ANALISIS KATA SERAPAN BAHASA THAI DALAM BAHASA MELAYU PATANI :Studi kasus di Kampung Hutan Berangan, Patani, Thailand.
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN TESIS……….…... i
LEMBAR PENGESAHAN ………...…ii
PERNYATAN………...………….iii
ABSTRAK………...……...…iv
KATA PENGANTAR………..………..vi
UCAPAN TERIMA KASIH………..…...…vii
DAFTAR ISI………...….viii
DAFTAR TABEL……….…….xi
DAFTAR LAMPIRAN DATA…..……….………...xii
DAFTAR LAMPIRAN GAMBAR………..………....xiii
BAB I PENDUHULUAN…….……….1
1.1Latar Belakang Masalah….. ……….………1
1.2Rumusan Masalah……….…………... 6
1.3 Tujuan Penelitian….. ……….…………..7
1.4 Manfaat Penelitian………....7
1.5 Skop Penelitian…....………...8
1.6 Definisi Operasional……….….8
1.6 Sistematika Penelitian………..10
BAB II KAJIAN PUSTAKA………...11
2.1 Pengantar….………...11
2.1.1 Sejarah Melayu Patani….……….11
2.1.2 Hakikat Dialek Melayu Patani……….13
(2)
ix
2.2.2 Bilingualisme…….………25
2.2.3 Kontak Bahasa……...……..………..27
2.2.4 Variasi Bahasa…....………28
2.3 Kata Serapan… ….………29
2.4 Intergrasi dan Interferensi………...39
2.4.1 Interferensi……....……….39
2.4.2 Integrasi...…..………...54
2.5 Morfologi………56
2.6 Mofofonologi………..58
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………..61
3.1Jenis Penelitian……….61
3.2Lokasi Penelitian………..61
3.3Data dan Sumber Data..………...61
3.4Objek penelitian ….………..………...62
3.5Alat Penelitian………..64
3.6 Metode Pengumpulan Data………...64
3.7 Metode Analisis Data………...66
3.8 Metode Pengkajian Hasil Analisis Data………..67
BAB IV ANALISIS DATA………..69
4.1 Pengantar………...69
(3)
4.5 Pengaruh Penyerapan BT ke dalam BMP………..125
BAB V KESIMPULAN……….130
5.1 Simpulana………..130
5.2 Rekomendasi.……….132
Daftar pustaka ………134
(4)
xi Tabel 4.2 Kosakata BT yang interferensi ke dalam BMP………...93 Tabel 4.3 Proses fonologi kata serapan BT dalam BMP……….…..100 Tabel 4.4 Kosakata serapan BT yang menyerap ke dalam
BMP yang Perubahan labial nasal, /m/ → velar nasal, /ŋ/………..………..…….113 Tabel 4.5 Kosakata serapan BT yang menyerap ke dalam
BMP yang Perubahan alveolar nasal, /n/ → velar nasal, /ŋ/………...……114 Tabel 4.6 Kosakata serapan BT yang menyerap ke dalam
BMP yang Perubahan labial hambat bersuara /b/ → glottal ///………...115 Tabel 4.7 Kosakata serapan BT yang menyerap ke dalam
BMP yang Perubahan alveolar hambat bersuara /d/ → glottal ///………117 Tabel 4.8 Kosakata serapan BT yang menyerap ke dalam
BMP yang Perubahan labial hambat tak bersuara /p/ → glottal ///……….. 119 Tabel 4.9 Kosakata Serapan BT yang menyerap ke Dalam
BMP dengan Perubahan Velar Hambat Tidak Bersuara /k/ → Glottal ///……….120 Tabel 4.10 Kosakata serapan BT yang menyerap ke dalam
BMP yang Perubahan diphthongs /ai/ → labio /ε/………..121 Tabel 4.11 Kosakata serapan BT yang menyerap ke dalam BMP yang disingkatkan………..122 Tabel 4.12. Kosakata serapan BT yang menyerap ke dalam BMP yang tidak berubah……….123
(5)
Data 2………144
Data 3………147
Data 4………149
Data 5………151
Data 6………152
Data 7………153
Data 8………154
Data 9………156
Data 10………..158
Data 11………..159
Data 12………..160
Data 13………..161
Data 14………..163
Data 15………..164
(6)
xiii
LG.2 Bahasa-bahasa yang di gunakan di sekolah dasar………..167
LG.3 Sekolah Agama (Taman didikan kanak-kanak)………..168
LG.4 Suasana sekolah agama ( Taman didikan Kanak-kanak)………...…168
LG.5 Tempat oleh raga………169
LG.6 Waktu santai setelah kerja………..169
LG.7 Bersatu-padu waktu shukuran………170
(7)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan alat berkomunikasi yang sangat penting bagi manusia. Manusia mengungkapkan keinginan, pesan, ide, gagasan, dan perasaan kepada orang lain dengan menggunakan bahasa. Kita tidak bisa membaca buku, koran dan majalah tanpa adanya bahasa. Dengan bahasa, manusia memperoleh ilmu pengetahuan, menikmati hiburan, dan meningkatkan taraf kehidupan. Oleh karena itu, segala kehidupan manusia diatur dengan menggunakan bahasa. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Kosasih (2002: 20) bahwa, “Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam situasi sosial baik secara langsung maupun tidak langsung”. Bahasa dapat kita artikan sebagai rangkaian bunyi yang mempunyai makna arti tertentu. Rangkaian yang tidak kenal sebagian kata, melambangkan suatu konsep. Dengan adanya bahasa memungkinkan kita untuk berpikir secara abstrak.
Bahasa tidak dapat dipisahkan dengan penuturnya. Walaupun perwujudan dan peraturan itu sebagai hasil kegiatan seseorang sebagai individu, bahasa tidak akan terwujud dalam sebuah masyarakat jika tidak digunakan oleh kelompok individu dalam hubungan mereka. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa bahasa dan penuturnya dalam sesuatu masyarakat adalah hak bersama (Asmah,1993:3).
(8)
bangsa. Sejarah membuktikan bahwa bangsa yang besar terbangun oleh bangsa yang memartabatkan bahasa sendiri.
Bahasa mempunyai sistem bunyi dan makna. Keduanya saling terkait dan melengkapi. Suatu bunyi dapat ditimbulkan oleh berbagai hal, seperti bunyi deru mesin, pintu diketuk, tepuk tangan, dan bunyi yang diucapkan oleh manusia. Bunyi yang ditimbulkan oleh alat ucap manusia ada yang bermakna dan tidak bermakna. Bunyi yang bermakna disebut bahasa dan bunyi yang tidak bermakna termasuk bunyi yang ditimbulkan selain alat ucap manusia bukan bahasa. Bunyi yang ditimbulkan oleh alat ucap manusia yang tidak bermakna, misalnya bersin, batuk, mendehem, dan ucapan yang tidak memiliki makna seperti prindo, blankong, cisuat, serta masih sangat banyak (Nasucha, 1997: 1).
