’ani et al. 2012). Hairiah dan Rahayu (2007) menyatakan
bahwa nekromassa adalah masa dari bagian pohon yang telah mati baik yang
masih tegak di lahan (batang atau tunggul pohon), atau telah tumbang /tergeletak
di permukaan tanah, tonggak atau ranting dan daun-daun gugur (serasah) yang
belum terlapuk. Nekromassa dibedakan menjadi 2 yaitu nekromassa berkayu dan
nekromassa tidak berkayu (serasah). Pada penelitian ini ditemukan nekromassa
berkayu berupa pohon mati dan tunggul pohon, jumlah cadangan karbon pada
nekromassa berkayu sebesar 1.13 Mg/ha dengan biomassa sebesar 2.41
Mg/ha.Faktor yang mempengaruhi nekromassa berkayu di Tahura Pancoran salah
satunya adalah terdapat liana yang merambat sampai tajuk pohon yang
mengakibatkan kematian pada pohon.Sedangkan, nekromassa tidak berkayu atau
serasah berdasarkan hasil penelitian diperoleh jumlah cadangan karbon sebesar
0.24 Mg/ha. Serasah merupakan seluruh bahan organik mati yang berada di atas
permukaan tanah (Windusari et al. 2012). Kandungan karbon pada serasah
dipengaruhi komponen-komponen penyusunnya, yaitu kayu busuk, daun, dan
ranting (Asril 2009). Selain itu, potensi cadangan karbon serasah juga dipengaruhi
jenis tanaman dan musim (Cesylia 2009).
Tumbuhan bawah merupakan pohon berdiameter < 5 cm, semak, herba dan
rumput-rumputan (Hairiah dan Rahayu 2007).Metode yang digunakan
yaitumetode destructive (merusak bagian tumbuhan). Berdasarkan penelitian
diperoleh jumlah cadangan karbon tumbuhan bawah di Tahura Pancoran Mas
sebesar 0.28 Mg/ha.Menurut Hairiah (2007) dalam Chanan (2011) menyatakan
bahwa semakin rapat kanopi pohon, maka biomassa tumbuhan bawah akan
semakin berkurang karena berkurangnya cahaya matahari yang mencapai lantai
kebun.
Data pada Tabel 3, menunjukkan bahwa biomassa pada pohon merupakan
komponen yang paling banyak dalam jumlah potensi biomassa dan cadangan
karbon di Tahura Pancoran Mas dibandingkan tumbuhan lainnya, nekromassa
berkayu, serasah, dan tumbuhan bawah. Menurut Syam’ani et al. (2012)
menyatakan biomassa pohon bertambah karena pohon menyerap CO2 dari udara
dan mengubahnya menjadi senyawa organik dari fotosintesis dan hasilnya untuk
pertumbuhan baik diameter maupun tinggi pohon, pertumbuhan diameter
berhubungan dengan pertambahan biomassa pohon dan jumlah karbon yang
tersimpan dalam pohon. Komponen pohon mempunyai persentase terbesar karena
adanya batang pohon yang merupakan tempat penyimpanan cadangan hasil
fotosintesis terbesar untuk pertumbuhan (Syam’ani et al. 2012). Jumlah biomassa
di Tahura Pancoran Mas berdasarkan hasil yang diperoleh sebesar 72.17 Mg/ha,
sehingga didapatkan jumlah cadangan karbon sebesar 33.92 Mg/ha.Tahura

