KINERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) DALAM PENJAMINAN MUTU SEKOLAH DASAR:Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Jambi.

(1)

Kemas Imron Rosadi, 2012

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 17

C. Tujuan Penelitian ... 20

D. Manfaat Penelitian ... 21

E. Struktur Organisasi Disertasi ... 23

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kinerja Organisasi dalam Konteks Administrasi Pendidikan .. 25

B. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan ... 52

C. Manajemen Kinerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan . 61 D. Kaidah-kaidah Manajemen Kinerja ... 67

E. Model Manajemen Kinerja ... 70

1. Perencanaan ... 77

2. Pelaksanaan ... 81

3. Monitoring ... 82

4. Review ... 86

F. Analisis Kinerja ... 87

G. Kerangka Pemikiran ... 89

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan subjek Penelitian ... 94

B. Desain Penelitian ... 96

C. Justifikasi penggunaan metode penelitian ... 99

D. Teknik Pengumpulan data ... 101

E. Analisis Data ... 105


(2)

Kemas Imron Rosadi, 2012

... 109

2. Pelaksanaan program LPMP dalam proses Penjaminan mutu pendidikan pada sekolah dasar di Propinsi Jambi... 129

3. Monitoring program yang dilaksanakan LPMP dalam proses penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di Propinsi Jambi ... 153

4. Review program yang dilaksanakan LPMP dalam proses penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di Propinsi Jambi ... 160

B. Pembahasan ... 186

1. Perencanaan program yang dilaksanakan LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di Propinsi Jambi ... 188

2. Pelaksanaan program LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di Propinsi Jambi ... 201

3. Monitoring program yang dilaksanakan LPMP dalam proses penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di Propinsi Jambi ... 214

4. Review program yang dilaksanakan LPMP dalam proses penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di Propinsi Jambi ... 220

C. Model hipotetik pengembangan Manajemen Kinerja LPMP dalam Penjaminan Mutu Sekolah Dasar ... 229

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 243

B. Saran ... 245

DAFTAR KEPUSTAKAAN ... 249

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 258


(3)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Hal itu termaktub dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 yang menyatakan:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Melihat definisi di atas, sesungguhnya pendidikan mempunyai dua tujuan sekaligus. Pertama, sebagai kegiatan sosial kolektif. Artinya, pendidikan ditujukan untuk mewujudkan nilai-nilai sosial atau cita-cita sosial. Kedua, realitas diri, yaitu keinginan individu untuk mengembangkan potensi-potensi diri guna mencapai kehidupan yang lebih baik bagi diri dan sesamanya dalam masyarakat bangsa menuju masa depan. Fungsi pendidikan bukan sekadar pelaksanaan kebijakan nasional atas nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, tetapi sebagai salah satu kekuatan sosial yang memberi corak dan arah bagi kehidupan masyarakat di masa depan.


(4)

Demi mencapai tujuan itu, pembangunan pendidikan di Indonesia bertumpu pada tiga aspek, yaitu aspek pemerataan dan perluasan, mutu dan relevansi, serta tata kelola yang baik. Ketiga aspek tersebut secara simultan dibangun untuk mencapai hasil yang maksimal. Namun demikian, tak lantas pembangunan pendidikan tersebut menjadi sederhana. Hal itu disebabkan faktor-faktor lain yang membuat pembangunannya menjadi sedemikian kompleks, misalnya pertambahan penduduk yang tinggi, kondisi geografis, budaya yang beragam, dan kebijakan yang diskontinu.

Salah satu isu yang menarik dikaji dalam konstelasi pembangunan pendidikan di Indonesia adalah mutu pendidikan yang rendah (Sholeh, 2007: 146). Gejala rendahnya mutu pendidikan di Indonesia semakin dirasakan dan muncul sebagai topik diskusi di kalangan teoretisi, praktisi, juga orang awam, sehingga setidaknya memunculkan empat pandangan.

Pandangan pertama melihat mutu pendidikan dari prestasi belajar siswa yang mengukur pengetahuan kognitif. Dalam pandangan ini, mutu pendidikan ditentukan oleh struktur dasar keilmuan yang ketat. Pembakuan secara terpusat dilakukan mulai dari kurikulum, pokok bahasan, metode pengajaran, pengadaan sarana dan prasarana, hingga evaluasi belajar. Pandangan kedua melihat mutu pendidikan melalui prosesnya. Pandangan ini mengangggap kurikulum tidak perlu berstruktur ketat, yang penting siswa dapat belajar aktif. Pandangan ketiga melihat mutu pendidikan dari masukannya seperti guru, alat belajar, buku pelajaran, perpustakaan, dan prasarana pendidikan. Pandangan keempat melihat mutu pendidikan dari efektivitas dan efisiensi pengelolaan satuan pendidikan.


(5)

Dibalik semua itu dapat dirasakan bahwa adanya ketertinggalan yang signifikan mutu pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Hasil itu diperoleh setelah kita membandingkannya dengan Negara lain. Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karana itu, pendidikan seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang mampu bersaing dengan sumber daya manusia di Negara-negara lain.

Bila di amati, Nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang. Ada banyak penyabab mengapa mutu pendidikan di Indonesia, baik pendidikan formal maupun informal, dinilai rendah. Penyebab rendahnya mutu pendidikan adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran.

Adapun menurut Mailani kasim permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yaitu:

(1). Rendahnya sarana fisik, (2). Rendahnya kualitas guru, (3). Rendahnya kesejahteraan guru, (4).Rendahnya prestasi siswa, (5). Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan, (6).Rendahnya relevansi pendidikan (7).Mahalnyabiayapendidikan.http://meilanikasim.wordpress.com/2009/03 /08/makalah-masalah-pendidikan-di-indonesia/


(6)

Umaedi dalam http://www.ssep.net/director.html ada dua faktor yang

dapat menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutu pendidikan selama ini kurang atau tidak berhasil.

Pertama strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku-buku (materi ajar) dan alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan ( sekolah) akan dapat menghasilkan output (keluaran) yang bermutu sebagai mana yang diharapkan. Ternyata strategi input-output yang diperkenalkan oleh teori education production function (Hanushek, 1979,1981) tidak berfungsi sepenuhnya di lembaga pendidikan (sekolah), melainkan hanya terjadi dalam institusi ekonomi dan industri. Kedua, pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented, diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor yang diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan sebagaimana mestinya di tingkat mikro (sekolah). Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa komleksitasnya cakupan permasalahan pendidikan, seringkali tidak dapat terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat.

Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolah di Indonesia antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum, sistim evaluasi, sarana pendidikan, materi ajar, mutu guru, dan tenaga kependidikan lainnya. Namun, upaya tersebut belum memperlihatkan hasil yang signifikan terhadap peningkatan mutu pendidikan. Hal ini diindikasikan dengan nilai hasil evaluasi belajar untuk berbagai bidang studi pada jenjang SMP dan SMA yang cenderung tidak menunjukkan peningkatan yang berarti bahkan dapat dikategorikan konstan dari tahun ke tahun.

Oleh karena itu, Tedjasudhana (2005) mengatakan: merasa sangat prihatin dengan pendapat dari beberapa kalangan yang menyatakan bahwa standar


(7)

kelulusan yang ditetapkan untuk UN yaitu 4,50 dianggap terlalu tinggi, padahal di Singapura nilai kelulusan adalah 6,5, di Malaysia 7, dan di Vietnam 5,5.

Dilihat dari kualitas SDM sebagai produk pendidikan, The Global Competitiveness Report menempatkan daya saing Indonesia pada posisi ke-44 pada 2010-2011 atau naik dari posisi 54 pada 2009-2010. Sementara tentang kemampuan ilmuwan (scientist) dan teknokrat (engineer), Indonesia berada pada tingkat ke-31 dan dalam kerja sama teknologi antarindustri dan kerja sama penelitian antara industri dan perguruan tinggi, berada pada rangking ke-26 dan 38. Di samping itu, tingkat kualitas penelitian Indonesia bertengger di peringkat ke-44 dan kapasitas inovasi Indonesia berada pada urutan ke-30 (LPMP, 20)

Selanjutnya menurut Indeks pembangunan pendidikan untuk semua atau education for all bahwa:

Di Indonesia menurun. Jika pada 2010 lalu Indonesia berada di peringkat 65, tahun ini merosot ke peringkat 69. Berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011: The Hidden Crisis, Armed Conflict and Education yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) yang diluncurkan di New York, indeks pembangunan pendidikan atau education development index (EDI) berdasarkan data tahun 2008 adalah 0,934. Nilai itu menempatkan Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara di dunia. EDI dikatakan tinggi jika mencapai 0,95-1. Kategori medium berada di atas 0,80, sedangkan kategori rendah di bawah 0,80. Global Monitoring Report dikeluarkan setiap tahun yang berisi hasil pemonitoran reguler pendidikan dunia. Indeks pendidikan tersebut dibuat dengan mengacu pada enam tujuan pendidikan EFA yang disusun dalam pertemuan pendidikan global di Dakar, Senegal, tahun 2000.

Saat ini Indonesia masih tertinggal dari Brunei Darussalam yang berada di peringkat ke-34. Brunai Darussalam masuk kelompok pencapaian tinggi bersama Jepang, yang mencapai posisi nomor satu dunia. Adapun Malaysia berada di peringkat ke-65 atau masih dalam kategori kelompok pencapaian medium seperti


(8)

halnya Indonesia. Posisi Indonesia jauh lebih baik dari Filipina (85), Kamboja (102), India (107), dan Laos (109). Total nilai EDI itu diperoleh dari rangkuman perolehan empat kategori penilaian, yaitu angka partisipasi pendidikan dasar, angka melek huruf pada usia 15 tahun ke atas, angka partisipasi menurut kesetaraan jender, dan angka bertahan siswa hingga kelas V sekolah dasar (SD). http://edukasi.kompas.com/read/2011/03/02/18555569/Indeks.Pendidikan.Indones ia.Menurun

Penurunan EDI Indonesia yang cukup tinggi tahun ini terjadi terutama pada kategori penilaian angka bertahan siswa hingga kelas V SD. Kategori ini untuk menunjukkan kualitas pendidikan di jenjang pendidikan dasar yang siklusnya dipatok sedikitnya lima tahun.

Masalah relevansi pendidikan sebagai cerminan mutu pendidikan yang rendah setidaknya disebabkan dua hal.

Pertama, praktik pendidikan yang dirasakan selama ini terlalu teoretis dan kurang strategis. Ashari (2009: 11) menyebutnya sebagai pendidikan yang kurang membumi. Di banyak aspek, pendidikan tidak mampu mengakomodasi kebutuhan masyarakat (aspek sosiologis), falsafah bangsa (aspek filosofis), hakikat anak didik (aspek psikologis), dan hakikat pengetahuan (aspek bidang ilmu) secara sinergis. Keempat aspek tersebut harus dipadukan secara sinergis dalam sebuah sistem kehidupan yang nyata (real life sistem) yang lebih bermakna (meaningful), sehingga dapat menciptakan manusia yang tidak hanya mempunyai pola pikir tinggi, tetapi diikuti pula oleh daya rohani, fisik, dan sosial yang tinggi pula.


