Kata serapan bahasa Sumbawa dalam Bahasa

Proposal
Perubahan Makna Kata Serapan Bahasa Sumbawa Dialek
Semawa Yang Berasal Dari Bahasa Arab
Tugas Ini Diajukan Guna Memenuhi Tugas Akhir Matakuliah Metode Penelitian Bahasa
Dosen Pengampu : Dr. Hisyam Zaini, M. A

State Islamic University
Sunan Kalijaga Yogyakarta

Oleh :
Muhammad Dedad Bisaraguna (1420510069)

FAKULTAS PASCASARJANA
PRODI AGAMA DAN FILSAFAT
KONSENTRASI ILMU BAHASA ARAB
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015
1

Perubahan Makna Kata Serapan Bahasa Sumbawa Dialek Semawa Yang Berasal

Dari Bahasa Arab
A. Latar Belakang Masalah
Suku Sumbawa (Tau Samawa) adalah suku yang terdapat di bagian barat Pulau
Sumbawa di provinsi Nusa Tenggara Barat Indonesia. Populasi suku Sumbawa ±
500.000-an orang. Di Pulau ini didiami oleh dua Suku besar, Suku Sumbawa
(Samawa), dan Suku Bima (Mbojo), tiap-tiap Suku tersebut memiliki bahasa
komunikasi yang berbeda-beda, Suku Bima (Mbojo), menggunakan bahasa Bima
sebagai bahasa pengantar dalam berinteraksi satu sama lain, sedangkan Suku
Sumbawa (Samawa), menggunakan bahasa Samawa dalam komunikasi sehari-hari.
Tau samawa (orang Samawa) adalah penduduk asli Tana Samawa (tanah Sumbawa)
yang wilayahnya meliputi kabupaten Sumbawa sekarang. Dari Empang di Timur
sampai Sekongkang yang berada di ujung barat dan selatan pulau, termasuk 38 pulau
kecil di sekitarnya. Tersebar dari pesisir utara membentuk desa-desa pantai sampai ke
puncak pegunungan Batu Lanteh membentuk desa-desa pedalaman dan terus ke
pantai di Lunyuk.
Asal usul Tau Samawa (orang Sumbawa) pada awalnya adalah bangsa-bangsa
Negroid, kemudian Veddoid dan bangsa Potro Malay. Mereka berasal dari berbagai
tempat. Mereka datang ke Tana Samawa (Pulau Sumbawa) dan tinggal bersama kaum
pribumi. Pada abad ke-15 dan 16 Tana Samawa dikenal dengan “ Pulau Nasi “. Hal
ini mendorong para pendatang dari berbagai suku bangsa ke daerah ini, seperti :

orang Bali, Bugis, Makasar, Banjar, Jawa, dan Melayu, serta Lombok. Para
pendatang ini membawa pengaruh terhadap bahasa dan budaya. Hal ini dapat
dibuktikan dari bahasa, budaya, bentuk tubuh dan warna kulitnya, bahwa Tau
Samawa (orang Sumbawa) yang saat ini mendiami pulau Sumbawa merupakan
percampuran dari banyak suku bangsa selama berabad-abad.
Sebagai bahasa yang dominan dipakai oleh kelompok-kelompok sosial di
Sumbawa, maka Basa Samawa (Bahasa Sumbawa) tidak hanya diterima sebagai
bahasa pemersatu antar etnik penghuni bekas Kesultanan Sumbawa saja, melainkan
juga berguna sebagai media yang memperlancar kebudayaan daerah yang didukung

