KECEMASAN LANJUT USIA DALAM PROSES PELAKSANAAN IBADAH HAJI REGULER Kecemasan Lanjut Usia Dalam Proses Pelaksanaan Ibadah Haji Reguler.

KECEMASAN LANJUT USIA DALAM PROSES
PELAKSANAAN IBADAH HAJI REGULER

Naskah Publikasi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
untuk Memenuhi Sebagian Syaratan
Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)

Diajukan oleh :
FARAH ZAHRUNA THIRAFI
F 100110049

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

KECEMASAN LANJUT USIA DALAM PROSES
PELAKSANAAN IBADAH HAJI REGULER
HALAMAN JUDUL

Naskah Publikasi

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh
Derajat Sarjana S -1

Diajukan Oleh:

FARAH ZAHRUNA THIRAFI
F. 100 110 049

Kepada
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

ii

KECEMASAN LANJUT USIA DALAM PROSES PELAKSANAAN
IBADAH HAJI REGULER

Farah Zahruna Thirafi

Siti Nurina Hakim
[email protected]
Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAKSI
Haji merupakan ibadah tahunan yang dikerjakan oleh muslim dunia bagi
yang mampu melakukan, berkumpulnya muslim seluruh dunia pada satu tempat di
waktu yang sama menjadi suatu kecemasan tersendiri bagi seseorang, terlebih
bagi lanjut usia (lansia). Selain itu, berbagai kegiatan dalam ibadah haji, kondisi
lokasi ibadah yang tidak layak ditempati, bercampurnya berbagai macam karakter
dan sifat manusia juga menjadi beban tersendiri untuk lansia.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi kecemasan lansia dalam
proses pelaksanaan ibadah haji reguler. Informan Penelitian ini adalah dua pasang
lansia yang menjalankan ibadah haji bersama pasangannya, tidak memiliki
penyakit berat, menggunakan ibadah haji reguler dan berangkat ketika berumur
lebih dari 60 tahun menggunakan program haji reguler. Metode pengambilan
informan adalah dengan purposive sampling, sedangkan pengambilan data
menggunakan metode wawancara dengan adanya expert judgement untuk melihat
validitas butir pertanyaan panduan wawancara.
Hasil dari penelitian yang didapat, seluruh subjek mengalami kecemasan

terutama saat menjalankan mabit di Muzdalifah, Mina, dan lempar jumrah,
kecemasan yang ada disebabkan oleh faktor lingkungan, cuaca, dan kondisi fisik
dan keadaan emosi subjek. Pasrah, beryukur, memperbanyak do’a, dan marah
merupakan koping (pengelolaan) yang dilakukan subjek untuk menghilangkan
kecemasan yang dialami. Semangat dan niat yang kuat untuk menjalankan haji
juga dimiliki oleh subjek, sehingga dapat menurunkan tingkat kecemasan subjek.

Kata kunci: Kecemasan, Lansia, Haji Reguler

PENDAHULUAN

dan 12 Dzulhijjah, jamaah melempar

Haji merupakan rukun (tiang agama)

jumrah, setelah itu pergi ke Mekkah

Islam yang kelima setelah syahadat,

untuk thawaf, kemudian dilanjutkan


shalat, zakat dan puasa. Menunaikan

dengan sa’i di kompleks Masjidil

ibadah haji adalah bentuk ritual

Haram sebanyak 7 kali, tanggal 13

tahunan yang dilaksanakan kaum

Dzulhijjah, jamaah melempar tiga

muslim

jumrah lalu pergi ke Mekkah untuk

sedunia

(material,

dengan

fisik,

yang
dan

mampu

thawaf dan sa’i.

keilmuan)

berkunjung

dan

Selama proses haji berlangsung,

melaksanakan beberapa kegiatan di


jamaah haji wajib mendatangi tempat

beberapa tempat di Arab Saudi pada

lain di luar kota Mekkah, yaitu

suatu waktu yang dikenal sebagai

Arafah,

musim haji.

