HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL (Studi Kasus pada Atlet UKM Sepak Bola UPI Bandung).

(1)

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGAN

KECERDASAN EMOSIONAL

(Studi Kasus pada Atlet UKM Sepak Bola UPI Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Oleh Salaamun Eka

0801413

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

(Studi Kasus pada Atlet UKM Sepak Bola UPI Bandung)

Oleh Salaamun Eka

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Salaamun Eka 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

SALAAMUN EKA 0801413

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL

(Studi Kasus pada Atlet UKM Sepak Bola UPI Bandung)

Disetujui dan Disahkan Oleh :

Pembimbing I

Dr. Komarudin, M.Pd NIP. 197204031999031003

Pembimbing II

Drs. Basiran, M.Pd NIP. 195611281986031004

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Kepelatihan

Dr. Komarudin, M.Pd NIP. 197204031999031003


(4)

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL

(Studi Kasus pada Atlet UKM Sepak Bola UPI Bandung) Pembimbing I : Dr. Komarudin, M.Pd

Pembimbing II : Drs. Basiran, M.Pd Salaamun Eka

Penelitian ini membahas mengenai hubungan kebugaran jasmani dengan kecerdasan emosional atlet UKM sepak bola UPI. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan kebugaran jasmani dengan kecerdasan emosional atlet UKM sepak bola UPI. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Populasi, atlet UKM sepak bola UPI berjumlah 110. Sampel atlet UKM sepak bola UPI sebanyak 53 orang yang diambil dengan teknik sampel secara acak (random sampling). Instrumen tes kebugaran jasmani dan instrumen angket kecerdasan emosional. Teknik pengolahan data menggunakan korelasi, determinan dan regresi sederhana, diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan kebugaran jasmani dengan kecerdasan emosional atlet UKM sepak bola UPI, dengan koefisien korelasi sebesar 0.718 yang berarti bahwa, kebugaran jasmani memiliki hubungan yang kuat dengan kecerdasan emosional atlet UKM sepak bola UPI, besaran pengaruh kebugaran jasmani terhadap kecerdasan emosional diperoleh sebesar 51.6%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis memberikan saran bahwa kebugaran jasmani perlu dipertahankan atau ditingkatkan, karena kebugaran jasmani dapat mempengaruhi kecerdasan emosional atlet sepak bola.


(5)

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

CORRELATION BETWEEN PHYSICAL FITNESS WITH EMOTIONAL INTELLIGENCE

(A Case Study on Athletes Football of UKM UPI Bandung) Supervisor I : Dr. Komarudin, M.Pd

Supervisor II : Drs. Basiran, M.Pd Salaamun Eka

This research discusses about correlation between physical fitness with emotional intelligence on athletes football of UKM UPI. The aim of this research is to investigate correlation between physical fitness with emotional intelligence on athletes football of UKM UPI. The method that used in this research is descriptive method. The population was 110 athletes. The sample was 53 athletes which selected by random sampling. The instrument is a questionnaire about correlation between physical fitness with emotional intelligence. The techniques used are correlation, determinant and simple regression. The results show that there is a significant correlation of physical fitness with emotional intelligence on athletes football of UKM UPI. The correlation coefficient is 0.718, it means physical fitness has a strong correlation with emotional intelligence athletes. The amount of influence physical fitness towards emotional intelligence athletes is 51.6%. Finally, based on these results, the author suggests that physical fitness should be maintained or improved, because physical fitness can affect the emotional intelligence of the athletes.


(6)

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian . ... 7

C. Rumusan Masalah Penelitian. ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II : TINJAUAN TEORETIS HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL ... 10

A. Kebugaran Jasmani ... 10

1. Hakikat Kebugaran Jasmani ……. ... 10

2. Sasaran dan Tujuan Kebugaran Jasmani ……. ... 14

3. Komponen Kebugaran Jasmani ... ... 16

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani .. ... 18

5. Manfaat Kebugaran Jasmani ... ... 19

B. Bentuk Latihan untuk Meningkatkan Kebugaran Jasmani ... 20

C. Kecerdasan Emosional ... 22

1. Pengertian dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan ... 22


(7)

