HUBUNGAN KEMATANGAN EMOSI DAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRA

  HUBUNGAN KEMATANGAN EMOSI DAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Oleh: Antonius Anggit Tri Kuncoro NIM : 049114018 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009

  HUBUNGAN KEMATANGAN EMOSI DAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Oleh: Antonius Anggit Tri Kuncoro NIM : 049114018 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  Karya ini kupersembahkan bagi Ibuku Maria Irmina Kun Maryani tersayang…. Father, I abandon myself into your hands; do with me what you will.

  Whatever you may do, I thank you: I am ready for all, I accept all.

  Let only your will be done in me, and in all Your creatures - I wish no more than this, O Lord. Into your hands I commend my soul;

  I offer it to you with all the love of my heart, for I love you Lord, and so need to give myself, to surrender myself into your hands, without reserve, and with boundless confidence,

  For you are my Father.

  

ABSTRAK

HUBUNGAN KEMATANGAN EMOSI DAN PERILAKU KONSUMTIF

PADA REMAJA PUTRA

Antonius Anggit Tri Kuncoro

Universitas Sanata Dharma

  

Yogyakarta

2009

  Penelitian ini bertujuan untuk meneliti bagaimanakah hubungan kematangan emosi dengan perilaku konsumtif pada remaja putra. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif dalam populasi antara kematangan emosi dan perilaku konsumtif pada remaja putra. Tahap remaja adalah tahap seseorang mencoba hal–hal baru, termasuk juga dalam perilaku membeli. Sehingga tanpa disadari golongan ini rentan terjerat dalam perilaku konsumtif. Perilaku konsumtif ini juga berkaitan dengan emosi yang ada dalam diri remaja. Tahap remaja merupakan tahapan seseorang mengalami masa labil dalam hal identitas diri serta belum matangnya emosi. Sehingga orang yang sudah mempunyai emosi yang matang akan berperilaku konsumtif yang relatif lebih rendah karena segala bentuk perilaku untuk mengkonsumsi suatu produk barang atau jasa akan dikendalikan oleh akal sehat, tidak cepat termakan ajakan dari lingkungan atau diri sendiri, dan lebih objektif. Subjek penelitian ini berjumlah 70 orang yang didapatkan dengan teknik purposive sample melalui penyebaran skala melalui bantuan KTC (Kumetiran Teens Community) dan Misdinar Paroki Kumetiran ke sejumlah SMP dan SMA di Yogyakarta. Subjek penelitian berjenis kelamin laki-laki dengan rentang umur 13-18 tahun. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan skala kematangan emosi dan skala perilaku konsumtif yang memakai metode summated rating scale. Koefisien reliabilitas alpha cronbach skala kematangan emosi adalah 0,871, sedangkan koefisien reliabilitas alpha cronbach skala perilaku konsumtif adalah 0,903. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan teknik korelasi Pearson

  

Product Moment dan menghasilkan koefisien korelasi antara kematangan emosi

  dan perilaku konsumtif remaja putra sebesar -0,378 dengan p sebesar 0,001 (p<0,05). Hal ini berarti hipotesis nol yang mengatakan tidak adanya hubungan dalam populasi antara kematangan emosi dengan perilaku konsumtif pada remaja putra ditolak. Sehingga hipotesis penelitian yang menyatakan ada hubungan negatif dalam populasi antara kematangan emosi dan perilaku konsumtif pada remaja putra menjadi diterima.

  Kata kunci: kematangan emosi, perilaku konsumtif, remaja putra

  

ABSTRACT

THE RELATION BETWEEN EMOTIONAL MATURITY AND

CONSUMPTIVE BEHAVIOUR TO THE MALE ADOLESCENTS

Antonius Anggit Tri Kuncoro

Sanata Dharma University

  

Yogyakarta

2009

  This research aimed to examine carefully how the relation between emotional maturity and the consumptive behaviour to the male adolescents was. The hypothesis presented in this research was that there was a negative relation in the population between the emotional maturity and consumptive behaviour to the male adolescents. The adolescent phase was the phase when someone tried new things including the behaviour of buying things. Therefore, it was unconsciously that this group was susceptible to get trapped into the consumptive behaviour. This consumptive behaviour was interconnected to the emotion of the adolescents. The adolescents phase was a phase when someone experienced a labile period both in the self-identity case and the immature emotional. Therefore, someone possessed a mature emotional would behave less consumptive. All kinds of behaviour in consumpting a product or a service would be controlled by common sense. This person would not be persuaded easily by the temptation coming from the environment or from himself and would be more objective. The number of the subjects in this research were 70 persons who were got by using a purposive sample through the spreading scale with the support from KTC (Kumetiran Teens Community) and the Misdinar or Kumetiran Parish to several Junior and Senior High Schools in Yogyakarta. The subjects of the research were male with the range of age between 13-18 years old. The method of data collecting applied in this research was by using Emotional Maturity Scale and Consumptive Behaviour Scale with summated rating scale method. The alpha Cronbach reliability coefficient of the Emotional Maturity Scale was 0,871, while the alpha Cronbach reliability coefficient of Consumptive Behaviour Scale was 0,903. The data obtained was then processed by using Pearson Product Moment correlation technique which produced correlative coefficient between the emotional maturity and the consumptive to the male adolescents in the amount of -0,378 with the amount of p 0,001 (p<0,005). It meant that null hypothesis stating that there was no relation in the population between the emotional maturity and the consumptive behaviour to the male adolescents was rejected. Therefore the research hypothesis stating that there was a negative relation in the population between emotional maturity and the consumptive behaviour to the male adolescents was accepted.

