HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA IBU RUMAH TANGGA Hubungan Antara Kematangan Emosi Dengan Perilaku Konsumtif Pada Ibu Rumah Tangga di Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar.

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN
PERILAKU KONSUMTIF PADA IBU RUMAH TANGGA
DI KECAMATAN KEBAKKRAMAT
KABUPATEN KARANGANYAR

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:
ENDAH DWI NUGRAHANI
F 100 090 108

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

0

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PERILAKU
KONSUMTIF PADA IBU RUMAH TANGGA DI KECAMATAN
KEBAKKRAMAT KABUPATEN KARANGANYAR
Endah Dwi Nugrahani

Zahrotul Uyun
Endahpsi@yahoo.com
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Abstraksi
Perilaku konsumtif merupakan perilaku mengkonsumsi barang-barang yang
sebenarnya kurang atau tidak diperlukan. Khususnya bagi ibu rumah tangga perilaku
konsumtif perlu mendapat perhatian, agar ibu rumah tangga mampu mengatur
keuangan dengan baik. Kenyataannya tidak semua ibu rumah tangga memiliki
kecenderungan perilaku konsumtif rendah. Ada sebagian ibu rumah tangga memiliki
kecenderungan perilaku konsumtif tinggi. Salah satu faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumtif yaitu kematangan emosi. Kematangan emosi merupakan
kemampuan mengendalikan emosi tertentu secara stabil sesuai dengan
perkembangan usianya. Penelitian bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan antara
kematangan emosi dengan perilaku konsumtif pada ibu rumah tangga, (2) tingkat
kematangan emosi pada ibu rumah tangga, (3) tingkat perilaku konsumtif pada ibu
rumah tangga, dan peran kematangan emosi terhadap perilaku konsumtif pada ibu
rumah tangga.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan antara kematangan
emosi dengan perilaku konsumtif pada ibu rumah tangga, (2) tingkat kematangan

emosi pada ibu rumah tangga, (3) tingkat perilaku konsumtif pada ibu rumah tangga,
dan peran kematangan emosi terhadap perilaku konsumtif pada ibu rumah tangga.
Penelitian dianalisis secara kuantitatif, dengan populasi dalam penelitian ini
adalah para ibu rumah tangga di Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar
pada tahun 2014 berdasarkan kategori tingkat usia antara 20 tahun – 30 tahun
sebanyak 9.143 dan jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 96 orang.
Pemilihan subjek ini menggunakan teknik cluster random sampling, Metode
pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua skala, yaitu skala
kematangan emosi dan perilaku konsumtif. Analisis data menggunakan rumus
korelasi product moment.
Hasil penelitian diperoleh kesimpulan: (1) Ada hubungan negatif yang
signifikan antara kematangan emosi diri dengan perilaku konsumtif. (2) Tingkat
kematangan emosi ibu rumah tangga tergolong sedang. (3) Tingkat perilaku
konsumtif ibu rumah tangga tergolong sangat tinggi.(4) Kematangan emosi memiliki
sumbangan efektif terhadap perilaku konsumtif sebesar 21%. Hal ini berarti masih
terdapat beberapa variabel lain yang mempengaruhi perilaku konsumtif sebesar
79%. Faktor lain yang dapat dijadikan untuk variabel, yang berhubungan dengan
perilaku konsumtif antara lain faktor dari dalam diri individu yaitu motivasi,
kepribadian, konsep diri, sikap dan faktor yang berasal dari luar individu (eksternal)
yaitu kebudayaan, kelompok, serta keluarga.

Kata kunci : Kematangan Emosi, Perilaku Konsumtif

3

keuangan menjadi tidak terkontrol

PENDAHULUAN

selain itu akan menimbulkan tindakan

Wanita sebagai ibu rumah
tangga

bertanggung

jawab

pemborosan

atas


dan

berakibat

terpenuhinya segala keperluan rumah

menumpuknya

tangga dan keluarga, baik berupa jasa

pembelian yang dilakukan secara

maupun

berlebihan

barang

di


lingkungan

barang

pada

atau

karena

terus

menerus

(Hardjana, 2003).

keluarga. Peran ibu rumah tangga
kebutuhan-


Dampak ibu rumah tangga

kebutuhan tersebut tidaklah mudah,

yang berperilaku konsumtif tinggi

karena setiap individu mempunyai

yaitu pada keuangan keluarga yang

kebutuhan masing-masing dan di

seharusnya

dalam kehidupan sehari-hari tidak

kebutuhan rumah tangga dialihkan

akan


yang

untuk membeli barang yang kurang

konsumsi.

berguna, sehingga ibu rumah tangga

Konsumsi dilakukan manusia untuk

melakukan pemborosan. Indikator ibu

memenuhi kebutuhan baik itu berupa

rumah

kebutuhan primer maupun sekunder.

