BAB 1 PENDAHULUAN Hubungan Antara Pola Asuh Permisif Dengan Sikap Terhadap Perilaku Seks Bebas Pada Remaja.

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.
Pengetahuan tentang seksualitas ataupun perkembangan seksual yang seharusnya
dipahami oleh masyarakat. Perkembangan tentang perilaku seksual remaja
merupakan salah satu pemahaman yang penting untuk diketahui oleh masyarakat,
karena pada masa remaja merupakan masa peralihan dari perilaku seksual anakanak menjadi perilaku seksual remaja (Soetjiningsih, 2010).
Masa remaja merupakan suatu tahapan dengan perubahan yang cepat dan
penuh tantangan yang sulit. Terkadang tantangan ini sulit untuk diatasi, karena
meskipun secara fisik sudah dewasa namun belumtentu secara psikologis.
Kejadian serupa tidak jarang terjadi di berbagai negara termasuk indonesia.
Pemahaman yang kurang tentang perilaku seksual pada masa remaja sangatlah
merugikan bagi para remaja termasuk juga keluarganya, sebab pada masa ini
remaja mengalami berbagai perkembangan yang penting diantaranya yaitu
perkembangan kognitif, emosi, sosial dan yang terahir adalah seksual.
Perkembangan ini berlangsung sekita rumur 12 tahun sampai 20 tahun. Data yang
sudah ada menunjukkan bahwa 80% laki-laki dan 70% perempuan pernah
melakukan hubungan seksual selama masa pubertas dan 20% dari mereka

mempunyai empat atau lebih pasangan (Soetjiningsih, 2010).

1

2

Perilaku seks bebas tidak hanya ada di kalangan masyarakat umum atau
kalangan mahasiswa saja ,tetapi saat ini pergaulan seks bebas juga sudah masuk
didalam kalangan pelajar SMP, ataupun kalangan pelajar SMA. Hal ini terjadi di
salah satu SMA yaitu di SMA Negeri 1 Karangdowo, Klaten.
Survei Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) di Indonesia, belum lama ini
juga menyatakan bahwa, secara nasional terdata bahwa ada sebanyak 66 persen
remaja putri usia sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas
(SMA) tidak lagi perawan yang artinya pada usia sekolah tersebut mereka sudah
mengenal seks bebas (Gunawan, 2014). Pusat studi kriminologi Universitas Islam
Indonesia di Yogyakarta menemukan bahwa terdapat 26,35% dari 846 peristiwa
pernikahan telah melakukan hubungan sekssual sebelum pernikahan dimana 50%
diantaranya menyebabkan kehamilan (Soetjiningsih, 2010). Menurut penelitian
yang berhubungan dengan kecenderungan perilaku seksual di empat kota
menunjukkan hasil 36,6% remaja di daerah kota Medan , 8,5% remaja di daerah

kota Yogyakarta, 3,4% remaja di daerah kota Surabaya dan 31,1% remaja di kota
Kupang telah terlibat hubungan seksual secara aktif (Soetjiningsih, 2010).
Menurut Penelitian Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI)
padatahun2007, perilaku seks bebas bukanlah hal yang aneh dalam kehidupan
remaja Indonesia. Data menunjukkan bahwa 1% remaja wanita dan 6% remaja
pria mengaku telah menjalani perilaku seks bebas dan 26 % mengetahui teman
mereka melakukan seks bebas diluar (Nurlaila, 2012).

Penelitian lain yang

dilakukan oleh Suara, M (Banun, 2012) di 13 STIKes daerah Jakarta Timur
diperoleh hasil responden yang berperilaku seksual beresiko (kegiatan cium bibir

3

dan mulut, meraba – raba/petting dan hubungan seksual atau senggama) sebanyak
65 orang (29,5 %) sedangkan responden yang berperilaku seksual tidak beresiko
sebanyak 155 orang (70,5 %).
Hasil survey BKKBN 2010 sekitar 51 % remaja di wilayah Jabodetabek sudah
tidak perawan. Sebanyak 4% responden yang mengaku melakukan hubungan

seksual sejak usia 16-18 tahun, 16 % melakukan pada usia 13-15 tahun. Kejadian
seks pranikah di Surabaya mencapai 47%, di Bandung dan Medan 52%. Perilaku
seks bebas di kalangan remaja berdampak pada kasus infeksi penularan
HIV/AIDS yang cenderung berkembang di Indonesia, sedangkan tempat favorit
untuk melakukan hubungan seksual adalah di rumah sebanyak 40 %, di tempat
kost 30 % dan di hotel 30% (Banun S & Setyorogo, 2013).Sedangkan Penelitian
yang dilakukan oleh Taufik dan Anganthi (Hidayah, dkk, 2013) dengan subyek
sebanyak 1250 siswa SMU kelas III di Surakarta laki-laki dan 639 perempuan
mendapatkan hasil ditemukan 164 subjek (13,12%) telah melakukan hubungan
seksual, yang terdiri atas 139 subjek (11,12%) laki-laki dan 25 subjek (2%)
perempuan.
Anggraini dkk (Putri, 2014) mengungkapkan bahwa hasil survey kesehatan
reproduksi remaja usia 14-19 tahun yang dilakukan tahun 2009 diketahu
ibahwa 92%

