KAITAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN PERILAKU ASERTIF Kaitan Antara Pola Asuh Permisif Dengan Perilaku Asertif.
KAITAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN PERILAKU
ASERTIF
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh:
DINA ANASTIA MUNTAZIA
F 100 114 020
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
KAITAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN PERILAKU
ASERTIF
Yang diajukan oleh:
DINA ANASTIA MUNTAZIA
F 100 114 020
Telah disetujui untuk dipertahankan
di depan dewan penguji
telah disetujui oleh :
Pembimbing
Surakarta, Oktober 2015
(Dra.Juliani Prasetyaningrum M.Si)
ii
KAITAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN PERILAKU
ASERTIF
Diajukan Oleh :
DINA ANASTIA MUNTAZIA
F 100 114 020
Telah Disetujui untuk Dipertahankan di depan Dewan Penguji
pada tanggal, 27 Oktober 2015
dan dinyatakan Telah Memenuhi Syarat.
Penguji Utama
Dra. Juliani Prasetyaningrum, M.Si
Penguji Pendamping I
Dra. Partini, M.Si
Penguji Pendamping II
Dra. Zahrotul Uyun, M.Si
Surakarta, Oktober 2015
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Fakultas Psikologi
Dekan,
(Taufik, M.Si, Ph.D)
iii
KAITAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN PERILAKU
ASERTIF
Dina Anastia Muntazia
Juliani Prasetyaningrum
[email protected]
Abstrak
Pentingnya perilaku asertif dalam bersosialisasi dengan lingkungan
terutama di kalangan remaja diantaranya agar dapat memenuhi keinginan,
kebutuhan dan perasaan individu agar dapat dimengerti oleh orang lain sehingga
tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kaitan antara pola asuh permisif dengan perilaku asertif yang dibedakan
berdasarkan jenis kelamin.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif untuk mencapai tujuan
penelitian. Jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak 137, yang terdiri dari 64
siswa laki-laki dan 73 siswa perempuan. Sample dalam penelitian ini adalah
siswa laki-laki dan perempuan SMP Swasta di Surakarta. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan dengan cara cluster random sampling. Alat ukur yang
digunakan dalam penelitian ini adalah skala. Teknik analisis dalam penelitian ini
adalah uji korelasi product moment dan uji anava.
Berdasrkan hasil analisis ditemukan hasil bahwa nilai koefisien (r) sebesar
– 0,394 dengan signifikansi (p) = 0,000; (p < 0,05) sehingga hipotesis diterima,
bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara pola asuh permisif
dengan perilaku asertif, yang artinya semakin tinggi pola asuh permisif maka
semakin rendah perilaku asertif, begitu pula sebaliknya. Perilaku asertif pada
subjek penelitian tergolong tinggi dengan rerata empirik (RE) 61,74 serta rerata
hipotetik (RH) 52,5. Pola asuh permisif pada subjek penelitian tergolong rendah
dengan rerata empirik (RE) 55,57 serta rerata hipotetik (RH) 70. Ada perbedaan
perilaku asertif pada siswa laki-laki dengan siswa perempuan, perilaku asertif
pada siswa laki-laki lebih rendah daripada perilaku asertif pada siswa perempuan
diperoleh rerata pada siswa laki-laki sebesar 60,86 dan rerata pada perempuan
sebesar 62,51 dengan nilai F= 2,526 dan signifikansi (p) = 0,03; (p < 0,05).
Adapun sumbangan efektif pola asuh permisif terhadap perilaku asertif sebesar
15, 5 %, oleh karenanya masih ada 84,5 % variabel lain yang memberikan
kontribusi terhadap perilaku asertif, seperti tingkat pendidikan, lingkungan sosial
dan harga diri.
Kata kunci : pola asuh permisif dan perilaku asertif
1
bertindak sesuai dengan
PENDAHULUAN
Pentingnya
perilaku
asertif
keinginan,
mempertahankan diri tanpa merasa
bagi setiap individu adalah untuk
cemas,
memenuhi
dan
secara jujur dan nyaman maupun
dalam
menggunakan hak-hak pribadi tanpa
segala
kebutuhan
keinginan,
misalnya
bersosialisasi
dengan
lingkungan
mengekspresikan
perasaan
melanggar hak-hak orang lain.
sekitar terutama pada remaja yang
Dalam rangka penelitian ini,
mulai tertarik dengan lingkungan
peneliti melakukan survey sederhana
sosial yang berada diluar keluarga.
pada hari Sabtu tanggal 7 Maret 2015
Menurut
pendapat
kepada 6 remaja SMP dengan rentang
Muhammad (2003) keuntungan yang
usia antara 13 sampai 15 tahun dari
di dapat dari berperilaku asertif yaitu
tiga sekolah yang berbeda. Dari hasil
dapat
keinginan,
survey diketahui bahwa ada siswa
kebutuhan dan perasaan individu agar
yang tidak berani mengungkapkan
dapat di mengerti dan dipahami oleh
pendapatnya di dalam kelas atau
orang lain, sehingga tidak ada pihak
hanya sekedar menjawab pertanyaan
yang merasa di rugikan. Ditambahkan
yang diberikan oleh guru, ada yang
menurut Setiono dan Pramadi (dalam
malu-malu atau takut salah , ada juga
Sari, 2007) Perilaku asertif menjadi
siswa yang tidak berani menolak
suatu cara yang dapat dilakukan
ketika teman meminta contekan saat
untuk
kemampuaan
ulangan sedang berlangsung , untuk
berkomunikasi serta penyesuaian diri
masalah yang lebih pribadi lagi
yang baik dan efektif terutama bagi
ternyata ada siswa SMP yang mulai
remaja, hal tersebut berkaitan dengan
tertarik dan berpacaran dengan lawan
salah
jenis namun sebagian dari mereka
remaja
memenuhi
menciptakan
satu
tugas
yang
perkembangan
tersulit
yaitu
tidak memberitahukan kepada orang
penyesuaian sosial.