2

oleh sebagian besar pemakainya, dan dipakai sebagai bahasa percakapan sehari-hari
dalam kalangan elit politik, sosial, dan ekonomi, akibatnya Basa Samawa
berkembang dengan mendapat kata-kata serapan dari bahasa asal etnik para
penuturnya, yakni etnik Jawa, Madura, Bali, Sasak, Bima, Sulawesi (Bugis,
Makassar, Mandar), Sumatera (Padang dan Palembang), Kalimantan (Banjarmasin),
Cina (Tolkin dan Tartar) serta Arab, bahkan pada masa penjajahan Basa Samawa juga
menyerap kosa kata asing yang berasal dari Portugis, Belanda, dan Jepang sehingga
Bahasa Sumbawa kini telah diterima sebagai bahasa yang menunjukkan tingkat

kemapanan yang relatif tinggi dalam pembahasan bahasa-bahasa daerah.1
Dalam bahasa Sumbawa sekarang dikenal beberapa dialek bahasa berdasarkan
daerah penyebarannya, yaitu dialek Samawa, Baturotok (Batulante) dan dialek-dialek
lain yang dipakai di daerah pegunungan Ropang seperti Labangka, Lawen (Selesek),
serta penduduk di sebelah selatan Lunyuk, selain itu juga terdapat dialek Taliwang,
Jereweh dan dialek Tongo. 2 Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pembahasan
pada bahasa Sumbawa yang menggunakan dialek Semawa.
Sebagaimana telah disebutkan diatas bahwa bahasa Sumbawa tumbuh
berkembang karena mendapat kata-kata serapan dari bahasa asal etnik para
penuturnya, salah satunya adalah bahasa Arab. Peneliti melihat bahwa dalam bahasa
Sumbawa dialek Semawa terdapat beberapa kosa kata yang diserap dari bahasa asal
etnik penuturnya yaitu salah satunya bahasa Arab, dari pengamatan selintas peneliti
menemukan beberapa macam kata serapan bahasa Arab dalam bahasa Sumbawa
dialek Semawa yang terbagi menjadi empat segi yaitu, Pertama dari segi lafal dan
arti sesuai dengan aslinya » kata “ahad” = “‫ “الحد‬yang berarti hari minggu, kata
“Bakhil” = “‫ ”بخيل‬yang berarti pelit atau kikir. Kedua dari segi lafalnya berubah
artinya tetap » kata “Rezeki = ‫ ”رزق‬dalam bahasa Sumbawa dilafalakan dengan kata
“Riski”, kata “Ziarah = ‫ ”زيارة‬dalam bahasa Sumbawa dilafalkan dengan kata
“Siara”. Ketiga dari segi lafal dan arti berubah dari lafal dan arti semula » kata
1 http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Sumbawa, diakses pada tgl 23-12-2014

2 Prof. Dr. Daru Suprapta ‘Relevansi bahasa dan sastra daerah dalam pembentukan dan
pembinaan kebudayaan’, Pidato pengukuhan jabatan Guru Besar Universitas Gajah Mada pada tgl 13 juli
1996 di Yogyakarta, hlm 11- 12.

3

“Keparat” yaitu kata makian yang maknanya sepadan dengan kata sialan, dalam
bahasa arab dilafalkan “‫ ”كفرة‬berbentuk jamak yang berarti orang kafir, kata “bada”
dalam bahasa Sumbawa berarti memberitahu, menceritakan atau mengabarkan,
sedangkan dalam bahasa Arab dilafalkan dengan kata “‫ ”بعد‬berarti setelah. Keempat
dari segi lafalnya tetap artinya berubah » kata “‫ ”أنا‬dalam bahasa Arab berarti “saya”
sedangkan dalam bahasa Sumbawa berarti “itu”, kata “‫ ”و‬dalam bahasa Arab berarti
“dan” sedangkan dalam bahasa Sumbawa berarti “kata depan untuk ungkapan takjub
» seperti pada kalimat “Wa gera pee” yang berarti “Wow cantik sekali atau wow
indah sekali”.
Dari sedikit paparan diatas, alasan yang melatar belakangi pemilihan penelitian
tersebut, bahwa keberadaan bahasa daerah sebagai identitas suatu Suku harus tetap di
pertahankan, kemudian untuk mengetahui kata-kata serapan bahasa Sumbawa dialek
Semawa yang berasal dari bahasa Arab secara keseluruhan. Pemilihan topik ini
bukanlah tanpa alasan, keberadaan bahasa Sumbawa dialek Semawa merupakan

