MANAJEMEN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS : Studi Tentang Konstribusi Kepemimpinan Pembelajaran, Supervisi Akademik, Penilaian Kinerja,Perencanaan Strategis,Fokus Pada Pelanggan, Pengembangan SDM dan Budaya Mutu Terhadap Penjaminan Mutu S

(1)

DAFTAR ISI

Hlm.

PERNYATAAN ………..….………. i

LEMBAR PENGESAHAN ……….…….………. ii

ABSTRAK ………. ii

ABSTRACT ………..………. iv

KATA PENGANTAR ………..………. v

UCAPAN TERIMAKASIH ……….………. vi

DAFTAR ISI ……….………. x

DAFTAR TABEL ……….……….………. xii

DAFTAR GAMBAR ……….………. xix

DAFTAR LAMPIRAN ……….………. xx

BAB I PENDAHULUAN……….……….. 1

A. Latar Belakang Penelitian………. 1

B. Identifikasi Masalah,Batasan Masalah Dan Rumusan Masalah Penelitian……….. 10

C. Tujuan Penelitian ..……….……… 24

D. Manfaat Penelitian ……….. 27

E. Struktur Organisasi Desertasi ……….. 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……… 29

A. Manajemen Mutu……… 29

a. Konsep Mutu……… 29

b. Konsep Penjaminan Mutu……… 36

c. Tujuan Penjaminan Mutu……… 38

d.Pengelolaan Mutu Pendidikan Dengan Sistem Penjaminan Mutu………. 41 e. Penjaminan Mutu Dalam Pendidikan……… 48

f. Sistem Penjaminan Mutu Sekolah Di Indonesia………. 59

g. Dimensi Dan Aspek Mutu Sekolah……… 63

h.Unsur Unsur Penjaminan Mutu………..… 65

B. Model Sekolah Standar Nasional……… 67

a. Landasan empiris……… 67

b.Karakteristik Sekolah Standar Nasional……… 70


(2)

1.Kepemimpinan Pembelajaran……… 78

a. Arti Kepemimpinan Pembelajaran……… 77

b.Tujuan Kepemimpinan Pembelajaran………... 84

c. Pentingnya Kepemimpinan Pembelajaran……… 85

d. Butir-Butir Penting Kepemimpinan Pembelajaran……… 87

e. Standar Kepemiminan Pembelajaran……… 89

. f Kompetensi Kepemimpinan Pembelajaran………... 97

g. Cara Menerapkan Kepemimpinan Pembelajaran………. 102

2.Supervisi Akademis………. 106

a. Tujuan Supervisi Akademis………. 109

b. Prinsip-Prinsip Supervisi Akademis……… 112

c. Dimensi Supervisi Akademis………. 115

3.Perencaan Strategis……….. 120

a. Pengertian Perencanaan Strategis………. 119

b. Pentingnya Perencanaan Strategis……… 122

c. Tahapan Strategik……… 125

d. Pengendalian Strategik……….. 126

e. Manfaat Perencanaan Strategis………. 126

4.Fokus Pada Pelanggan……….. 128

a Konsep Pelayanan………. 128

b. Konsep Pelanggan………. 130

c. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Kepuasan Pelanggan……… 134

d.Pentingya Fokus Pada Pelanggan……….. 136

e. Mengukur Fokus Pada Pelanggan………. 138

5. Pengembangan SDM……… 141

a. Hakekat Pembinaan Dan Pengembangan Profesional Pendidik……… 141

b. Prisip-Prinsip Pembinanan Dan Pengembangan Personil 143 c. Prosedur Pengembangan SDM ……… 144

d. Konsep Pemberdayaan SDM……… 147

e. Manfaat Pemberdayaan SDM……… 147

f. Hakikat Pemberdayaan SDM……… 148

g. Bentuk Bentuk Pemberdayaan SDM……… 148

h .Model Pengembanagn Guru……….. 150

i. Tantangan Profesional Guru……….. 156

6 Penilaian Kinerja……… 150

a.Pengertian Penilaian Kinerja………. 160

b. Tujuan Dan Mafaat Penilaian Kinerja……… 165

c. Pengukuran Kinerja……….. 167

d. Analisa Pengukuran Kinerja……….. 167


(3)

g. Pengertian Akreditasi Sekolah ………. 172

7. Budaya Mutu………. 181

a. Pengertian Budaya Mutu………... 181

b. Karakteristik Budaya Mutu……….. 195

c. Unsur Unsur Budaya Mutu……….. 196

d. Pengembangan Budaya Mutu………... 197

e Konsep Sekolah Bermutu………. 200

f Budaya Mutu……… 202

D Penelitian yang relevan………. 218

E Kerangka Pemikiran………. 221

F Hipotesis Penelitian……….. 237

BAB III METODE PENELITIAN………. 241

A Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian……….. 241

1.Populasi Penelitian ……….. 242

2. Sampel Penelitian………. 244

3.Kriteria Responden……… 249

4.Karakteristik Responden Penelitian………... 250

B Desain Penelitian……….. 255

C Metode Penelitian………. 257

D Definisi Operasional………. 261

E Instrumen Penelitian………. 277

F G Pengembangan Instrumen………. Tehnik dan Alat Pengumpul data……… 279 283 G Pengujian Persyaratan Analisis Data……… 284

H 1.Uji Normalitas……… 284

2.Uji Linieritas……….. 285

I Rancangan Pengujian Hipotesis………. 286

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 299

A Deskripsi Variabel Penelitian……… 299

a. Deskripsi Kepemimpinan Pembelajaran……… 299

b. Deskripsi Supervisi Akademik……….. 309

c. Deskripsi Perencanaan Strategis……….. 314

d. Deskripsi Fokus pada Pelanggan……….. 318

e. Deskripsi Penilaian Kinerja……….. 326

f. Deskripsi Pengembangan SDM ……… 331

g. Deskripsi Budaya Mutu………. 336

h. Deskripsi Mutu Sekolah……….. 344

B Pengujian Hipotesis Penelitian………. 348


(4)

d. Pengujian Hipotesis Keempat………. 377

C Pembahasan……….. 391

a. Model Faktor yang memepengaruhi Penjaminan Mutu SMA SSN di Provinsi Jawa Barat……… 391

b. Analisis Pengaruh Variabel input terhadap variabel proses 395 c. Analisis Pengaruh Variabel input dan varibel proses terhadap variabel output……… 406

d. Analisis Pengaruh Variabel input,varibel proses dan variabel output terhadap variabel Outcome………... 423 e. Variabel penelitian yang dominan……….. 433

D Model Hipotetik……… 435

a. Konsepsi Model Sistem Penjaminan Mutu SMA SSN 435 b. Tujuan,Fungsi dan Manfaat model……… 438

c. Asumsi Model Sistem Penjaminan Mutu SMA SSN…… 438

d. Komponen Model Manajemen Penjaminan Mutu SMA SSN………. 442

e. Persyaratan Implementasi Model………. 461

f. Indikator Keberhasilan Model……….. 464

g. Pemanfaatan dan pengunaan Model………. 466

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI………. A Kesimpulan……….. 477

B Rekomendasi……….. 490

DAFTAR PUSTAKA………. 492

A Buku……… 492

B Jurnal……… 500

C Peraturan-Peraturan ( Undang-Undang ,Peraturan Pemerintah,Peraturan menteri pendidikan )……… 501


(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Mutu pendidikan di Indonesia saat ini telah menjadi perhatian luas berbagai kalangan, tidak hanya pada kalangan pendidikan, tetapi juga masyarakat luas. Mereka menginginkan munculnya perubahan signifikan dalam hal usaha peningkatkan mutu pendidikan. Fakta menunjukkan bahwa mutu pendidikan kita belum sebagaimana diharapkan.

Tuntutan terhadap peningkatan mutu pendidikan semakin meningkat. Hal ini dikarenakan adanya (1) kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, (2) persaingan global yang semakin ketat, dan (3) kesadaran masyarakat (orang tua siswa) akan pendidikan yang bermutu semakin tinggi. Selain itu, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi pada akhir-akhir ini telah membawa dampak perubahan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, sehingga permasalahan dapat dipecahkan dengan mengupayakan penguasaan serta peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, seseorang akan mengalami kesulitan mengantisipasi perubahan-perubahan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan tidak mampu mengatasi persoalan-persoalan hidup yang selalu berkembang dengan pesat.

Persaingan global dalam era pasar bebas, menyebabkan adanya kompetisi yang sangat ketat. Untuk dapat berpartisipasi dalam persaingan global tersebut,


(6)

kecakapan berkomunikasi, memiliki kemampuan menjalin kerjasama, memiliki keterampilan atau skill tertentu, sebagai individu yang ulet, disiplin, beretos kerja yang tinggi, pandai menangkap peluang, dan memiliki semangat untuk maju.

Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menggariskan bahwa pendidikan dilaksanakan melalui satu sistem pendidikan yang menugaskan tercapainya tujuan pendidikan nasional, yaitu untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia. Implikasi dari berlakunya undang-undang ini diantaranya adalah perlunya suatu standar mutu pendidikan yang bersifat nasional, diantara upaya untuk menentukan standar secara nasional adalah adanya Standar Nasional Pendidikan yang lebih dikenal dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 untuk berbagai jenis dan jenjang pendidikan.

Telah banyak dilakukan penelitian oleh pakar manajemen pendidikan mengenai sekolah yang bermutu. Dalam penelitian sekolah yang bermutu, sering disebut sekolah yang efektif atau sekolah yang excellent (Sergiovanni, 1987), atau sekolah yang unggul (Newman, 1988). Sebenarnya ada dua model pendekatan yang sangat berguna dalam menetapkan sekolah baik atau sekolah efektif (Hoy & Ferguson, 2008 ), yaitu model pendekatan pencapaian tujuan dan model pendekatan proses. Pada model pendekatan pencapaian tujuan, model ini berdasarkan pandangan tradisional organisasi dikatakan efektif apabila mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Sergiovanni, 1987). Di sekolah biasanya dilihat tingkat pencapaiannya yang ditandai dengan prestasi lulusan sekolah. Dengan demikian model pendekatan tujuan ini dinyatakan dengan prestasi siswa


(7)

merupakan peranan penting yang digunakan dalam menetapkan baik atau tidaknya sekolah.