komsumtif tinggi, misalnya membeli


dalam

mengurus

pernah

namannya

lepas

dari

kegiatan

Seseorang

yang

untuk


tangga

yang

kebutuhan-

berperilaku

tas berbagai merek tetapi jarang

membeli

barang didasarkan oleh keinginan

digunakan.

tanpa mementingkan kegunaan dan

peralatan rumah tangga tetapi hanya


manfaat dari suatu barang hanya akan

disimpan.

membuat

menjadi

tangga

dalam

konsumtif. Perilaku konsumtif dapat

rendah

dapat

diartikan


kecenderungan

indikatornya, yaitu para ibu rumah

seseorang untuk berperilaku secara

tangga tidak terpengaruh oleh barang

berlebihan dalam membeli sesuatu

dengan harga murah atau adanya

secara

diskon harga. Ibu rumah tangga dalam

seseorang

sebagai

irasional

mengutamakan
kebutuhan.

dan

keinginan
Apabila

lebih

mengakibatkan

perilaku
diketahui

membeli

perilaku

keuangan keluarga.

barang

Menurut
bentuk-bentuk

kondisi

1

baju

atau

Sebaliknya ibu rumah

daripada

konsumtif terus menerus terjadi maka
akan

Membeli

konsumtif
melalui

sesuai

dengan

Rosandi

(2004),

perilaku

konsumtif

dapat dipergunakan untuk mengetahui

kecenderungan

perilaku

rendah. Ada sebagian ibu rumah

konsumtif,

Berbelanja

tidak

yaitu:

sesuai

(a)

tangga

dengan

perilaku

memiliki

konsumtif

kecenderungan

kebutuhan. Kondisi lain yang semakin

perilaku konsumtif tinggi. Seperti

mendukung

timbulnya

perilaku

hasil temuan wawancara pada tanggal

kalangan

seseorang

9 Februari 2014 pukul 16.38 WIB

adalah semakin banyaknya mall atau

dengan ibu rumah tangga berinisial

pusat perbelanjaan modern dengan

AR, mengatakan bahwa setiap melihat

berbagai

sangat

ada barang yang menarik selalu ingin

menarik. Individu yang tadinya hanya

di beli. Bahkan AR mengatakan

“window

pernah membeli barang yang sama

shopping”, akhirnya membelanjakan

namun dengan warna yang berbeda,

uangnya

ketertarikannya pada barang tersebut

konsumtif

berniat

barang

di

penawaran

untuk

sekedar

untuk
yang

yang

membeli

barang-

sebenarnya

bukan

dikarenakan

model

yang

bagus

(b)

sehingga AR ingin memiliki dua atau

Membelanjakan uang berlebih pada

tiga barang yang sama namun dengan

keperluan penampilan. Wanita dapat

warna yang berbeda.

merupakan

kebutuhannya.

Hal

membelanjakan uangnya lebih banyak

tersebut

sependapat

untuk keperluan penampilan seperti

dengan ibu rumah tangga berinisial

pakaian, kosmetik, aksesoris, dan

ER, berdasarkan hasil wawancara

sepatu. Kondisi pasar yang lebih

pada tanggal 17 Februari 2013 pukul

banyak ditujukan untuk wanita dan

17.18

kecenderungan wanita lebih mudah

bahwa ER selalu membeli barang-

dipengaruhi mendorong wanita lebih

barang di luar kebutuhan rumah

konsumtif daripada pria. Namun, saat

tangga dan bila tidak membeli barang

ini wanita pria juga berperilaku

tersebut akan muncul rasa penyesalan

konsumtif

sehingga

dengan

menjaga

WIB

ER

diperoleh

keterangan

memutuskan

untuk

penampilannya karena dianggap dapat

membeli barang tersebut. ER membeli

menarik lawan jenisnya.

barang karena senang bukan karena
manfaat, sehingga barang yang dibeli

Kenyataannya tidak semua ibu
rumah

tangga

memiliki

2

sebagian

besar

dibiarkan

anak, kesehatan, tabungan untuk hari

tidak

tua dan lain sebagainya.

dipergunakan.

Banyak

Berdasarkan pada kutipan hasil

faktor

yang

wawancara tersebut dapat diketahui

mempengaruhi perilaku konsumtif,

bahwa dua ibu rumah tangga tersebut

salah satunya dipengaruhi oleh faktor

memiliki perilaku konsumtif tinggi,

internal, yaitu faktor dari dalam diri

dengan ciri-cirinya yaitu membeli

individu berupa kematangan emosi.

barang untuk kesenangan, membeli

Schneiders

barang berlebihan, membeli barang

mengatakan bahwa individu disebut

tanpa memikirkan manfaat, sehingga

matang emosinya jika potensi yang

terkesan pemborosan uang dalam

dikembangkan

membeli barang. Penjelasan tersebut

dalam suatu kondisi pertumbuhan.

sesuai dengan pendapat From (dalam

Tuntutan yang nyata dari kehidupan

Agustia,

individu dapat dihadapi dengan cara

2010)

bahwa

untuk

(dalam

dapat

2002)

ditempatkan

mengetahui kecenderungan perilaku

efektif

konsumtif dapat diungkap melalui

memiliki

aspek-aspeknya

emosional tinggi, berarti individu

yaitu

pemenuhan

dan

Helmi,

positif.
tingkat

Seseorang
kematangan

keinginan, barang di luar jangkauan,

mampu

barang menjadi tidak produktif, dan

emosinya,

individu

status.

mengontrol

emosinya.