Perkembangan suatu bahasa sejalan dengan kemajuan kebudayaan dan peradaban bahasa pemakai dan pemilik bahasa itu. Bahasa Melayu Patani (BMP) berkembang seiring dengan kemajuan Negara Patani Darussalam. Di dalam perkembangan BMP banyak dipengaruhi oleh berbagai bahasa baik Bahasa Jawa, maupun bahasa asing seperti Bahasa Inggris, Bahasa Arab, Bahasa China, dan sebagainya. Adanya aneka ragam bahasa yang berkembang di Patani mengakibatkan masyarakat itu dwibahasawan atau multibahasawan.
Bahasa Melayu digunakan sebagai alat komunikasi untuk berhubungan dan bekerjasama. Negara yang menggunakan Bahasa Melayu di antaranya adalah Indonesia, Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Thailand bagian selatan. Bahasa Melayu yang digunakan oleh penutur di negara tersebut walaupun sama-sama
(9)
disebut Bahasa Melayu, tetapi memiliki perbedaan karena luasnya pemakaian bahasa antara negara-negara itu. Masing-masing negara mempunyai latar belakang yang berbeda, di samping persamaan atau kemiripan.
BMP merupakan satu bahasa yang berasal dari Bahasa Melayu. Namun demikian, Bahasa Melayu mula-mula digunakan sebagai nama kerajaan tua di daerah Jambi di tepi Sungai Batanghari pada abad ke-7 yang ditaklukan oleh Kerajaan Sriwijaya (Ramlan dkk., 1992: 1). Pada zaman pemerintah Sriwijaya, Bahasa Melayu dijadikan bahasa resmi dan bahasa nasional sampai abad ke-20 (Ramlan dkk., 1992: 3). Pada tahun 277 M pemeritah Sriwijaya telah masuk menaklukan Negeri Pattani (Thailand Selatan) serta membawa Bahasa Melayu dan agama Budha. Zaman pemerintah Sriwijaya inilah pertama kali Bahasa Melayu masuk ke Negeri Pattani (Al -Fatoni, 2001: 70).
BMP memiliki ragam bahasa tersendiri, begitu juga dengan Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis. BMP ada sampai sekarang karena mereka bicara melalui turun-temurun. BMP memiliki bunyi konsonan dan bunyi vokal. BT merupakan bahasa resmi yang digunakan di Negara Thailand. Itu yang dinamakan ‘Phasa Thai’ (ภาษาไทย) yang bearti bahasa rakyat
Thai. BT merupakan bahasa yang paling penting dalam masyarakat Thai dan berfungsi sebagai bahasa perantaraan antara kaum di Thailand.
Thailand merupakan satu negara yang mempunyai rakyat yang mayoritasnya beragama Budha dan minoritas yang beragama Islam. Masyarakat Islam di Thailand
(10)
dipanggil dengan sebutan “Orang Melayu”. Orang Melayu yang menjadi warga negaranya. Masyarakat Melayu berlokasi di empat provinsi di Thailand Selatan yaitu Provinsi Patani, Narathihwat, Yala, dan sebagian dari Provinsi Songkhla. Mereka melestarikan adat istiadat melayu, tradisi melayu, budaya melayu, dan berbicara dengan salah satu dialek yang dinamakan sebagai dialek Melayu atau BMP. Mereka dikenali sebagai “Si Changwat Pak Tai”. Bahasa yang digunakan di daerah empat provinsi selatan Thailand yaitu BMP, logatnya lebih mirip dengan Bahasa Melayu dialek Kelantan.
BMP digunakan oleh masyarakat Melayu di empat provinsi di selatan Thailand dalam berkomunikasi umum dan juga dalam upacara-upacara tertentu, Walaupun masyarakat Melayu Patani telah dijajah oleh Siam selama beberapa dekade hingga sekarang, namun BMP masih berfungsi bagi masyarakat selatan Thailand sebagai bahasa pengantar di institusi-institusi keagamaan, pendidikan, komunikasi dan lain-lain.
BMP banyak dipengaruh oleh BT yang berstatus sebagai bahasa mayoritas dan bahasa resmi di Negara Thailand. BT yang dimaksudkan yaitu bahasa yang dipakai oleh penduduk Thailand. BMP semakin hari kelihatan mengalami peminjaman leksikal BT yang dalam kehidupan keseharian mereka. Berikut ini contoh-contoh leksikal BT yang digunakan oleh masyarakat Kampung Hutan Berangan. Dengan menggunakan huruf singkatan BT (BT). BMP (BMP), dan BI (Bahasa Indonesia) seperti berikut:
(11)
BT BMP BI /to ra tad/ /to ra ta// televisi
/tu yen/ /tu jeng/ kulkas /tham ma da/ /tha ma da/ biasa
Contoh pinjaman leksikal BT dalam BMP dengan BI dalam bentuk kalimat seperti berikut :
BT BMP BI
Nong ca du toratad raikan arai?
Adi nak tengok toratak raikan apa?
Adik mau nonton televisi acara apa?
Nam yen mi nai tu yen. Air sejok ada dalae tujeng .
Air dingin ada dalam kulkas.
Kampung Hutan Berangan terletak di Kecamatan Talokderaman Kabupaten Kapho, Provinsi Pattani. Masyarakat di Kampung Hutan Berangan menggunakan BMP yang serumpun dengan Bahasa Melayu yang digunakan dalam provinsi di Selatan Thailand, Masyarakat Kampung Hutan Berangan bervariasi dan penduduk juga banyak yang belajar sampai ketingkat yang lebih tinggi, ada yang belajar di dalam negeri maupun di luar negeri, Walaupun ada penduduk yang belajar di luar negeri tapi bahasa dari luar negeri, tidak pengaruh kalau dibandingkan dengan BT, BMP sendiri memiliki kemiripan dengan yang dituturkan di wilayah Nusantara dan beberapa tempat lain. Sebagai bahasa yang luas pemakaiannya, Bahasa Melayu
(12)
menjadi bahasa resmi di Brunei, Indonesia (sebagai bahasa Indonesia), dan Malaysia (juga dikenal sebagai bahasa Malaysia); salah satu bahasa yang diakui di Singapura, dan menjadi bahasa kerja di Timor Leste (sebagai bahasa Indonesia).
Dilihat dari berbagai faktor tempat yang melatarbelakangi terjadinya penyerapan bahasa yang berpengaruh yang besar dalam penggunaan BMP, penelitian ini dimaksudakan untuk mengamati tentang pengaruh BT dalam BMP. Peneliti akan memfokuskan di Kampung Hutan Berangan Kecamatan Talokderaman Kabupaten Kapho Provinsi Patani yang menggunakan BMP.