Perilaku
tua
asertif
nya,
begitu
pula
masalah
menurut
pergaulan dengan teman sebaya yang
Alberti dan Emmons (dalam Marini
mulai meluas khususnya pada remaja
& Andriani, 2005) adalah perilaku
laki-laki mulai mengenal lingkungan
yang memungkinkan seseorang untuk
dari berbagai kalangan kemudian ada
2
yang
mengajak
untuk
mencoba
Ketidakmampuan
remaja
dalam
merokok sehingga siswa tersebut
berperilaku asertif
mengkonsumsi
karena tidak semua remaja baik laki-
rokok
tanpa
sepengetahuan orang tua nya.
ini disebabkan
laki maupun perempuan sadar bahwa
Perilaku-perilaku yang timbul
memiliki hak untuk berpendapat,
tersebut bertentangan dengan ciri-ciri
banyak yang cemas atau takut untuk
asertif yang di harapkan. Seharusnya
berasertif selain itu juga karena
sebagai remaja, dapat menolak hal-hal
banyak remaja yang kurang terampil
yang
dan
dalam mengekspresikan diri secara
bertentangan dengan norma yang ada.
asertif. Seperti yang di tuliskan dalam
Pernyataan diatas sejalan dengan
Hurlock
penelitian
oleh
biasanya remaja akan aman bila
Family & Consumer di Ohio,AS
berada di antara teman-teman dan
(dalam Marini dan Andriani, 2005)
membicarakan hal-hal yang menarik
yang
atau
dirasa
tidak
yang
dilakukan
menunjukkan
kebiasaan
tepat
fakta
hal
yang
mencontohkan
mengganggu
penggunaan
pikirannya, hampir semua hal ini
hubungan
dialami oleh remaja terutama remaja
seksual pranikah berkaitan dengan
perempuan, mereka menjadi kritis
ketidakmampuan
dan berusaha memperbaiki kepada
alkohol,
merokok,
bahwa
(1993)
napza
serta
remaja
untuk
bersikap asertif. Menurut Kanfer &
orang
Goldstein
2009)
maupun masyarakat, tak jarang kritik
individu yang bertingkah laku tidak
yang mereka buat bersifat bukan
asertif
bersifat membangun dan tak jarang
kepercayaan
(dalam
yaitu
Budi,
tidak
diri
memiliki
dalam
pula
tua,
teman-teman,
sebagian
remaja
sekolah
menerima
berkomunikasi interpersonal dengan
kritikan yang sifatnya merusak. Hal
orang lain, tidak spontan dalam
inilah yang membuat sebagian besar
mengekspresikan emosi dan perasaan,
remaja menjadi tidak asertif dalam
sering merasa tegang dan cemas serta
segala hal.
membiarkan
dan
memberi
Walter (dalam Budi, 2009)
kesempatan pada orang lain untuk
menjelaskan bahwa untuk mampu
membuat keputusan pada dirinya.
berperilaku asertif, terlebih dahulu
3
harus bebas dari rasa cemas, malu dan
bahwa asertifitas adalah hal yang
perasaan
harus di pelajari di rumah, karena
bersalah.
Ditambahkan
menurut Bloom (dalam Budi, 2009)
keluarga
apabila individu cemas, maka ini akan
sosial pertama yang di kenal oleh
membuat individu merasa kurang
individu
percaya diri. Hal ini dibuktikan dalam
lingkungan sosial yang lebih luas.
penelitian yang telah dilakukan oleh
merupakan
lingkungan
sebelum
Menurut
mengenal
Baumrind
(dalam
Nasri dan Koentjoro (2015) yaitu
Papalia, 2009) pada dasarnya pola
berupa
asuh
pelatihan
asertivitas
pada
orang
tua
kepada
anak
wanita terhadap penurunan perilaku
dibedakan menjadi tiga macam yaitu
seksual
hasilnya
pola asuh otoriter, pola asuh permisif
bahwa
dengan
dan pola asuh demokratis. Pola asuh
asertivitas
dapat
permisif adalah pola asuh yang
diri,
menekankan pada ekspresi diri anak
wanita yang asertif tidak mudah
dan pengaturan diri sendiri tanpa
menyerah saat ada masalah dengan
kontrol dan kebijakan orang tua.
pranikah
menunjukkan
pelatihan
meningkatkan
yang
kepercayaan
pacar, mempunyai keyakinan untuk
mampu
menyelesaikan
dengan
baik
perasaannya
Masalah yang dihadapi oleh
masalah
tanpa
menyakiti
sendiri
maupun
kebanyakan
sekarang
ini
kelurga
pada
zaman
disebabkan
karena
kesibukan orang tua dalam bekerja
pasangannya.
dan
Alberti dan Emmons (dalam
beraktifitas
di
luar
rumah.
Padatnya jam kerja dan tuntutan
Titanida 2008) menyebutkan faktor-
pemenuhan
kebutuhan
faktor yang mempengaruhi tingkat
menjadikan
orang
asertif
meliputi
mempunyai waktu yang cukup untuk
keluarga, sekolah dan tempat kerja.
memperhatikan anak dan memantau
Keluarga disini adalah peran orang
semua kegiatan yang dilakukan oleh
tua
dalam menerapkan pola asuh
anak, orang tua berangkat ketika
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
anak-anak mereka belum bangun
di perkuat oleh pendapat Towned
kemudian pulang ketika anak-anak
(dalam Sari, 2007) yang menyatakan
sudah tidur akibatnya komunikasi
seseorang
yaitu
4
ekonomi
tua
tidak
antar keduanya berkurang, bahkan
penelitian ini adalah siswa SMP
tidak sedikit diantara orang tua yang
Swasta di Surakarta yang berjumlah
memberi kebebasan secara mutlak
137 orang yang terdiri dari 64 siswa
kepada anak dan menerapkan pola
laki-laki dan 73 siswa perempuan.
asuh permisif, seperti misalnya anak
Teknik pengambilan sampel yang
bebas
sesuai
digunakan dalam penelitian ini adalah
semua
cluster random sampling.
berperilaku
keinginannya
sendiri,
keinginan dan keputusan diputuskan
Skala perilaku asertif disusun
sendiri oleh anak tanpa pengarahan
oleh peneliti berdasarkan apek-aspek
maupun
tua
dari Alberti dan Emmons dalam
sehingga anak tidak tahu apakah
Roifah (2014) yaitu :berkomunikasi
perilaku,
atau
dengan jujur, memiliki isyarat fisik
keputusannya baik dan benar sesuai
positif , dan memberikan respon yang
norma-norma
tepat.
pertimbangan
orang
keinginan
yang
ada.