Secara fisik, ketiga tempat itu bukan

Proses ibadah haji dimulai tanggal 8

di Kota Mekkah, melainkan berada

Dzulhijjah, jamaah pergi ke Mina


di luar kota, berjarak antara 5 sampai

untuk mabit, tanggal 9 Dzulhijjah,

25 km. Pada hari-hari di luar musim

jamaah wukuf di Arafah dan mabit

haji, ketiga tempat tersebut bukan

di

10

tempat yang layak untuk dihuni atau

melempar

ditempati manusia, sebab bentuknya


jumrah. Setelah itu para jamaah

hanya padang pasir dan gunung batu

sudah dikatakan tahallul awal, dan

(Juwita, 2013).

boleh melepas kain ihram serta

Beratnya

memakai wewangian. Tanggal 11

ditempuh, dan banyaknya kegiatan

Muzdalifah,

Dzulhijjah,


jamaah

tanggal

1

Muzdalifah

medan

dan

yang

Mina.

akan

dalam ibadah haji menjadikan syarat


terasingkan dan bersalah karena

mampu dalam haji yaitu seseorang

kegiatan

kelompok

sehat fisiknya dan punya harta untuk

terhambat

(Suardiman,

bekal

Perasaan terasingkan dan merasa

dan


perjalanan

tanpa

menyusahkan diri, tidak ada penyakit

bersalah

akan

yang

ada

semakin

cemas,

yang

dasarnya

menghalangi,

kemalasan

atau

tidak
musuh

menjadi

membuat
seseorang

mampu

2011).

lansia
pada

memodifikasi

merintangi, begitu pula tidak lemah

keyakinan-keyakinannya

untuk berjalan, atau tidak dihalangi

melatih kemampuan berpikirnya.

dari kurangnya perbekalan air atau

Dalam kondisi demikian, jamaah

bekal secara umum, maka seseorang

diharuskan

sudah dikenakan kewajiban haji

lingkungan dan cuaca yang ekstrim,

(Tausikal, 2013).

sedangkan waktu yang dibutuhkan

Lanjut

usia

dengan

yang

untuk beradaptasi sekitar 3 bulan,

juga

terlebih untuk jamaah lansia yang

mendapat tekanan yang lebih besar

kesulitan beradaptasi dan kesehatan

karena lansia cenderung bergantung

yang

kepada keluarga dalam kehidupan

beradaptasi dengan cuaca, jamaah

sehari-hari, sedangkan bila lansia

lansia

berangkat

ketergantungan

penyesuaian emosi, berkumpulnya

akan

berganti

orang dari berbagai negara, dengan

kepada kelompok, dalam keadaan

kebiasaan serta adat yang beragam

demikian,

akan menimbulkan perilaku-perilaku

menunaikan

kepada

(Lansia)

beradaptasi

dengan

ibadah

haji,
keluarga

lansia

haji

akan

merasa

2

semakin

juga

menurun.

dihadapkan

Selain

kepada

diluar

kebiasaan

menyerobot

antrian,

mengalah,
sehingga

(seperti
tidak

:

mengalami

mau

2013)

menumbuhkan

menjelaskan

kecemasan

merupakan

prasangka dan emosi yang negatif

pengalaman

subjektif

pada lansia (Ramaiah, 2002).

ketegangan

Lansia

sendiri

siklus

terakhir

merupakan
siklus

Menurut

Taylor (dalam Suardana & Simarata,

mendorong-dorong),
dapat

kecemasan.

suatu

kehidupan

mental

bahwa
suatu
mengenai
yang

menggelisahkan

sebagai

umum

ketidakmampuan

karena

reaksi

seseorang, ketika seseorang menjadi

menghadapi masalah atau rasa tidak

semakin

aman, umumnya akan menimbulkan

berpotensi

tua,

mereka

cenderung

mengalami

masalah

gejala-gejala

fisiologis

(seperti

kesehatan (Suyanta & Ekowarni,

gemetar, berkeringat, detak jantung

2012). Santrok (2012) menambahkan

meningkat, dan lain-lain) dan gejala

bahwa lansia dimulai pada usia 60

psikologis (seperti panik, tegang,

atau 70 tahun hingga saat kematian.