(9)

Kedua, terjadi mismatch dunia pendidikan dengan kebutuhan (Bolton, 2000). Ashari (2009: 12) menyebutnya sebagai pendidikan yang antirealitas. Lembaga pendidikan formal seperti sekolah dan perguruan tinggi berjalan terpisah. Lembaga-lembaga itu lebih mengedepankan profesionalitas dan mengesampingkan adaptabilitas. Dampaknya tidak hanya terkait jumlah pengangguran yang membengkak, tapi juga lulusan yang telah bekerja pun kurang dapat berkontribusi secara proaktif bagi dirinya sendiri, keluarga, agama, masyarakat, bangsa, dan negara. Tidak mengherankan bila sebagian orang yang telah bekerja justru menjadi beban bagi lembaganya. Kasus korupsi, kolusi, nepotisme, perebutan kekuasaan, rendahnya citra hukum dan disiplin masyarakat, meningkatnya penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif lainnya serta kejahatan, lambannya pemulihan krisis ekonomi dan sosial yang marak dewasa ini, merupakan sebagian bukti bahwa pendidikan yang selama ini dilaksanakan kurang bermakna (meaningful).

Mutu pendidikan dipengaruhi beberapa faktor. Sukmadinata, dkk. (2006: 8) merangkum masalah pendidikan terkait mutu sebagai berikut:

Banyak masalah mutu dihadapi dalam dunia pendidikan, seperti mutu lulusan, mutu pengajaran, bimbingan dan latihan guru, serta mutu profesionalisme dan kinerja guru. Mutu-mutu tersebut terkait dengan mutu manajerial para pimpinan pendidikan, keterbatasan dana, sarana dan prasarana, fasilitas pendidikan, media, sumber belajar, alat dan bahan latihan, iklim sekolah, lingkungan pendidikan serta dukungan dari pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan.

Di antara faktor tersebut, guru dan tenaga kependidikan lainnya merupakan faktor utama yang memengaruhi mutu pendidikan (Sagala, 2007: 24). Guru sebagai pelaku utama dalam proses pendidikan harus selalu mendapatkan


(10)

pembinaan dan pengembangan secara berkelanjutan. Pembinaan dan pengembangan tersebut dapat berupa peningkatan profesionalisme dasar atau penyesuaian dengan kebijakan terbaru yang dikeluarkan pemerintah. Pembinaan dan pengembangan profesionalisme guru tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan dalam jabatan (bdk. Sagala, 2007: 26-27).

Sumber daya manusia (SDM) pendidikan merupakan hal penting dalam sebuah organisasi. Peran SDM sangat penting untuk kemajuan dan perubahan organisasi. Karena SDM memengaruhi efektivitas dan efisiensi peran, fungsi, dan tujuan organisasi, perhatian terhadap SDM harus diberikan terus dengan memelihara dan melatih SDM dengan berbagai cara melalui serangkaian kegiatan dan program yang bersifat menambah pengetahuan dan keterampilan. Saat ini banyak organisasi yang melakukan serangkaian kegiatan atau program guna meningkatkan kinerja karyawannya.

Kegiatan atau program tersebut dapat dilakukan dengan pelatihan, seminar, workshop, konseling, maupun studi banding guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, perbaikan sikap, serta peningkatan kinerja atau sekadar mendapatkan pengetahuan baru. Meski demikian, terkadang setelah mengikuti pelatihan, kinerja individu tetap tidak sesuai dengan harapan.

Demikian juga lembaga pendidikan, jika ingin tujuannya tercapai sesuai harapan, setiap individu di dalamnya (terutama guru atau tenaga pendidik) harus dapat menjalankan tugas dengan efektif dan efisien. Pengetahuan dan keterampilan tenaga pendidik akan memengaruhi tugas yang diberikan kepadanya berhasil atau tidak. Tenaga pendidik yang tidak memiliki atau memiliki sedikit


(11)

pengetahuan dan keterampilan akan menghambat keberhasilan lembaga pendidikan. Karena itu, setiap tenaga pendidik harus melakukan pemeliharaan dan pengembangan pengetahuan serta keterampilannya. Sikap dan nilai yang dimiliki tenaga pendidik terhadap lingkungan sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas. Guna mencapai keberhasilan dalam tugas dan tujuan lembaga pendidikan, setiap tenaga pendidik atau guru harus terus mengembangkan sikap yang dimiliki agar tercipta iklim belajar yang diinginkan.

Pengembangan SDM pendidikan, khususnya tenaga pendidik, sangat penting untuk diperhatikan dan ditingkatkan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan peningkatan kualitas SDM tenaga pendidikan, diharapkan kualitas pendidikan akan meningkat.

Masalah-masalah pendidikan sebagaimana dikemukakan di atas perlu segera dicarikan solusi. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah, salah satunya penerbitan Permendiknas Nomor 07/2007 yang mengatur bahwa Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) sebagai lembaga pemerintah pusat yang ada di setiap provinsi berkewajiban mensupervisi dan membantu satuan pendidikan pada sekolah dasar dan menengah dalam upaya penjaminan mutu pendidikan.

Berdasarkan Peraturan Mendiknas RI Nomor 7 Tahun 2007, tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan, struktur organisasi LPMP terdiri atas tiga seksi, yakni seksi program dan sistem informasi, seksi pemetaan mutu dan supervisi, dan seksi fasilitasi sumber daya pendidikan.


(12)

Satori dalam ( http://gurupembaharu.com/home/sistem-penjaminan-dan-peningkatan-mutu-pendidikan/) mempertegas bahwa:

Peraturan tersebut mengisyaratkan langkah pemberdayaan tugas pokok dan fungsi yang menyangkut: (1) pemetaan mutu pendidikan, (2) supervisi dalam rangka pengembangan mutu, (3) pengembangan sistem informasi mutu pendidikan, dan (4) fasilitasi pendidik dan tenaga kependidikan. Dalam menjalankan peran dan tanggung jawab Quality Assurance and Improvement pemberdayaan LPMP difokuskan pada fungsi bimbingan, arahan, dan saran/bantuan teknis.

Oleh karena itu Satori dalam ( http://gurupembaharu.com/home/sistem-penjaminan-dan-peningkatan-mutu-pendidikan/) mengatakan juga bahwa :

LPMP sebagai institusi pelayanan Dirjen PMPTK melalui direktorat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan hendaknya mampu membangun jaringan kerja penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan yang melibatkan satuan pendidikan, pengawas sekolah, kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Kota. Karena tidak dipungkiri bahwa upaya strategis jangka panjang untuk mewujudkannya menuntut satu sistem penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan yang dapat membangun kerjasama dan kolaborasi di antara berbagai institusi yang terkait dalam satu keterpaduan jaringan kerja nasional.

Berdasarkan uraian di atas, maka LPMP sebagai lembaga penjaminan mutu pendidikan dapat mengoptimalkan peran dan fungsinya dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan peningkatan mutu kependidikan yang meliputi berbagai aspek baik peningkatan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan maupun mutu lulusan pada setiap jenjang pendidikan. Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut LPMP dapat menerapkan fungsi-fungsi manajemen yang tersistem dan terstruktur dengan baik. Hal ini dimaksudkan agar, kegiatan yang dilaksanakan dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.


(13)

Sama juga halnya di Inggris penjaminan mutu pendidikan di naungi oleh sebuah lembaga penjaminan mutu yakni QAA (Quality Assurance Agency) yang mempunyai kesamaan dengan LPMP. Misinya adalah untuk menjaga standar dan meningkatkan kualitas pendidikan Inggris.

QAA Menawarkan saran, bimbingan dan dukungan untuk membantu pendidikan Inggris dan lembaga lainnya memberikan pengalaman siswa terbaik. QAA melakukan review lembaga dan mempublikasikan laporan merinci temuan. Laporan QAA menyoroti praktek yang baik dan mengandung rekomendasi untuk membantu meningkatkan kualitas. Para peer reviewer pada tim review QAA memiliki pengalaman terbaik dalam memberikan penilaian pendidikan. Untuk mendukung standar dan mempromosikan peningkatan kualitas pendidikan, QAA mempublikasikan berbagai titik referensi dan bimbingan. Publikasi ini banyak digunakan oleh staf akademik Inggris yang bertanggung jawab dalam membentuk pengalaman siswa. QAA dalam menjamin mutu pendidikan di inggris memiliki strategi untuk tahun 2011-14 adalah: (a).Memenuhi semua kebutuhan siswa dan dihargai oleh mereka. (b).Menjaga standar pendidikan di Inggris dalam konteks internasional (c).Perbaikan pendidikan yang bermutu tinggi di Inggris. (d).Meningkatkan pemahaman publik akan standar pendidikan yang berkualitas. http://www.qaa.ac.uk/aboutus/Pages/default.aspx

Di Amerika lembaga penjaminan mutu pendidikan yang terkenal dan mempunyai pengaruh global pendidikan internasional yang dikenal CQAIE (the center for quality assurance international education), pusat Jaminan Mutu dalam Pendidikan Internasional, dengan kantor di metropolitan Washington, DC, Hanoi,


(14)

Vietnam dan Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, adalah kegiatan kolaboratif dari pendidikan dan kualitas dan jaminan kompetensi masyarakat baik di Amerika Serikat dan antara Amerika Serikat dan negara-negara lain yang peduli dengan masalah kualitas dan keadilan dalam akademis internasional dan mobilitas profesional, credentialing dan pengakuan. Pusat memfasilitasi studi perbandingan kualitas nasional dan mekanisme jaminan kompetensi untuk meningkatkan upaya dalam negara dan mempromosikan mobilitas antara sistem nasional. http://www.cqaie.org/

Untuk tujuan tersebut, kegiatan The Center terbagi dalam tiga kategori utama: (a) Kegiatan Nasional, (b) Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Pelatihan dalam Jaminan Kualitas, akreditasi (c) Perencanaan Strategis untuk Jaminan Kualitas pendidikan, advokasi dan perencanaan dalam globalisasi serta transnasional profesi kualitas pendidikan.

CQAIE membantu negara dalam pengembangan atau peningkatan sistem jaminan kualitas untuk pendidikan pasca sekolah menengah (termasuk pendidikan tinggi dan pekerjaan / pelatihan kejuruan) melalui kerja dengan Departemen, Lembaga Jaminan Mutu Nasional dan Lembaga. Stafnya memberikan bantuan pada berbagai tahap: desain (termasuk legislasi penyusunan atau mengembangkan kebijakan nasional); perencanaan strategis pada tingkat kelembagaan atau sistemik untuk jaminan kualitas, implementasi (termasuk program pelatihan nasional atau institusional) dan evaluasi (termasuk extern yang al internasional kajian sistem nasional dan lembaga individu).