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Pengertian Kecerdasan ... 22

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan... 27

2. Pengertian dan Teori Emosi ……... 28

a. Pengertian Emosi ... 28

b. Teori-teori Emosi... ... 30

3. Pengertian Kecerdasan Emosional ... ... 33

4. Komponen-komponen Kecerdasan Emosional .. ... 35

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional ... 38

D. Atlet Emosional (The Emotional Athlete) ... 39

1. Pengertian Atlet Emosional dan Teori Aplikasi Emosi ... 39

a. Pengertian Atlet Emosional ... ... 39

b. Teori Aplikasi Emosi... ... 45

E. Hubungan Kebugaran Jasmani dengan Kecerdasan Emosional ... 49

F. Asumsi ... 52

G. Hipotesis ... 53

BAB III : METODE PENELITIAN ... 54

A. Metode dan Desain Penelitian ... 54

B. Populasi dan Sampel ... 56

C. Definisi Operasional ... 57

D. Pembatasan Penelitian ... 58

E. Instrumen Penelitian ... 59

F. Prosedur Penelitian ... ... 60

G. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ... ... 61

1. Pengumpulan Data Tingkat Kebugaran Jasmani ... 61

2. Pengumpulan Data Tingkat Kecerdasan Emosional ... 65


(8)

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 74

A. Hasil Penelitian ... 74

1. Deskripsi Data ... ... 74

2. Asumsi Uji Normalitas ... ... 75

3. Asumsi Uji Homogenitas ... ... 76

4. Hasil Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi ... ... 76

5. Hasil Analisis Regresi ... ... 77

6. Pengujian Hipotesis ... ... 78

B. Diskusi Penemuan ... ... 79

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 82

A. Kesimpulan ... 82

B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 84

LAMPIRAN - LAMPIRAN ... 87


(9)

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Pendapat Ahli Terhadap Unsur-unsur Kebugaran Jasmani ... 16

Tabel 2.2. 15 Besar Pertanda Emosi Positif yang Berdampak Optimal atau Disfungsional ... 46

Tabel 2.3. 15 Besar Pertanda Emosi Negatif yang Berdampak Optimal atau Disfungsional ... 47

Tabel 3.1. Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban ... 66

Tabel 3.2. Kriteria Frekuensi Persentase ... 68

Tabel 3.3. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... 70

Tabel 4.1. Hasil Tes Kebugaran Jasmani dan Kecerdasan Emosional .... ... 74

Tabel 4.2. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ... ... 75

Tabel 4.3. Hasil Perhitungan Uji Uji Homogenitas (Levene Test)... ... 76

Tabel 4.4. Tabel Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi dan Determinasi.. ... 76

Tabel 4.5. Hasil Perhitungan Regresi Kebugaran Jasmani (X) Terhadap Kecerdasan Emosional (Y) ... ... 77


(10)

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Sifat Relatif Kebugaran Jasmani ... 14

Gambar 2.2. Paradigma emosi .. ... 41

Gambar 3.1. Hubungan Variabel Penelitian ... 55

Gambar 3.2. Prosedur/Langkah Penelitian ... 60

Gambar 3.3. Ilustrasi tes lari cepat 60 meter ... 62

Gambar 3.4. Ilustrasi tes gantung angkat tubuh (pull up) ... 62

Gambar 3.5. Ilustrasi tes baring duduk (sit up) ... 63

Gambar 3.6. Ilustrasi tes loncat tegak (vertical jump) ... 64

Gambar 3.7. Ilustrasi tes lari 1200 meter ... 65

Gambar 3.8. Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (uji t) ... 73


(11)