11
Pancoran Mas dengan luas 6 ha, maka jumlah cadangan karbon tersimpan sebesar
203.52 Mg C. Hal ini menunjukkan potensi cadangan karbon di atas permukaan
tanah di Tahura Pancoran Mas Depok rendah. Menurut Houghton (2005)
menyatakan bahwa rata-rata biomassa di hutan alam adalah 70 Mg/ha.
Pendugaan Hubungan antara LAI dengan Karbon pada Pohon, Luas Bidang
Dasar Tegakan, dan Kerapatan Tegakan
Analisis regresi antara LAI dengan karbon digunakan untuk membuktikan
keeratan hubungan dan apakah LAI dapat menduga cadangan karbon pohon,
LBDT, dan kerapatan tegakan pada suatu area hutan.Model regresi yang
digunakan dalam penelitian adalah model regresi sederhana (Duan 1991). Model
regresi sederhana dipilih karena model ini akan lebih stabil, hal ini dikarenakan
model menggunakan persamaan garis lurus tanpa melakukan modifikasi kurva
(Djumhaer 2003). Keeratan hubungan ditentukan dari nilai (r) yang dapat dilihat
dari koefisien determinasi (R2). Koefisien determinasi (R2) menunjukkan seberapa
bagus model regresi yang dibentuk.
Leaf Area Index (LAI)
Leaf Area Index (LAI) atau Indeks Luas Daun adalah suatu peubah yang
menunjukkan hubungan antara luas daun dengan luas bidang yang tertutupi
(Risdiyanto dan Setiawan 2007). Kegunaan LAI di kawasan hutan adalah untuk
menduga pertukaran bahang pada tipe hutan tertentu, dan menentukan hubungan
antara karakteristik fisik lingkungan dengan arsitektur tajuk hutan (Setiawan
2006). Pengambilan data LAI dilakukan dengan teknik hemispherical
photography, yaitu suatu teknik untuk tanaman yang memiliki karakteristik
berupa kanopi dengan menggunakan foto yang diambil melalui lensa ekstrem
yang memiliki sudut besar biasanya sama dengan 180o (Anderson 1964 dalam
Rich 1990). Hasil foto tersebut dapat dianalisis untuk menduga nilai radiasi sinar
matahari dan menentukan leaf area index (LAI) (Rich 1990). Pada satu plot
diambil 5 titik foto yang kemudian dirata-ratakan hasilnya, kemudian dioalah
dengan softwere Hemiview2.1. Berikut Gambar 3 dan Gambar 4 merupakan hasil
foto hemiview di Tahura Pancoran Mas Depok.

Gambar 3 Tutupan tajuk terbuka
(Nilai LAI= 0.50)

Gambar 4 Tutupan tajuk tertutup
(Nilai LAI= 4.55)

12
Gambar 3 merupakan hasil foto yang diperoleh dari plot di Tahura Pancoran
Mas yang memiliki vegetasi terbuka atau tutupan tajuk pohon rendah, nilai LAI
pada gambar 3 mendekati 0. Nilai LAI semakin kecil atau sama dengan 0 artinya
kondisi lahan tidak bervegetasi. Menurut Handoko et al. (2010) menyatakan
bahwa nilai LAI tidak ada tajuk tanaman atau Nilai LAI= 0. Gambar 4 diperoleh
di vegetasi dengan tutupan tajuk terutup. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
nilai LAI di Tahura Pancoran Mas antara 1.01-2.69. Tipe vegetasi berdasarkan
nilai LAI dikategorikan Tahura Pancoran Mas sebagai kebun. Menurut Turner et
al. (1999) menyatakan bahwa tipe vegetasi dengan kisaran nilai LAI sebagai
berikut hutan bervegatasi rendah terbakar (2.5-6.3), hutan bervegetasi rendah (2.53.2), hutan alami primer (4.4-8.4), hutan konifer (1.4-3.9), kebun (1.00-3.00),
hutan konifer (muda) (5.3-9.6), dan hutan konifer (tua) (7.9-13.00).
Cadangan Karbon pada Pohon
Cadangan karbon pada pohon merupakan jumlah karbon yang tersimpan
didalam pohon pada suatu area tertentu. Jumlah karbon pohon di Tahura Pancoran
Mas memiliki cadangan karbon terbesar dibandingkan dengan tumbuhan selain
pohon (Arenga pinnata, Elaeis guineensis, Gigantochloa apus, dan Musa sp.),
serta nekromassa berkayu, tumbuhan bawah, dan serasah. Cadangan karbon pada
pohon diduga terdapat hubungan dengan nilai LAI, hal ini dikarenakanmenurut
Syukri (1997) dalam Setiawan (2006) menyatakan bahwa LAI berfungsi untuk
menduga evapotranspirasi dan produktivitas primer bersih, kedua nilai dugaan
tersebut secaralangsung berhubungan dengan perubahan iklim dan siklus karbon
global. Total 40 sampel dari LAI dan karbon pada pohon diregresikan kemudian
diperoleh nilai residual.Nilai residual yang tinggi menunjukkanadanya
outliers.Berdasarkan data diperoleh 5 outliers, sehingga hanya digunakan 35
sampel.Pengujian normalitas pada residual LAI dengan karbon pada pohon
menghasilkan nilai K-S sebesar 0.098 dan P-Value > 0.150 yang menunjukkan
data berdistribusi normal, yang ditunjukkan pada Gambar 5.

