KECEMASAN LANJUT USIA DALAM PROSES PELAKSANAAN IBADAH HAJI REGULER Kecemasan Lanjut Usia Dalam Proses Pelaksanaan Ibadah Haji Reguler.
KECEMASAN LANJUT USIA DALAM PROSES
PELAKSANAAN IBADAH HAJI REGULER
Naskah Publikasi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
untuk Memenuhi Sebagian Syaratan
Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)
Diajukan oleh :
FARAH ZAHRUNA THIRAFI
F 100110049
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
KECEMASAN LANJUT USIA DALAM PROSES
PELAKSANAAN IBADAH HAJI REGULER
HALAMAN JUDUL
Naskah Publikasi
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh
Derajat Sarjana S -1
Diajukan Oleh:
FARAH ZAHRUNA THIRAFI
F. 100 110 049
Kepada
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ii
KECEMASAN LANJUT USIA DALAM PROSES PELAKSANAAN
IBADAH HAJI REGULER
Farah Zahruna Thirafi
Siti Nurina Hakim
[email protected]
Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAKSI
Haji merupakan ibadah tahunan yang dikerjakan oleh muslim dunia bagi
yang mampu melakukan, berkumpulnya muslim seluruh dunia pada satu tempat di
waktu yang sama menjadi suatu kecemasan tersendiri bagi seseorang, terlebih
bagi lanjut usia (lansia). Selain itu, berbagai kegiatan dalam ibadah haji, kondisi
lokasi ibadah yang tidak layak ditempati, bercampurnya berbagai macam karakter
dan sifat manusia juga menjadi beban tersendiri untuk lansia.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi kecemasan lansia dalam
proses pelaksanaan ibadah haji reguler. Informan Penelitian ini adalah dua pasang
lansia yang menjalankan ibadah haji bersama pasangannya, tidak memiliki
penyakit berat, menggunakan ibadah haji reguler dan berangkat ketika berumur
lebih dari 60 tahun menggunakan program haji reguler. Metode pengambilan
informan adalah dengan purposive sampling, sedangkan pengambilan data
menggunakan metode wawancara dengan adanya expert judgement untuk melihat
validitas butir pertanyaan panduan wawancara.
Hasil dari penelitian yang didapat, seluruh subjek mengalami kecemasan
terutama saat menjalankan mabit di Muzdalifah, Mina, dan lempar jumrah,
kecemasan yang ada disebabkan oleh faktor lingkungan, cuaca, dan kondisi fisik
dan keadaan emosi subjek. Pasrah, beryukur, memperbanyak do’a, dan marah
merupakan koping (pengelolaan) yang dilakukan subjek untuk menghilangkan
kecemasan yang dialami. Semangat dan niat yang kuat untuk menjalankan haji
juga dimiliki oleh subjek, sehingga dapat menurunkan tingkat kecemasan subjek.
Kata kunci: Kecemasan, Lansia, Haji Reguler
PENDAHULUAN
dan 12 Dzulhijjah, jamaah melempar
Haji merupakan rukun (tiang agama)
jumrah, setelah itu pergi ke Mekkah
Islam yang kelima setelah syahadat,
untuk thawaf, kemudian dilanjutkan
shalat, zakat dan puasa. Menunaikan
dengan sa’i di kompleks Masjidil
ibadah haji adalah bentuk ritual
Haram sebanyak 7 kali, tanggal 13
tahunan yang dilaksanakan kaum
Dzulhijjah, jamaah melempar tiga
muslim
jumrah lalu pergi ke Mekkah untuk
sedunia
(material,
dengan
fisik,
yang
dan
mampu
thawaf dan sa’i.
keilmuan)
berkunjung
dan
Selama proses haji berlangsung,
melaksanakan beberapa kegiatan di
jamaah haji wajib mendatangi tempat
beberapa tempat di Arab Saudi pada
lain di luar kota Mekkah, yaitu
suatu waktu yang dikenal sebagai
Arafah,
musim haji.
Secara fisik, ketiga tempat itu bukan
Proses ibadah haji dimulai tanggal 8
di Kota Mekkah, melainkan berada
Dzulhijjah, jamaah pergi ke Mina
di luar kota, berjarak antara 5 sampai
untuk mabit, tanggal 9 Dzulhijjah,
25 km. Pada hari-hari di luar musim
jamaah wukuf di Arafah dan mabit
haji, ketiga tempat tersebut bukan
di
10
tempat yang layak untuk dihuni atau
melempar
ditempati manusia, sebab bentuknya
jumrah. Setelah itu para jamaah
hanya padang pasir dan gunung batu
sudah dikatakan tahallul awal, dan
(Juwita, 2013).
boleh melepas kain ihram serta
Beratnya
memakai wewangian. Tanggal 11
ditempuh, dan banyaknya kegiatan
Muzdalifah,
Dzulhijjah,
jamaah
tanggal
1
Muzdalifah
medan
dan
yang
Mina.