Untuk

mengungkap

kematangan

emosi

Astuti

(2013)

menjelaskan

mengendalikan

mampu

bahwa perilaku berlebihan dalam

menurut

berbelanja

dapat

2009) dapat diketahui melalui aspek-

dampak

merugikan

menimbulkan

aspek

yang

Feinberg

dorongan

kematangan

(dalam

emosi,

Astuti,

yaitu

adanya

mampu menerima dirinya sendiri,

masalah dalam keuangan keluarga.

menghargai orang lain, menerima

Dikarenakan

keperluan

tanggung jawab, percaya pada diri

maupun kebutuhan rumah tangga itu

sendiri, sabar, dan mempunyai rasa

sendiri serta kebutuhan lainnya yang

humor.

berkelanjutan

bersifat

misalnya

banyaknya

jangka

panjang

Kuncoro

seperti

penelitiannya

misalnya biaya kebutuhan masa depan

3

(2009)
menyimpulkan

dalam
ada

keterkaitan antara kematangan emosi

hasrat kesenangan duniawi semata

dengan perilaku konsumtif. Perilaku

(Yuanita, 2003).
Perilaku konsumtif merupakan

konsumtif berkaitan dengan emosi
yang

ada

Seseorang

diri

individu.

suatu yang didorong oleh keinginan

belum

memiliki

untuk mengkonsumsi segala sesuatu

dalam
yang

kematangan

emosi

yang

berperilaku

mengacu

pada

konsumtif yang relatif lebih rendah,

semata,

karena segala bentuk perilaku untuk

kebutuhan dengan tindakan membeli

mengkonsumsi suatu produk atau jasa

barang- barang yang kurang atau tidak

dikendalikan oleh akal yang tidak

diperhitungkan

sehat.

memiliki

menjadi berlebihan. Kecenderungan

dalam

perilaku konsumtif diungkap melalui

membeli suatu produk atau jasa akan

skala psikologi yang berdasarkan pada

dikendalikan oleh akal sehat, tidak

aspek-aspek pemenuhan keinginan,

termakan ajakan dari lingkungan atau

barang di luar jangkauan, barang

diri sendiri dan lebih objektif dalam

menjadi tidak produktif, dan status.

Individu

kematangan

yang

emosi

tinggi

melihat

sehingga

tingkat

sifatnya

Faktor-faktor

pembelian barang.
Perilaku

tanpa

kesenangan

konsumtif

mempengaruhi

dapat

perilaku

antara

mengkonsumsi barang-barang yang

meliputi jenis kelamin, minat, pribadi,

sebenarnya kurang dibutuhkan secara

emosi

berlebihan untuk mencapai kepuasan

psikolgis.

yang

Konsumtif

demografi, status sosial, gaya hidup

merupakan suatu gaya hidup atau pola

keluarga, referensi atau acuan produk,

hidup

dan teman sebaya atau kelompok,

yang

keinginan

dikendalikan

membeli

oleh

faktor

konsumtif

diartikan keinginan seseorang dalam

maksimal.

lain

yang

(kematangan
Faktor

internal

emosi),
eksternal

yang

dan
yaitu

budaya, dan sosial.

barang-barang

yang tidak atau kurang dibutuhkan,

Kematangan emosi menurut

selalu merasa tidak puas, bergaya

Wolman (dalam Putri, 2013) dapat

hidup boros dan berlebihan dalam

didefinisikan sebagai kondisi yang

membeli sesuatu untuk memenuhi

ditandai oleh perkembangan emosi
dan pemunculan perilaku yang tepat

4

sesuai dengan usia dewasa dari pada

fenomena tertentu, dan kemampuan

bertingkahlaku

memaksimalkan

seperti

anak-anak.

sifat-sifat

positif

Semakin bertambah usia individu

dalam diri manusia sesuai dengan

diharapkan

perkembangan

dapat

melihat

segala

usia.

sesuatunya secara obyektif, mampu

emosi

membedakan perasaan dan kenyataan,

kematangan emosi dengan mengacu

serta bertindak atas dasar fakta dari

pada aspek-aspek kematangan emosi

pada

yaitu

perasaan.

