STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA PENUTUR KELUARGA MINANGKABAU PADA LANGGAM KATO MANDAKI-MANURUN DI KECAMATAN SUNGAI GERINGGING KABUPATEN PADANG PARIAMAN DAN PERANCANGANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR KETERAMPILAN BERBICARA.

(1)

STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA PENUTUR

KELUARGA MINANGKABAU PADA LANGGAM KATO MANDAKI-MANURUN DI KECAMATAN SUNGAI GERINGGING KABUPATEN PADANG PARIAMAN

DAN PERANCANGANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR KETERAMPILAN BERBICARA

TESIS

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

oleh

RAHMIA DELIMA NIM 1201338

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

DI KECAMATAN SUNGAI GERINGGING KABUPATEN PADANG PARIAMAN DAN PERANCANGANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR

KETERAMPILAN BERBICARA

disetujui dan disahkan oleh pembimbing: Pembimbing I

Dr. Andoyo Sastromiharjo, M. Pd. NIP 19610901986031004

Pembimbing II

Dr. Yeti Mulyati, M. Pd. NIP 196008091986012001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Strategi Kesantunan Berbahasa Penutur Keluarga Minangkabau Pada Langgam Kato Mandaki-Manurun di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman dan Perancanganya

Sebagai Bahan Ajar Keterampilan Berbicara” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko atau sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, September 2013

Yang membuat pernyataan

Rahmia Delima


(4)

pencipta alam semesta, atas segala limpahan rahmat dan nikmat yang tidak pernah terputus kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Salawat dan salam selalu penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad Saw., insan utama penyejuk jiwa dan teladan bagi setiap umat manusia yang telah menunjukkan jalan kebenaran. Dengan mengucap rasa syukur sehingga tesis yang berjudul “Strategi Kesantunan Berbahasa Penutur Keluarga Minangkabau pada Langgam Kato Mandaki-manurun di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman dan Perancanganya

Sebagai Bahan Ajar Keterampilan Berbicara” ini dapat diselesaikan.

Tesis ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan pada program studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Sekolah Pascasarjana,Universitas Pendidikan Indonesia. Penyusunan tesis ini dapat diselesaikan tidak terlepas dari campur tangan berbagai pihak. Disadari bahwa penyusunan tesis ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis membutuhkan saran dan kritik yang dapat meningkatkan kualitas tesis.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini, banyak pihak yang telah membantu dan memberikan dukungannya baik secara materil maupun moril. Demikian pula segala bantuan yang penulis peroleh selama di bangku perkuliahan. Penulis merasa sangat bersyukur dan mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu.

Bandung, September 2014


(5)

UCAPAN TERIMA KASIH Bismillahirohmanirohim,

Alhamdulillahirobbil’alamin, penulis panjatkan rasa syukur yang teramat dalam atas rahmat dan hidayah dari Allah Swt sehingga penulis diberi kemampuan untuk menyelesaikan tesis ini. Hanya karena Dia-lah segala kebaikan dan keberhasilan dapat tercapai.

Dalam proses penulisan tesis ini, penulis mendapat banyak bantuan, arahan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, dengan ikhlas dan sepenuh hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setingi-tingginya kepada pihak-pihak berikut ini:

1. Dr. Andoyo Sastromiharjo, M.Pd., selaku Pembimbing I, yang dengan kesabarannya memberikan bimbingan dan motivasi yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini;

2. Dr. Yeti Mulyati, M.Pd., selaku Pembimbing II sekaligus Pembimbing akademik, yang telah membantu dan membimbing proses akademik penulis selama mengenyam pendidikan di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia;

3. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah Pascasarjana Universitas Indonesia, diantaranya Dr. Sumiyadi, M.Hum., Prof. Dr. H. Iskandarwassid, M.Pd., Prof. Dr. H. Syamsudin AR, M.Sc., Prof. Dr. H. Kosadi Hidayat, M.Pd., Prof. Dr. Hj. Yoce Aulia Darma, M.Pd., Prof. Dr. Dadang Sunendar, M.Hum., Dr. Dadang Anshori, M.S.i., Prof. Dr. H. Syihabuddin, M.Pd., Dr. Hj. Vismaia Sabariah Damaianti, M.Pd., Prof. Dr. H. Yus Rusyana, Dr. Hj. Isah Cahyani, M.Pd., Dr. Hj. Nuny Sulistiany Idris, M.P.d., dan Dr. E. Kosasih, M.Pd.;

4. Bapak Romi, Bapak Imam, Ibu Rina, Bapak Tamar, Bapak Riduan, Bapak Ali Umar dan semua anggota keluarga yang telah bersedia menjadi informan, yang telah memberikan kesempatan yang tulus dan bersedia direkam tuturan dalam percakapan seharia-hari;


(6)

kelelahan dan rela berjauhan dalam penyelesian tesis ini);

7. kedua orang tua tercinta dan keluarga terkasih, Ayahnda Zulkarnaini , Ibunda Supik, Kakanda Mira Charles\Betharianto , Kakanda Zuliansi.

/Rizki, Kakanda Yatris Memori Wati, kakanda Puji Astuti, Adinda Ildawati, Adinda Zurilawati, Adinda Faisal Tanjung, Adinda Muhamad Hafis, dan malaikat-malaikiat kecil yang selalu buatku tersenyum, Muhamad Zaki, Azura Nurfahma, anajmi Fikra Islami, Zahra Lutfiani Fabeta, Najla dan Adillah;

8. keluarga besar Hj. Nidar, Etek, Apak, Mak Anan/Mintuo, Mak Enek, Mintuo, dan Andah/Mintuo;

9. keluarga besar Mertua (Ayah, Amak beserta adik-adikku tercinta) yang telah memberikan kasih sayang dan doanya kepada penulis;

10.rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah Pascasarjana Universitas Pendididikan Indonesia angkatan 2012 yang selalu berbagi dan bersama-sama dalam suka maupun duka selama menempuh pendidikan;

11.semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang dengan ketulusannya telah membantu penulis selama menempuh pendidikan di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia;

Semoga segala bantuan dan dorongan yang telah diberikan kepada penulis menjadi amal ibadah dan mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah Swt. Aamiin.


(7)

vii Rahma Delima, 2014

Strategi Kesantunan Berbahasa Penutur Keluarga Minangkabau Pada Langgam Kato Mandaki-Manurun Di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman Dan Perancangannya Sebagai Bahan Ajar Keterampilan Berbicara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR BAGAN ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 9

F. Definisi Operasional ... 10

BAB II IKHWAL KESANTUNAN BERBAHASA DAN BAHAN AJAR KETERAMPILAN BERBICARA ... 12

A. Hakikat Kesantunan Berbahasa ... 12

1. Pengertian Tindak Tutur... 13

2. Jenis Tindak Tutur ... 14

3. Strategi Bertutur ... 15

4. Batasan Konteks Tutur ... 18

5. Batasan Langgam Kato nan Ampek ... 20

B. Bahan Ajar Keterampilan Berbicara ... 23

1. Hakikat Bahan Ajar ... 23

2. Hakikat Keterampilan Berbicara di SD ... 26

C. Paradigma Berpikir ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 32

A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 32

B. Deskripsi Wilayah ... 32

C. Korpus dan Sumber Data Penelitian ... 37

D. Teknik Pengumpulan Data ... 38

E. Instrumen Penelitian ... 38

F. Teknik Analisis Data... 39


(8)

viii Rahma Delima, 2014

1. Deskripsi Data Jenis Tindak Tutur dalam Langgam Kato Mandaki-Manurun pada Lingkungan Penutur Minangkabau di

Kecamatan Sungai Geringing Kabupaten Padang Pariaman ... 54 2. Deskripsi Data Strategi Bertutur dalam Langgam Kato

Mandaki-Manurun pada Lingkungan Penutur Minangkabau di Kecamatan

Sungai Geringing Kabupaten Padang Pariaman ... 57 3. Deskripsi Data Konteks Tindak Tutur dalam Langgam Kato

Mandaki-Manurun pada Lingkungan Penutur Minangkabau di

Kecamatan Sungai Geringing Kabupaten Padang Pariaman ... 60 C. Analisis Data ... 61

1. Analisis Data Jenis Tindak Tutur dalam Langgam Kato Mandaki-Manurun pada Lingkungan Penutur Minangkabau di

Kecamatan Sungai Geringing Kabupaten Padang Pariaman ... 61 2. Analisis Data Strategi Bertutur dalam Langgam Kato

Mandaki-Manurun pada Lingkungan Penutur Minangkabau di Kecamatan

Sungai Geringing Kabupaten Padang Pariaman ... 66 3. Analisis Data Konteks Tindak Tutur dalam Langgam Kato

Mandaki-Manurun pada Lingkungan Penutur Minangkabau di

Kecamatan Sungai Geringing Kabupaten Padang Pariaman ... 74 D. Pembahasan ... 76

1. Jenis Tindak Tutur dalam Langgam Kato Mandaki-Manurun pada Lingkungan Penutur Minangkabau di Kecamatan Sungai

Geringing Kabupaten Padang Pariaman ... 76 2. Strategi Bertutur dalam Langgam Kato Mandaki-Manurun pada

Lingkungan Penutur Minangkabau di Kecamatan Sungai

Geringing Kabupaten Padang Pariaman ... 78 3. Konteks Tindak Tutur dalam Langgam Kato Mandaki-Manurun

pada Lingkungan Penutur Minangkabau di Kecamatan Sungai

Geringing Kabupaten Padang Pariaman ... 80

BAB V PEMANFAATAN STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA MASYARAKAT SUNGAI GERINGGING SEBAGAI BAHAN AJAR


(9)

ix Rahma Delima, 2014

Strategi Kesantunan Berbahasa Penutur Keluarga Minangkabau Pada Langgam Kato Mandaki-Manurun Di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman Dan Perancangannya Sebagai Bahan Ajar Keterampilan Berbicara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 105

A. Simpulan ... 105

B. Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 108

RIWAYAT HIDUP PENULIS ... 366

DAFTAR TABEL Tabel 1 Jenis Tindak Tutur Langgam Kato Mandaki-Manurun di Lingkungan Keluarga Penutur Bahasa Minangkabau Yang Berprofesi Sebagai PNS 41 Tabel 2 Jenis Tindak Tutur Langgam Kato Mandaki-Manurun di Lingkungan Keluarga Penutur Bahasa Minangkabau Yang Berprofesi Sebagai Petani 42

