KAITAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN PERILAKU ASERTIF Kaitan Antara Pola Asuh Permisif Dengan Perilaku Asertif.

KAITAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN PERILAKU
ASERTIF

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Diajukan oleh:
DINA ANASTIA MUNTAZIA
F 100 114 020

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

KAITAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN PERILAKU
ASERTIF

Yang diajukan oleh:
DINA ANASTIA MUNTAZIA

F 100 114 020

Telah disetujui untuk dipertahankan
di depan dewan penguji

telah disetujui oleh :

Pembimbing

Surakarta, Oktober 2015

(Dra.Juliani Prasetyaningrum M.Si)

ii

KAITAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN PERILAKU
ASERTIF

Diajukan Oleh :
DINA ANASTIA MUNTAZIA

F 100 114 020
Telah Disetujui untuk Dipertahankan di depan Dewan Penguji
pada tanggal, 27 Oktober 2015
dan dinyatakan Telah Memenuhi Syarat.
Penguji Utama
Dra. Juliani Prasetyaningrum, M.Si

Penguji Pendamping I
Dra. Partini, M.Si

Penguji Pendamping II
Dra. Zahrotul Uyun, M.Si
Surakarta, Oktober 2015
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Fakultas Psikologi
Dekan,

(Taufik, M.Si, Ph.D)

iii


KAITAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN PERILAKU
ASERTIF

Dina Anastia Muntazia
Juliani Prasetyaningrum
[email protected]
Abstrak
Pentingnya perilaku asertif dalam bersosialisasi dengan lingkungan
terutama di kalangan remaja diantaranya agar dapat memenuhi keinginan,
kebutuhan dan perasaan individu agar dapat dimengerti oleh orang lain sehingga
tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kaitan antara pola asuh permisif dengan perilaku asertif yang dibedakan
berdasarkan jenis kelamin.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif untuk mencapai tujuan
penelitian. Jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak 137, yang terdiri dari 64
siswa laki-laki dan 73 siswa perempuan. Sample dalam penelitian ini adalah
siswa laki-laki dan perempuan SMP Swasta di Surakarta. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan dengan cara cluster random sampling. Alat ukur yang
digunakan dalam penelitian ini adalah skala. Teknik analisis dalam penelitian ini

adalah uji korelasi product moment dan uji anava.
Berdasrkan hasil analisis ditemukan hasil bahwa nilai koefisien (r) sebesar
– 0,394 dengan signifikansi (p) = 0,000; (p < 0,05) sehingga hipotesis diterima,
bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara pola asuh permisif
dengan perilaku asertif, yang artinya semakin tinggi pola asuh permisif maka
semakin rendah perilaku asertif, begitu pula sebaliknya. Perilaku asertif pada
subjek penelitian tergolong tinggi dengan rerata empirik (RE) 61,74 serta rerata
hipotetik (RH) 52,5. Pola asuh permisif pada subjek penelitian tergolong rendah
dengan rerata empirik (RE) 55,57 serta rerata hipotetik (RH) 70. Ada perbedaan
perilaku asertif pada siswa laki-laki dengan siswa perempuan, perilaku asertif
pada siswa laki-laki lebih rendah daripada perilaku asertif pada siswa perempuan
diperoleh rerata pada siswa laki-laki sebesar 60,86 dan rerata pada perempuan
sebesar 62,51 dengan nilai F= 2,526 dan signifikansi (p) = 0,03; (p < 0,05).
Adapun sumbangan efektif pola asuh permisif terhadap perilaku asertif sebesar
15, 5 %, oleh karenanya masih ada 84,5 % variabel lain yang memberikan
kontribusi terhadap perilaku asertif, seperti tingkat pendidikan, lingkungan sosial
dan harga diri.

