Analisis Kasus Kematian Ibu Berdasarkan Pendekatan Wilayah Dengan Menggunakan Penerapan Aplikasi Sistem Informasi Geografis Di Kabupaten Buleleng Tahun 2015.

(1)

UNIVERSITAS UDAYANA

ANALISIS KASUS KEMATIAN IBU BERDASARKAN

PENDEKATAN WILAYAH DENGAN MENGGUNAKAN

PENERAPAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI

KABUPATEN BULELENG TAHUN 2015

LUH PUTU LINA WIDYASTITI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA 2016


(2)

ii

UNIVERSITAS UDAYANA

ANALISIS KASUS KEMATIAN IBU BERDASARKAN

PENDEKATAN WILAYAH DENGAN MENGGUNAKAN

PENERAPAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI

KABUPATEN BULELENG TAHUN 2015

LUH PUTU LINA WIDYASTITI 1220025003

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA 2016


(3)

UNIVERSITAS UDAYANA

ANALISIS KASUS KEMATIAN IBU BERDASARKAN

PENDEKATAN WILAYAH DENGAN MENGGUNAKAN

PENERAPAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI

KABUPATEN BULELENG TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MAYARAKAT

LUH PUTU LINA WIDYASTITI 1220025003

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA 2016


(4)

iv

Halaman Persetujuan

PENYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah dipresentasikan dan diujikan dihadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas KedokteranUniversitas Udayana

Denpasar, 11 Juli 2016

Tim Penguji Skripsi

Ketua (Penguji I)

dr. Ketut Tangking Widarsa, MPH NIP. 19480120 197903 1 001

Anggota (Penguji II)


(5)

PENYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui dan diperiksa dihadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas KedokteranUniversitas Udayana

Denpasar, 11 Juli 2016

Pembimbing

Ketut Hari Mulyawan, S.Kom., MPH NIP. 19760101 200604 1 003


(6)

vi

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat Beliaulah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kasus Kematian Ibu Berdasarkan Pendekatan Wilayah Dengan Menggunakan Penerapan Aplikasi Sistem Informasi Geografis di Kabupaten Buleleng Tahun 2015” ini tepat pada waktunya.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. I Made Ady Wirawan, MPH, Ph. D, selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2. Ketut Hari Mulyawan, S.Kom., MPH selaku pembimbing yang telah

memberikan masukan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 3. Bapak/Ibu Dosen beserta Bapak/Ibu staf pegawai Program Studi

Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan arahan, saran dan bantuannya dalam penyusunan skripsi ini.

4. Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng, Dinas Sosial Kabupaten Buleleng, seta Badan Pusat Statistik Provinsi Bali yang telah membantu dalam memberikan informasi untuk penyusunan data dalam penelitian skripsi ini.

5. Keluarga, sahabat, serta teman-teman IKM 12 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.


(7)

6. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penyusunan skripsi ini.

Demikian skripsi ini disusun semoga dapat memberikan manfaat bagi diri sendiri dan pihak lain yang menggunakan.

Denpasar, Juli 2016


(8)

viii

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

PEMINATAN KESEHATAN IBU DAN ANAK Skripsi, Juni 2016

Luh Putu Lina Widyastiti

Analisis Kasus Kematian Ibu Berdasarkan Pendekatan Wilayah Dengan Menggunakan Penerapan Aplikasi Sistem Informasi Geografis Di Kabupaten

Buleleng Tahun 2015

ABSTRAK

Berdasarkan data Dinkes Provinsi Bali Tahun 2015, AKI di Bali berjumlah 55 orang atau sebanyak 83,41 per 100.000 Kelahiran Hidup. Dimana berdasarkan data ini Kabupaten Buleleng menempati urutan pertama dalam jumlah kematian ibu di Bali yaitu sebesar 14 ibu. Selama ini, belum ada data dan informasi serta analisis mengenai kematian ibu berdasarkan konsep wilayah. Oleh karena itu, melalui aplikasi SIG ini diharapkan memberikan data dan informasi mengenai kematian ibu berdasarkan faktor kewilayahan.

Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif studi kasus, dengan metode pengambilan sampel menggunakan total population sampling. Data kasus kematian ibu, kepadatan penduduk, jumlah KK miskin, pentahapan desa siaga, rasio jumlah penduduk dengan keberadaan faskes, dan data jarak faskes terhadap rumah tinggal ibu dianalsis menggunakan aplikasi ArcGIS online.

Dalam penelitian ini diperoleh kasus kematian ibu banyak terjadi pada desa dengan kepadatan penduduk tinggi dan juga desa dengan pentahapn desa siaga tahap pratama. Pada penelitian ini juga diperoleh, kematian ibu tidak berhubungan dengan varibel jarak.

Dapat disimpulkan, kepadatan penduduk dan pentahapan desa siaga paling berpengaruh terhadap kasus kematian ibu. Oleh karena ibu, diperlukan peningkatan program desa siaga untuk menurunkan AKI.


(9)

SCHOOL OF PUBLIC HEALTH MEDICAL FACULTY

UDAYANAN UNIVERSITY

MATERNAL AND CHILD HEALTH Skripsi, June 2016

Luh Putu Lina Widyastiti

Case Analysis of Maternal Mortality Based on Regional Approach Using Implementation og Geographic Information Systems Application In Buleleng

Region

ABSTRACT

Based on data from the Bali Provincial Health Office in 2015, AKI in Bali amounted to 55 people or as many as 83.41 per 100,000 live births. Where based on this data Buleleng district ranks first in the number of maternal deaths in Bali at 14 mothers. During this time, there are no data and information and analysis on maternal mortality based on the concept of territory. Therefore, through the application of GIS it is expected to provide data and information about maternal mortality by regional factors.

This research uses descriptive design case study, with sampling method using the total population sampling. Dataof maternal deaths, population density, the number of poor families, phasing alert village, the presence of health facilities, and the distance of health facilities from mother’s house analyzed by using ArcGIS online. In this research, the cases of maternal deaths occur in areas with high population and also in areas with pratama phase in alert village . In this study were also obtained, maternal mortality was not associated with distance variable.

It can be concluded, that the population density and alert village variable influence the most on maternal mortality. Therefore, it is necessary to increase the alert village program to reduce AKI.