Bahasa-bahasa yang digunakan penduduk Kampung Hutan Berangan tidak hanya bahasa ibu saja, tapi sudah menggunakan kata serapan dari BT, Bahasa Arab, Bahasa Inggris, dan Bahasa China. Mereka mengunakan bahasa-bahasa tersebut untuk berkomunikasi dalam keseharian mereka sampai sekarang. Mereka tidak sadar bahwa kata-kata itu adalah kata-kata dari bahasa Asing.
Fenomena penyerapan BT yang diserap ke dalam BMP merupakan masalah yang menarik untuk diteliti. Hal tersebut yang mendasari penelitian untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kata Serapan BT dalam Bahasa Bahasa Melayu Pattani”.
1.2Rumusan Masalah
Banyak hal yang ingin diketahui dalam penelitian ini dan keingin ketahuan tersebut terangkum dalam rumusan masalah dibawah ini:
(13)
1. Bagaimanakah proses terjadinya penyerapan unsur leksikal BT ke dalam BMP ? 2. Bagaimanakah bentuk perubahan fonologi dari proses penyerapan tersebut ? 3. Bagaimanakah aspek makna dari proses penyerapan tersebut ?
4. Faktor apa yang mempengaruhi terjadinya penyerapan BT ke dalam BMP?
1.3Tujuan Kajian
Tujuan umum kajian ini ialah mengetahui bagaimanakah kata serapan BT dalam BMP bagi penduduk di Kampung Hutan Berangan. Tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. mengetahui tentang proses kata serapan BT yang menyerap dalam BMP, 2. mengetahui tentang persamaan dan perbedaan fonologi antara BT dan BMP, 3. mengetahui tentang pemaknaan antara BT dan BMP,
4. mengetahui foktor yang mempengaruhi terjadi penyerapan BT ke dalam BMP.
1.4 Manfaat Penelitian
Kajian ini diharapkan akan memberi manfaat yang sangat berharga kepada semua pihak yang terlibat dalam pengajaran dan pembelajaran Bahasa Melayu, khususnya penduduk Kampung Hutan Berangan. Adapun manfaat peneliti seperti berikut :
1. Bermanfaat untuk mengetahui bagaimanakah proses BT yang terserap dalam BMP.
(14)
2. Dengan adanya kajian ini, diharapkan penduduk Kampung Hutan Berangan mengetahui persamaan dan perbedaan makna antara BT dengan Bahasa BMP.
3. Dapat mengetahui persamaan dan perbedaan fonologi antara BT dengan BMP.
1.5 Skop Penelitian
Skop kajian ini lebih memfokuskan kepada realisasi leksikal BT dalam BMP. 1. Peneliti akan memfokuskan terhadap proses kata serapan BT dalam BMP.
2. Peneliti akan memfokuskan informan dari penduduk Kampung Hutan Berangan.
3. Peneliti akan mengkaji dengan secara langsung dan secara tidak langsung terhadap peminjaman BT dalam BMP.
1.6 Definisi Operasional
Kajian ini menggunakan istilah-istilah yang asing bagi seseorang. Oleh karena itu, peneliti perlu memberi penjelasan tentang istilah-istilah berikut :
1.6.1 Pengaruh
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:849), “pengaruh merupakan daya yang ada atau timbul dari sesuatu ( orang, benda ) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.”. Sedangkan pengertian dalam Kamus Dewan edisi keempat (2007 : 1172), “pengaruh merupakan kuasa yang terbit dari orang (benda dan lain-lain). Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh merupakan suatu daya yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu bahasa yang lain.
(15)
1.6.2 Leksikal
Menurut Kamus Dewan Edisi Keempat menafsirkan, leksikal ialah perkataan atau perbendaharaan kata sesuatu bahasa. Leksikal merupakan gabungan kata-kata yang membentuk kalimat dengan struktur yang baik atau kalimat yang gramatis. Berdasarkan rumus tertentu untuk mengetahui ayat dalam sesuatu bahasa. Leksikal juga merupakan bentuk adjektif yang diturunkan dari bentuk nomina leksikon (vokabular, kosakata, atau perbendaharaan kata). Satuan dari leksikon merupakan leksem, yaitu satuan bentuk bahasa yang bermakna. Dari penjelasan tersebut makna leksikal dapat diartikan sebagai makna leksikon yang bersifat leksem atau kata, dan dapat juga diartikan sebagai makna yang sesuai dengan refrennya yaitu makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indera atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita.
1.6.3 Bahasa Melayu Patani
BMP merupakan bahasa yang digunakan oleh masyarakat Melayu di selatan Thailand terutama wilayah-wilayah Patani, Narathiwat, Yala, dan Songkhla yang digunakan dalam komunikasi umum upacara tertentu. Peranan BMP digunakan sepenuhnya dalam pergaulan sehari hari mereka. BMP tidak hanya terbatas pada komunikasi umum saja, tetapi digunakan juga sebagai bahasa pengantar di institusi-institusi keagamaan, pendidikan, komunikasi dan lain-lain di selatan Thailand. 1.6.4 Bahasa Thai
(16)
kebangsaan, bahasa pendidikan, dan bahasa kesusasteraan. BT digunakan sejak sebelum kerajaan Sukhothai yang ke-11, telah mewujudkan abjad Thai pada tahun 1283. Pada masa itu, BT berfungsi seperti bahasa modern di dunia. BT adalah bahasa yang mempunyai bacaan dan tulisan sendiri sejak Raja Ramkhamheang pada tahun 1283 M. Cara membaca, menulis, memahami, dan cara menyusun terdapat dalam tatabahasa sendiri sampai sekarang. BT juga berfungsi sebagai lingua franca antara kaum di Negara Thai dan dianggap sebagai bahasa tinggi.
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini meliputi lima bab. Bab I adalah pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.. Bab II adalah landasan teori yang menjelaskan mengenai pengertian sosiolinguistik, masyarakat bahasa, bilingualisme, BMP, kontak bahasa, kata serapan, intergrasi dan interferensi, variasi bahasa, , dan komponen tutur. Bab III adalah metodologi penelitian yang meliputi bentuk dan jenis penelitian, lokasi penelitian, data dan sumber data, alat penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, metode analisis data, dan metode penyajian data. Bab IV adalah hasil analisis dan pembahasan, merupakan hasil analisis mengenai proses penyerapan bahasa, proses perubahan folonologis, dan aspek makna ketika menyerap BT ke dalam BMP (studi kasus Kampung Hutan Berangan). Bab V kesimpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
(17)
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif yaitu penelitian yang mendeskripsikan apa saja yang saat ini berlaku, khususnya dalam bidang kebahasaan, mendiskripsikan sesuatu yang bersifat fakta berdasar atas segala sesuatu yang benar- benar terjadi saat ini (Sudaryanto, 1992: 62). Data berwujud konsep-konsep, kategori- kategori dan bersifat abstrak, serta metode penelitian terhadap suatu masalah yang tidak didesain. (Edi Subroto, 1992: 5).
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian bertempat di daerah atau dikawasan penduduk Kampung Hutan Berangan, kecamatan Talok Deraman, Kabupaten Kapho, Propinsi Pattani.