akan
dalam ibadah haji menjadikan syarat
terasingkan dan bersalah karena
mampu dalam haji yaitu seseorang
kegiatan
kelompok
sehat fisiknya dan punya harta untuk
terhambat
(Suardiman,
bekal
Perasaan terasingkan dan merasa
dan
perjalanan
tanpa
menyusahkan diri, tidak ada penyakit
bersalah
akan
yang
ada
semakin
cemas,
yang
dasarnya
menghalangi,
kemalasan
atau
tidak
musuh
menjadi
membuat
seseorang
mampu
2011).
lansia
pada
memodifikasi
merintangi, begitu pula tidak lemah
keyakinan-keyakinannya
untuk berjalan, atau tidak dihalangi
melatih kemampuan berpikirnya.
dari kurangnya perbekalan air atau
Dalam kondisi demikian, jamaah
bekal secara umum, maka seseorang
diharuskan
sudah dikenakan kewajiban haji
lingkungan dan cuaca yang ekstrim,
(Tausikal, 2013).
sedangkan waktu yang dibutuhkan
Lanjut
usia
dengan
yang
untuk beradaptasi sekitar 3 bulan,
juga
terlebih untuk jamaah lansia yang
mendapat tekanan yang lebih besar
kesulitan beradaptasi dan kesehatan
karena lansia cenderung bergantung
yang
kepada keluarga dalam kehidupan
beradaptasi dengan cuaca, jamaah
sehari-hari, sedangkan bila lansia
lansia
berangkat
ketergantungan
penyesuaian emosi, berkumpulnya
akan
berganti
orang dari berbagai negara, dengan
kepada kelompok, dalam keadaan
kebiasaan serta adat yang beragam
demikian,
akan menimbulkan perilaku-perilaku
menunaikan
kepada
(Lansia)
beradaptasi
dengan
ibadah
haji,
keluarga
lansia
haji
akan
merasa
2
semakin
juga
menurun.
dihadapkan
Selain
kepada
diluar
kebiasaan
menyerobot
antrian,
mengalah,
sehingga
(seperti
tidak
:
mengalami
mau
2013)
menumbuhkan
menjelaskan
kecemasan
merupakan
prasangka dan emosi yang negatif
pengalaman
subjektif
pada lansia (Ramaiah, 2002).
ketegangan
Lansia
sendiri
siklus
terakhir
merupakan
siklus
Menurut
Taylor (dalam Suardana & Simarata,
mendorong-dorong),
dapat
kecemasan.
suatu
kehidupan
mental
bahwa
suatu
mengenai
yang
menggelisahkan
sebagai
umum
ketidakmampuan
karena
reaksi
seseorang, ketika seseorang menjadi
menghadapi masalah atau rasa tidak
semakin
aman, umumnya akan menimbulkan
berpotensi
tua,
mereka
cenderung
mengalami
masalah
gejala-gejala
fisiologis
(seperti
kesehatan (Suyanta & Ekowarni,
gemetar, berkeringat, detak jantung
2012). Santrok (2012) menambahkan
meningkat, dan lain-lain) dan gejala
bahwa lansia dimulai pada usia 60
psikologis (seperti panik, tegang,
atau 70 tahun hingga saat kematian.
bingung, tidak dapat berkonsentrasi,
Masa ini merupakan masa untuk
dan sebagainya).
meninjau
Cemas juga merupakan ketakutan
dipelajari,
hidup
yang
pensiun,
sudah
dan
akan hal-hal
yang belum tentu
menyesuaikan diri terhadap peran-
terjadi, perasaan cemas biasanya
peran sosial yang baru mengalami
muncul bila kita berada dalam situasi
penurunan kekuatan dan kesehatan.
yang diduga akan merugikan dan
Kondisi lingkungan yang baru dan
mengancam, karena merasa tidak
cuaca yang ekstrim membuat jamaah
3
berdaya menghadapinya (Djumhana,
kekhawatiran, individu yang
2001).
mengalami
Istilah kecemasan berarti hasil proses
memiliki
psikologis dan fisiologis dalam tubuh
manusia, kecemasan
dengan
takut,
tidak sama
karena
kecemasan
perasan
akan
adanya
hukuman
atau
bencana
yang
akan
dari
sumber
mengancam
cemas
merupakan reaksi terhadap bahaya.
tertentu yang tidak diketahui.