Skala
(http://goresantintapindy.blogspot.co
pola
asuh
permisif
m/2011). Tujuan penelitian ini adalah
disusun oleh peneliti berdasarkan
untuk mengetahui kaitan antara pola
apek-aspek
asuh permisif dengan perilaku asertif
Sarastuti (2008) yaitu : kurangnya
yang dibedakan berdasarkan jenis
kontrol terhadap anak, pengabaian
kelamin dan sumbangan efektif pola
keputusan, orang tua bersifat masa
asuh
bodoh dan pendidikan bersifat bebas.
asertif.
permisif
terhadap
Hipotesis
yang
perilaku
dari
Hurlock
dalam
diajukan
HASIL DAN PEMBAHASAN
adalah ada hubungan negatif antara
Berdasarkan
pola asuh permisif dengan perilaku
telah
hasil
analisis
dilakukan
dengan
asertif.
yang
METODE PENELITIAN
menggunakan teknik korelasi product
Variabel dalam penelitian ini
moment Pearson maka diperoleh hasil
adalah Variabel Tergantung (perilaku
nilai koefisien korelasi (r) sebesar -
asertif) , variabel Bebas (pola asuh
0,394 dengan p value = 0,000 < 0,01
permisif) dan variabel moderator
artinya ada hubungan negatif yang
(jenis
sangat signifikan antara pola asuh
kelamin).
Subjek
dalam
5
permisif
yaitu
kurang pasti dan cemas apakah yang
dengan perilaku asertif,
semakin
permisif
tinggi
maka
pola
semakin
asuh
dilakukannya sudah benar. Hal ini
rendah
diperkuat dengan penelitian terdahulu
perilaku asertif atau semakin rendah
seperti
pola asuh permisif maka semakin
Longkutoy,Sinolungan
tinggi perilkau asertif.
Hal ini di
(2015) mengenai hubungan pola asuh
Towned
orang tua dengan kepercayaan diri
(dalam Sari, 2007) yang menyatakan
siswa SMP Kristen Ranotongkor
bahwa asertifitas adalah hal yang
Kabupaten Minahasa menunjukkan
harus di pelajari di rumah, karena
hubungan positif antara pola asuh
keluarga
lingkungan
orang tua dengan kepercayaan diri
sosial pertama yang di kenal oleh
siswa. Adapun ditambahkan menurut
individu
mengenal
Kanfer & Goldstein (dalam Budi,
lingkungan sosial yang lebih luas.
2009) individu yang bertingkah laku
Pola
sangat
tidak asertif
anak
kepercayaan
perkuat
oleh
pendapat
merupakan
sebelum
asuh
mempengaruhi
orang
tua
bagaimana
yang
dilakukan
dan
oleh
Opod
yaitu tidak memiliki
diri
dalam
membentuk
berkomunikasi interpersonal dengan
kepribadian secara keseluruhan. Pola
orang lain, tidak spontan dalam
asuh
pada
mengekspresikan emosi dan perasaan,
ekspresi diri anak dan pengaturan diri
sering merasa tegang dan cemas serta
sendiri tanpa kontrol dan kebijakan
membiarkan
orang tua.
kesempatan pada orang lain untuk
berperilaku
permisif
Seperti
dan
menekankan
yang
Perilaku asertif pada siswa
laki-laki dan perempuan memiliki
asuh dengan pola asuh permisif
perbedaan, menurut Lioyd (dalam
cenderung tidak memiliki kontrol
Novalia
(kurang bertanggung jawab) dan tidak
kurang
dan
menyatakan
suka terlalu bereksplorasi, karena
merasa
memberi
membuat keputusan pada dirinya.
dipaparkan
dalam Papalia (2009) Anak yang di
anak
dan
dipengaruhi
mendapat
Dayakisni,
2013)
bahwa
asertif
oleh
jenis
kelamin,
karena semenjak kanak-kanak dalam
panduan sehingga mereka merasa
budaya
6
masyarakat
telah
membedakan batasan-batasan untuk
dalam kategori rendah, kemudian
anak laki-laki dan perempuan, mulai
22% (30 siswa) termasuk dalam
dari peran
kategori sedang dan 2% (3 siswa)
misalnya anak laki-laki
harus pemberani, tidak boleh cengeng
termasuk
dan harus tegas sedangkan anak
sedangkan
perempuan harus menurut dengan
tinggi tidak ada siswa yang termasuk
perintah, harus bersikap lemah lembut
dalam kategori ini yang artinya 0%.
dan sensitif, sehingga dalam hal
Hal ini berarti bahwa pola asuh
pendidikan juga dibedakan misalnya
permisif yang diterapkan oleh orang
anak laki-laki harus sekolah setinggi
tua memiliki pengaruh yang rendah
mungkin dan dan anak perempuan
dalam perilaku subjek.
dalam
kategori
tinggi,
pada kategori sangat
tidak. Dari hasil penelitian diketahui
Berdasarkan kategorisasi skala
bahwa perilaku asertif pada siswa
perilaku asertif terdapat 0% dalam
laki-laki lebih rendah dibandingkan
kategori sangat rendah, begitu pula
dengan
perilaku
perempuan.
observasi
asertif
pada
0% pada kategori rendah, dalam
Berdasarkan
hasil
kategori sedang sebesar 28% (38
pada
di
siswa), kemudian pada kategori tinggi
Surakarta ditemukan bahwa siswa
sebesar 67% (92 siswa) dan pada
perempuan terlihat lebih akrab antar
kategori sangat tinggi sebesar 5% (7
siswa
mereka
siswa). Hal ini berarti bahwa perilaku
cenderung berkelompok, seringkali
asertif pada siswa berada di kategori
terlihat berbincang-bincang dengan
tinggi. Ini menandakan bahwa siswa
guru PPL yang sedang mengajar di
mempunyai kepercayaan diri yang
kelas, sedangkan pada siswa laki-laki
besar yaitu mampu menyesuaikan diri
cenderung acuh, komunikasi dengan
dalam lingkungan sosial sehingga
guru kelas maupun PPL cenderung
dapat berperilaku asertif dengan baik.
pasif.