  Key words: emotional maturity, consumptive behaviour, male adolescents

KATA PENGANTAR

  Kemuliaan kepada Allah Bapa di surga, Bunda Maria, Santo Yusuf, serta Santo Antonius karena atas roh kudusNya, akhirnya karya tulis ini bisa terselesaikan. Perjuangan penelitian dari awal sampai dengan penyusunan laporan ini memang bukan jalan yang mudah dilewati, tetapi karena bantuan semua orang, akhirnya tiba saatnya bagi saya untuk membuka pintu yang baru, yang saya yakini menjadi proses kehidupan saya. Tetapi sebelum membuka pintu baru itu ijinkanlah saya berterimakasih atas segala proses yang saya alami selama ini kepada:

  1. Bapak Petrus Almatius Sukotjo (yang berada di surga), terimakasih atas 14 tahun menemani dan mendampingi di dunia dan 8 tahun menjadikan lebih dewasa dengan mengerti tidak ada hidup abadi di dunia ini. Ibu Maria Irmina Kun Maryani, terimakasih atas segala bantuan, dukungan materi, tempat mengeluh, dan menjadi ibu yang baik terhadapku.... maaf karena lulusnya meleset setahun.......

  2. Mas Nanung, Mbak Aik dan Kiko ponakanku yang masih lucu yang selalu menyemangati dan menyemarakkan hari-hari kepenatan dengan ocehan dan perilakunya yang membuat pikiran kembali fresh.

  3. Mas Nanang, sumber dana dan materi selama kuliah terima kasih karena menjadikanku lebih dapat mengatur segala pemasukan dan pengeluaran.

  4. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi kemudahan dalam segala surat menyurat lebih-lebih surat keterangan masih kuliah.

  5. Ibu Sylvia Carolina M.Y.M., S.Psi., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar memberi arahan, memberi masukan, celaan, merevisi skripsi dan memberi semangat yang sangat membantu proses pengerjaan skripsi ini. Thanks a lot bu....

  6. Pak Minta Istono, S.Psi., M.Si. dan Bu ML Anantasari S.Psi., M.Si. yang sudah mau membahas total dan memberi arahan dalam pendadaran.

  7. Ibu Dra. L. Pratidarmanastiti, MS. selaku dosen pembimbing akademik yang senantiasa memberi dukungan, ejekan, motivasi dan semangat untuk segera menyelesaikan skripsi ini, terimakasih dan semoga cepat sembuh.....

  8. Teman-teman godisgood (Kawul, Gombe, Gatot), semua Mudika Paroki Kumetiran (Berto, Singgih, Manu, Luluk, Bebek, Ndaru, Purno, Galih, Lintang, Yunan, Tiffa, Sari, Ayu, Odil, Ayik, dll) SAMBEL (Bu Tanti, Miss Nana, Si Gal, Aning, Wahyu, murid-muridku Tyo, Sarah, Santa, Vinka, dll) yang menempa berorganisasi dan menikmati hidup menjadi lebih hidup.

  9. Teman-teman kampus: Simin, Nipeng&Nopex, Japhar&Dora, Blegux, Thathat, Patje, Pakdedul&Rani, Anung&Marta, Unang, Yoyok&Dinta, Anang&Vera, Wisnu, Alit, Vebri, Dito&Rissa, Yumil&mbak Inung, Vani, Pristi, Atik&Kribo, Wilis&Jansen, Nana, Kadek, Dhani, Verty,

  Dita, Dyah, Erol, Kike, Komeng, Aji, Paimun, Keset, Lilik, Maya, Mita, Mieta&Pandu, Mumun, Sasa, Nines, Ruri, Sumar, Bagoes, Deta, Hanes, Ika, Lucky, Sari, Titit, Uci, Yandu, Tinul, Tyas, Fani, dll yang sudah menjadi sahabat dan teman selama mempelajari ilmu di kampus

  10. Teman-teman HUMAS USD, Pak Tatang, Bu Yanti (alm), Mas Cahyo, Lita, terimakasih sudah mengajarkan mengekspresikan diri dalam bentuk tulisan.

  11. Bapak Ibu dosen Fakultas Psikologi tercinta yang telah memberi ilmu dan pengetahuan yang luar biasa..........

  12. Mas Gandung dan Mbak Nanik yang telah membantu kelancaran administrasi akademik selama ini.

  13. Pak Gi…yang ramah dan murah senyum......

  14. Mas Muji yang sudah berbagi pengalaman dan keceriaan dengan menjadi asisten.

  15. Mas Doni yang telah meminjami buku-buku dan membantu prosedur presentasi.

  16. Mbak Rani, yang telah meminjamkan buku-buku yang membuat pengetahuan menjadi bertambah......

  17. Nenan, Fergi, Fian, Novi, Jordan, Putri, Cindil, Ibu’e Anung, Satya, Yudha dan teman-teman KTC dan Misdinar lainnya yang ikut andil dalam pengambilan data.

  18. AMD Sempron(tm) 2400+, Aspire 3680, BJC 2100 SP, Blitz 112cc, Samsung D 500, ZTE, Yashica FX 3, dan Poggi anjingku.... yang telah setia menemani kemana saja tanpa mengeluh.

  19. Queen, The Beatles, Bob Marley, Trans Siberian Orchestra, Mozart, Vivaldi, Beethoven, Dream Theater, Metallica, Bon Jovi, The Cure, U2, Andra, Arwana, BIP, Bondan, Didi Kempot, Warkop, Basiyo, D’Cinnamon, Ipang, Kornchong Chaos, Kotak, PMR, La Luna, Mocca, Melly, Ari Lasso, Slank, Souljah, Tony q Rastafara, Ras Muhammad, Saykoji, Gangsta Rasta, Nikita, TBK, Sheilla on Seven, Seventeen, Shaggy Dog, Scorpion, Gun and Roses, Aerosmith dan artis-artis lain yang sudah memberikan ketenangan dengan nyanyian di dalam kamar 2x3.