kebanggaan tersendiri bagi penduduk pulau Sumbawa, khususnya yang menggunakan
dialek Semawa, didapati beberapa kosa kata bahasa Sumbawa yang menyerap dari
bahasa Arab yang menarik dan patut untuk diteliti serta di pelajari.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti membatasi permasalahan yang
akan diungkapkan dalam penelitian ini ,secara spesifik, dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah bentuk-bentuk perubahan makna kata-kata serapan bahasa
Sumbawa dialek Semawa yang berasal dari bahasa Arab?
2. Faktor apa sajakah yang menyebabkan terjadinya perubahan makna pada katakata serapan bahasa Sumbawa dialek Semawa yang berasal dari bahasa Arab?

4

C. Tujuan dan Manfaat penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk perubahan makna kata-kata serapan bahasa
Sumbawa dialek Semawa yang berasal dari bahasa Arab.
2. Mengungkap faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan makna
pada kata-kata serapan bahasa Sumbawa dialek Semawa yang berasal dari
bahasa Arab.

Adapun manfaat dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu manfaat
teoritis dan manfaat praktis:
1. Manfaat teoritis: penelitian ini diharapkan mampu menambah kekayaan
intelektual dan juga dapat menambah pengetahuan kita tentang kedinamisan
bahasa : dalam hal ini terkait perkembangan bahasa Sumbawa dialek Semawa
yang menyerap kosa kata dari bahasa Arab. Sehingga penelitian ini
diharapkan bisa menjadi acuan dalam bidang semantik Sumbawa maupun
yang bergerak dalam bidang linguistik Sumbawa.
2. Manfaat praktis : penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat bagi
perkembangan linguistik Sumbawa dan para penggiat Bahasa Sumbawa.
D. Tinjauan Pustaka
Secara teoritis, Bahasa Sumbawa hampir-hampir telah menjadi sebuah
pengetahuan yang sangat normatif. Perkembangan linguistik Sumbawa tampaknya
berhenti pada tahap yang memprihatinkan. Hal ini juga karena bidang ini sudah
kehilangan para peminatnya. Berdasarkan informasi baik melalui jurnal, makalahmakalah, peneliti tidak menemukan penelitian yang membahas kata serapan bahasa
Arab dalam bahasa Sumbawa dialek Semawa, tetapi peneliti mendapatkan beberapa
judul yang kajian objeknya mirip atau bahkan berbeda meskipun teori yang
digunakan sama yaitu :
1. Perubahan Fonologi pada kata serapan Bahasa Arab dalam bahasa Jawa (analisis
konstrastif), yang ditulis oleh Rini Masruroh pada tahun 2008. Skripsi ini


5

mengkaji tentang perubahan fonologi yang terjadi dari bahasa Arab dalam
Bahasa Jawa dengan pisau analisis kontrastif. Seperti kata kusuk yang diambil
dari kata ‫ خشوع‬atau yang seharusnya ditulis dengan Khusyu’.
2. Pergeseran makna serapan Bahasa Arab dalam Bahasa Indonesia, tinjauan SosioSemantik, yang ditulis oleh Imam Saeful Bahri tahun 2009. Seperti kata rukuh,
yang diserap dari Bahasa Arab rukhun yang memiliki makna keleluasan. Diserap
ke dalam Bahasa Indonesia menjadi rukuh, yang berarti kain longgar penutup
aurat wanita, kecuali mata kaki dan kedua ttelapak tangan, biasanya dipakai
untuk shalat; Mukena, Telekung.
E. Kerangka Teori
Menurut Abdul Chaer, kajian tentang makna (Semantik) secara umum
diantaranya yaitu: (1) Jenis makna, (2) Relasi makna, (3) Perubahan makna, dan (4)
Medan makna. Memang sangat luas cakupan makna dari kajian semantik, akan tetapi
teori yang cocok untuk digunakan dalam penelitian ini adalah teori perubahan
makna.3
Hal yang harus diketahui adalah adanya perbedaan antara perubahan makna
dan pergeseran makna. Dalam beberapa literatur ada yang membedakan ada juga
yang menyamakan, karena asumsi dasarnya bila pergeseran maknaya itu berupa