99

Mean
StDev
N
KS
P-Value

95
90

-3,95874E-15
14,22
35
0,098
>0,150

Percent

80
70
60
50
40
30
20
10
5
1
-40

-30

-20

-10

0
RESI1

10

20

30

40

Gambar 5 Uji normalitas residual LAI dan karbon pada pohon

13
Regresi antara nilai LAI dengan karbon pada pohon, yaitu Karbon pada
pohon = - 25.7 + 21.6 LAI, dengan koefisien determinasi R2= 0.40, artinya data
LAI mempengaruhi data karbon pada pohon sebesar 40% dan terdapat 60%
faktor lain berpengaruh terhadap data karbon pada pohon. Grafik hubungan antara
LAI dengan cadangan karbon pohon ditunjukkan pada Gambar 6.

50

Karbon pada pohon

40

30

20

10

R2= 0.40

0
1

2

3

LAI

Gambar 6 Hubungan antara LAI dan karbon pada pohon
Hubungan antara LAI dengan karbon pada pohon ditunjukkan oleh nilai r
yaitu sebesar 0.63 atau sebesar 63%, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa
hubungan antara LAI dan karbon pada pohon adalah lemah. Hubungan antara LAI
dengan karbon pada pohon ditunjukkan oleh koefisien determinasi (R2) yang
dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. Faktor-faktor tersebut antara lain: potensi
karbon terbesar terdapat di batang pohon. Menurut Syam’ani et al. (2012)
menyatakan bahwa komponen pohon mempunyai persentase terbesar karena
adanya batang pohon yang merupakan tempat penyimpanan cadangan hasil
fotosintesis terbesar untuk pertumbuhan. Menurut White dan Plashett (1981)
dalam Aminudin (2008) menyebutkan bahwa biomas bagian-bagian pohon
didistribusikan sebesar 60–65% pada bagian batang, 5% pada bagian tajuk, 10–
15% pada bagian daun dan cabang, 5–10% pada bagian tunggak, dan 5% pada
bagian akar. Faktor lainnya adalah adanya liana yang merambat dan menutupi
pohon hingga ke tajuk pohon adanya tegakan selain pohon menyebabkan foto
hemiview yang diambil memiliki nilai LAI yang lebih tinggi.
Luas Bidang Dasar Tegakan (LBDT)
Luas bidang dasar pohon adalah luas area lingkaran batang pohon yang
diukur pada ketinggian setinggi dada (Philip 1994 dalam Kurniawan 2004).
Pengukuran luas bidang dasar umumnya dilakukan diluar kulit pohon. Luas
bidang dasar tegakan merupakan jumlah luas bidang dasar pohon yang berada
pada suatu tegakan hutan, dengan satuan nya adalah m2/ha. Menurut
Abdurachman (2008) luas bidang dasar tegakan merupakan suatu jumlah luas

14
penampang dari seluruh pohon yang ada dalam tegakan. LBDT memberikan
gambaran tentang jumlah seluruh pohon yang menutupi suatu areal hutan
(Abdurachman 2008). Total 40 sampel dari LAI dan LBDT diregresikan
kemudian diperoleh nilai residual.Nilai residual yang tinggi menunjukkan adanya
outliers. Berdasarkan data diperoleh 1 outliers, sehingga digunakan 39 sampel.
Pengujian normalitas pada residual LAI dengan LBDT menghasilkan nilai K-S
sebesar 0.073 dan P-Value sebesar > 0.150 yang menunjukkan data berdistribusi
normal, yang ditunjukkan pada Gambar 7.

99

Mean
StDev
N
KS
P-Value

95
90

-3,87155E-16
5,813
39
0,073
>0,150

Percent

80
70
60
50
40
30
20
10
5
1
-15

-10

-5

0

5

10

15

RESI1

Gambar 7 Uji normalitas residual LAI dan LBDT
Regresi antara nilai LAI dengan LBDT, yaitu LBDT = - 7.75 + 7.96 LAI,
dengan koefisien determinasi R2 = 0.46, artinya data LAI mempengaruhi data
LBDT sebesar 46% dan terdapat 54% faktor lain berpengaruh terhadap data
LBDT. Grafik hubungan antara LAI dengan LBDT, ditunjukkan pada Gambar 8.
20