Menurut

Kartono

diungkap

Kematangan

mampu

melalui

menerima

dirinya

(2001) kematangan emosi sebagai

sendiri,

kedewasaan

menerima tanggung jawab, percaya

dari

segi

emosional

menghargai

skala

dalam artian individu tidak lagi

pada

terombang

mempunyai rasa humor.

ambing

oleh

motif

emosional

sendiri,

maturity

mempengaruhi

lain,

sabar,

Faktor-faktor

kekanak-kanakkan. Mahmud (2009)
menambahkan

diri

orang

dan

yang

kematangan

emosi

adalah suatu keadaan atau kondisi

yaitu usia, jenis kelamin, pengalaman,

mencapai tingkat kedewasaan dari

kesehatan fisik, kesehatan emosi, dan

perkembangan emosi dan karena itu

menyesuaikan emosi.

pribadi yang bersangkutan tidak lagi

Hipotesis dalam penelitian ini

menampilkan pola emosional yang

yaitu ada hubungan negatif antara

tidak

kematangan

pantas.

berpendapat
memiliki

Wekker

emosi

dengan

seseorang

kecenderungan perilaku konsumtif.

kematangan

Artinya, semakin tinggi kematangan

bahwa
tingkat

(2002)

emosional tinggi, berarti individu

emosi

mampu

rendah. Sebaliknya, semakin rendah

mengendalikan

dorongan

maka

perilaku

emsoi

konsumtif

emosinya, pandai membaca perasaan

kematangan

subjek

maka

orang lain serta memelihara hubungan

perilaku konsumtif semakin tinggi.

baik dengan lingkungannya.
Kematangan emosi merupakan
kemampuan
secara

mengendalikan

stabil,

merespon

atau

kemampuan
bereaksi

METODE PENELITIAN

emosi

Populasi dalam penelitian ini

dalam

adalah para ibu rumah tangga di

terhadap

Kecamatan Kebakkramat Kabupaten

5

berkaitan dan sangat berperan dalam

Karanganyar.
data

menentukan kualitas alat ukur. Suatu

sekunder di Kecamatan Kebakkramat

alat ukur dikatakan valid bila alat

terdiri

yaitu

ukur tes itu mampu mengukur apa

Alastuwo, Banjarharjo,

yang seharusnya diukur atau ukuran

Kaliwuluh, Kebak, Kemiri, Macanan,

seberapa cermat alat ukur melakukan

Malanggaten, Nangsri, Pulosari, dan

fungsinya (Azwar, 2001).

Berdasarkan

dari 10 kalurahan,

Kalurahan

Waru.

hasil

Pada

tahun

2014

Metode

untuk

analisis

data

penduduk jenis kelamin perempuan

merupakan metode yang digunakan

sebanyak 29.018, untuk kategori

untuk mengolah data dan menganalisa

tingkat usia antara 20 tahun – 30

hasil

tahun sebanyak 9.143. Jadi populasi

kebenarannya. Analisis data yang

dalam penelitian ini pada tahun 2014

digunakan dalam penelitian ini adalah

berjumlah 9.143 orang.

analisis statistik. Hal ini digunakan

penelitian

untuk

menguji

Sampel dalam penelitian ini

dengan pertimbangan bahwa statistik

adalah di desa Nangsri dengan

menunjukkan kesimpulan penelitian

jumlah

dengan

memperhitungkan

berumah tangga dan usia antara 20

faktor

kesalahan,

tahun – 40 tahun berjumlah 955

sedangkan pertimbangan lain (Hadi,

orang.

2007) adalah : (a) Statistik bekerja

penduduk

yang

sudah

Alasan digunakannya ibu

generalisasi,

rumah tangga, karena berdasarkan

dengan

hasil

bahwa

menunjukkan jumlah frekuensi dan

sebagian besar ibu rumah tangga

nilai. (b) Statistik bersifat objektif,

cenderung berperilaku konsumtif.

dalam arti sebagai penilai kenyataan

observasi

diketahui

angka,

faktor-

artinya

dapat

Alat ukur yang digunakan

tidak berkata lain selain apa adanya.

dalam penelitian ini adalah skala

(c) Statistik bersifat universal, ini

psikologi yang terdiri dari skala

dapat diterapkan dalam semua bidang

kematangan

penelitian.

emosi

dan

perilaku

Alasan menggunakan teknik

konsumtif.
reliabilitas

korelasi product moment karena di

merupakan dua hal yang sangat

dalam penelitian ini bertujuan untuk

Validitas

dan

6

mencari hubungan antara kematangan

0,701 dengan nilai p sebesar 0,000 hal

emosi dengan perilaku konsumtif pada

ini

ibu rumah tangga. Alasan lainnya

hubungan kearah negatif yang sangat

yaitu dalam penelitian ini hanya ada

signifikan antara kematangan emosi

dua variabel yaitu satu variabel bebas

dengan perilaku konsumtif pada ibu

(kematangan emosi) dan satu variabel

rumah tangga. Ibu rumah tangga akan

tergantung (perilaku konsumtif).

memiliki perilaku konsumtif yang

menunjukkan

rendah

ketika

bahwa

mereka

terdapat

memiliki

kematangan emosi yang tinggi, begitu

HASIL DAN PEMBAHASAN

juga sebaliknya.