Kecemasan dapat muncul sendiri
Aspek-aspek
atau bergabung dengan gejala lain
yang lainya adalah depresi
dari
dan sifat mudah marah.
gangguan
lingkungan
dan
emosi,
misalnya:
perasaan
yang
suasana
hati
b. Aspek kognitif, Aspek-aspek
tertekan dan penyebab fisik lainnya.
kognitf
Kecemasan bukanlah suatu penyakit,
kecemasan
namun merupakan suatu tanda yang
kekhawatiran
muncul di waktu tertentu. (Ramaiah,
keprihatinan
2002).
bencana yang diantispasi oleh
Menurut Semiun (2006), ada empat
individu misalnya seorang
aspek
indvidu yang takut berada
yang
mempengaruhi
kecemasan pada seseorang, yaitu :
dalam
ditengah
(agorapho)
a. Aspek suasana hati, aspek-
ganguan
menunjukkan
dan
mengenai
khalayak
ramai
menghabiskan
aspek suasana hati dalam
banyak waktu untuk khawatir
ganguan kecemasan adalah
mengenai hal-hal yang tidak
tegang,
menyenangkan (mengerikan)
panik
dan
4
yang mungkin terjadi dan
kemampuan dirinya. Freud
kemudian dia merencanakan
(dalam
bagaimana
mengemukakan
harus
lemahnya
menghindari hal-hal tersbut.
c. Aspek
2004)
bahwa
ego
akan
menyebabkan ancaman yang
yaitu
somatik,
Trismiati,
menunjukkan reaksi tubuh
memicu
yang akan terjadi, seperti
kecemasan.
berkeringat,
dikatakan
bahwa
ancaman
terhadap
ego
tersebut
berasal
dari
dorongan
yang
berdenyut
jantung
cepat,
mulut
kering, lemas, mual.
d. Aspek
motor,
aspek
ini
munculnya
Lebih
lanjut
sumber
bersifat
merupakan rangsangan dari
insting dari id (dorongan
kognitif dan juga somatik
yang tidak memiliki norma)
yang
dan
tinggi,
melindungi
diri
untuk
tuntutan-tuntutan
superego
seseorang
(dorongan
b. Faktor
seperti tidak tenang, gugup,
eksternal,
ketidaknyamanan
gemetar.
Menurut Trismiati (2004), ada dua
kemampuan
faktor yang dapat mempengaruhi
(ancaman),
kecemasan seseorang, yaitu:
(pertentangan),
a. Faktor internal, yaitu tidak
keyakinan
yang
memiliki norma).
dari perasaan tidak aman,
memiliki
dari
akan
5
diri,
seperti
akan
threat
conflic
fear
(ketakutan),
unfuled
need
(kebutuhan
yang
tidak
thawaf,
sa’i
terpenuhi). Menurut Murray,
saat
sumber-sumber
melempar jumrah, berlatih
adalah
kecemasan
need-need
menghindar
berjalan kaki dibawah terik
untuk
dari
matahari,
terluka
dan
konsultasi
khusus.
(harmavoidance),
menghindari
teracuni
b. Persiapan rohani, persiapan
menghindar
ini dibutuhkan kesadaran dan
disalahkan
niat untuk membersihakan
dan
diri seseorang dari cela dan
sumber-sumber
beban duniawi yang akan
(infavoidance),
dari
(blamavoidance)
bermacam
dan
lain (Trismiati, 2004).
membebani
ketika
haji.
Menurut (Gayo, 2002) ada dua
Ikhlas dan menerima atas apa
persiapan yang harus dipenuhi oleh
yang akan terjadi baik di
para jamaah haji sebelum berangkat,
tanah suci, melepaskan diri
yaitu
dari
urusan
duniawi.
jasmani,
Persiapan rohani yang lain
mencakup diantaranya adalah
adalah sikap sabar dan saling
general
tolong,
a. Persiapan
check-up
untuk
Gayo
(2002)
fisik
menyebutkan bahwa tolong
secara keseluruhan, senam
menolong sangat diperlukan
untuk
memeriksa
kondisi
menjaga
kesehatan
saat menjalankan ibadah haji.
dan
melatih
Pada saat proses haji, jamaah
kelenturan otot diperlukan
dari berbagai negara, dan
jantung
6
berbagai macam kebiasaan,
debu). Dengan adanya kriteria yang
kepribadian,
ditetapkan,
akan
menimbulkan
maka
Metode
terjadi, seperti mendorong-
menggunakan
dorong
yaitu wawancara.
mengantri
masuk
berdesakan,
panjang
masjid,
dipilih
dengan metode purposive sampling.
perilaku-
perilaku yang tidak biasa
dan
subjek
untuk
pengumpulan
data
metode
kualitatif,
HASIL PENELITIAN
menunggu
Seluruh subjek yang ada mengalami
kendaraaan dan menyerobot
kecemasan yang beragam, bersumber
antrian
dari masalah pada kesehatan dan
lemahnya fisik karena faktor usia,
METODE PENELITIAN
Subjek penelitian ini sebanyak
2
ketika seseorang menjadi semakin
pasang jamaah haji, yang memiliki
tua, mereka cenderung berpotensi
kriteria:
mengalami
melakukan
ibadah
haji
masalah
kesehatan
ketika berusia di atas 60 tahun,
(Suyanta
ibadah haji yang telah dilakukan
Kecemasan terhadap ancaman akan
maksimal
hilangnya integritas diri menjadi
3
tahun
yang
lalu,
&
Ekowarni,
2012).