bingung, tidak dapat berkonsentrasi,

Masa ini merupakan masa untuk

dan sebagainya).

meninjau

Cemas juga merupakan ketakutan

dipelajari,

hidup

yang

pensiun,

sudah
dan

akan hal-hal

yang belum tentu

menyesuaikan diri terhadap peran-

terjadi, perasaan cemas biasanya

peran sosial yang baru mengalami

muncul bila kita berada dalam situasi

penurunan kekuatan dan kesehatan.

yang diduga akan merugikan dan

Kondisi lingkungan yang baru dan

mengancam, karena merasa tidak

cuaca yang ekstrim membuat jamaah

3

berdaya menghadapinya (Djumhana,

kekhawatiran, individu yang

2001).

mengalami

Istilah kecemasan berarti hasil proses

memiliki

psikologis dan fisiologis dalam tubuh
manusia, kecemasan
dengan

takut,

tidak sama

karena

kecemasan
perasan

akan

adanya

hukuman

atau

bencana

yang

akan

dari

sumber

mengancam

cemas

merupakan reaksi terhadap bahaya.

tertentu yang tidak diketahui.

Kecemasan dapat muncul sendiri

Aspek-aspek

atau bergabung dengan gejala lain

yang lainya adalah depresi

dari

dan sifat mudah marah.

gangguan

lingkungan

dan

emosi,

misalnya:

perasaan

yang

suasana

hati

b. Aspek kognitif, Aspek-aspek

tertekan dan penyebab fisik lainnya.

kognitf

Kecemasan bukanlah suatu penyakit,

kecemasan

namun merupakan suatu tanda yang

kekhawatiran

muncul di waktu tertentu. (Ramaiah,

keprihatinan

2002).

bencana yang diantispasi oleh

Menurut Semiun (2006), ada empat

individu misalnya seorang

aspek

indvidu yang takut berada

yang

mempengaruhi

kecemasan pada seseorang, yaitu :

dalam

ditengah
(agorapho)

a. Aspek suasana hati, aspek-

ganguan

menunjukkan
dan
mengenai

khalayak

ramai

menghabiskan

aspek suasana hati dalam

banyak waktu untuk khawatir

ganguan kecemasan adalah

mengenai hal-hal yang tidak

tegang,

menyenangkan (mengerikan)

panik

dan

4

yang mungkin terjadi dan

kemampuan dirinya. Freud

kemudian dia merencanakan

(dalam

bagaimana

mengemukakan

harus

lemahnya

menghindari hal-hal tersbut.
c. Aspek

2004)
bahwa

ego

akan

menyebabkan ancaman yang

yaitu

somatik,

Trismiati,

menunjukkan reaksi tubuh

memicu

yang akan terjadi, seperti

kecemasan.

berkeringat,

dikatakan

bahwa

ancaman

terhadap

ego

tersebut

berasal

dari

dorongan

yang

berdenyut

jantung
cepat,

mulut

kering, lemas, mual.
d. Aspek

motor,

aspek

ini

munculnya
Lebih

lanjut
sumber

bersifat

merupakan rangsangan dari

insting dari id (dorongan

kognitif dan juga somatik

yang tidak memiliki norma)

yang

dan

tinggi,

melindungi

diri

untuk

tuntutan-tuntutan

superego

seseorang

(dorongan

b. Faktor

seperti tidak tenang, gugup,

eksternal,

ketidaknyamanan

gemetar.
Menurut Trismiati (2004), ada dua

kemampuan

faktor yang dapat mempengaruhi

(ancaman),

kecemasan seseorang, yaitu:

(pertentangan),

a. Faktor internal, yaitu tidak
keyakinan

yang

memiliki norma).

dari perasaan tidak aman,

memiliki

dari

akan

5

diri,

seperti
akan
threat
conflic
fear

(ketakutan),

unfuled

need

(kebutuhan

yang

tidak

thawaf,

sa’i

terpenuhi). Menurut Murray,

saat

sumber-sumber

melempar jumrah, berlatih

adalah

kecemasan

need-need

menghindar

berjalan kaki dibawah terik

untuk

dari

matahari,

terluka

dan

konsultasi

khusus.