Hasil penelitian diperoleh r = 0,459 dengan p = 0,033 (p ≤ 0.05)

Terbuktinya

hipotesis

ada

yang berarti ada hubungan negatif

hubungan negatif yang signifikan

yang signifikan antara kematangan

antara kematangan emosi dengan

emosi dengan perilaku konsumtif.

perilaku konsumtif dapat dipahami

Maksudnya,

tinggi

bahwa kematangan emosi merupakan

kematangan emosi, maka semakin

suatu sikap yang penting yang harus

rendah

konsumtif.

dimiliki oleh setiap ibu rumah tangga,

rendah

karena dengan adanya kematangan

kematangan emosi maka semakin

emosi yang tinggi diharapkan ibu

tinggi perilaku konsumtif.

rumah tangga dapat berfikir lebih

semakin

perilaku

Sebaliknya,

semakin

Adanya

hubungan

rasional

negatif

dalam

pengambilan

yang signifikan antara kematangan

keputusan pembelian maupun dalam

emosi dengan perilaku konsumtif

merespon

tersebut sesuai dengan penelitian yang

diharapkan ibu rumah tangga dapat

pernah dilakukan oleh

bersikap

dengan
hubungan

Putri (2013)

kesimpulannya
negatif

dan

sesuatu.

lebih

Selain

hati-hati

itu,

dalam

membeli dan mengkonsumsi barang.

terdapat

Dalam

sangat

pengkonsumsian

signifikan antara kematangan emosi

pembeliannya,

dengan perilaku konsumtif pada ibu

diharapkan dapat lebih mengutamakan

rumah tangga. Nilai korelasi (r) yang

kebutuhan (need) mereka daripada

diperoleh dari penelitian ini sebesar -

keinginannya

7

ibu

(want)

rumah

maupun

yang

tangga

hanya

bersifat untuk pemenuhan kepuasan

masalah tersebut mereka ragu-ragu

ibu rumah tangga semata.

untuk minta pertolongan dan nasehat
orang lain karena enggan kalau-kalau

Ibu rumah tangga pada usia antara

dianggap “belum dewasa”.

20-40 termasuk masa dewasa awal.
secara

Adanya hubungan negatif yang

umum, masa dewasa dini dimulai

signifikan antara kematangan emosi

pada umur 18 tahun sampai kira-kira

dengan

umur 40 tahun, saat perubahan-

berhubungan

dengan

perubahan fisik dan psikologis yang

dikemukakan

oleh

menyertai berkurangnya kemampuan

(2005)

reproduktif.

awal

membeli barang dipengaruhi oleh 2

merupakan suatu masa atau periode

faktor yaitu faktor eksternal yang

penyesuaian diri terhadap pola-pola

meliputi kebudayaan, kelas sosial,

kehidupan yang baru dan harapan-

sekelompok referensi, keluarga dan

harapan sosial baru. Secara psikologis,

demografi. Kemudian faktor internal

pada usia ini tidak sedikit di antara

yang meliputu motif dan motivasi,

mereka yang kurang mampu mencapai

harga diri, pengamatan proses belajar,

kematangan. Hal ini disebabkan karena

kepribadian, konsep diri, sikap dan

banyaknya masalah yang dihadapinya

keyakinan,

dan

mengatasinya.

Disinilah peran kematangan emosi

Masalah-masalah itu di antaranya: (1)

sangat dibutuhkan ibu rumah tangga

kesulitan mencari kerja; (2) susah

dalam

mencari jodoh; (3) keinginan untuk

konsumtif, untuk menghindari hal-hal

menikah namun belum mempunyai mata

negatif yng dapat merugikan diri

pecaharian; dan (4) kesulitan yang

sendiri dan orang lain, ibu rumah

dialami

tangga hendaknya memiliki apa yang

Menurut

Kartono

tidak

mengurus

(2004),

Masa

mampu

setelah

dewasa

menikah,

anak,

seperti:

disebut

memelihara

perilaku

bahwa

konsumtif
teori

yang

Engel,

dkk.,

konsumen

serta

gaya

mengendalikan

kematangan

dalam

hidup.

perilaku

emosi.

keharmonisan keluarga, dan konflik

Kematangan ini terlihat dalam hal-hal

dalam menggunakan penghasilan antara

seperti bagaimana ibu rumah tangga

keperluan anak dengan biaya rumah

mampu memberi kesan baik tentang

tangga sehari-hari. Dalam menghadapi

dirinya serta mampu mengungkapkan

8

emosi dengan baik dan berusaha

dapat

menyetarakan diri dengan lingkungan,

penjelasan dari Kartono (2004) bahwa

juga dapat mengendalikan perasaan

orang dewasa muda termasuk masa

untuk memiliki sesuatu dan mampu

transisi, baik transisi secara fisik

mengungkapkan reaksi emosi sesuai

(physically trantition), transisi secara

dengan waktu dan kondisi yang ada

intelektual (cognitive trantition), serta

sehingga akan bermanfaat bagi diri

transisi peran sosial (social role

juga orang lain. Kecendrungan yang

trantition).