3.3 Data dan Sumber Data
Data adalah semua informasi atau bahan yang disesuaikan oleh alam, yang harus dicari atau dikumpulkan dan dipilih oleh peneliti. Data terdapat pada segala sesuatu apapun yang menjadi bidang dan sasaran penelitian. Di dalam penelitian sosiolinguistik secara khusus meneliti bahasa manusia yang alamiah, namun dalam perkembangannya disadari bahwa untuk mengerti masalah bahasa secara utuh kita juga harus memperhatikan dimensi kemasyarakatan, dimensi kejiwaan, dan dimensi
(18)
tuturan yang dihasilkan oleh informan yang terdapat kata serapan BT dalam Bahasa Melayu Pattani, dan tingkat tutur BMP..
Sumber data dalam penelitian ini berasal dari informan yang dipilih sebagai pengguna bahasa induk dalam ranah lingkungan yang bukan asli dari lingkup bahasa induk yaitu BMP, Agar data yang diperoleh dari informan valid, terlebih dahulu ditentukan beberapa persyaratan bagi informan. Persyaratan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1) usia yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda.
2) pendidikan informan bukan pendidikan yang terlalu tinggi, ataupun buta huruf
3) asal-usul informan
4) kemampuan informan mengenai bahasa dan dialeknya dengan baik 5) kemurnian bahasa informan
6) Sehat jasmani, yang artinya tidak memiliki cacat fisik terutama pada alat ucapnya.
3.4 Populasi dan Sampel
Populasi adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan sampel. Pada kenyataanya populasi itu adalah sekumpulan kasus yang perlu memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian. Kasus-kasus tersebut dapat berupa orang, barang, binatang, hal atau peristiwa. Sekiranya populasi itu terlalu banyak jumlahnya, maka diadakan sampling (Komarudin dalam bukunya
(19)
Mardalis, 2002: 53). Dalam penelitian linguistik populasi adalah objek penelitian yang umumnya ialah keseluruhan individu dari segi-segi tertentu bahasa (Edi Subroto, 1993: 32). Populasi adalah semua tuturan Bahasa Melayu Pattani yang dipakai atau dihasilkan oleh penutur- penutur asli berbahasa ibu yaitu BMP di derah Kampung Hutan Berangan, Kecamatan Talok Deraman, Kabupaten Kapho, Propinsi Pattani.
Sampel bermakna contoh, yaitu sebagian tuturan yang dihasilkan dari seluruh individu yang menjadi objek penelitian. Tujuan penentuan sample adalah untuk memperoleh keterangan mengenai objek penelitian dengan cara mengamati hanya sebagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian langsung yang dianggap mewakili populasi secara keseluruhan (Edi Subroto,1993: 32). Sampel penelitian ini adalah sebagian tuturan BMP yang dipakai atau dihasilkan oleh penutur-penutur asli BMP dalam berinteraksi antar penduduk di Kampung Hutan Berangan.
Dalam penelitian ini sampel diambil dari beberapa ranah berlangsungnya komunikasi yaitu dalam ranah keluarga, ranah adat , ranah jual beli di pasar, ranah pekerjaan dan di lingkungan masyarakat, pada penelitian ini dalam ranah pendidikan tidak menjadi objek penelitian dikarenakan dalam ranah pendidikan tidak ditemukannya tuturan BMP, dalam ranah ini bahasa yang digunakan adalah bahasa Nasional yaitu BT yang bertujuan untuk menyatukan perbedaan bahasa antar pelajar dengan asal-usul yang berbeda-beda. Sampel penelitian ini diambil mulai tanggal 20 April 2010 sampai dengan tanggal 20 Mei.
(20)
3.5 Alat Penelitian
Dalam penelitian ini ada dua macam alat penelitian yaitu alat utama dan alat bantu (Fatimah Djajasudarma, 1993: 11). Yang dimaksud alat utama yaitu peneliti sendiri, dan alat bantu yaitu bantuan-bantuan yang terlibat dalam pengumpulan data, alat itu juga termasuk alat tulis dan alat pengumpul data selengkap-lengkapnya termasuk alat rekam didalamnya.
3.6 Metode Pengumpulan Data 3.6.1 Metode Simak
Disebut metode simak atau penyimakan karena memang berupa penyimakan, dilakukan dengan menyimak yaitu penyimakan penggunaan bahasa. Teknik awal yang digunakan adalah teknik dasar atau metode simak diwujudkan dengan penyadapan, peneliti mendapatkan data dengan menyadap pembicaraan, peneliti tidak memperhatikan atau mempermasalahkan apa yang menjadi pokok pembicaraan pada saat itu. Teknik selanjutnya adalah teknik lanjutan yaitu yang terdiri atas teknik simak libat cakap yaitu peneliti terlibat langsung dalam dialog, peneliti memperhatikan penggunaan bahasa dan ikut serta dalam pembicaraan informan atau mitra wicaranya itu. Teknik yang kedua adalah teknik simak bebas libat cakap yaitu peneliti tidak terlibat dalam dialog, konversasi, atau imbal wicara; jadi tidak ikut serta dalam proses pembicaraan orang- orang yang saling bicara, hanya sebagai pemerhati yang dengan penuh minat tekun mendengarkan apa yang dikatakan (dan bukan apa yang dibicarakan). Teknik selanjutnya adalah teknik rekam biasanya secara terbuka
(21)
digunakan untuk merekam penuturan bahasa baik itu bersifat terbuka maupun bersifat tertutup. Teknik rekam digunakan untuk mempermudah penulisan fonetisnya. Teknik yang terakhir adalah teknik catat pencatatan dilakukan langsung ketika teknik pertama atau kedua selesai digunakan atau sesudah perekaman dilakukan, dan dengan menggunakan alat tulis tetentu.
3.6.2 Metode Bicara
Disebut metode bicara karena memang berupa percakapan dan terjadi kontak antara peneliti selaku peneliti dengan penutur selaku narasumber. Teknik yang digunakan adalah teknik dasar metode ini diwujudkan dengan pemancingan. Peneliti untuk mendapatkan data pertama-tama harus dengan segenap kecerdikan dan kemauannya untuk memancing seseorang atau beberapa orang agar berbicara. Teknik yang kedua adalah teknik lanjutan yang terdiri atas teknik bicara langsung yaitu peneliti melakukan pembicaraan secara langsung dengan informan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan. Peneliti disini juga bertugas untuk menjadi pengendali dalam pembicaraan yang sedang berlangsung.
Teknik selanjutnya adalah teknik rekam yaitu teknik yang berfungsi untuk merekam semua pembicaraan yang sedang berlangsung baik perekaman ini dilakukan secara tertutup ataupun secara terbuka. Teknik yang terakhir adalah teknik catat yaitu dilakukan langsung ketika teknik pertama atau kedua selesai digunakan atau sesudah perekaman dilakukan, dan dengan menggunakan alat tulis tertentu.