(10)

x

Daftar Isi

Halaman

Halaman Cover... i

Halaman Judul ... ii

Halaman Judul dengan Spesifikasi... iii

Halaman Persetujuan ... iv

Kata Pengantar ... vi

ABSTRAK ... viii

Daftar Isi... x

Daftar Tabel ... xii

Daftar Gambar ... xiii

Daftar Lampiran ... xiv

Daftar Lambang, Singkatan dan Istilah ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Rumusan Masalah... 3

Pertanyaan Penelitian ... 3

Tujuan ... 4

1.4.1Tujuan Umum ... 4

1.4.2Tujuan Khusus ... 4

Manfaat Penelitian ... 4

1.5.1Manfaat Teoritis ... 4

1.5.2Manfaat Praktis ... 5

Ruang Lingkup Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

Kematian Ibu ... 6

2.1.1Penyebab Kematian Ibu ... 6

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kematian Ibu ... 7

2.2.1Kepadatan Penduduk... 7

2.2.2Jumlah KK Miskin ... 8

2.2.3Jumlah Pelayanan Kesehatan ... 9

2.2.4Jarak Fasilitas Kesehatan ... 9

2.2.5Keberadaan Desa atau Kelurahan Siaga Aktif ... 10

Sistem Informasi Geografis ... 12

2.3.1Tipe dan Struktur Data dalam SIG ... 12

2.3.2Fungsi Analisis Data Spasial dalam SIG ... 14

2.3.3Jenis-Jenis Peta yang Dihasilkan SIG ... 15

Pemanfaatan SIG dalam Bidang Kesehatan Masyarakat ... 17

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 19

3.1 Kerangka Konsep ... 19

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 20

BAB IV METODE PENELITIAN ... 23

4.1 Desain Penelitian ... 23

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

4.3 Populasi dan Sampel ... 23

4.4 Pengumpulan Data ... 23


(11)

BAB V HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN ... 26

Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 26

Peta Distribusi Kepadatan Penduduk per desa di Kabupaten Buleleng Tahun 2015 ... 28

Peta Distribusi Jumlah KK Miskin per desa di Kabupaten Buleleng Tahun 2015. ... 29

Peta Distribusi Pentahapan Desa Siaga per desa di Kabupaten Buleleng Tahun 2015. ... 30

Peta Distribusi Keberadaan Faskes per desa di Kabupaten Buleleng Tahun 2015 ... 31

Peta Koordinat Kasus Kematian Ibu per desa di Kabupaten Buleleng Tahun 2011-2015 ... 33

Koordinat Kasus Kematian Ibu dengan Masing-Masing Pendekatan Wilayah di Kabupaten Buleleng Tahun 2015 ... 34

5.7.1Peta Koordinat Kasus Kematian Ibu dengan Peta Distribusi Kepadatan Penduduk di Kabupaten Buleleng Tahun 2015 ... 34

5.7.2Peta Koordinat Kasus Kematian Ibu dengan Peta Distribusi Jumlah KK Miskin di Kabupaten Buleleng Tahun 2015 ... 35

5.7.3Peta Koordinat Kasus Kematian Ibu dengan Peta Distribusi Pentahapan Desa Siaga di Kabupaten Buleleng Tahun 2015 ... 36

5.7.4Peta Koordinat Kasus Kematian Ibu dengan Peta Distribusi Keberadaan Faskes di Kabupaten Buleleng Tahun 2015 ... 37

Peta Titik Kasus Kematian Ibu dengan Jarak ke Faskes Terdekat ... 37

BAB VI PEMBAHASAN ... 40

Peta Distribusi Masing-Masing Pendekatan Wilayah per desa di Kabupaten Buleleng Tahun 2015... 40

Koordinat Kasus Kematian Ibu Berdasarkan Masing-masing Pendekatan Wilayah di Kabupaten Buleleng Tahun 2015... 41

Peta Jarak Titik Kasus Kematian Ibu dengan Faskes Terdekat ... 45

Kelemahan Penelitian ... 45

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 47

Simpulan ... 47

Saran ... 48 Daftar Pustaka


(12)

xii

Daftar Tabel

Tabel 5.1 Tabel Keberadaan Faskes di Kabupaten Buleleng Tahun 2015 ... 27 Tabel 5.2 Total Kasus Kematian Ibu Berdasarkan Klasifikasi Jarak Ke Faskes ... 39


(13)

Daftar Gambar

Gambar 2.1 Peta Choropleth Kota New York ... 15 Gambar 2.2 Peta Dot Density Kelahiran pada Remaja di Meksiko ... 16 Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 19 Gambar 5.1 Peta Distribusi Kepadatan Penduduk per desa di Kabupaten Buleleng

Tahun 2014 ... 28 Gambar 5.2 Peta Distribusi Jumlah KK Miskin per desa di Kabupaten Buleleng

Tahun 2015 ... 29 Gambar 5.3 Peta Distribusi Pentahapan Desa Siaga per desa di Kabupaten Buleleng

Tahun 2015 ... 30 Gambar 5.4 Peta Distribusi Keberadaan Faskes per desa di Kabupaten Buleleng

Tahun 2015 ... 33 Gambar 5.5 Peta Koordinat Kasus Kematian Ibu per desa di Kabupaten Buleleng

Tahun 2011-2015 ... 34 Gambar 5.6 Peta Koordinat Kasus Kematian Ibu Berdasarkan Distribusi Kepadatan

Penduduk di Kabupaten Buleleng Tahun 2015 ... 35 Gambar 5.7 Peta Koordinat Kasus Kematian Ibu Berdasarkan Distribusi Jumlah KK

Miskin di Kabupaten Buleleng Tahun 2015 ... 35 Gambar 5.8 Peta Koordinat Kasus Kematian Ibu Berdasarkan Distribusi Pentahapan

Desa Siaga di Kabupaten Buleleng Tahun 2015 ... 36 Gambar 5.9 Peta Koordinat Kasus Kematian Ibu Berdasarkan Keberadaan Faskes di

Kabupaten Buleleng Tahun 2015 ... 37 Gambar 5.10 Peta Titik Kasus Kematin Ibu dengan Jarak ke Faskes Terdekat ... 38


(14)

xiv

Daftar Lampiran

Nomor

1. Surat permohonan ijin pengambilan data awal proposal 2. Surat ijin penelitian

3. Rekomendasi ijin penelitian dari Badan Penanaman Modal dan Perizinan 4. Rekomendasi ijin penelitian dan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik 5. Surat Ethical Clearance