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Kebugaran dan kesehatan baik jasmani maupun rohani amatlah diperlukan di dalam membentuk kecerdasan dari segala aspek, misalnya kecerdasan spiritual, emosional, intelektual, kinestetik, spasial, lingual, numerik, gramatikal dan kecerdasan lainnya. Kecerdasan memang memiliki banyak komponen, namun pengaruh kebugaran dengan kecerdasan amat signifikan dan bermakna. Apabila seseorang tingkat kebugarannya rendah, maka secara otomatis konsentrasi dan fokus pemikirannya juga akan menurun atau berkurang. Contoh lain yang amat nyata tentang pengaruh kebugaran dengan kecerdasan. Misalnya seseorang kebugaran tubuhnya baik, maka ia akan nyaman belajar, bermain, berproses, berinteraksi dengan sahabat-sahabatnya, sehingga secara tidak langsung kecerdasannya akan ikut meningkat. Pengaruh kebugaran dan kecerdasan memang mempunyai hubungan timbal balik. Keduanya saling mempengaruhi, saling berinteraksi, saling memperkuat dan saling bersinergi. Ada beberapa faktor yang berperan penting dan signifikan di dalam masalah ini, salah satunya ialah faktor latihan fisik. Karena dengan membiasakan berlatih atau melakukan aktivitas fisik akan meningkatkan kebugaran jasmani.

Kebugaran jasmani merupakan salah satu komponen dalam kehidupan manusia yang sangat diperlukan, agar segala aktivitas sehari-hari dapat berjalan dengan baik. Kebugaran jasmani dapat diperoleh dengan cara melakukan aktivitas jasmani secara teratur, terukur dan terprogram. Dalam kegiatan sehari-hari diperlukan kebugaran jasmani untuk menunjang kehidupan yang aktif dan cerdas secara emosi, sesuai dengan definisi berikut ini bahwa kebugaran jasmani adalah

“kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari dengan penuh vitalitas dan kewaspadaan tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih cukup energi untuk bersantai pada waktu luang dan menghadapi hal-hal yang sifatnya darurat” (Adisapoetra, dkk. dalam Mustaqim, 2014, hlm. 12).


(12)

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kebugaran jasmani yang baik merupakan modal dasar utama bagi seseorang untuk melakukan aktivitas fisik secara berulang-ulang dalam waktu yang relatif lama tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Dengan dimilikinya kebugaran jasmani yang baik, maka seseorang diharapkan akan mampu bekerja dengan produktif dan efisien, tidak mudah terserang penyakit, belajar menjadi lebih semangat, berprestasi secara optimal serta dapat meningkatkan kecerdasan secara emosi.

Irianto (dalam Bugiarto, 2009, hlm. 13) menyatakan bahwa kebugaran yang dikenal masyarakat secara umum adalah kebugaran fisik jasmani, yakni

“kemampuan seseorang untuk melakukan kerja sehari-hari secara efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti sehingga masih dapat menikmati waktu

luangnya”.

Kebugaran jasmani menurut Irianto (dalam Bugiarto, 2009, hlm. 14) dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu kebugaran statis, kebugaran dinamis dan kebugaran motoris. Seperti yang dikemukakannya bahwa :

Kebugaran statis merupakan keadaan seseorang yang bebas dari penyakit dan disebut sehat. Kebugaran dinamis merupakan kemampuan seseorang untuk bekerja secara efisien yang tidak memerlukan keterampilan khusus misalnya berjalan, berlari, melompat dan mengangkat. Kebugaran motoris merupakan kebugaran seseorang untuk bekerja secara efisien yang memerlukan keterampilan khusus.

Kebugaran jasmani memiliki peranan penting yang menentukan produktivitas kerja pada umumnya dan belajar pada khususnya, manfaat kebugaran jasmani sangat bermacam-macam, salah satunya ialah kebugaran bagi atlet/olahragawan, pelajar serta mahasiswa dapat meningkatkan kecerdasan secara emosi, mempertinggi kemauan dan kemampuan bekerja atau belajar. Contoh yang dapat dilihat adalah jika kondisi fisik terganggu (sakit), seseorang tidak dapat berkonsentrasi dalam mengikuti latihan atau proses belajar mengajar dengan baik. Jika kondisi ini terus berlangsung, akan sangat mungkin prestasi atau hasil belajar akan mengalami penurunan. Kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan menurut Irianto (dalam Bugiarto, 2009, hlm. 15) memiliki empat komponen dasar,


(13)

3

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang meliputi “daya tahan paru - jantung, kekuatan daya tahan otot, kelentukan dan komposisi tubuh”.