menggunakan program haji reguler,
salah
melakukan ibadah haji berpasangan
lansia, Nurhayati (2012) menjelaskan
tanpa ditemani keluarga, memiliki
kekhawatiran terhadap kesehatan dan
fisik yang sehat, dan tidak memiliki
kesejahteraan.
riwayat sakit (stroke, jantung, asma)
mengenai
atau alergi (alergi cuaca, makanan,
adalah salah satu kunci utama dan
7
satu
penyebab
kecemasan
Gayo
persiapan
haji,
(2002)
sabar
sikap yang harus dipersiapkan, Gayo
menjalankan
mabit
di
menyebutkan
tolong
Muzdalifah,
Mina,
dan
sangat
lempar
menolong
bahwa
dan
sabar
jumrah.
Kondisi
diperlukan saat menjalankan ibadah
lingkungan,
haji. Pada saat proses haji, jamaah
keramaian
dari berbagai negara, dan berbagai
panas ekstrim, serta kondisi
macam kebiasaan, kepribadian, akan
emosi yang mudah marah dan
menimbulkan perilaku-perilaku yang
fisik
tidak biasa terjadi. Papalia, Olds, &
melemah
Feldman (2009) menjelaskan bahwa
kecemasan
pada
saat
lansia
menjalankan
ibadah
haji
yang
keadaan
sedang
kurang
menghadapi
menyenangkan
seperti
jamaah,
yang
sudah
muncul.
Pasrah
memperbanyak
dalam
istighfar
keputusan,
dan
mengambil
karena
memiliki
subjek
mulai
menjadikan
cenderung menjadi lebih matang
berpikir
cuaca
dan
do’a
serta
dilakukan
oleh
untuk
mengatasi
pengalaman hidup yang cukup dan
kecemasan
bersifat lebih bijaksana
Selain itu, semangat yang
KESIMPULAN DAN SARAN
tinggi
subjek
untuk
menjalankan
penelitian
niat kepada Allah menjadikan
mengalami kecemasan dalam
kecemasan
proses pelaksanaan ibadah
subjek berkurang.
haji,
terutama
dialami.
rangkaian ibadah haji dan
a) Kesimpulan
Seluruh
yang
ketika
8
yang
dialami
Penelitian
17(01), 43-60.
b) Saran
Bagi peneliti yang tertarik,
Papalia, D. E., Olds, S. W., &
Feldman, R. D. (2009).
Human
Development
Perkembangan
Manusia.
Jakarta: Salemba Humanika.
diharapkan untuk melakukan
penelitian mengenai jamaah
lansia
yang
menjalankan
Ramaiah, S. (2002). Kecemasan.
Jakarta: Pustaka Populer
Obor.
ibadah haji seorang diri tanpa
ditemani
pasangan
atau
Santrock,
J.
W.
(2012).
Perkembangan Masa Hidup.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
keluarga. Selain itu peneliti
juga bisa meneliti kecemasan
seseorang
Humaniora,
Semiun, Y. (2006). Kesehatan
Mental
2.
Yogyakarta:
Kanisius.
sebelum
menjalankan ibadah haji.
Suardana, A. P., & Simarata, N.
(2013). Hubungan Antara
Motivasi
Belajar
dan
Kecemasan pada Siswa Kelas
Vi
Sekolah
Dasar
di
Denpasar Menjelang Ujian
Nasional. Jurnal Psikologi
Udayana, 203-212.
Daftar Pustaka
Djumhana, H. (2001). Integrasi
Psikologi dengan Islam.
Yogyakarta: Yayasan Insan
Kamil.
Gayo, H. I. (2002). Buku Pintar Haji
dan Umrah. Jakarta: Pustaka
Warga Negara.
Suardiman, S. P. (2011). Psikologi
Lanjut Usia. Jogjakarta:
Gajah Mada University Press.
Juwita, S. K. (2013, Oktober 27).
Pentingnya
Support
in
Group. Retrieved Desember
25,
2013,
from
http://puskeshaji.depkes.go.id
/:http://puskeshaji.depkes.go.i
d/webs/berita-230pentingnya-support-ingroup.html
Suyanta, & Ekowarni, E. (2012).
Pengalaman
Emosi
dan
Mekanisme Koping Lansia
yang Mengalami Penyakit
Kronis. Jurnal Psikologi,
39(2), 208-221.
Tausikal, M. A. (2013, September
19). Syarat Mampu dalam
Haji. Retrieved Desember 12,
2014, from muslim.or.id:
http://muslim.or.id/fiqh-danmuamalah/syarat-mampudalam-haji.html
Nurhayati, S. R. (2012). Dukungan
Sosial dan Strategi Coping
Para
Lansia.