Tabel 3 Jenis Tindak Tutur Langgam Kato Mandaki-Manurun di Lingkungan Keluarga Penutur Bahasa Minangkabau Yang Berprofesi Sebagai Pedagang 43 Tabel 4 Jenis Tindak Tutur Langgam Kato Mandaki-Manurun di Lingkungan Keluarga Penutur Bahasa Minangkabau Yang Berprofesi Sebagai Supir Angkot 44

Tabel 5 Jenis Tindak Tutur Langgam Kato Mandaki-Manurun di Lingkungan Keluarga Penutur Bahasa Minangkabau Yang Berprofesi Sebagai Polisi 45

Tabel 6 Jenis Tindak Tutur Langgam Kato Mandaki-Manurun di Lingkungan Keluarga Penutur Bahasa Minangkabau Yang Berprofesi Sebagai Ustadz 46 Tabel 7 Jenis Tindak Tutur Langgam Kato Mandaki-Manurun


(10)

x Rahma Delima, 2014

Tabel 9 Jenis Tindak Tutur Langgam Kato Mandaki-Manurun di Lingkungan Keluarga Penutur Bahasa Minangkabau

Yang Berprofesi Sebagai Petani 49 Tabel 10 Jenis Tindak Tutur Langgam Kato Mandaki-Manurun

di Lingkungan Keluarga Penutur Bahasa Minangkabau

Yang Berprofesi Sebagai Petani 50 Tabel 11 Jenis Tindak Tutur Langgam Kato Mandaki-Manurun

di Lingkungan Keluarga Penutur Bahasa Minangkabau

Yang Berprofesi Sebagai Petani 51 Tabel 12 Jenis Tindak Tutur Langgam Kato Mandaki-Manurun

di Lingkungan Keluarga Penutur Bahasa Minangkabau

Yang Berprofesi Sebagai Petani 52 Tabel 13 Jumlah Jenis Tindak Tutur dalam Percakapan

Sehari-hari pada Lingkungan Keluarga Penutur Minangkabau di Kecamatan Sungai Geringging

Kabupaten Padang Pariaman 54

Tabel 14 Jumlah Jenis Tindak Tutur dalam Percakapan

Sehari-hari pada Lingkungan Lintas Profesi Keluarga Penutur Minangkabau di Kecamatan Sungai Geringging

Kabupaten Padang Pariaman 54

Tabel 15 Jumlah Strategi Bertutur dalam Percakapan Sehari-hari pada Lingkungan Keluarga Penutur Minangkabau di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten

Padang Pariaman 56

Tabel 16 Jumlah Strategi Bertutur dalam Percakapan Sehari-hari pada Lingkungan Lintas Profesi Keluarga Penutur Minangkabau di Kecamatan Sungai Geringging


(11)

xi Rahma Delima, 2014

Strategi Kesantunan Berbahasa Penutur Keluarga Minangkabau Pada Langgam Kato Mandaki-Manurun Di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman Dan Perancangannya Sebagai Bahan Ajar Keterampilan Berbicara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR BAGAN

Gambar 1 Bagan Kerangka Berpikir 31 Gambar 2 Grafik Perbandingan Luas Ke camatan

di Kabupaten Padang Pariaman 34 Gambar 3 Letak Geografis Kecamatan Sungai Geringging


(12)

xii Rahma Delima, 2014

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Biodata Informan ... 110

Lampiran 2 Transkripsi Data Penelitian ... 117

Lampiran 3 Tabel Terjemahan Transkripsi Data ... 160

Lampiran 4 Tabel Deskripsi Data Penelitian ... 201

Lampiran 5 Hasil Validasi atau Uji Kelayakan Data ... 334

Lampiran 6 Bahan Ajar Berupa Modul ... 336


(13)

xiii Rahma Delima, 2014

Strategi Kesantunan Berbahasa Penutur Keluarga Minangkabau Pada Langgam Kato Mandaki-Manurun Di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman Dan Perancangannya Sebagai Bahan Ajar Keterampilan Berbicara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lampiran 8 SK Pembimbing Penulisan Tesis ... 362

Lampiran 9 Surat Izin Penelitian... 364

Lampiran 10 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 365


(14)

ii

Keterampilan Berbicara Oleh

Rahmia Delima, S.Pd.

Bertutur merupakan kegiatan yang dilakukan seharihari dalam bertutur ada atruran yang harus diperhatiakan oleh penutur baik itu strategi maupun konteks saat bertutur. Masyarakat Minangkabau memiliki aturan khas dalam bertuturnya utura khas itu dikenal dengan istilah langgam kato nan ampek. Tesis ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan jenis tindak tutur, bentuk strategi bertutur, dan konteks tutur yang digunakan dalam langgam kato mandaki-manurun pada lingkungan keluarga penutur bahasa Minangkabau di Kecamatan Sungai Garinggiang Kabupaten Padang Pariaman dari berbagai lintas profesi serta merancang hasil kajian tindak tutur dalam langgam kato mandaki-manurun tersebut menjadi bahan ajar keterampilan berbicara di SD. Pendekatan yang digunakan dalam Penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif dengan strategi grounded theory (teori dari bawah). Metode yang digunakan dalam penelitan ini adalah metode deskriptif. Data yang menjadi korpus dalam penelitan ini adalah tuturan. Langkah-langkah dalam penganalisisan data penelitian ini adalah mentranskripsikan, menerjemahkan, mengklasifikasikan, menganalisis, membahas, dan menyimpulkan hasil temuan. Hasil temuan penelitian ini ada empat. Pertama, jenis tindak tutur yang dominan dalam langgam kato mandaki-manurun pada lingkungan keluarga penutur Minangkabau di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman adalah jenis tindak tutur lokusi. Kedua, bentuk strategi bertutur yang dominan dalam langgam kato mandaki-manurun pada lingkungan keluarga penutur Minangkabau di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman dari berbagai lintas profesi adalah bentuk strategi bertutur basa-basi kesantunan negatif. Ketiga, konteks tuturan antara suami dengan istri lazimnya menggunakan kata-kata bermuatan manja atau intim yang sangat menyentuh perasaan. Keempat, penggunaan langgam kato mandaki-manurun pada lingkungan keluarga Minangkabau dapat diimplementasikan dalam merancang sebuah modul pembelajaran Bahasa Indonesia di SD. Selanjutnya, penggunaan langgam kato nan ampek (mandaki-manurun) dapat diterapkan sebagai modul pembelajaran bahasa Indonesia kelas IV di SD. Hal ini dimaksudkan agar penggunaan kata sapaan dan langgam dapat dibiasakan pada konteks persekolahan sehingga generasi muda mengetahui penggunaan langgam


(15)

iii

Rahma Delima, 2014

Strategi Kesantunan Berbahasa Penutur Keluarga Minangkabau Pada Langgam Kato Mandaki-Manurun Di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman Dan Perancangannya Sebagai Bahan Ajar Keterampilan Berbicara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang santun dan tepat sesuai konteksnya berdasarkan kearifan lokal yang berkembang di sekitar lingkungan tempat tinggalnya

ABSTRACT

Well-behaved language strategy of utterances in the families in custom words of Kato Mandaki-manurun in Sungai Geringging sub district Padang

Pariaman regency and the design as the speaking teaching material By

Rahmia Delima, S.Pd.

Speaking is a daily activity and there are some things that need to be concerned by the speaker such as strategy and context during the speaking. Minangkabau society has special rules in speaking known as kato nan ampek. This thesis aims to describe four things, the kind of utterances, the form of utterances strategy, and the utterances context that were used in custom words of kato mandaki-manurun of the speakers in some families from various professions and designed the result of the study as the speaking teaching material in elementary school. The approach that was used in this research was qualitative approach using grounded theory strategy. The method that was used was descriptive method. The data that became the corpus in the research was the utterances. The technique of data analysis in this research was transcription, interpretation, classification, discussion and conclusion of the result. There are four results of this research. First, the dominant kind of the utterances in custom words of kato mandaki-manurun from the speakers of Minangkabau language in Sungai Geringging sub District Padang Pariaman regency was locutions. Second, the dominant form of utterance strategy in custom words of kato mandaki-manurun from the speakers of Minangkabau language in Sungai Geringging Sub district Padang Pariaman regency from various professions was negative politeness utterance. Third, the utterances context between a husband and wife usually used intimate words and touched-feeling. Fourth, the use of custom words of kato mandaki-manurun from the speakers of Minangkabau language from various professions can be implemented in designing a module of bahasa Indonesia in elementary school. Then, the use custom words of kato mandaki-manurun can be applied as modul in learning Indonesian language for grade IV in elementary school. The reason was to make the use of address form and custom


(16)

iv

Strategi Kesantunan Berbahasa Penutur Keluarga Minangkabau pada Langgam Kato Mandaki-Manurun di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman dan Perancanganya Sebagai Bahan Ajar

Keterampilan Berbicara Rahmia Delima, S.Pd.

ABSTRAK

Delima, Rahmia. 2014. Strategi Kesantunan Berbahasa Penutur Keluarga Minangkabau pada Langgam Kato Mandaki-Manurun di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman dan Perancanganya Sebagai Bahan Ajar Keterampilan Berbicara. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia. Pembimbing I:, Pembimbing II:

Kata kunci: Strategi kesantunan berbahasa, langgam kato mandaki, langgam kato mandaki, bahan ajar, keterampilan berbicara

Tesis ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan jenis tindak tutur, bentuk strategi bertutur, dan konteks tutur yang digunakan dalam langgam kato mandaki-manurun keluarga Minangkabau di Kecamatan Sungai Garinggiang serta merancang modul keterampilan berbicara SD. Metode yang digunakan dalam penelitan ini yaitu metode deskriptif. Hasil temuan penelitian ini, yaitu (1) jenis tindak tutur yang dominan adalah jenis tindak tutur lokusi, (2) bentuk strategi


(17)

v

Rahma Delima, 2014

Strategi Kesantunan Berbahasa Penutur Keluarga Minangkabau Pada Langgam Kato Mandaki-Manurun Di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman Dan Perancangannya Sebagai Bahan Ajar Keterampilan Berbicara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bertutur yang dominan adalah bentuk strategi bertutur basa-basi kesantunan negatif, (3) konteks tuturan antara suami dengan istri lazimnya menggunakan kata-kata bermuatan manja atau intim yang sangat menyentuh perasaan, dan (4) penggunaan langgam kato mandaki-manurun dapat diimplementasikan dalam modul pembelajaran Bahasa Indonesia di SD.