Sedangkan model pendekatan proses, model ini memandang organisasi sebagai sebuah sistem yang terbuka yang terdiri dari masukan transformasi, dan keluaran (Hoy & Miskel, 2008). Model sistem keefektifan organisasi ini dilihat bukan dari tingkat pencapaian tujuan melainkan konsistensi internal, efisiensi penggunaan semua sumber yang ada, dan kesuksesan dalam mekanisme kerjanya (Hoy & Ferguson, 1985). Ada dua asumsi yang melandasinya, yaitu (1) organisasi merupakan sebuah sistem terbuka yang harus mampu memanfaatkan dan merefleksikan lingkungan sekitarnya, (2) organisasi merupakan sistem yang dinamis dan begitu besar, maka kebutuhannya semakin kompleks, sehingga tidak mungkin didefinisikan hanya melalui sejumlah kecil tujuan organisasi yang bermakna.

Sehubungan dengan itu, untuk memberikan gambaran tentang sekolah yang efektif atau sekolah bermutu , perlu disajikan beberapa kajian atau hasil penelitian dari pakar manajemen pendidikan tentang sekolah itu efektif atau sekolah bermutu. Sekolah efektif atau sekolah bermutu memiliki kriteria, ciri-ciri atau karakteristik tertentu. Ukuran dasar yang dapat dijadikan pedoman untuk melihat apakah sekolah itu efektif atau tidak, sekolah itu bermutu atau tidak, Danim (2006) memberikan kriteria tentang sekolah tersebut sebagai berikut: (1) mempunyai standar kerja yang tinggi dan jelas bagi siswa, (2) mendorong aktivitas, pemahaman multibudaya, kesetaraan gender, dan mengembangkan


(8)

(3) mengharapkan para siswa untuk mengambil peran tanggung jawab dalam belajar dan perilaku dirinya, (4) mempunyai instrumen evaluasi dan penilaian prestasi belajar, (5) menggunakan metode pembelajaran yang berakar pada penelitian pendidikan dan suara praktik profesional, (6) mengorganisasikan sekolah dan kelas untuk mengkreasi lingkungan yang bersifat memberi dukungan bagi kegiatan pembelajaan, (7) pembuatan keputusan secara demokratis dan akuntabilitas, (8) menciptakan rasa aman, sifat saling menghargai, dan mengakomodasikan lingkungan secara efektif, (9) mempunyai harapan yang tinggi kepada semua staf, (10) secara aktif melibatkan keluarga di dalam membantu siswa untuk mencapai sukses, dan (11) bekerja sama atau berpartner dengan masyarakat dan pihak-pihak lain.

Hampir serupa apa yang dikemukakan oleh Danim tentang kriteria sekolah efektif di atas, Sammons (Macbeath & Mortimore, 2005) menganalisis tentang sekolah yang efektif itu ditentukan 11 faktor penting, yaitu: kepemimpinan profesional, visi dan tujuan bersama, suatu lingkungan pembelajaran, konsentrasi pada belajar dan mengajar, harapan tinggi, dorongan positif, memonitor kemajuan, hak dan kewajiban murid, pengajaran yang mempunyai tujuan, suatu organisasi pembelajaran, dan kemitraan sekolah rumah.

Sedang Suyanto dalam Elfahmi (2006) menegaskan bahwa sekolah bermutu memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu: (1) memiliki budaya akademik yang kuat, (2) memiliki kurikulum yang selalu relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, (3) memiliki komunitas sekolah yang selalu menciptakan cara-cara atau teknik belajar untuk belajar yang inovatif, (4) berorientasi pada


(9)

pengembangan hard knowlegde dan soft knowlegde secara seimbang, (5) proses belajar untuk mengembangkan potensi siswa secara holistik, dan (6) mengembangkan proses pengembangan kemampuan dan kompetensi ber-komunikasi siswa secara global.

Lezotte (1983) menemukan dalam penelitiannya bahwa sekolah-sekolah yang unggul itu memiliki karakteristik-karakteristik, yaitu: (1) lingkungan sekolah yang aman dan tertib; (2) iklim serta harapan yang tinggi; (3) kepemimpinan instruksional yang logis; (4) misi yang jelas dan terfokuskan; (5) kesempatan untuk belajar dan mengerjakan tugas bagi siswa; dan (6) pemantauan yang sering dilakukan terhadap kemajuan siswa, dan hubungan rumah-sekolah yang bersifat mendukung. Dalam penelitian ini, tidak disebut-sebut perihal keefektivan guru secara khusus, demikianpun perihal ganjaran insentif, yang pada penelitian lain cukup memberikan sumbangan terhadap prestasi siswa di sekolah.

Sedang Austin (Moedjiarto,2002) dalam penelitiannya menemukan bahwa sekolah-sekolah yang sukses menunjukkan saling ketergantungan sehubungan praktik-praktik tertentu dalam organisasi sekolah. Dalam kaitan ini, karakteristik-karakteristik yang ditemukan dalam sekolah-sekolah unggul, adalah (1) kepemimpinan instruksional yang kuat; (2) pengembangan program, perencanaan pengajaran; (3) harapan-harapan performansi yang tinggi; (4) kepercayaan bahwa semua siswa dapat mempelajari keterampilan-keterampilan dasar; (5) iklim yang positif; (6) pengawasan terhadap fungsi-fungsi sekolah, kurikulum dan program pengembangan staff; (7) dukungan staf yang kuat; (8) pemberian semangat; serta


(10)

Dengan demikian, sekolah dapat disebut sebagai sekolah bermutu bila memiliki karakteristik keefektivan yang tinggi, yaitu: iklim sekolah yang positif, proses perencanaan sekolah yang melibatkan seluruh warga sekolah, harapan yang tinggi terhadap prestasi akademik, pemantauan yang efektif terhadap kemajuan siswa, keefektivan guru, kepemimpinan instruksional yang berorientasi pada prestasi akademik, pelibatan orang tua yang aktif dalam kegiatan sekolah, kesempatan, tanggung jawab, dan partisipasi siswa yang tinggi di sekolah, ganjaran dan insentif di sekolah, yang didasarkan pada keberhasilan, tata tertib dan disiplin yang baik di sekolah, dan pelaksanaan kurikulum yang jelas.

Pendidikan mencakup semua aktivitas, mulai konsep, visi, misi, institusi, kurikulum, metodologi, proses belajar mengajar, SDM kependidikan, lingkungan pendidikan dan lain sebagainya, yang disemangati dan bersumber pada ajaran dan nilai-nilai yang dibangun dalam proses semua aktivitas tersebut. Kelembagaan pendidikan yang efektif tersebut adalah lembaga pendidikan atau sekolah yang merefleksikan konsep-konsep sekolah yang baik (the good school), sekolah yang efektif (the effective school), sekolah yang unggul (the exellent school). Menurut Hasan (2005) ada empat persyaratan yang dapat dikategorikan sebagai kelembagaan pendidikan yang baik “sekolah bermutu”, yaitu: (1) SDM kependidikan yang profesional, (2) manajemen yang efektif dan profesional, (3) lingkungan pendidikan yang kondusif, dan (4) mampu membangun kepercayaan kepada masyarakat.

Persyaratan pertama, SDM kependidikan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan berdasarkan seleksi yang memenuhi syarat kompetensi personal,


(11)

kompetensi profesional, kompetensi moral dan kompetensi sosial, yang mampu berperan sebagai pengajar, pendidik, dan sekaligus pemimpin di tengah-tengah peserta didiknya. Selain itu, tenaga kependidikan tersebut memiliki pengalaman dan ditunjang oleh adanya keunggulan dalam kemampuan intelektual, moral, keilmuan, ketaqwaan, disiplin dan tanggung jawab, keluasan wawasan kependidikan, kemampuan pengelolaan, terampil, kreatif, memiliki keterbukaan profesional dalam memahami profesi, karakteristik dan masalah perkembangan peserta didik, mampu mengembangkan rencana studi dan karier peserta didik serta memiliki kemampuan meneliti dan mengembangkan kurikulum, juga menguasai bidang agama Islam dan ketaatan dalam beribadah maupun amaliyahnya.

Manajemen pendidikan diharapkan dapat berperan menjadi pemberdayaan organisasi (empowering organization). Dalam hal pemberdayaan organisasi, komponen-komponen yang ada harus didayagunakan sehingga bersinergi mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Di antara komponen-komponen tersebut adalah kurikulum atau pembelajaran, siswa, pegawai, sarana prasarana, keuangan, dan lingkungan masyarakat (De Roche, 1985). Dalam pelaksanaan keseluruhan proses manajemen tersebut diupayakan dengan bertumpu pada spirit manajemen pendidikan, sebagaimana temuan teoritik pada berbagai hasil penelitian yaitu berwawasan mutu, kemandirian, partisipasi, dan keterbukaan.

Dalam membentuk sekolah bermutu, lembaga pendidikan merupakan sebuah organisasi. Kultur lembaga pendidikan merupakan kultur organisasi dalam


(12)

diartikan sebagai kualitas kehidupan sebuah lembaga pendidikan yang tumbuh dan berkembang berdasarkan spirit dan nilai-nilai tertentu yang dianutnya. Kultur lembaga pendidikan tersebut akan dapat dikembangkan dengan melalui tenaga kependidikan yang unggul sebagaimana yang telah disebutkan di atas.

Di samping itu pula, lembaga pendidikan harus mampu menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif, yang memberikan suasana damai, bersih, tertib, aman, indah dan penuh kekeluargaan. Lingkungan yang memberikan kebebasan peserta didik untuk berekspresi, mengembangkan minat dan bakatnya, berinteraksi sosial dengan sehat dan saling menghormati, dalam atmosfer yang mencitrakan suasana religius, etis, dan humanis.

Upaya serius pemerintah dalam mewujudkan mutu pendidikan ditunjukkan dalam Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 91 yang menyatakan bahwa satuan pendidikan wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan untuk memenuhi Standar Nasional Pendidikan atau melebihinya, dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 91 yang menyatakan :(1) Setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan nonformal wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan. (2) Penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan. (3) Penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara bertahap, sistematis, dan terencana dalam suatu program penjaminan mutu yang memiliki target dan kerangka waktu yang jelas.


(13)

Adapun penjabaran lebih lanjut dengan terbitnya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 tahun 2009 tentang sistem penjaminan mutu pendidikan seperti dalam pasal 1 ayat 2 menyatakan penjaminan mutu pendidikan adalah kegiatan sistemik dan terpadu oleh satuan pendidikan, pemerintah daerah, pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan tingkat kecerdasan kehidupan bangsa melalui pendidikan.

Proses penjaminan mutu sangat penting dilakukan karena pengelolaan persekolahan di Indonesia masih menggunakan pendekatan kategorisasi seperti adanya sekolah reguler, kategori sekolah rintisan Sekolah Standar Nasional, Sekolah Standar Nasional, Rintisan Sekolah Berstandar Internasional serta Sekolah Standar Internasional. Dengan katagorisasi tersebut, dimungkinkan terjadinya disparitas mutu sekolah.