Kata kunci : pola asuh permisif dan perilaku asertif


1

bertindak sesuai dengan

PENDAHULUAN
Pentingnya

perilaku

asertif

keinginan,

mempertahankan diri tanpa merasa

bagi setiap individu adalah untuk

cemas,

memenuhi


dan

secara jujur dan nyaman maupun

dalam

menggunakan hak-hak pribadi tanpa

segala

kebutuhan

keinginan,

misalnya

bersosialisasi

dengan


lingkungan

mengekspresikan

perasaan

melanggar hak-hak orang lain.

sekitar terutama pada remaja yang

Dalam rangka penelitian ini,

mulai tertarik dengan lingkungan

peneliti melakukan survey sederhana

sosial yang berada diluar keluarga.

pada hari Sabtu tanggal 7 Maret 2015


Menurut

pendapat

kepada 6 remaja SMP dengan rentang

Muhammad (2003) keuntungan yang

usia antara 13 sampai 15 tahun dari

di dapat dari berperilaku asertif yaitu

tiga sekolah yang berbeda. Dari hasil

dapat

keinginan,

survey diketahui bahwa ada siswa


kebutuhan dan perasaan individu agar

yang tidak berani mengungkapkan

dapat di mengerti dan dipahami oleh

pendapatnya di dalam kelas atau

orang lain, sehingga tidak ada pihak

hanya sekedar menjawab pertanyaan

yang merasa di rugikan. Ditambahkan

yang diberikan oleh guru, ada yang

menurut Setiono dan Pramadi (dalam

malu-malu atau takut salah , ada juga


Sari, 2007) Perilaku asertif menjadi

siswa yang tidak berani menolak

suatu cara yang dapat dilakukan

ketika teman meminta contekan saat

untuk

kemampuaan

ulangan sedang berlangsung , untuk

berkomunikasi serta penyesuaian diri

masalah yang lebih pribadi lagi

yang baik dan efektif terutama bagi


ternyata ada siswa SMP yang mulai

remaja, hal tersebut berkaitan dengan

tertarik dan berpacaran dengan lawan

salah

jenis namun sebagian dari mereka

remaja

memenuhi

menciptakan

satu

tugas

yang

perkembangan
tersulit

yaitu

tidak memberitahukan kepada orang

penyesuaian sosial.
Perilaku

tua
asertif

nya,

begitu

pula

masalah

menurut

pergaulan dengan teman sebaya yang

Alberti dan Emmons (dalam Marini

mulai meluas khususnya pada remaja

& Andriani, 2005) adalah perilaku

laki-laki mulai mengenal lingkungan

yang memungkinkan seseorang untuk

dari berbagai kalangan kemudian ada

2

yang

mengajak

untuk

mencoba

Ketidakmampuan

remaja

dalam

merokok sehingga siswa tersebut

berperilaku asertif

mengkonsumsi

karena tidak semua remaja baik laki-

rokok

tanpa

sepengetahuan orang tua nya.

ini disebabkan

laki maupun perempuan sadar bahwa

Perilaku-perilaku yang timbul

memiliki hak untuk berpendapat,

tersebut bertentangan dengan ciri-ciri

banyak yang cemas atau takut untuk

asertif yang di harapkan. Seharusnya

berasertif selain itu juga karena

sebagai remaja, dapat menolak hal-hal

banyak remaja yang kurang terampil

yang

dan

dalam mengekspresikan diri secara

bertentangan dengan norma yang ada.

asertif. Seperti yang di tuliskan dalam

Pernyataan diatas sejalan dengan

Hurlock

penelitian

oleh

biasanya remaja akan aman bila

Family & Consumer di Ohio,AS

berada di antara teman-teman dan

(dalam Marini dan Andriani, 2005)

membicarakan hal-hal yang menarik

yang

atau

dirasa

tidak

yang

dilakukan

menunjukkan

kebiasaan

tepat

fakta

hal

yang

mencontohkan

mengganggu

penggunaan

pikirannya, hampir semua hal ini

hubungan

dialami oleh remaja terutama remaja

seksual pranikah berkaitan dengan

perempuan, mereka menjadi kritis

ketidakmampuan

dan berusaha memperbaiki kepada

alkohol,

merokok,

bahwa

(1993)

napza

serta

remaja

untuk

bersikap asertif. Menurut Kanfer &

orang

Goldstein

2009)

maupun masyarakat, tak jarang kritik

individu yang bertingkah laku tidak

yang mereka buat bersifat bukan

asertif

bersifat membangun dan tak jarang

kepercayaan

(dalam

yaitu

Budi,

tidak
diri

memiliki
dalam

pula

tua,

teman-teman,

sebagian

remaja

sekolah

menerima

berkomunikasi interpersonal dengan

kritikan yang sifatnya merusak. Hal

orang lain, tidak spontan dalam

inilah yang membuat sebagian besar

mengekspresikan emosi dan perasaan,

remaja menjadi tidak asertif dalam

sering merasa tegang dan cemas serta

segala hal.

membiarkan

dan

memberi

Walter (dalam Budi, 2009)

kesempatan pada orang lain untuk

menjelaskan bahwa untuk mampu

membuat keputusan pada dirinya.

berperilaku asertif, terlebih dahulu

3

harus bebas dari rasa cemas, malu dan

bahwa asertifitas adalah hal yang

perasaan

harus di pelajari di rumah, karena

bersalah.