Emosi yang berhubungan dengan kesehatan menurut Oatley dan Jenkins

(dalam Huber, 2013, hlm. 316) bahwa “there are three principles related to emotions and health”, maksudnya terdapat tiga hal pokok yang berhubungan dengan emosi dan kesehatan ; 1) Inner conflict leads to illness, 2) People who express their emotions are less inclined to develop illness, 3) The immune system mediates between life stresses and illness.

Dari ketiga hal pokok tersebut penjelasannya ialah sebagai berikut ; konflik dalam diri dapat membuat orang menjadi sakit. Dari perspektif psikoanalisis,

Alexander (dalam Huber, 2013, hlm. 316) mengemukakan bahwa “this perspective suggests that unresolved emotional conflict can lead to physical health problems”, maksudnya perspektif ini menjelaskan bahwa konflik emosional dapat menyebabkan masalah pada kesehatan fisik. Contoh yang biasa terjadi yaitu seseorang yang menjadi seorang atlet dikarenakan tidak ingin orang tuanya kecewa, meskipun dia tidak begitu bagus dalam berolahraga dan tidak menyukai olahraga. Sayangnya, fenomena seperti ini sering sekali terjadi. Perjuangan yang terus menerus seperti ini dapat membuat stres kronis dan menyebabkan gangguan pada mental dan kesehatan. Orang yang mengekspresikan emosinya cenderung kurang dalam perkembangan penyakit. Sebagian peneliti menjelaskan bahwa orang-orang yang dapat mengekspresikan perasaan mengenai pengalaman traumatis lebih sehat daripada orang-orang yang tidak dapat mengekspresikan perasaannya. Contohnya, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Pennebaker dan Beall (1986) menunjukkan bahwa responden yang dapat menulis mengenai pengalaman traumatisnya 3 sampai 5 hari, menunjukkan kesehatan yang baik, seperti lebih sedikit mengunjungi dokter, dibandingkan dengan responden yang menulis mengenai topik lain. Penelitian menunjukkan bahwa atlet mendapatkan keuntungan ketika mereka mencari cara untuk mengekspresikan perasaannya, khususnya musim panjang dari latihan berat dan kompetisi yang berat. Sistem kekebalan tubuh memediasi antara stres dan penyakit. Hal ini berarti bahwa ketika atlet menjadi emosi secara tidak seimbang,


(14)

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sistem kekebalan tubuhnya berperan dalam menjaga kesehatan atlet. Namun, jika emosional yang tidak seimbang ini berlarut hingga waktu yang lama, sistem kekebalan tubuhnya dapat tiba-tiba berhenti dan mengganggu kesehatan. Meskipun penelitian olahraga masih belum meneliti efek dari sistem kekebalan tubuh pada emosi dan kesehatan, penelitian ini menjelaskan bagaimana hubungan antara emosi (stres) dan kesehatan atlet.

Namun selain yang telah diuraikan tersebut, ada faktor lain yang juga berperan penting dan signifikan untuk mencapai keberhasilan atau puncak prestasi dengan pengaruh kecerdasan, yaitu kecerdasan emosional. Menurut rumah

pengetahuan seperti disitat dari arumsekartaji.wordpress.com bahwa “kecerdasan

emosional adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan emosinya saat dia

menghadapi situasi yang menyenangkan ataupun menyakitkan”. Hal ini sesuai dengan pendapat Goleman (2000, hlm. 512) bahwa :

Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence), menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the

appropriateness of emotion and it’s expression) melalui keterampilan

kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.

Peranan inteligensi seseorang mengatur kehidupan emosinya dalam keberhasilan adalah pengembangan kreatifitas dan inisiatif untuk melakukan kegiatan sehari-hari dengan penuh kesadaran. Seseorang yang memiliki inteligensi kuat dalam mengatur kehidupan emosinya, akan lebih mudah melakukan berbagai macam kegiatan untuk mencapai puncak prestasi atau keberhasilan.