  20. dan semua teman-teman serta pihak-pihak yang telah membuat akhirnya saya bisa melewati tahap ini.... terimakasih......

  Penulis sangat menyadari dalam penelitian ini banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan dalam merangkai kata serta menyusun kalimat. Akan tetapi penulis sangat berharap bahwa penelitian ini tidak menjadi sia-sia belaka tetapi juga bermanfaat bagi banyak pihak.

  Penulis

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL..................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBIMBING.................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. iv HALAMAN MOTTO .................................................................................. v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................. vi ABSTRAK ................................................................................................... vii ABSTRACK ................................................................................................ viii HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................... ix KATA PENGANTAR ................................................................................. x DAFTAR ISI ................................................................................................ xiv DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xviii

  BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1 A. Latar Belakang Penelitian .................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................ 4 C. Tujuan Penelitian ................................................................. 5 D. Manfaat Penelitian ............................................................... 5 BAB II TINJAUAN TEORITIS ............................................................. 6 A. Kematangan Emosi…..........………………………….......... 6

  2. Pengertian Kematangan Emosi ....................................... 7

  3. Aspek-aspek Kematangan Emosi.................................... 8

  4. Efek Kematangan Emosi................................................. 12

  B. PERILAKU KONSUMTIF…..........………………….......... 12

  1. Perilaku ........................................................................... 12

  2. Perilaku Konsumtif ......................................................... 13

  3. Aspek-aspek Perilaku Konsumtif.................................... 15

  4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif.. 18

  C. REMAJA............................…..........………………….......... 20

  1. Pengertian Remaja .......................................................... 20

  2. Perspektif Remaja ........................................................... 21

  D. DINAMIKA HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRA................................................................. 25

  E. HIPOTESIS .......................................................................... 28

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 29 A. Jenis Penelitian ..................................................................... 29 B. Identifikasi Variabel.............................................................. 29 C. Definisi Operasional ............................................................ 29 D. Subjek Penelitian .................................................................. 31 E. Metode dan Alat Penelitian ................................................. 31 F. Validitas dan Reliabilitas ...................................................... 33

  1. Uji Coba Alat Ukur Penelitian ........................................ 34

  2. Hasil Uji Coba Alat Ukur ............................................... 36

  H. Analisis Data Penelitian ........................................................ 41

  1. Uji Asumsi ...................................................................... 41

  2. Uji Hipotesis .................................................................. 42

  BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 43 A. Pelaksanaan Penelitian ......................................................... 43 B. Deskripsi Subjek Penelitian dan Data Penelitian .................. 43

  1. Subjek Penelitian............................................................. 43

  2. Data Penelitian ................................................................ 44

  C. Analisis Data Penelitian ........................................................ 47

  1. Uji Asumsi ...................................................................... 47

  2. Uji Hipotesis .................................................................. 49

  D. Data Tambahan ..................................................................... 51

  E. Pembahasan .......................................................................... 54

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 61 A. Kesimpulan ........................................................................... 61 B. Saran .............................................................................. 61 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 65 LAMPIRAN ................................................................................................. 70

  

DAFTAR TABEL

  Tabel 1. Blue Print dan Persebaran Butir Aitem Skala Kematangan Emosi 33 Tabel 2. Blue Print dan Persebaran Butir Aitem Skala Perilaku Konsumtif 33 Tabel 3. Persebaran Butir Aitem Skala Kematangan Emosi Setelah Seleksi Aitem............................................................................................... 37 Tabel 4. Persebaran Butir Aitem Skala Kematangan Emosi Saat Penelitian 37 Tabel 5. Persebaran Butir Aitem Skala Perilaku Konsumtif Setelah Seleksi Aitem............................................................................................... 40 Tabel 6. Persebaran Butir Aitem Skala Perilaku Konsumtif Saat Penelitian 40 Tabel 7. Deskripsi Data Penelitian................................................................ 44 Tabel 8. Uji Signifikasi Perbedaan Mean Empiris dan Teoritis.................... 45 Tabel 9. Kategorisasi Kematangan Emosi dan Perilaku Konsumtif Subjek Penelitian ...................................................................................... 46 Tabel 10. Uji Normalitas............................................................................... 47 Tabel 11. Uji Linearitas................................................................................. 49 Tabel 12. Uji Korelasional ............................................................................ 50 Tabel 13. Uji Normalitas Aspek-aspek Kematangan Emosi......................... 51 Tabel 14. Uji Linearitas Aspek-aspek Kematangan Emosi .......................... 52 Tabel 15. Uji Korelasional Aspek-aspek Kematangan Emosi ...................... 54

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 .................................................................................................... 70 Skala kematangan emosi dan perilaku konsumtif try out ............................. 71 Data try out.................................................................................................... 81 Perhitungan seleksi aitem dan reliabilitas skala kematangan emosi dan perilaku konsumtif ........................................................................................ 95 Lampiran 2 .................................................................................................... 101 Skala kematangan emosi dan perilaku konsumtif penelitian ........................ 102 Data penelitian .............................................................................................. 110 Olah data penelitian ...................................................................................... 120

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini, gaya hidup yang sedang berkembang adalah postmodernisme. Gaya hidup ini merujuk pada suatu konsep peran teknologi yang sangat besar

  tidak hanya dalam mencapai keergonomisan aspek perindustrian saja tetapi juga masuk dalam semua aspek kehidupan. Permasalahan yang terjadi kemudian adalah segala macam akibat positif dari kemajuan teknologi dan globalisasi ini juga mempunyai imbas yang negatif layaknya dua sisi mata uang yang berbeda.