Ditambahkan

menurut Bloom (dalam Budi, 2009)

keluarga

apabila individu cemas, maka ini akan

sosial pertama yang di kenal oleh

membuat individu merasa kurang

individu

percaya diri. Hal ini dibuktikan dalam

lingkungan sosial yang lebih luas.

penelitian yang telah dilakukan oleh

merupakan

lingkungan

sebelum

Menurut

mengenal

Baumrind

(dalam

Nasri dan Koentjoro (2015) yaitu

Papalia, 2009) pada dasarnya pola

berupa

asuh

pelatihan

asertivitas

pada

orang

tua

kepada

anak

wanita terhadap penurunan perilaku

dibedakan menjadi tiga macam yaitu

seksual

hasilnya

pola asuh otoriter, pola asuh permisif

bahwa

dengan

dan pola asuh demokratis. Pola asuh

asertivitas

dapat

permisif adalah pola asuh yang

diri,

menekankan pada ekspresi diri anak

wanita yang asertif tidak mudah

dan pengaturan diri sendiri tanpa

menyerah saat ada masalah dengan

kontrol dan kebijakan orang tua.

pranikah

menunjukkan
pelatihan
meningkatkan

yang

kepercayaan

pacar, mempunyai keyakinan untuk
mampu

menyelesaikan

dengan

baik

perasaannya

Masalah yang dihadapi oleh

masalah

tanpa

menyakiti

sendiri

maupun

kebanyakan
sekarang

ini

kelurga

pada

zaman

disebabkan

karena

kesibukan orang tua dalam bekerja

pasangannya.

dan

Alberti dan Emmons (dalam

beraktifitas

di

luar

rumah.

Padatnya jam kerja dan tuntutan

Titanida 2008) menyebutkan faktor-

pemenuhan

kebutuhan

faktor yang mempengaruhi tingkat

menjadikan

orang

asertif

meliputi

mempunyai waktu yang cukup untuk

keluarga, sekolah dan tempat kerja.

memperhatikan anak dan memantau

Keluarga disini adalah peran orang

semua kegiatan yang dilakukan oleh

tua

dalam menerapkan pola asuh

anak, orang tua berangkat ketika

dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini

anak-anak mereka belum bangun

di perkuat oleh pendapat Towned

kemudian pulang ketika anak-anak

(dalam Sari, 2007) yang menyatakan

sudah tidur akibatnya komunikasi

seseorang

yaitu

4

ekonomi
tua

tidak

antar keduanya berkurang, bahkan

penelitian ini adalah siswa SMP

tidak sedikit diantara orang tua yang

Swasta di Surakarta yang berjumlah

memberi kebebasan secara mutlak

137 orang yang terdiri dari 64 siswa

kepada anak dan menerapkan pola

laki-laki dan 73 siswa perempuan.

asuh permisif, seperti misalnya anak

Teknik pengambilan sampel yang

bebas

sesuai

digunakan dalam penelitian ini adalah

semua

cluster random sampling.

berperilaku

keinginannya

sendiri,

keinginan dan keputusan diputuskan

Skala perilaku asertif disusun

sendiri oleh anak tanpa pengarahan

oleh peneliti berdasarkan apek-aspek

maupun

tua

dari Alberti dan Emmons dalam

sehingga anak tidak tahu apakah

Roifah (2014) yaitu :berkomunikasi

perilaku,

atau

dengan jujur, memiliki isyarat fisik

keputusannya baik dan benar sesuai

positif , dan memberikan respon yang

norma-norma

tepat.

pertimbangan

orang

keinginan

yang

ada.