kuat yang dimiliki setiap manusia

penting dalam masa dewasa awal

untuk

menyelidik

merupakan kelanjutan dari ciri-ciri

sesuatu yang baru atau asing itu suatu

yang terdapat dalam masa remaja.

kewajaran, apabila seseorang belum

Dengan keadaan individu dalam masa

memiliki kematangan emosi maka dia

remaja, apa yang telah dimilikinya

akan cendrung untuk mengkonsumsi

sebagai hasil belajar dan pengalaman,

barang

yang kemudian dilengkapi dalam

menemukan,

secara

berlebihan,

untuk

dipahami

berdasarkan

Banyak di antara ciri

memenuhi kebutuhan seseorang harus

masa dewasa awal.

memiliki dana, dana yang lebih akan

penyesuaian yang dicapai dalam masa

membuat seseorang ingin membeli

remaja mendasari penyesuaian diri

sesuatu yang diinginkan apabila dana

dalam

itu tidak ada maka seseorang akan

mengantarkan

berlaku instan dengan cara melakukan

kedewasaan

korupsi. Disini kematangan emosi

sesungguhnya. Karena masa dewasa

diperlukan

mengendalikan

awalmerupakan masa transisi dari

yang

dimiliki

remaja akhir, sehingga masih ada

untuk

beberapa sifat remaja yang masih

memenuhi keinginan individu akan

muncul. Tugas perkembangan masa

lebih arif, mengutamakan keutuhan

dewasa dini atau awal, yakni mencari

dari

dan

untuk

keinginan-keinginan
setiap

individu

pada

sehingga

keinginan

yang

tidak

diperlukan.

masa

Penyesuaian-

dewasa
individu

dalam

menemukan

dalam

arti

calon

dan

yang

pasangan

hidup, membina kehidupan rumah

Kematangan emosi pada subjek

tangga, meniti karir, menjadi warga

termasuk kategori sedang. Hal ini

negara

9

yang

bertanggung

jawab.

Ketegangan-ketegangan emosi yang

subjek dalam penelitian ini membeli

terjadi

barang

pada

masa

dewasa

awal

berdasarkan

atas

dasar

dengan

kesukaan dan ketertarikan terhadap

persoalan-persoalan yang berkaitan

model barang yang terlihat menarik,

dengan hal perkawinan, keuangan,

melakukan pembelian barang tanpa

persoalan jabatan dan sebagainya.

adanya perencanaan, membeli barang

Ketegangan emosi yang timbul itu

atas pertimbangan harga serta tidak

bertingkat-tingkat

dengan

mempertimbangkan manfaat maupun

intensitas persoalan yang dihadapi dan

kegunaan, membeli barang dengan

sejauh

dapat

harga yang mahal atau barang dengan

mengatasi persoalan-persoalan yang

merek ternama akan menimbulkan

dihadapinya.

atau

rasa percaya diri yang tinggi, membeli

ketenangan akan dapat dicapai dalam

barang dengan jenis sama namun dari

tahun-tahun pertama awal dewasa

merek yang berbeda, membeli barang

awal ini oleh beberapa individu, akan

demi menjaga penampilan diri dan

tetapi kebanyakan di antaranya tetap

gengsi, serta membeli barang untuk

mengalami ketegangan emosi sampai

menjaga simbol status.

umumnya

berhubungan

mana

selaras

seseorang

Kepuasan

Subjek mempunyai perilaku

mendekati pertengahan masa dewasa
awal

ini.

diperlukannya

Oleh

sebab

kematangan

konsumtif tinggi, karena iu rumah

itu,

tangga

emosi

kurang

mampu

dalam

pada ibu rumah tangga agar tidak

mengatur keuangan. Kartono (2004)

menimbulkan

perilaku

menjelaskan bahwa masa dewasa awal

karena

menyebabkan

hidup

dapat
yang

konsumtif,

berlebihan,

gaya

merupakan masa pengaturan. Masa

sehingga

pengaturan ini disebut juga sebagai

terdapat hubungan antara kematangan

masa

yang

ditujukan

untuk

emosi dengan perilaku konsumtif

memantapkan

letak

kedudukannya

yang dialami ibu rumah tangga.

atau

setting

down

age.