LBDT

15

10

5

R2= 0.46
0
1

2
LAI

Gambar 8 Hubungan antara LAI dan LBDT

3

15
Hubungan antara LAI dengan ditunjukkan oleh nilai r yaitu sebesar 0.68
atau sebesar 68%, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa hubungan antara LAI
dan LBDTadalah lemah. Hubungan antara LAI dengan LBDT ditunjukkan oleh
koefisien determinasi (R2) yang dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. Faktorfaktor tersebut yaitu jenis tegakan pohon yang berbeda maka akan menyebabkan
volume pohon dan ukuran tajuk yang berbeda hal ini yang menyebabkan tinggi
rendahnya nilai LAI, kondisi di Tahura Pancoran Mas memiliki jarak antara
tegakan pohon yang tidak teratur sehingga membuat nilai koefisien determinasi
rendah, dan adanya tegakan selain pohon menyebabkan foto hemiview yang
diambil memiliki nilai LAI yang tinggi.
Kerapatan Tegakan
Kerapatan tegakan adalah pernyataan kuantitatif yang menunjukkan tingkat
kepadatan pohon dalam suatu tegakan (Young 1982 dalam Muhammad
2014).Satuan kerpatan tegakan adalah jumlah pohon/ha. Kerapatan tegakan
merupakan fungsi dari 3 elemen, yaitu jumlah pohon, ukuran pohon (batang
pohon, tajuk, dan akar), dan distribusi spasial dilapangan. Tajuk pohon dapat
digunakan sebagai dasar pengaturan kerapatan tegakan karena perkembangan
tajuk menggambarkan ruang yang diperlukan oleh pohon untuk dapat tumbuh
secara optimal (Sumadi et al. 2011).Total 40 sampel dari LAI dan kerapatan
tegakan diregresikan kemudian diperoleh nilai residual.Nilai residual yang tinggi
menunjukkan adanya outliers. Berdasarkan data diperoleh 4 outliers, sehingga
hanya digunakan 36 sampel. Pengujian normalitas residual LAI dan kerapatan
tegakanmenghasilkan nilai K-S sebesar 0.107 dan P-Value sebesar > 0.150 yang
menunjukkan data berdistribusi normal, ditunjukkan pada Gambar 9.

99

Mean
StDev
N
KS
P-Value

95
90

-2,63690E-13
126,4
36
0,107
>0,150

Percent

80
70
60
50
40
30
20
10
5
1
-300

-200

-100

0

100

200

300

RESI1

Gambar 9 Uji normalitasresidual LAI dan kerapatan tegakan
Regresi antara nilai LAI dengan kerapatan tegakan, yaitukerapatan tegakan
= -10.2 + 227 LAI,dengan koefisien determinasi (R2) = 0.60, artinya data LAI
mempengaruhi data kerapatan tegakan sebesar 60% dan terdapat 40% faktor lain

16
berpengaruh terhadap data karbon pada pohon. Grafik hubungan antara LAI
dengan kerapatan tegakan ditunjukkan pada Gambar 10.

700

Kerapatan Tegakan

600
500
400
300
200

R2= 0.60
100
1

2
LAI

3

Gambar 10 Hubungan antara LAI dan kerapatan tegakan
Hubungan antara LAI dengan kerapatan tegakan ditunjukkan oleh nilai r
yaitu sebesar 0.77 atau sebesar 77%, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa
hubungan antara LAI dan kerapatan tegakan adalah kuat. Hubungan antara LAI
dengan kerapatan tegakan ditunjukkan oleh koefisien determinasi (R2) yang
dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. Nilai determinasi LAI dengan kerapatan
tegakan lebih tinggi dibandingkan dengan karbon pohon maupun LBDT, hal ini
dikarenakan kerapatan tegakan yang tinggiberarti jumlah pohon tinggi sehingga
membentuk vegetasi yang tertutup atau terdapat bertemunya tajuk pohon satu
dengan yang lain, hal ini mengakibatkan nilai LAI besar. Faktor yang
mempengaruhi nilai R2 tersebut yaitu, adanya tegakan selain pohon, seperti
Arenga pinnata, Gigantochloa apus, Elaeis guineensis, dan Musa sp di Tahura
Pancoran Mas yang mempengaruhi nilai LAI pada hasil foto hemiview.
Validasi Model
Validasi model diperoleh berdasarkan data analisis regresi antara LAI
dengan karbon pada pohon, LBDT, dan kerapatan tegakan yang memiliki
koefisien determinasi (R2) yang paling tinggi, yaitu antara LAI dengan kerapatan
tegakan dengan nilai R2 sebesar 0.60 dengan model persamaan regresi yaitu
kerapatan tegakan = -10.2 + 227 LAI. Total 40 sampel yang didapat dilapang
tetapi terdapat 4 sampel yang merupakan outliers, sehingga hanya digunakan 36
sampel.Dari 36 sampel dibagi menjadi dua yaitu 25 sampel digunakan untuk
membuat model dan 11 sampel digunakan untuk validasi model.
Validasi model digunakan untuk menunjukkan bahwa seberapa akurat
model regresi yang digunakan untuk menduga kerapatan tegakan dari data LAI.
Data LAI dimasukkan dalam model kerapatan tegakan, kemudian nilai kerapatan
tegakan hasil dari model dibandingkan dengan nilai kerapatan tegakan hasil dari