  Feri (2005) mengatakan imbas negatif yang paling berbahaya dari kemajuan peradaban teknologi saat ini adalah cenderung membiaskan segi humanis manusia. Teknologi menjadikan manusia lebih mempunyai idealis materialisme, daripada humanisme.

  Idealis materialisme ini membuat manusia bermentalitas status sosial dan kekayaan yang lebih tinggi dari orang lain diperoleh dari materi semata. Sehingga orang berlomba-lomba untuk membeli berbagai macam barang dan jasa. Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar saja tetapi lebih pada gengsi dan harga diri saat mengkonsumsi suatu produk barang ataupun jasa bahkan sampai hutang. Hal inilah yang kemudian menjadikan suatu perilaku mengkonsumsi produk barang ataupun jasa secara emosional atau dinamakan perilaku konsumtif.

  Predikat konsumtif ini akan melekat pada konsumen apabila sudah kebutuhan dan lebih pada keinginan yang berlebihan. Perilaku konsumtif menurut Lubis (dalam Lina dan Rosyid, 1997) adalah suatu perilaku mengkonsumsi yang sudah tidak lagi didasarkan pada pertimbangan rasional tetapi karena adanya keinginan yang sudah mencapai taraf tidak rasional lagi.

  Perilaku konsumtif juga mewabah pada semua usia terlebih remaja. Remaja menjadi sasaran dan target dari segmentasi produk–produk suatu perusahaan (Schiffman dan Kanuk,1983). Kelompok usia remaja merupakan pasar yang potensial karena pola konsumsi seseorang terbentuk pada usia remaja. Sifat remaja yang mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman, tidak berpikir panjang, serta tidak realis menyebabkan produsen sangat berkeinginan membidik pangsa pasar potensial ini (www.e-psikologi.com).

  Menurut Loudon dan Bitta (dalam Lina dan Rosyid,1997), remaja adalah golongan yang berorientasi konsumtif karena suka mencoba hal–hal baru, sehingga tanpa disadari golongan ini terjerat dalam perilaku konsumtif. Penelitian–penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa remaja putri mempunyai kecenderungan untuk berperilaku konsumtif lebih tinggi dibandingkan remaja putra (Lina dan Rosyid, 1997 ; Tedja, 2003 ; Saputro, 2004 ; Purwandini, 2008).

  Remaja putri juga membelanjakan uang hampir dua kali lebih banyak dibandingkan dengan remaja putra (Lina dan Rosyid, 1997). Penelitian Tedja (2003) menyatakan bahwa kecenderungan perilaku konsumtif remaja putri tidak berbeda dibandingkan remaja putra dalam hal mencari kesenangan dan kepuasan tetapi berbeda dalam aspek impulsif dan pemborosan. Menurut Saputro (2004), remaja putra disebabkan oleh perbedaan sifat dan perilaku yang diharapkan berdasarkan peran seks atau peran sosial yang terkonstruksi secara sosial dan kultural. Penelitian Purwandini (2008) pun masih menunjukkan pola yang sama yaitu tingkat perilaku konsumtif remaja putri masih tetap lebih tinggi dibandingkan dengan remaja putra.

  Penelitian-penelitian tersebut juga melibatkan hal penting yaitu emosi dan menyebutkan bahwa jenis kelamin putra lebih menggunakan rasional daripada jenis kelamin putri yang menggunakan emosional (Lina dan Rosyid, 1997 ; Anggarasari, 1997 ; Tedja, 2002 ; Saputro, 2004 ; Purwandini 2008). Penelitian Lina dan Rosyid (1997) mengungkapkan adanya pengaruh kontrol diri dalam perilaku konsumtif. Penelitian Anggarasari (1997), mengungkapkan adanya hubungan tingkat religiusitas dan perilaku konsumtif pada perempuan. Penelitian Tedja (2002) ingin melihat perbedaan tingkat perilaku konsumtif remaja putra dan putri ditinjau dari kecerdasan emosinya. Sedangkan penelitian Saputro (2004) dan Purwandini (2008) sama-sama ingin mengetahui apakah masih ada perbedaan tingkat perilaku konsumtif antara remaja putra dan putri.

  Tingkat perilaku konsumtif yang rendah pada remaja putra dan pentingnya variabel emosi dari penelitian-penelitian sebelumnya menarik perhatian penulis untuk meneliti variabel emosi dan hubungannya dengan perilaku konsumtif. Variabel emosi yang akan diteliti dalam hal ini adalah kematangan emosi.

  Penelitian ini diarahkan pada subjek remaja putra karena, pada era globalisasi ini, gaya hidup remaja putra tampaknya mulai mengalami perkembangan dengan mulai munculnya pria-pria metroseksual yang juga gemar berbelanja dan berperilaku konsumtif (Rahardjo, dan Silalahi, 2007).

  Kematangan emosi menurut Young (, 2007) adalah kemampuan seseorang dalam mengontrol dan mengendalikan emosinya.

  Seseorang yang mempunyai ciri-ciri emosi yang sudah matang tidak cepat terpengaruh oleh rangsang stimulus baik dari dalam maupun dari luar. Emosi yang sudah matang akan selalu belajar menerima kritik, mampu menangguhkan respon- responnya dan memiliki saluran sosial positif bagi energi emosinya, misalnya bermain, melaksanakan hobinya, dsb (

  Sehingga apabila dihubungkan dengan perilaku konsumtif, remaja putra yang mempunyai kematangan emosi akan berperilaku konsumtif yang relatif lebih rendah karena segala bentuk perilaku untuk mengkonsumsi suatu produk barang atau jasa akan dikendalikan oleh akal sehat, tidak cepat termakan ajakan dari lingkungan atau diri sendiri, lebih objektif, mempunyai saluran sosial emosional yang lebih positif daripada hanya sekedar memuaskan emosional dengan menghabiskan uang untuk mengkonsumsi barang yang tidak dibutuhkan saat itu.