Hasil beberapa penelitian di University of Vermont mengenai analisis struktur neurologis otak manusia dan penelitian perilaku oleh Le Doux pada tahun 1970 menunjukan bahwa dalam peristiwa penting kehidupan seseorang, kecerdasan emosional selalu mendahului inteligensi rasional. Sebagaimana

dikemukakan oleh Goleman (2000, hlm. 17) bahwa “kecerdasan emosional yang

baik dapat menentukan keberhasilan individu dalam membangun kesuksesan karir


(15)

-5

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kecakapan emosi yang paling sering mengantar orang ke tingkat keberhasilan ini adalah :

1. Inisiatif, semangat juang dan kemampuan menyesuaikan diri. 2. Pengaruh, kemampuan memimpin tim dan kesadaran politis. 3. Empati, percaya diri dan kemauan mengembangkan orang lain.

Adaptasi Goleman (2000, hlm. 513) meliputi ketiga point kecakapan emosi tersebut dikemukakan melalui kemampuan seseorang dalam mengelola kecerdasan emosi seperti 1) Kesadaran diri, 2) Pengaturan diri, 3) Motivasi, 4) Empati, 5) Keterampilan sosial. Penjelasan mengenai kemampuan seseorang dalam mengelola kecerdasan emosi ialah sebagai berikut : kesadaran diri merupakan kemampuan dari dalam diri mengenai suasana hati, maupun pikiran kita mengenai suasana hati tersebut. Unsur-unsur kesadaran diri adalah kesadaran emosi, penilaian diri secara teliti dan percaya diri. Pengaturan diri adalah kecakapan dalam menyeimbangkan emosi, bukan kemampuan emosi. Karena emosi sendiri diperlukan untuk memberi warna dalam kehidupan. Unsur-unsur pengaturan diri terdiri atas kendali diri, sifat dapat dipercaya, kewaspadaan, adaptabilitas dan inovasi. Motivasi yaitu kemampuan menggunakan hasrat agar setiap saat dapat membangkitkan semangat dan tenaga untuk mencapai keadaan yang lebih baik, serta mampu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif. Unsur-unsur motivasi yaitu dorongan prestasi, komitmen, inisiatif dan optimisme. Empati merupakan kemampuan untuk memahami apa yang dirasakan orang lain. Empati dibangun atas dasar kesadaran diri. Unsur-unsur empati adalah memahami orang lain, orientasi pelayanan, mengembangkan orang lain, mengatasi keragaman dan kesadaran politis. Keterampilan sosial adalah kemampuan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain, bisa mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, menyelesaikan perselisihan dan bekerjasama dalam tim. Unsur-unsur keterampilan sosial yaitu pengaruh, komunikasi, kepemimpinan, katalisator perubahan, manajemen konflik, pengikat jaringan, kolaborasi dan kooperasi serta kemampuan tim.

Secara teoretis terdapat hubungan yang erat antara kebugaran jasmani dengan tingkat kecerdasan emosional, karena kebugaran jasmani merupakan salah


(16)

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

satu faktor internal fisiologi yang turut berperan dalam peningkatan kecerdasan emosional selain faktor-faktor yang lain.

Wiranto (dalam Herlina, 2014, hlm. 4) menyatakan bahwa “kecerdasan

emosional dapat dikembangkan melalui pendidikan jasmani dan olahraga”. Inti

sari pengertian kecerdasan emosional menurut Lutan (dalam Herlina, 2014, hlm.

5) mencakup empat aspek yaitu “pengendalian diri, kerajinan, keuletan dan

kemampuan untuk memotivasi diri sendiri”. Kesimpulannya bahwa kecerdasan

emosional merupakan salah satu faktor internal dalam menentukan keberhasilan bekerja dan belajar.

Persatuan Sepak Bola Universitas Pendidikan Indonesia (PS UPI) sebagai salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang memiliki visi unggul dalam prestasi, mempunyai keunikan tersendiri dalam upaya meningkatkan kemampuan motorik, afektif dan kognitif atlet, yakni melalui program pembinaan kebugaran jasmani atlet.

Penulis memilih lokasi UKM sepak bola Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sebagai tempat penelitian karena penulis tertarik untuk mengetahui hubungan tingkat kebugaran jasmani atlet UKM sepak bola UPI dengan kecerdasan emosional mereka, karena mereka adalah atlet yang mendapat program-program khusus, di samping program pembinaan kebugaran jasmani.