Jurnal
9
Trismiati. (2004). Perbedaan Tingkat
Kecemasan Antara Pria dan
Wanita Akseptor Kontrasepsi
Mantap Di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta. journal Psyche,
01(01), ---.
10
PELAKSANAAN IBADAH HAJI REGULER
Naskah Publikasi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
untuk Memenuhi Sebagian Syaratan
Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)
Diajukan oleh :
FARAH ZAHRUNA THIRAFI
F 100110049
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
KECEMASAN LANJUT USIA DALAM PROSES
PELAKSANAAN IBADAH HAJI REGULER
HALAMAN JUDUL
Naskah Publikasi
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh
Derajat Sarjana S -1
Diajukan Oleh:
FARAH ZAHRUNA THIRAFI
F. 100 110 049
Kepada
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ii
KECEMASAN LANJUT USIA DALAM PROSES PELAKSANAAN
IBADAH HAJI REGULER
Farah Zahruna Thirafi
Siti Nurina Hakim
[email protected]
Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAKSI
Haji merupakan ibadah tahunan yang dikerjakan oleh muslim dunia bagi
yang mampu melakukan, berkumpulnya muslim seluruh dunia pada satu tempat di
waktu yang sama menjadi suatu kecemasan tersendiri bagi seseorang, terlebih
bagi lanjut usia (lansia). Selain itu, berbagai kegiatan dalam ibadah haji, kondisi
lokasi ibadah yang tidak layak ditempati, bercampurnya berbagai macam karakter
dan sifat manusia juga menjadi beban tersendiri untuk lansia.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi kecemasan lansia dalam
proses pelaksanaan ibadah haji reguler. Informan Penelitian ini adalah dua pasang
lansia yang menjalankan ibadah haji bersama pasangannya, tidak memiliki
penyakit berat, menggunakan ibadah haji reguler dan berangkat ketika berumur
lebih dari 60 tahun menggunakan program haji reguler. Metode pengambilan
informan adalah dengan purposive sampling, sedangkan pengambilan data
menggunakan metode wawancara dengan adanya expert judgement untuk melihat
validitas butir pertanyaan panduan wawancara.
Hasil dari penelitian yang didapat, seluruh subjek mengalami kecemasan
terutama saat menjalankan mabit di Muzdalifah, Mina, dan lempar jumrah,
kecemasan yang ada disebabkan oleh faktor lingkungan, cuaca, dan kondisi fisik
dan keadaan emosi subjek. Pasrah, beryukur, memperbanyak do’a, dan marah
merupakan koping (pengelolaan) yang dilakukan subjek untuk menghilangkan
kecemasan yang dialami. Semangat dan niat yang kuat untuk menjalankan haji
juga dimiliki oleh subjek, sehingga dapat menurunkan tingkat kecemasan subjek.
Kata kunci: Kecemasan, Lansia, Haji Reguler
PENDAHULUAN
dan 12 Dzulhijjah, jamaah melempar
Haji merupakan rukun (tiang agama)
jumrah, setelah itu pergi ke Mekkah
Islam yang kelima setelah syahadat,
untuk thawaf, kemudian dilanjutkan
shalat, zakat dan puasa. Menunaikan
dengan sa’i di kompleks Masjidil
ibadah haji adalah bentuk ritual
Haram sebanyak 7 kali, tanggal 13
tahunan yang dilaksanakan kaum
Dzulhijjah, jamaah melempar tiga
muslim
jumrah lalu pergi ke Mekkah untuk
sedunia
(material,
dengan
fisik,
yang
dan
mampu
thawaf dan sa’i.
keilmuan)
berkunjung
dan
Selama proses haji berlangsung,
melaksanakan beberapa kegiatan di
jamaah haji wajib mendatangi tempat
beberapa tempat di Arab Saudi pada
lain di luar kota Mekkah, yaitu
suatu waktu yang dikenal sebagai
Arafah,
musim haji.
Secara fisik, ketiga tempat itu bukan
Proses ibadah haji dimulai tanggal 8
di Kota Mekkah, melainkan berada
Dzulhijjah, jamaah pergi ke Mina
di luar kota, berjarak antara 5 sampai
untuk mabit, tanggal 9 Dzulhijjah,
25 km. Pada hari-hari di luar musim
jamaah wukuf di Arafah dan mabit
haji, ketiga tempat tersebut bukan
di
10
tempat yang layak untuk dihuni atau
melempar
ditempati manusia, sebab bentuknya
jumrah. Setelah itu para jamaah
hanya padang pasir dan gunung batu
sudah dikatakan tahallul awal, dan
(Juwita, 2013).
boleh melepas kain ihram serta
Beratnya
memakai wewangian. Tanggal 11
ditempuh, dan banyaknya kegiatan
Muzdalifah,
Dzulhijjah,
jamaah
tanggal
1
Muzdalifah
medan
dan
yang
Mina.