Skala

(http://goresantintapindy.blogspot.co

pola

asuh

permisif

m/2011). Tujuan penelitian ini adalah

disusun oleh peneliti berdasarkan

untuk mengetahui kaitan antara pola

apek-aspek

asuh permisif dengan perilaku asertif

Sarastuti (2008) yaitu : kurangnya

yang dibedakan berdasarkan jenis

kontrol terhadap anak, pengabaian

kelamin dan sumbangan efektif pola

keputusan, orang tua bersifat masa

asuh

bodoh dan pendidikan bersifat bebas.

asertif.

permisif

terhadap

Hipotesis

yang

perilaku

dari

Hurlock

dalam

diajukan
HASIL DAN PEMBAHASAN

adalah ada hubungan negatif antara

Berdasarkan

pola asuh permisif dengan perilaku

telah

hasil

analisis

dilakukan

dengan

asertif.

yang

METODE PENELITIAN

menggunakan teknik korelasi product

Variabel dalam penelitian ini

moment Pearson maka diperoleh hasil

adalah Variabel Tergantung (perilaku

nilai koefisien korelasi (r) sebesar -

asertif) , variabel Bebas (pola asuh

0,394 dengan p value = 0,000 < 0,01

permisif) dan variabel moderator

artinya ada hubungan negatif yang

(jenis

sangat signifikan antara pola asuh

kelamin).

Subjek

dalam

5

permisif
yaitu

kurang pasti dan cemas apakah yang

dengan perilaku asertif,

semakin

permisif

tinggi

maka

pola

semakin

asuh

dilakukannya sudah benar. Hal ini

rendah

diperkuat dengan penelitian terdahulu

perilaku asertif atau semakin rendah

seperti

pola asuh permisif maka semakin

Longkutoy,Sinolungan

tinggi perilkau asertif.

Hal ini di

(2015) mengenai hubungan pola asuh

Towned

orang tua dengan kepercayaan diri

(dalam Sari, 2007) yang menyatakan

siswa SMP Kristen Ranotongkor

bahwa asertifitas adalah hal yang

Kabupaten Minahasa menunjukkan

harus di pelajari di rumah, karena

hubungan positif antara pola asuh

keluarga

lingkungan

orang tua dengan kepercayaan diri

sosial pertama yang di kenal oleh

siswa. Adapun ditambahkan menurut

individu

mengenal

Kanfer & Goldstein (dalam Budi,

lingkungan sosial yang lebih luas.

2009) individu yang bertingkah laku

Pola

sangat

tidak asertif

anak

kepercayaan

perkuat

oleh

pendapat

merupakan

sebelum

asuh

mempengaruhi

orang

tua

bagaimana

yang

dilakukan
dan

oleh
Opod

yaitu tidak memiliki
diri

dalam

membentuk

berkomunikasi interpersonal dengan

kepribadian secara keseluruhan. Pola

orang lain, tidak spontan dalam

asuh

pada

mengekspresikan emosi dan perasaan,

ekspresi diri anak dan pengaturan diri

sering merasa tegang dan cemas serta

sendiri tanpa kontrol dan kebijakan

membiarkan

orang tua.

kesempatan pada orang lain untuk

berperilaku

permisif

Seperti

dan

menekankan

yang

Perilaku asertif pada siswa
laki-laki dan perempuan memiliki

asuh dengan pola asuh permisif

perbedaan, menurut Lioyd (dalam

cenderung tidak memiliki kontrol

Novalia

(kurang bertanggung jawab) dan tidak

kurang

dan

menyatakan

suka terlalu bereksplorasi, karena
merasa

memberi

membuat keputusan pada dirinya.

dipaparkan

dalam Papalia (2009) Anak yang di

anak

dan

dipengaruhi

mendapat

Dayakisni,

2013)

bahwa

asertif

oleh

jenis

kelamin,

karena semenjak kanak-kanak dalam

panduan sehingga mereka merasa

budaya

6

masyarakat

telah

membedakan batasan-batasan untuk

dalam kategori rendah, kemudian

anak laki-laki dan perempuan, mulai

22% (30 siswa) termasuk dalam

dari peran

kategori sedang dan 2% (3 siswa)

misalnya anak laki-laki

harus pemberani, tidak boleh cengeng

termasuk

dan harus tegas sedangkan anak

sedangkan

perempuan harus menurut dengan

tinggi tidak ada siswa yang termasuk

perintah, harus bersikap lemah lembut

dalam kategori ini yang artinya 0%.