Untuk menghindari terjadinya disparitas mutu sekolah pemerintah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan menerapkan delapan standar nasional pendidikan sebagai acuan dalam pengembangan Sekolah Standar Nasional (SSN). SSN menurut E Mulyasa ( 2006:55) merupakan sekolah yang memenuhi standar prestasi, standar pengelolaan minimal serta merupakan program unggulan untuk memberikan jaminan mutu dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

Namun, berdasarkan hasil evaluasi keterlaksanaan Sekolah Standar Nasional (SSN) yang dilakukan oleh Dinas Provinsi Jawa Barat tahun 2010 diperoleh data


(14)

dikelompokkan dengan hasil : kategori kurang 32 % , Cukup 10 % , Baik 28 % dan Amat Baik 30 % . Dari data tersebut 45 % kurang dalam standar pengelolaan, 30 % kurang dalam standar sarana prasarana.

Berkaitan dengan belum optimalnya Sekolah Standar Nasional seperti yang ditunjukan hasil evaluasi dinas pendidikan tahun 2010 terhadap penyelenggaraan Sekolah standar Nasional tersebut di atas dan sangat strategisnya Sekolah Menengah Atas kategori Sekolah Standar Nasional dalam menyiapkan Sumber Daya Manusia yang handal, sudah selayaknya dicari faktor-faktor apa saja yang merupakan faktor dominan dalam meningkatkan mutu sekolah menengah kategori Sekolah Standar Nasional. Pertanyaannya adalah faktor-faktor apa yang dapat dimanipulasi untuk dapat meningkatkan mutu Sekolah Standar Nasional.

B. Identifikasi Masalah, Batasan Masalah dan Rumusan Masalah Penelitian

1. Identifikasi Masalah

Banyak hal yang ikut mempengaruhi proses penjaminan mutu sekolah.berdasarkan hasil riset para pakar faktor faktor yang mempengaruhi proses penjaminan mutu sekolah diantaranya menurut Gasperzt (2008) adalah (1) focus pada pelanggan,(2) kepemimpinan, (3) keterlibatan personil, (4) pendekatan proses dalam mengambil keputusan,(5) pendekatan system, (6)peningkatan berkelanjutan, (7) pengambilan keputusan berdasarkan fakta, (8) staf management, strategic planning, staf management, evaluation, academic supervision, quality culture, keuangan, implemetasai TQM keterlibatan orang tua siswa ,kepuasan kerja, kurikulum, pengembangan staf, evaluasi sekolah yang


(15)

berkesinambungan. Begitu pula menurut MacBeacth & Mortimer (2001) dipengaruhi oleh Visi misi sekolah yang jelas; Kepala sekolah yang profesional ; Guru yang profesional; Lingkungan belajar yang kondusif; Ramah siswa; Manajemen yang kuat; Kurikulum yang luas dan berimbang; penilaian dan pelaporan prestasi siswa yang bermakna; Pelibatan masyarakat yang tinggi. Sallis (2010:255) penjaminan mutu sekolah dipengaruhi beberapa faktor antara lain (1) Leadership, (2) Strategic planning, (3) Staff management,(4) Resources, (5) Student-focused process, (6) Administrative and operational results, (7) Staff result (8) Partnership and society results, (9) Key performance result.

Begitu pula Menurut Adeybesan (2011: 150) strategi penjaminan mutu terdiri dari aspek (1) monitoring (2) Evaluation (3) supervision (4) inspection dan ( 5) quality Control. Sedangkan penjaminan mutu menurut Arcaro (1995) yang dikutip oleh Jalal dan Supriadi (2001 : 98 ) dibangun lima pilar, yaitu: (1) Fokus kepada pelanggan baik internal maupun eksternal; (2) Adanya keterlibatan total; (3) Adanya ukuran baku; (4) Adanya komitmen; dan (5) Adanya perbaikan yang berkelanjutan

Gambaran aspek-aspek yang menjadi variabel-variabel yang ikut mempengaruhi proses penjaminan mutu sekolah serta yang menentukan mutu sekolah adalah sebagaimana disajikan dalam gambar 1.1 berikut


(16)

Gambar 1.1

2. Batasan Masalah Penelitian

Penelitian ini tidak membahas seluruh permasalahan sebagaimana dikemukakan pada identifikasi masalah . Kajian ini lebih menekankan pada aspek kepemimpinan pembelajaran, budaya mutu, pengembangan SDM , supervisi akademik, penilaian kinerja, perencanaan strategis, fokus pada pelanggan yang

Faktor- faktor yang menentukan proses penjaminan mutu sekolah (diambil dari berberbagai sumber) MacBeacth & Mortimer (2001), Sallis(2011) Adeybesan(2011) Gaspersz (2008)

Penjamina n mutu Sekolah Pendekatan sistem

Keputusan berdasarkan fakta

Strategic planing

Hubungan saling menguntungkan

Quality culture Key performance result Academic supervision

Partnership and society result Adanya ukuran baku

kepemimpinan Staf management Manajemen mutu Power and politic

Focus pada pelanggan

Pendekaan proses

evaluation

Student focus procees

Adanya komitmen Adanya perbaikan terus

menerus

Quality control

Pengukuran,analisis dan peningkatan


(17)

faktor-faktor yang berkaitan dengan penjaminan mutu dalam rangka peningkatan mutu sekolah. yang didasarkan pada kerangka teori (grand theory) penjaminan mutu dalam perspektif penjaminan mutu dapat dicapai melalui keterkaitan berbagai komponen.

Peneliti melihat ada beberapa faktor kunci yang meningkatkan mutu sekolah Sekolah Standar Nasional (SSN) yang dapat dijelaskan secara argumentasi teoritik sebagai berikut :

Pertama, kepemimpinan pembelajaran : Masalah perilaku kepemimpinan

dalam organisasi ditentukan oleh gaya pemimpin itu sendiri dalam mengelola organsiasi. Sekolah merupakan organsiasi tempat menggodok para remaja usia sekolah untuk menimba ilmu maka sudah sewajarnya tipe kepemimpinan yang diterapkan lebih fokus untuk mencurahkan segenap pikirannya untuk peningkatan kemampuan peserta didik dalam penguasaan akademik, bukan pemimpin yang seperti kebanyakan selama ini, hanya merasa puas jika telah mampu membangun ruangan dan fasilitas sekolah saja. Kepemimpinan merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah. Banyak model kepemimpinan yang dapat dianut dan diterapkan dalam berbagai organisasi/institusi, baik profit maupun nonprofit. Namun, model kepemimpinan yang paling cocok untuk diterapkan di sekolah menurut penulis adalah kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership or leadership for improved

learning). Tentang penerapan kepemimpinan pembelajaran di sekolah, banyak


(18)

daripada kepala sekolah yang kurang memfokuskan pada kepemimpinan pembelajaran. Ironisnya, kebanyakan sekolah tidak menerapkan model kepemimpinan pembelajaran.

Kepemimpinan pembelajaran sangat cocok diterapkan di sekolah karena misi utama sekolah adalah mendidik semua siswa dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk menjadi orang dewasa yang sukses dalam menghadapi masa depan yang belum diketahui dan yang sarat dengan tantangan-tantangan yang sangat turbulen. Misi inilah yang kemudian menuntut sekolah sebagai organisasi harus memfokuskan pada pembelajaran (learning-focused schools), yang meliputi kurikulum, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar (assesmen). Pengaruh kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) terhadap peningkatan hasil belajar siswa sudah tidak diragukan lagi. Sejumlah ahli pendidikan telah melakukan penelitian tentang pengaruh kepemimpinan pembelajaran terhadap peningkatan hasil belajar. Mereka menyimpulkan bahwa:

1) If our schools are to improve, we must redefine the principal’s role

and move instructional leadership to the forefront (Buffie, 1989). 2) If a school is to be an effective one, it will be because of the instructional leadership of the

principal …. (Findley,1992). 3) Effective principals are expected to be effective

instructional leaders 4). the principal must be knowledgable about curriculum development, teachers and instructional effectiveness, clinical supervision, staff development, and teacher evaluation (Hanny, 1987).


(19)

Dari kutipan-kutipan tersebut di atas dapat disarikan bahwa peningkatan hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan pembelajaran. Artinya, jika hasil belajar siswa ingin dinaikkan, maka kepemimpinan yang menekankan pada pembelajaran harus diterapkan. Dengan kepemimpinan pembelajaran, peneliti berasumsi akan dapat menciptakan budaya organisasi, dimana pemimpin menerapkan suatu standar sehingga setiap komponen yang ada senantiasa mengacu pada standar yang telah disepakati.

Kedua, masalah budaya mutu penting jika suatu organisasi dituntut untuk

melakukan sistem pejaminan mutu sebagai wujud dalam mengimplementasikan peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Budaya mutu penting untuk pemenuhan Standar Nasional Pendidikan, budaya mutu yang kurang kondusif seperti tidak tumbuhnya masyarakat pembelajar yang mendukung hasil yang optimal dalam pengembangan mutu pendidikan. Budaya mutu dimana pemimpin menerapkan suatu standar sehingga setiap komponen yang ada senantiasa mengacu pada standar yang telah disepakati, budaya organisasi sebagaimana dikemukakan oleh Shein ( 1985 : 114 ) adalah:

……a pattern of shared basic assumption that the group learned as it solved its problem of exeternal adaptation and internal integration , that has work well enough to be considered valid an therefore, to be tough tri new member as the correct way to perceive , think and feel in relation to these problems.

Budaya mutu adalah pola dasar yang dikembangkan oleh sekelompok orang setelah mereka mempelajari suatu pola yang diyakini kebenarannya untuk


(20)

gabungan berbagai budaya yang dibawa oleh individu- individu dalam suatu organisasi, sehingga setiap individu harus melakukan adaptasi, karena tanpa adanya adaptasi, dimungkinkan terjadi konflik, antara sesama individu maupun individu dengan organisasi.

Hal ini dibuktikan oleh hasil penelitian Ohmae pada Robin (1991:62) bahwa budaya organsiasi berperan penting karena merupakan kunci keberhasilan usaha. Dengan demikian variabel budaya organisasi akan menjadikan variabel yang menarik dan strategik untuk memberikan kontribusi terhadap mutu sekolah. Sementara Hoy dan Miskel (2008) menjelaskan bahwa sekolah sebagai satuan pendidikan, merupakan suatu sistem sosial. Sekolah sebagai sistem sosial memiliki empat elemen atau subsistem penting, yaitu struktur, individu, budaya, dan politik. Perilaku organisasi merupakan fungsi dari interaksi elemen-elemen ini dalam konteks pengajaran dan pembelajaran. Lingkungan juga merupakan aspek penting dari kehidupan organisasi; lingkungan tidak hanya menyediakan sumber bagi sistem tersebut tetapi juga menyediakan kendala dan peluang lainnya. Menurut Hoy dan Miskel (2008) “sekolah harus menjadi lembaga pembelajaran yang efektif, sekolah harus mencari cara untuk menciptakan struktur yang secara terus-menerus mendukung pembelajaran dan pengajaran dan memperkaya adaptasi organisasi; mengembangkan budaya dan iklim organisasi yang terbuka, dan kolaboratif; menarik individu yang mandiri, efektif, dan terbuka “.