(18)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan kegiatan interkasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih baik lisan maupun tulisan. Sebelum mengenal tulisan komunikasi yang sering digunakan manusia adalah komunikasi lisan atau sering disebut dengan istilah tindak tutur. Peristiwa tutur merupakan kegiatan berbahasa dalam bentuk ujaran yang melibatkan dua orang atau lebih yaitu antara penutur dan lawan tutur dalam membicarakan sesuatu pada waktu, tempat, dan situasi tertentu. Proses komunikasi dengan memperhatikan aspek situasi dipelajari pada bidang ilmu pragmatik.

Pragmatik merupakan salah satu cabang ilmu linguistik yang mempelajari bahasa secara eksternal, yaitu mengenai bagaimana penggunaan satuan kebahasaan di dalam peristiwa komunikasi. Makna yang dikaji dala pragmatik merupakan makna yang terkait konteks atau dengan kata lain mengkaji penutur dalam peristiwa komunikasi. Dalam kagiatan komunikasi tersebut Situasi tutur merupakan hal yang penting karena situasi tutur dapat mempengaruhi makna dari apa yang dituturkan oleh penutur.

Tindak tutur memiliki karakteristik sebagai suatu gejala individual, bersifat psikologis dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Tindak tutur merupakan tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan. Berdasarkan paparan tersebut, dapat dipahami bahwa tindak tutur adalah tindakan yang ditampilkan melalui tuturan-tuturan untuk menyampaikan maksud dan tujuan seseorang kepada orang lain di dalam berbagai situasi kehidupan bermasyarakat. Tuturan-tuturan tersebut dapat berupa pujian, permintaan maaf, undangan, janji, atau permohonan.


(19)

2

Rahma Delima, 2014

Strategi Kesantunan Berbahasa Penutur Keluarga Minangkabau Pada Langgam Kato Mandaki-Manurun Di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman Dan Perancangannya Sebagai Bahan Ajar Keterampilan Berbicara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bahasa daerah merupakan unsur budaya bangsa Indonesia yang hidup. Bahasa daerah mendapat tempat tersendiri dalam khazanah kebudayaan bangsa Indonesia yang harus dilindungi dan dibina. Dalam masyarakat Indonesia bahasa ibu merupakan bahasa pertama yang dikenal dan digunakan oleh anak atau bahkan masyarakat suatu daerah tertentu berdasarkan daerahnya masing-masing. Anak-anak yang dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga dan masyarakat yang menggunakan bahasa daerah sebagai media komunikasi keseharian, kemungkinan besar anak itu. bahasa pertama adalah bahasa daerah dan bahasa Indonesia sebagai bahasa keduanya.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun 2007 menjelaskan beberapa bahasa daerah yang bisa memperkaya kosakata bahasa Indonesia, dan di antaranya adalah bahasa Minangkabau yang berada di Provinsi Sumatera Barat. Bahasa Minangkabau juga merupakan salah satu bahasa daerah yang mempunyai penutur yang cukup banyak. Bahasa Minangkabau tidak hanya dipakai sebagai alat komunikasi masyarakat di daerah Sumatera Barat, tetapi juga ada digunakan oleh para perantau Minangkabau saat bertemu dengan orang yang satu daerah dengannya.

Bahasa Minangkabau merupakan bagian dari ratusan bahasa daerah yang ada di Indonesia. Bahasa Minangkabau yang ada di Sumatera Barat terdiri atas dua macam, yaitu bahasa Minangkabau yang bersifat umum dan yang bersifat khusus. Bahasa Minangkabau yang bersifat umum dipakai oleh masyarakat Minangkabau ketika berbicara dengan mitra tutur yang berlainan daerah, misalnya pada saat orang Bukittinggi berbicara dengan orang Padang, sedangkan bahasa daerah yang bersifat khusus digunakan di dalam suatu daerah tertentu, misalnya bahasa yang digunakan oleh masyarakat pariaman, ketika berbicara dengan orang yang sama-sama berasal dari Pariaman.


(20)

Kegiatan bertutur sangat kompleks. Oleh sebab itu, penutur dalam kegiatan bertuturnya berusaha untuk mencari strategi bertutur agar lawan tuturnya tidak tersinggung atau sulit memahami apa yang disampaikanya. Dengan kata lain, penutur dan lawan tutur menggunakan bahasa secara langsung atau tersirat. Selain itu, dalam kegiatan bertutur kadangkala apa yang disampaikan penutur tidak dapat langsung dipahami oleh lawan tuturnya. Kegiatan bertutur dilakukan tergantung pada tujuan yang ingin dicapai baik hanya sekadar mengungkapkan ide atau gagasan maupun tuturan yang membutuhkan respons atau sikap dari lawan tuturnya. Hal tersebut dapat terjadi tergantung pada pemahaman penutur dan lawan tutur terhadap konteks pembicaraan.

Kegiatan bertutur terjadi dimana saja, salah satu kegiatan bertutur yang sering terjadi adalah peristiwa bertutur dalam keluarga. Keluarga merupakan tempat bertutur pertama yang akan mengarahkan anggota keluarga bertutur dengan baik dalam menyampaikan ide atau gagasan sesama keluarga atau kepada orang lain. Bertutur dalam keluarga juga harus menggunakan bahasa yang baik dengan kesantunan bertutur agar setiap anggota keluarga dapat menggunakan strategi bertutur yang tepat dan sesuai dengan konteks pembicaraan.

Indonesia memiliki kekayaan budaya salah satunya kekayaan bahasa . Kekayaan bahasa di daerah juga memiliki aturan dalam berbahasa khusunya dalam bertutur. Salah satunya bahasa Minangkabau yaitu bahasa yang digunakan oleh semua masyarakat Minangkabau dengan diatur oleh tata kramanya. Bentuk tata krama tersebut dituangkan dalam bentuk langgam kato (langgam kata).

Langgam kata (langgam kato) merupakan tatakrama berbicara sehari-hari antara sesama masyarakat, sesuai dengan status sosial mereka masing-masing. Dengan adanya tata karma tersebut tidak berarti ada bahasa bangsawan atau bahasa rakyat, melainkan tata krama itu dipakai semua orang. Perbedaan pemakai hanya tergantung pada siapa yang menjadi lawan bicara. Navis (1984, hlm.101).


(21)

4

Rahma Delima, 2014

Strategi Kesantunan Berbahasa Penutur Keluarga Minangkabau Pada Langgam Kato Mandaki-Manurun Di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman Dan Perancangannya Sebagai Bahan Ajar Keterampilan Berbicara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selanjutnya juga dijelaskan bahwa dalam bertutur sehari-hari ada empat langgam kata yang harus digunakan oleh masyarakat Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman dalam bertutur yaitu menggunakan kato mandaki-manurun (kata mendaki) yang digunakan oleh yang lebih kecil kepada yang besar, murid kepada guru, dan bawahan kepada atasan, kato manurun (kata menurun) digunakan mamak kepada kemenakan, guru kepada siswa, dan atasan kepada bawahan, kato malereng (kata malereng) digunakan oleh orang yang posisinya sama, yang saling menghormati, seperti antara orang yang memiliki hubungan kekerabatan karena perkawinan, kato mandata (kata mendatar) digunakan oleh orang yang status sosialnya sama dan sudah merasa akrab.

Langgam kata dalam bertutur bagi masyarkat Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman merupakan aturan dalam bertutur dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga, lingkungan, sekolah maupun tempat lainya. Dengan langgam itu diharapkan dalam bertutur masyarkat dapat mengaplikasikan empat langgam tersebut dalam bertutur dengan siapapun baik kepada guru, murid, atasan bawahan suami, istri, ayah, ibu, kakak, adik, guru, mamak, kemenakan maupun kepada saudara lainnya sesuai status soisalnya.

Tuturan yang dilakukan dengan memperhatiakn langgam kata adalah tuturan istri kepada suami, tuturan anak kepada orang tua, tuturan adik kepada kakak, ataupun sebaliknya. Dalam bertutur anggota keluarga harus bisa menggunakan langgam kata sesuai dengan posisi mereka masing–masing misalnya tuturan istri kepada suami menggunakan langgam kata mendaki, tuturan adik pada kakak menggunakan langgam kata mendaki dan sebaliknya tuturan suami kepada istri menggunakan langgam kata menurun. Contoh lainnya murid kepada guru menggunakan langgam kata mandaki.

Penggunaan langgam kata dalam bertutur dapat dilakukan dengan menggunakan kata pengganti dan kata sapaan. Kata ganti digunakan sesuai


(22)

dengan siapa kita bertutur untuk kata mandaki misalnya digunakan kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang pertama, kedua, dan ketiga. Kata sapaan yang digunakan kata sapaan kehormatan kepada orang yang lebih besar yaitu mamak, uda, tuan , bu, guru, dan beliau untuk orang ketiga.

Dengan adanya langgam kata dalam bertutur diharapkan masyarakat dapat mengaplikasikannya dalam kegiatan bertutur sehari-hari khususnya dalam keluarga. Dengan teraplikasinya aturan tersebut akan terjadi komunikasi yang harmonis dalam bertutur untuk mengungkapkan ide, gagasan, maupun pesan yang ingin disampikan. Selain itu akan terbentuk karakter yang baik bagi generasi yang dapat menempatkan diri dalam kedaan peristiwa tutur apapun.

Berdasarkan pengalaman bertutur dan pengamatan secara tidak langsung terhadap cara bertutur masyarakat khususnya keluarga yang ada di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman sudah tidak lagi menggunakan langgam kata dalam bertutur baik dalam keluarga, lingkungan, maupun sekolah. Perkembangan teknologi khususnya tayangan televisi menyebabkan terkikisnya nilai-nilai yang sudah ada sehingga menimbulkan kecanggungan dalam berkomunikasi. Hal tersebut mencerminkan hilangnya kesantunan berbahasa dalam bertutur. Penutur dalam lintas keluarga area kecil tempat bertutur sudah kehilangan langgam bertuturnya.

Berdasarkan pengamatan awal, saat ini komunikasi lintas keluarga yang penulis amati khusus penggunaan langgam kata mendaki dan menurun merupakan hal yang berpengaruh dalam kesantunan bertutur karena kedua langgam tersebut dilakukan oleh yang kecil kepada yang besar atau yang dihormati ataupun sebaliknya. Berdasarkan hal itulah langgam kata mendaki dan menurun menjadi hal yang penting untuk di teliti, karena pada kenyataanya sekarang perhatian pengguna tuturan akan adanya langgam kata mandaki dan menurun tersebut sudah berkurang. Hal tersebut disebabkan generasi muda kurang mendapatkan


(23)

6

Rahma Delima, 2014

Strategi Kesantunan Berbahasa Penutur Keluarga Minangkabau Pada Langgam Kato Mandaki-Manurun Di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman Dan Perancangannya Sebagai Bahan Ajar Keterampilan Berbicara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengalaman yang cukup dalam membudayakan penggunaan langgam kato nan ampek sehingga terjadi pergeseran bahasa. Sebagai contoh dapat dipahami dari percakapan berikut ini.