dan sensitif, sehingga dalam hal

Hal ini berarti bahwa pola asuh

pendidikan juga dibedakan misalnya

permisif yang diterapkan oleh orang

anak laki-laki harus sekolah setinggi

tua memiliki pengaruh yang rendah

mungkin dan dan anak perempuan

dalam perilaku subjek.

dalam

kategori

tinggi,

pada kategori sangat

tidak. Dari hasil penelitian diketahui

Berdasarkan kategorisasi skala

bahwa perilaku asertif pada siswa

perilaku asertif terdapat 0% dalam

laki-laki lebih rendah dibandingkan

kategori sangat rendah, begitu pula

dengan

perilaku

perempuan.
observasi

asertif

pada

0% pada kategori rendah, dalam

Berdasarkan

hasil

kategori sedang sebesar 28% (38

pada

di

siswa), kemudian pada kategori tinggi

Surakarta ditemukan bahwa siswa

sebesar 67% (92 siswa) dan pada

perempuan terlihat lebih akrab antar

kategori sangat tinggi sebesar 5% (7

siswa

mereka

siswa). Hal ini berarti bahwa perilaku

cenderung berkelompok, seringkali

asertif pada siswa berada di kategori

terlihat berbincang-bincang dengan

tinggi. Ini menandakan bahwa siswa

guru PPL yang sedang mengajar di

mempunyai kepercayaan diri yang

kelas, sedangkan pada siswa laki-laki

besar yaitu mampu menyesuaikan diri

cenderung acuh, komunikasi dengan

dalam lingkungan sosial sehingga

guru kelas maupun PPL cenderung

dapat berperilaku asertif dengan baik.

pasif.

Menurut Titanida (2008) bahwa pada

dengan

SMP

siswa,

swasta

Berdasarkan kategorisasi skala

masa remaja harus dapat menolak

pola asuh permisif terdapat 20% (28

hal-hal

siswa) dalam kategori sangat rendah,

mengungkapkan hal-hal yang tidak

sebanyak 56% (76 siswa) termasuk

sesuai dan dapat bersikap jujur dan

7

yang

tidak

tepat,

dapat

terbuka, hal
satu

ciri

ini

Berdasarkan hasil analisis data

Berdasarkan

hasil analisis yang

dan pembahasan dapat disimpulkan

menunjukkan

bahwa

bahwa :

efektif

perilaku

KESIMPULAN

asertif.

permisif

dari

merupakan salah

pola

memberikan
sebesar

asuh

sumbangan

15,5%

1. Ada hubungan negatif yang

terhadap

sangat signifikan antara pola

perilaku asertif. Hal ini menunjukkan
bahwa

pola

mempengaruhi

asuh

asuh permisif dengan perilaku

permisif

perilaku

asertif, yaitu semakin tinggi

asertif

pola

sebesar 15,5%, sehingga masih ada
84,5%

faktor

lain

Nevid

pola

2. Perilaku

tidak

tinggi

perilaku

asertif

termasuk

dalam kategori rendah .

luas

4. Ada perbedaan perilaku asertif

sehingga akan lebih terbuka, jujur,
serta

mka

3. Pola asuh permisif termasuk

tinggi akan menjadikan seseorang

langsung

permisif

dalam kategori tinggi

seperti a) tingkat pendidikan yang

yang

perilaku

asertif.

yang mempengaruhi perilaku asertif

wawasan

asuh

semakin

(dalam

Roifah,2014) terdapat faktor-faktor

memiliki

rendah

maka

asertif atau semakin rendah

ini sesuai dengan pendapat menurut
dan

permisif

semakin

yang

mempengaruhi perilaku asertif. Hal

Rathus

asuh

pada siswa laki-laki dengan

melanggar

siswa

norma, b) kebudayaan di lingkungan

perempuan.

Perilaku

asertif pada laki-laki lebih

yang berbeda akan mempengaruhi

rendah

sikap dan perilaku setiap individu,

daripada

perilaku

asertif pada perempuan.

dan c) penerimaan harga diri yang

5. Sumbangan efektif pola asuh

tinggi akan membawa individu pada

permisif

kebebasan sosial yang memunculkan

terhadap

perilaku

asertif adalah 15,5% , artinya

asertifitas.

ada 84,5% faktor lain yang
mempengaruhi perilaku asertif
diantaranya

8

tingkat

pendidikan, lingkungan sosial

DAFTAR PUSTAKA

dan harga diri.