Menurut Titanida (2008) bahwa pada
dengan
SMP
siswa,
swasta
Berdasarkan kategorisasi skala
masa remaja harus dapat menolak
pola asuh permisif terdapat 20% (28
hal-hal
siswa) dalam kategori sangat rendah,
mengungkapkan hal-hal yang tidak
sebanyak 56% (76 siswa) termasuk
sesuai dan dapat bersikap jujur dan
7
yang
tidak
tepat,
dapat
terbuka, hal
satu
ciri
ini
Berdasarkan hasil analisis data
Berdasarkan
hasil analisis yang
dan pembahasan dapat disimpulkan
menunjukkan
bahwa
bahwa :
efektif
perilaku
KESIMPULAN
asertif.
permisif
dari
merupakan salah
pola
memberikan
sebesar
asuh
sumbangan
15,5%
1. Ada hubungan negatif yang
terhadap
sangat signifikan antara pola
perilaku asertif. Hal ini menunjukkan
bahwa
pola
mempengaruhi
asuh
asuh permisif dengan perilaku
permisif
perilaku
asertif, yaitu semakin tinggi
asertif
pola
sebesar 15,5%, sehingga masih ada
84,5%
faktor
lain
Nevid
pola
2. Perilaku
tidak
tinggi
perilaku
asertif
termasuk
dalam kategori rendah .
luas
4. Ada perbedaan perilaku asertif
sehingga akan lebih terbuka, jujur,
serta
mka
3. Pola asuh permisif termasuk
tinggi akan menjadikan seseorang
langsung
permisif
dalam kategori tinggi
seperti a) tingkat pendidikan yang
yang
perilaku
asertif.
yang mempengaruhi perilaku asertif
wawasan
asuh
semakin
(dalam
Roifah,2014) terdapat faktor-faktor
memiliki
rendah
maka
asertif atau semakin rendah
ini sesuai dengan pendapat menurut
dan
permisif
semakin
yang
mempengaruhi perilaku asertif. Hal
Rathus
asuh
pada siswa laki-laki dengan
melanggar
siswa
norma, b) kebudayaan di lingkungan
perempuan.
Perilaku
asertif pada laki-laki lebih
yang berbeda akan mempengaruhi
rendah
sikap dan perilaku setiap individu,
daripada
perilaku
asertif pada perempuan.
dan c) penerimaan harga diri yang
5. Sumbangan efektif pola asuh
tinggi akan membawa individu pada
permisif
kebebasan sosial yang memunculkan
terhadap
perilaku
asertif adalah 15,5% , artinya
asertifitas.
ada 84,5% faktor lain yang
mempengaruhi perilaku asertif
diantaranya
8
tingkat
pendidikan, lingkungan sosial
DAFTAR PUSTAKA
dan harga diri.
Budi, A.S .H. Perilaku agresif ditinjau
dari persepsi pola asuh
Authoritarian, asertivitas dan
tahap perkembangan remaja
pada anak binaan lembaga
permasyarakatan
anak
kutoarja jawa tengah dalam
jurnal Humanitas Volume 6
No.1 Januari 2009
SARAN
Berdasarkan hasil kesimpulan
penelitian,
penulis
menyampaikan
rekomendasi sebagai berikut :
1. Terkait hasil penelitian, maka
penelitian ini diharapkan dapat
http://goresantintapindy.blogspot.com
/2011/12/dampak-pola-asuhpermisif-orangtua.html
Diakses pada tanggal 13 Juli
2015 pukul 06:07 WIB
menambah kajian teoritis dalam
bidang psikologi perkembangan
khususnya
tentang
perilaku
asertif.
2. Bagi
subjek
diharapkan dapat
informasi
Lengkutoy, N; Sinolungan, J; Opod,
H. Hubungan pola asuh orang
tua dengan kepercayaan diri
siswaSMP
Kristen
Ranotongkor
kabupaten
Minahasa dalam jurnal eBiomedik (eBm) Volume 3,
Nomor 1, Januari-April 2015.
Diunduh
dari
http://
www.ejornal.unsrait.ac.id
pada 1 Juli 2015 pikul 22:17
WIB
penelitian
menambah
tentang
perilaku
asertif pada mereka dan pola
asuh yang diterima oleh mereka
dari orang tuanya.
3. Bagi
orang
tua
yang
menerapkan pola asuh permisif
diharapkan untuk menerapkan
pola
asuh
lain
Marini, L& Andriani, E. Perbedaan
Asertivas remaja ditinjau dari
pola asuh orangtua dalam
Jurnal Psikologia Volume 1
Nomer 2 Desember 2005 hal
46-51
untuk
meningkatkan perilaku asertif
pada anak.
4. Bagi peneliti lain yang tertarik
dengan
tema
diharapkan
penelitian
ini
Muhammad, A. 2003. Karir Maju
dengan
Sikap
asertif.
Http;/www.suaramerdeka.com
/cybernews/wanita/karir_wanit
a ol.html diakses pada 25
Desember 2014 pukul 21.30
WIB
untuk menambah
variabel bebas dan /atau subjek
penelitian.
9
Nasri, Deni; Koentjoro. Pelatihan
asertivitas terhadap perilaku
seksual pranikah pada wanita
dalam Jurnal Ilmiah Psikologi
Terapan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah
Malang
ISSN:2301-18267
Volume 03, No. 01, Januari
2015 diakses pada 26 April
2015 pukul 19.37 WIB http;
www.
Titanida, A. 2008. Hubungan antara
pola asuh demokratis orang
tua dengat tingkat asertifitas
remaja. Naskah publikasi.
Fakultas
Psikologi.
Universitas Islam Indonesia.
Yogyakarta
Novalia & dayaksini, T. Perilaku
Asertif dan Kecenderungan
menjadi
korban
bullying
dalam jurnal ilmiah Psikologi
Terapan Volume 01, No. 01
Januari 2013. Diakses dari:
http://
www.ejournal.umm.ac.id
Roifah, Y.A.2014. Peran Guru BK
dalam Membina Perilaku
Asertif Siswa Terisolir di SMP
Muhammadiyah
2
Yogyakarta.
Skripsi.
Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga. Yogyakarta
Sarastuti, I. 2008. Kedisplinan siswa
SMP ditinjau dari pola asuh
permisif orang tua. Skripsi.
Fakultas Psikologi Universitas
Katolik
Soegijapranata.
Semarang.
Diakses
dari
http;//eprints.unika.ac.id
Sari, U.M. 2007. Perbedaan Perilaku
Asertif Pada Remaja Ditinjau
dari Pola Asuh Orangtua.
Skripsi.
Fakultas
Psikologi.Universitas Kristen
Soegijapranata.