Ketiga, masalah fokus pada pelanggan sebagai salah satu faktor yang sangat


(21)

sejauh mana layanan manajemen, layanan pembelajaran maupun layanan pengembangan pribadi siswa dapat dilaksanakan secara optimal seperti yang dituntut oleh delapan Standar Nasional Pendidikan. Kotler ( 2000: 429) mengemukakan karakteristik jasa diantaranya ada empat ciri utama antara lain : 1) Tidak berwujud sehingga konsumen tidak dapat mencium, meraba, mendengar dan merasakan hasilnya sebelum mereka membelinya. Untuk mengurangi ketidakpastian maka konsumen mencari informasi jasa tersebut, 2) Tidak terpisahkan ( inseparability) dimana jasa tidak dapat dipisahkan dari sumbernya yaitu perusahaan jasa, 3) Bervariasi (Variability) dimana jasa sering terjadi berubah-ubah tergantung siapa, kapan dan dimana menyajikannya, 4) Mudah musnah (perisshability) jasa tidak dapat dijual pada masa yang akan datang. Pendidikan merupakan produk yang berupa jasa, yang mempunyai karakteristik sebagai berikut : (1) Lebih bersifat tidak berwujud dari pada berwujud (more

intangible than tangible), (2) Produksi dan konsumsi bersamaan waktu

(simultananeous production and consumption), (3) Kurang memiliki standar dan keseragaman (less standardized and uniform). Dari kriteria tersebut, dapat dikatakan pendidikan merupakan suatu bentuk jasa. Peneliti berasumsi keberhasilan pendidikan sangat bergantung pada siapa, kapan, di mana proses terlaksana. Artinya, siapa yang mengelola pendidikan itulah yang dapat meningkatkan jasa pendidikan tersebut, maka variabel kepuasan pelanggan merupakaan suatu variabel yang menarik untuk dikaji bila dikaitkan dengan kepemimpinan pembelajaran.


(22)

Keempat, Supervisi khususnya supervisi akedemik mutlak diperlukan dalam

mengukur keterlaksanaan suatu program khususnya dalam peningkatan mutu sekolah, namun kenyataannya kegiatan supervisi akademik belum secara optimal dikembangkan. Hal ini terbukti dengan hasil pemetaan yang dilakukan oleh Lembaga Pemberdayaan dan Peningkatan Kepala Sekolah (LPPKS). Tercatat, Kepala Sekolah hampir 57,5 % lemah dalam pelaksanaan Supervisi, Satori (2006) mengartikan supervisi dilihat dari etimologis berasal dari dua kata yaitu super dan

vision kata super mengadung arti lebih dan kata vision mengadung arti visi. Jadi,

kata supervisi mengadung arti visi yang jauh ke depan. Sedangkan Marks et al (1991 : 2) mendefinisikan sebagai prosedur profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam membantu guru memperbaiki pengajaran untuk perkembangan peserta didik.

Kelima, penjaminan mutu. Penjaminan mutu adalah “suatu rencana dan tindakan yang penting untuk menyediakan kepercayaan yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan tertentu” (Elliot 1999). Kebutuhan tersebut merupakan refleksi dari kebutuhan pelanggan. Penjaminan mutu biasanya membutuhkan evaluasi secara terus menerus dan digunakan sebagai alat bagi manajemen, Menurut Gryna (1988) “penjaminan mutu merupakan kegiatan untuk memberikan bukti-bukti untuk membangun kepercayaan bahwa kualitas dapat berfungsi secara efektif”. Sementara Cartin (1999 : 312) memberikan definisi sebagai berikut :

Quality Assurance is all planed and systematic activities implemented within the quality system that can be demonstrated to provide confidence that a product or service will fulfill requirements for quality. Adapun menurut Permendiknas nomor


(23)

63 tahun 2009 penjaminan mutu adalah kegiatan sistemik dan terpadu oleh satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah daerah, pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan tingkat kecerdasan kehidupan bangsa melalui pendidikan. Dengan demikian penjaminan mutu dapat diartikan suatu proses penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan secara konsisten dan berkelanjutan sehingga konsumen, produsen, dan pihak lain yang berkepentingan memperoleh kepuasan. Adapun yang menjadi standar dalam penjaminan mutu pendidikan di Indonesia adalah sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan ( SNP).

Keenam, perencanaan startegis sekolah sebagai sebuah organisasi tidak

hanya dipengaruhi faktor internal tetapi juga faktor eksternal. Sekolah harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Untuk menyesuaikan dengan kondisi lingkungan, sekolah perlu melakukan penyesuaian agar risiko dapat dihindari sekecil mungkin. Menurut Denhart (1996:5) “dalam perencanaan strategis sekolah dapat mengukur kekuatan dan kelemahan yang relatif terhadap peluang dan ancaman, karena peluang dan ancaman dari pihak eksternal sifatnya tidak dapat diubah”.

Ketujuh, penilaian kinerja, yaitu prestasi kerja yang dicapai seseorang atau

organisasi dalam melaksanakan tugas pokoknya, fungsi dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja diartikan sebagai tingkat atau derajat pelaksanaan tugas seseorang atas dasar kompetensi yang dimilikinya (Suryadarma, 2008 : 4).


(24)

Kedelapan, pengembangan SDM dengan penjaminan mutu adalah mengacu

pada pendapat Santana (2008 : 90) menyatakan bahwa “ pelatihan dan pengembangan SDM merupakan alat manajemen strategik dalam rangka penjaminan mutu pendidikan. Lebih lanjut Sallis mengemukakan “pengembangan staf memerlukan perencanaan mengingat investasi sumberdaya manusia bisa digunakan sebagai suatu daftar uji untuk menentukan standar yang harus dipenuhi”.

Kesembilan pemilihan Sekolah Menengah Atas ( SMA) sebagai Sekolah

Standar Nasional karena Sekolah Standar Nasional diasumsikan telah menerapkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang terdiri atas delapan standar : 1) Standar kompetensi lulusan, 2) Isi, 3) Proses, 4) Pendidik dan tenaga kependidikan, 5) Penilaian, 6) Sarana prasarana, 7) Pengelolaan, dan 8) Pembiayaan. Dengan demikian, organisasi yang memberikan pelayanan pendidikan mempunyai acuan pengukuran mutu sekolah yang dilihat dari sejauhmana penerapan ke delapan SNP tersebut diterapkan. Oleh karena itu, jaminan mutu Sekolah Standar Nasional dapat dilihat sejauhmana tingkat ketercapaian pelaksanaan kedelapan standar tersebut.

Penelitian tentang manajemen penjaminan mutu Sekolah Standar Nasonal ini idealnya didasarkan kepada data yang diperoleh dari berbagai sumber. Seperti kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, pengawas siswa, orang tua dan pejabat pemerintah dalam bidang pendidikan. Namun, dalam penelitian ini hanya menggali data dari pendidikan , sehingga penelitian ini hanya merupakan persepsi guru terhadap mutu Sekolah Standar Nasional.


(25)

(26)

3. Rumusan Masalah

Secara umum rumusan masalah penelitian adalah bagaimana hubungan antara variabel yang mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung terhadap proses penjaminan mutu Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat yang terdiri dari kepemimpinan pembelajaran, budaya mutu, supervisi akademik, penilaian kinerja, perencanaan strategis, fokus pada pelanggan, pengembangan SDM dalam proses penjaminan mutu Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat, seperti persepsi guru yang didukung data empirik. Secara khusus rumusan masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran empirik kepemimpinan pembelajaran SMA Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat.

2. Bagaimana gambaran empirik supervisi akademik SMA Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat.

3. Bagaimana gambaran empirik perencanaan strategis SMA Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat.

4. Bagaimana gambaran empirik fokus pada pelanggan SMA Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat.

5. Bagaimana gambaran empirik penilaian kinerja SMA Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat.

6. Bagaimana gambaran empirik pengembangan SDM SMA Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat.

7. Bagaimana gambaran empirik budaya mutu SMA Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat.


(27)

8. Bagaimana gambaran empirik mutu sekolah SMA Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat.

9. Apakah kepemimpinan pembelajaran sebagai variabel input berpengaruh terhadap variabel proses yang terdiri dari budaya mutu, supervisi akademis, penilaian kinerja dan perencanaan strategis, pengembangan SDM.

10. Apakah kepemimpinan pembelajaran sebagai variabel input dan variabel proses yang terdiri dari fokus pada pelanggan, supervisi akademik, penilaian kinerja dan perencanaan strategis, pengembangan SDM sebagai variabel proses berpengaruh terhadap budaya mutu sebagai variabel output.

11. Apakah kepemimpinan pembelajaran sebagai input dan variabel proses yang terdiri dari pengembangan SDM, supervisi akademik, penilaian kinerja perencanaan strategis, penilaian kinerja dan budaya mutu sebagai variabel output berpengaruh terhadap mutu sekolah.

12. Bagaimana model Sistem Manajemen Mutu SMA Sekolah Standar Nasional

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan menganalisis fakta empirik berdasarkan persepsi guru , tata usaha, orang tua siswa mengenai struktur hubungan variabel yang mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung terhadap mutu sekolah SMA Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat, yang terdiri dari kepemimpinan pembalajaran, budaya mutu, supervisi akademik, perencanaan strategis, penilaiaan kinerja, pengembangan SDM dalam proses penjaminan


(28)

mutu sekolah. Adapun secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari hal-hal sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi mengenai :

a. kepemimpinan pembelajaran SMA Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat.

b. supervisi akademik SMA Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat. c. perencanaan strartegis SMA Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat. d. fokus pada pelanggan SMA Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat. e. penilaian kinerja SMA Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat. f. pengembangan SDM SMA Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat. g. budaya mutu SMA Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat.


(29)

2. Menganalisis pengaruh langsung dan tidak langsung variabel eksogen dan variabel endogen, meliputi :

a. kepemimpinan pembelajaran sebagai variabel input berpengaruh terhadap variabel proses yang terdiri dari supervisi akademik, penilaian kinerja dan perencanaan strategis, pengembangan SDM dan Fokus pada pelanggan.

b. kepemimpinan pembelajaran sebagai variabel input dan variabel proses yang terdiri dari supervisi akademik, fokus pada pelanggan, penilaian kinerja dan perencanaan strategis, pengembangan SDM, sebagai variabel proses berpengaruh terhadap budaya mutu sebagai variabel output.

c. kepemimpinan pembelajaran sebagai variabel input dan variabel proses yang terdiri dari supervisi akademik, fokus pada pelanggan penilaian kinerja, perencanaan strategis, pengembangan SDM, dan budaya mutu sebagai variabel output berpengaruh terhadap mutu sekolah.