gejala perluasan, penyempitan, pengonotasian (konotasi), penyinestesian (sinestesia),
dan pengasosiasian makna kata yang masih dalam satu medan makna. Dalam
pergeseran makna rujukan awal tidak berubah atau diganti, tetapi rujukan awal
mengalami perluasan atau penyempitan rujukan. Sedangkan perubahan makna yaitu
gejala pergantian rujukan dari symbol bunyi yang sama. Dalam perubahan makna
terjadi perubahan pada rujukan yang berbeda dengan rujukan awal.4
Pateda, secara terang tidak membedakan antara perubahan dan pergeseran
makna, tetapi memasukkannya dalam sub-bahasan perubahan makna yaitu bahwa
perubahan makna meliputi : Pelemahan, pembatasan, pergantian, pergeseran,
perluasan makna, dan juga kekaburan makna.5 Sedangkan menurut Abdul Chaer,
perubahan makna kata atau satuan ujaran ada beberapa macam diantaranya,
3 Abdul Chaer, Linguistik Umum (Jakarta : Rineka Cipta, 2007), hlm. 289-318.
4 J.D. Parera, Teori Semantik (Jakarta : Erlangga, 2004), hlm. 107.
5 Mansoer Pateda, Semantik Leksikal (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), hlm. 159.

6

perubahan makna meluas, menyempit, perubahan total, penghalusan, dan
pengasaran.6
Perubahan makna meluas adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata atau

laksem yang pada mulanya hanya memiliki satu makna, tetapi kemudian karena
banyak faktor menjadi memiliki makna-makna lain. Perubahan makna menyempit
adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada mulanya mempunyai makna
yang cukup luas, kemudian berubah menjadi terbatas hanya pada sebuah makna saja.
Perubahan total adalah berubahnya sama sekali makna sebuah kata dan makna
asalnya. Penghalusan adalah usaha untuk menggantikan makna yang maknanya kasar
dengan makna yang lebih halus. Kebalikan dari penghalusan adalah pengasaran
(disfemia), yaitu usaha untuk menggantikan kata yang maknanya halus atau biasa
dengan kata yang maknanya kasar.7
Dengan demikian yang di maksud perubahan makna dalam penelitian ini yaitu
memfokuskan kajian pada kata-kata serapan bahasa Sumbawa dialek Semawa yang
berasal dari bahasa Arab, yang mengalami perluasan makna, penyempitan makna, dan
perubahan makna total.
F. Metode Penelitian
Hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah sasaran penelitian, bentuk dan strategi penelitian, teknik
penyediaan data, klasifikasi data, teknik analisis data, serta penyajian hasil analisis
data.
1. Sasaran Penelitian
Sasaran dalam penelitian ini adalah tuturan masyarakat penutur bahasa

Sumbawa dialek Semawa dalam penggunaan kosa kata yang mengandung kata
serapan bahasa Arab dalam percakapan sehari-hari di Sumbawa Besar dialek
Semawa. Kata serapan tersebut dapat berupa kata, frase maupun kalimat.

2. Bentuk dan Strategi Penelitian
6 Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), hlm. 140.
7 Ibid., hlm. 140-144.