6. Koordinat tempat tinggal ibu yang meninggal di Kabupaten Buleleng tahun 201-2015

7. Koordiant Faskes (Rumah Sakit) di Kabupaten Buleleng

8. Hasil akhir analisis pendekatan wilayah per desa di Kabupaten Buleleng Tahun 2015


(15)

Daftar Lambang, Singkatan dan Istilah

Daftar Lambang

> : Lebih besar < : Lebih kecil

& : Dan

Daftar Singkatan

AKI : Angka Kematian Ibu BPS : Bidan Praktek Swasta DINKES : Dinas Kesehatan FASKES : Fasilitas Kesehatan KEMENKES : Kementerian Kesehatan KK : Kepala Keluarga

MDGs : Millenium Development Goals

SDKI : Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia SIG : Sistem Informasi Geografis


(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Millennium Development Goals (MDGs) menargetkan, untuk penurunan tiga per empat AKI dari tahun 1990 – 2015, namun AKI di Indonesia masih tinggi bila dibandingkan negara lain di kawasan Asia Tenggara. WHO menyatakan bahwa AKI di Indonesia menduduki lima besar tertinggi di ASEAN bersama dengan Negara Kamboja, Myanmar dan Laos (WHO, 2012). Berdasarkan hasil SDKI tahun 2007 menunjukkan AKI di Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut masih jauh dari target MDGs 2015 yaitu penurunan AKI hingga 120 per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2012 hasil SDKI masih belum menunjukkan perubahan, AKI meningkat dari tahun-tahun sebelumnya yaitu mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup. Di Bali sendiri, berdasarkan data Dinkes Provinsi Bali Tahun 2015, AKI berjumlah 55 ibu atau sebanyak 83,41 per 100.000 Kelahiran Hidup. Dimana berdasarkan data ini Kabupaten Buleleng menempati urutan pertama dalam jumlah kematian ibu di Bali yaitu sebesar 14 ibu.

Faktor penyebab kematian ibu umumnya dikarekana oleh indikasi medis yang sering muncul diantaranya, pendarahan, keracunan kehamilan yang disertai kejang-kejang, aborsi, dan infeksi. Selain faktor yang berasal dari indikasi medis, kematian ibu juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor kewilayahan, salah satu contohnya adalah sosial ekonomi keluarga. Umumnya kasus kematian ibu banyak terjadi pada


(17)

2

keluarga dengan pendapatan yang rendah. Faktor dari kepadata penduduk, lingkungan masyarakat dan juga ketersediaan petugas kesehatan di wilayah tersebut juga menjadi faktor penentu dari kasus kematian ibu. Diperlukan upaya peningkatan pelayanan perawatan ibu baik oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat.

Dalam upaya penurunan AKI yang dilihat berdasarkan pendekatan wilayah, diperlukan sebuah data dan informasi yang dapat memberikan informasi terkait kewilayahan. Alat bantu berupa teknologi informasi yang dapat memberikan informasi terkait dengan kewilayahan yaitu Sistem Informasi Geografis (SIG). SIG adalah suatu sistem yang digunakan untuk mengubah data yang dikumpulkan dari berbagai sumber sehingga menghasilkan representasi grafis dan informasi secara visual. SIG dapat menjadi alat yang sangat informatif dalam manajemen kegawatdaruratan (Alharbi, 2015). Berdaskan penelitian Dian Kurniasari tahun 2009, aplikasi SIG dapat digunakan untuk memetakan distribusi sasaran pemantauan kesehatan ibu seperti distribusi ibu hamil K1, K4, ibu hamil resti, ibu hamil yang akan bersalin, ibu bersalin, sarana pelayanan kesehatan, jarak pelayanan kesehatan dengan ibu hamil serta persentase kemiskinan dengan ibu hamil resti di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan bulan November – Desember Tahun 2010. Dengan adanya penelitian di atas, dapat dilihat jika aplikasi SIG dapat digunakan sebagai salah satu penyajian data dan informasi dalam bidang kesehatan ibu dan anak.

Namun sayangnya belum ada data dan informasi serta analisis mengenai kematian ibu berdasarkan konsep wilayah. Oleh karena itu, melalui aplikasi SIG ini diharapkan memberikan data dan informasi mengenai kematian ibu berdasarkan faktor kewilayahan. Selain itu, pemanfaatan lain yang diharapakan dari pengaplikasian SIG ini adalah penurunan AKI di Kabupaten Buleleng maupun di Provinsi Bali. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengaplikasikan SIG dalam


(18)

3

menyajikan informasi terkait kasus kematian ibu dengan persebaran desa siaga aktif di Kabupaten Buleleng. Pemanfaatan aplikasi SIG ini diharapkan dapat menjadi alat bantu untuk pemantauan, analisis masalah, dan perencanaan monitoring dan intervensi terkait kematian ibu dengan persebaran desa siaga aktif.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang ditemukan adalah masih tingginya AKI di Kabupaten Buleleng dan belum adanya analisis kasus kematian ibu berdasarkan faktor kewilayahan. Selain itu belum adanya data dan informasi yang baik untuk melakukan monitoring dan evaluasi serta intervensi untuk kasus kematian ibu.

Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana pengaruh faktor kepadatan penduduk terhadap kasus kematian ibu terhadap analisis kewilayahan di Kabupaten Buleleng?

2. Bagaimana pengaruh jumlah KK miskin terhadap kasus kematian ibu terhadap analisis kewilayahan di Kabupaten Buleleng?

3. Bagaimana pengaruh jumlah jenis pelayanan kesehatan di desa terhadap kasus kematian ibu terhadap analisis kewilayahan di Kabupaten Buleleng? 4. Bagaimana pengaruh pentahapan desa siaga terhadap kasus kematian ibu

terhadap analisis kewilayahan di Kabupaten Buleleng?

5. Bagaimana pentahapan jarak pelayanan rujukan terhadap kasus kematian ibu terhadap analisis kewilayahan di Kabupaten Buleleng?


(19)

4

Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan kasus kematian ibu berdasarkan faktor demografi, sosio-ekonomi, pelayanan kesehatan, dan desa siaga berdasarkan konsep wilayah per desa di Kabupaten Buleleng.