Sejak

konsumtif

pada

seseorang telah mulai memainkan

kategori

sangat

peranannya sebagai orang dewasa,

tinggi. Hasil dari keseluruhan subjek

seperti ibu rumah tangga dan sebagai

penelitian, dapat diketahui bahwa para

orang tua, serta menyetujui hal itu

Perilaku
subjek

termasuk

10

sebagai

peranannya

dan

hal

Secara

itu

keseluruhan

kesimpulan

dapat

menjadi suatu keharusan untuk diikuti

ditarik

bahwa

dalam pola-pola perilaku tertentu

penelitian tentang kematangan emosi

dalam banyak aspek kehidupannya,

dengan perilaku konsumtif ini dapat

dengan pemantapan kedudukannya,

memenuhi

seseorang berkembang pola hidupnya

menunjukkan

adanya

secara individual, yang mana dapat

negatif

kematangan

menjadi ciri khas seseorang sampai

dengan perilaku konsumtif pada ibu

akhir hayat.

rumah tangga.

tujuan

antara

peneliti

hasil

yang

hubungan
emosi

Dari uraian di atas dapat

Selain itu, ibu rumah tangga
yang hidup dalam lingkungan sosial,

disimpulkan

juga tidak lepas dari masukkanya

emosi berhubungan negatif dengan

informasi-informasi dan pengalaman-

perilaku konsumtif. Berdasarkan hasil

pengalaman, yang ditawarkan oleh

analisa, diketahui bahwa nilai r²

berbagai

sebesar 0,210 atau 21%. Hal ini

media

maupun

hidup

bahwa

kematangan

berumah tangga. Tanpa pedoman

menunjukkan

hidup yang pasti, seseorang akan

emosi memiliki sumbangan efektif

mudah

dalam

terhadap perilaku konsumtif sebesar

situasi kehidupan yang terus berjalan

21% dan sisanya 79% dipengaruhi

tanpa

faktor lain. Faktor lain yang dapat

terombang

ambing

kompromi.

Jika

berbelanja

ini

memadai,

mungkin

menimbulkan

di

kegiatan

dukung

dana

dijadikan

tidak

akan

berhubungan

masalah.

bahwa

untuk

kematangan

variabel,

dengan

yang
perilaku

konsumtif antara lain faktor dari

Masalah
tetap

dalam diri individu yaitu motivasi,

mengikuti hobinya tersebut padahal

kepribadian, konsep diri, sikap dan

dana tidak ada. Sejalan dengan hal

faktor yang berasal dari luar individu

tersebut,

(eksternal)

timbul

jika

mereka

dengan

ingin

mengenali

diri,

yaitu

kebudayaan,

kelompok, serta keluarga.

seseorang individu dapat mengetahui

Kelemahan dalam penelitian

apa yang sesungguhnya ia butuhkan

ini adalah peneliti tidak mengungkap

dalam hidup ini.

identitas latar belakang pendidikan

11

sehingga peneliti tidak mengetahui

dari

pendidikan terakhir subyek penelitian.

motivasi, kepribadian, konsep diri,

Walaupun

percaya

sikap dan faktor yang berasal dari luar

sepenuhnya dengan subyek penelitian

individu (eksternal) yaitu kebudayaan,

bisa saja subyek tidak memahami

kelompok, serta keluarga.

peneliti

dalam

diri

individu

yaitu

dalam

Berdasarkan hasil kesimpulan,

angket tersebut. Proses pemberian

maka disarankan bagi para pihak

angket inilah yang menjadi kelemahan

terkait, yaitu sebagai berikut:

maksud

dari

aitem-aitem

peneliti karena angket ditinggal dan

Bagi

subyek

penelitian,

diambil hari berikutnya, disebabkan

perilaku konsumtif pada ibu rumah

permintaan dari subyek penelitian.

tangga dalam penelitian ini tergolong
sangat

tinggi

yang

menunjukkan

bahwa ibu rumah tangga tersebut

KESIMPULAN DAN SARAN
penelitian,

memiliki

persepsi

yang

hasil penelitian ini dapat disimpulkan

terhadap

dirinya.

Keadaan

sebagai berikut: (1) Ada hubungan

hendaknya

diturunkan

negatif

mengontrol

dirinya

Berdasarkan

yang

hasil

signifikan

antara

negatif
ini

dan

dapat

untuk

tidak

emosi

diri

dengan

konsumtif, dengan cara meningkatkan

konsumtif.

(2)

Tingkat

kematangan emosi dengan cara: (a)

kematangan emosi ibu rumah tangga

Mampu menerima dirinya sendiri,

tergolong sedang. (3) Tingkat perilaku

seperti

konsumtif ibu rumah tangga tergolong

kenyataan. Menghargai orang lain. (b)

sangat tinggi. (4) Kematangan emosi

Menerima tanggung jawab, sebagai

memiliki sumbangan efektif terhadap

ibu

perilaku konsumtif sebesar 21%. Hal

membelanjakan

ini berarti masih terdapat beberapa

kebutuhan. (c) Percaya pada diri

variabel lain yang mempengaruhi

sendiri,

perilaku

kemampuan dan tidak terpengaruh

kematangan
perilaku

konsumtif

sebesar

79%.

menerima

rumah

dengan

keadaan

atau

tangga

dalam

keuangan

sesuai

perilaku

sesuai

orang lain.