17
lapang. Perhitungan validasi model pendugaan menunjukkan persentase nilai
ketepatan sebesar 12.08%. Nilai ketepatan dari model regresi menunjukkan
besarnya kesalahan dari pendugaan model.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Potensi cadangan karbondi Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman Hutan Raya
Pancoran Mas, Depok sebesar 33.92 Mg/ha atau sebesar 203.52 Mg C.
Hubungan antara LAI dengan kerapatan tegakan memiliki hubungan paling
kuat daripada lainnya.
2. Model persamaan regresi yang dipilih untuk menduga kerapatan tegakan yaitu
kerapatan tegakan = -10.2 + 227 LAI dengan R2 sebesar 0.60 dan memiliki
nilai ketepatan sebesar 12.08%.
Saran
1. Perlu pengelolaan yang lebih baik untuk meningkatkan cadangan karbon di
atas permukaan tanah di Tahura Pancoran Mas, salah satunya dengan adanya
pemilihan jenis tanaman yang memiliki kemampuan untuk menyerap karbon
yang tinggi.
2. Adanya penelitian lanjutan untuk mengetahui hubungan LAI dengan tumbuhan
selain pohon antara lain Arenga pinnata, Elaeis guineensis, Gigantochloa apus,
dan Musa sp.
3. Perlu pengukuran potensi cadangan karbon di bawah permukaan tanah di
Tahura Pancoran Mas.

DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman. 2008. Karakteristik tegakan hutan alam produksi setelah tujuh
tahun penebangan di Labanan, Kalimantan Timur. Info Hutan. 5(4): 365375.
Aminudin S. 2008. Kajian potensi cadangan karbon pada pengusahaan hutan
rakyat (studi kasus: hutan rakyat Desa Dengok, Kecamatan Playen,
Kabupaten Gunungkidul) [tesis]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Asril.2009. Pendugaan cadangan karbon di atas permukaan tanah rawa gambut di
Stasiun
Penelitian
Suaq
BalimbingKabupaten
Aceh
Selatan
PropinsiNanggroe Aceh Darussalam [tesis]. Medan (ID): Universitas
SumateraUtara.
Brown S. 1997. Estimating Biomass Change of Tropical Forest: A Primer.FAO
Forestry Paper-134 [Internet]. [diunduh 2014 Juni 1]; Rome. Tersedia
pada: http://www.fao.org/.