1.4.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Peta persebaran kasus kematian ibu berdasarkan faktor kepadatan penduduk terhadap analisis kewilayahan di Kabupaten Buleleng.

2. Peta persebaran kasus kematian ibu berdasarkan jumlah KK miskin terhadap analisis kewilayahan di Kabupaten Buleleng.

3. Peta persebaran kasus kematian ibu dengan berdasarkan jumlah pelayanan kesehatan terhadap analisis kewilayahan di Kabupaten Buleleng.

4. Peta persebaran kasus kematian ibu berdasarkan pentahapan desa siaga terhadap analisis kewilayahan di Kabupaten Buleleng.

5. Pets persebaran kasus kematian ibu berdasarkan jarak pelayanan rujukan terhadap analisis kewilayahan di Kabupaten Buleleng.

Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

Adapun manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah:

1. Sebagai sumbangan pengetahuan khususnya terkait pengaplikasiaan SIG dalam menggambarkan persebaran kasus kematian ibu dengan konsep kewilayahan.


(20)

5

2. Sebagai bahan acuan dalam pengembangan penelitian ilmiah terkait dengan kasus kematian ibu berbasis kondisi wilayah dengan menggunakan SIG.

1.5.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini, yaitu sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan untuk mengetahui gambaran masalah dari kasus kematian ibu dengan faktor demografi, sosio-ekonomi, pelayanan kesehatan, dan desa siaga, mempermudah pelaksanaan pemantauan, pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta intervensi untuk program desa siaga terhadap kasus kematian ibu.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah aplikasi SIG dalam memetakan persebaran kasus kematian ibu dengan konsep kewilayahan di Kabupaten Buleleng tahun 2015.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kematian Ibu

Pada International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems tahun 2009, WHO mendefinisikan kematian ibu adalah kematian seorang wanita saat masa hamil atau dalam 42 hari setelah terminasi kehamilan, terlepas dari durasi dan lokasi kehamilan, dari setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperburuk oleh kehamilan atau pengelolaannya, tetapi bukan dari sebab-sebab kebetulan atau insidental (WHO, 2009).

2.1.1 Penyebab Kematian Ibu

Menurut Kirana tahun 2013, penyebab kematian ibu dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu sebab obstetri langsung, sebab obstetri tidak langsung, sebab bukan obstetri, dan sebab tidak jelas.

Sebab obstetri langsung adalah kematian ibu karena akibat langsung dari penyakit penyulit pada kehamilan, persalinan, dan nifas; misalnya karena infeksi, eklampsi, perdarahan, emboli air ketuban, trauma anastesi, trauma operasi, dan sebagainya.

Sementara itu, sebab obstetri tidak langsung adalah kematian ibu akibat penyakit yang timbul selama kehamilan, persalinan, dan nifas. Misalnya anemia, penyakit kardiovaskular, serebrovaskular, hepatitis infeksiosa, penyakit ginjal, dan


(22)

7

sebagainya. Termasuk juga penyakit yang sudah ada dan bertambah berat selama kehamilan.

Sebab bukan obstetri adalah kematian ibu hamil, bersalin, dan nifas akibat kejadian-kejadian yang tidak ada hubungannya dengan proses reproduksi dan penanganannya. Misalnya karena kecelakaan, kebakaran, tenggelam, bunuh diri, dan sebagainya. Sedangkan sebab tidak jelas adalah kematian ibu yang tidak dapat digolongkan pada salah satu yang tersebut di atas.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kematian Ibu

Menurut Depkes RI tahun 2010, penyebab tidak langsung kematian ibu dan bayi baru lahir adalah karena kondisi masyarakat seperti pendidikan, sosial ekonomi dan budaya. Kondisi geografi serta keadaan sarana pelayanan yang kurang siap ikut memperberat permasalahan ini. Beberapa hal tersebut mengakibatkan kondisi 3 terlambat (terlambat mengambil keputusan, terlambat sampai di tempat pelayanan dan terlambat mendapatkan pertolongan yang adekuat) dan 4 terlalu (terlalu tua, terlalu muda, terlalu banyak, terlalu rapat jarak kelahiran). Berikut ini merupakan beberapa pendekatan wilayah yang dapat menjadi penyebab tidak langsung kematian ibu.

2.2.1 Kepadatan Penduduk

AKI merupakan salah satu tolak ukur derajat kesehatan di masyarakat. Derajat kesehatan dipengaruhi pula oleh kepadatan penduduk. Hal ini erat pula kaitannya dengan masalah urbanisasi. Kecenderungan urbanisasi berakibat meningkatnya kepadatan penduduk di beberapa wilayah perkotaan, yang berpengaruh pada kesehatan lingkungan, gangguan kejiwaan pada masyarakat (psikososial) dan memudahkan penularan penyakit. Pada kepadatan penduduk,semakin tinggi kepadatan penduduk di suatu wilayah maka semakin tinggi pula beban pemerintah memfasilitasi faktor kesehatan.


(23)

8

2.2.2 Jumlah KK Miskin

Informasi mengenai keadaan sosial ekonomi masyarakat juga sangat bermanfaat dalam menganalisis faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan. Tingkat ekonomi masyarakat juga juga dapat menjadi indikator dari kemampuan masyarakat untuk ikut menikmati pelayanan kesehatan. Adanya akses ke pelayanan kesehatan saja belum dapat dijadikan jaminan bahwa mereka akan dapat pelayanan kesehatan secara optimal.

Menurut hasil Riskesdas tahun 2010, persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan pada kelompok sasaran keluarga miskin baru mencapai 69,3%, sedangkan sisanya masih ditolong oleh tenaga tidak terlatih atau tepatnya masih ditolong oleh dukun beranak. Hal ini memberikan kontribusi terhadap peningkatan AKI dan AKB.

Menurut WRI tahun 2010, pandangan masyarakat tentang laki-laki adalah kepala keluarga dan berhak atas segala keputusan dalam keluarga, masih menjadi pandangan dominan dalam masyarakat. Kerja perempuan yang umunya sebagai ibu rumah tangga, menyebabkan perempuan tidak berhak terhadap pengambilan keputusan yang berhubungan dengan keuangan keluarga. Kondisi ini akan berlaku semakin berlapis pada kelompok perempuan miskin. Masalah kemiskinan yang berwajah perempuan ini, memiliki keterkaitan dengan nilai budaya yang tidak memberi ruang cukup luas bagi partisipasi perempuan.