Faktor lain yang dapat dijadikan untuk

Adapun cara untuk menurunkan

variabel, yang berhubungan dengan

perilaku

perilaku konsumtif antara lain faktor

12

konsumtif,

sebelum

berbelanja
tangga

hendaknya

mencatat

ibu

rumah

terlebih

dahulu

DAFTAR PUSTAKA

Agustia, Rezi Suci. 2010. Gambaran
Perilaku Konsumtif Siswa-I
Sekolah Menengah Atas
“International
Islamic
Boarding School Republic of
Indonesia” (SMA IIBS RI).
Skripsi (tidak diterbitkan).
Jakarta: Binus University.

keperluan yang diutamakan dalam
rumah

tangga.

Catatan

belanja

tersebut harus dilaksanakan dengan
sungguh-sungguh, sehingga ibu rumah
tangga dalam berelanja depat sesuai
kebutuhan dan tidak boros dalam

Astuti, E.M. 2009. Hubungan Antara
Kematangan Emosi dan
Jenis
Kelamin
dengan
Agresivitas pada Remaja.
Skripsi (tidak diterbitkan).
Surakarta: UMS.

membelanjakan uang.
Bagi

peneliti

selanjutnya,

mengingat dalam penelitian ini ada
kelemahan yaitu jumlah responden
sedikit

hanya

96

orang,

maka
Astuti,

disarankan bagi peneliti selanjutnya
untuk menambah jumlah responden
sebanyak-banyak atau lebih dari 100
orang,

sehingga

diharapkan

hasil

penelitian lebih baik lagi. Selain itu,

Azwar, S. 2001. Metode Penelitian.
Yogyakarta
:
Pustaka
Pelajar.

peneliti sebelumnya juga disarankan
untuk meneliti identitas subjek yang
mungkin

dapat

dijadikan

Engel, J.F., Blackwelll, Roger D., dan
Miniard,
P.W.
2005.
Consumer Behavior (7th ed).
Orlando: Harcourt Brace
College Publisher.

bahan

tambahan dalam pembahasan. Selain
itu, juga disarankan bagi peneliti lain
untuk menggunakan variabel lain
yang

belum

digunakan

dalam

penelitian ini,

misalnya

yaitu

E.D. 2013. Perilaku
Konsumtif dalam Membeli
Barang Pada Ibu Rumah
Tangga Di Kota Samarinda.
eJournal Psikologi, Vol. 1.
No. 2:. Hal. 148-156.

Hadi, S. 2007. Metodologi Researh
III. Y ogyakarta : Andi
Offset.

motivasi, kepribadian, konsep diri,
Hardjana,
A.
2003.
Perilaku
Konsumtif Masyarakat Kota
di Negara Berkembang.
Jakarta: Universitas Atma
Jaya.

sikap dan faktor yang berasal dari luar
individu (eksternal) yaitu kebudayaan,
kelompok, serta keluarga.

13

Wekker,

Helmi, A. F. 2002. Model Teoretik
gaya Kelekatan, Atribusi,
Respon Emosi, dan Perilaku
Marah. Buletin Psikologi.
Tahun XII, No. 2. 2004.
Kartono, K., Gulo. 2001. Kamus
Psikologi. Jakarta: Ronir
Jaya.
Kartono, K. 2004. Psikologi Wanita
Jilid 2. Jakarta: Ronir Jaya.
Kuncoro, Antonius Anggrit Tri. 2009.
Hubungan
Kematangan
Emosi
dan
Perilaku
Konsumtif pada Remaja
Putra. Abstrak. Yogyakarta:
Universis Sanata Dharma
Mahmud, A.S. 2009. Kematangan
Emosi Di Bulan Ramadhan.
Artikel. Kompas. Minggu.
Jakarta: Kompas Group.
Rosandi,

Andika Filona. 2004.
Perbedaan
Perilaku
Konsumtif
Antara
Mahasiswa Pria dan Wanita
di Universitas Katolik Atma
Jaya. Jurnal Sosiologi. Vol.
2. No. 4.

Putri, A.M. 2013. Kematangan Emosi
Dengan Perilaku Konsumtif
Pada Pria Metroseksual. Jurnal
Online Psikologi. Vol. 01 No.
02, Hal 383 – 399.
Yuanita, Lisa. 2003. Gambaran
Terjadinya Perilaku Konsumtif
dalam
Membeli
Telepon
Selular.
Skripsi
(tidak
diterbitkan).
Jakarta:
Universitas Atma Jaya.

14

A. 2002. Pemahaman
Intelegensi
(IQ).
(Diterjemahkan Oleh Erna
Santoso). Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.