B. RUMUSAN MASALAH

  Latar belakang yang diungkapkan di atas ini menimbulkan suatu pertanyaan penelitian yaitu bagaimanakah hubungan kematangan emosi dengan perilaku konsumtif pada remaja putra?

  C. TUJUAN PENELITIAN

  Penelitian ini bertujuan untuk meneliti bagaimanakah hubungan kematangan emosi dengan perilaku konsumtif pada remaja putra.

  D. MANFAAT PENELITIAN

  1. Implikasi praktis: Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah mampu menjabarkan bagaimanakah hubungan kematangan emosi dengan perilaku konsumtif pada remaja putra, sehingga bermanfaat untuk para praktisi pendidikan dan orang tua untuk memahami perilaku konsumtif remaja putra.

  Penelitian ini juga perlu dilakukan untuk mencegah meluasnya perilaku konsumtif pada remaja terlebih remaja putra akibat dampak negatif globalisasi.

  2. Implikasi teoritis : Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi dan sumbangan ilmu pengetahuan bagi psikologi, khususnya bagi psikologi sosial, dan psikologi perkembangan, dan psikologi konsumen.

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. KEMATANGAN EMOSI

1. Pengertian Emosi Secara teori, dalam ilmu psikologi ada banyak definisi mengenai emosi.

  Apabila dirunut dari asal kata, Young (1975) mengacu pada kamus Murray bahwa

  

emotion berasal dari kata latin e (keluar) dan movere (untuk bergerak) yang secara

  harafiah kedua kata tersebut berarti menggerakkan (to stir up) yaitu sesuatu yang mendorong dalam diri individu. Young menulis bahwa emosi sebenarnya merupakan proses afektif yang kompleks dan terjadi pada situasi kehidupan manusia yang mengalaminya, dan bentuk manifestasinya bisa dalam berbagai macam perasaan yang muncul seperti sedih, kegembiraan, teror, dll. Strickland (2001) mengatakan bahwa emosi adalah reaksi fisik dan psikis yang menimbulkan perasaan yang kuat terhadap pengalaman subjektif untuk menyiapkan respon selanjutnya. Huffman, Vernoy, dan Vernoy (1997) menyebutkan bahwa emosi adalah suatu perasaan atau reaksi afektif seorang manusia.

  Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengertian emosi adalah reaksi fisik dan psikologis pada unsur afeksi seorang manusia setelah mendapatkan suatu stimulus, yang kemudian diekspresikan melalui perubahan perilaku verbal dan non verbal, untuk beradaptasi terhadap stimulus tersebut.

2. Pengertian Kematangan Emosi

  Seorang manusia, selama hidup akan mengalami perubahan dan perkembangan dalam segala hal termasuk kondisi emosinya. Menjelang masa remaja, manusia mengalami perubahan perilaku emosional yang cukup radikal. Perubahan emosi ini disertai dengan perubahan-perubahan lain seperti perkembangan struktur tubuh, perkembangan relasional dengan orang lain, perkembangan cara belajar, dan tugas-tugas perkembangan yang membuat seorang remaja tersebut akan berada dalam periode kebingungan identitas dan kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Pada tahap ini, banyak timbul permasalahan-permasalahan yang menuntut remaja untuk bersikap secara rasional, mengurangi sikap emosionalnya sebagai jalan untuk beradaptasi dengan kondisi dan situasi yang serba membingungkan tersebut (Santrock, 2002)

  Remaja yang dapat mengontrol dan mengendalikan pengekspresian emosinya menurut Young adalah remaja yang mempunyai kematangan emosi (Young, 1975).

  Penelitian Hollingsworth dan Morgan (dalam Young, 1975) menyebutkan kematangan emosi sebagai perubahan respon emosi dari anak-anak menuju dewasa yang ditandai dengan perubahan pada tingkat toleransi terhadap frustrasi, penurunan dalam tingkat dan derajat emosi yang tidak diharapkan, perbedaan dalam perilaku impulsif, perbedaan sikap dalam memperhatikan diri sendiri, dan perbedaan dalam menampakkan perilaku emosi secara terbuka.

  Wijono (2003) mengatakan bahwa kematangan emosi seseorang akan mengendalikan emosinya, maka orang tersebut dapat berpikir secara jernih, tenang dan lebih objektif dalam menghadapi persoalan-persoalan kehidupan

  Penelitian Fawaid (2003) menyatakan remaja yang mempunyai kematangan emosi yang baik mampu mengontrol emosinya, mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, sehingga bila mendapat rangsang emosional maka remaja dapat menyesuaikan diri dan tidak menunjukkan gangguan emosional sesuai dengan tingkat perkembangan remaja.

  Beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan suatu pengertian kematangan emosi yaitu suatu keadaan seorang manusia dapat mengontrol emosinya, baik itu pengekspresian secara verbal atau nonverbal, sehingga mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan akan menjadi lebih objektif dan selektif dalam merespon stimulus emosi.