3. Menemukan model sistem manajemen mutu SMA sekolah standar Nasional


(30)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini penting untuk dilakukan karena secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi tenaga kependidikan dan pengambil kebijakan. Sedangkan secara teoretis, diharapkan akan bermanfaat bagi penelitian dan pengembangan keilmuan. Adapun rincian manfaat penelitian :

1. Secara praktis yang diharapkan berkaitan dengan pelaksanaan dan temuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Dapat dijadikan pedoman untuk pengembangan pengelolaan sekolah sehingga kepercayaan terhadap sekolah meningkat,

b. Dapat dijadikan pedoman untuk merencanakan dan mengembangkan Akuntabilitas Sekolah Standar Nasional, dan

c. Dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman sebagai penelitian serta menambah pengalaman dalam pengambilan keputusan.

2. Secara teoretis, diharapkan penelitan ini dilanjutkan dengan cakupan lebih luas dan mendalam. Hasil dari penelitian ini secara teori akan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu manajemen pendidikan dan adminsitrasi pendidikan sebagai alternatif pemecahan dalam dinamika ilmu administrasi pendidikan yang luas dan berkembang secara terus menerus.


(31)

E. Struktur Organsiasi Penulisan Disertasi

Disertasi dengan judul Manajemen Penjaminan Mutu Pendidikan : Studi Pengaruh Kepemimpinan Pembelajaran, Supervisi Akademik, Penilaian Kinerja, Perencanaan Strategis, Fokus pada Pelanggan, Pengembangan SDM, Budaya Mutu, terhadap Mutu Sekolah SMA Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat terdiri dari lima bab antara lain :

Bab I Pendahuluan yang menguraikan latar belakang alasan mengapa masalah diteliti, pentingnya masalah itu diteliti, rumusan masalah dari variabel- variabel yang diteliti, tujuan penelitian yang menguraikan keinginan yang ingin dicapai setelah penelitian selesai, serta manfaat dari segi teori maupun secara praktis.

Bab II Kajian pustaka menguraikan kedudukan masalah penelitian ditinjau dari bidang ilmu yang diteliti seperti: konsep-konsep, teori-teori, hukum-hukum yang dipakai dalam penelitian ini seperti tentang konsep penjaminan mutu, kepemimpinan pembelajaran, supervisi akademik, perencanaan strategis, penilaian kinerja, fokus pada pelanggan, pengembangan sumberdaya manusia, budaya mutu , dikaitkan dengan posisi teori-teori tersebut, yaitu: manajemen penjaminan mutu pendidikan Sekolah Menengah Atas dikaitkan dengan permasalahan yang diteliti, kemudian dirumuskan dalam bentuk kerangka pemikiran serta hipotesis penelitian.


(32)

Bab III Metodologi penelitian yang menguraikan secara rinci lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, definisi operasional tentang mutu sekolah, kepemimpinan pembelajaran, supervisi akademik, perencanaan strategis, penilaian kinerja, fokus pada pelanggan, pengembangan sumberdaya manusia, budaya mutu, populasi dan sampel penelitian dari SMA negeri dan swasta katagori Sekolah Standar Nasional di Provinsi Jawa Barat, pengembangan instrumen berupa pengujian validitas, realibilitas instrumen, serta teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

Bab IV Hasil penelitian dan pembahasannya menguraikan pengolahan dan analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, hipotesis, tujuan penelitian serta pembahasan hasil temuan. Penelitian ini dilakukan berdasarkan prosedur penelitian kuantitatif dengan pembahasan model manajemen penjaminan mutu pendidikan yang menguraikan tentang alternatif model yang dikembangkan berdasarkan temuan-temuan penelitian yang ditinjau dari landasan teoritik serta data empirik dari hasil penelitian.

Bab V Kesimpulan, implikasi dan rekomendasi menguraikan kesimpulan penelitian yang menjawab rumusan masalah, tujuan penelitian, serta hipotesis penelitian sejauh mana tingkat signifikannya dari hasil penelitian, juga menguraikan implikasi dari hasil penelitian yang mungkin bisa diterapkan dalam tataran praktis dan rekomendasi bagi lembaga terkait untuk menerapkan hasil penelitian ini.


(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian

Seperti yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah, inti kajian dalam kajian ini adalah masalah mutu sekolah Sekolah Standar Nasional yang dipengaruhi oleh kepemimpinan pembelajaran, supervisi akademik, perencanaan strategis, fokus pada pelanggan, penilaian kinerja, pengembangan SDM, budaya mutu serta yang implikasinya pada tercapainya mutu sekolah . Penulis melihat bahwa aspek tersebut dipandang sebagai suatu kekuatan yang strategis yang dapat dikembangkan dalam menciptakan sekolah yang bermutu. Perspektif yang penulis gunakan adalah untuk mengkaji pengaruh kepemimpinan pembelajaran supervisi akademik, perencanaan strategis,penilaian kinerja,fokus pada pelanggan dan budaya mutu terhadap mutu sekolah

Lokasi penelitian adalah Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat yang telah ditetapkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi jawa Barat berdasarkan Nomor 978/211 41-Disdik 16 juli 2007 yaitu sebanyak 45 sekolah, sekolah ini dipilih dengan pertimbangan sekolah tersebut merupakan sekolah perintis penerapan Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat .


(34)

1. Populasi Penelitian

Dalam melakukan penelitian diperlukan data yang sesuai dengan tujuan pembahasan masalah yang diteliti. Sumber data yang terkumpul dapat dipergunakan untuk menjawab masalah penelitian atau menguji hipotesis dan mengambil kesimpulan. Sumber data ini disebut dengan populasi dan dapat diperoleh dengan menentukan obyek penelitian, baik berupa manusia, peristiwa maupun gejala-gejala yang terjadi.

Penentuan populasi dalam suatu penelitian merupakan tahapan penting, karena dapat memberikan informasi atau data yang berguna bagi penelitian. Arikunto (2002:108) memberikan pengertian tentang populasi, yaitu keseluruhan subyek penelitian. Sudjana dan Ibrahim (2001:84) menyatakan bahwa populasi berkaitan dengan elemen yaitu unit tempat diperolehnya informasi, dimana elemen tersebut bisa individu, tempat kelompok sosial, sekolah, organisasi. Sugiyono (2006:90) mendefinisikan populasi sebagai berikut :

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, populasi bukan hanya orang, akan tetapi juga benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/ subyek, tetapi meliputi seluruh

karakteristik/ sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu”.

Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa populasi dalam penelitian meliputi segala sesuatu yang akan dijadikan subyek atau obyek penelitian yang dikehendaki oleh peneliti. Pada penelitian ini, populasinya adalah sekolah jenjang SMA Negeri dan Swasta dengan status SSN di Jawa Barat. Menurut data


(35)

swasta yang berstatus SSN di Jawa Barat berdasarkan SK Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat tahun 2007 adalah 45 sekolah. adalah seperti diuraikan pada tabel 3.9 sebagai berikut :

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

No. Nama Sekolah Kabupaten/Kota

1 SMAN 1 Soreang Kabupaten Bandung

2 SMAN 1 Cicalengka Kabupaten Bandung

3 SMA Pasundan 1 Banjaran Kabupaten Bandung

4 SMAN 1 Cileunyi Kabupaten Bandung

5 SMAN 1 Margahayu Kabupaten Bandung

6 SMAN 22 Bandung Kota Bandung

7 SMAN 2 Bandung Kota Bandung

8 SMAN 8 Bandung Kota Bandung

9 SMAN 24 Bandung Kota Bandung

10 SMA Pasundan 8 Kota Bandung

11 SMAN 26 Bandung Kota Bandung

12 SMA Plus Muthahhari Bandung Kota Bandung

13 SMAN 4 Cimahi Kota Cimahi

14 SMAN 1 Ciamis Kabupaten Ciamis

15 SMAN 1 Cirebon Kota Cirebon

16 SMAN 6 Cirebon Kota Cirebon

17 SMAN Lemahabang Kabupaten Cirebon

18 SMA Muhammadiyah 1 Garut Kabupaten Garut

19 SMAN 1 Krangkeng Kabupaten Indramayu

20 SMAN 1 Ciawigebang Kabupaten Kuningan

21 SMAN 1 Rajagaluh Kabupaten Majalengka

22 SMAN 3 Tasikmalaya Kota Tasikmalaya 23 SMAN 5 Tasikmalaya Kota Tasikmalaya 24 SMAN 1 Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya

25 SMAN 2 Sumedang Kabupaten Sumedang

26 SMAN 1 Cikarang Utara Kabupaten Bekasi 27 SMAN 2 Cikarang Utara Kabupaten Bekasi

28 SMAN 2 Bekasi Kota Bekasi

29 SMAN 4 Bekasi Kota Bekasi

30 SMAN 1 Cibinong Kabupaten Bogor


(36)

No. Nama Sekolah Kabupaten/Kota

34 SMAN 7 Bogor Kota Bogor

35 SMAN 5 Bogor Kota Bogor

36 SMAN 6 Bogor Kota Bogor

37 SMA YPHB Kota Bogor

38 SMAN 1 Cibeber Kabupaten Cianjur

39 SMAN 1 Cisaat Kabupaten Sukabumi

40 SMA PGRI Cibadak Kabupaten Sukabumi

41 SMAN 1 Sukabumi Kota Sukabumi

42 SMAN 1 Purwakarta Kabupaten Purwakarta

43 SMAN 3 Subang Kabupaten Subang

44 SMA Mardiyuana Kota Depok

45 SMAn 3 Depok Kota Depok

Sumber : (Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, 2011)

2. Sampel Penelitian

Penelitian ini tidak mengkaji seluruh unit populasi yang diteliti, karena besarnya populasi, dan juga karena keterbatasan waktu, tenaga serta biaya yang tersedia. Dengan demikian penelitian ini merupakan penelitian sampel. Penarikan sampel dari suatu populasi memiliki aturan atau teknik tersendiri. Dengan menggunakan teknik yang tepat, peneliti dapat menarik data yang realibel. Arikunto (2002:117), menyatakan bahwa yang dimaksud dengan

sampel adalah “sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Sedangkan Sugiyono (2008) menjelaskan bahwa :

…….Sampel adalah sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang


(37)

Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri tertentu yang akan diteliti. Karena itu ketentuan-ketentuan penarikan sampel dalam setiap kegiatan penelitian menjadi penting. Pengambilan sampel dari populasi memerlukan suatu teknik tersendiri representatif atau mewakili populasi dan kesimpulan yang dibuat menjadi tepat atau valid dan dapat dipercaya.