(15)

Sejak didirikan pada tahun 1991, Pusat ini telah bekerja di negara dengan sedikitnya dua pertiga dari negara dengan sistem jaminan kualitas nasional dan global. Pusat ini bekerja melalui berbagai Departemen yang terkait dengan Pendidikan Tinggi, Kejuruan / Pelatihan Kerja, Tenaga Kerja dan Kesehatan. Dr Marjorie Perdamaian Lenn, Presiden Pusat, diminta oleh Bank Dunia untuk kembali melakukan pengembangan kapasitas yang efektif antara sistem jaminan kualitas nasional di Asia Timur dan Pasifik. Hal ini melibatkan 2004 Bank Dunia publikasi Jaminan Penguatan Kualitas dan Akreditasi di Asia Timur dan Pasifik yang mempromosikan regionalisasi jaringan lembaga jaminan mutu. Publikasi ini menjadi dasar bagi kategori baru dari hibah pengembangan oleh Bank Dunia, dimulai dengan Kualitas Jaringan Pasifik berkembang Asia dan diikuti oleh jaringan regional baru untuk Amerika Latin , Afrika dan Arab Amerika . Pusat diberikan yang pertama ini hibah pengembangan dan program hibah global kini dikelola oleh UNESCO (United Nations Educational Organisasi, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan dengan kantor pusat di Paris ).

Dari tugas dan fungsi lembaga penjaminan mutu Inggris dan amerika di atas terlihat jelas bahwa betapa pentingnya penjaminan mutu yang dilakukan lembaga QAA dan CQAIE untuk peningkatan penjaminan mutu pendidikan baik secara nasional dan global.

Dengan demikian bahwa LPMP, QAA inggris dan CQAIE amerika memiliki tugas pokok dan fungsi yang sama yakni sama-sama melakukan sistem penjaminan mutu pendidikan melalui penguatan pencapaian standar nasional pendidikan di negara masing-masing.


(16)

Melihat kinerja LPMP provinsi Jambi berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti nampak bahwa kinerja LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan di Provinsi Jambi belum optimal. Hal tersebut nampak dari masih rendahnya mutu pendidik dan tenaga kependidikan, dilihat dari masih rendahnya capaian nilai siswa dari tiga mata pelajaran yang diujikan pada UASBN di SD yakni IPA, matematika, bahasa Indonesia.

Dari tiga mata pelajaran yang diujikan pada kegiatan Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) , nilai matematika berada di posisi terendah, yakni 0,75. Sedangkan jumlah siswa yang memperoleh nilai 10 untuk pelajaran tersebut sebanyak 360 siswa SD. „‟Untuk siswa dari Madrasah Ibtidakyah tidak ada," jelas Kasubdin Pendidikan Dasar Menengah dan Tinggi (Dikmenti) Dinas Pendidikan Provinsi Jambi, Ramli Samosir kepada Koran ini. Menurutnya dari 2.296 SD dan 59 MI baik negeri maupun swasta yang mengikuti ujian nasional dengan jumlah peserta UASBN 57.255, hanya SD 53/I Ladang Peris Kabupaten Batanghari berhasil meraih nilai tertinggi. Perolehan nilai mereka tersebut yakni 27,46. Dikatakannya, untuk kelulusan siswa sendiri ditentukan oleh pihak sekolah. „‟Kita tidak bisa mengintervensi keputusan sekolah,‟‟ tegasnya. http://www.jambiekspres.co.id/index.php/radar-jambi/3723-matematika-terendah-nilai-uasbn-diumumkan

Di Kota Jambi, tercatat 219 SD negeri dan swasta yang menggelar UASBN. Jumlah peserta 9.800 orang. Pada tahun 2010 lalu, di Kota Jambi ada lima siswa yang tidak lulus. Menurut Rifa‟i Kadis kota, hasil UASBN tersebut dijadikan sebagai salah satu penilaian untuk kelulusan siswa.


(17)

http://jambi-

independent.co.id/jio/index.php?option=com_content&view=article&id=12895:rata-rata-sekolah-lulus-100-persen&catid=1:metroja

Dari apa yang di sampaikan Ramli Samosir Kasubdin Pendidikan Dasar Menengah dan Tinggi (Dikmenti) Dinas Pendidikan Provinsi Jambi dan Rifa‟i Kadis kota bahwa rata-rata nilai hasil UASBN SD di provinsi Jambi masih rendah, walaupun rata –rata kelulusan SD cukup tinggi , ini dikarenakan nilai UASBN dihargai 60% sedangkan di tambah dengan nilai UAS sekolah dihargai 40%. Jadi sekolah mempunyai 40% untuk menutupi kekurangan nilai UASBN, dengan demikian kelulusan SD cukup tinggi walaupun hasil UASBNnya sangat rendah.

Jelas bahwa belum optimalnya kinerja LPMP pada penjaminan mutu sekolah dasar hal ini dipengaruhi oleh penerapan fungsi-fungsi manajemen dalam pelaksanaan kegiatan penjaminan mutu pendidikan belum terlaksana dengan baik. Berarti bahwa manajemen kinerja LPMP masih perlu ditingkatkan pelaksanaanya, terutama pada aspek perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan review.

Dalam meningkatkan kinerja, suatu organisasi dalam pelaksanaan pekerjaan menerapkan fungsi-fungsi manajemen. Hal tersebut dinyatakan oleh Deming (dalam Amstrong dan Denton, 1998: 57):

bahwa fungsi-fungsi manajemen kinerja meliputi: perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan review. Perencanaan dilaksanakan untuk menetapkan visi, misi, tujuan dan program kerja organisasi yang akan dilakukan dalam jangka waktu pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Pelaksanaan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengimplementasikan atau merealisasikan Perencanaan program yang telah dibuat. Pada pelaksanaan ini diperhatikan faktor-faktor yang


(18)

mempengaruhi di antaranya adalah sumber daya manusia, fasilitas, nilai-nilai, budaya, dan kerjasama yang terdapat di dalam organisasi. Pada aspek monitoring, organisasi dapat melakukan perbaikan pada berbagai tahapan kegiatan mulai dari persiapan sampai dengan hasil. Dalam monitoring disediakan lembaran-lembaran pengamatan dan penilaian sehingga Monitoring program yang dilaksanakan dapat berhasil dengan baik. Pada tahapan review, dilakukan penilaian terhadap keseluruhan kegiatan yang direncanakan, mulai dari persiapan sampai dengan hasil akhir.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik meneliti kinerja LPMP Provinsi Jambi dalam penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di wilayah tersebut. Karena pengembangan sistem penjaminan dan peningkatan mutu dalam kerangka sistem pendidikan nasional memerlukan investasi institusi (capacity building) dengan fokus pada perubahan pola pemahaman (mind set) dan perubahan budaya kerja (institutional/work culture) di antara orang-orang, terutama yang menduduki posisi managerial. Strategi perubahan dimulai dari membangun apa, untuk apa, mengapa, dan bagaimana dengan sensitivity training, simulation, dan case analyses. Karena pada dasarnya penjaminan mutu merupakan serangkaian proses dan sistem yang terkait untuk mengumpulkan, menganalisis, dan melaporkan data mengenai kinerja dan mutu tenaga pendidik dan kependidikan, program dan lembaga pendidikan.

Ketertarikan itu diperkuat kenyataan bahwa kinerja LPMP provinsi Jambi yang berperan melakukan pemetaan mutu, pengeloaan informasi manajemen mutu, memberikan fasilitasi pada satuan pendidikan, dan melakukan evaluasi mutu pendidikan di provinsi Jambi, masih ibarat jauh api dari panggangnya. Karena sampai sekarang mind set-nya kebanyakan masih training minded. Hal ini dapat dimaklumi, sudah sekian lama LPMP yang sebelumnya bernama BPG


(19)

(Balai Pelatihan Guru) itu semata-mata menjadi tempat pelatihan (training centre).

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Untuk melaksanakan penjaminan mutu pendidikan, LPMP tidak bisa berjalan sendiri, namun bermitra dengan pemerintah kabupaten/kota, dalam hal ini instansi pemerintahan yang terkait adalah Kementerian Pedidikan Nasional Kabupaten/Kota.

Sedangkan untuk melaksanakan penjaminan mutu tersebut, LPMP menyusun rencana strategis (Renstra) yang diarahkan untuk pencapain visi, misi, dan nilai inti serta tupoksi dari LPMP. Selanjutnya dalam melaksanakan program kerja LPMP yang telah ditetapkan dalam renstra tentunya membutuhkan manajemen kinerja yang efektif agar visi dan misi yang menjadi tujuan LPMP dapat tercapai secara optimal. Untuk menjalankan renstra tersebut di implementasikan pada tiga seksi yakni seksi PSI (program sistem informasi), seksi PMS (pemetaan mutu supervisi) dan seksi FSDP (fasilitasi sumberdaya Pendidik dan kependidikan) yang di naungi oleh kapala bagian tata usaha. Seksi mempunyai tugas pokok dan fungsi serta program kerja yang mengacu pada renstra yang telah di tetapkan. Tentu di dalam pelaksanaan tugasnya seksi-seki tidak terlepas dari tugas rutin membuat rencana kerja, pelaksanaan kerja, monitoring kerja dan mereview hasil kerja.

Dari mekanisme kerja yang ada di LPMP hasil observasi ditemukan kejanggalan implementasi program yakni tumpang tindihnya pelaksanaan program contohnya salah satu program yang seharusnya di kerjakan oleh seksi


(20)

FSDP justru dikerjakan oleh seksi PMS, bahkan banyak program FSDP juga dilaksanakan oleh seksi PSI. Tentu fenomena seperti ini akan mengganggu harmonisasi kerja antar seksi. Hal ini terjadi atas persetujuan kepala LPMP dengan SK kegiatan kepanitiaan.

Observasi menunjukkan juga bahwa konsistensi dalam menjalankan program kerja yang telah di tetapkan masih rendah ini terlihat banyak program yang tidak terlaksana pada tahun berjalan, serta ada pula kegiatan yang tidak terprogram tapi dilaksanakan atau terkesan dengan program dadakkan.

Pada pelaksanaan monitoring dan review, LPMP melakukan tanpa persiapan yang memadai sehingga hasil tidak optimal serta tidak ada follow-up yang lintas cepat program (fast traffic). Sehinggga adanya program-program yang seharusnya segera di tindak lanjuti cepat terlaksana tidak mesti menunggu masuk program yang akan datang.

Berdasarkan identifikasi masalah di atas tentu perlu dicarikan model manajemen kinerja apa yang cocok dan sesuai untuk diterapkan dalam rangka pencapaian visi dan misi LPMP tersebut.

Banyak sekali model-model manajemen kinerja yang dapat dikembangkan dalam pelaksanaan program kerja LPMP, dan untuk mengetahui seberapa efektif manajemen kinerja yang diterapkan dapat dilihat apakah pelaksanaan program telah berhasil mencapai tujuan yang diinginkan dalam visi dan misi. Jika belum tercapai, maka perlu adanya identifikasi terhadap faktor-faktor yang menjadi penghambat dan penunjang pelaksanaan kinerja, sehingga dapat dikaji kembali


(21)

mana yang perlu diperbaiki dan dipertahankan bahkan ditingkatkan dalam kinerja yang akan datang.