3. Aspek-aspek Kematangan Emosi

  Hurlock (1993) menyatakan bahwa kematangan emosi mempunyai aspek- aspek sebagai berikut: a. Tidak meledakkan emosi di hadapan orang lain, melainkan mampu mengekspresikan emosi pada saat yang tepat dan wajar sehingga lebih dapat diterima secara sosial.

  b. Dapat melihat situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum berreaksi secara emosional, tidak lagi berreaksi tanpa berpikir sebelumnya seperti anak-anak atau orang yang tidak matang, dan mengabaikan rangsangan c. Memberikan reaksi emosional yang stabil, tidak berubah-ubah dari satu emosi atau suasana hati ke suasana hati lain seperti dalam periode sebelumnya. enyebutkan aspek- aspek kematangan emosi adalah: a. Kemampuan beradaptasi dengan realita

  Seorang yang mempunyai kematangan emosi akan mudah untuk beradaptasi dengan kenyataan saat ini, bukan masa lalu ataupun masa depan.

  b. Kemampuan beradaptasi dengan perubahan Seorang yang mempunyai kematangan emosi, akan mudah beradaptasi saat terjadi perubahan secara insidental, tidak panik terhadap perubahan.

  c. Kemampuan mengontrol gejala emosi yang mengarah pada kemunculan simtomp kecemasan Seorang yang mempunyai kematangan emosi, akan dapat mengontrol simtom-simtom yang menjadi semacam radar bagi manusia bahwa ada bahaya yang mengancam sehingga tidak akan timbul kepanikan yang luar biasa.

  d. Kemampuan menemukan kedamaian jiwa dari memberi dibanding dengan menerima.

  Semakin matang emosi seseorang, maka orang tersebut akan dapat menangkap suatu keindahan dari memberi, ketulusan dalam membantu e. Konsisten terhadap prinsip, janji dan keinginan untuk menolong orang yang kesulitan.

  Orang yang matang secara emosi di satu sisi telah menemukan prinsip dan idealisme yang kuat dalam hidupnya, tetapi di sisi lain, juga menghargai dan menghormati perbedaan-perbedaan yang ada, selalu menepati janji, bertanggung jawab, dan mempunyai keinginan untuk membantu orang lain yang kesulitan.

  f. Dapat meredam bahkan merubah insting negatif dan destruktif menjadi energi kreatif dan konstruktif Orang yang emosinya matang akan dapat mengontrol perilaku-perilaku negatif dan impulsif, menggunakan waktu untuk melakukan hal-hal yang lebih berguna untuk dirinya dan orang lain.

  g. Kemampuan untuk mencintai Orang yang mempunyai kematangan emosi, akan selalu dipenuhi oleh perasaan cinta, baik terhadap sesama dan alam.

  Setelah melihat dan meninjau aspek-aspek kematangan emosi dari beberapa teori di atas, akhirnya menurut penulis, aspek-aspek tersebut dapat dikelompokkan menjadi:

  a. Kemampuan mengontrol emosi Orang yang memiliki kemampuan mengontrol emosi ini cenderung akan mempunyai emosi yang stabil, tidak berubah-ubah seperti yang terjadi pada masa perkembangan anak-anak, dapat meredam bahkan merubah jarang bahkan tidak pernah lagi melakukan regresi emosi, dapat mengidentifikasi perasaan apa yang terjadi saat ini dan dapat mengontrol perasaan negatif (ketakutan, kecemasan, marah, dan kesedihan) serta perasaan senang (bahagia, gembira) b. Kemampuan relasi sosial

  Orang yang memiliki kemampuan relasi sosial ini cenderung akan mampu menemukan kedamaian jiwa dari memberi dibanding dengan menerima, konsisten terhadap prinsip, janji dan keinginan untuk menolong orang yang kesulitan, mampu untuk mencintai, berhasil dalam relasi sosial, tidak egois dalam berbagi informasi, bertindak bijak dalam relasi dengan sesama, sensitif kepada perasaan orang lain, tidak hanya melihat permasalahan dari satu sudut pandang pribadi saja tetapi juga dari persepsi orang lain, menghargai perbedaan dengan orang lain, serta mempunyai kemampuan sosial.

  c. Kepribadian yang utuh Orang yang mempunyai kepribadian yang utuh cenderung akan mampu untuk beradaptasi dengan realita, mampu untuk beradaptasi dengan perubahan, mempunyai kepribadian yang terintegrasi, lebih dapat mengekspresikan kebebasan, mempunyai tujuan yang khusus, lebih percaya diri, lebih berkomitmen, termotivasi oleh diri sendiri dalam bertindak, serta mempunyai kontrol diri yang tinggi.

  Ketiga aspek di atas, dapat menjelaskan bahwa seseorang mempunyai kematangan emosi apabila dalam kesehariannya didasari oleh kemampuan mengontrol emosi, kemampuan dalam relasi sosial dan kepribadian yang utuh. Semakin tinggi seseorang mendasarkan kematangan emosinya pada tiga hal ini maka semakin matang emosinya.

4. Efek Kematangan Emosi

  Hurlock (1993) menyatakan efek yang terjadi pada seseorang yang matang emosinya akan: a. dapat diterima secara sosial.

  Orang yang matang emosinya akan lebih dapat diterima orang lain karena mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dapat melihat permasalahan dari sudut pandang orang lain, tidak egois, dan cenderung lebih mandiri.

  b. berpikir lebih rasional Orang yang matang emosinya akan lebih dapat berpikir secara rasional, tidak didasarkan atas perasaan emosional, dan tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan.

B. PERILAKU KONSUMTIF

1. Perilaku

  Perilaku didefinisikan sebagai aktivitas yang dilakukan dalam kehidupan sehari – hari. Pembedaan perilaku menurut sifatnya.ada dua yaitu perilaku yang perilaku juga dibedakan menurut aktivitasnya yaitu perilaku motorik, emosi, dan perilaku kognitif (Walgito, 1991).

  Ada beberapa macam pembentukan sebuah perilaku. Pertama yaitu kebiasaan. Kebiasaan berperilaku membuat sebuah alur perilaku individu. Kedua adalah pengertian. Apabila seorang individu mengerti tujuan sebuah perilaku, maka dia akan berperilaku untuk memenuhi tujuannya tersebut. Sedangkan yang ketiga adalah modelling. Hal yang ketiga ini mulai muncul ketika seorang individu masih berada dalam tahap kanak – kanak yaitu dengan modelling.