Dalam penelitian ini, proses pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Random Sampling . Teknik random sampling yaitu teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel, Teknik random sampling ini digunakan dengan anggapan bahwa populasi SMA Negeri dan Swasta yang berstatus SSN di wilayah Jawa Barat adalah homogen dan merujuk pendapat Sugiono (2010:110) sekolah yang menjadi sampel ditentukan dengan mengambil 30 Sekolah dari populasi sekolah kategori SSN yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provisi Jawa Barat tahun 2007 adalah 45 sekolah SMA Negeri dan SMA Swasta di Jawa Barat pengambilan tiga puluh sekolah di ambil berdasarkan keterwakilan dari lima wilayah daerah sekolah berada sperti di wilayah barat, wilayah timur,wilayah utara,wilayah selatan dan wilayah bandung dan sekitarnya,kelima wilayah tersebut maka untuk Sampel sekolah penelitian seperti pada tabel 3.2 berikut :


(38)

Tabel 3.2

Sampel Sekolah dari Populasi

No. Nama Sekolah Sampel Jumlah Guru

Sekolah Sampel

1 SMAN MARGAHAYU 80

2 SMAN 1 CILENYI 70

3 SMAN 8 BANDUNG 80

4 SMAN PASUNDAN 8 60

5 SMAN 22 BDG 80

6 SMAN 2 BDG 86

7 SMAN 24 76

8 SMAN 26 52

9 SMAN 4 CIMAHI 68

10 SMAN 1 SOREANG 60

11 SMAN 1 CICALENGKA 72

12 SMAN PASUNDAN BANJARAN 45

13 SMAN 1 CIAMIS 70

14 SMAN 1 KOTA CIREBON 75

15 SMAN 1 CIAWI

GEBANGKUNINGAN 60

16 SMAN 5 KOTA TASIKMALAYA 70

17 SMA Mutahari 58

18 SMAN 2 KAB SUMEDANG 45

19 SMAN 2 KOTA BEKASI 70

20 SMAN 4 BEKASI 68

21 SMAN1 CIKARANG UTARA BEKASI 79

22 SMAN 1 CIBINONG 60

23 SMAN 5 KOTA BOGOR 64

24 SMA YPHB BGR 65

25 SMAN 1 KOTA SUKABUMI 70

26 SMAN 1 CISAAT SKBM 70

27 SMAN I CIBEBER CIANJUR 62

28 SMAN 1 PWK 65

29 SMA MUHAMADIAH GARUT 56

30 SMAN 3 SUBANG 74

Jumlah 2010

Ukuran sampel responden guru dihitung dengan menggunakan formulasi Taro Yamane (1998:82) adalah sebagai berikut :


(39)

Keterangan :

n = jumlah sampel yang diperlukan N = jumlah populasi

d = presisi yang ditetapkan = 5%

Dengan menggunakan rumus di atas, maka sampel yang diperlukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Penghitungan jumlah sampel untuk masing-masing sekolah dihitung secara proporsional dengan menggunakan rumus :

Dengan keterangan :

s = jumlah sampel setiap unit secara proporsi S = jumlah seluruh sampel yang didapatkan N = jumlah seluruh populasi


(40)

Berdasarkan formulasi di atas, diperoleh jumlah sampel masing-masing sekolah seperti tampak pada tabel 3.3 berikut :

Tabel 3.3

Distribusi Sampel Penelitian No. Nama Sekolah Jumlah

Sampel Proporsi

Unit Sampel

% Sampel

1 SMAN MARGAHAYU 80 82 x 334

2010 13.63=14 4.1 2 SMAN 1 CILENYI 70 78 x 334

2010 12.96=13 3.8 3 SMAN 8 BANDUNG 80 80 x 334

2010 13.29=13 3.8 4 SMAN PASUNDAN 8 60 60 x 334

2010 9.97=10 2.9 5 SMAN 22 BDG 80 80 x 334

2010 13.29=13 3.8 6 SMAN 2 BDG 86 86 x 334

2010 14.29=14 4.1

7 SMAN 24 76 76 x 334

2010 12.63=13 3.8

8 SMAN 26 52 52 x 334

2010 8.64=9 2.6 9 SMAN 4 CIMAHI 68 68 x 334

2010 11.29=11 3.2 10 SMAN 1 SOREANG 60 60 x 334

2010 9.97=10 2.9 11

SMAN 1 CICALENGKA 72 72 x 334

2010 11.96=12 3.5 12 SMAN PASUNDAN

BANJARAN 45

45 x 334

2010 7.45=7 2.0 13 SMAN 1 CIAMIS 70 70 x 334

2010 11.63=12 3.5 14 SMAN 1 KOTA CIREBON 75 75 x 334

2010 12.46=11 3.2 15 SMAN 1 CIAWI GEBANG

KNINGAN 60

60 x 334

2010 9.97=10 2.9 16 SMAN 5 KOTA

TASIKMALAYA 70

70 x 334

2010 11.63=12 3.5 17 SMA MUTAHARI 58 58 x 334

2010 9.64=10 2.9 18 SMAN 2 KAB

SUMEDANG 45

45 x 334

2010 7.48=7 2.0 19 SMAN 2 KOTA BEKASI 70 70 x 334

2010 11.63=12 3.5 20 SMAN 4 BEKASI 68 68 x 334

2010 11.30=11 3.2 21 SMAN1 CIKARANG KAB

BEKASI 79

79 x 334


(41)

No. Nama Sekolah Jumlah

Sampel Proporsi

Unit Sampel

% Sampel

22 SMAN 1 CIBINONG 60 60 x 334

2010 9.97=10 2.9 23 SMAN 5 KOTA BOGOR 64 64 x 334

2010 10.63=11 3.2 24 SMA YPHB BGR 65 65 x 334

2010 10.80=11 3.2 25 SMAN 1 KOTA

SUKABUMI 70

70 x 334

2010 11.63=12 3.5 26 SMAN 1 CISAAT SKBM 70 70 x 334

2010 11.63=12 3.5 27 SMAN I CIBEBER

CIANJUR 62

62 x 334

2010 10.30=10 2.9 28 SMAN 1 PWK 65 65 x 334

2010 10.80=11 3.2 29 SMA MUHAMADIAH

GARUT 56

54 x 334

2010 8.97=9 2.6 30 SMAN 3 SUBANG 74 74 x 334

2010 12.29=12 3.5

Jumlah 2010 334 100

3. Kriteria Responden

Dalam penelitian ini seharusnya melibatkan pelanggan internal maupun eksternal seperti pengawas, guru, orang tua siswa dan stakeholder lain namun pada penelitian ini hanya melibatkan guru sebagai pelanggan internal dengan kriteria sebagai berikut ;

Tabel 3.4 Kriteria Responden

No Unsur Guru Alasan

1 Guru yang menjabat wakasek Terlibat dalam

perencanaan,pengendalian dan pelaksaan,pengawasan proses penjaminan mutu sekolah 2 Guru yang menjadi tim pengembang

kurikulum

Terlibat dalan

perencanaan,pelaksanaan dan pengendalian proses penjaminan mutu sekolah ( Penerapan


(42)

IPA.IPS.Bahasa,Matematika,Agama, Olahraga,Keterampilan,IT,BP

proses penjaminan mutu sekolah (Pelaksanaan delapan SNP )

4. Karakteritik Responden Penelitian

Dalam penelitian ini responden adalah guru pada Sekolah Menengah Atas Negeri dan Swasta Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat yang telah ditetapkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi jawa Barat berdasarkan Nomor 978/211 41-Disdik 16 juli 2007 .Jumlah guru yang menjadi reponden sebanyak 334 orang diambil secara proporsional dari 30 sekolah sampel. Guru yang dijadikan responden memiliki keragaman dari jenis kelamin.usia, masa kerja, tingkat pendidikan serta jabatan dengan perincian sebagai berikut :

a. Berdasarkan tabel 3.5 menunjukan tidak terjadi perbedaan yang mencolok jumlah responden laki-laki dan responden perempuan sehingga gambaran proses penjaminan mutu sekolah di Sekolah SSN mendapat gambaran dari responden secara merata.

Tabel 3.5

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis

Kelamin F %

Laki-laki 168 50.40%

Wanita 166 49.59%

Jumlah 334 100%

Sumber: Angket Penelitian

b. Berdasarkan tebel 3.6 dibawah Usia guru yang menjadi responden mayoritas responden berusia diantara 46-50 tahun maka dapat diasumsikan tingkat kematangan dalam mengemukakan pandapat atas kondisi sekolah diharapkan dilakukan dengan objektif.


(43)

Tabel 3.6

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia F %

25-30 18 5,66%

31-35 15 4.45%

36-40 26 7.79%

41-45 65 19.43%

46-50 120 35.62%

51-55 72 21.45%

56-60 18 5.66%

Jumlah 334 100%

Sumber: Angket Penelitian

c. Berasarkan tabel 3.7 dibawah pengalaman kerja yang mayoritas diantara 21- 25 tahun maka responden telah mengetahui perkembangan dan situasi sekolah.


(44)

Tabel 3.7

Karakteristik Responden Berdasarkan Masa kerja

Masa Kerja F %

0-5 tahun 36 11.5%

6-10tahun 46 13.88%

11-15tahun 50 15.05%

16-20tahun 58 17.46%

21-25tahun 105 32.14%

26-30tahun 33 9.92%

31-35tahun 6 1.98%

Jumlah 334 100%

Sumber: Angket Penelitian

d. Berdasarkan tabel 3.8 Tingkat pendidikan mayoritas dengan pendidikan sarjan Dari data tersebut menggambarkan responden tersebar dari berbagai strata pendidikan, dengan hal tersebut diasumsikan pemahaman terhadap sekolah cukup memadai.