Dukungan kebugaran jasmani dan kecerdasan emosional sangat diperlukan oleh atlet untuk dapat mengikuti proses pelatihan setiap hari yang rata-rata membutuhkan waktu tiga jam. Dengan demikian tidak diragukan lagi bahwa pendidikan jasmani dan olahraga memang sangat dibutuhkan oleh atlet untuk meningkatkan atau menjaga kebugaran jasmani serta mengembangkan kecerdasan emosi. Menurut Wiranto (dalam Herlina, 2014, hlm. 3) bahwa “kecerdasan dan kreatifitas yang diperoleh melalui olahraga hendaknya melekat pada kepribadian

dan kemampuan seseorang”.

Kebugaran jasmani dan kecerdasan emosional merupakan variabel yang dianggap berpengaruh terhadap pembinaan atlet sepak bola terutama, karenanya perlu dilakukan penelaahan lebih lanjut terkait bagaimana hubungan antara masing-masing variabel. Dengan diperolehnya data mengenai hubungan antara


(17)

7

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kedua variabel tersebut, diharapkan akan menjadi langkah awal untuk menentukan intervensi yang tepat dalam rangka mendukung pembinaan atlet sepak bola.

Kebugaran jasmani dan kecerdasan emosi diharapkan dapat ditransfer secara positif ke dalam kemampuan bermain sepak bola. Hal ini diharapkan tercermin dari hasil atau prestasi atlet dalam proses pelatihan, yang perlu dibuktikan dalam penelitian ini.

Dapat penulis gambarkan bahwa untuk melakukan aktivitas olahraga sepak bola diperlukan kebugaran jasmani dan kecerdasan emosional yang harus dimiliki oleh seseorang, tentunya setiap individu memiliki kebugaran jasmani dan kecerdasan emosional yang berbeda. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan kebugaran jasmani dengan kecerdasan emosional (studi kasus pada atlet UKM sepak bola UPI Bandung).

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Bertitik tolak dari latar belakang penelitian tersebut, maka masalah yang ada perlu diidentifikasi dan dirumuskan dengan tujuan agar permasalahan penelitian tidak menimbulkan keraguan atau tafsir yang berbeda. Identifikasi masalah merupakan suatu cara untuk mengidentifikasi yang dijadikan objek penelitian. Sedangkan perumusan masalah merupakan gambaran masalah yang akan diteliti dalam sebuah penelitian.

Objek penelitian ini terbatas pada pengamatan penulis terhadap keseharian atlet yang mengikuti UKM sepak bola di samping program pendidikan formal. Sebagai subjek penelitian adalah atlet sepak bola yang tergabung di dalam UKM sepak bola UPI. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian dibuat dan disesuaikan dengan permasalahan tersebut. Dalam mengamati penelitian terhadap atlet UKM sepak bola UPI secara langsung, penulis menemukan beberapa temuan sebagai berikut :

1. Masih terdapat atlet yang tidak memiliki motivasi untuk menjaga atau meningkatkan kebugaran jasmani.


(18)

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Masih terdapat atlet yang temperamen atau tidak bisa mengendalikan emosi yang berlebihan.

4. Masih terdapat atlet yang menjadi provokatur atau pemicu terjadinya perkelahian.

5. Masih terdapat atlet yang tidak memiliki rasa empati terhadap rekan satu tim.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian dan identifikasi masalah penelitian tersebut, maka rumusan masalah penelitian yang penulis ajukan adalah “apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan kebugaran jasmani dengan kecerdasan emosional ?”

D. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian harus mempunyai tujuan-tujuan yang dicapai. Nasution

(dalam Ikmallulkarim, 2006, hlm. 6) mengemukakan bahwa “tujuan harus bertalian erat dengan masalah yang dipilih serta analisis masalah tersebut”. Sehubungan dengan hal itu maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan kebugaran jasmani dengan kecerdasan emosional.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki kegunaan apabila tujuan yang telah diuraikan tersebut dapat tercapai, di antaranya kegunaan secara teoretis dan kegunaan secara praktis. Kegunaan teoretis dari hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan pemikiran terhadap ilmu pendidikan, dalam hubungan kebugaran jasmani dengan kecerdasan emosional serta sebagai bahan perbandingan terhadap penelitian serupa baik yang sudah dilakukan maupun yang akan dilakukan di masa mendatang.