  Perilaku ini membuat mereka meniru perilaku orang lain dan tanpa menyaring atau imitasi (Sears, Freedman & Peplau, 1985) Definisi-definisi di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa perilaku adalah respon terhadap stimulus dari dalam atau luar individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan, proses belajar, dan pengalaman-pengalaman masa lalu.

2. Perilaku Konsumtif

  Konsumsi adalah suatu kegiatan yang mengurangi atau menghabiskan nilai guna barang atau jasa. Orang yang melakukan kegiatan ini dinamakan konsumen. Individu sebagai konsumen mengkonsumsi suatu barang atau jasa didorong oleh adanya kebutuhan untuk memuaskan tujuannya tersebut. Engel, Blackwell dan Miniard (dalam Lina dan Rosyid, 1997) mengungkapkan bahwa kebutuhan yang diaktifkan akhirnya diekspresikan dalam perilaku membeli untuk mendapatkan suatu manfaat.

  Hal senada juga diungkapkan oleh Schiffman dan Kanuk (1983), yang menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah perilaku dalam pencarian, pembelian, penggunaan dan evaluasi terhadap produk yang diharapkan dapat memuaskan kebutuhan. Sedangkan Mangkunegara (dalam Lina dan Rosyid, 1997) menyatakan bahwa konsumsi adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh kelompok atau individu yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan dan menggunakan barang atau jasa ekonomis yang dipengaruhi oleh lingkungan.

  Schiffman dan Kanuk (1983), menyebutkan bahwa dalam melakukan kegiatan konsumsi ini, seorang konsumen didasari atas suatu motivasi. Motivasi yang mendasari konsumen ada dua yaitu motivasi rasional dan motivasi emosional. Motivasi rasional berarti kegiatan konsumsi yang dilakukan benar- benar dipertimbangkan, dan dibutuhkan untuk memenuhi suatu tujuan konsumen tersebut. Sedangkan kegiatan konsumsi yang didasari motivasi emosional, berarti kegiatan menghabiskan nilai guna barang atau jasa tersebut hanya sekedar untuk memuaskan emosional saja, dan tidak mempertimbangkan kebutuhannya yang dinamakan perilaku konsumtif.

  Menurut Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, batasan konsumtif adalah kecenderungan manusia untuk menggunakan konsumsi tanpa batas dan cenderung mementingkan faktor keinginan daripada kebutuhan (Lina dan Rosyid, 1997). Hal ini juga diungkapkan oleh Sachari (Lina dan Rosyid, 1997) bahwa terjadinya konsumtivisme dikarenakan masyarakat mempunyai kecenderungan materialistik, dan hasrat yang besar untuk memiliki benda-benda tanpa memperhatikan kebutuhannya.

  Widiastuti ( menyebutkan pula mengenai kata konsumtif yang maknanya lebih pada sebuah perilaku yang boros, mengkonsumsi barang atau jasa secara berlebihan, lebih mendahulukan keinginan daripada kebutuhan serta tidak ada skala prioritas dalam usaha pemenuhan kebutuhan.

  Menurut Saputro (2004), Dewi (2006), dan Lia (2007), perilaku konsumtif adalah kecenderungan perilaku membeli tanpa ada pertimbangan yang matang dan hanya berdasar kesenangan semata, tidak berdasar kebutuhan, tidak memperhitungkan uang yang dimiliki, hanya untuk mencapai kepuasan yang maksimal.

  Beberapa penjabaran mengenai pengertian perilaku konsumtif di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumtif adalah perilaku menghabiskan nilai guna barang atau jasa, yang lebih didasarkan pada pemuasan emosional, mementingkan keinginan, impulsif dan mengejar kesenangan sesaat tanpa ada pertimbangan rasional yang matang dan prioritas dalam hal kebutuhan dan uang yang dimiliki, sehingga cenderung bersifat materialistis dan boros.

3. Aspek-aspek Perilaku Konsumtif

  Aspek-aspek dalam perilaku konsumtif menurut Lina dan Rosyid (1997) adalah:

a. Impulsif buying

  Perilaku membeli barang atau jasa yang terjadi secara insidental, tanpa

  b. Non rational buying

  Perilaku membeli barang atau jasa yang lebih didasarkan pada pencarian kepuasan dan kesenangan secara emosional.

  c. Wasteful buying

  Perilaku membeli barang atau jasa yang sebetulnya tidak menjadi kebutuhan saat itu, tidak diperlukan saat itu.

  Sedangkan Hidayati (dalam Tedja, 2003 ; Saputro, 2004 ; Dewi, 2006 ; Lia, 2007) menyebutkan ada empat aspek yang membentuk perilaku konsumtif.

  Keempat aspek tersebut adalah:

  a. Impulsif Perilaku konsumtif terjadi karena hasrat sesaat, bersifat emosional, tanpa perencanaan dan pertimbangan yang matang, tidak memikirkan apa yang akan terjadi kemudian.

  b. Pemborosan Perilaku membeli yang berlebih-lebihan, sering mencoba dan berganti produk baru. Sehingga konsumen melakukan pemborosan dengan membeli barang-barang yang diinginkannya tetapi tidak dibutuhkannya.

  c. Mencari kesenangan Perilaku membeli yang hanya didasarkan untuk mencari kesenangan saja. d. Mencari kepuasan Konsumen membeli barang karena ingin mendapatkan suatu penghargaan, stigma kaya, mampu, atau berkecukupan dari masyarakat atau teman sebaya. Ada ketidakpuasan apabila tidak mendapat pengakuan menjadi “lebih” dari orang lain sehingga akan berusaha mendapatkan pengakuan tersebut. Aspek-aspek dalam perilaku konsumtif di atas dapat dikelompokkan menjadi aspek: a. Impulsif