(22)
3.7 Metode Analisis Data
Ada permasalahan yang diamati dalam penelitian ini yaitu mendeskripsikan bentuk kata serapan BT yang diserap dalam Bahasa Melayu Pattani, menjelaskan proses serapan, perubahan kata dan aspek makna kata serapan BT yang diserap dalam Bahasa Melayu Pattani, di Kampung Hutan Berangan, Kecamatan Talok Deraman, Kabupaten Kapho, Propinsi Pattani. Adapun tekniknya sebagai berikut:
1) Metode Distribusional/ Operasi
Metode distribusional ini pada dasarnya merupakan reaksi terhadap metode padan. Metode distribusional yaitu metode analisis data yang alat penentunya unsur dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri (Sudaryanto, 1993: 15). Jabaran metode ini terwujud dalam teknik analisis penguraian satuan-satuan lingual tertentu atas unsur – unsur terkecilnya.
Teknik yang digunakan adalah teknik ganti. Teknik ganti adalah teknik yang dilakukan untuk menyelidiki adanya keparalelan atau kesejajaran distribusi antara satuan lingual atau antara bentuk lainnya (D Edi Subroto, 1992: 74). Kegunaan teknik ganti itu adalah untuk mengetahui kadar kesamaan kelas atau kategori unsur terganti dengan unsur pengganti, khususnya bila tataran pengganti sama dengan tataran terganti (Sudaryanto, 1993: 48).
2) Metode Korelasi/ Padan
Metode padan atau sering disebut dengan metode identitas ialah metode yang dipakai untuk mengkaji atau menentukan identitas satuan lingual tertentu dengan memakai alat penentu yang berbeda diluar bahasa, terlepas dari bahasa, dan tidak
(23)
menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan (lih Sudaryanto, 1985a: 2). Dalam penelitian sosiolinguistik unsur-unsurnya ada yang berupa unsur luar bahasa yaitu ada unsur sosial dan budaya yang melatar belakangi sosial kemasyarakatan yang berlangsung di dalam lingkungan yang diteliti yaitu di daerah Kampung Hutan Berangan, Kecamatan Talok Deraman, Kabupaten Kapho, Propinsi Pattani. Metode padan ini digunakan untuk menganalisis bentuk kata serapan, prose kata serapan dan perubahan bentuk kata yang mempengaruhi penggunaan Bahasa Melayu oleh masyarakat Kampung Hutan Berangan, Kecamatan Talok Deraman, Kabupaten Kapho, Provinsi Pattani. Teknik dasar yang digunakan adalah teknik Pilah Unsur Penentu (PUP). Teknik ini digunakan untuk memilah data yang berkaitan dengan komponen tutur yang disingkat dengan SPEAKING.
3.8 Metode Penyajian Hasil Analisis Data
Hasil dari analisis data disajikan dalam bentuk kaidah-kaidah yang berkaitan dengan kekhasan variasi bahasa dalam peristiwa tutur BMP di Kampong Hutan Berangan, kecamatan Talok Deraman, Kabupaten Kapho, Propinsi Pattani yang berupa kalimat-kalimat yang kemudian dilengkapi dengan pemerian yang lebih rinci.
Dalam penyampaian hasil analisis data ini bersifat formal dan informal. Metode formal adalah perumusan dengan menggunakan tanda atau lambang- lambang, sedangkan yang dimaksud dengan penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993: 145).
(24)
Hasil analisis data akan berupa tuturan-tuturan yang dihasilkan oleh masyarakat Kampong Hutan Berangan, kecamatan Talok Deraman, Kabupaten Kapho, Propinsi Pattani yang berinteraksi dengan masyarakat yang berada di daerah yang sama baik dari penduduk asli maupun penduduk yang dari lain yang berasal dari berbagai daerah yang berbeda-beda yang menggunakan berbagai ragam bahasa untuk berkomunikasi dalam kesehariannya.
(25)
BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan
Penelitian ini menelaah masalah kata serapan BT dalam BMP oleh masyarakat Kampung Hutan Berangan Kabupaten Telokderaman, Kecamatan Kapho Provinsi Pattani. Kata serapan tersebut ditinjau dari segi proses terjadinya penyerapan unsur leksikal, bentuk perubahan fonologi akibat proses penyerapan, aspek makna dari proses penyerapan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyerapan kosa-kata BT ke dalam BMP. Dari analisis dan pembahasan tersebut dapat disimpulkan hal-hal berikut:
1. Proses penyerapan unsur leksikal BT ke dalam Bahasa Melayu Patani terjadi melalui proses integrasi kata-kata dari BT ke dalam BMP, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kata-kata yang sudah terintegrasi itu seperti toratak, beab, nae chang, ber torasak, to, rongban, pisek, kethung, yaba, ampo, pucuai, tok naebae, plong, anamai, bohmo,kuamdan, bangkak, cod, khau, chong, pitu natae, sang, dan tahang.
2. Proses penyerapan unsur leksikal BT ke dalam Bahasa Melayu Patani terjadi melalui proses interferensi. Banyak kata dari BT yang masuk ke dalam BMP lewat kelompok yang kecil dan menyebar ke kelompok yang besar.
3. Ketika Bahasa Melayu Pattani menyerap kata dari BT ada yang mengalami perubahan fonologis dan ada yang tidak berubah. Kata yang berubah sering
(26)
serapan maka mereka mengucapkan kata serapan itu dengan konsonan belakang yang tidak benar dengan bahasa aslinya. Contoh; tahang, karacekang, mattathang, phongngan, sos hoinangrong, prakang, lok rakha, beak, prathong, waerung, dan lain-lain. Dan juga sudah terbiasa sehingga orang yang berpendidikan juga ikut mengucapkan kata-kata itu. Kebanyakan kata yang tidak berubah itu adalah kata yang menginterferensi ke dalam BMP . kata ini sering di ucapkan oleh pengucap yang berpendidikan dengan sebab itu orang yang berpendidikan sering mengucapkan dalam BT jadi ketika dia berbicara dalam Bahasa Melayu dia juga serap BT ke dalam Bahasa Melayu dengan tidak ubah karena kata yang dia ucapkan itu sudah terbiasa. Kedua, Kata yang tidak berubah sering terjadi pada masyrakat yang berpendidikan karena mereka itu sudah terbiasa mengucapkan kata-kata itu karena bahasa sehari-hari mereka cendrung kepada BT yang sering dipakai.