Selain itu, sulitnya akses jalan menuju fasilitas kesehatan yang memadai menimbulkan permasalahan mahalnya biaya transportasi menuju fasilitas kesehatan. Di wilayah desa yang terpencil dengan stasus ekonomi menengah ke bawah, akses ke pusat layanan kesehatan harus ditempuh dengan menggunakan ojek dengan kondisi


(24)

9

jalan yang rusak dan berliku. Kondisi ini tentu saja menambah biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan layanan kesehatan. Kondisi ini tentu saja menambah biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan layanan kesehatan. (WRI, 2010)

2.2.3 Jumlah Pelayanan Kesehatan

Pertolongan persalinan dengan bantuan tenaga kesehatan terlatih merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk menurunkan AKI di Indonesia. Persentase persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih meningkat dari 66,7% pada tahun 2002 menjadi 77,34% pada tahun 2009. Angka tersebut terus meningkat menjadi 82,3% pada tahun 2010. Disparitas pertolongan persalinan oleh tenaga terlatih antarwilayah masih merupakan masalah. Pada tahun 2009 menunjukkan capaian tertinggi sebesar 98,14% di DKI Jakarta sedangkan terendah sebesar 42,48% di Maluku. (WRI, 2013)

Tetapi, sistem rujukan dari rumah ke puskesmas dan ke rumah sakit juga belum berjalan optimal. Ditambah lagi, dengan kendala geografis, hambatan transportasi, dan faktor budaya. Selain itu pemerintah juga harus merapikan sistem pencatatan terkait upaya penurunan AKI di Indonesia sehingga data yang ditampilkan benar-benar menggambarkan kondisi kesehatan perempuan Indonesia saat ini. (WRI, 2013)

2.2.4 Jarak Fasilitas Kesehatan

Proses kelahiran merupakan salah satu peristiwa kegawat daruratan yang terjadi di masyarakat. Peristiwa kegawat daruratan ini, apabila dibiarkan begitu saja, akan menyebabkan kematian pada ibu, sehingga hal ini dapat meningkatkan AKI. Aksesibilitas yang terjangkau terhadap fasilitas kesehatan merupakan salah satu cara


(25)

10

untuk menghidari kematian pada ibu. Keterjangkauan fasilitas kesehatan terhadap peristiwa kegawat daruratan ditunjukkan dalam beberapa penelitian sebagai berikut.

Menurut penelitian Nicholl Jon, et al pada tahun 2007, peningkatan perjalanan jarak ke rumah sakit dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian. Berdasarkan hasil penelitian ditunjukkan bahwa setiap pertambahan kilometer jarak dapat meningkatkan 2% kematian pasien. Ini setara dengan peningkatan absolut 1% perkiraan kematian terkait dengan setiap kenaikan 10km. Peningkatan kematian pada pasien ini dapat dilihat pada pasien dengan masalah pernapasan, namun pada pasien dengan keluhan dada sakit tidak terjadi peningkatan yang berarti. Ini berarti bahwa peningkatan mortalitas untuk sejumlah kecil pasien dengan mengancam jiwa keadaan darurat, yang harus melakukan perjalanan jauh sebagai hasilnya.

2.2.5 Keberadaan Desa atau Kelurahan Siaga Aktif

Sejak tahun 2006, Departemen Kesehatan RI melakukan upaya terobosan berupa program Desa Siaga, dimana dengan program ini diharapkan adanya peningkatan derajat kesehatan penduduk Indonesia dan untuk akselerasi pencapaian MDGs mengenai penurunan angka kematian ibu (AKI). Desa Siaga merupakan suatu kondisi masyarakat desa yang memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana dan kegawat daruratan kesehatan secara mandiri. Dalam pengembangannya, program Desa Siaga dilaksankan seara bertahap. Tahap pertama adalah pratama, kemudian dilanjutkan dengan tahap madya, tahap purnama, dan tahapterahir yaitu mandiri (Kemenkes, 2014). Dalam pentahapan ini, terhadap delapan unsur yang harus dipenuhi, semakin tinggi pentahapan desa siaganya, semakin banyak pula unsur yang telah dipenuhi.


(26)

11

Berikut ini delapan unsur dalam Desa atau Kelurahan Siaga Aktif :

1. Kepedulian Pemerintah Desa atau Kelurahan dan pemuka masyarakat terhadap Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang tercermin dari keberadaan dan keaktifan Forum Desa dan Kelurahan.

2. Keberadaan Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader teknis Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.

3. Kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar yang buka atau memberikan pelayanan setiap hari .

4. Keberadaan UKBM yang dapat melaksanakan (a) survailans berbasis masyarakat, (b) penanggulangan bencana dan kedaruratan kesehatan, (c) penyehatan lingkungan.

5. Tercakupnya (terakomodasikannya) pendanaan untuk pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif dalam Anggaran Pembangunan Desa atau Kelurahan serta dari masyarakat dan dunia usaha

6. Peran serta aktif masyarakat dan organisasi kemasyarakatan dalam kegiatan kesehatan di Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.

7. Peraturan di tingkat desa atau kelurahan yang melandasi dan mengatur tentang pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.

8. Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga di desa atau kelurahan.

Dari hasil evaluasi Kementerian Kesehatan pada tahun 2009, didapatkan bahwa dari 75.410 desa dan kelurahan di seluruh wilayah Indonesia tercatat 42.295 (56,1%) desa dan kelurahan telah memulai upaya mewujudkan Desa Siaga dan Kelurahan Siaga. (Depkes RI, 2012)


(27)

12

Sistem Informasi Geografis

Menurut Bappeda Provinsi NTB tahun 2012, SIG merupakan suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, sumberdaya manusia, dan data yang terintegrasi secara efektif untuk memasukkan, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisis, dan menampilkan data dalam suatu informasi visual berbasis geografis. Secara umum fungsi-fungsi dasar SIG (Aini Aisah, 2007), yaitu:

1. Akuisisi data dan proses awal meliputi: digitasi, editing, pembangunan topologi, konversi format data, pemberian atribut dll.

2. Pengelolaan database meliputi : pengarsipan data, permodelan bertingkat, pemodelan jaringan pencarian atribut dan lain-lain.