  Perilaku membeli yang terjadi secara insidental, tiba-tiba saja tanpa ada perencanaan dan pertimbangan yang matang mengenai produk yang dibeli tersebut. Perencanaan dan pertimbangan yang dimaksud berupa kuantitas produk atau jumlah produk yang dibutuhkan, harga produk, dan kualitas produk yang berupa awet tidaknya barang serta baik tidaknya mutu barang tersebut dibandingkan barang yang sejenis dengan merk yang lain.

  b. Emosional Perilaku membeli yang dilakukan untuk mendapatkan pemenuhan kepuasan dan kesenangan dalam hal emosional, bukan untuk memenuhi kebutuhan. Pemenuhan kepuasan dan kesenangan emosional ini berupa keinginan mendapatkan penghargaan, stigma kaya, mampu, atau berkecukupan dari masyarakat atau teman sebaya. menjadi “lebih” dari orang lain sehingga akan berusaha mendapatkan pengakuan tersebut.

  c. Pemborosan Perilaku membeli yang dilakukan secara berlebihan, menghambur- hamburkan banyak uang untuk hal-hal yang kurang dibutuhkan saat ini. Dari ketiga aspek di atas, dapat disimpulkan bahwa seseorang akan cenderung berperilaku konsumtif apabila melakukan pembelian barang atau jasa dengan didasari pada aspek impulsif, emosional, dan pemborosan. Semakin tinggi seseorang mendasarkan pada ketiga aspek ini, maka akan semakin konsumtif.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif

  Menurut Engel, Blackwell (dalam Lina dan Rosyid, 1997) menyebutkan ada dua faktor penting dalam memahami perilaku konsumen. Faktor yang pertama adalah faktor internal dan faktor eksternal. Penjelasan mengenai kedua faktor tersebut adalah sebagai berikut: a. Faktor Internal

  Faktor internal yang berpengaruh adalah motivasi, dan harga diri, pengamatan dan proses belajar, kepribadian dan konsep diri. Motivasi berguna sebagai pendorong perilaku, baik dalam melakukan pembelian barang atau jasa. Sedangkan harga diri berpengaruh pada perilaku membeli. Orang yang mempunyai harga diri yang rendah cenderung mudah dipengaruhi untuk membeli (Sears, et al, 1985). Pengamatan didasarkan pada proses belajar pada pengalaman masa lalu. Saat ada pengalaman yang menyenangkan terhadap suatu barang pada masa lalu, ini akan mempengaruhi proses pengambilan keputusannya. Hal lain yang mempengaruhi secara internal adalah kepribadian dan konsep diri konsumen tersebut. Konsumen dengan tipe kepribadian A, akan berbeda tingkat konsumtif, pola konsumtif, dan cara konsumtif dengan konsumen dengan tipe kepribadian B.

  b. Faktor Eksternal Faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah kebudayaan, kelas sosial, kelompok referensi serta keluarga.

  Kebudayaan dalam mempengaruhi perilaku konsumen telah dibuktikan oleh Loudon dan Bitta (dalam jurnal Lina dan Rosyid, 1997) yang mengungkapkan perilaku membeli dapat diramalkan dari nilai–nilai budaya yang dipegang konsumen. Kelas sosial juga berpengaruh terhadap perilaku konsumen, adanya perbedaan status ekonomi membuat corak perbedaan pula pada pemilihan produk dan barang yang digunakan untuk memenuhi simbol statusnya. Kelompok referensi menentukan perilaku seorang individu karena individu tersebut melihat produk– produk apa yang dikonsumsi kelompok referensinya tersebut. Sedangkan keluarga juga mempunyai peran yang cukup kuat dalam membentuk suatu sikap dan perilaku anggotanya dalam membeli suatu produk barang atau jasa.

C. REMAJA

1. Pengertian Remaja

  Remaja atau adolescence adalah periode lanjutan setelah masa kanak– kanak dengan rentang umur kurang lebih tiga belas sampai dengan 18 tahun (Hurlock, 1993). Hurlock (1993), membagi masa remaja tersebut menjadi dua bagian yaitu masa awal remaja dengan rentang umur 13-16 atau 17 tahun dan akhir masa remaja dengan rentang 16 atau 17-18 tahun, atau usia matang secara hukum. Tahap remaja ini diawali dengan mulainya masa pubertas (Santrock, 2002). Pubertas atau disebut puberty adalah suatu periode di mana kematangan kerangka dan seksual terjadi secara pesat (Santrock, 2002). Sedangkan menurut Sanford dan Lough (1988), pubertas berasal dari gabungan kata latin “pubes” yang berarti “usia kedewasaan”, yang menunjuk pada perubahan fisik seorang anak.

  Havighurst (dalam Hurlock, 1993) menyebutkan tugas-tugas perkembangan pada masa remaja adalah: a. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.

  b. Mencapai peran sosial pria dan wanita.

  c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.

  d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.

  e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya. g. Mempersiapkan perkawinan dari keluarga.

  h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi.

  Sehingga benarlah apa yang kemudian dikatakan oleh Hurlock (1993) dan Santrock (2002), mengenai masa remaja adalah masa yang benar-benar berbeda dari masa anak-anak yang masih tergantung dengan orang-orang di sekitarnya dengan tuntutan tugas perkembangan yang lebih sederhana dibandingkan pada masa remaja.

2. Perspektif Remaja

  Berikut ini akan diuraikan mengenai perspektif remaja dari tiga hal yaitu perkembangan fisik, perkembangan kognitif, dan perkembangan sosioemosional pada masa remaja.