7

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif deskriptif karena penelitian
berusaha mendeskripsikan bentuk-bentuk kata serapan bahasa Arab dalam bahasa
Sumbawa dialek Semawa pada percakapan sehari-hari di Sumbawa Besar.
3. Teknik Penyediaan Data
Adapun teknik penyediaan data dalam penelitian ini terbagi menjadi
beberapa sub-bahasan antara lain :
a. Teknik simak dan catat
Yaitu mengadakan penyimakan dan terhadap pemakai bahasa lisan yang
bersifat spontan dan mengadakan pencatatan terhadap data relevan yang
sesuai sasaran dan tujuan penelitian.8 Dalam penelitian ini, peneliti melakukan

pengamatan terarah dimanapun terdapat tuturan kata Serapan kemudian
melakukan penyimakan terhadap pemakai bahasa lisan yang mengandung kata
serapan bahasa Arab. Setelah itu dilakukan pencatatan dengan menyertakan
latar dan konteksnya, peneliti mendeskripsikan siapa penutur, mitra tutur,
lokasi tuturan, situasi tuturan (formal atau informal), hubungan penutur dan
mitra tutur.
b. Teknik sadap dan rekam
Pada praktiknya, penyimakan atau metode simak diwujudkan dengan
penyadapan. Si peneliti untuk mendapatkan data pertama-tama dengan
segenap kecerdikan dan kemauannya harus menyadap pembicaraan
(penggunaan bahasa) seseorang atau beberapa orang. Kegiatan menyadap itu
dapat dipandang sebagai teknik dasarnya dan dapat disebut “teknik sadap”.9
Sebelum melakukan penyadapan, dilakukan pengamatan atau obsevasi
terlebih dahulu. Dalam menggunakan teknik rekam, penutur kata serapan
tidak mengetahui jika dirinya sedang disadap pembicaraannya. Teknik ini
digunakan untuk mendapatkan bentuk-bentuk kata serapan secara wajar dan
alamiah. Untuk mendapatkan data secara wajar dan alamiah, teknik sadap ini
dilakukan dengan cara merekam tuturan melalui handphone yang mempunyai
fasilitas rekam. Dengan menggunakan handphone, penutur kata serapan tidak
sadar kalau disadap pembicaraannya karena penggunaan handphone sudah
8 Edi Subroto, Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural (Surakarta : UNS Press. 2007),
hlm. 47.
9 Sudaryanto, Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa (Duta Wacana University Press, 1993),
hlm. 133.

8

tidak asing lagi bagi masyarakat. Dalam melakukan teknik sadap, peneliti
berpura-pura menggunakan handphone untuk SMS atau menelepon dengan
tetap memperhatikan pembicaraan penutur kata serapan. Setelah data
diperoleh, dilakukan pentranskripan secara tertulis dan transkrip fonetis pada
kata-kata tertentu.
c. Teknik Kerja Sama dengan Informan (in Depth Interview)
Seperti halnya dengan teknik wawancara, teknik ini juga menyampaikan
pertanyaan-pertanyaan kebahasaan tertentu yang dijawab oleh informan.10
Dilihat dari bahan yang diwawancarakan, teknik kerja sama dengan informan
dapat digolongkan wawancara tak berencana atau tidak terstruktur.
Wawancara tak berencana dalam arti pertanyaan yang hendak disampaikan
tidak tersusun secara tetap dan tertentu urutannya. Sekalipun demikian,
termasuk berstruktur longgar karena ada pola bertanya yang mengikuti
strategi tertentu. Maksudnya, pertanyaan tersebut sudah berada di benak
peneliti sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian. Teknik ini dapat
dilakukan dengan cara yang tidak formal dan bisa dilakukan secara berulang
pada informan yang sama. Yang ingin digali dari wawancara mendalam
dengan informan dalam penelitian ini adalah kejujuran informan untuk
memberikan informasi yang sebenarnya tentang penggunaan kata serapan
bahasa Arab dalam bahasa Sumbawa dialek Semawa.
4. Klasifikasi Data
Pengaturan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memilah dan
mengatur secara fisik semua data ke dalam kelompok, folder, atau kartu sesuai
dengan rumusan masalah penelitian agar mudah digunakan untuk proses
selanjutnya.11 Data yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi catatan
penyimakan, hasil wawancara, rekaman, memo yang dibuat peneliti, potongan
pikiran-pikiran peneliti yang muncul dalam proses pengumpulan data, dan juga
catatan semua pandangan yang diperoleh dari mana pun.
Dalam klasifikasi data ini, data yang diperoleh diklasifikasikan
berdasarkan : (1) bentuk kata-kata serapan bahasa Sumbawa dialek Semawa yang
berasal dari bahasa Arab berdasarkan lafal dan arti sesuai dengan bahasa aslinya.
10 Edi Subroto, Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural (Surakarta : UNS Press, 2007),
hlm. 42.
11 Ibid., hlm. 51.