akan
dalam ibadah haji menjadikan syarat
terasingkan dan bersalah karena
mampu dalam haji yaitu seseorang
kegiatan
kelompok
sehat fisiknya dan punya harta untuk
terhambat
(Suardiman,
bekal
Perasaan terasingkan dan merasa
dan
perjalanan
tanpa
menyusahkan diri, tidak ada penyakit
bersalah
akan
yang
ada
semakin
cemas,
yang
dasarnya
menghalangi,
kemalasan
atau
tidak
musuh
menjadi
membuat
seseorang
mampu
2011).
lansia
pada
memodifikasi
merintangi, begitu pula tidak lemah
keyakinan-keyakinannya
untuk berjalan, atau tidak dihalangi
melatih kemampuan berpikirnya.
dari kurangnya perbekalan air atau
Dalam kondisi demikian, jamaah
bekal secara umum, maka seseorang
diharuskan
sudah dikenakan kewajiban haji
lingkungan dan cuaca yang ekstrim,
(Tausikal, 2013).
sedangkan waktu yang dibutuhkan
Lanjut
usia
dengan
yang
untuk beradaptasi sekitar 3 bulan,
juga
terlebih untuk jamaah lansia yang
mendapat tekanan yang lebih besar
kesulitan beradaptasi dan kesehatan
karena lansia cenderung bergantung
yang
kepada keluarga dalam kehidupan
beradaptasi dengan cuaca, jamaah
sehari-hari, sedangkan bila lansia
lansia
berangkat
ketergantungan
penyesuaian emosi, berkumpulnya
akan
berganti
orang dari berbagai negara, dengan
kepada kelompok, dalam keadaan
kebiasaan serta adat yang beragam
demikian,
akan menimbulkan perilaku-perilaku
menunaikan
kepada
(Lansia)
beradaptasi
dengan
ibadah
haji,
keluarga
lansia
haji
akan
merasa
2
semakin
juga
menurun.
dihadapkan
Selain
kepada
diluar
kebiasaan
menyerobot
antrian,
mengalah,
sehingga
(seperti
tidak
:
mengalami
mau
2013)
menumbuhkan
menjelaskan
kecemasan
merupakan
prasangka dan emosi yang negatif
pengalaman
subjektif
pada lansia (Ramaiah, 2002).
ketegangan
Lansia
sendiri
siklus
terakhir
merupakan
siklus
Menurut
Taylor (dalam Suardana & Simarata,
mendorong-dorong),
dapat
kecemasan.
suatu
kehidupan
mental
bahwa
suatu
mengenai
yang
menggelisahkan
sebagai
umum
ketidakmampuan
karena
reaksi
seseorang, ketika seseorang menjadi
menghadapi masalah atau rasa tidak
semakin
aman, umumnya akan menimbulkan
berpotensi
tua,
mereka
cenderung
mengalami
masalah
gejala-gejala
fisiologis
(seperti
kesehatan (Suyanta & Ekowarni,
gemetar, berkeringat, detak jantung
2012). Santrok (2012) menambahkan
meningkat, dan lain-lain) dan gejala
bahwa lansia dimulai pada usia 60
psikologis (seperti panik, tegang,
atau 70 tahun hingga saat kematian.
bingung, tidak dapat berkonsentrasi,
Masa ini merupakan masa untuk
dan sebagainya).
meninjau
Cemas juga merupakan ketakutan
dipelajari,
hidup
yang
pensiun,
sudah
dan
akan hal-hal
yang belum tentu
menyesuaikan diri terhadap peran-
terjadi, perasaan cemas biasanya
peran sosial yang baru mengalami
muncul bila kita berada dalam situasi
penurunan kekuatan dan kesehatan.
yang diduga akan merugikan dan
Kondisi lingkungan yang baru dan
mengancam, karena merasa tidak
cuaca yang ekstrim membuat jamaah
3
berdaya menghadapinya (Djumhana,
kekhawatiran, individu yang
2001).
mengalami
Istilah kecemasan berarti hasil proses
memiliki
psikologis dan fisiologis dalam tubuh
manusia, kecemasan
dengan
takut,
tidak sama
karena
kecemasan
perasan
akan
adanya
hukuman
atau
bencana
yang
akan
dari
sumber
mengancam
cemas
merupakan reaksi terhadap bahaya.
tertentu yang tidak diketahui.