Mamak: Al ambiakan mak embe di dapua lah (Al ambilkan mamak ember di dapur) Aldi: Yo lah

(Ya)

Berdasarkan tuturan di atas, dapat dipahami bahwa seorang anak yang bernama Aldi merespons perintah dari mamaknya untuk mengambilkan sebuah

ember di dapur. Aldi menjawab dengan mengatakan kata „Ya‟ tanpa

menggunakan sapaan. Hal tersebut menyebabkan dan memberi kesan bahwa Aldi berbicara kepada seseorang yang memiliki usia yang hampir setara dengan dirinya dan menimbulkan efek tidak santun.

Di samping hal di atas, apabila dikaitkan dengan dunia pendidikan hal ini sangat berpengaruh sekali yaitu pada kegiatan komunikasi anak di sekolah yang juga dipengaruhi oleh kegiatan berbahasa di rumah. Apabila di rumah anak sudah terbiasa menggunakan langgam kata dalam bertutur dan menempatkannya pada semestinya hal itu juga berdampak baik pada komunikasi anak di sekolah.

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berbasis karakter dan kompetensi. Kurikulum 2013 lahir sebagai jawaban terhadap berbagai kekurangan dalam pendidikan sebelumnya secara khusus dan kekurangan dalam berbagai bidang kehidupan secara umum. Kurikulum 2013 diharapkan dapat meningkatkan keunggulan masyarakat dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan diharapkan dapat membekali warga bangasa dalam memasuki persaingan era globalisasi yang penuh dengan berbagai tantangan.


(24)

Hidayat (2013, hlm.113) menyatakan bahwa ihwal kompetensi dalam Kurikulum 2013 mencakup tiga aspek, yakni 1) sikap; 2) pengetahuan; dan 3) keterampilan. Dalam konteks ini, orientasi Kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara ketiga kompetensi tersebut. Kurikulum 2013 diharapkan mampu menghasilkan generasi masa depan yang cerdas komperhensif, baik intelektual, emosi, sosial, maupun spiritual. Hal ini tampak melalui pengintegrasian nilai-nilai karakter ke dalam proses pembelajaran, tidak lagi menjadi suplemen seperti dalam Kurikulum 2006.

Dalam Kurikulum 2013 jenjang SD, mata pelajaran bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sangat strategis. Peran mata pelajaran bahasa Indonesia menjadi dominan, yaitu sebagai saluran yang mengantarkan kandungan materi dari semua sumber kompetensi kepada siswa. Mata pelajaran bahasa Indonesia ditempatkan sebagai penghela mata pelajaran lain. Dengan perkataan lain, kandungan materi mata pelajaran lain dijadikan sebagai konteks dalam penggunaan jenis teks yang sesuai dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Agar lebih jelas, hal ini dapat dicermati pada contoh rumusan KD berikut ini:

menggali informasi dari teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi dan cahaya”. Oleh sebab itu, penggunan langgam kata mandaki-menurun dapat dijadikan cikal bakal dalam merancang sebuah modul dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SD melalui penerapan Kurikulum 2013 yang bersifat tematik integratif.

Berdasarkan pemaparan langgam kata mendaki dan menurun serta pentingnya pemahaman anak terhadap santun berbicara maka diharapkan penelitian ini berdampak terhadap proses pembelajaran khususnya dalam kegiatan berbahasa. Dengan adanya pengetahuan tentang kesantunan bertutur langgam kata mendaki-menurun, maka siswa sudah paham strategi dalam santun berbahasa dengan menggunakan langgam kata mandaki yaitu penggunaan kata sapaan terhadap penggunaan acuan persona dalam berbicara harus sesuai dengan konteks


(25)

8

Rahma Delima, 2014

Strategi Kesantunan Berbahasa Penutur Keluarga Minangkabau Pada Langgam Kato Mandaki-Manurun Di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman Dan Perancangannya Sebagai Bahan Ajar Keterampilan Berbicara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembicaraan, yaitu mempertimbangkan siapa penutur dan mitra tutur sehingga hal ini akan berdampak terhadap kesantunan, rumah tangga dan sekolah merupakan tempat proses komunikasi berlangsung yang dapat menanamkan nilai-nilai kesantunan sesuai dengan aturan tata krama dan adat-istiadat yang berlaku di Minangkabau.

Berdasarkan fenomena tersebut, maka penelitian tentang “Strategi Kesantunan Berbahasa Penutur Keluarga Minangkabau pada Langgam Kata Kato Mandaki-manurun Di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman dan Perancanganya Sebagai Bahan Ajar Keterampilan Berbicara” penting untuk dilakukan di sekolah dasar dalam rangka pembentukan karakter berbahasa yang baik dan benar sebagaiman mestinya.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini terdiri atas tiga hal, yaitu:

1) masyarakat khususnya keluarga yang ada di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman sudah tidak lagi menggunakan langgam kata dalam bertutur baik dalam keluarga, lingkungan, maupun sekolah;

2) perkembangan teknologi khususnya tayangan televisi menyebabkan terkikisnya nilai-nilai yang sudah ada sehingga menimbulkan kecanggungan dalam berkomunikasi. Hal tersebut mencerminkan hilangnya kesantunan berbahasa dalam bertutur. Penutur dalam lintas keluarga area kecil tempat bertutur sudah kehilangan langgam bertuturnya; dan

3) saat ini, komunikasi lintas keluarga yang penulis amati khusus penggunaan langgam kata mendaki merupakan hal yang berpengaruh dalam kesantunan


(26)

bertutur karena langgam kata mendaki dilakukan oleh yang kecil kepada yang besar atau yang dihormati.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus di atas, maka diuraikan empat rumusan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut.

1) Bagaimanakah jenis tindak tutur yang digunakan dalam langgam kato mandaki-manurun pada lingkungan keluarga penutur bahasa Minangkabau di Kecamatan Sungai Garinggiang Kabupaten Padang Pariaman?

2) Bagaimanakah bentuk strategi bertutur yang digunakan dalam langgam kato mandaki-manurun pada lingkungan keluarga penutur bahasa Minangkabau di Kecamatan Sungai Garinggiang Kabupaten Padang Pariaman?

3) Bagaimanakah konteks tindak tutur yang digunakan dalam langgam kato mandaki-manurun pada lingkungan keluarga penutur bahasa Minangkabau di Kecamatan Sungai Garinggiang Kabupaten Padang Pariaman?

4) Bagaimanakah desain bahan ajar berdasarkan hasil kajian tindak tutur tersebut sebagai aternatif bahan ajar berbicara di SD?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah sebagai berikut ini:

1) mendeskripsikan jenis tindak tutur yang digunakan dalam langgam kato mandaki-manurun pada lingkungan keluarga penutur bahasa Minangkabau di Kecamatan Sungai Garinggiang Kabupaten Padang Pariaman;

2) mendeskripsikan strategi bertutur yang digunakan dalam langgam kato mandaki-manurun pada lingkungan keluarga penutur bahasa Minangkabau di Kecamatan Sungai Garinggiang Kabupaten Padang Pariaman;


(27)

10

Rahma Delima, 2014

Strategi Kesantunan Berbahasa Penutur Keluarga Minangkabau Pada Langgam Kato Mandaki-Manurun Di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman Dan Perancangannya Sebagai Bahan Ajar Keterampilan Berbicara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) mendeskripsikan konteks tindak tutur yang digunakan dalam langgam kato mandaki-manurun pada lingkungan keluarga penutur bahasa Minangkabau di Kecamatan Sungai Garinggiang Kabupaten Padang Pariaman; dan

4) merancang hasil kajian tindak tutur dalam langgam kato mandaki-manurun tersebut menjadi bahan ajar keterampilan berbicara di SD.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat dilihat dari dua segi, yaitu segi praktis dan segi teoretis. Dari segi praktis hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pengguna bahasa, sebagai umpan balik untuk lebih berhati-hati dalam berbahasa, khususnya dalam langgam kato mandaki-manurun atau ketika berbicara kepada orang yang lebih tua. Bagi tenaga pendidik, sebagai bahan masukan dalam pengajaran bahasa Indonesia terutama pada keterampilan berbicara. Bagi mahasiswa, sebagai bahan perbandingan dan pengukuran dalam melakukan kajian penelitian di bidang yang sama.

Dari segi teoretis, hasil penelitian ini dapat menambah kajian di bidang pemakaian bahasa khususnya kesantunan berbahasa dan penelitian ini dapat menambah pengetahuan serta pemahaman tentang sastra lisan daerah Minangkabau.

G. Definisi Operasional

Judul penelitian di atas dilahat dari dari tiga penekanan khusus dalam rangka menyimpulkan temuan tentang strategi kesantuanan berbahasa masyarakat Sungai Geringging dengan memperhatikan langgam kata yang dapat tergambar dari hal berikut. pertama, jenis tindak tutur, stategi bertutur, dan konteks tuturan.

Agar lebih terfokus , penulis paparkan beberapa definisi operasional yang akan dijadikan pijakan awal dalam penelitian ini sebagai berikut.


(28)

1) Tindak tutur Keluarga Minangkabau adalah ujaran yang dilakukan atau yang diujarkan oleh Masyarakat Minangkabau dalam berujar sehari–hari dengan orang lain untuk maksud dan tujuan tertentu, yaitu tuturan yang dilakukan keluarga Minangkabau, Sungai Geringging, Kabupaten Padang Pariaman. 2) Strategi bertutur Keluarga Minangkabau adalah cara yang digunakan penutur

masyarakat Minangkabau yang sudah memiliki keluarga yang bertempat tinggal di wilayah Minangkabau dalam berkomunikasi dengan memperhatikan konteks dan situasi tuturnya.

3) Kesantunan berbahasa adalah hal yang berkaitan dengan tata cara berbahasa yang dapat berwujud verbal maupun nonverbal.

4) Langgam kato (langgam kata) adalah merupakan aturan atau norma yang sudah ada dan harus digunakan oleh masyarakat dalam bertutur sehari-hari dalam situasi tertentu sesuai status sosial masing-masing penutur. Langgam kata tersebut bukan lah untuk membedakan bahasa bangswan atau bahasa rakyat melainkan suatu aturan berbtutur yang dipakai oleh semua orang. Pemakaian langgam dalam bertutur sangat ditentukan oleh siapa yang menjadi lawan tutur.