Berdasarkan uraian di atas, berikut ini penulis kemukakan premis penelitian yang dijadikan sebagai acuan dalam mengkaji, memaknai, dan menganalisis fenomena yang berkaitan dengan kinerja LPMP dalam meningkatkan mutu pendidikan, guna merumuskan model sistem kinerja yang efektif dalam proses penjaminan mutu pendidikan di provinsi Jambi.

Karena mutu pendidikan menjadi salah satu tanggung jawab LPMP, dan mutu itu sangat terkait dengan kinerja lembaga tersebut, muncul pertanyaan “bagaimana kinerja LPMP Provinsi Jambi dalam proses penjaminan mutu sekolah dasar?”.

Pertanyaan itulah yang akan dibahas dalam penelitian ini. Secara lebih spesifik dan untuk memfokuskan pada persoalan serta memudahkan tahapan analisis, pertanyaan tersebut dapat dirinci lebih lanjut menjadi beberapa pertanyaan berikut:

1. Bagaimana perencanaan program yang dilaksanakan LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan pada sekolah dasar di Propinsi Jambi?

2. Bagaimana pelaksanaan program LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan pada sekolah dasar di Propinsi Jambi?

3. Bagaimana Monitoring program yang dilaksanakan LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan pada sekolah dasar di Propinsi Jambi?

4. Bagaimana review program yang dilaksanakan LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan pada sekolah dasar di Propinsi Jambi?


(22)

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis tentang:

1. Kemampuan LPMP sebagai lembaga penjaminan mutu pendidikan di provinsi Jambi memberikan konstribusi terhadap penjaminan mutu sekolah dasar dalam perencanaan program yang berorientasi pada visi, misi dan tupoksi yang mengakar pada kemampuan kinerja lembaga.

2. Konsistensi kinerja mengacu pada tupoksi LPMP pada pelaksanaan program penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di Propinsi Jambi.

3. Keakuratan dan berdampak guna hasil kerja monitoring program yang dilaksanakan LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di Propinsi Jambi.

4. Hasil Review program yang dilaksanakan LPMP guna perbaikan kinerja kedepan dalam penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di Propinsi Jambi.

Penelitian ini tentunya harus diberikan batasan-batasan, karena banyak sekali fakta-fakta yang ingin diungkap, keingintahuan yang ingin dibuktikan, temuan-temuan lapangan yang memberikan kepenasaran untuk digali lebih dalam. Namun demikian peneliti perlu membatasi kajian penelitian dengan menetapkan fokus studi sebagai batas penelitian sehingga tidak menimbulkan kebingungan dalam memverifikasi, mereduksi dan menganalisis data. (Satori dan Ruswandi, 2009: 30)

Adapun batasan dalam penelitian ini hanya terfokus pada permasalahan manajemen kinerja LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di


(23)

provinsi Jambi.

D.Manfaat penelitian

Manfaat penelitian diharapkan meliputi 3 manfaat sekaligus yaitu: 1. Untuk pengembangan teori

Diharapkan hasil penelitian ini memberikan manfaat terhadap pengembangan teori manajemen kinerja kedepan, karena dari teori-teori manajemen kinerja yang ada masih bersifat universal dengan mengukur keberhasilan kinerja dari sisi rencana, pelaksanaan, monitoring dan review saja, tidak ada follow- up yang konkrit setelah hasil review di dapat. Setidaknya harus ada follow-up sebelum masuk pada program perbaikan perencanaan kerja yang akan datang. Jadi siklus manajemen kinerja deming, setelah langkah review perlu di tambah dengan follow-up program cepat (quick follow-up program) yakni hasil temuan review langsung ditindak lanjuti sesegera mungkin pada tahun berjalan tidak menunggu di masukkan pada perencanaan program kerja akan datang. Dengan demikian siklus manajemen kinerja deming akan lebih bermakna serta berdampak luas dan penting bagi perbaikan percepatan penjaminan mutu pendidikan pada sekolah dasar di provinsi jambi.

2. Manfaat Secara praktis

Lembaga penjaminan mutu pendidikan di Indonesia pada umumnya masih berorientasi sebagai lembaga DIKLAT (pendidikan dan pelatihan) sehinggga tugas penjaminan yang mengacu pada 8 standar nasional pendidikan masih jauh pencapaiannnya dengan demikian temuan penelitian ini akan


(24)

memberikan kontribusi bagaimana seharusnya kinerja yang efektiv LPMP pada perencaan program dengan melibatkan stakeholder yang peduli pada penjaminan mutu pendidikan. Pada pelaksanaan komit dan konsisten pada rencana kerja yang telah ditetapkan sebagai program kerja pada LPMP, tidak terjadinya ketidak sesuaian antara program yang dirancang dengan kenyataan pelaksanaan program dilapangan. Begitupun dengan monitoring dan review banyak tahapan yang tertinggal sehingga hasil manitoring dan review terkesan tidak optimal. Dengan demikian penelitian ini akan manfaat dan pencerahan agar LPMP kembali kepada jalan yang benar dalam kinerja penjaminan mutu pendidikan dengan target 8 standar pendidikan nasional sekolah dasar di provinsi Jambi.

3. Manfaat untuk peneliti lebih lanjut

Penelitian ini belum lengkap kalau tidak dilengkapi oleh penelitian lanjutan, karena masih banyak yang belum terungkap secara keseluruhan dalam pelaksanaan penelitian ini. Dari segi teori dalam penelitian ini menggunakan teori model siklus manajemen kinerja Deming dalam Michael Amstrong dan Angela Baron, Ferformance Management. Sehingga tidak terlepas dari pengungkapan penelitian mengacu pada siklus perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan review. Dengan demikian ada plus dan minusnya jika dibandingkan dengan teori model kinerja lainnya. Ada hal lain yang belum tersentuh dan perlu dilakukan penelitian lanjut sejenis yakni kinerja LPMP dalam penjaminan mutu pada sekolah menegah pertama dan sekolah menengah atas di provinsi Jambi. Dengan dilakukan penelitian lanjut tentu


(25)

menambah dan melengkapi penelitian terdahulu. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode penelitian kualitatif tentu juga memiliki kelemahan dalam bentuk tidak bisa mengungkap secara detil angka-angka pencapain mutu sekolah dasar yang memerlukan metode penelitian kuantitatif. Tentu penelitian lanjut juga diharapkan mampu mengungkap angka-angka pencapaian peningkatan mutu mengacu pada 8 standar nasional pendidikan. Walaupun demikian setidaknya peneliti ini sudah memberi langka awal bagi rekan-rekan peneliti lanjutan lainnya. Dengan demikian peneliti mengharapkan adanya penelitian lebih lanjut. Kepada rekan-rekan peneliti yang berminat dan konsisten terhadap dunia pendidikan, kiranya dapat mengembangkan hasil penelitian ini dengan substansi dan perspektif yang lebih luas dan mendalam. Karena keberhasilan pendidikan di Indonesia secara langsung maupun tidak langsung menjadi beban dan tanggung jawab kita bersama

E. Struktur organisasi Disertasi

Disertasi ini disusun dengan struktur organisasi sebagai berikut:

Pada bab I tentang Pendahuluan dijabarkan beberapa point yaitu Latar Belakang Penelitian, Identifikasi dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Struktur Organisasi Disertasi

Pada bab II, tentang kajian pustaka dan kerangka pemikiran penelitian dibahas beberapa aspek yaitu: Kinerja organisasi dalam konteks administrasi pendidikan, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan, Manajemen Kinerja lembaga penjaminan mutu pendidikan, Kaidah-kaidah Manajemen Kinerja,


(26)

Model Manajemen Kinerja, Analisis Kinerja, Penelitian terdahulu, Kerangka pemikiran penelitian.

Bab III, tentang metode penelitian dijabarkan beberapa aspek yaitu: Lokasi dan subjek Penelitian, Desain Penelitian, Justifikasi penggunaan metode penelitian, Teknik Pengumpulan data, dan Analisis Data.

Pada Bab IV tentang Hasil Penelitian dan Pembahasan dibahas melalui dua kegiatan yaitu: Hasil Penelitian tentang (1) Perencanaan program yang dilaksanakan LPMP dalam proses penjaminan mutu pendidikan pada sekolah dasar di Propinsi Jambi, (2) Pelaksanaan program dalam proses penjaminan mutu pendidikan pada sekolah dasar di Propinsi Jambi, (3) Monitoring program yang dilaksanakan LPMP dalam proses penjaminan mutu pendidikan pada sekolah dasar di Propinsi Jambi, (4) Review program yang dilaksanakan LPMP dalam proses penjaminan mutu pendidikan pada sekolah dasar di Propinsi Jambi. Pembahasan, yaitu: Perencanaan program yang dilaksanakan LPMP dalam proses penjaminan mutu pendidikan pada sekolah dasar di Propinsi Jambi, Pelaksanaan program dalam proses penjaminan mutu pendidikan pada sekolah dasar di Propinsi Jambi, Monitoring program yang dilaksanakan LPMP dalam proses penjaminan mutu pendidikan pada sekolah dasar di Propinsi Jambi, Review program yang dilaksanakan LPMP dalam proses penjaminan mutu pendidikan pada sekolah dasar di Propinsi Jambi

Pada Bab V tentang kesimpulan dan saran diuraikan tentang kesimpulan dan saran penelitian.


(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan subjek Penelitian 1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Jambi yang beralamat di Jalan HM. Yusuf Singadekane No. 31 Telanaipura, Kota Jambi.

Alasan pemilihan lokasi penelitian ini karena berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan, diperoleh informasi bahwa LPMP Provinsi Jambi bertugas membantu pemerintah daerah dalam bentuk supervisi, bimbingan, arahan, saran, dan bantuan teknis kepada satuan pendidikan TK, Dasar dan Menengah serta pendidikan nonformal dalam upaya penjaminan mutu satuan pendidikan untuk mencapai standar nasional pendidikan. Oleh karena itu, peneliti merasa perlu untuk melihat bagaimana kinerja LPMP Provinsi Jambi dalam meningkatkan mutu pendidikan di Provinsi Jambi.

2. Subjek penelitian

Tidak ada kriteria yang pasti untuk menentukan informan penelitian, namun demikian beberapa kriteria yang dapat dijadikan acuan dalam memilih informan dalam penelitian ini antara lain : (1) Informan mengalami langsung situasi atau kejadian yang bekaitan dengan topik penelitian. (2) Informan mampu menggambarkan kembali fenomena yang telah dialaminya terutama dalam sifat alamiah dan maknanya. (3) Bersedia untuk terlibat dalam kegiatan penelitian ini.


(28)

(4) Bersedia untuk diwawancarai dan direkam aktifitasnya selama wawancara atau selama penelitian berlangsung. (5) Memberikan persetujuan untuk mempublikasikan hasil penelitian. (Kuswarno. 2009 : 60-61).