Kecemasan dapat muncul sendiri
Aspek-aspek
atau bergabung dengan gejala lain
yang lainya adalah depresi
dari
dan sifat mudah marah.
gangguan
lingkungan
dan
emosi,
misalnya:
perasaan
yang
suasana
hati
b. Aspek kognitif, Aspek-aspek
tertekan dan penyebab fisik lainnya.
kognitf
Kecemasan bukanlah suatu penyakit,
kecemasan
namun merupakan suatu tanda yang
kekhawatiran
muncul di waktu tertentu. (Ramaiah,
keprihatinan
2002).
bencana yang diantispasi oleh
Menurut Semiun (2006), ada empat
individu misalnya seorang
aspek
indvidu yang takut berada
yang
mempengaruhi
kecemasan pada seseorang, yaitu :
dalam
ditengah
(agorapho)
a. Aspek suasana hati, aspek-
ganguan
menunjukkan
dan
mengenai
khalayak
ramai
menghabiskan
aspek suasana hati dalam
banyak waktu untuk khawatir
ganguan kecemasan adalah
mengenai hal-hal yang tidak
tegang,
menyenangkan (mengerikan)
panik
dan
4
yang mungkin terjadi dan
kemampuan dirinya. Freud
kemudian dia merencanakan
(dalam
bagaimana
mengemukakan
harus
lemahnya
menghindari hal-hal tersbut.
c. Aspek
2004)
bahwa
ego
akan
menyebabkan ancaman yang
yaitu
somatik,
Trismiati,
menunjukkan reaksi tubuh
memicu
yang akan terjadi, seperti
kecemasan.
berkeringat,
dikatakan
bahwa
ancaman
terhadap
ego
tersebut
berasal
dari
dorongan
yang
berdenyut
jantung
cepat,
mulut
kering, lemas, mual.
d. Aspek
motor,
aspek
ini
munculnya
Lebih
lanjut
sumber
bersifat
merupakan rangsangan dari
insting dari id (dorongan
kognitif dan juga somatik
yang tidak memiliki norma)
yang
dan
tinggi,
melindungi
diri
untuk
tuntutan-tuntutan
superego
seseorang
(dorongan
b. Faktor
seperti tidak tenang, gugup,
eksternal,
ketidaknyamanan
gemetar.
Menurut Trismiati (2004), ada dua
kemampuan
faktor yang dapat mempengaruhi
(ancaman),
kecemasan seseorang, yaitu:
(pertentangan),
a. Faktor internal, yaitu tidak
keyakinan
yang
memiliki norma).
dari perasaan tidak aman,
memiliki
dari
akan
5
diri,
seperti
akan
threat
conflic
fear
(ketakutan),
unfuled
need
(kebutuhan
yang
tidak
thawaf,
sa’i
terpenuhi). Menurut Murray,
saat
sumber-sumber
melempar jumrah, berlatih
adalah
kecemasan
need-need
menghindar
berjalan kaki dibawah terik
untuk
dari
matahari,
terluka
dan
konsultasi
khusus.
(harmavoidance),
menghindari
teracuni
b. Persiapan rohani, persiapan
menghindar
ini dibutuhkan kesadaran dan
disalahkan
niat untuk membersihakan
dan
diri seseorang dari cela dan
sumber-sumber
beban duniawi yang akan
(infavoidance),
dari
(blamavoidance)
bermacam
dan
lain (Trismiati, 2004).
membebani
ketika
haji.
Menurut (Gayo, 2002) ada dua
Ikhlas dan menerima atas apa
persiapan yang harus dipenuhi oleh
yang akan terjadi baik di
para jamaah haji sebelum berangkat,
tanah suci, melepaskan diri
yaitu
dari
urusan
duniawi.
jasmani,
Persiapan rohani yang lain
mencakup diantaranya adalah
adalah sikap sabar dan saling
general
tolong,
a. Persiapan
check-up
untuk
Gayo
(2002)
fisik
menyebutkan bahwa tolong
secara keseluruhan, senam
menolong sangat diperlukan
untuk
memeriksa
kondisi
menjaga
kesehatan
saat menjalankan ibadah haji.
dan
melatih
Pada saat proses haji, jamaah
kelenturan otot diperlukan
dari berbagai negara, dan
jantung
6
berbagai macam kebiasaan,
debu). Dengan adanya kriteria yang
kepribadian,
ditetapkan,
akan
menimbulkan
maka
Metode
terjadi, seperti mendorong-
menggunakan
dorong
yaitu wawancara.
mengantri
masuk
berdesakan,
panjang
masjid,
dipilih
dengan metode purposive sampling.
perilaku-
perilaku yang tidak biasa
dan
subjek
untuk
pengumpulan
data
metode
kualitatif,
HASIL PENELITIAN
menunggu
Seluruh subjek yang ada mengalami
kendaraaan dan menyerobot
kecemasan yang beragam, bersumber
antrian
dari masalah pada kesehatan dan
lemahnya fisik karena faktor usia,
METODE PENELITIAN
Subjek penelitian ini sebanyak
2
ketika seseorang menjadi semakin
pasang jamaah haji, yang memiliki
tua, mereka cenderung berpotensi
kriteria:
mengalami
melakukan
ibadah
haji
masalah
kesehatan
ketika berusia di atas 60 tahun,
(Suyanta
ibadah haji yang telah dilakukan
Kecemasan terhadap ancaman akan
maksimal
hilangnya integritas diri menjadi
3
tahun
yang
lalu,
&
Ekowarni,
2012).