4. Pada aspek makna sesungguhnya menurut teori ahli linguistik menkatagorikan makna kepada tiga aspek yaitu satu makna menyempitkan, kedua makna meluaskan, dan yang ketiga perbedaan makna total. Pada aspek makna bisa disimpulkan bahwa yang ditemukan hanya dua aspek yaitu makna menyempit dan makna meluas. Dari kata serapan 45 kata makna yang menyempit 12 kata yaitu, pucuai, tok naebae, cok, chong, prating, kharachchakang, bancuk, prakan, pearn, phak, khongfak, dan pongngan. dam makna meluas 4 kata yaitu, nae chang, anamai, waerung,dan bohmo. Untuk perbedaan makna total tidak diketemuakan. 29 kata dari kata serapan yang ketemu dalam datanya makna
(27)
tidak berubah. Sebenarnya menurut saya kalau akan mengkatagorikan aspek makna harus tambah satu aspek lagi yaitu aspek makna yang tidak berubah supaya mudah di katagorikan kata serapan yang akan di teliti.
5. Faktor yang mempengaruh BT terhadap BMP ada lima faktor yaitu, faktor lokasi yang berdekatan, factor politik, factor ekonomi, factor keagamaan, factor teknologi,dan factor pendidikan. Factor yang paling penting adalah faktor pendidikan karena lebih banyak kosakata bagi orang yang pendidikan dan juga kosakata dalam bidang pendidikan yang di serap juga banyak contohnya, yanglob yang bermakna penghapus, maibantad yang bermaknanya penggaris, dinso yang bermaknanya pencil, dan lian-lain.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil temuan-temuan penelitian yang diperoleh mengenai kata serapan BT dalam BMP, maka beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai
rekomendasi adalah sebagai berikut. 1. Bagi para pengambil kebijakan
Bagi para pengambil kebijakan dengan dukungan UNESCO terhadap bahasa yang dikategorikan sebagai endangered languages perlu ada tanganan kusus terhadap Bahasa Melayu sebagai salah satu bahasa di Thailand yang akan menghilang, jika tidak diperhatikan dengan baik. Dengan demikian, cara penyerapan BT ke Bahasa Melayu harus dikembangkan dalam rangka mempersatukan Negara Thailand, tetapi
(28)
kata lain, penyerapan kosakata baru dari BT harus dijadikan alat mempersatukan Negara Thai bukan untuk menghilangkan BMP.
2. Bagi Penduduk Kampung Hutan Barangan.
Bagi penduduk Kampung Hutan Berangan sendiri, kalau masih menyerap kosakata dari BT walaupun dimikian ada bahasa sendiri tapi dengan sebabnya mudah dalam mengucapankan dan menyerap kosakata tersebut nanti bahasa yang menjadi warisan dari orang tua akan hilang, dengan alasan itu harap penduduk Kampung Hutan Berangan akan melestarikan bahasa supaya bahasa itu akan jadi warisan kepada generasi yang baru.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya terutama yang tertarik dalam bidang bahasa baik maupun serapan BT dalam BMP, sebenarnya masih banyak kosakata serapan BT dalam BMP yang perlu di teliti lagi supaya menjadi manfaat bagi ilmu bahasa di waktu akan datang. walupun penelitian tersebut memerlukan upaya pelacakan yang sistematis, penelitian butuh kesabaran, ketelitian, tekat, mental, fisik dan diimbangi rasa penuh tanggung jawab dalam menghadapi segala sesuatu yang terjadi di lapangan.
(29)
DAFTAR PUSTAKA
Abdulhayi. 1989. Interferensi Bahasa Indonesia dalam Bahasa Jawa. Jakarta: Pusat Penelitian dan pengembangan Bahasa.
Abdul Chaer dan Leonie Agustina. 1995. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Abdul Chaer. 2001. Linguistik Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Abdul Chaer. 2008. Psikologi Linguistik Dalam Pengajaran & Pembelajaran Bahasa Melayu. Shah Alam. Karisma Publication Sdn. Bhd.
Alwasilah, A.Chaedar.1985. Beberapa Mazdhab dan dikotomi Teori Linguistik. Bandung: Angkasa.
___________________.1993. Linguistik: Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa. Al-fatoni, Ahmad. 2001. Pengantar Sejarah Pattani. Kota Bahru Malaysia : Pustaka
Aman Press Sandirian Berhad.
Allan, 1986. Linguistics Meaning. New York : Monash University.
Anton Moeliono, Nafron Hasjim dkk. 1994. Buku Praktis Bahasa Indonesia1. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Ardiansi, Leo. 1990. Analisis Kosakata Berbahasa. FPBS IKIB Surabaya.
Aslinda, dkk. 2007. Pengantar Sosiolinguistik. Jakarta: Refika Aditama.
Asmah Haji Omar. 1987. Malay in Sociocultural Context. Kualalumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka.
(30)
________________. 1992. The Linguistics Scenery in Malaysia. Kualalumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka.
________________. 1993. Essays on Malaysian Linguistics. Kualalumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka.
Bauer, L. 1983. English Word Formation. Cambridge: Cambridge University Press. _______. 1988. Introducing Linguistic Morfology. Cambridge University Press. Bawa, I Wayah.1981. “ Pemakai Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar”. Denpasar :
Jurusan Bahasa dan Sustra Universitas Udayana.
Bloomfield, Leonard. 1995. Language. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Burhanuddin, Erwina, dkk. 1993. Penelitian Kosakata Bahasa Arab dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Padidikan dan Kebudayaan.
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Reneka Cipta.
Chaer, Abdul dan Agustina. 1995. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta : Henary offset
Chong Mun Wah.1997. “Kata Pinjaman Bahasa Cina Dalam Bahasa Melayu”.Tesis Ijazah Sarjana Sastera. Universiti Sains Malaysia.
Dendi Sugono. 2008. Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Djajasudarma, Fatimah. 1993. Metode Liguistik Ancangan Metode penelitian dan kajian. Jakarta: Refikaaditama.
Eddy, N.T. 1989. Unsur Serapan Bahasa Asing dalam Bahasa Indonesia. Flores: Penerbit Nusa Indah
(31)
Edi Subroto. 1992. Pengantar Metode Penelitian Linguistik. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Fishman, Joshua A. 1972. The Sociology of Language. Massachusetts: Newbury House.
Harimurti Kridalaksana. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Heah Lee Hsia, Carnel. 1989. The Influence of English on The Lexical Expansion of Bahasa Malysia. Kuala lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
Hockett, Chaeles F. 1958. A Couse in Modern Linguistics. New York: Macmillan.
Hock, Hons Henrich. 1988. Principle of Historical Linguistics. Berlin- New York- Amsterdam: Mauten de Gruyter.
Hoetomo. 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: PT. Mitra Pelajar.
Hougen, Einer. 1992. “Borrowing: An Overveiw”, dalam William Bright.
Jendra.I Wayah. 1991. Dasar-Dasar Sosiolinguistik. Denpasar: Ikayana.
Kamaruddin Esayah. 1998. “Perbandingan Fonologi Dialek Melayu Satun Dengan Dialek Melayu Perlis”. Tesis Ijazah Sarjana Sastera. Universiti Sains Malaysia.
Katamba, Francis. 1993. Morphology: Modern Linguistics Series. London: The Macmillan Press Ltd.