5) Perancangan Bahan Ajar keterampilan berbicara berdasarkan langgam kato mandaki-manurun merupakan proses penyusunan secara sistematis terhadap komponen dalam proses pembelajaran yang berisi materi ajar dan semua unsur yang tercakup di dalamnya yang meliputi tuturan yang sudah diatur oleh norma tertentu yang disebut langgam.


(29)

12

Rahma Delima, 2014

Strategi Kesantunan Berbahasa Penutur Keluarga Minangkabau Pada Langgam Kato Mandaki-Manurun Di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman Dan Perancangannya Sebagai Bahan Ajar Keterampilan Berbicara


(30)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif dengan Strategi grounded theory (teori dari bawah). Penelitian ini dikategorikan penelitian kualitatif karena data yang diperoleh dari informan berupa tuturan yang dilakukan oleh informan. Dalam penelitian ini, strategi tersebut dimaksudkan untuk mengawali penelitian dengan analisis strategi kesantunan berbahasa yang digunakan penutur keluarga Minangkabau pada langgam kato mandaki-manurun hingga penyusunan perangkat pembelajaran berbicara berupa modul sebagai bentuk implikasi pembelajaran.

Berdasarkan pendekatan tersebut, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif. Metode deskriptif adalah mendeskripsikan data yang diperoleh apa adanya. Tujuannya adalah mendeskripsikan data atau memberikan gambaran secara sistematis Semi (1993, hlm.24). Metode merupakan cara yang ditempuh peneliti dalam menemukan pemahaman sejalan dengan fokus dan tujuan yang ditetapkan. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk deskripsi yang dilanjutkan dengan analisis, yaitu mendeskripsikan strategi kesantunan berbahasa keluarga Minangkabau pada langgam kata mandaki-manurun, serta rancangan perangkat pembelajaran berbicara berupa modul sebagai bentuk implikasi pembelajaran berbicara di sekolah.

B. Deskripsi Wilayah

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman. Berikut akan dijelaskan letak Kecematan Sungai Geringging yaitu sejarah geografis, letak geografis, dan kehidupan masyarakat yang ada`di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman.


(31)

33

Rahma Delima, 2014

Strategi Kesantunan Berbahasa Penutur Keluarga Minangkabau Pada Langgam Kato Mandaki-Manurun Di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman Dan Perancangannya Sebagai Bahan Ajar Keterampilan Berbicara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Sejarah Geografsi Kecamatan Sungai Geringging

Kecamatan Sungai Geringging merupakan bagian wilayah dari Kabupaten Padang Pariaman. Kabupaten Padang Pariaman dibentuk dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tanggal 19 Maret 1956 tentang Pembentukan Daerah otonom Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Tengah, Provinsi Sumatera tengah dibentuk menjadi 14 Kabupaten, yang salah satunya adalah Kabupaten Padang Pariaman dengan batas-batas sebagai yang dimaksud dalam pasal 1 dari Surat Ketetapan Gubernur Militer Sumatera Tengah tanggal 9 Nopember 1949 No. 10/G.M/S.T.G./49, dikurangi dengan daerah Kampung-Kampung Ulak Karang, Gunung Pangilun, Marapalam, Teluk Bajur, Seberang Padang dan Air Manis dari kewedanaan Padang Kota yang telah dimasukkan kedalam daerah Kota Padang, sebagai dimaksud dalam Surat ketetapan Gubernur Kepala Daerah Propinsi Sumatera Tengah Tanggal 15 Agustus 1950 No.65/G.P./50 Bupati Padang Pariaman semasa Agresi Milter Belanda Tahun 1948 adalah Mr.BA. Murad Sampai akhir tahun 2007 Kabupaten Padang Pariaman memiliki 17 Kecamatan, 46 nagari dan 364 korong. Kecamatan yang paling banyak memiliki nagari adalah Kecamatan Nan Sabaris dan Kecamatan Enam Lingkung yang mempunyai 5 nagari, sedangkan Kecamatan yang paling sedikit memiliki nagari adalah Kecamatan Lubuk Alung dan Kecamatan IV Koto Aur Malintang yang hanya mempunyai 1 nagari. Sampai akhir tahun 2007 pula, Kecamatan VII Koto Sungai Sarik masih merupakan Kecamatan yang memiliki korong terbanyak, yakni 41 korong, dan yang paling sedikit adalah Kecamatan IV Koto Aur Malintang, yakni 5 korong.


(32)

Tahun 2010 Kabupaten Padang Pariaman melakukan pembentukan nagari sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 13 tahun 2010 sehingga di Kabupaten Padang Pariaman terdapat 60 Nagari. Kecamatan yang paling banyak memiliki nagari adalah Kecamatan Nan Sabaris, Kecamatan Lubuk Alung, Kecamatan Enam Lingkung dan Kecamatan IV Koto Aur Malintang yang mempunyai 5 nagari, sedangkan Kecamatan yang paling sedikit memiliki nagari adalah Kecamatan Sintuk Toboh Gadang, Ulakan Tapakis, Kecamatan Batang Gasan dan Kec V Koto Kampung Dalam yang hanya mempunyai 2 nagari. Semenjak dikeluarkannya Surat Keputusan (SK) DPRD No 05/KEP.D/DPRD.2008 dan SK Bupati Padang Pariaman Nomor 02/KEP/BPP/2008 tertanggal 2 Juli 2008, Ibukota Kabupaten Padang Pariaman dipindahkan dari Kota Pariaman ke Parit Malintang, yakni Nagari Parit Malintang Kecamatan Enam Lingkung.

(http://padangpariamankab.bps.go.id/?hal=publikasi_detil&id=37)

Posisi astronomis Kabupaten Padang Pariaman yang terletak antara 0 0 11 ‘ – 0 049 ‘ Lintang Selatan dan 98036‘ – 100028‘ Bujur Timur , tercatat memiliki luas wilayah sekitar 1.328,79 Km 2, dengan panjang garis pantai 60,50 Km 2. Luas daratan daerah ini setara dengan 3,15 persen dari luas daratan wilayah Propinsi Sumatera Barat. Sampai akhir tahun 2007, Kabupaten Padang Pariaman terdiri dari 17 (tujuh belas) Kecamatan dengan Kecamatan 2 x 11 Kayu Tanam tercatat memiliki wilayah paling luas, yakni 228,70 Km 2, sedangkan Kecamatan Sintuk Toboh Gadang memiliki luas terkecil, yakni 25,56 Km 2 Rata-rata curah hujan secara keseluruhan untuk Kabupaten Padang Pariaman pada tahun 2007 adalah sebesar 368,4 mm, dengan rata-rata hari hujan sebanyak 19 hari per bulan. Tamperatur rata-rata untuk Kabupaten Padang Pariaman adalah 25,70 derajat celcius dengan kelembapan relatif 85,9 persen.

Gambar 2


(33)

35

Rahma Delima, 2014

Strategi Kesantunan Berbahasa Penutur Keluarga Minangkabau Pada Langgam Kato Mandaki-Manurun Di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman Dan Perancangannya Sebagai Bahan Ajar Keterampilan Berbicara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan:

1. Batang Anai 2. Lubuk Alung

3. sintuk Toboh Gadang 4. Ulakan Tapakis 5. Nan Sabaris

6. 2xII Enam Lingkung 7. Enam Lingkung 8. 2xII Kayu Tanam 9. VII Koto

10. Patamuan 11. Padang Sago

12. V Koto Kampung Dalam 13. V Koto Timur

14. Singai Limau 15. Batang Gasan 16.Sungai Geringging 17. IV Aur Malintang

Berdasarkan gambaran tersebut dapat terlihat bahwa Kecamatan sungai geringging berada pada urutan ke 16 dilihat dari luas wilayahnya. Sungai geringging merupakan Kecamatan yang terletak di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, Indonesia. Kecamatan Sungai Geringging berbatasan langsung dengan Kecamatan Sungai Limau sebelah selatan, Kecamatan IV koto Aur Malintang sebelah utara, batang gasan sebelah barat, dan V koto kampung dalam


(34)

sebelah timur dengan letak geografis 100’ 07’ 00” bujur timur dan 0’ 33’00” lintang selatan.

2. Letak goegrafis Kecamatan Sungai Geringging Gambar 3

Letak Geografis Kecamatan Sungai Geringging Berdasarkan Peta


(35)

37

Rahma Delima, 2014

Strategi Kesantunan Berbahasa Penutur Keluarga Minangkabau Pada Langgam Kato Mandaki-Manurun Di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman Dan Perancangannya Sebagai Bahan Ajar Keterampilan Berbicara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan data statistik Sungai Geringging memiliki Luas wilayah 99,35 Km2 dan kondisi wilayah berbukit-bukit dengan ketinggian dari permukaan laut 25m. Jumlah penduduk sekitar 25.815 jiwa dengan jumlah rumah tangga 5.61 yang tersebar pada empat Nagari yaitu nagari Kuranji Hulu, Nagari Malai 111 Koto, Nagari Batu Gadang Kuranji Hulu, dan Nagari Singai Sirah Kuranji Hulu. Dari jumlah penduduk 25.815 jiwa 70% diantaranya bermata pencarian petani. (www.pertanian.padangpariamankab.go.id), sedangkan 10% dari 30% tersisa berprofesi sebagai PNS, dan 20% lainnya berprofesi sebagai wiraswasta. Selain itu, penduduk sungai geringging juga banyak yang bekerja di perantauan.

Geografi luas wilayah Kecamatan Sungai Geringging sekitar 7,48 persen dari luas Kabupaten Padang pariaman. Kecamatan sungai geringging secara ast ronomis terletak pada 100 0 07 ' 00 bujur timur dan 0 0 33' 00" lintang selatan dengan luas 99,35 km 2 . luas ini setara dengan 7,48% dari luas Kabupaten padang pariaman ( 1.328,79 km 2. Selain itu, pada tahun 2012, nagari yang ada di Kecamatan Sungai Geringging 4 Nagari yaitu Kuranji Hulu, Malai III Koto, Batu Gadang Kuranji Hulu dan Sungai Sirah Kuranji Hulu. dilihat dari luasnya, Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu merupakan Nagari terluas yakni 35,70 km 2 dan Nagari Batu Gadang Kuranji Hulu adalah Nagari yang luas nya terkecil yaitu 17,08 km 2. Luas daerah Sungai Geringging menurut Nagari dan Korong luas daerah / area (km 2 ) (2) 01 Kuranji Hulu 27,94 01). Balai Satu Batu Mangaum 6,21, 02) Simpang Tanjung Alai 03) tanjung Alai Barat 9,31, 04) Tanjung Alai Timur, 05) Balekok, 06) Balai Kamis, 12,42, 07) Kapalo Padang, 08) Kalawi 09) Lambeh 6,21, 10) Sungai Geringging, 11) Sungai Geringging II 12,42, 12) Simpang Malai, 13) Ujung Tanah, 14) Balai Kamih Batu Gadang, 15) Kampung Koto, 16) Durian Bukue 17,08, 17) Kuba'an, 18) Koto Tinggi, 19) Kampung Pinang, 20) Koto Bangko, 21) Sungai Sirah 13,97, 22) Bungo Tanjung, 23) Kampung Kaciak , 24) Kubu Alahan Kuranji 12,42, 25) Sungai Rantai 26. Ladang Rimbo Timur 9,31, 27) Ladang Rimbo barat. Jumlah /total99,35


(36)

Nagari/Korong/.