menggunakan program haji reguler,
salah
melakukan ibadah haji berpasangan
lansia, Nurhayati (2012) menjelaskan
tanpa ditemani keluarga, memiliki
kekhawatiran terhadap kesehatan dan
fisik yang sehat, dan tidak memiliki
kesejahteraan.
riwayat sakit (stroke, jantung, asma)
mengenai
atau alergi (alergi cuaca, makanan,
adalah salah satu kunci utama dan
7
satu
penyebab
kecemasan
Gayo
persiapan
haji,
(2002)
sabar
sikap yang harus dipersiapkan, Gayo
menjalankan
mabit
di
menyebutkan
tolong
Muzdalifah,
Mina,
dan
sangat
lempar
menolong
bahwa
dan
sabar
jumrah.
Kondisi
diperlukan saat menjalankan ibadah
lingkungan,
haji. Pada saat proses haji, jamaah
keramaian
dari berbagai negara, dan berbagai
panas ekstrim, serta kondisi
macam kebiasaan, kepribadian, akan
emosi yang mudah marah dan
menimbulkan perilaku-perilaku yang
fisik
tidak biasa terjadi. Papalia, Olds, &
melemah
Feldman (2009) menjelaskan bahwa
kecemasan
pada
saat
lansia
menjalankan
ibadah
haji
yang
keadaan
sedang
kurang
menghadapi
menyenangkan
seperti
jamaah,
yang
sudah
muncul.
Pasrah
memperbanyak
dalam
istighfar
keputusan,
dan
mengambil
karena
memiliki
subjek
mulai
menjadikan
cenderung menjadi lebih matang
berpikir
cuaca
dan
do’a
serta
dilakukan
oleh
untuk
mengatasi
pengalaman hidup yang cukup dan
kecemasan
bersifat lebih bijaksana
Selain itu, semangat yang
KESIMPULAN DAN SARAN
tinggi
subjek
untuk
menjalankan
penelitian
niat kepada Allah menjadikan
mengalami kecemasan dalam
kecemasan
proses pelaksanaan ibadah
subjek berkurang.
haji,
terutama
dialami.
rangkaian ibadah haji dan
a) Kesimpulan
Seluruh
yang
ketika
8
yang
dialami
Penelitian
17(01), 43-60.
b) Saran
Bagi peneliti yang tertarik,
Papalia, D. E., Olds, S. W., &
Feldman, R. D. (2009).
Human
Development
Perkembangan
Manusia.
Jakarta: Salemba Humanika.
diharapkan untuk melakukan
penelitian mengenai jamaah
lansia
yang
menjalankan
Ramaiah, S. (2002). Kecemasan.
Jakarta: Pustaka Populer
Obor.
ibadah haji seorang diri tanpa
ditemani
pasangan
atau
Santrock,
J.
W.
(2012).
Perkembangan Masa Hidup.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
keluarga. Selain itu peneliti
juga bisa meneliti kecemasan
seseorang
Humaniora,
Semiun, Y. (2006). Kesehatan
Mental
2.
Yogyakarta:
Kanisius.
sebelum
menjalankan ibadah haji.
Suardana, A. P., & Simarata, N.
(2013). Hubungan Antara
Motivasi
Belajar
dan
Kecemasan pada Siswa Kelas
Vi
Sekolah
Dasar
di
Denpasar Menjelang Ujian
Nasional. Jurnal Psikologi
Udayana, 203-212.
Daftar Pustaka
Djumhana, H. (2001). Integrasi
Psikologi dengan Islam.
Yogyakarta: Yayasan Insan
Kamil.
Gayo, H. I. (2002). Buku Pintar Haji
dan Umrah. Jakarta: Pustaka
Warga Negara.
Suardiman, S. P. (2011). Psikologi
Lanjut Usia. Jogjakarta:
Gajah Mada University Press.
Juwita, S. K. (2013, Oktober 27).
Pentingnya
Support
in
Group. Retrieved Desember
25,
2013,
from
http://puskeshaji.depkes.go.id
/:http://puskeshaji.depkes.go.i
d/webs/berita-230pentingnya-support-ingroup.html
Suyanta, & Ekowarni, E. (2012).
Pengalaman
Emosi
dan
Mekanisme Koping Lansia
yang Mengalami Penyakit
Kronis. Jurnal Psikologi,
39(2), 208-221.
Tausikal, M. A. (2013, September
19). Syarat Mampu dalam
Haji. Retrieved Desember 12,
2014, from muslim.or.id:
http://muslim.or.id/fiqh-danmuamalah/syarat-mampudalam-haji.html
Nurhayati, S. R. (2012). Dukungan
Sosial dan Strategi Coping
Para
Lansia.
Jurnal
9
Trismiati. (2004). Perbedaan Tingkat
Kecemasan Antara Pria dan
Wanita Akseptor Kontrasepsi
Mantap Di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta. journal Psyche,
01(01), ---.
10