Penelitian ini melibatkan pimpinan LPMP, kepala bidang, seksi, dan civitas akademika (widyaiswara, karyawan dan alumni), dan pakar dalam disiplin keilmuan penjaminan mutu. Informan/partisipan dari kalangan civitas akademika ditentukan dengan menggunakan teknik bola salju (snowball technique). Informan pertama dipilih secara purposif dari pakar yang menonjol kemampuan dan aktivitasnya serta memiliki gagasan dan tulisan-tulisan yang relevan dengan penelitian ini. Kriteria yang digunakan dalam memilih informan dengan identitas dari civitas akademika dan pakar adalah sebagai berikut: Pertama, dari unsur pimpinan LPMP berdasarkan tugas dan perannya dalam kelembagaan struktural LPMP. Kedua, dari unsur widyaiswara, dan trainer yang terlibat dengan kegiatan LPMP. Ketiga, dari unsur karyawan dan administrasi. Keempat, dari unsur pakar yang dipandang memiliki gagasan, keahlian, tulisan dan komentar terhadap penelitian ini, agar tidak terjadi kekeliruan dalam memberi tanggapan, kritik dan komentar yang menyimpang dari arah tujuan penelitian ini.

Diharapkan para informan dan partisipan dalam penelitian ini bisa memberikan data secukupnya, meskipun dalam hal-hal tertentu nantinya memerlukan ketekunan untuk memahaminya secara objektif, logis, dan benar. Selain itu, akan sangat memiliki arti dan makna yang berguna, apabila situasi dan keadaan sangat kondusif, bahwa mereka merasa tidak keberatan namanya ditulis dengan jelas. Bahkan akan tampak lebih objektif dari antara mereka, apabila


(29)

identitasnya dicantumkan secara lengkap. Namun demikian, dalam rangka menghindari subjektifitas, menjaga sikap ilmiah dan perasaan beberapa informan kunci, penulis tetap akan menyamarkan nama jelas dari mereka dengan hanya menulis inisial. Dalam melakukan triangulasi selayaknya tidak dicantumkan dalam laporan. Hal ini diharapkan tidak akan mengurangi akurasi data yang disajikan, karena peneliti lain yang berminat melakukan penelitian ulang tentang ihwal yang ditemukan tetap akan dapat menelusurinya dengan mudah, mengingat kapasitas mereka sebagai pimpinan, pakar sudah dikenal, baik di lingkungan nya maupun masyarakat ilmiah.

B. Desain Penelitian

Mencermati objek bahasan yang diteliti, yaitu kinerja LPMP dalam hubungan dengan dinamika fungsi dan perannya dikaitkan dengan sejumlah program, produk dan proses-proses dalam penjaminan mutu pendidikan di wilayah kerjanya, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.

Pendekatan kualitatif digunakan karena fokus penelitian ini adalah pengungkapan program, produk, dan proses-proses penjaminan mutu yang telah dan tengah dilakukan LPMP memerlukan interpretasi makna secara mendalam. Berpegang pada anggapan bahwa LPMP pun sebagai institusi “intelligent organized” berkenan dengan penjaminan mutu pendidikan, tidak terlepas dari dan atau tengah mengalami proses diferensiasi, dinamika eksternal dan internal serta rasionalisasi tindakannya, tidak hanya dapat diungkap pada perkembangan yang selama ini terjadi, melainkan juga dalam perubahan timbal-balik antara pola


(30)

tindakan dengan kondisi perkembangan masyarakat. Istilah kualitatif menunjuk proses dan makna yang tidak diuji atau diukur secara ketat dari segi kuantitas, jumlah, intensitas, ataupun frekuensi; penekanan diberikan pada konstruksi sosial dari realitas dan mencari jawaban bagaimana pengalaman sosial dibentuk dan diberi makna (Denzin dan Lincoln, 1994:4).

Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini terkait erat dengan realitas sosial dan pranata sosial penjaminan mutu pendidikan melalui penelitian kualitatif ini mengacu kepada strategi penelitian observasi partisipan dan wawancara mendalam, yang bertujuan untuk memahami aktivitas yang diselidiki dan memungkinkan peneliti memperoleh data dan informasi dari tangan pertama mengenai masalah sosial empiris yang hendak dipecahkan. Melalui metode penelitian ini, memungkinkan peneliti mendekati data sehingga mampu mengembangkan komponen keterangan yang analitis, konseptual dan kategoris dari data itu sendiri.

Studi mendalam pada komunitas layanan (stakeholders) digunakan sebagai strategi untuk menggambarkan kinerja LPMP sehingga dinamika peran dan fungsinya dapat dijelaskan secara olistik. Studi kasus pada LPM Jambi ini tujuannya adalah untuk mempelajari secara mendalam keadaan kehidupan sekarang dengan latar belakangnya dalam interaksi dengan lingkungannya dari suatu unit sosial seperti individu, kelembagaan, komunitas atau masyarakat (Rusidi, 1992: 23). Dipilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada beberapa pertimbangan berikut:


(31)

a. Memilih objek penelitian yang terfokus pada upaya menggambarkan dan menjelaskan pemahaman karakteristik, arti dan pemikiran dari ragam program, produk dan proses-proses yang terjadi yang sulit diukur dengan hanya dengan angka saja, maka penggunaan metode penelitian kualitatif ini dipandang tepat dan fleksibel guna mencapai tujuan penelitian.

b. Metode kualitatif memungkinkan untuk mengamati dan memahami gejala kehidupan dalam LPMP itu baik secara internal maupun eksternal, dari sudut pandang para pihak yang terkit dengan upaya penjaminan mutu pendidikan yang dilakukannya.

c. Metode kualitatif memungkinkan untuk melakukan verifikasi dan eksplanasi secara lebih mendalam pada saat menemukan perilaku para pihak yang diteliti yang secara konseptual dipandang berbeda dari apa yang seharusnya. Dengan melakukan cross check terhadap hal-hal yang terjadi di lapangan yang dinilai menyimpang itu dapat mempertinggi validitas dan akurasi data.

d. Dalam metode penelitian kualitatif sebagian besar data yang dikumpulkan berupa kata-kata verbal, bukan hanya berupa angka semata, baik lisan maupun tulisan yang diambil dari sejumlah informan yang berhubungan dengan objek penelitian.

e. Penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis yang berhubungan dengan suatu teori tertentu dan berdasarkan angka, tetapi lebih dimaksudkan untuk “menguji” dalam arti mengembangkan teori berdasarkan data yang ditemukan. Dengan demikian, teori-teori yang dipandang sudah mapan dalam bidang ini hanya dijadikan sebagai kerangka acuan guna memberi arah dan


(32)

memagari, agar penelitian ini tidak keluar dari tujuan semula.

f. Telaah dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan selama melakukan pengumpulan data di lapangan, karena analisis muncul dengan sendirinya pada saat menafsirkan data sejak awal sampai dengan akhir penelitian.

C. Justifikasi penggunaan metode penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Disebut kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan bercorak kualitatif, bukan kuantitatif yang menggunakan alat-alat pengukur. oleh pengukuran formal.

Dipilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada beberapa pertimbangan berikut:

a. Memilih objek penelitian yang terfokus pada upaya menggambarkan dan menjelaskan pemahaman karakteristik, arti dan pemikiran dari ragam program, produk dan proses-proses yang terjadi yang sulit diukur dengan hanya dengan angka saja.

b. Metode kualitatif memungkinkan untuk mengamati dan memahami gejala kehidupan dalam LPMP itu baik secara internal maupun eksternal, dari sudut pandang para pihak yang terkit dengan upaya penjaminan mutu pendidikan yang dilakukannya.

c. Metode kualitatif memungkinkan untuk melakukan verifikasi dan eksplanasi secara lebih mendalam pada saat menemukan perilaku para pihak yang diteliti yang secara konseptual dipandang berbeda dari apa yang seharusnya. Dengan melakukan cross check terhadap hal-hal yang terjadi di lapangan yang dinilai menyimpang itu dapat mempertinggi validitas dan akurasi data.


(33)

d. Dalam metode penelitian kualitatif sebagian besar data yang dikumpulkan berupa kata-kata verbal, bukan hanya berupa angka semata, baik lisan maupun tulisan yang diambil dari sejumlah informan yang berhubungan dengan objek penelitian.

e. Penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis yang berhubungan dengan suatu teori tertentu dan berdasarkan angka, tetapi lebih dimaksudkan untuk “menguji” dalam arti mengembangkan teori berdasarkan data yang ditemukan. Dengan demikian, teori-teori yang dipandang sudah mapan dalam bidang ini hanya dijadikan sebagai kerangka acuan guna memberi arah dan memagari, agar penelitian ini tidak keluar dari tujuan semula.

f. Telaah dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan selama melakukan pengumpulan data di lapangan, karena analisis muncul dengan sendirinya pada saat menafsirkan data sejak awal sampai dengan akhir penelitian.

Studi ini berhubungan dengan masalah efektivitas kinerja LPMP berkaitan dengan penjaminan mutu pendidikan, khususnya dalam konteks peran dan fungsi institusionalnya. Penjaminan mutu pendidikan akan selalu melibatkan sejumlah peranserta dari berbagai pihak dalam implementasinaya. Sejatinya kinerja LPMP adalah dapat diamati dari sejauhmana fungsi dan peran yang telah berlangsung selama ini dapat dideskripsikan secara holistik dan bagaimana pula perspektif masa mendatang LPMP dalam memberikan penjaminan mutu terhadap stackholderenya, mengingat bahwa mutu selalu bergerak dimanis. Karena, LPMP merupakan lembaga yang diberi kewenangan dalam penjaminan mutu pendidikan di Indonesia, semestinya merupakan satu-satunya lembaga yang berperan dalam


(34)

memberikan penjaminan mutu pendidikan di walayah kerjanya.

Oleh karena itu, penelitian ini memberikan gambaran dinamika dan prospek kinerja LPMP yang bertolak dari konidisi saat ini dan bagaimana ke depan dalam konteks dinamika praksis pendidikan yang semakin penuh tantangan menuju pencapaian pendidikan bermutu, mengingat bahwa dalam realitas sosial yang terjadi dari waktu ke waktu mutu pendidikan nasional kita selalu berada dalam persimpangan jalan. Dalam kerangka memahami (to understanding) pola-pola perkembangan yang dilakukan sehubungan dengan status dan perannya sebagai institusi penjaminan mutu pendidikan, maka mejadi sangat mendasar untuk melakukan telaah secara holistik. Sehingga dengan cara ini dapat mengkaji ulang (merekonstruk) fungsi dan peran LPMP sebagai institusi yang handal dalam bidang intelligent organized berkenan dengan penjaminan mutu pendidikan.