18
Cesylia L. 2009. Cadangan karbon pada pertanaman karet (Hevea brasiliensis) di
perkebunan karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten
Pandeglang Banten [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Chanan M. 2011. Potensi karbon di atas permukaan tanah di blok perlindungan
Taman Wisata Alam Gunung Baung Pasuruan – Jawa Timur. GAMMA.
6(2): 101-112.
Dachlan EN. 2013. Kota Hijau Hutan Kota. Bogor(ID): ISBN:979-8381-00-9.
Djumhaer M. 2003. Pendugaan leaf area index dan luas bidang dasar tegakan
dengan menggunakan landsat 7 ETM+ [skripsi].Bogor(ID): Institut
Pertanian Bogor.
Duan N, Li KC. 1991. A bias bound for least squares linear regression. Statistica
Sinica. 1 :127-136.
[EOL] Encyclopedia Of Life. 2014. Wood density[Internet]. [diunduh 2014 Mei
7]. Tersedia pada: http://www.eol.org/.
Hairiah K, Ekadinata A, Sari RR, Rahayu S. 2011. Pengukuran Cadangan
Karbon: dari tingkat lahan ke bentang lahan. Ed ke-2. Bogor (ID): World
Agroforestry Centre, ICRAF SEA Regional Office, University of
Brawijaya.
Hairiah K, Rahayu S. 2007. Pengukuran ‘Karbon Tersimpan’ di Berbagai Macam
Penggunaan Lahan.Bogor(ID): World Agroforestry Centre, ICRAF SEA
Regional Office, University of Brawijaya.
Handoko I, Kodarsih T, Ariyani A. 2010. Koefisien pemadaman tajuk dan
efisiensi penggunaan radiasi surya pada tanaman kentang (solanum
tuberosum l.) varietas granola di Galudra, Cianjur, Jawa Barat.J Agromet.
24(2): 27-32.
Houghton RA. 2005. Aboveground forest biomass and the global carbon balance.
Global Change Biology. 11: 945-958.
Kurniawan A. 2004. Penggunaan teknologi penginderaan jauh dalam pendugaan
luas bidang dasar tegakan dan kerapatan tegakan [skripsi].Bogor(ID):
Institut Pertanian Bogor.
Lubis SH, Arifin HS, Samsoedin I. 2013.Analisis cadangan karbon pohon pada
lanskap hutan kota di DKI Jakarta. J Penelitian Sosial dan Ekonomi
Kehutanan. 10(1): 1-20.
Muhammad A. 2014. Pemetaan perubahan forest canopy density di KPH
Kuningan [skripsi].Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.
Purbasari DDTP. 2011. Interaksi Masyarakat dan Potensi Tumbuhan Berguna di
Taman Hutan Raya Pancoran [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Reyes G, Brown S, Chapman J, Lugo AE. 1992. Wood Densities of Tropical Tree
Species. New Orleans(US): Departement of Agriculture.
Rich PM. 1990. Characterizing plant canopies with hemispherical
photographs.Remote Sensing Reviews.5:13-29.
Risdiyanto I, Setiawan R. 2007.Metode neraca energi untuk perhitungan indeks
luas daun menggunakan data citra satelit multi spectral.J Agromet
Indonesia. 21 (2): 27 – 38.

19
Setiawan A 2006. Nilai konservasi keanekaragaman dan rosot karbon pohon pada
ruang terbuka hijau kota: studi kasus pada ruang terbuka hijau Kota
Bandar Lampung [tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Setiawan R. 2006. metode neraca energi untuk perhitungan leaf area index (lai) di
lahan bervegetasi menggunakandata citra satelit [skripsi]. Bogor(ID):
Institut Pertanian Bogor.
Standar Nasional Indonesia (SNI). 2011. Pengukuran dan Perhitungan Cadangan
Karbon-Pengukuran Lapangan untuk Penaksiran Cadangan Karbon Hutan.
Jakarta(ID): Badan Standarisasi Nasional.
Sungkawa I. 2009.Pendeteksian pencilan (outlier) dan residual pada regresi
linear.Informatika Pertanian. 18(2): 95-105.
Sumadi A, Siahaan A. 2011. Pengaturan kerapatan tegakan bambang berdasarkan
hubungan antara diameter batang dan tajuk. J Penelitian Hutan Tanaman.
8(5): 259-265.
Sutrisno. 2007. Rencana penataan arboretum dan site plan Taman Hutan Raya
Pancoran Mas-Depok. Depok (ID): Dinas Kebersihan dan Lingkungan
Hidup Kota Depok.
Syam’ani, Agustina AR, Susilawati, Nugroho Y. 2012.Cadangan karbon di atas
permukaan tanah padaberbagai sistem penutupan lahan di sub-sub das
amandit.J Hutan Tropis. 13(2): 148-158.
Turner DP, Cohen WB, Kennedy RE, Fassnacht KS, Briggs JM. 1999.
Relationships between leaf area index and Landsat TMspectral vegetation
indices across three temperate zone sites. Remote Sensing of
Environment.70: 52-68.
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang penataan Ruang. Jakarta (ID): Biro
Peraturan Perundang-undangan Bidang Politik dan Kesejahteraan Rakyat.
Windusari Y, Sari NAP, Yustian I, Zulkifli H. 2012. Dugaan cadangan karbon
biomassa tumbuhan bawah dan serasah di kawasan suksesi alamipada area
pengendapan tailing PT Freeport Indonesia. Biospecies. 5(1): 22-28.
Wulandari S, Sutarman, Darnius O. 2013. Perbandingan metode least trimmed
squares dan penaksir m dalam mengatasi permasalahan data pencilan.
Saintia Matematika. 1(1): 73-85.