dari

19.173

responden telah berpacaran. Saat berpacaran,


responden mengaku telah melakukan berbagai perilaku seksual pranikah antara
lain 82% pernah melakukan ciuman, 62% pernah melakukan petting, 10,2%
pernah melakukan hubungan kelamin, dan semua responden mengaku pasti
berpegangan tangan saat berpacaran.

4

Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
salah satu guru BK dan siswa berinisial S.H, didapatkan data adanya perilaku
seks bebas pada siswa – siswi SMA N1 Karangdowo. Dibuktikan dari adanya
beberapa siswi yang hamil diluar nikah bahkan pada tahun ajaran 2014 - 2015 ini
ada pula sepasang murid yang di keluar dari sekolah karena mereka berhubungan
seks yang mengakibatkan kehamilan. Terdapat pula siwa atau siswi yang pernah
berurusan dengan guru BK karena permasalahan yang berhubungan dengan
perilaku seks bebas misalnya, (ketahuan berpegangan tangan dan berciuman di
dalam sekolah). Dan banyaknya siswa-siswi yang sudah memiliki pasangan atau
berpacaran sehingg perilaku seks bebas di kalangan pelajar khususnya di SMA
ini semakin tinggi. Diperkuat dari penuturan S.H salah satu murid, yang
menyatakan banyak siswi dan siswa yang bersekolah disini telah mempunyai

pacar, termasuk S.H sendiri.
Seks bebas di kalangan pelajar adalah fenomena yang tidak asing lagi. Saat
ini kebanyakan orang tua sangat khawatir kepada anaknya dan tidak sedikit orang
tua berdoa agar anak-anaknya tidak menjadi salah satu pelakunya. Dengan
peristiwa tersebut menjadikan orang tua waspada, dengan memberikan aturanaturan didalam keluarga (dirumah) dan sebagai pencegahan orang tua berupaya
untuk mengendalikan atau mengontrol anak agar tidak terjerumus (Gunawan,
2014).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nursal (Hidayah dkk, 2013) ada
beberapa faktor yang mempengaruhi seorang remaja untuk melakukan hubungan
seksual

sehingga

pemerintah

harus

mengeluarkan

kebijakan


untuk

5

meminimalisasi perilaku seks bebas, faktor-faktor tersebut yaitu meliputi jenis
kelamin, usia pubertas, pengetahuan, sikap, status perkawinan orang tua, pola
asuh orangtua, jumlah pacar, lama pertemuan dengan pacar, paparan media
elektronik dan media cetak.
Berdasarkan uraian di atas salah satu faktor penting yang berhubungan dengan
perilaku seksual adalah pola asuh orang tua. Berdasarkan analisa World Health
Organization (WHO) pada berbagai literatur kesehatan reproduksi dari seluruh
dunia yang menyatakan bahwa pola asuh merupakan faktor risiko berat terhadap
perilaku seksual. Interaksi antara remaja dengan orang tua menunda bahkan
mengurangi perilaku hubungan seksual pada remaja. Pengawasan dari orang tua
yang kurang akan mempercepat remaja melakukan hubungan seksual.
Pengawasan orang tua merupakan faktor penting yang mempengaruhi sikap
perilaku seksual remaja. Remaja yang diawasi orangtuanya akan menunda bahkan
menghindari hubungan seksual sedangkan pada remaja tanpa pengawasan orang
tua akan melakukan hubungan seksual pertama pada usia lebih dini Nursal

(Hidayah dkk, 2013).
Keluarga memiliki pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan remaja
karena keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama, yang meletakkan
dasar kepribadian remaja. Selain orang tua, saudara kandung dan posisi anak
dalam keluarga juga berpengaruh bagi remaja. Pola asuh orang tua sangat besar
pengaruhnya bagi remaja. Pola asuh otoriter, demokatis ataupun permisif
memberikan dampak yang berbeda bagi remaja (Soetjiningsih, 2010).