(32)
Kosasih, E. 2002. Kompotensi Dasar Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia I. Bandung: Yrama.
_________. 2002. Kompotensi Dasar Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia II. Bandung: Yrama.
_________. 2002. Kompotensi Dasar Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia III. Bandung: Yrama.
_________. 2003. Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Bandung: Yrama Widya.
Ku-Ares Tawandorloh. 2006. “Sistem Pembentukan Kata BT Dan Bahasa Indonesia”. Tesis Sarjana.Universitas Gadjah Mada.
Kunjana Rahardi. 2001. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Krisdalaksana, Hari murti. 1993. Kemus linguistik. Jakarta : Gramedia Pustaka.
Lyons, John. 1985. Language and Linguistics. London: Cambridge University Press.
___________. 1995. Pengantar Teori Linguistik. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.
Nababan, P.W.J.1984. Sisiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Gramesia.
_____________. 1993. Sosiolinguistik. Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Nasucha, Yakub. 1997. Morfologi Bahasa Indonesia. Surakarta : Muhammadiyah Surakarta Press.
(33)
Mc.Quail, 1994. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Markhamah. 2000. Ethnik Cina: Kajian Linguistik Kultural. Surakarta: Muhammadiah University Press.
Ma´nawi, A. 1997. Pembentukan Verba dan Nomina dalam Bahasa Indonesia: Kajian Morfologis Unsur Pinjaman Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Tesis: Universitas Gadjah Mada. Tidak ditarbitkan.
Mustakim. 1994. Membina Kemampuan Berbahsa Paduan ke Arah Kemahiran Berbahasa : PT. Rineka Cipta.
Paitoon M. Chaiyanara, 1999. Fonetik dan Fonologi Bahasa Melayu. Singapura: Wespac Consultan Centre.
___________________, 1999. Kajian Bahasa Austronasia. Songkhla: Renoor Network Hatyai.
____________________, 2001. Fonetik dan Fonologi Bahasa Melayu. Singapura: Dee Zed Consult.
____________________, 2002. Pengenalan Teori Fonologi. Singapura. Dee Zed Consult.
____________________, 2004. Fonologi Generatif Pascasarjana: Teori dan Latihan. Singapura. Dee Zed Consult.
Paitoon Masmintra Chaiyanara, 1983. “Dialek Patani dan Bahasa Malaysia : satu kajian Perbandingan dari segi Fonologi, Morfologi dan sistaksis”. Tesis Sarjana Sastra. Universiti Malaysia.
Peedjosoedarmo, Soepomo.2001. Filasafat Bahasa. Surakarta : Muhammadiyah Surakarta Press.
(34)
Phaosan Jehwae. 2004. “Morfologi Bahasa Melayu Patani”. Tesis. Universitas Negeri Jakarta.
Ramlan, M. 1985. Morfologi, (suatu tinjauan deskriptif). Yogyakarta: CV Karyono. Ramlan, dkk. 1992. Bahasa Indonesia yang Salah dan yang Benar. Yogyakarta: Andi
offset.
Ruslan Uthai. 1993. “Kan Priab Thiab Kan Sang Kham Nai Phasa Melayu Matathan Lek Melayu Thin Patani (Perbandingan Pembentukan Kata Dalam Bahasa Melayu Standard Dan Dialek Melayu Patani”. Tesis Sarjana. Universiti Culalongkon.
Ruslan Uthai. 2005. “Ciri-Ciri Istimewa Dialek Melayu Patani Satu Tinjauan”. Patani: Universiti Songkhla Nakarin.
Rusayana, Yus. 1975. Interferensi Morfilogi pada Penggunan Bahasa Indonesia Oleh Anak-Anak yang Berbahasa Pertama Bahasa Sunda Murid Sekolah Dasar Provinsi Jawa Barat. Disertasi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Samsuri. 1981. Analisis Bahasa. Jakarta. Erlangga.
Schane, Sanford A. 1992. Fonologi Generatif. (terj. Kencanawati Gunawan). Jakarta: Summer Institute of Linguistic- Indonesia.
Sudaryanto.1990. Menguak Fungsi Hakiki Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana Press.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana Press.
Sumarsono & Paina Partana. 2002. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suwito. 1983. Sosiolinguistik Teori dan Problema. Surakarta: Fakultas Sastra dan Seni Rupa.
(35)
______. 1985. Pengantar Awal Sosiolinguistik: Teori dan Problema. Surakarta: Henri Cipta.
Suttiwong Phongpaibun. 1980. Cara menggunakan Bahasa Thai. Bangkok: Thai Wattana Panich.
Vaidman, Albert. 1966. Trends in Language Teaching. New York. Mc Grawill. Verhaar J.W.M. 1990. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Weinreich, Uriel. 1953. Language in Contact: Finding and Problem. Mauton: The Hague- Paris.
_____________. 1970. Language in Contact: Finding and Problems. The Hague: Mauton.
______________. 1985. Language in Contact Finding. New York: Problema
Worawit Baru. 1990. “Pengaruh BT Ke Atas Dialek Melayu Patan Kajian Kes Sosiolinguistik Di Wilayah Patani”.Tesis Sarjana. Universiti Melaya.
Yusuf, Suhendra. 1994. Teori Terjemah: Pengantar ke Arah Pendekatan Linguistik dan Sosiolinguistik. Bandung: Mander Maju.
Zamri Mahamod. 2008. Psikologi Linguistik Dalam Pengajaran & Pembelajaran Bahasa Melayu. Shah Alam. Karisma Publication Sdn.Bhd.
Zulkifley Hamid. Ramli Md. Salleh dan Rahim Aman. 2007. Linguistik Melayu. Bangi. Universiti Kebangsaan Malaysia.
(1)
________________. 1992. The Linguistics Scenery in Malaysia. Kualalumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka.
________________. 1993. Essays on Malaysian Linguistics. Kualalumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka.
Bauer, L. 1983. English Word Formation. Cambridge: Cambridge University Press.
_______. 1988. Introducing Linguistic Morfology. Cambridge University Press.
Bawa, I Wayah.1981. “ Pemakai Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar”. Denpasar : Jurusan Bahasa dan Sustra Universitas Udayana.
Bloomfield, Leonard. 1995. Language. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Burhanuddin, Erwina, dkk. 1993. Penelitian Kosakata Bahasa Arab dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Padidikan dan Kebudayaan.
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Reneka Cipta.
Chaer, Abdul dan Agustina. 1995. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta : Henary offset
Chong Mun Wah.1997. “Kata Pinjaman Bahasa Cina Dalam Bahasa Melayu”.Tesis Ijazah Sarjana Sastera. Universiti Sains Malaysia.
Dendi Sugono. 2008. Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Djajasudarma, Fatimah. 1993. Metode Liguistik Ancangan Metode penelitian dan kajian. Jakarta: Refikaaditama.