20
Lampiran 1 Jenis tumbuhan di Tahura Pancoran Mas Depok

1 Kayu
semidra
2 Saga pohon

Acronychia
pedunculata
Adenanthera pavonina

Rutaceae

1

Berat
Jenis
(gr/cm3)
0.52

Mimosaceae

2

0.6

3 Kancilan

Alchornea rugosa

Euphorbiaceae

1

0.57

4 Rasamala

Altingia excelsa

Altingiaceae

2

0.81

5 Pulai

Alstonia scholaris (L.)
R. Br.
Anthocephalus
cinensis
Aphanamixis
grandifolia
Aquilaria malaccensis

Apocynaceae

1

0.36

Rubiaceae

5

0.57

Meliaceae

1

0.57

Thymeleaceae

2

0.33

Arenga pinnata
(Wurmb) Merr.
Archidendron jiringa
(Jack) I.C.Nielsen.
Artocarpus
heterophyllus
Artocarpus elastica
Reinw.
Averhoa bilimbi L.

Arecaceae

11

Mimosaceae

5

0.32

Moraceae

24

0.55

Moraceae

33

0.57

Oxalidaceae

2

0.56

Averhoa carambola L.

Oxalidaceae

3

0.57

Calophyllum soulattri
Burm.f.
Canthium glabrum

Clusiaceae

1

0.54

Rubiaceae

6

0.47

Carallia brachiata
Casuarina sumatrana

Rhizoporaceae
Casuarinaceae

1
3

0.61
0.62

19 Walisongo

Cecropia peltata

Cecropiaceae

92

0.36

20 Kapuk

Ceiba pentandra L.

Bombacaceae

7

0.23

21 Kayu manis

Cinnamomum
burmanni (Nees) BI.
Cinnamomum iners
Reinw. ex Blume

Lauraceae

5

0.43

Lauraceae

3

0.43

No

Nama lokal

6 Jabon
7 Kipela
8 Gaharu
9 Aren
10 Jengkol
11 Nangka
12 Benda
13 Belimbing
wuluh
14 Belimbing
15 Bintangur
16 Kayu
balung
17 Kitamiyang
18 Cemara aru

22 Ki teja

Nama Ilmiah

Famili

Jumlah

21
Lampiran 1 Jenis tumbuhan di Tahura Pancoran Mas Depok (lanjutan)
Nama Ilmiah

Famili

23 Simpur

Dillenia obovata
(Blume) Hoogl.

Dilleniaceae

9

Berat
Jenis
(gr/cm3)
0.59

24 Eboni

Diospyros celebica

Ebenaceae

1

0.92

25 Gelombang
rawa
26 Durian

Drypetes sp

Euphorbiaceae

3

0.75

Durio zibethinus

Bombacaceae

5

0.53

27 Kelapa
Sawit
28 Katulampa

Arecaceae

2

Elaecocarpaceae

4

0.46

sapindaceae

9

0.57

30 Abdu

Elaeis guineensis
Jacq.
Elaeocarpus
stipularis Blume.
Erioglossum
rubiginosum
Euodia latifolia

Rutaceae

1

0.43

31 Beunying

Ficus fistulosa Reinw Moraceae

3

0.39

32 Elo

Ficus racemosa L.

Moraceae

6

0.39

33 Kandis

Garcinia forbesii

Clusiaceae

4

0.75

34 Bambu tali

Gigantochloa apus

Poaceae

35 Melinjo

Gnetum gnemon L.

Gnetaceae

5

0.61

36 Tidak
diketahui
37 Karet
38 Waru lengis
39 Girang

Harpullia
cupanioides Roxb.
Hevea brasiliensis
Hibiscus tiliaceus L.
Leea indica (Burm.f.)
Merr.
Litsea umbellata
Merr.
Macaranga
rhizinoides Mull.
Arg.
Mallotus paniculatus
Mull. Arg.
Mangifera foetida
Mangifera ind