D. Teknik Pengumpulan data

Keberhasilan suatu penelitian dengan teknik kualitatif sangat tergantung pada ketelitian, kelengkapan catatan lapangan (field notes) yang disusun oleh peneliti. Catatan lapangan tersebut disusun melalui observasi, wawancara dan studi dokumenter. Ketiga teknik pengumpulan data ini untuk memperoleh informasi yang saling menunjang dan melengkapi.

Mengacu pada pendapat di atas, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini meliputi; (a) pengamatan partisipasi, (b) wawancara, dan (c) studi dokumentasi. Observasi partisipasi (partisipation observation), dilakukan oleh pengamat dengan melibatkan dirinya dalam suatu


(35)

kegiatan yang sedang dilakukan atau sedang dialami orang lain, sedangkan orang lain tidak mengetahui bahwa dia atau mereka sedang diobservasi. Singarimbun (dalam Moleong, 1990: 109) mengemukakan bahwa kegiatan wawancara melibatkan komponen-komponen, yaitu; isi pertanyaan, pewawancara, responden, dan situasi wawancara. Dokumentasi dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen yang ada di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dan Dinas Pendidikan yang berkaitan dengan fokus penelitian sebagai pelengkap keluasan analisis data.

1. Teknik Observasi

Teknik observasi adalah suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologi dan psikologis yang berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan lain-lainnya. Intensitas partisipasi pengamat dapat dilakukan dalam lima tingkatan yaitu dari partisipasi nihil (non pariticipation), partisipasi pasif (pasive partisipation), partisipasi sedang (moderate partisipation), partisipasi aktif (active partisipation), sampai dengan partisipasi penuh (complete partisipation). Peneliti melakukan observasi dengan tingkatan partisipasi moderat dengan mempertimbangkan kedudukan peneliti dan sifat penelitian. Sehubungan dengan hal tersebut peneliti melakukan observasi mulai dari kegiatan sebagai penonton, sewaktu-waktu turut serta dalam situasi atau kegiatan pelaksanaan pelatihan keterampilan yang berlangsung.

Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan


(36)

gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti kinerja LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan sekolah, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut. Dalam melaksanakan observasi, digunakan instrumen berupa pedoman observasi. http://nanangkohar.wordpress.com/membuat-blog-wordpress/

2. Teknik Wawancara

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data awal yang berkenaan dengan kinerja LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar yang selama ini telah dilaksanakan oleh LPMP atau pihak terkait lainnya. Data hasil wawancara ini digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh melalui observasi.

Penggunaan teknik wawancara diharapkan dapat memperoleh data yang berhubungan dengan kebiasaan, norma-norma yang berlaku, kebutuhan, potensi, serta kendala dan upaya untuk mengantisipasinya. Penggunaan teknik wawancara juga diharapkan dapat mengetahui secara mendalam hal-hal yang sudah mereka lakukan, rasakan, hasil yang telah didapat serta pengalaman yang mereka inginkan. Sukardi (2005: 79-80) menjelaskan keunggulan teknik wawancara sebagai teknik penelitian, yakni: (1) peneliti dapat membantu menjelaskan pertanyaan, (2) peneliti dapat mengontrol jawaban responden secara lebih teliti dengan mengamati reaksi atau tingkah laku yang diakibatkan oleh pertanyaan dalam proses wawancara, dan (3) peneliti dapat memperoleh informasi yang tidak dapat diungkapkan dengan cara observasi ataupun studi dokumentasi.


(37)

wawancara. Penggunaan pedoman wawancara dilakukan agar proses wawancara tidak menyimpang dari masalah yang akan digali, dapat berkembang sesuai dengan kondisi di lapangan, tidak terjadi pengulangan, serta tidak menyimpang dari fokus penelitian. Sevilla, dkk (dalam Sukardi (2005: 80), membagi wawancara atas wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur, dimana pewawancara dapat memodifikasi, mengulangi, menguraikan pertanyaan, dan dapat mengikuti jawaban responden asalkan tidak menyimpang dari tujuan wawancara.

Dalam kegiatan wawancara itu, dilakukan terhadap 5 orang informan kunci terdiri dari pimpinan LPMP, kepala Bidang, widyasiwara, dan alumni yang dipilih secara acak. Juga 3 orang pemangku kepentingan yang selalu bermitra dengan LPMP, pakar pendidikan, dan tokoh praktisi pendidikan yang dipandang memiliki perhatian berdasarkan kedudukan dan keahliannya.

3. Studi Dokumentasi

Teknik studi dokumentasi digunakan untuk menghimpun data tertulis yang berhubungan dengan masalah-masalah kinerja LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan review. Data yang diperoleh dari studi dokumentasi dijadikan alat untuk mengecek kesesuaian data yang diperoleh dari kegiatan observasi dan wawancara.

Studi dokumentasi dilakukan guna menggali dan mendapatkan data sekunder yang diperlukan untuk menunjang penelitian. Studi dokumentasi ini difokuskan pada dokumen-dokumen yang berkenaan dengan program, produk


(38)

LPMP berkenan dengan penjaminan mutu di wilayah kerjanya. Pengumpulan data dilakukan langsung peneliti dengan pertimbangan: (1) Peneliti sebagai alat peka yang dapat bereaksi terhadap segala stimulasi dari lingkungan yang diperkirakan beraneka atau tidak bagi penelitian; (2) Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan serta dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus; (3) Tiap situasi merupakan keseluruhan di mana peneliti sebagai instrumen dapat memahami situasi dan seluk beluknya; (4) Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisa data yang diperoleh, menafsirkannya, untuk menentukan arah pengamatan selanjutnya.

E. Analisis Data

Sebagai suatu rancangan, analisis utama dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Analisis data adalah proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan. Menyusun data berarti menggolongkannya ke dalam pola, tema atau kategori. Tafsiran atau interpretasi, artinya menggolongkannya kepada hasil analisis, menjelaskan pola atau kategori, mencari hubungan antar berbagai konsep (Nasution, 1988:126). Analisis data kualitatif diartikan sebagai usaha analisis berdasarkan kata-kata yang disusun di dalam teks yang diperluas (Mile dan Huberman, 1992:16). Pengertian kualitatif di sini bermakna bahwa data yang disajikan berwujud kata-kata dan bukan angka-angka. Dalam penelitian ini, data hasil wawancara dan pengamatan ditulis dalam suatu catatan lapangan yang terinci dan terekam yang akan dianalisa secara kualitatif untuk analisis data akan dilakukan melalui tiga cara, (Moleong, 1991:188). yaitu:


(39)

a. Reduksi Data. Data yang diperoleh di lapangan akan diketik ulang dalam bentuk uraian yang sangat lengkap dan banyak. Data tersebut direduksi, dirangkum, dipilih hal yang pokok, difokuskan kepada hal yang penting dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Sehingga data yang direduksi dapat memberikan suatu gambaran yang lebih mendalam (tajam) tentang hasil pengamatan dan wawancara.

b. Display Data. Display data dilakukan mengingat data yang terkumpul demikian banyak, sehingga data yang terkumpul atau tertumpuk akan menimbulkan kesulitan dalam menggambarkan rincian keseluruhan dan sulit pula untuk mengambil kesimpulan. Kesukaran di atas, dapat diatasi dengan cara membuat model dan paradigma penelitian. Sehingga keseluruhan data sebagai bagian dari rincian dapat dipetakan dengan jelas.

c. Kesimpulan dan Verifikasi. Penarikan kesimpulan berdasarkan reduksi dan penyajian data. Penarikan kesimpulan data berlangsung bertahap dari kesimpulan umum pada tahap reduksi data, kemudian menjadi lebih spesifik pada tahap penyajian data yang sudah dipolakan, difokuskan dan disusun secara sistematik, baik melalui penentuan tema maupun model dan paradigma penelitian, kemudian disimpulkan, sehingga makna data bisa ditemukan. Rangkaian proses ini menunjukkan bahwa analisis data kualitatif dalam penelitian ini bersifat menggabungkan tahap reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan secara berulang dan bersiklus.

d. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data. Untuk menguji keabsahan data atau kesimpulan dan hasil verifikasi diperlukan pemeriksaaan ulang terhadap data


(40)

yang telah terkumpul. Dalam penelitian kualitatif menggunakan kriteria derajat kepercayaan (kredibilitas), keteralihan, kebergantungan, dan kepastian. Secara visual jalinan proses analisis data kualitatif dapat dilihat gambar berikut.

Gambar 3.1 Model Analisis Data Kualitatif

Sumber: Mattew B. Milles dan Michael A. Huberman (1992:20)

Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah: teknik perpanjangan keikutsertaan, teknik triangulasi, dan teknik diskusi dengan teman sejawat dan para ahli/pakar. Perpanjangan keikut-sertaan digunakan dengan cara menambah jumlah waktu penelitian selama dua bulan. Perpanjangan keikutsertaan peneliti di latar penelitian akan memungkinkan adanya peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. Teknik triangulasi dilakukan dengan memanfaatkan dua cara, yaitu triangulasi dengan sumber dan triangulasi dengan teori (Patton, 1987:331; Moleong, 1991:178; Robson, 2005:174-176).

analisis Data

Penarikan kesimpulan Dan verifikasi Reduksi

data

Penyajian Data


(41)

Triangulasi dengan sumber yaitu membandingkan dan mengecek-balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui key informan. Sedangkan triangulasi dengan teori, berupa mengkonfirmasikan data dengan teori. Dengan demikian data yang telah ditemukan dapat terjamin derajat kepercayaannya. Adapun teknik diskusi dengan teman sejawat dan pakar ini dilakukan dengan cara menemui teman untuk berkumpul dan mendiskusikan hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dari penelitian secara analitik. Dari diskusi inilah peneliti melakukan pengecekan kembali terhadap data yang kurang cocok atau kurang serasi dengan fokus penelitian. Penggunaan metode ini memungkinkan terhindarnya dari aspek subjektivitas.


(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan analisa penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Perencanaan yang dilaksanakan oleh LPMP pada jenjang pendidikan sekolah dasar meliputi berbagai aspek penjaminan mutu pendidikan bagi pendidik dan tenaga kependidikan. Perencanaan dirumuskan mengacu pada visi dan misi dan diuraikan melalui tujuan yang hendak dicapai dan kemudian dibuat program kerja tahunan, menengah dan jangkan panjang. Perencanaan dalam bentuk program yang dibuat LPMP belum optimal dan belum melibatkan seluruh stakeholder pendidikan, terutama yang berhubungan erat dengan penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar. Perencanaan dan program kerja LPMP di dalam penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di Propinsi Jambi dengan menetapkan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dalam kurun waktu 2008-2012 ke dalam 8 (delapan) bidang garapan yang tersebar dalam program kerja masing-masing seksi di LPMP yakni: seksi program dan sistim informasi (PSI), seksi pemetaan mutu dan supervisi (PMS) dan seksi fasilitasi sumberdaya pendidik (FSDP).