3. Pengukuran keruangan dan analisis meliputi : operasi pengukuran, analisis daerah penyanggga, overlay, dan lain-lain.

4. Penayangan grafis dan visualisasai meliputi : transformasi skala generalisasi, peta topografi, peta statistic, tampilan perspektif.

2.3.1 Tipe dan Struktur Data dalam SIG

SIG memiliki sistem manajemen data yang dapat mengolah dan memadukan 2 jenis data, yaitu:

1. Data Atribute

Data atribut/non-spasial, data yang merepresentasikan aspek-aspek deskriptif dari fenomena yang dimodelkannya. Misalnya data sensus penduduk, catatan survei, data statistik lainnya.


(28)

13

2. Data Spasial

Data spasial mempunyai pengertian sebagai suatu data yang mengacu pada posisi, obyek, dan hubungan diantaranya dalam ruang bumi. Data spasial merupakan salah satu item dari informasi, dimana bumi, dibawah permukaan bumi, perairan, kelautan dan bawah atmosfir. Data spasial dan informasi turunannya digunakan untuk menentukan posisi dari identifikasi suatu elemen di permukaan bumi. Sumber data spasial bisa didapatkan dari citra satelit, peta analog, foto udara (aerial photograhps), data tabular, dan data survei. Sampai saat ini terdapat dua model data spasil yang ada dalam SIG yaitu model data raster dan model data vektor. Model data raster menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan struktur matriks atau pixel-pixel yang membentuk grid 30. Kumpulan pixel-pixel yang menggambar suatu obyek spasial dapat disebut sebagai dataset obyek. Setiap pixel dalam dataset raster mempunyai informasi atau sekumpulan data yang unik. Informasi yang terdapat dalam satu pixel dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu data atribut (informasi mengenai obyek, misal: sawah, kebun, pemukiman dan sebagainya) dan koordinat data yang menunjukkan posisi geometris dari data tersebut. Model data vektor menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis atau poligon beserta atribut-atributnya. Bentuk-bentuk tersebut didefinisikan oleh sistem koordinat cartesian dua dimensi (x,y) (Asyhar Tunissea, 2008).


(29)

14

2.3.2 Fungsi Analisis Data Spasial dalam SIG

Pada analisis spasial dalam SIG terdapat beberapa fungsi, dimana fungsi ini dapat digunakan untuk yang mendapatkan informasi tamabahan dari suatu data (Lenny Susie Hutauruk, 2008 ), berikut ini merupakan fungsi dari analisis spasial :

1. Jaringan (network)

Fungsi ini akan menunjukkan data spasial titik (point) atau garis (lines) sebagai suatu jaringan yang tidak terpisahkan. Fungsi ini sering digunakan di dalam bidang transportasi dan utility. Fungsi ini juga dapat digunakan untuk menghitung jarak terdekat antara dua titik tanpa menghitung selisih absis dan ordinat titik awal dan titik akhirnya.

2. Overlay

Pada fungsi ini akan menghasilkan data spasial baru dari minimal mdua data spasil yang menjadi masukannya. Contoh pengunaan fungsi ini yaitu pada penyebaran penyakit TB Paru dengan BTA (+) dengan kondisi fisik rumah penderita.

3. Buffering

Fungsi buffering ini akan menghasilkan data spasial baru berupa bentuk polygon atau zone dengan jarak tertentu dari data spasial yang dimasukkan. Dimana untuk data spasil berupa titik akan menghasilkan data spasial baru berupa lingkran yang mengelilingi titik pusatnya. Sedangkan untuk data spasil berupa garis akan menghasilkan data spasil baru berupa data poligon. Demikian pula untuk data spasil berupa polygon akan menghasilkan data spasil baru berupa data polygon yang lebih besar dan konsentris.


(30)

15

2.3.3 Jenis-Jenis Peta yang Dihasilkan SIG

SIG mampu menyajikan data menjadi sebuah informasi dalam bentuk peta tematik. Peta tematik menggunakan berbagai simbolisasi kartografi untuk menggambarkan pola spasial tertentu dengan data kualitatif maupun kuantitatif dari berbagai sumber informasi. Berikut ini jenis-jenis peta tematik yang dapat dihasilkan SIG, antaralain:

1. Choropleth Map

Peta ini adalah jenis yang paling umum, dan terutama cocok untuk menampilkan data standar seperti tarif, kepadatan atau persentase. Peta ini menggolongkan suatu daerah atau lokasi dalam kelas-kelas tertentu dengan menggunakan degradasi warna untuk merepresentasikan nilai data atributnya. Sebuah warna yang berbeda digunakan untuk merepresentasikan sebuah informasi, yang memungkinkan pengguna untuk mengidentifikasi daerah memiliki tinggi, nilai rendah atau menengah.

Gambar 2.1 Peta Choropleth Kota New York Sumber : Center for Disease Control and Prevention 2. Dot Dencity Map

Peta ini menggambarkan eristiwa individu atau kelompok peristiwa ditandai dengan titik (dot), yang memungkinkan pengguna untuk pola geografis seperti cluster.


(31)

16

Penggunaan teknik peta ini yang paling terkenal adalah dengan Dr John Snow, yang memetakan kematian kolera di wabah di London pada 1854 dan mampu menunjukkan bahwa mereka terkonsentrasi di sekitar pompa air tertentu. Peta ini baik digunakan untuk data besar dan menunjukkan beberapa setdata dengan menggunakan simbol-simbol atau warna yang berbeda. Interpretasi peta ini dipengaruhi oleh desain dibuat sepeti ukuran titik, warna, dan pengaturan lainnya.

Gambar 2.2 Peta Dot Density Kelahiran pada Remaja di Meksiko Sumber : Center for Disease Control and Prevention 3. Heatmap

Heatmap digunakan untuk memudahkan dalam pengidentifikasian atau melakukan cluster data. Peta ini digunakan untuk menunjukkan kepadatan (atau frekuensi) dari peristiwa yang terjadi pada setiap wilayah atau lokasi pada peta. Untuk menilai kepadatan suatu peristiwa digunakan pewarnaan-pewarnaan tertentu, umumnya yang sering digunakan seperti warna biru, hijau, kuning dan merah. Warna biru menandai daerah-daerah yang frekuensi kejadian yang relatif sedikit, warna hijau dan kuning menandai frekuensi kejadian sedang. Dan warna merah menandai daerah dengan fekuensi terbanyak.