Semarang.
Diakses
dari
http;//eprints.unika.ac.id
10
ASERTIF
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh:
DINA ANASTIA MUNTAZIA
F 100 114 020
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
KAITAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN PERILAKU
ASERTIF
Yang diajukan oleh:
DINA ANASTIA MUNTAZIA
F 100 114 020
Telah disetujui untuk dipertahankan
di depan dewan penguji
telah disetujui oleh :
Pembimbing
Surakarta, Oktober 2015
(Dra.Juliani Prasetyaningrum M.Si)
ii
KAITAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN PERILAKU
ASERTIF
Diajukan Oleh :
DINA ANASTIA MUNTAZIA
F 100 114 020
Telah Disetujui untuk Dipertahankan di depan Dewan Penguji
pada tanggal, 27 Oktober 2015
dan dinyatakan Telah Memenuhi Syarat.
Penguji Utama
Dra. Juliani Prasetyaningrum, M.Si
Penguji Pendamping I
Dra. Partini, M.Si
Penguji Pendamping II
Dra. Zahrotul Uyun, M.Si
Surakarta, Oktober 2015
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Fakultas Psikologi
Dekan,
(Taufik, M.Si, Ph.D)
iii
KAITAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN PERILAKU
ASERTIF
Dina Anastia Muntazia
Juliani Prasetyaningrum
[email protected]
Abstrak
Pentingnya perilaku asertif dalam bersosialisasi dengan lingkungan
terutama di kalangan remaja diantaranya agar dapat memenuhi keinginan,
kebutuhan dan perasaan individu agar dapat dimengerti oleh orang lain sehingga
tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kaitan antara pola asuh permisif dengan perilaku asertif yang dibedakan
berdasarkan jenis kelamin.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif untuk mencapai tujuan
penelitian. Jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak 137, yang terdiri dari 64
siswa laki-laki dan 73 siswa perempuan. Sample dalam penelitian ini adalah
siswa laki-laki dan perempuan SMP Swasta di Surakarta. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan dengan cara cluster random sampling. Alat ukur yang
digunakan dalam penelitian ini adalah skala. Teknik analisis dalam penelitian ini
adalah uji korelasi product moment dan uji anava.
Berdasrkan hasil analisis ditemukan hasil bahwa nilai koefisien (r) sebesar
– 0,394 dengan signifikansi (p) = 0,000; (p < 0,05) sehingga hipotesis diterima,
bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara pola asuh permisif
dengan perilaku asertif, yang artinya semakin tinggi pola asuh permisif maka
semakin rendah perilaku asertif, begitu pula sebaliknya. Perilaku asertif pada
subjek penelitian tergolong tinggi dengan rerata empirik (RE) 61,74 serta rerata
hipotetik (RH) 52,5. Pola asuh permisif pada subjek penelitian tergolong rendah
dengan rerata empirik (RE) 55,57 serta rerata hipotetik (RH) 70. Ada perbedaan
perilaku asertif pada siswa laki-laki dengan siswa perempuan, perilaku asertif
pada siswa laki-laki lebih rendah daripada perilaku asertif pada siswa perempuan
diperoleh rerata pada siswa laki-laki sebesar 60,86 dan rerata pada perempuan
sebesar 62,51 dengan nilai F= 2,526 dan signifikansi (p) = 0,03; (p < 0,05).
Adapun sumbangan efektif pola asuh permisif terhadap perilaku asertif sebesar
15, 5 %, oleh karenanya masih ada 84,5 % variabel lain yang memberikan
kontribusi terhadap perilaku asertif, seperti tingkat pendidikan, lingkungan sosial
dan harga diri.
Kata kunci : pola asuh permisif dan perilaku asertif
1
bertindak sesuai dengan
PENDAHULUAN
Pentingnya
perilaku
asertif
keinginan,
mempertahankan diri tanpa merasa
bagi setiap individu adalah untuk
cemas,
memenuhi
dan
secara jujur dan nyaman maupun
dalam
menggunakan hak-hak pribadi tanpa
segala
kebutuhan
keinginan,
misalnya
bersosialisasi
dengan
lingkungan
mengekspresikan
perasaan
melanggar hak-hak orang lain.
sekitar terutama pada remaja yang
Dalam rangka penelitian ini,
mulai tertarik dengan lingkungan
peneliti melakukan survey sederhana
sosial yang berada diluar keluarga.
pada hari Sabtu tanggal 7 Maret 2015
Menurut
pendapat
kepada 6 remaja SMP dengan rentang
Muhammad (2003) keuntungan yang
usia antara 13 sampai 15 tahun dari
di dapat dari berperilaku asertif yaitu
tiga sekolah yang berbeda. Dari hasil
dapat
keinginan,
survey diketahui bahwa ada siswa
kebutuhan dan perasaan individu agar
yang tidak berani mengungkapkan
dapat di mengerti dan dipahami oleh
pendapatnya di dalam kelas atau
orang lain, sehingga tidak ada pihak
hanya sekedar menjawab pertanyaan
yang merasa di rugikan. Ditambahkan
yang diberikan oleh guru, ada yang
menurut Setiono dan Pramadi (dalam
malu-malu atau takut salah , ada juga
Sari, 2007) Perilaku asertif menjadi
siswa yang tidak berani menolak
suatu cara yang dapat dilakukan
ketika teman meminta contekan saat
untuk
kemampuaan
ulangan sedang berlangsung , untuk
berkomunikasi serta penyesuaian diri
masalah yang lebih pribadi lagi
yang baik dan efektif terutama bagi
ternyata ada siswa SMP yang mulai
remaja, hal tersebut berkaitan dengan
tertarik dan berpacaran dengan lawan
salah
jenis namun sebagian dari mereka
remaja
memenuhi
menciptakan
satu
tugas
yang
perkembangan
tersulit
yaitu
tidak memberitahukan kepada orang
penyesuaian sosial.