2. Pelaksanakan program kegiatan LPMP kurun waktu tahun 2009-2011 pada seksi PMS telah melaksanakan 54 volume kegiatan, seksi PSI melaksanakan 27 volume kegiatan, seksi FSDP melaksanakan 97 volume


(43)

kegiatan. Dari berbagai kegiatan yang telah direncanakan tersebut terlihat masih banyak kegiatan yang belum dapat terlaksana. Miskipun ditemukan ketidak sesuaian antara rencana program yang dibuat dengan implementasi kegiatan yang dilaksanakan. Terdapat ketidaksingkronan antara rencana program yang sudah ditetapkan dengan sebahagian program kegiatan yang dilaksanakan. Bahkan ditemukan kegiatan dadakan yang tidak terdapat dalam program yang telah di tetapkan jusru dilaksanakan dengan menukar kegiatan yang telah terprogram. Volume kegiatan tidak dibuat berdasarkan skala kegiatan yang terprioritaskan sehingga capaian sasaran dari program belum optimal.

3. Monitoring yang dilakukan oleh LPMP dalam penjaminan mutu sekolah dasar meliputi keseluruhan kegiatan. Monitoring yang dilaksanakan meliputi keseluruhan tahapan: persiapan, pelaksanaan, penilaian, dan hasil. Dalam pelaksanaan monitoring yang dilakukan LPMP ditemukan beberapa kegiatan yang tidak dilaksanakan pada tahapan perencanaan atau persiapan. Program yang disampaikan seksi-seksi tanpa melalui analisis sesuai dengan keinginan monitoring. Sehingga monitoring yang dilakukan belum dirasakan memberikan hasil yang optimal dalam rangka penjaminan mutu sekolah dasar.

4. Review yang dilakukan LPMP berkaitan pada langkah-langkah kegiatan yang berhubungan dengan menghasilkan output yang dalam penjaminan mutu pendidikan berupa layanan. Review ini mengacu pada optimalisasi kinerja ketiga seksi yakni seksi PMS, PSI dan FSDP. Yang ada di LPMP.


(44)

Dalam melakukan review LPMP terlihat tidak melakukan persiapan yang matang hal ini dapat dilihat dari petugas yang di tugaskan belum bekerja sesuai harapan format yang disediakan kadangkala tidak diisi dengan baik. Sehingga berpengaruh pada objek yang di review dan menjadikan sekolah tersebut tidak termotivasi untuk mengembangkan diri dan kemampuannya dalam meningkatkan mutu pendidikan dasar. Ketidak konsistenan dalam mengisi format yang disediakan menyebabkan hasil yang dicapai tidak maksimal.

5. Secara umum dapat disimpulkan bahwa kinerja LPMP belum optimal dikarenakan lebih mengerjakan tugas yang bukan tugasnya seperti DIKLAT dan WORKSHOP lihat pada Peraturan Mentri Pendidikan Nasional nomor: 07. 2007.

B. Saran

Berikut ini diberikan beberapa saran, yang diharapkan dapat menjadi

masukan kepada LPMP Provinsi jambi, birokrasi pendidikan dan rekan peneliti berikutnya:

1. LPMP Provinsi Jambi

a. LPMP selaku lembaga yang diberikan kewenangan penuh untuk mengawal peningkatan mutu pendidikan melalui penjaminan mutu (quality Assurance) tentunya harus mampu bekerjasama serta melibatkan stakeholder pendidikan lainnya terutama yang berhubungan dengan peningkatan mutu pendidikan sekolah dasar dalam perencanaan progam yang dibuat. Dan sudah seharusnya LPMP membangun orientasi terfokus pengembangan penjaminan mutu


(45)

pendidikan yang berdasarkan pemetaan kearifan lokal di provinsi Jambi. Misalkan dengan memberi masukan kepada pemerintah daerah tentang kebijakan pendidikan yang mengacu pada penjaminan mutu pendidikan karena LPMP tidak bisa bekerja sendiri tanpa di back up oleh pemerintah daerah. Dan juga LPMP harus mampu memberikan masukan alternatif pendirian sekolah keterampilan khusus dalam menopang pengelolaan SDA dan SDM daerah dengan pendirian sekolah menengah Perkebunan, sekolah menengah Pertambangan sekolah menengah seni batik dan karawitan. Serta pengembangan pendidikan yg perlu dilakukan bukan hanya rutininas pelatihan dan work shop saja akan tetapi memberi ke khasan penjaminan mutu yang selalu komitmen pada visi, misi, tujuan dan sasaran (tupoksi) LPMP Provinsi Jambi.

b.Kinerja LPMP dalam pengimplementasian program harus lebih konsisten dan fokus pada program yang telah ditetapkan dan menghindari kegiatan dadakan yang tidak tepat sasaran. Disamping itu LPMP diharapkan mampu mencermati isu-isu dan permasalahan pendidikan yang terjadi di Provinsi Jambi dengan melakukan Monev eksternal pendidikan (external evaluation of educatioan) dan Evaluasi Diri Sekolah (school self-evaluation) hasilnya harus ditindak lanjuti dalam sharing, hearings dengan anggota DPRD serta PEMDA dan DIKNAS agar isu-isu permasalahan pendidikkan di provinsi Jambi dapat segera diatasi dan dijadikan rekomendasi kebijakan pendidikan bermutu kedepan.


(46)

c.Pelaksanaan monitoring yang dilakukan LPMP harus berdampak luas bagi penjaminan mutu pendidikan di provinsi Jambi melalui persiapan yang matang, terarah, dan tepat sasaran dengan melakukan pelatihan bagi tim work agar tahapan monitoring terlaksana dengan baik dan mendapatkan hasil yang optimal. Sehingga percepatan perbaikan penjeminan mutu pendidikan sekolah dasar di provinsi jambi akan segera teratasi.

d.Format review yg dilakukan LPMP melalui seksi PSI, PMS dan FSDP kedepan diharapakan lebih memperhatikan objek reviewnya dengan melakukan bintek pada petugas berkenaan teknik pelaksanaan review. Sehingga hasil review lebih bermakna untuk perbaikan mutu pendidikan sekolah dasar secara berkelankutan.

2. Kepada Birokrat Pendidikan

Sebagai wujud dukungan kepada LPMP secara praktis perlu melaksanakan tindakan-tindakan melalui kewenangannya dengan memotivasi LPMP untuk selalu mengimplementasikan penjaminan mutu pendidikan, sebab dengan melakukan penjaminan mutu pendidikan akan menghasilkan peningkatan keunggulan pendidikan Jambi secara nasional.

Melakukan pengukuran dan evaluasi kinerja LPMP dalam pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan khususnya dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya selaku lembaga penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah.

Program penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar hendaknya dilaksanakan secara koprehenship, berkelanjutan, kolaboratif dan berdampak luas bagi pencapaian 8 standar nasional pendidikan.


(47)

3. Kepada Rekan peneliti

Kepada rekan-rekan peneliti yang berminat dan konsisten terhadap dunia pendidikan, kiranya dapat mengembangkan hasil penelitian ini dengan substansi dan perspektif yang lebih luas dan mendalam. Karena keberhasilan pendidikan di Indonesia secara langsung maupun tidak langsung menjadi beban dan tanggung jawab kita bersama.

Oleh karena itu, LPMP diharapkan menjadi lembaga unggulan dalam penjaminan mutu pendidikan, sehingga dapat memberi arah pada perubahan tercapainya 8 standar nasional pendidikan pada masing-masing sekolah. Dengan demikian terciptalah sekolah bermutu serta menghasilkan anak-anak Indonesia yang berkualitas sesuai dengan yang di inginkan oleh tujuan pendidikan Nasional.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Azis Wahab (2008), “Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan,

Telaah terhadap organisasi dan pengelolaan organisasi pendidikan”. Bandung Alfabeta.

Akdon & Aan Komariah (2005). “Supervisi Pendidikan”, dalam Deni Koswara &

Cepi Triatna (ed). Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan UPI.

Amstrong, (1998), Social Intelligence, " Harvard University Press

Amstrong, D.G. & J.J. Denton (1998). Instructional skills handbook. Englewood Cliffs: Educational Technology Publications.

Anwar Idochi & Yayat Hidayat Amir, (2004). Administrasi Pendidikan, Teori, Konsep, & Issu. Program Pasca Sarjana UPI.

Argyris, Swanson. (1995). Fundamental Concepts of Educational Leadership and Management. Ohio: Merril an Imprint of Prentice Hall. Englewood.Clifts, New Jersey Colombus.

Attaword dan Dimmock. (1999). Administrasi Negara. Terjemahan. Jakarta: Rineka Cipta

Bacal, Bruce T. (1999), Customer Driven Project Management. New York: Mc Graw Hill. Inc.

Bambang Sumintono, “School-Based Management Policy and Its Practices at

DistrictLevel inthe Post New Order Indonesia”, Journal of Indonesian Social Sciences and Humanities, vol.2, 2009: 41-67.

Bastian, Indra. (2001). Manajemen Kualitas Perspektif Global. Yogyakarta, Ekosonia Fakultas Ekonomi UII

Bogdan, R.C. & Biklen, S.K. (1998). Qualitative Research for Education: An Intriduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon, Inc. Cohn, Elchanan. (1997), The Ekonomics of Education. Revised Edition.

Massachusetts: A Subsidiary of Harper & Row Publisher, Inc.

Convey, Petty. (1998). Human Recources Fungtion in Educational Administration. New Jersey: Prentice Hall.


(1)

Schermerhor, Jhon R. Jr. (2001). Management (terjemahan) M. Purnama Putranto) Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Schwartz, (1999), Efective Schooling Research, Theory, Dan Practice. New York: SOP

Sergiovani, T.J. (2003). The Principalship: A Reflectif of The Learning

Perspective. Boston: Allyn And Bacon.

Sholeh, Munawar (2007). Cita-cita Realita Pendidikan: Pemikiran dan Aksi

Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Institute for Public Education (IPE).

Soedijarto “Some notes on the Ideals and Goals of Indonesian Nasional Education System and the Inconsistency of its Implementation: A Comparative Analysis”, Journal of Indonesian Social Sciences and

Humanities, vol.2, 2009: 1-2.

Stephen P.Robbins,(1995) Teori Organisasi: Struktur, Desain dan Aplikasi, Arcan, Jakarta

Suhardan, Dadang (2005). “Organisasi dan Manajemen Pendidikan Nasional”, dalam Deni Koswara & Cepi Triatna (ed). Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan UPI.

Sukardi, (2005). Pedoman Praktis Membuat Usulan Penelitian. Ghalia Indonesia. Sukmadinata, Nana Syaodih, dkk. (2006). Pengendalian Mutu Pendidikan

Sekolah Menengah: Konsep, Prinsip, dan Instrumen. Bandung: Refika

Aditama.

Suryadi, Ace (1999). Pendidikan Investasi SDM dan Pembangunan: Isu, Teori,

dan Aplikasi. Jakarta: Balai Pustaka.

Susanta SA., Eddy & Deni Koswara (2005). “Pengawasan dan Penilaian Satuan Pendidikan”, dalam Deni Koswara & Cepi Triatna (ed). Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan UPI.