(harmavoidance),
menghindari

teracuni

b. Persiapan rohani, persiapan

menghindar

ini dibutuhkan kesadaran dan

disalahkan

niat untuk membersihakan

dan

diri seseorang dari cela dan

sumber-sumber

beban duniawi yang akan

(infavoidance),
dari
(blamavoidance)
bermacam

dan

lain (Trismiati, 2004).

membebani

ketika

haji.

Menurut (Gayo, 2002) ada dua

Ikhlas dan menerima atas apa

persiapan yang harus dipenuhi oleh

yang akan terjadi baik di

para jamaah haji sebelum berangkat,

tanah suci, melepaskan diri

yaitu

dari

urusan

duniawi.

jasmani,

Persiapan rohani yang lain

mencakup diantaranya adalah

adalah sikap sabar dan saling

general

tolong,

a. Persiapan

check-up

untuk

Gayo

(2002)

fisik

menyebutkan bahwa tolong

secara keseluruhan, senam

menolong sangat diperlukan

untuk

memeriksa

kondisi

menjaga

kesehatan

saat menjalankan ibadah haji.

dan

melatih

Pada saat proses haji, jamaah

kelenturan otot diperlukan

dari berbagai negara, dan

jantung

6

berbagai macam kebiasaan,

debu). Dengan adanya kriteria yang

kepribadian,

ditetapkan,

akan

menimbulkan

maka

Metode

terjadi, seperti mendorong-

menggunakan

dorong

yaitu wawancara.

mengantri
masuk

berdesakan,

panjang

masjid,

dipilih

dengan metode purposive sampling.

perilaku-

perilaku yang tidak biasa

dan

subjek

untuk

pengumpulan

data

metode

kualitatif,

HASIL PENELITIAN

menunggu

Seluruh subjek yang ada mengalami

kendaraaan dan menyerobot

kecemasan yang beragam, bersumber

antrian

dari masalah pada kesehatan dan
lemahnya fisik karena faktor usia,

METODE PENELITIAN
Subjek penelitian ini sebanyak

2

ketika seseorang menjadi semakin

pasang jamaah haji, yang memiliki

tua, mereka cenderung berpotensi

kriteria:

mengalami

melakukan

ibadah

haji

masalah

kesehatan

ketika berusia di atas 60 tahun,

(Suyanta

ibadah haji yang telah dilakukan

Kecemasan terhadap ancaman akan

maksimal

hilangnya integritas diri menjadi

3

tahun

yang

lalu,

&

Ekowarni,

2012).

menggunakan program haji reguler,

salah

melakukan ibadah haji berpasangan

lansia, Nurhayati (2012) menjelaskan

tanpa ditemani keluarga, memiliki

kekhawatiran terhadap kesehatan dan

fisik yang sehat, dan tidak memiliki

kesejahteraan.

riwayat sakit (stroke, jantung, asma)

mengenai

atau alergi (alergi cuaca, makanan,

adalah salah satu kunci utama dan

7

satu

penyebab

kecemasan

Gayo

persiapan

haji,

(2002)
sabar

sikap yang harus dipersiapkan, Gayo

menjalankan

mabit

di

menyebutkan

tolong

Muzdalifah,

Mina,

dan

sangat

lempar

menolong

bahwa
dan

sabar

jumrah.