Perilaku
tua
asertif
nya,
begitu
pula
masalah
menurut
pergaulan dengan teman sebaya yang
Alberti dan Emmons (dalam Marini
mulai meluas khususnya pada remaja
& Andriani, 2005) adalah perilaku
laki-laki mulai mengenal lingkungan
yang memungkinkan seseorang untuk
dari berbagai kalangan kemudian ada
2
yang
mengajak
untuk
mencoba
Ketidakmampuan
remaja
dalam
merokok sehingga siswa tersebut
berperilaku asertif
mengkonsumsi
karena tidak semua remaja baik laki-
rokok
tanpa
sepengetahuan orang tua nya.
ini disebabkan
laki maupun perempuan sadar bahwa
Perilaku-perilaku yang timbul
memiliki hak untuk berpendapat,
tersebut bertentangan dengan ciri-ciri
banyak yang cemas atau takut untuk
asertif yang di harapkan. Seharusnya
berasertif selain itu juga karena
sebagai remaja, dapat menolak hal-hal
banyak remaja yang kurang terampil
yang
dan
dalam mengekspresikan diri secara
bertentangan dengan norma yang ada.
asertif. Seperti yang di tuliskan dalam
Pernyataan diatas sejalan dengan
Hurlock
penelitian
oleh
biasanya remaja akan aman bila
Family & Consumer di Ohio,AS
berada di antara teman-teman dan
(dalam Marini dan Andriani, 2005)
membicarakan hal-hal yang menarik
yang
atau
dirasa
tidak
yang
dilakukan
menunjukkan
kebiasaan
tepat
fakta
hal
yang
mencontohkan
mengganggu
penggunaan
pikirannya, hampir semua hal ini
hubungan
dialami oleh remaja terutama remaja
seksual pranikah berkaitan dengan
perempuan, mereka menjadi kritis
ketidakmampuan
dan berusaha memperbaiki kepada
alkohol,
merokok,
bahwa
(1993)
napza
serta
remaja
untuk
bersikap asertif. Menurut Kanfer &
orang
Goldstein
2009)
maupun masyarakat, tak jarang kritik
individu yang bertingkah laku tidak
yang mereka buat bersifat bukan
asertif
bersifat membangun dan tak jarang
kepercayaan
(dalam
yaitu
Budi,
tidak
diri
memiliki
dalam
pula
tua,
teman-teman,
sebagian
remaja
sekolah
menerima
berkomunikasi interpersonal dengan
kritikan yang sifatnya merusak. Hal
orang lain, tidak spontan dalam
inilah yang membuat sebagian besar
mengekspresikan emosi dan perasaan,
remaja menjadi tidak asertif dalam
sering merasa tegang dan cemas serta
segala hal.
membiarkan
dan
memberi
Walter (dalam Budi, 2009)
kesempatan pada orang lain untuk
menjelaskan bahwa untuk mampu
membuat keputusan pada dirinya.
berperilaku asertif, terlebih dahulu
3
harus bebas dari rasa cemas, malu dan
bahwa asertifitas adalah hal yang
perasaan
harus di pelajari di rumah, karena
bersalah.
Ditambahkan
menurut Bloom (dalam Budi, 2009)
keluarga
apabila individu cemas, maka ini akan
sosial pertama yang di kenal oleh
membuat individu merasa kurang
individu
percaya diri. Hal ini dibuktikan dalam
lingkungan sosial yang lebih luas.
penelitian yang telah dilakukan oleh
merupakan
lingkungan
sebelum
Menurut
mengenal
Baumrind
(dalam
Nasri dan Koentjoro (2015) yaitu
Papalia, 2009) pada dasarnya pola
berupa
asuh
pelatihan
asertivitas
pada
orang
tua
kepada
anak
wanita terhadap penurunan perilaku
dibedakan menjadi tiga macam yaitu
seksual
hasilnya
pola asuh otoriter, pola asuh permisif
bahwa
dengan
dan pola asuh demokratis. Pola asuh
asertivitas
dapat
permisif adalah pola asuh yang
diri,
menekankan pada ekspresi diri anak
wanita yang asertif tidak mudah
dan pengaturan diri sendiri tanpa
menyerah saat ada masalah dengan
kontrol dan kebijakan orang tua.
pranikah
menunjukkan
pelatihan
meningkatkan
yang
kepercayaan
pacar, mempunyai keyakinan untuk
mampu
menyelesaikan
dengan
baik
perasaannya
Masalah yang dihadapi oleh
masalah
tanpa
menyakiti
sendiri
maupun
kebanyakan
sekarang
ini
kelurga
pada
zaman
disebabkan
karena
kesibukan orang tua dalam bekerja
pasangannya.
dan
Alberti dan Emmons (dalam
beraktifitas
di
luar
rumah.
Padatnya jam kerja dan tuntutan
Titanida 2008) menyebutkan faktor-
pemenuhan
kebutuhan
faktor yang mempengaruhi tingkat
menjadikan
orang
asertif
meliputi
mempunyai waktu yang cukup untuk
keluarga, sekolah dan tempat kerja.
memperhatikan anak dan memantau
Keluarga disini adalah peran orang
semua kegiatan yang dilakukan oleh
tua
dalam menerapkan pola asuh
anak, orang tua berangkat ketika
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
anak-anak mereka belum bangun
di perkuat oleh pendapat Towned
kemudian pulang ketika anak-anak
(dalam Sari, 2007) yang menyatakan
sudah tidur akibatnya komunikasi
seseorang
yaitu
4
ekonomi
tua
tidak
antar keduanya berkurang, bahkan
penelitian ini adalah siswa SMP
tidak sedikit diantara orang tua yang
Swasta di Surakarta yang berjumlah
memberi kebebasan secara mutlak
137 orang yang terdiri dari 64 siswa
kepada anak dan menerapkan pola
laki-laki dan 73 siswa perempuan.
asuh permisif, seperti misalnya anak
Teknik pengambilan sampel yang
bebas
sesuai
digunakan dalam penelitian ini adalah
semua
cluster random sampling.
berperilaku
keinginannya
sendiri,
keinginan dan keputusan diputuskan
Skala perilaku asertif disusun
sendiri oleh anak tanpa pengarahan
oleh peneliti berdasarkan apek-aspek
maupun
tua
dari Alberti dan Emmons dalam
sehingga anak tidak tahu apakah
Roifah (2014) yaitu :berkomunikasi
perilaku,
atau
dengan jujur, memiliki isyarat fisik
keputusannya baik dan benar sesuai
positif , dan memberikan respon yang
norma-norma
tepat.
pertimbangan
orang
keinginan
yang
ada.