6

Remaja yang memiliki orang tua dengan pola asuh permisif, cenderung
memiliki kerentanan yang tinggi

terhadap perilaku seks bebas. Hal

ini

dikarenakan orang tua yang permisif tidak terlalu mengawasi anak-anaknya.
Sehingga anak merasa bebas untuk melakukan perbuatan yang anak lakukan
meskipun itu tidak baik untuk dirinya sendiri. Remaja yang memiliki orang tua

yang pola asuhnya permisif ,kebanyakan dari mereka mempunyai orang tua yang
sibuk bekerja, sehingga perhatian orang tua kepada anak berkurang. Dengan
perhatian yang kurang maka anak akan lebih leluasa melakukan hal hal negatif
(Novantidkk, 2013).
Markurn (Novantidkk, 2013) juga menyatakan bahwa Pola asuh orang tua
sangat berperan penting karena keluarga merupakan komunikasi pertama bagi
anak , dimana anak bisa dididikdan di bentuk karekter pribadinya, orang tua yang
dapat memberikan contoh yang baik akan berdampak baik pula bagi anak, begitu
juga sebaliknya.
Orang tua yang menerapkan pola asuh permisif dimana orang tua tersebut
memberikan kebebasan kepada anaknya akan tetapi, kurang disertai adanya
batasan-batasan dalam berperilaku, maka anak tersebut mengalami kesulitan
dalam mengendalikan keinginan-keingannya maupun dalam perilaku untuk
menunda pemuasan, entah itu pemuasan seksual atau pemuasan yang lainnya
(Soetjiningsih,2010).
Berdasarkan uraian di atas ,peneliti ingin melihat sejauh mana sikap siswa
ataupun siswi yang bersekolah di SMA N 1 Karangdowo terhadap perilaku seks

7


bebas. Dengan hal tersebut peneliti mengambil judul “Hubungan antara Pola Asuh
Permisif denganSikap Terhadap Perilaku Seks Bebas Pada Remaja “.
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latr belakang dan perumusan maslaah diatas maka tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui hubungan antara pola asuh permisif dengan sikap terhadap
perilaku seks pada remaja.
2. Untuk mengetahui tingkat sikap terhadap perilaku seks bebas pada siswa.
3. Untuk mengetahui tingkat pola asuh permisif pada siswa.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah:
1. Secara Teoritis
a. Manfaat penelitian ini untuk menambah khasanah keilmuan terutama
dalam psikologi pendidikan.
b. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu penegetahuan bagi mahasiswa
Fakultas Psikologi.
2. Secara praktis
a. Menjadi dasar pengetahuan agar orang tua dapat memiliki pola asuh yang
baik bagi anak-anaknya, sehingga dapat mengantisipasi timbulnya perilaku
seks bebas pada remaja.

b. Bagi subjek penelitian diharapkan dapat waspada dan aktif dengan
mencari informasi yang tepat tentang bahaya perilaku seks bebas.

8

c. Bagi instansi tempat penelitian agar mau memperdulikan dan membantu
untuk mengatasi masalah perilaku seksual pada anak didiknya.
d. Bagi peneliti lain agar penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi
atau bahan acuan untuk mengungkap aspek lain yang mempengaruhi sikap
perilaku seksual pada remaja.

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI POLA ASUH PERMISIF ORANGTUA DENGAN INTENSI MEROKOK PADA REMAJA AWAL Hubungan Antara Persepsi Pola Asuh Permisif Orangtua Dengan Intensi Merokok Pada Remaja Awal.

0 3 20

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Perilaku Seks Bebas Pada Remaja.

1 8 13

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Perilaku Seks Bebas Pada Remaja.

1 5 18

KAITAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN PERILAKU ASERTIF Kaitan Antara Pola Asuh Permisif Dengan Perilaku Asertif.

1 4 13

KAITAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN PERILAKU ASERTIF Kaitan Antara Pola Asuh Permisif Dengan Perilaku Asertif.

1 3 17

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA Hubungan Antara Pola Asuh Permisif Dengan Sikap Terhadap Perilaku Seks Bebas Pada Remaja.

1 4 17

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA Hubungan Antara Pola Asuh Permisif Dengan Sikap Terhadap Perilaku Seks Bebas Pada Remaja.

0 2 17

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA Hubungan Antara Pola Asuh Permisif Dengan Sikap Terhadap Perilaku Seks Bebas Pada Remaja.

1 14 16

HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP PERILAKU PERMISIF SEKSUAL DENGAN KECENDERUNGAN Hubungan Antara Sikap Terhadap Perilaku Permisif Seksual dengan Kecenderungan Voyeurisme pada Remaja.

0 0 8

PENDAHULUAN Hubungan Antara Sikap Terhadap Perilaku Permisif Seksual dengan Kecenderungan Voyeurisme pada Remaja.

0 0 9