Budi, A.S .H. Perilaku agresif ditinjau
dari persepsi pola asuh
Authoritarian, asertivitas dan
tahap perkembangan remaja
pada anak binaan lembaga
permasyarakatan
anak
kutoarja jawa tengah dalam
jurnal Humanitas Volume 6
No.1 Januari 2009

SARAN
Berdasarkan hasil kesimpulan
penelitian,

penulis

menyampaikan

rekomendasi sebagai berikut :
1. Terkait hasil penelitian, maka
penelitian ini diharapkan dapat

http://goresantintapindy.blogspot.com
/2011/12/dampak-pola-asuhpermisif-orangtua.html
Diakses pada tanggal 13 Juli
2015 pukul 06:07 WIB

menambah kajian teoritis dalam
bidang psikologi perkembangan
khususnya

tentang

perilaku

asertif.
2. Bagi

subjek

diharapkan dapat
informasi

Lengkutoy, N; Sinolungan, J; Opod,
H. Hubungan pola asuh orang
tua dengan kepercayaan diri
siswaSMP
Kristen
Ranotongkor
kabupaten
Minahasa dalam jurnal eBiomedik (eBm) Volume 3,
Nomor 1, Januari-April 2015.
Diunduh
dari
http://
www.ejornal.unsrait.ac.id
pada 1 Juli 2015 pikul 22:17
WIB

penelitian
menambah

tentang

perilaku

asertif pada mereka dan pola
asuh yang diterima oleh mereka
dari orang tuanya.
3. Bagi

orang

tua

yang

menerapkan pola asuh permisif
diharapkan untuk menerapkan
pola

asuh

lain

Marini, L& Andriani, E. Perbedaan
Asertivas remaja ditinjau dari
pola asuh orangtua dalam
Jurnal Psikologia Volume 1
Nomer 2 Desember 2005 hal
46-51

untuk

meningkatkan perilaku asertif
pada anak.
4. Bagi peneliti lain yang tertarik
dengan

tema

diharapkan

penelitian

ini

Muhammad, A. 2003. Karir Maju
dengan
Sikap
asertif.
Http;/www.suaramerdeka.com
/cybernews/wanita/karir_wanit
a ol.html diakses pada 25
Desember 2014 pukul 21.30
WIB

untuk menambah

variabel bebas dan /atau subjek
penelitian.

9

Nasri, Deni; Koentjoro. Pelatihan
asertivitas terhadap perilaku
seksual pranikah pada wanita
dalam Jurnal Ilmiah Psikologi
Terapan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah
Malang
ISSN:2301-18267
Volume 03, No. 01, Januari
2015 diakses pada 26 April
2015 pukul 19.37 WIB http;
www.

Titanida, A. 2008. Hubungan antara
pola asuh demokratis orang
tua dengat tingkat asertifitas
remaja. Naskah publikasi.
Fakultas
Psikologi.
Universitas Islam Indonesia.
Yogyakarta

Novalia & dayaksini, T. Perilaku
Asertif dan Kecenderungan
menjadi
korban
bullying
dalam jurnal ilmiah Psikologi
Terapan Volume 01, No. 01
Januari 2013. Diakses dari:
http://
www.ejournal.umm.ac.id
Roifah, Y.A.2014. Peran Guru BK
dalam Membina Perilaku
Asertif Siswa Terisolir di SMP
Muhammadiyah
2
Yogyakarta.
Skripsi.
Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga. Yogyakarta
Sarastuti, I. 2008. Kedisplinan siswa
SMP ditinjau dari pola asuh
permisif orang tua. Skripsi.
Fakultas Psikologi Universitas
Katolik
Soegijapranata.
Semarang.
Diakses
dari
http;//eprints.unika.ac.id
Sari, U.M. 2007. Perbedaan Perilaku
Asertif Pada Remaja Ditinjau
dari Pola Asuh Orangtua.
Skripsi.
Fakultas
Psikologi.Universitas Kristen
Soegijapranata.
Semarang.
Diakses
dari
http;//eprints.unika.ac.id

10