Skala
(http://goresantintapindy.blogspot.co
pola
asuh
permisif
m/2011). Tujuan penelitian ini adalah
disusun oleh peneliti berdasarkan
untuk mengetahui kaitan antara pola
apek-aspek
asuh permisif dengan perilaku asertif
Sarastuti (2008) yaitu : kurangnya
yang dibedakan berdasarkan jenis
kontrol terhadap anak, pengabaian
kelamin dan sumbangan efektif pola
keputusan, orang tua bersifat masa
asuh
bodoh dan pendidikan bersifat bebas.
asertif.
permisif
terhadap
Hipotesis
yang
perilaku
dari
Hurlock
dalam
diajukan
HASIL DAN PEMBAHASAN
adalah ada hubungan negatif antara
Berdasarkan
pola asuh permisif dengan perilaku
telah
hasil
analisis
dilakukan
dengan
asertif.
yang
METODE PENELITIAN
menggunakan teknik korelasi product
Variabel dalam penelitian ini
moment Pearson maka diperoleh hasil
adalah Variabel Tergantung (perilaku
nilai koefisien korelasi (r) sebesar -
asertif) , variabel Bebas (pola asuh
0,394 dengan p value = 0,000 < 0,01
permisif) dan variabel moderator
artinya ada hubungan negatif yang
(jenis
sangat signifikan antara pola asuh
kelamin).
Subjek
dalam
5
permisif
yaitu
kurang pasti dan cemas apakah yang
dengan perilaku asertif,
semakin
permisif
tinggi
maka
pola
semakin
asuh
dilakukannya sudah benar. Hal ini
rendah
diperkuat dengan penelitian terdahulu
perilaku asertif atau semakin rendah
seperti
pola asuh permisif maka semakin
Longkutoy,Sinolungan
tinggi perilkau asertif.
Hal ini di
(2015) mengenai hubungan pola asuh
Towned
orang tua dengan kepercayaan diri
(dalam Sari, 2007) yang menyatakan
siswa SMP Kristen Ranotongkor
bahwa asertifitas adalah hal yang
Kabupaten Minahasa menunjukkan
harus di pelajari di rumah, karena
hubungan positif antara pola asuh
keluarga
lingkungan
orang tua dengan kepercayaan diri
sosial pertama yang di kenal oleh
siswa. Adapun ditambahkan menurut
individu
mengenal
Kanfer & Goldstein (dalam Budi,
lingkungan sosial yang lebih luas.
2009) individu yang bertingkah laku
Pola
sangat
tidak asertif
anak
kepercayaan
perkuat
oleh
pendapat
merupakan
sebelum
asuh
mempengaruhi
orang
tua
bagaimana
yang
dilakukan
dan
oleh
Opod
yaitu tidak memiliki
diri
dalam
membentuk
berkomunikasi interpersonal dengan
kepribadian secara keseluruhan. Pola
orang lain, tidak spontan dalam
asuh
pada
mengekspresikan emosi dan perasaan,
ekspresi diri anak dan pengaturan diri
sering merasa tegang dan cemas serta
sendiri tanpa kontrol dan kebijakan
membiarkan
orang tua.
kesempatan pada orang lain untuk
berperilaku
permisif
Seperti
dan
menekankan
yang
Perilaku asertif pada siswa
laki-laki dan perempuan memiliki
asuh dengan pola asuh permisif
perbedaan, menurut Lioyd (dalam
cenderung tidak memiliki kontrol
Novalia
(kurang bertanggung jawab) dan tidak
kurang
dan
menyatakan
suka terlalu bereksplorasi, karena
merasa
memberi
membuat keputusan pada dirinya.
dipaparkan
dalam Papalia (2009) Anak yang di
anak
dan
dipengaruhi
mendapat
Dayakisni,
2013)
bahwa
asertif
oleh
jenis
kelamin,
karena semenjak kanak-kanak dalam
panduan sehingga mereka merasa
budaya
6
masyarakat
telah
membedakan batasan-batasan untuk
dalam kategori rendah, kemudian
anak laki-laki dan perempuan, mulai
22% (30 siswa) termasuk dalam
dari peran
kategori sedang dan 2% (3 siswa)
misalnya anak laki-laki
harus pemberani, tidak boleh cengeng
termasuk
dan harus tegas sedangkan anak
sedangkan
perempuan harus menurut dengan
tinggi tidak ada siswa yang termasuk
perintah, harus bersikap lemah lembut
dalam kategori ini yang artinya 0%.
dan sensitif, sehingga dalam hal
Hal ini berarti bahwa pola asuh
pendidikan juga dibedakan misalnya
permisif yang diterapkan oleh orang
anak laki-laki harus sekolah setinggi
tua memiliki pengaruh yang rendah
mungkin dan dan anak perempuan
dalam perilaku subjek.
dalam
kategori
tinggi,
pada kategori sangat
tidak. Dari hasil penelitian diketahui
Berdasarkan kategorisasi skala
bahwa perilaku asertif pada siswa
perilaku asertif terdapat 0% dalam
laki-laki lebih rendah dibandingkan
kategori sangat rendah, begitu pula
dengan
perilaku
perempuan.
observasi
asertif
pada
0% pada kategori rendah, dalam
Berdasarkan
hasil
kategori sedang sebesar 28% (38
pada
di
siswa), kemudian pada kategori tinggi
Surakarta ditemukan bahwa siswa
sebesar 67% (92 siswa) dan pada
perempuan terlihat lebih akrab antar
kategori sangat tinggi sebesar 5% (7
siswa
mereka
siswa). Hal ini berarti bahwa perilaku
cenderung berkelompok, seringkali
asertif pada siswa berada di kategori
terlihat berbincang-bincang dengan
tinggi. Ini menandakan bahwa siswa
guru PPL yang sedang mengajar di
mempunyai kepercayaan diri yang
kelas, sedangkan pada siswa laki-laki
besar yaitu mampu menyesuaikan diri
cenderung acuh, komunikasi dengan
dalam lingkungan sosial sehingga
guru kelas maupun PPL cenderung
dapat berperilaku asertif dengan baik.
pasif.