Tabel .3.8

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan F %

Sarmud 4 1.12%

D3 4 1.12

S1 260 78 %

S2 62 18.42%

S3 4 1.12 %

Jumlah 334 100%


(45)

e. Berdasarkan tabel 3.9 jabatan dalam tugas terdiri dari wakasek, Tim Pengembang Kurikulum serta Guru mata pelajaran dengan perincian sebagai berikut : guru Mata pelajaran 61.66 % , Tim pengembang Kurikulum 17,39 % serta Wakil Kepala sekolah 20.94 % .berdasarkan jabatan tersebut pamahaman terhadap sistem penjaminan mutu sekolah terdiri dari prerencanaan, pelaksanaan,pengendalian serta pengawasan proses penjaminan mutu . Sehingga proses penjaminan mutu disekolah menggambarkan keseluruhan unsur yag terlibat dalam peningkatan mutu sekolah seperti yang digambarkan

Tabel 3.9

Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan

Jabatan F %

Guru 206 61.66%

TPK 58 17.39%

Wakasek 70 20.94%

Jumlah 334 100%

Sumber: Angket Penelitian

5. Deskripsi Hasil Akreditasi Sekolah Sampel

Proses penjaminan mutu sekolah secara eksternal digambarkan dari hasil akreditasi sekolah, khususnya dalam penerapan Delapan Standar Nasional Pendidikan (SNP). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data hasil akreditasi dari sekolah yang menjadi sampel penelitan adalah seperti tergambar pada tabel 3.10 sebagai berikut :


(46)

Tabel 3.10

Tabel Hasil akreditasi Sekolah Sampel

No Nama Sekolah

Standar

Rata- rata

1 2 3 4 5 6 7 8

1 SMAN 1 MARGAHAYU 96,22 93,33 94.00 87.00 86,00 94.00 100.00 93.00 94,33

2 SMAN 1 CILEUNYI 91,67 97,50 95.00 95.00 75,00 98,75 94.00 95.00 91,98

3 SMAN 8 BANDUNG 95.00 92,50 94.00 91,25 94,17 100.00 99.00 96,25 95,15

4 SMAN 22 BANDUNG 98,33 95,50 93.00 92,56 95,50 97,50 93,75 98.00 95,51

5

SMAN 2 BANDUNG 95.00 92,50 94.00 91,25 94,17 100.00 99.00 96,25 95,27

6 SMAN 24 BANDUNG 95.00 92,50 84.00 95.00 93,33 83,75 98.00 96,26 92,10

7 SMAN 26 BANDUNG 96,67 90.00 90.00 87,50 95,00 95.00 87,50 86,50 91,02

8 SMAN 4 CIMAHI 95.00 92,50 94.00 91,25 94,17 100.00 99.00 96,25 95,27

9

SMAN 1 SOREANG 95.00 90.00 91.00 88,75 97,50 92,50 93,75 94,75 92,93

10 SMAN 1 CICALENGKA 95.00 87,5 82.00 96,25 90,83 91,25 97.00 97.00 92,10

11 SMA PASUNDAN BANJARAN 93,33 85,00 84,00 96,25 98,75 95.00 93,75 87,50 91,69

12 SMA PASUNDAN 8

BANDUNG 95.00 92,50 84.00 95.00 93,33 83,75 98.00 96,26 92,85

13 SMAN 1 Cirebon 95.00 97,50 98.00 97,50 98,33 98,75 100.00 93,75 97,34

14 SMA N 1 CIAWI GEBANG 96,67 97,50 99.00 95.00 95.00 95.00 95.00 97.00 96,50

15 SMAN 5 KOTA TASIK 98,33 87,50 98.00 93,50 91,67 100.00 100.00 95.00 95,61

16 SMA Mutahari 95.00 97,50 92.00 96,25 90,83 91,25 95.00 96.00 94,22

17 SMAN 2 SUMEDANG 93,33 92,50 96.00 91,25 80,33 100.00 95.00 93,75 92,73

18 SMAN 1 CIAMIS 100.00 92,50 97.00 92,50 96,67 98,75 96,00 96,25 96,22

19 SMAN 2 KOTA BEKASI 98,33 75,00 98.00 97,50 98,33 98,75 100.00 93,75 95,66

20 SMAN 4 KITA BEKASI 95.00 87,50 82.00 96,25 90,83 91,25 96.00 95.00 91,72

21

SMAN 1 CIKARANG UTARA 96,67 97,50 95.00 91,25 91,67 97,50 97,50 95.00 94,99

22 SMAN 5 KOTA BOGOR 89,25 100.00 100.00 93.00 62.00 93.00 100.00 100.00 90,05

23 SMA YPHB BOGOR 95.00 97,50 92.00 96,25 90,83 91,25 95.00 95.00 94,10

24 SMAN 1 CIBINONG KAB

BOGOR 98,33 100.00 100.00 86,25 85,83 98,75 99.00 100.00 95,29

25 SMAN 1 KOTA SUKABUMI 96,76 95.00 97.00 90.00 96,67 97,5 97.00 95.00 95,50

26 SMAN 1 CISAAT SUKABUMI 95.00 97,50 92.00 96,25 90,83 91,25 95.00 96,75 94,32

27 SMAN 1 CIBEBER KAB

CIANJUR 95,75 97,50 92.00 96,25 90,83 91,25 95.00 95.00 94,19

28 SMAN 1 PWK 95.00 90.00 97.00 100.00 99,17 100.00 100.00 88,75 96,70

29 SMAN 3 SUBANG 96,75 97,50 92.00 96,25 90,83 91,25 95.00 97.00 94,57

30 SMA MUHAMADIAH GARUT 94.00 95,50 92.00 96,25 90,83 91,25 95.00 96.00 93,85

Keterangan : Standar 1.Isi 2 Proses 3 Kelulusan 4 Pendidik Dan Tenaga Kependidikan 5,Sarana Prasarana 6.Pengelolaan 7. Pembiayaan 8. Penilaian Pendidikan ( sumber dokumen


(47)

Dari data hasil akreditasi sekolah yang menjadi objek penelitian, menunjukkan hasil akreditasi semuanya tergolong kategori amat baik namun ada beberapa sekolah yang nilainya termasuk kategori cukup antara lain SMAN 5 Bogor untuk unsur sarana prasarana mendapat nilai 62 hal ini terjadi mengingat pada saat akreditasi dilakukan penataan lingkungan dan pemenuhan sarana prasarana belum tuntas dilaksanakan, SMAN 2 Kota bekasi unsur standar proses mendapat nilai 75 karena disekolah tersebut masih ditemukan guru guru yang tidak membuat RPP, silabus dan perangkat pembelajaran lainya serta SMAN 1 Cileunyi standar sarana prasarana mendapat nilai 75 hal ini akibat dari belum dioptimalkannya penataan serta pengadaan sarana prasana sekolah

B. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain Penelitian Eksplanatori dengan maksud menguji suatu teori atau hipotesis guna memperkuat atau bahkan menolak teori atau hipotesis. Desain penelitian eksplanatori digunakan dengan tujuan untuk memperoleh keterangan, informasi dan data mengenai hal-hal yang belum diketahui, penelitian ini disebut juga penelitian penjelajahan (eksploration). istilah tersebut merujuk pada pendapat William M.K. Trochim (2006) Research design can be thought of as the structure of research -- it is the "glue" that holds all of the elements in a research project together. Disamping itu pula merujuk pendapat Lincoln dan Guba (1985:226) yang menyatakan penelitian eksplanasi merupakan rancangan penelitian sebagai usaha


(48)

menunjukkan secara pasti apa yang akan dikerjakan dalam hubungan dengan unsur masing-masing. Begitu pula menurut Mc Millan dalam Ibnu Hadjar (1999:102) penelitian eksplanasi adalah rencana dan struktur penyelidikan yang digunakan untuk memperoleh bukti-bukti empiris dalam menjawab pertanyaan penelitian.

Penelitian eksplanatori lebil lanjut digunakkan untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih gejala atau variabel. Maka dari itu perlu diidentifikasi berbagai variabel di luar masalah untuk mengkonfirmasi sebab terjadinya suatu masalah Oleh karena itu, penelitian penjelasan ini juga disebut sebagai penelitian konfirmatori (Confirmatory research) dan makin dikenal sebagai penelitian korelasional (Correlational research).Beberapa definisi penelitian korelasional dikemukakan sebagai berikut:

Correlational research involves collecting data in order to determine whether, and to what degree, a relationship exists between two or more quantifiable variable

…..Research that uses classification type independent variables is known generally as correlational research

Melalui penelitian eksplanatori ini dapat diketahui bagaimana korelasi antara dua atau lebih variabel..

Atas hal tersebut peneliti, dalam penelitian ini menggunakan desain eksplanasi karena pada penelitian ini tidak hanya menggambarkan dan menjelaskan fakta empirik yang terjadi dilapangan, tetapi juga melakukan analisis pengaruh baik secara parsial maupun secara keseluruhan antara variabel


(49)

operasionalisasi variabel-variabel yang dapat diukur secara kuantitatif sedemikian rupa untuk dapat digunakan model uji hipotesis dengan metode statistika.

Metode ini digunakan dengan alasan antara lain : 1. Tidak semua anggota populasi dijadikan sampel 2. Unit analisis bersifat individual/institusi

3. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif

Mengingat Penelitian ini menggunakan desain eksplanasi, dengan menggunakan pendekatan kuantitatif maka untuk mengolah data dilakukan secara statistik menggunakan uji statistik Path analysis. Pertimbangan lain Adalah mengingat objek yang diteliti merupakan masalah sosial, karena hasil yang diperoleh disamping menggunakan pendekatan analisis kuantitatif juga digunakan analisis kualitatif dengan melakukan interpretasi terhadap hasil hasilnya.

C. Metode Penelitian

Penelitian adalah upaya sistematis dalam menemukan, menganalisis dan menafsirkan bukti-bukti empirik untuk memahami gejala-gejala atau untuk menemukan jawaban terhadap suatu permasalahan yang terkait dengan gejala itu. McMillan& Schumacher (2001:9), mendefinisikan penelitian sebagai proses yang sistematis dalam pengumpulan dan analisis yang logis terhadap informasi


(50)

Dari rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisisnya menggunakan metode deskriptif analitik. Sugiyono (2007) mengatakan bahwa “metode

penelitian kuantitatif lebih cocok digunakan untuk meneliti, bila permasalahan sudah jelas, datanya teramati dan terukur, peneliti bermaksud menguji hipotesis

dan membuat generalisasi”.

Berkenaan dengan pendekatan, metode, jenis serta bentuk penelitian kuantitatif ini, McMillan& Schumacher (2001), Sudjana dan Ibrahim (2001) menjelaskan bahwa :

1. Penelitian kuantitatif merupakan suatu metode yang berpangkal pada peristiwa yang dapat diukur secara kuantitatif atau dapat dinyatakan dengan angka (skala, indeks, rumus dan sebagainya), lebih bersifat “logika-hipotetik

verifikasi”.

2. Penelitian kuantitatif dapat pula dikategorikan sebagai metode penelitian deskriptif analitik, yaitu mendeskripsikan secara cermat dan sistematis tentang data dan seluruh karakteristiknya dari sebuah populasi secara faktual, menganalisis serta menginterpretasikan data yang ada dengan lebih menekankan pada observasi dan suasana alamiah (natural setting), mencari teori dan menguji teori (generating), dan bukan

hypothesis-testing, heuristic serta bukan verifikasi. Oleh karena itu penelitian deskriptif

terdiri dari beberapa jenis antara lain: studi kasus, survey, studi perkembangan, studi tindak lanjut, analisis dokumentasi, analisis kecenderungan, studi korelasional, dan studi waktu dan gerak.