Kondisi

diperlukan saat menjalankan ibadah

lingkungan,

haji. Pada saat proses haji, jamaah

keramaian

dari berbagai negara, dan berbagai

panas ekstrim, serta kondisi

macam kebiasaan, kepribadian, akan

emosi yang mudah marah dan

menimbulkan perilaku-perilaku yang

fisik

tidak biasa terjadi. Papalia, Olds, &

melemah

Feldman (2009) menjelaskan bahwa

kecemasan

pada

saat

lansia

menjalankan

ibadah

haji

yang

keadaan

sedang

kurang

menghadapi

menyenangkan

seperti
jamaah,

yang

sudah

muncul.

Pasrah

memperbanyak

dalam

istighfar

keputusan,

dan

mengambil

karena

memiliki

subjek

mulai

menjadikan

cenderung menjadi lebih matang
berpikir

cuaca

dan

do’a

serta

dilakukan

oleh

untuk

mengatasi

pengalaman hidup yang cukup dan

kecemasan

bersifat lebih bijaksana

Selain itu, semangat yang

KESIMPULAN DAN SARAN

tinggi

subjek

untuk

menjalankan

penelitian

niat kepada Allah menjadikan

mengalami kecemasan dalam

kecemasan

proses pelaksanaan ibadah

subjek berkurang.

haji,

terutama

dialami.

rangkaian ibadah haji dan

a) Kesimpulan
Seluruh

yang

ketika

8

yang

dialami

Penelitian
17(01), 43-60.

b) Saran
Bagi peneliti yang tertarik,

Papalia, D. E., Olds, S. W., &
Feldman, R. D. (2009).
Human
Development
Perkembangan
Manusia.
Jakarta: Salemba Humanika.

diharapkan untuk melakukan
penelitian mengenai jamaah
lansia

yang

menjalankan

Ramaiah, S. (2002). Kecemasan.
Jakarta: Pustaka Populer
Obor.

ibadah haji seorang diri tanpa
ditemani

pasangan

atau
Santrock,
J.
W.
(2012).
Perkembangan Masa Hidup.
Jakarta: Penerbit Erlangga.

keluarga. Selain itu peneliti
juga bisa meneliti kecemasan
seseorang

Humaniora,

Semiun, Y. (2006). Kesehatan
Mental
2.
Yogyakarta:
Kanisius.

sebelum

menjalankan ibadah haji.

Suardana, A. P., & Simarata, N.
(2013). Hubungan Antara
Motivasi
Belajar
dan
Kecemasan pada Siswa Kelas
Vi
Sekolah
Dasar
di
Denpasar Menjelang Ujian
Nasional. Jurnal Psikologi
Udayana, 203-212.

Daftar Pustaka
Djumhana, H. (2001). Integrasi
Psikologi dengan Islam.
Yogyakarta: Yayasan Insan
Kamil.
Gayo, H. I. (2002). Buku Pintar Haji
dan Umrah. Jakarta: Pustaka
Warga Negara.

Suardiman, S. P. (2011). Psikologi
Lanjut Usia. Jogjakarta:
Gajah Mada University Press.

Juwita, S. K. (2013, Oktober 27).
Pentingnya
Support
in
Group. Retrieved Desember
25,
2013,
from
http://puskeshaji.depkes.go.id
/:http://puskeshaji.depkes.go.i
d/webs/berita-230pentingnya-support-ingroup.html

Suyanta, & Ekowarni, E. (2012).
Pengalaman
Emosi
dan
Mekanisme Koping Lansia
yang Mengalami Penyakit
Kronis. Jurnal Psikologi,
39(2), 208-221.
Tausikal, M. A. (2013, September
19). Syarat Mampu dalam
Haji. Retrieved Desember 12,
2014, from muslim.or.id:
http://muslim.or.id/fiqh-danmuamalah/syarat-mampudalam-haji.html

Nurhayati, S. R. (2012). Dukungan
Sosial dan Strategi Coping
Para
Lansia.
Jurnal

9

Trismiati. (2004). Perbedaan Tingkat
Kecemasan Antara Pria dan
Wanita Akseptor Kontrasepsi
Mantap Di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta. journal Psyche,
01(01), ---.

10