(32)

17

Pemanfaatan SIG dalam Bidang Kesehatan Masyarakat

Pemanfaatan SIG dalam bidang Kesehatan Masyarakat pertama kali dipelopori oleh Jhon Snow, yang memetakan kematian kolera di wabah di London pada 1854 dan mampu menunjukkan bahwa mereka terkonsentrasi di sekitar pompa air tertentu. Dengan semakin berkembangnya teknologi, pemanfaatan SIG dapat menciptakan sebuah pelaung baru bagi tenaga kesehatan masyarakat dalam meningkatkan perencanaan, analisis, monitoring, dan juga manajemen untuk sistem kesehatan masyarakat (Kristina 2008). Pemanfaatan aplikasi SIG dalam bidang kesehatan masyarakat secara umum yaitu :

1. Dapat menemukan persebaran secara geografis jenis-jenis penyakit serta meramalkan terjadinya wabah.

Pemanfaatan aplikasi pada poin ini dapat dilihat penerapannya pada penelitian Fuada Novianti, dkk tahun 2012. Dimana dalam penelitiannnya didapatkan daerah yang memiliki kasus gizi buruk tinggi, secara faktual disebabkan oleh faktor KK miskin tinggi, kejadian penyakit infeksi tinggi dan pemanfaatan posyandu oleh balita/ibu balita rendah. Sehingga pada daerah tersebut merupakan daerah rawan dan berpotensi rawan gizi (dilihat dari empat variabel). Terdapat 4 wilayah tergolong rawan tingkat resiko tinggi, dan 14 wilayah dikategorikan sedang. Pada daerah Kategori sedang ini mempunyai dua kemungkin, akan berubah ke tingkat kategori tinggi atau kategori rendah, oleh karena itu sebaiknya perhatian tidak hanya pada daerah kategori tinggi tetapi juga fokus pada kategori sedang.


(33)

18

2. Dapat melakukan intervensi-intervensi untuk perencanaan dan target. Pemanfaatan aplikasi SIG pada poin ini dapat dilihat pada penelitian yang dilakukan oleh Dian Kurniasari tahun 2009, aplikasi SIG dapat digunakan untuk memetakan distribusi sasaran pemantauan kesehatan ibu seperti distribusi ibu hamil K1, K4, ibu hamil resti, ibu hamil yang akan bersalin, ibu bersalin, sarana pelayanan kesehatan, jarak pelayanan kesehatan dengan ibu hamil serta persentase kemiskinan dengan ibu hamil resti di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan bulan November – Desember Tahun 2010. 3. Didapatkannya informasi kesehatan dengan menggunakan peta-peta di

internet.

4. Dapat menempatkan fasilitas kesehatan yang dapat dijangkau oeh masyarakat. (Kristina, 2008).


(1)

2. Data Spasial

Data spasial mempunyai pengertian sebagai suatu data yang mengacu pada posisi, obyek, dan hubungan diantaranya dalam ruang bumi. Data spasial merupakan salah satu item dari informasi, dimana bumi, dibawah permukaan bumi, perairan, kelautan dan bawah atmosfir. Data spasial dan informasi turunannya digunakan untuk menentukan posisi dari identifikasi suatu elemen di permukaan bumi. Sumber data spasial bisa didapatkan dari citra satelit, peta analog, foto udara (aerial photograhps), data tabular, dan data survei. Sampai saat ini terdapat dua model data spasil yang ada dalam SIG yaitu model data raster dan model data vektor. Model data raster menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan struktur matriks atau pixel-pixel yang membentuk grid 30. Kumpulan pixel-pixel yang menggambar suatu obyek spasial dapat disebut sebagai dataset obyek. Setiap pixel dalam dataset raster mempunyai informasi atau sekumpulan data yang unik. Informasi yang terdapat dalam satu pixel dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu data atribut (informasi mengenai obyek, misal: sawah, kebun, pemukiman dan sebagainya) dan koordinat data yang menunjukkan posisi geometris dari data tersebut. Model data vektor menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis atau poligon beserta atribut-atributnya. Bentuk-bentuk tersebut didefinisikan oleh sistem koordinat cartesian dua dimensi (x,y) (Asyhar Tunissea, 2008).


(2)

2.3.2 Fungsi Analisis Data Spasial dalam SIG

Pada analisis spasial dalam SIG terdapat beberapa fungsi, dimana fungsi ini dapat digunakan untuk yang mendapatkan informasi tamabahan dari suatu data (Lenny Susie Hutauruk, 2008 ), berikut ini merupakan fungsi dari analisis spasial :

1. Jaringan (network)

Fungsi ini akan menunjukkan data spasial titik (point) atau garis (lines) sebagai suatu jaringan yang tidak terpisahkan. Fungsi ini sering digunakan di dalam bidang transportasi dan utility. Fungsi ini juga dapat digunakan untuk menghitung jarak terdekat antara dua titik tanpa menghitung selisih absis dan ordinat titik awal dan titik akhirnya.

2. Overlay

Pada fungsi ini akan menghasilkan data spasial baru dari minimal mdua data spasil yang menjadi masukannya. Contoh pengunaan fungsi ini yaitu pada penyebaran penyakit TB Paru dengan BTA (+) dengan kondisi fisik rumah penderita.

3. Buffering

Fungsi buffering ini akan menghasilkan data spasial baru berupa bentuk polygon atau zone dengan jarak tertentu dari data spasial yang dimasukkan. Dimana untuk data spasil berupa titik akan menghasilkan data spasial baru berupa lingkran yang mengelilingi titik pusatnya. Sedangkan untuk data spasil berupa garis akan menghasilkan data spasil baru berupa data poligon. Demikian pula untuk data spasil berupa polygon akan menghasilkan data spasil baru berupa data polygon yang lebih besar dan konsentris.


(3)

2.3.3 Jenis-Jenis Peta yang Dihasilkan SIG

SIG mampu menyajikan data menjadi sebuah informasi dalam bentuk peta tematik. Peta tematik menggunakan berbagai simbolisasi kartografi untuk menggambarkan pola spasial tertentu dengan data kualitatif maupun kuantitatif dari berbagai sumber informasi. Berikut ini jenis-jenis peta tematik yang dapat dihasilkan SIG, antaralain:

1. Choropleth Map

Peta ini adalah jenis yang paling umum, dan terutama cocok untuk menampilkan data standar seperti tarif, kepadatan atau persentase. Peta ini menggolongkan suatu daerah atau lokasi dalam kelas-kelas tertentu dengan menggunakan degradasi warna untuk merepresentasikan nilai data atributnya. Sebuah warna yang berbeda digunakan untuk merepresentasikan sebuah informasi, yang memungkinkan pengguna untuk mengidentifikasi daerah memiliki tinggi, nilai rendah atau menengah.