(51)

3. Penelitian kuantitatif adalah pengujian hipotesis yang sifatnya kuantitatif, hasil penelitian ini merupakan generalisasi berdasarkan hasil pengukuran, oleh karena itu pendekatannya bersifat pendekatan positifistik.

Metode deskripsi adalah suatu metode dalam penelitian status kelompok

manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Metode deskriptif juga ingin mempelajari norma-norma atau standar-standar sehingga penelitian ini disebut juga survei normatif. Dalam metode ini juga dapat diteliti masalah normatif bersama-sama dengan masalah status dan sekaligus membuat perbandingan-perbandingan antar fenomena. Studi demikian dinamakan secara umum sebagai studi atau penelitian deskritif. Perspektif waktu yang dijangkau, adalah waktu sekarang atau sekurang-kurangnya jangka waktu yang masih terjangkau dalam ingatan responden (Young,2010 [online]).

Metode penelitian deskriptif juga merupakan metode yang menggambarkan apa yang dilakukan berdasarkan fakta-fakta atau kejadian-kejadian pada obyek yang diteliti, untuk kemudian diolah menjadi data dan selanjutnya dilakukan suatu analisis sehingga pada akhirnya dihasilkan suatu kesimpulan. Penelitian deskriptif dilakukan dengan menjelaskan atau menggambarkan variabel masa lalu dan sekarang (Arikunto, 2002:10).

Whitney (1960) dalam Young (2010) berpendapat, metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari


(52)

masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.

Penelitian dengan metode deskriptif pada umumnya memiliki karekteristik sebagai berikut :

1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual.

2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisa (metode analitik)

3. Analisis data dilakukan secara induktif atau interpretasi bersifat idiografik. 4. Menggunakan makna dibalik data

Ciri-ciri penelitian deskriptif adalah sebagai berikut :

1. Untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data dasar belaka (secara harafiah). 2. Mencakup penelitian yang lebih luas di luar metode sejarah dan

eksperimental.

3. Secara umum dinamakan metode survei.

4. Kerja peneliti bukan saja memberi gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi: menerangkan hubungan, menguji hipotesis-hipotesis, membuat


(1)

Mataheru, F. 1984. A Study of Teacher Motivation at Work With Special

Reference to Indonesia, A Dissertation Indiana University, Boomington.

Mc Pherson, R.B. et al. 1986. Managing Uncertainty: Administrative Theory and

Practice in Education. Columbus (Ohio): Charles E. Merril Puclishing

Company.

McMillan, James dan Schumacher Sally. (2001). Research in Education. New York: addison Wesley Longman Inc.

Mendez-Morse, S. (1991). The principal’s role in the instructional process: Implications for at-risk students. Issues about Change, 1(2), 1-5.

Meirawan, D (2009) Sistem Penjaminan Mutu Sekolah, Makalah

Mosher, J.T. dan D.E. Purpel. 2002. Supervision: The Reluctant Profession. Boston: Hoghton Mifflin

Mulyasa, E. (2007). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Murgatroyd Stephen dan Morgan Colin.(1993). Total Quality Management and

The School. Buckingham: Open University Press..

Murphy Joseph dan Louis Karen Seahore. (1999). Handbook Research,

Educational Administration. San Fransisco: Jossey Publisher.

Nasution, M.N. (2005). Manajemen Mutu Terpadu. Jakarta: Ghalia Indonesia.

National Association of Elementary School Principals. (2001). Leading learning

communities: Standards for what principals should know and be able to do.

.

Olivia, P.F. 1984. Supervision for Today’s School. Second Edition. White Plains,

New York: Longman.

Ornstein, A.C. and H.L. Miller. 1980. Looking into Teaching: An Introduction to


(2)

Owens, R. G. 1987. Organizational Behavior in Education. Third Edition. Englewood Cliffs. N.J: Prentice-Hall., Inc.

Patterson, J.L. S.C.Purky, dan J.V. Parker. 1986. Productive School Systems for A Non rational Wold. Alexandra: Association for Supervision and Curriculum Development.

Pujiwati Sajogya. (1985). Sosiologi Pembangunan, PPS IKIP Jakarta & BKKBN

Jakarta. Jakarta: PPS IKIP Jakarta.

Riduwan. (2008) Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta

Sahara, H. dan Jamal Lisman H. 1992. Pengantar Pendidikan 1, Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana

Sallis Edward. (2008). Total Quality Management in Education.Edisi terjemahan Indonesia.Yogyakarta: Ircisod

Sallis Edward. (1994). Total Quality Management in Education. London: Kogan Page limited

Satori.Djaman (2000). Quality Assurance dalam Desentralisasi Pendidikan

Dasar, Jurnal Formasi Administrasi Pendidikan. PPs UPI. Bandung: UPI.

Scheerens, Jaap. (2003). Effective Schooling Research, Theory and Practice. New York: SOP.

Schien H Edgar (2004),Organizaional Culture and Leadership.Third Edition,Jossey Bass.

Schuler, Randal S. & Susan E.Jackson (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia

Menghadapi Abad 21. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Schuler, Randall S. (1987). Personnel and Human Resource Management. New York: West Publishing Company.


(3)

Boston: Allyn and Bacon. Sergiovanni, T.J. et al. 1987. Educational

Governance and Administration. Second Edition. Englewood Cliffs, NJ:

Prentice-Hall, Inc.

Siagian, Sondang P. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sihombing, U. 2002. Pendidikan Berbasis Masyarakat. Jakarta: CV Multiguna.

Snyder, K.J. dan R.H. Anderson. 1986. Managing Productive Schools: Toward an

Ecology. New York: Academic Press College Division.

Somech, A. (2005). Leadership Styles; Leadership Effectiveness; School

Effectiveness; Work Attitudes; performance; Teacher Empowement;

Innovation; Elementary

School; Foreign.[Online].Tersedia:Countrieshttp://www.eric.ed.gov/ERIC WebPortal/custom/portlets/recordDetails/detailmini.jsp?_nfpb=true&_&E RICExtSearch_SearchValue_0=EJ723345&ERICExtSearch_SearchType_ 0=no&accno=EJ723345

Sonhadji, K.H. A. 2001. Birokrasi Hubungan Manusia dan Budaya dalam

Organisasi. Malang: PPS IKIP Malang

Sprinthall, N.A. dan R.C. Sprinthall. 1987. Educational Psychology, A

Developmental Approach. Fourth Edition. New York: Random House

Stanton, William J. 1981. Fundamentals of Marketing. Mc. Graw Hill International.

Stronge, J. H. (1988). A position in transition, Principal, 67(5), 32-33.

Suparlan. (2008). Budaya Sekolah.[Online]. Tersedia : http://www.suparlan.com/ budaya sekolah.

Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, (2007). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.


(4)

Sudrajat Ahmad. (2008). let’s Talk About Education. [Online]. Tersedia :

http://www.ahmad-sudrajat.com/

Sunaryo Kuswana, W. (2007). Efektivitas Manajemen Sekolah Berbasis mutu. [Online]. Tersedia : http://www.wowoks.com/ jurnal/sekolah efektif.

Supangat Andi . (2008). Statistika : Dalam Kajian Deskriptip, Inferensi dan Non

Parametrik. Jakarta : Prenada Media Group

Supranto, J. 2001. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan. Jakarta: Rineka Cipta

Suryadi Ace (2008). Investasi dan Efisiensi Manajemen Pendidikan. Jakarta: Kompas.

Sutton, R.E.”Teacher Education and Educational Self-Direction, A Conceptual Analysis and Empirical Investigation, “An International Journal of Research and Studies, Volume 50, No. 2, Summer, 1980.

Thomas J Alan. (1971). The Productive School: A System Analysis Approach to

Educational Administration. United States of America: Univercity of

Chicago.

Tose, H.L. dan Sj. Carroll. 1976. Management: Contingencies, Structure, and

Process. Chicago. ST. Clair Rpess.

Tjiptanto, F. (2000). Prinsip-prinsip Total Quality Service. Yogyakarta: Andi.

Tjiptono, Fandy. 1998. Strategi Pemasaran Ed. 2 Yogyakarta.

Wahab, A.A., (2008). Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan :

Telaah Terhadap Organisasi dan Pengelolaan Organisasi Pendidikan.

Bandung: Alfabeta.

William N. Dunn. (2000). Pengantar Analisis Kebijakan Publik, penerjemah Samodra Wibawa, dkk. Yogjakarta: Gadjah Mada University Press

Whitaker, B. (1997). Instructional leadership and principal visibility. The Clearinghouse, 70(3), 155-156.


(5)

pertama,Yogyakarta,Unit Penerbit STIM YKPN.

Wiles, J. dan J. Bondi. 1986. Supervision: A Guide to Practice . Second Edition. Columbus: Charles E. Merrill Publishing Company.

Wirawan (2012), Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia,Teori,Aplikasi dan

Penelitian,Jakarta,Penerbit Salemba Empat

Young. (2010). Penelitian Kuantitatif. [Online]. Tersedia: http://blog.unila.ac.id/young/metode-penelitian-kuantitatif/

Yukl, Gary. (1994). Leadership in Organisazion (terjemahan): Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Buana Ilmu populer.

Zeithmal, Valari, A. Parasuraman A. and Berry, Leonard. 1990. Delivering

Quality Service Balancing Customer Perception and Expectation. New

York: The Free Press.

--- Rumus-rumus Pengambilan Sampel. [Online]. Tersedia :

http://tesisdisertasi.blogspot.com/2009/12/rumus-rumus-pengambilan-sampel.html#ixzz0l2jiZHOj

UNDANG UNDANG,PERATURAN PEMERINTAH,PERMENDIKNAS

---. (2005). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2005 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

---. (2006). Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan.

---. (2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009

Tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. ---(2009)Rencana Stategis Dekdiknas 2009-2014


(6)

...,(2007),Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 21 Tahun 2007,Tentang Standar Isi

...,(2007),Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 21 Tahun 2007,Tentang Standar Kompetensi Lulusan

...,(2007),Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 21 Tahun 2007,Tentang Standar Pendidik dan tenaga kependidikan

...,(2007),Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 21 Tahun 2007,Tentang Standar Pengelolaan

...,(2007),Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 21 Tahun 2007,Tentang Standar Pembiayaan

...,(2007),Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 21 Tahun 2007,Tentang Standar Sarana Prasarana

...,(2007),Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 21 Tahun 2007,Tentang Standar Penilaian