(http://padangpariamankab.bps.go.id/?hal=publikasi_detil&id=37)

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa kecamatan sungai Geringging terdiri atas empat kenagarian, yaitu Kuranji Hulu, Nagari Malai 111 Koto, Nagari Batu Gadang Kuranji Hulu, dan Nagari Singai Sirah Kuranji Hulu. Selain itu, 70% diantaranya bermata pencarian petani, 10% berprofesi sebagai PNS, dan 20% lainnya berprofesi sebagai wiraswasta, serta sebagaian penduduk sungai Geringging juga banyak yang bekerja di perantauan. Sealanjutnya, data dalam penelitian ini diambil pada keluarga dengan berbagai lintas profesi.

C. Korpus dan Sumber Data Penelitian

Data yang menjadi korpus dalam penelitan ini adalah tuturan. Tuturan yang dimaksud yaitu jenis tuturan, strategi bertutur, dan konteks tuturan pada langgam kato mandaki-manurun yang digunakan oleh penutur keluarga Minangkabau di Kecamatan Sungai Garinggiang, Kabupaten Padang Pariaman.

Sumber data penelitian ini adalah penutur Bahasa Minangkabau di Kecamatan Sungai Garinggiang, Kabupaten Padang Pariaman yang terdiri atas 6 keluarga dengan berbagai profesi, yaitu petani, pedagang, ustadz, supir angkutan kota, PNS, dan polisi yang terbagi atas tuturan suami kepada istri, kakak kepada adik dan orang tua kepada anak dan sebaliknya.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan berdasarkan hasil data yang penulis peroleh dari kantor Kecamatan Sungai Geringgiang rata-rata masyarakat Sungai Geringgiang bermata pencaharian PNS, petani, dan pedagang. Informan yang diambil dalam penelitian ini, penulis dapatkan melalui pengamatan di lapangan dan berdasarkan kriteria atau syarat-syarat seorang informan serta saran tambahan dari pegawai yang ada di Kecamatan Sungai Geringging.


(37)

39

Rahma Delima, 2014

Strategi Kesantunan Berbahasa Penutur Keluarga Minangkabau Pada Langgam Kato Mandaki-Manurun Di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman Dan Perancangannya Sebagai Bahan Ajar Keterampilan Berbicara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi dan wawancara sebagai data awal. Selanjutnya dilanjutkan dengan penerapan metode simak. Sudaryanto (1998, hlm.23) menyatakan bahwa metode simak merupakan metode yang dilakukan untuk menyimak pemakaian bahasa guna memperoleh data yang bersifat lingual. Metode simak dijabarkan dalam beberapa teknik yang sesuai dengan alat penentunya, yaitu: (1) teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC) merupakan kegiatan menyadap yang dilakukan tanpa melibatkan penulis untuk berpartisipasi dalam pembicaraan, penulis hanya berperan sebagai penyimak pasif, (2) teknik rekam, penulis melakukan penyimakan dengan menggunakan alat rekam berupa Telepon Genggam (HP), dan (3) teknik catat, penulis mencatat data yang sudah direkam.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat yang digunakan dalam rangka mendapatkan data penelitian. Maka instrumen utama dalam penelitian yang akan dilaksanakan adalah penulis sendiri yang dibantu dengan format inventaris data, peralatan tulis dan alat perekam (telepon genggam).

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini adalah teknik kuantitatif. Data kualitatif dianalisis dengan menggunakan teknik interaktif, yaitu teknik analisis data dengan cara mereduksikan data, menyajikan data dan menarik kesimpulan Miles dan Huberman (1992, hlm.16-19). Proses menganalisis data kualitatif dengan teknik interaktif dalam penelitian ini dapat dirincikan sebagai berikut:


(38)

Setelah data-data yang diperlukan terkumpul lalu dianalisis. Penganalisisan data dengan langkah sebagai berikut: (1) mentranskripsikan data tuturan lisan yang telah direkam ke dalam bahasa tulis, (2) menerjemahkan hasil transkripsi ke dalam bahasa Indonesia, (3) mengklasifikasikan data ke dalam format inventaris data, berdasarkan jenis tindak tutur, strategi bertutur, dan konteks tuturan yang digunakan keluarga penutur bahasa Minangkabau di Sungai Garinggiang, Kabupaten Padangpariaman, (4) menganalisis dan mendeskripsikan jenis tindak tutur, strategi bertutur, dan konteks tuturan yang digunakan keluarga penutur bahasa Minangkabau di Sungai Geringging, Kabupaten Padang Pariaman, (5) membahas hasil temuan berdasarkan teori, dan (6) menyimpulkan hasil temuan, dan (7) berdasarkan hasil temuan penulis kemudian membuat rancangan pembelajaran berupa MODUL berdasarkan data tuturan yang telah diperoleh dalam bentuk strategi kesantunan bertutur siswa di sekolah dengan menggunakan kata sapaan yang tepat untuk orang yang lebih besar atau dihormati.

G. Teknik Pengabsahan dan Penyajian Data

Teknik pengabsahan data dalam penelitian ini menggunakan metode triangulasi. Moleong (2002, hlm.178) menjelaskan bahwa teknik triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Pengabsahan data bertujuan untuk menentukan validitas data. Proses validasi data dalam penelitian ini menggunakan dua orang validator yang ahli di bidang pragmatik. Selanjutnya, analisis data dalam penelitian ini diklasifikasikan ke dalam format inventaris data seperti terlampir.

Berdasarkan temuan data yang telah melalui proses triangulasi tersebut peneliti membuat rancangan pembelajaran dalam bentuk modul pada pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu aspek berbicara siswa pada Sekolah Dasar di Sumatera Barat.


(39)

41

Rahma Delima, 2014

Strategi Kesantunan Berbahasa Penutur Keluarga Minangkabau Pada Langgam Kato Mandaki-Manurun Di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman Dan Perancangannya Sebagai Bahan Ajar Keterampilan Berbicara


(40)

BAB V

PEMANFAATAN STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA MASYARAKAT SUNGAI GERINGGING SEBAGAI BAHAN AJAR

KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SD

Mulyasa (2013, hlm.163) menyatakan bahwa Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berbasis karakter dan kompetensi. Kurikulum 2013 lahir sebagai jawaban terhadap berbagai kekurangan dalam pendidikan sebelumnya secara khusus dan kekurangan dalam berbagai bidang kehidupan secara umum. Kurikulum 2013 diharapkan dapat meningkatkan keunggulan masyarakat dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan diharapkan dapat membekali warga bangasa dalam memasuki persaingan era globalisasi yang penuh dengan berbagai tantangan.

Hidayat (2013, hlm.113) menyatakan bahwa ihwal kompetensi dalam kurikulum 2013 mencakup tiga aspek, yakni 1) sikap; 2) pengetahuan; dan 3) keterampilan. Dalam konteks ini, orientasi Kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara ketiga kompetensi tersebut. Kurikulum 2013 diharapkan mampu menghasilkan generasi masa depan yang cerdas komperhensif, baik intelektual, emosi, sosial, maupun spiritual. Hal ini tampak melalui pengintegrasian nilai-nilai karakter ke dalam proses pembelajaran, tidak lagi menjadi suplemen seperti dalam KTSP.

Proses pengintegrasian dalam kurikulum 2013 tidak hanya mencakup nilai-nilai karakter, tetapi juga berbagai aspek kompetensi dari berbagai mata pelajaran. Selain itu, dalam Kurikulum 2013, pendekatan pembelajaran untuk jenjang SD beralih dari pendekatan per mata pelajaran untuk kelas tinggi dan pendekatan tematik untuk kelas awal sebagaiman dipraktikkan dalam kurikulum sebelumnya menuju ke pendekatan tematik integratif untuk semua kelas.


(41)

84

Rahma Delima, 2014

Strategi Kesantunan Berbahasa Penutur Keluarga Minangkabau Pada Langgam Kato Mandaki-Manurun Di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman Dan Perancangannya Sebagai Bahan Ajar Keterampilan Berbicara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pendekatan pembelajaran yang demikian dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif, keratif, inifatif, dan afektif (Hidayat, 2013: 121).

Konsep Kurikulum 2013 mesti ditinajau dalam keterkaitan dengan perubahan pada empat standar pendidikan, yakni 1) standar kompetensi lulusan/SKL, 2) standar isi, 3) standar poses, dan 4) standar penilaian. Sekedar diketahui bahwa payung hukum perubahan pada keempat standar pendidikan tersebut telah ditetapkan, yakni Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Selanjutnya, kurikulum 2013 berkaitan dengan perubahan pada SKL, standar isi, standar proses, dan standar evaluasi. Dalam Kurikulum 2013, SKL diterjemahkan atau dioperasionalisasikan melalui Kompetensi Inti (KI). KI mencakup empat hal, yakni 1) KI yang berkaitan dengan aspek sikap spiritual/KI 1; 2) KI yang berkaitan dengan aspek sikap sosial/KI 2; 3) KI yang berkaitan dengan aspek pengetahuan/KI 3, dan 4) KI yang berkaitan dengan aspek keterampilan/KI 4. Semua KI yang merupakan penjabaran dari SKL tersebut menjadi rujukan utama bagi pembelajaran.

Kompetensi Inti dijabarkan dalam bentuk Kompetensi Dasar (KD). KD adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan,dan keterampilan yang bersumber pada kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik. KD tersebut dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Mata pelajaran sebagai sumber dari konten untuk menguasai kompetensi bersifat terbuka dan tidak selalu diorganisasikan berdasarkan disiplin ilmu. Selaras dengan prinsip ini, di dalam proses pembelajaran digunakan pendekatan tematik integratif.