Gambar 2.1 Peta Choropleth Kota New York Sumber : Center for Disease Control and Prevention

2. Dot Dencity Map


(4)

Penggunaan teknik peta ini yang paling terkenal adalah dengan Dr John Snow, yang memetakan kematian kolera di wabah di London pada 1854 dan mampu menunjukkan bahwa mereka terkonsentrasi di sekitar pompa air tertentu. Peta ini baik digunakan untuk data besar dan menunjukkan beberapa setdata dengan menggunakan simbol-simbol atau warna yang berbeda. Interpretasi peta ini dipengaruhi oleh desain dibuat sepeti ukuran titik, warna, dan pengaturan lainnya.

Gambar 2.2 Peta Dot Density Kelahiran pada Remaja di Meksiko Sumber : Center for Disease Control and Prevention

3. Heatmap

Heatmap digunakan untuk memudahkan dalam pengidentifikasian atau melakukan

cluster data. Peta ini digunakan untuk menunjukkan kepadatan (atau frekuensi) dari peristiwa yang terjadi pada setiap wilayah atau lokasi pada peta. Untuk menilai kepadatan suatu peristiwa digunakan pewarnaan-pewarnaan tertentu, umumnya yang sering digunakan seperti warna biru, hijau, kuning dan merah. Warna biru menandai daerah-daerah yang frekuensi kejadian yang relatif sedikit, warna hijau dan kuning menandai frekuensi kejadian sedang. Dan warna merah menandai daerah dengan fekuensi terbanyak.


(5)

Pemanfaatan SIG dalam Bidang Kesehatan Masyarakat

Pemanfaatan SIG dalam bidang Kesehatan Masyarakat pertama kali dipelopori oleh Jhon Snow, yang memetakan kematian kolera di wabah di London pada 1854 dan mampu menunjukkan bahwa mereka terkonsentrasi di sekitar pompa air tertentu. Dengan semakin berkembangnya teknologi, pemanfaatan SIG dapat menciptakan sebuah pelaung baru bagi tenaga kesehatan masyarakat dalam meningkatkan perencanaan, analisis, monitoring, dan juga manajemen untuk sistem kesehatan masyarakat (Kristina 2008). Pemanfaatan aplikasi SIG dalam bidang kesehatan masyarakat secara umum yaitu :

1. Dapat menemukan persebaran secara geografis jenis-jenis penyakit serta meramalkan terjadinya wabah.

Pemanfaatan aplikasi pada poin ini dapat dilihat penerapannya pada penelitian Fuada Novianti, dkk tahun 2012. Dimana dalam penelitiannnya didapatkan daerah yang memiliki kasus gizi buruk tinggi, secara faktual disebabkan oleh faktor KK miskin tinggi, kejadian penyakit infeksi tinggi dan pemanfaatan posyandu oleh balita/ibu balita rendah. Sehingga pada daerah tersebut merupakan daerah rawan dan berpotensi rawan gizi (dilihat dari empat variabel). Terdapat 4 wilayah tergolong rawan tingkat resiko tinggi, dan 14 wilayah dikategorikan sedang. Pada daerah Kategori sedang ini mempunyai dua kemungkin, akan berubah ke tingkat kategori tinggi atau kategori rendah, oleh karena itu sebaiknya perhatian tidak hanya pada daerah kategori tinggi tetapi juga fokus pada kategori sedang.


(6)

2. Dapat melakukan intervensi-intervensi untuk perencanaan dan target. Pemanfaatan aplikasi SIG pada poin ini dapat dilihat pada penelitian yang dilakukan oleh Dian Kurniasari tahun 2009, aplikasi SIG dapat digunakan untuk memetakan distribusi sasaran pemantauan kesehatan ibu seperti distribusi ibu hamil K1, K4, ibu hamil resti, ibu hamil yang akan bersalin, ibu bersalin, sarana pelayanan kesehatan, jarak pelayanan kesehatan dengan ibu hamil serta persentase kemiskinan dengan ibu hamil resti di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan bulan November – Desember Tahun 2010. 3. Didapatkannya informasi kesehatan dengan menggunakan peta-peta di

internet.

4. Dapat menempatkan fasilitas kesehatan yang dapat dijangkau oeh masyarakat. (Kristina, 2008).


Dokumen yang terkait

ANALISIS POTENSI KEKERINGAN GEOMORFOLOGI MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Analisis Potensi Kekeringan Geomorfologi Menggunakan Sistem Informasi Geografis Di Kabupaten Purworejo.

0 3 13

ANALISIS POTENSI KEKERINGAN GEOMORFOLOGI MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Analisis Potensi Kekeringan Geomorfologi Menggunakan Sistem Informasi Geografis Di Kabupaten Purworejo.

2 8 14

ANALISIS KONDISI RESAPAN AIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Analisis Kondisi Resapan Air Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis di Kabupaten Gunungkidul.

1 3 19

ANALISIS KONDISI RESAPAN AIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Analisis Kondisi Resapan Air Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis di Kabupaten Gunungkidul.

0 5 13

ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN JALAN MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KOTA SURAKARTA Analisis Tingkat Kerusakan Jalan Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis Di Kota Surakarta Dan Sekitarnya.

0 4 12

ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN JALAN MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KOTA SURAKARTA Analisis Tingkat Kerusakan Jalan Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis Di Kota Surakarta Dan Sekitarnya.

0 3 18

ANALISIS AGIHAN IKLIM KLASIFIKASI OLDEMAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN Analisis Agihan iklim Klasifikasi Oldeman Menggunakan Sistem Informasi Geografis di Kabupaten Cilacap.

0 5 16

ANALISIS DAERAH RESAPAN AIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Analisis Daerah Resapan Air dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

1 3 14

ANALISIS DAERAH RESAPAN AIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Analisis Daerah Resapan Air dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

0 7 15

Perkembangan Pariwisata di buleleng Bali

0 0 13