Sutisna, Oteng. (2000). Administrasi Pendidikan, dasar teoretis dan Praktik

Profesional. Bandung: Angkasa.

Syaefuddin, Aas & Taufani C. Kurniatun (2005). “Pengelolaan Tenaga Kependidikan”, dalam Deni Koswara & Cepi Triatna (ed). Pengelolaan

Pendidikan. Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan UPI.

Teuku Zulfikar, “ The Making of Indonesian Education: An Overview on Empowering Indonesian Teachers” , Jurnal Indonesian Social Sciences and Humanities, vol.2, 2009: 13-39.


(2)

Tilaar, H.A.R. (2006) Standarisasi Pendidikan Nasional: Suatu Tinjauan Kritis. Jakarta: Rineka Cipta.

Titik Handayani, Soewartoyo, dan Makmuri Sukarno, “Impementation of the

Compulsary Nine-Year Basic Education Program: Opportunities and Contraints at Household and Community Level”, , Jurnal Indonesian Social

Sciences and Humanities, vol.2, 2009: 191-202.

Tajuddin, “Efektivitas Manajemen Pelatihan Guru di Kabupaten Indramayu

(2008)

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Citra Umbara: Bandung

Wahyudi, “Manajemen Konflik dalam Meningkatkan Produktivitas Organisasi

(2005)

Wibowo. (2010). Manajemen Kinerja. Jakarta: RajaGrafindo Persada.tona

(www. RiniSatria.net, 10 Jan 2010) Manajemen Kinerja yang baik untuk menuju organisasi berkinerja tinggi.

Artikel dan Journal Internasional

Sutrisno dan Muhammad Rusdi, Analisis peningkatan mutu pendidikan dasar dan menengah di Provinsi

Jambi.http://jurnaljpi.files.wordpress.com/2009/09/vol-3-no-1-sutrisno-dan-muhammad-rusdi.pdf

On the Quality Assurance of Pre-primary Education in Hong Kong

http://www.auditpaper.com/external-audit/18199119.shtml April 18, 2012 at 7:09

pm, by Audit Paper

Meade, Ben. A Mixed-Methods Analysis of Achievement Disparities in

Guatemalan Primary Schools International Journal of Educational Development, v32 n4 p575-589 Jul 2012

http://eric.ed.gov/ERICWebPortal/search/recordDetails.jsp?ERICExtSearch_Desc riptor=%22Educational+Quality%22&_pageLabel=RecordDetails&objectId=090 0019b805f60b2&accno=EJ964859&_nfls=false

Teachers’ Professional Development and Quality Assurance In Nigerian Secondary Schools Adeolu Joshua Ayeni Ondo State Education Quality AssuranceAgency


(3)

Ioannis Vasileiadis Quality Assurance In Elementary Education Thessalonika October 2010

http://dspace.lib.uom.gr/bitstream/2159/14076/1/QUALITY+A__11.pdf More Effective Decentralized Education Management and Governance (DBE1) Study of Legal Framework for the Indonesian Basic Education Sector: Second Edition http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/PNADT232.pdf

Abdul Razak Ahmad and Ramlee Mustapha

http://ije.atwebpages.com/index.php?option=com_content&task=view&id=28&It emid=26

Hafid. 2009. http://hafidzf.wordpress.com/2009/06/16/pengertian-monitoring-dan-evaluasi/

Websterns, 2010. http://amcreative.wordpress.com/pemantauan-kurikulum/ UnsilSter Blog http://unsilster.com/2011/05/indikator-mutu-pendidikan/

Artik Rame 7 Fakta Penyebab Mutu Pendidikan Di Indonesia Rendah http://adf.ly/811023/banner/http://artikelrame.blogspot.com/2011/05/7-fakta-penyebab-mutu-pendidikan-di.html

Mailani Kasim http://meilanikasim.wordpress.com/2009/03/08/makalah-masalah-pendidikan-di-indonesia/

Suparlan http://www.suparlan.com/pages/posts/dimensi-mutu-pendidikan90.php

Nurcahyantihttp://blog.elearning.unesa.ac.id/ellynurcahyanti/makalahpermasalaha npendidikan-di-indonesia-beserta-solusinya

Carol Chunga Why do primary school students drop out in poor, rural China? A

portrait sketched 2011

http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0738059312000314

Zhao, Dan Parolin, Bruno School Mapping Restructure in China: What Role for

the Small Rural School? Frontiers of Education in China, v6 n2 p248-278 Jun

2011

http://eric.ed.gov/ERICWebPortal/search/simpleSearch.jsp?_pageLabel=ERICSea rchResult&_urlType=action&newSearch=true&ERICExtSearch_Sea

Meade, Ben. A Mixed-Methods Analysis of Achievement Disparities in

Guatemalan Primary Schools International Journal of Educational Development,

v32 n4 p575-589 Jul 2012


(4)

riptor=%22Educational+Quality%22&_pageLabel=RecordDetails&objectId=090 0019b805f60b2&accno=EJ964859&_nfls=false

Castello-Climent, Amparo; Hidalgo-Cabrillana, Ana. 2012 The Role of

Educational Quality and Quantity in the Process of Economic Development

http://eric.ed.gov/ERICWebPortal/search/simpleSearch.jsp;jsessionid=CQVupK2 3YPLYoDLdGeSXmg__.ericsrv003?_pageLabel=ERICSearchResult&newSearch =true&ERICExtSearch_Descriptor=%22Educational+Quality%22

Jane Onyeachu 2012 Quality Assurance in Basic Education in Nigeria http://www.wesoedu.com/asseqen/approaches%20in%20International%202010/In ternational%20Journal%20vol%202%20No%201.pdf

Herselman 2002 Quality assurance in the foundation stage in the Eastern Cape

province: a case study South African Journal of Education

http://www.ecdoeresearch.gov.za/index.php?option=com_content&view=article& id=142%3Aquality-assurance-in-the-foundation-phase-in-the-eastern-cape-province-a-case-study&catid=9%3Ajournals&Itemid=21

Ioannis Vasileiadis Quality Assurance In Elementary Education Thessalonika October 2010

http://dspace.lib.uom.gr/bitstream/2159/14076/1/QUALITY+A__11.pdf

Quality in Study Support and Extended Services (QISS)

http://www.canterbury.ac.uk/education/quality-in-study-support/

Furqon 2008 Assessment of learning for continuous quality improvement in

education (The case of Indonesia)

http://ije.atwebpages.com/index.php?option=com_content&task=view&id=25&It emid=26

PrimaryEducationSupportProject[PESP]http://www.moec.gov.jm/projects/pesp/i ndex.shtml

British Colombia Education Quality Assurance, Six New Schools Approved for EQA Designation Thu, 02/17/2011 http://www.bceqa.ca/node/328

EducationandAdolescentDevelopmenthttp://www.unicef.org/indonesia/education. html

Lao People’s Democratic Republic Peace Independence Democracy Unity Prospe rity. Education Quality Assurance Strategic Plan for 2011-2020

http://images.besdplaos.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/TxfqHwooCz AAADsQEmQ1/educ%20qlty%20assurance%20plan%20Laos.pdf?key=besdplao s:journal:44&nmid=514523284


(5)

Quality Assurance Inspections in Post Primary Schools

http://www.etini.gov.uk/quality-assurance-inspections-in-post-primary-schools.pdf Life After Universal Primary Education Open Schooling for Secondary and Higher Secondary Education: Costs and Effectiveness in India and Namibia

http://www.col.org/PublicationDocuments/Life_after_Primary_brochure.pdf Organisation of the education system in Denmark 2009/10

http://eacea.ec.europa.eu/education/eurydice/documents/eurybase/eurybase_full_r eports/DK_EN.pdf

Total quality management practices in Turkish primary schools

http://www.emeraldinsight.com/journals.htm?articleid=1770680&show=pdf

Wynne Harlen The Quality Of Learning Assessment Alternatives For Primary Education University of Bristol

http://image.guardian.co.uk/sysfiles/Education/documents/2007/11/01/assessment. pdf

Study On Teacher Education for Primary and Secondary Education in six eastern pertnership countries Georgia

http://eacea.ec.europa.eu/tempus/participating_countries/study/georgia_country_fi che_final_annex_4.pdf

On the Quality Assurance of Pre-primary Education in Hong Kong

http://www.auditpaper.com/external-audit/18199119.shtml April 18, 2012 at 7:09

pm, by Audit Paper

Full Length Research Paper Establishing quality assurance in Nigerian education

system: Implication for educational managers Sunday O. Adegbesan

http://www.academicjournals.org/err/PDF/Pdf%202011/Feb/Adegbesan.pdf

Laporan LPMP Provinsi Jambi

Laporan, Supervisi 4 Standar Nasional Pendidikan Jenjang SD/MI, Tahun 2009 - 2011 LPMP Jambi

Laporan, Supervisi 4 Standar Nasional Pendidikan Jenjang SMP,M.Ts, tahun 2009 - 2011 LPMP,Jambi

Laporan, Supervisi 4 Standar Nasional Pendidikan Jenjang SMA,SMK,MA, LPMP, 2009 - 2011 Jambi


(6)

Laporan, Ujian Nasional SD/MI, SMP/MTs/SMP-T, SMA,MA dan SMK Tahun 2009-2011

Laporan, Ujian Nasional SD/MI, SMP/MTs/SMP-T, SMA,MA dan SMK Tahun 2009-2011

Laporan, Ujian Nasional SD/MI, SMP/MTs/SMP-T, SMA,MA dan SMK Tahun 2009-2011

Laporan Pelaksanaan , Pembekalan Pengawas TK/SD Se- Provonsi Jambi tahun 2010, LPMP, Jambi

Laporan Pelaksanaan , Pembekalan Kepala Sekolah Dasar Se- Provonsi Jambi tahun 2009-2011, LPMP, Jambi

Laporan Pelaksanaan , Pembekalan Kepala Sekolah Berprestasi Se- Provonsi Jambi tahun 2009-2011, LPMP, Jambi

Laporan Pelaksanaan , Supervisi di Satuan Pendidikan Jenjang SD tahun 2010, LPMP, Jambi

Laporan Pelaksanaan , Supervisi di Satuan Pendidikan Jenjang SMP tahun 2009-2011, LPMP, Jambi

Laporan Pelaksanaan , Supervisi di Satuan Pendidikan Jenjang SMA/MA/SMK tahun 2009-2011, LPMP, Jambi

Laporan, Qualty Assurance Mapping In Province Jenjang SMP tahun 2010 Laporan, Qualty Assurance Mapping In Province Jenjang SMA tahun 2010

Laporan, Workshop KTSP Bagi Guru Madrasah Tsanawiyah Se-Provinsi Jambi tahun 2010

Laporan, Workshop KTSP Bagi Guru SMA/MA/SMK Se-Provinsi Jambi tahun 2010

Peraturan, Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia ,Nomor 7

Rekomendasi, Supervisi 4 Standar Nasional Pendidikan Jenjang SD/MI, Tahun 2009 - 2011 LPMP Jambi