9

(2) klasifikasi data berdasarkan kata-kata serapan yang lafalnya berubah namun
artinya tetap. (3) klasifikasi data berdasarkan kata serapan yang lafalnya tetap
namun artinya berubah. (4) klasifikasi data berdasarkan lafal dan arti berubah dari
lafal dan arti semula, sehingga didapatkan data yang berupa kata, frasa, dan
klausa. Langkah selanjutnya adalah memasukkan data-data tersebut ke dalam map
khusus sesuai dengan kelompoknya.
5. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode padan dan agih dalam
menganalisis data.
Metode padan adalah metode yang alat penentunya adalah unsur di luar
bahasa atau sesuatu yang ditunjuk bahasa (referent), alat ucap pembentuk bunyi
bahasa, bahasa lain, dan lawan bicara yang disesuaikan dengan kebutuhan. Alat
penentu dari luar bahasa maksudnya adalah latar belakang penutur, misalnya siapa
yang bertutur, dari mana asal penutur, penutur memiliki peran apa pada saat
bertutur. Teknik dasar dari metode padan adalah teknik pilah unsur penentu,
sedangkan alatnya adalah daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh
peneliti.
Metode agih adalah metode analisis data yang alat penentu unsurnya
berasal dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri.12 Metode agih dalam penelitian
ini hanya menggunakan teknik dasar bagi unsur langsung. Teknik ini digunakan
untuk membagi satuan lingual data, menjadi unsur-unsur yang bersangkutan
dengan pembentuk satuan lingual. Metode agih dengan teknik dasar bagi unsur
langsung hanya diterapkan untuk mengetahui bentuk-bentuk kata-kata serapan
bahasa Sumbawa dialek Semawa yang berasal dari bahasa Arab.
6. Penyajian Hasil Analisis Data
Penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode
informal. Metode informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa, walaupun
dengan terminologi yang teknis sifatnya.13 Dengan kata lain metode ini
menggunakan kata-kata sederhana agar mudah dipahami. Metode informal
digunakan untuk mendeskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan

12 Sudaryanto, Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa (Duta Wacana University Press, 1993),
hlm. 15.
13 Ibid., hlm. 145.

10

dalam penelitian ini. Permasalahan tersebut berupa bentuk kata-kata serapan
bahasa Sumbawa dialek Semawa yang berasal dari bahasa Arab.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul, Linguistik Umum (Jakarta : Rineka Cipta, 2007).
__________ , Pengantar Semantik Bahasa Indonesia (Jakarta : Rineka Cipta, 2009).
J.D. Parera, Teori Semantik (Jakarta : Erlangga, 2004).
Pateda, Mansoer, Semantik Leksikal (Jakarta : Rineka Cipta, 2010).
Subroto, Edi, Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural (Surakarta : UNS
Press. 2007).
Sudaryanto, Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa (Duta Wacana University
Press, 1993).
Prof. Dr. Daru Suprapta ‘Relevansi bahasa dan sastra daerah dalam pembentukan
dan pembinaan kebudayaan’, Pidato pengukuhan jabatan Guru Besar
Universitas Gajah Mada pada tgl 13 juli 1996 di Yogyakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Sumbawa
11