(42)

Selain itu, pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Selain itu, pembelajaran tematik integratif adalah pembelajaran yang mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam pembelajaran yang mewujud dalam penekanan aspek sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan dalam pembelajaran.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2013, pendekatan yang digunakan untuk mengintegrasikan KD dari berbagai mata pelajaran mencakup intradisipliner, interdisipliner, multidisipliner, dan transdisipliner. Integrasi intradisipliner dilakukan dengan cara mengintegrasikan dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan menjadi satu kesatuan yang utuh pada setiap mata pelajaran. Integrasi interdisipliner dilakukan dengan menggabungkan KD beberapa mata pelajaran agar terkait satu dengan yang lainnya, sehingga dapat saling memperkuat, menghindari terjadinya tumpang tindih, dan menjaga keselarasan pembelajaran. Adapun integrasi multidisipliner dilakukan tanpa menggabungkan KD tiap mata pelajaran sehingga tiap mata pelajaran masih memiliki kompetensi dasarnya sendiri. Adapun juga integrasi transdisipliner dilakukan dengan mengaitkan berbagai mata pelajaran yang ada dengan permasalahan-permasalahan yang dijumpai di sekitarnya sehingga pembelajaran menjadi kontekstual.

Senada dengan penggunaan pendekatan pembelajaran tematik, dalam penilaian digunakan pendekatan autentik. Menurut Muller (dalam Warsono dan Hariyanto, 2012, hlm.268), penilaian autentik merupakan bentuk penilaian yang mengharuskan para siswa untuk melaksanakan tugas-tugas dunia nyata yang menunjukkan aplikasi yang bermakna dari suatu pengetahuan atau keterampilan esensial. Dalam penilaian autentik, para siswa tidak hanya menyelesaikan dan menunjukkan prilaku tertentu yang diinginkan sesuai dengan rumusan tujuan


(43)

86

Rahma Delima, 2014

Strategi Kesantunan Berbahasa Penutur Keluarga Minangkabau Pada Langgam Kato Mandaki-Manurun Di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman Dan Perancangannya Sebagai Bahan Ajar Keterampilan Berbicara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran, tetapi juga mampu mengerjakan sesuatu yang terkait dengan konteks kehidupan nyata

Dalam Kurikulum 2013 jenjang SD, mata pelajaran bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sangat strategis. Peran mata pelajaran bahasa Indonesia menjadi dominan, yaitu sebagai saluran yang mengantarkan kandungan materi dari semua sumber kompetensi kepada siswa. Mata pelajaran bahasa Indonesia ditempatkan sebagai penghela mata pelajaran lain. Dengan perkataan lain, kandungan materi mata pelajaran lain dijadikan sebagai konteks dalam penggunaan jenis teks yang sesuai dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Agar lebih jelas, hal ini dapat dicermati pada contoh rumusan KD berikut ini: “menggali informasi dari teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi dan cahaya”.

Abidin (2012, hlm.6) menegaskan bahwa dalam konteks persekolahan, bahasa digunakan siswa bukan hanya untuk kepentingan pembelajaran bahasa, melainkan untuk mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan yang dibelajarkan di sekolah. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa harus haromonis, bermutu, dan bermartabat. Haromonis berarti guru dan siswa bekerja secara efektif sesuai dengan peran masing-masing. Di sini guru berperan sebagai mediator, fasilitator, motivator, dan semacamnya; siswa berperan sebagai subyek aktif yang membentuk keterampilan dan pengalaman berlandaskan kinerja konstruktivis. Bermutu berarti pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan utama sambil tetap memperhatikan secara cermat dampak pengiring melalui penggunaan prinsip, pendekatan/strategi, metode, dan teknik yang memadai. Bermartabat berarti pembelajaran mencerminkan nilai-nilai sosiokultural yang melingkupi kehidupan siswa.

Dengan mendesain pembelajaran bahasa yang haromonis, bermutu, dan bermartabat seperti diuraikan di atas, sesungguhnya nilai-nilai karakter,


(44)

pengetahuan, dan keterampilan telah menjadi basis yang kokoh bagi pembelajaran bahasa itu sendiri. Pembelajaran membaca pemahaman, misalnya, jangan lagi didesain sebagai rutinitas kering dan kaku seperti selama ini, yakni siswa diajak membaca lalu setelahnya siswa diminta menjawab sejumlah pertanyaan terkait bacaan. Jika hal seperti ini yang terjadi, sesungguhnya tidak ada pembelajaran, yang ada hanyalah ujian membaca pemahaman. Selanjutnya, hasil penelitian mengenai strategi kesantunanan berbahasa penutur keluarga Minangkabau dari berbagai profesi dapat dijadikan sebagai rancangan modul keterampilan berbicara di SD.

Sekolah merupakan wadah yang tepat dalam memberikan pemahaman generasi Minangkabau untuk mengenal budaya berbicara yang terdapat di daerahnya. Budaya berbicara yang dikenal dengan langgam kato nan ampek telah mengalami suatu pergeseran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Minangkabau lebih cenderung menggunakan kata-kata langsung dalam menyampaikan pesan. Hal tersebut sangat tidak etis karena pada dasarnya budaya Minangkabau lebih cenderung menggunakan kata-kata yang bermakna tidak langsung dalam menyampaikan pesan.

Selain itu, banyak ditemukan beberapa kata sapaan yang digunakan kurang tepat oleh anak kepada orangtuanya. Hal ini menyebabkan pergeseran yang sangat pelik. Oleh sebab itu, dengan adanya modul yang bermuatan kearifan lokal melalui penggunaan langgam kato nan ampek (mandaki-manurun) ini dapat mengembalikan kebiasaan yang telah membudaya di Minangkabau. Kata sapaan merupakan topik yang dapat dimasukkan ke dalam materi ajar di kelas IV. Materi mengenai kata sapaan sangat relevan dengan hasil penelitian ini sehingga dapat mengurangi pergeseran budaya dari segi penggunaan langgam kato nan ampek (mandaki-manurun).


(45)

88

Rahma Delima, 2014

Strategi Kesantunan Berbahasa Penutur Keluarga Minangkabau Pada Langgam Kato Mandaki-Manurun Di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman Dan Perancangannya Sebagai Bahan Ajar Keterampilan Berbicara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Materi mengenai kata sapaan yang digunakan dalam pembelajaran SD kelas IV dirumuskan melalui kompetensi inti “Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangganya” dan kompetensi dasar “Menyapa dan menyampaikan ucapan selamat, terima kasih atau permohonan maaf sesuai dengan konteksnya.”

Pembelajaran ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada peserta didik mengenai bentuk dan jenis kata sapaan, mengetahui kalimat sapaan hormat, dan mampu menggunakan langgam kata dalam kalimat sesuai konteksnya. Modul ini diharapkan mampu mengatasi persoalan pergeseran adab berbicara dalam masyrakat Minangkabau sehingga peserta didik mampu menggunakan kata sapaan sesuai dengan konteksnya serta mampu menggunakan langgam kato nan ampek (mandaki dan manurun) yang sesuai dengan kondisi tuturnya. Modul ini berisi materi-materi mengenai jenis kata sapaan dan penggunaan langgam kato nan ampek (mandaki dan manurun). Modul lengkap mengenai penggunaan kata sapaan dan langgam kato nan ampek (mandaki dan manurun) dapat diliha dari modul berikut ini.


(46)

PETA KONSEP PEMBELAJARAN

Kata Sapaan dan Penggunaan Langgam dalam Bahasa Indonesia di Kelas IV SD

Pertemuan 1


(47)

90

Rahma Delima, 2014

Strategi Kesantunan Berbahasa Penutur Keluarga Minangkabau Pada Langgam Kato Mandaki-Manurun Di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman Dan Perancangannya Sebagai Bahan Ajar Keterampilan Berbicara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MATERI KATA SAPAAN DAN LANGGAM DALAM BAHASA INDONESIA Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar

Kelas : IV

Kompetensi Inti : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangganya.

Kompetensi Dasar : Menyapa dan menyampaikan ucapan selamat, terima kasih atau permohonan maaf sesuai dengan konteksnya. Kompetensi Inti:

Menunjukkan perilaku jujur, disiplin,

tanggungjawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangganya Kompetensi Dasar: Menyapa dan

menyampaikan ucapan selamat, terima kasih atau permohonan maaf sesuai dengan konteksnya. Tujuan Pembelajaran: Setelah mengamti teks, siswa

diharapkan mampu : 1. Mengetahui bentuk kalimat sapaan 2. Mengenal jenis-jenis kalimat sapan Tujuan Pembelajaran: Setelah membaca teks, siswa

diharapkan mampu :  Mengetahui kalimat sapaan hormat  Menuliskan kalimat sapaan yang sesuai  Mampu menggunakan langgam kata Kompetensi Inti: Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangganya Kompetensi Dasar: Menyapa dan menyampaikan ucapan selamat, terima kasih atau permohonan maaf sesuai dengan konteksnya.


(48)

MATERI POKOK PEMBELAJARAN PENILAIAN WAKTU SUMBER BELAJAR

Kata sapaan: a. Bentuk kata

sapaan b. Jenis kata

sapaan c. Penggunaan kata sapaan dalam kalimat d. Penggunaan sapaan dan langgam untuk menyatakan ucapan terimakasih dan permohonan maaf Pendahuluan: Guru mengecek kehadiran siswa dan melakukan apersepsi.

Inti:

Siswa membaca dan mengamati teks percakapan. Siswa menerima penjelasan guru mengenai materi kata sapaan dan penggunaan langgam untuk

menyatakan ucapan terimakasih dan permohonan maaf. Siswa bertanya mengenai pengalamannya

menggunakan kata sapaan dan langgam. Siswa menjawab

pertanyaan dalam lembar kegiatan peserta didik. Siswa berdiskusi mengenai penggunaan langgam.

Siswa

mengkomunikasikan hasil kerja kelompok ke depan kelas

Penutup: Guru dan siswa merefleksikan pembelajaran, siswa menyimpulkan pembelajaran, dan penugasan. Tugas individu a. Tes tertulis b. Observasi 4 JP Buku Peserta didik kelas IV,Kemdikbud Modul Contoh teks percakapan Penggunaan kata sapaan dan langgam


(49)

92

Rahma Delima, 2014

Strategi Kesantunan Berbahasa Penutur Keluarga Minangkabau Pada Langgam Kato Mandaki-Manurun Di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman Dan Perancangannya Sebagai Bahan Ajar Keterampilan Berbicara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu MODUL


(50)

Tema 1: MARI MENYAPA (untuk siswa kelas IV SD) Kata Sapaan dalam Bahasa Indonesia

A. Kompetensi Inti : 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangganya.

B. Kompetensi Dasar : 2.3 Menyapa dan menyampaikan ucapan selamat, terima kasih atau permohonan maaf sesuai dengan konteksnya.

C. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengamti teks, siswa diharapkan mampu :

 Mengetahui bentuk kalimat sapaan

 Mengenal jenis-jenis kalimat sapan

D. Materi Pembelajaran

Mengenal Kata Sapaan dalam Bahasa Indonesia

Anak-anak yang yang berbahagia. Apakah kalian pernah menggunakan kalimat sapaan? Tentu pernah bukan?. Nah, biasanya anak-anak sekalian menggunakan sapaan untuk siapa? Apakah menyapa Ibu guru atau bapak guru? Ya, tentu kalau kita melihat seseorang yang kita kenal, kita harus menggunakan sapaan. Tahukah ananda bahwa kata sapaan adalah kata yang digunakan untuk menegur sapa orang yang diajak berbicara (orang kedua) atau menggantikan nama orang ketiga. Berikut adalah beberapa contoh kata yang dapat digunakan sebagai kata sapaan.


(1)

105

Rahma Delima, 2014

Strategi Kesantunan Berbahasa Penutur Keluarga Minangkabau Pada Langgam Kato Mandaki-Manurun Di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman Dan Perancangannya Sebagai Bahan Ajar Keterampilan Berbicara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Penelitian ini memfokuskan perhatian pada strategi kessantuanan bertutur penutur keluarga Minangkabau pada Langgam Kato Mandaki-Manurun di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman. Selanjutnya dalam penelitian ada emapt hal yang menjadi perhatian penulis yaitu: pertama, jenis tindak tutur yang digunakan, kedua, bentuk strategi bgertutur yang dipilah, ketiga, konteks tuturan yang digunakan, dan keempat, pemanfaatan hasil pengolahan data sebagai bahan ajar keterampilan berbicara di SD. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan empat hal sebagai berikut.

Pertama, jenis tindak tutur yang dominan dalam langgam kato mandaki-manurun pada lingkungan keluarga penutur Minangkabau di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman dari berbagai lintas profesi adalah jenis tindak tutur lokusi. Selanjutnya, tuturan lokusi yang digunakan dapat berbentuk kalimat imperatif, pernyataan interogatif secara langsung. Dominasi penggunaan bentuk tindak tutur lokusi yang diujarkan sangat wajar karena konteks tutur saat penutur mengucapkan perintah untuk melakukan sesuatu terletak pada ranah akrab sehingga penutur ingin memperjelas perintah yang ingin diujarkan.

Kedua, bentuk strategi bertutur yang dominan dalam langgam kato mandaki-manurun pada lingkungan keluarga penutur Minangkabau di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman dari berbagai lintas profesi adalah bentuk strategi bertutur basa-basi kesantunan negatif. Penutur menggunakan strategi bertutur dengan menghindari ketidaksetujuan dalam meminta atau menyuruh melakukan sesuatu. Kecenderungan tersebut dimaksudkan agar mitra tutur merespons perintah tersebut dengan baik sehingga


(2)

106

Rahma Delima, 2014

Strategi Kesantunan Berbahasa Penutur Keluarga Minangkabau Pada Langgam Kato Mandaki-Manurun Di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman Dan Perancangannya Sebagai Bahan Ajar Keterampilan Berbicara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mampu memaksimalkan wajah positif. Selain itu, penutur melakukan strategitersebut denga berbagai cara, seperti menguatkan alasan, mendesak, dan membujuk sehingga perintah tersebut dilaksanakan oleh mitra tuturnya.

Ketiga, konteks tuturan antara suami dengan istri lazimnya menggunakan kata-kata bermuatan manja atau intim yang sangat menyentuh perasaan. Sementara itu, konteks tuturan sosial antara kakak dan adik berbentuk pernyataan penegasan karena waktu dan intensitas pertemuan mereka yang lebih sering daripada orang tua. Selanjutnya, konteks tuturan yang intim juga terlihat antara orang tua dengan anak melalui suatu konteks tuturan ikatan emosional antara seorang ibu dengan anaknya. Berdasarkan hasil analisis data, dapat dipahami bahwa waktu tuturan sering terjadi pada malam hari karena pertemuan suami, istri, kakak, dan adik berkumpul di ruang tamu sehingga situasi tutur lebih dominan terjadi pada waktu berkumpul malam hari di ruang tamu. Selanjutnya, ditemukan topik yang variatif dalam langgam kato mandaki-manurun. Topik-topik yang digunakan bertujuan untuk menyuruh dengan menawarkan dan berjanji serta memperhatikan minat, kebutuhan, dan keinginan penutur.

Keempat, penggunaan langgam kato mandaki-manurun pada lingkungan keluarga Minangkabau dari berbagai lintas profesi dapat diimplementasikan dalam perancangan sebuah modul bahasa Indonesia di SD. Penggunaan langgam kato pada lingkungan keluarga Minangkabau diimplementasikan ke dalam materi ajar kata sapaan. Selanjutnya, penggunaan langgam kato nan ampek (mandaki-manurun) dapat diterapkan sebagai modul pembelajaran bahasa Indonesia kelas IV di SD. Hal ini dimaksudkan agar penggunaan kata sapaan dan langgam dapat dibiasakan pada konteks persekolahan sehingga generasi muda mengetahui penggunaan langgam yang santun dan tepat sesuai konteksnya berdasarkan kearifan lokal yang berkembang di sekitar lingkungan tempat tinggalnya.


(3)

107

Rahma Delima, 2014

Strategi Kesantunan Berbahasa Penutur Keluarga Minangkabau Pada Langgam Kato Mandaki-Manurun Di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman Dan Perancangannya Sebagai Bahan Ajar Keterampilan Berbicara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Saran

Penggunaan langam dalam budaya Minangkabau bertujuan untuk menghargai strata usia seorang penutur. Penutur harus memposisikan diri pada strata tersebut. Hal ini sesuai dengan adab seseorang ketika berbicara kepada sesama usia, kepada yang lebih muda, dan kepada yang lebih tua. Selain itu, pemilihan strategi dan ketepatan konteks dalam langgam tersebut menjadi kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Berdasarkan simpulan di atas, dapat disarankan agar pemakai bahasa dapat memperhatikan mitra bicara saat berkomunikasi sehingga tidak tidak terjadi kesalahan berbahasa maupun efek negatif/tidak santun. Penulis menyarankan tiga hal, yaitu (1) bagi masyarakat Minangkabau, diharapkan untuk mengunakan jenis tindak tutur yang sesuai dengan situasi yang tepat dan santun, memilih strategi bertutur yang sopan agar terjadi komunikasi yang efektif dan respektif, (2) bagi peserta didik di kelas IV SD, agar menggunakan kata sapaan dan langgam dengan tepat dan santun saat mengucapkan kalimat ucapan terimakasih dan kalimat permintaan maaf, (3) bagi peneliti selanjutnya, agar lebih menggali kearifan local di daerah sebagai topik penelitian sehingga dapat dikembangkan ke dalam sebuah modul atau bahan ajar di Sekolah Dasar.


(4)

101

Rahma Delima, 2014

Strategi Kesantunan Berbahasa Penutur Keluarga Minangkabau Pada Langgam Kato Mandaki-Manurun Di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman Dan Perancangannya Sebagai Bahan Ajar Keterampilan Berbicara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2012). Pembelajaran bahasa berbasis pendidikan karakter. Bandung: Refika Aditama.

Chaer, A. (2010). Kesantunan berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta.

Devi, P.K. dkk. (2009). Pengembangan perangkat pembelajaran untuk guru smp. Jakarta: PPPPTK IPA.

Depdiknas. (2006). Standar isi kurikulum tingkat satuan pendidikan sd dan mi. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2010). Standar isi kurikulum tingkat satuan pendidikan sd dan mi. Jakarta: Depdiknas.

Gunarwan, A. (1994). Pragmatik: pandangan mata burung dalam mengiringi rekan sejati. Jakarta: Universitas Atmajaya.

Hidayat, S. (2013). Pengembangan kurikulum baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

http://indonesia.stkip-pgri-sumbar.ac.id/index.php/11-berita-dan-artikel/3-pelestarian-bahasa-minangkabau

Ibrahim, A.S. (1993). Kajian tindak tutur. Surabaya: Usaha Nasional. Ismari. (1995). Percakapan. Surabaya: Airlangga.

Kemendikbud. (2013). Kurikulum 2013: Standar Isi SD\MI.

Leech, G. (1993). Prinsip-prinsip pragmatik Terjemahan M.D. Oka. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Lubis, H. H. (1990). Analisis wacana pragmatik. Bandung: Angkasa. Moleong. (2002). Metode penelitian kulaitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya.

Mulyasa, H. E. (2013). Pengembangan dan implementasi kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(5)

102

Rahma Delima, 2014

Strategi Kesantunan Berbahasa Penutur Keluarga Minangkabau Pada Langgam Kato Mandaki-Manurun Di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman Dan Perancangannya Sebagai Bahan Ajar Keterampilan Berbicara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Navis, AA. (1994). Alam takambang jadi guru Jakarta:Ghalia Pers. http://padangpariamankab.bps.go.id/?hal=publikasi_detil&id=37 Rahardi, R. K. (2009). Sosiopragmatik. Jakarta: Erlangga.

Semi, M. A. (1993). Metode penelitian sastra. Bandung: Angkasa.

Sudaryanto. (1998). Metode linguistik:bagian kedua dan aneka teknik pengumpulan data. Yogyakarta: UGM.

Yule, G. (2006). Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nadar, F.X. (2009). Pragmatik & penelitian pargmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Miles, M.B. dan Huberman, A.M. 1992. Analisis data kualitatif: buku sumber

tentang Metode metode baru. UI Press. Jakarta.

Amir, M.S. (2007). Adat minangkabau pola dan tujuan hidup orang minang . Jakarta : Mutiara Sumber Widya.

Warsono, M. S. & Hariyanto, M. S. (2012). Pembelajaran aktif, teori dan asesmen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Wijana, I.D.P. (1996). Dasar-dasar pragmatik. Yogyakarta: Andi.

Wikipedia. 2013. Kata Sapaan. http://uskitya.blogspot.com. Diunduh tanggal 2 September 2014.

Wikipedia. 2013. Laporan Penelitian. http://kebutuhanprimer.blogspot.com. Diunduh tanggal 2 September 2014.

Warsono, M. S. & Hariyanto, M. S. (2012). Pembelajaran aktif, teori dan asesmen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(6)

103

Rahma Delima, 2014

Strategi Kesantunan Berbahasa Penutur Keluarga Minangkabau Pada Langgam Kato Mandaki-Manurun Di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman Dan Perancangannya Sebagai Bahan Ajar Keterampilan Berbicara