Dengan diperolehnya hasil penelitian tersebut, maka diharapkan dapat memberi manfaat bagi penulis sendiri serta pihak yang berkepentingan, khususnya pelatih olahraga. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :


(19)

9

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Manfaat Teoretis

a. Dapat memperkuat teori kecerdasan emosional yang sudah ada.

b. Dapat dijadikan sebagai sumbangan keilmuan yang berarti bagi dunia pendidikan dan psikologi, berkaitan dengan proses pembelajaran. Khususnya, yaitu tentang hubungan kebugaran jasmani dengan kecerdasan emosional.

c. Sebagai bahan informasi bagi para pengajar khususnya tentang hal-hal yang berkaitan dengan faktor psikologis, seperti kecerdasan emosional dan untuk para pelatih olahraga tentang hal-hal yang berkaitan dengan faktor fisiologi, seperti kebugaran jasmani.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan referensi bagi penulis lain yang ingin atau hendak meneliti mengenai kecerdasan emosional dengan permasalahan dan sampel yang berbeda.

b. Informasi dan masukan bagi organisasi-organisasi olahraga untuk lebih memperhatikan kecerdasan emosional yang dimiliki atlet.

c. Sebagai bahan masukan bagi para tenaga pengajar dan pelatih untuk memberikan pengertian psikologis dalam hal ini inteligensi kepada anak didiknya agar tujuan dari proses yang dimaksud tercapai.


(20)

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 54

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian juga cara untuk menempuh data, menganalisis dan menyimpan hasil penelitian. Penggunaan metode dalam pelaksanaan penelitian merupakan hal yang sangat penting, karena dalam menggunakan metode penelitian yang tepat diharapkan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Jenis metode yang dipilih dan digunakan dalam pengumpulan data, tentu saja harus sesuai dengan sifat, karakteristik dan permasalahan penelitian yang dilakukan. Hal ini berarti metode penelitian mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pelaksanaan pengumpulan dan analisis data.

Adapun yang dimaksud metode itu sendiri yang dikemukakan oleh

Surakhmad (2006, hlm. 131) bahwa “metode adalah merupakan cara utama yang

dipergunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji hipotesis dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu.” Sedangkan Arikunto (2006, hlm.

206) mengemukakan bahwa “penelitian adalah suatu proses yang dilakukan oleh

peneliti yang bertujuan untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang diajukan

melalui prosedur ilmiah yang telah ditentukan”.

Dalam suatu penelitian diperlukan metode untuk memecahkan masalah yang ingin diteliti. Metode penelitian memberikan gambaran kepada peneliti tentang langkah-langkah bagaimana penelitian dilakukan sehingga masalah yang diteliti dapat dipecahkan. Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan korelasional yang melihat hubungan antara dua variabel. Mengenai hal ini Sudjana (2006, hlm. 64) mengemukakan bahwa :

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskriptifkan suatu gejala, kejadian yang terjadi pada saat sekarang, dengan perkataan lain penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian pada


(21)

55

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.

Selanjutnya Surakhmad (2006, hlm. 139) mengemukakan ciri-ciri dari metode deskriptif adalah “memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah aktual. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisa”. Mengenai tujuan penelitian korelasional, Arikunto (2006, hlm. 207) mengemukakan bahwa “... penelitian korelasi bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan

apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan itu”.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat diambil keputusan bahwa metode deskriptif ini merupakan penelitian yang dilakukan untuk mempelajari masalah-masalah yang terjadi pada masa sekarang, aktual dan membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian yang ada pada saat penelitian dilaksanakan. Penulis memilih menggunakan metode deskriptif karena atas dasar pertimbangan dari tujuan penelitian itu, yakni memecahkan masalah yang ada pada saat sekarang dengan menggunakan teknik pengambilan dan analisis data.