Eddy, N.T. 1989. Unsur Serapan Bahasa Asing dalam Bahasa Indonesia. Flores: Penerbit Nusa Indah
(2)
Edi Subroto. 1992. Pengantar Metode Penelitian Linguistik. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Fishman, Joshua A. 1972. The Sociology of Language. Massachusetts: Newbury House.
Harimurti Kridalaksana. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Heah Lee Hsia, Carnel. 1989. The Influence of English on The Lexical Expansion of Bahasa Malysia. Kuala lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
Hockett, Chaeles F. 1958. A Couse in Modern Linguistics. New York: Macmillan.
Hock, Hons Henrich. 1988. Principle of Historical Linguistics. Berlin- New York- Amsterdam: Mauten de Gruyter.
Hoetomo. 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: PT. Mitra Pelajar.
Hougen, Einer. 1992. “Borrowing: An Overveiw”, dalam William Bright.
Jendra.I Wayah. 1991. Dasar-Dasar Sosiolinguistik. Denpasar: Ikayana.
Kamaruddin Esayah. 1998. “Perbandingan Fonologi Dialek Melayu Satun Dengan Dialek Melayu Perlis”. Tesis Ijazah Sarjana Sastera. Universiti Sains Malaysia.
Katamba, Francis. 1993. Morphology: Modern Linguistics Series. London: The Macmillan Press Ltd.
(3)
Kosasih, E. 2002. Kompotensi Dasar Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia I. Bandung: Yrama.
_________. 2002. Kompotensi Dasar Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia II. Bandung: Yrama.
_________. 2002. Kompotensi Dasar Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia III. Bandung: Yrama.
_________. 2003. Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Bandung: Yrama Widya.
Ku-Ares Tawandorloh. 2006. “Sistem Pembentukan Kata BT Dan Bahasa Indonesia”. Tesis Sarjana.Universitas Gadjah Mada.
Kunjana Rahardi. 2001. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Krisdalaksana, Hari murti. 1993. Kemus linguistik. Jakarta : Gramedia Pustaka.
Lyons, John. 1985. Language and Linguistics. London: Cambridge University Press.
___________. 1995. Pengantar Teori Linguistik. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.
Nababan, P.W.J.1984. Sisiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Gramesia.
_____________. 1993. Sosiolinguistik. Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Nasucha, Yakub. 1997. Morfologi Bahasa Indonesia. Surakarta : Muhammadiyah Surakarta Press.
(4)
Mc.Quail, 1994. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Markhamah. 2000. Ethnik Cina: Kajian Linguistik Kultural. Surakarta: Muhammadiah University Press.
Ma´nawi, A. 1997. Pembentukan Verba dan Nomina dalam Bahasa Indonesia: Kajian Morfologis Unsur Pinjaman Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Tesis: Universitas Gadjah Mada. Tidak ditarbitkan.
Mustakim. 1994. Membina Kemampuan Berbahsa Paduan ke Arah Kemahiran Berbahasa : PT. Rineka Cipta.
Paitoon M. Chaiyanara, 1999. Fonetik dan Fonologi Bahasa Melayu. Singapura: Wespac Consultan Centre.
___________________, 1999. Kajian Bahasa Austronasia. Songkhla: Renoor Network Hatyai.
____________________, 2001. Fonetik dan Fonologi Bahasa Melayu. Singapura: Dee Zed Consult.
____________________, 2002. Pengenalan Teori Fonologi. Singapura. Dee Zed Consult.
____________________, 2004. Fonologi Generatif Pascasarjana: Teori dan Latihan. Singapura. Dee Zed Consult.
Paitoon Masmintra Chaiyanara, 1983. “Dialek Patani dan Bahasa Malaysia : satu kajian Perbandingan dari segi Fonologi, Morfologi dan sistaksis”. Tesis Sarjana Sastra. Universiti Malaysia.
Peedjosoedarmo, Soepomo.2001. Filasafat Bahasa. Surakarta : Muhammadiyah Surakarta Press.
(5)
Phaosan Jehwae. 2004. “Morfologi Bahasa Melayu Patani”. Tesis. Universitas Negeri Jakarta.
Ramlan, M. 1985. Morfologi, (suatu tinjauan deskriptif). Yogyakarta: CV Karyono.
Ramlan, dkk. 1992. Bahasa Indonesia yang Salah dan yang Benar. Yogyakarta: Andi offset.
Ruslan Uthai. 1993. “Kan Priab Thiab Kan Sang Kham Nai Phasa Melayu Matathan Lek Melayu Thin Patani (Perbandingan Pembentukan Kata Dalam Bahasa Melayu Standard Dan Dialek Melayu Patani”. Tesis Sarjana. Universiti Culalongkon.
Ruslan Uthai. 2005. “Ciri-Ciri Istimewa Dialek Melayu Patani Satu Tinjauan”. Patani: Universiti Songkhla Nakarin.
Rusayana, Yus. 1975. Interferensi Morfilogi pada Penggunan Bahasa Indonesia Oleh Anak-Anak yang Berbahasa Pertama Bahasa Sunda Murid Sekolah Dasar Provinsi Jawa Barat. Disertasi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Samsuri. 1981. Analisis Bahasa. Jakarta. Erlangga.
Schane, Sanford A. 1992. Fonologi Generatif. (terj. Kencanawati Gunawan). Jakarta: Summer Institute of Linguistic- Indonesia.
Sudaryanto.1990. Menguak Fungsi Hakiki Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana Press.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana Press.
Sumarsono & Paina Partana. 2002. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suwito. 1983. Sosiolinguistik Teori dan Problema. Surakarta: Fakultas Sastra dan Seni Rupa.
(6)
______. 1985. Pengantar Awal Sosiolinguistik: Teori dan Problema. Surakarta: Henri Cipta.
Suttiwong Phongpaibun. 1980. Cara menggunakan Bahasa Thai. Bangkok: Thai Wattana Panich.
Vaidman, Albert. 1966. Trends in Language Teaching. New York. Mc Grawill.
Verhaar J.W.M. 1990. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Weinreich, Uriel. 1953. Language in Contact: Finding and Problem. Mauton: The Hague- Paris.
_____________. 1970. Language in Contact: Finding and Problems. The Hague: Mauton.
______________. 1985. Language in Contact Finding. New York: Problema
Worawit Baru. 1990. “Pengaruh BT Ke Atas Dialek Melayu Patan Kajian Kes Sosiolinguistik Di Wilayah Patani”.Tesis Sarjana. Universiti Melaya.
Yusuf, Suhendra. 1994. Teori Terjemah: Pengantar ke Arah Pendekatan Linguistik dan Sosiolinguistik. Bandung: Mander Maju.
Zamri Mahamod. 2008. Psikologi Linguistik Dalam Pengajaran & Pembelajaran Bahasa Melayu. Shah Alam. Karisma Publication Sdn.Bhd.
Zulkifley Hamid. Ramli Md. Salleh dan Rahim Aman. 2007. Linguistik Melayu. Bangi. Universiti Kebangsaan Malaysia.