Menurut Titanida (2008) bahwa pada
dengan
SMP
siswa,
swasta
Berdasarkan kategorisasi skala
masa remaja harus dapat menolak
pola asuh permisif terdapat 20% (28
hal-hal
siswa) dalam kategori sangat rendah,
mengungkapkan hal-hal yang tidak
sebanyak 56% (76 siswa) termasuk
sesuai dan dapat bersikap jujur dan
7
yang
tidak
tepat,
dapat
terbuka, hal
satu
ciri
ini
Berdasarkan hasil analisis data
Berdasarkan
hasil analisis yang
dan pembahasan dapat disimpulkan
menunjukkan
bahwa
bahwa :
efektif
perilaku
KESIMPULAN
asertif.
permisif
dari
merupakan salah
pola
memberikan
sebesar
asuh
sumbangan
15,5%
1. Ada hubungan negatif yang
terhadap
sangat signifikan antara pola
perilaku asertif. Hal ini menunjukkan
bahwa
pola
mempengaruhi
asuh
asuh permisif dengan perilaku
permisif
perilaku
asertif, yaitu semakin tinggi
asertif
pola
sebesar 15,5%, sehingga masih ada
84,5%
faktor
lain
Nevid
pola
2. Perilaku
tidak
tinggi
perilaku
asertif
termasuk
dalam kategori rendah .
luas
4. Ada perbedaan perilaku asertif
sehingga akan lebih terbuka, jujur,
serta
mka
3. Pola asuh permisif termasuk
tinggi akan menjadikan seseorang
langsung
permisif
dalam kategori tinggi
seperti a) tingkat pendidikan yang
yang
perilaku
asertif.
yang mempengaruhi perilaku asertif
wawasan
asuh
semakin
(dalam
Roifah,2014) terdapat faktor-faktor
memiliki
rendah
maka
asertif atau semakin rendah
ini sesuai dengan pendapat menurut
dan
permisif
semakin
yang
mempengaruhi perilaku asertif. Hal
Rathus
asuh
pada siswa laki-laki dengan
melanggar
siswa
norma, b) kebudayaan di lingkungan
perempuan.
Perilaku
asertif pada laki-laki lebih
yang berbeda akan mempengaruhi
rendah
sikap dan perilaku setiap individu,
daripada
perilaku
asertif pada perempuan.
dan c) penerimaan harga diri yang
5. Sumbangan efektif pola asuh
tinggi akan membawa individu pada
permisif
kebebasan sosial yang memunculkan
terhadap
perilaku
asertif adalah 15,5% , artinya
asertifitas.
ada 84,5% faktor lain yang
mempengaruhi perilaku asertif
diantaranya
8
tingkat
pendidikan, lingkungan sosial
DAFTAR PUSTAKA
dan harga diri.
Budi, A.S .H. Perilaku agresif ditinjau
dari persepsi pola asuh
Authoritarian, asertivitas dan
tahap perkembangan remaja
pada anak binaan lembaga
permasyarakatan
anak
kutoarja jawa tengah dalam
jurnal Humanitas Volume 6
No.1 Januari 2009
SARAN
Berdasarkan hasil kesimpulan
penelitian,
penulis
menyampaikan
rekomendasi sebagai berikut :
1. Terkait hasil penelitian, maka
penelitian ini diharapkan dapat
http://goresantintapindy.blogspot.com
/2011/12/dampak-pola-asuhpermisif-orangtua.html
Diakses pada tanggal 13 Juli
2015 pukul 06:07 WIB
menambah kajian teoritis dalam
bidang psikologi perkembangan
khususnya
tentang
perilaku
asertif.
2. Bagi
subjek
diharapkan dapat
informasi
Lengkutoy, N; Sinolungan, J; Opod,
H. Hubungan pola asuh orang
tua dengan kepercayaan diri
siswaSMP
Kristen
Ranotongkor
kabupaten
Minahasa dalam jurnal eBiomedik (eBm) Volume 3,
Nomor 1, Januari-April 2015.
Diunduh
dari
http://
www.ejornal.unsrait.ac.id
pada 1 Juli 2015 pikul 22:17
WIB
penelitian
menambah
tentang
perilaku
asertif pada mereka dan pola
asuh yang diterima oleh mereka
dari orang tuanya.
3. Bagi
orang
tua
yang
menerapkan pola asuh permisif
diharapkan untuk menerapkan
pola
asuh
lain
Marini, L& Andriani, E. Perbedaan
Asertivas remaja ditinjau dari
pola asuh orangtua dalam
Jurnal Psikologia Volume 1
Nomer 2 Desember 2005 hal
46-51
untuk
meningkatkan perilaku asertif
pada anak.
4. Bagi peneliti lain yang tertarik
dengan
tema
diharapkan
penelitian
ini
Muhammad, A. 2003. Karir Maju
dengan
Sikap
asertif.
Http;/www.suaramerdeka.com
/cybernews/wanita/karir_wanit
a ol.html diakses pada 25
Desember 2014 pukul 21.30
WIB
untuk menambah
variabel bebas dan /atau subjek
penelitian.
9
Nasri, Deni; Koentjoro. Pelatihan
asertivitas terhadap perilaku
seksual pranikah pada wanita
dalam Jurnal Ilmiah Psikologi
Terapan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah
Malang
ISSN:2301-18267
Volume 03, No. 01, Januari
2015 diakses pada 26 April
2015 pukul 19.37 WIB http;
www.
Titanida, A. 2008. Hubungan antara
pola asuh demokratis orang
tua dengat tingkat asertifitas
remaja. Naskah publikasi.
Fakultas
Psikologi.
Universitas Islam Indonesia.
Yogyakarta
Novalia & dayaksini, T. Perilaku
Asertif dan Kecenderungan
menjadi
korban
bullying
dalam jurnal ilmiah Psikologi
Terapan Volume 01, No. 01
Januari 2013. Diakses dari:
http://
www.ejournal.umm.ac.id
Roifah, Y.A.2014. Peran Guru BK
dalam Membina Perilaku
Asertif Siswa Terisolir di SMP
Muhammadiyah
2
Yogyakarta.
Skripsi.
Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga. Yogyakarta
Sarastuti, I. 2008. Kedisplinan siswa
SMP ditinjau dari pola asuh
permisif orang tua. Skripsi.
Fakultas Psikologi Universitas
Katolik
Soegijapranata.
Semarang.
Diakses
dari
http;//eprints.unika.ac.id
Sari, U.M. 2007. Perbedaan Perilaku
Asertif Pada Remaja Ditinjau
dari Pola Asuh Orangtua.
Skripsi.
Fakultas
Psikologi.Universitas Kristen
Soegijapranata.
Semarang.
Diakses
dari
http;//eprints.unika.ac.id
10