Dalam penelitian perlu adanya suatu desain penelitian yang sesuai dengan variabel-variabel yang terkandung dalam tujuan penelitian dan hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Penulis menggunakan desain penelitian deskriptif, dengan pengelompokan variabel penelitian sebagai berikut :

a. Variabel bebas (X) adalah kebugaran jasmani b. Variabel terikat (Y) adalah kecerdasan emosional

Adapun rancangan dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti pada Gambar 3.1.

Γ XY

Gambar 3.1. Hubungan Variabel Penelitian (Sumber : Sugiyono, 2012, hlm. 42) Ket : X : kebugaran jasmani

Y : kecerdasan emosional


(22)

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Γ XY : koefisien korelasi variabel X dengan Y

B. Populasi dan Sampel

Untuk mendapatkan suatu fakta yang akurat, maka diperlukan adanya sumber data yang sesuai dengan masalah yang sedang diteliti. Sumber data tersebut adalah populasi dan sampel yang sifat atau karakteristiknya sesuai dengan masalah yang akan diteliti.

Populasi tidak terbatas jumlahnya, bahkan ada yang tidak dapat dihitung baik dalam jumlah ataupun besarnya, kalaupun ada yang meneliti memerlukan biaya, waktu dan tenaga yang banyak dan sangat mahal. Oleh karena itu dipilih sebagian saja dari populasi, asalkan memiliki sifat-sifat yang sama dengan populasi atau disebut sebagai pengambilan sampel. Sudjana (2002, hlm. 84)

mengemukakan bahwa “populasi maknanya berkaitan dengan elemen, yakni unit tempat diperolehnya informasi. Elemen tersebut dapat berupa individu, keluarga, rumah tangga, kelompok sosial, sekolah, kelas, organisasi dan lain-lain”.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat penulis gambarkan bahwa populasi adalah jumlah keseluruhan sumber data yang hendak dipelajari atau dikenai penelitian. Sedangkan sampel merupakan sebagian dari populasi. Dengan demikian antara populasi dan sampel merupakan dua pengertian yang harus dibedakan secara tegas dan jelas, hanya perbedaannya terletak pada jumlah objeknya.

Riduwan dan Kuncoro (2011, hlm. 49) mengemukakan bahwa “sampel penelitian adalah bagian dari populasi penelitian dari populasi terjangkau”. Sampel adalah sebagian dari populasi. Sampel terdiri dari atas sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Riduwan dan Kuncoro (2011, hlm. 49) bahwa “apabila populasinya kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitian merupakan penelitian populasi”. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah atlet UKM sepak bola UPI. Memperhatikan uraian tersebut, dikarenakan jumlah populasi lebih dari 100 yaitu 110 dan populasinya diketahui. Maka penarikan sampel dalam penelitian ini


(23)

57

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menggunakan sampel secara acak (random sampling), sedangkan untuk mempermudah dalam menghitung ukuran sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini menggunakan rumus dari Yamane atau Slovin sebagai berikut :

2

. 1

N n

N d

Dimana :

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

2

d = Presisi (ditetapkan 10%)

Dengan memasukkan ke dalam persamaan rumus di atas maka diperoleh jumlah sampel minimum adalah :

� = . + = 5 . 8

= 52.38 dibulatkan menjadi = 53

Jadi diperoleh jumlah sampel minimal adalah 53 atlet UKM sepak bola UPI yang paling aktif berlatih dan mengikuti kompetisi liga mahasiswa maupun kejuaraan-kejuaraan tingkat mahasiswa lainnya.

C. Definisi Operasional

Untuk menghindari salah tafsir terhadap definisi-definisi yang dipergunakan dalam penelitian ini, penulis jelaskan definisi-definisi penting yang terdapat dalam penelitian ini yaitu :

1. Kebugaran Jasmani. Menurut Tarigan (dalam Azhar, 2012, hlm. 16) kebugaran jasmani adalah “kesanggupan untuk melakukan kegiatan sehari -hari dengan semangat dan penuh kesadaran, yang dilakukan tanpa mengalami kelelahan yang berarti, sehingga dapat menikmati kehidupan dengan baik dan

bersahaja”. Diukur dengan menggunakan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia


(24)

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kecepatan, kekuatan, daya tahan dan kelentukan. Sementara yang dimaksud kebugaran jasmani sesuai dengan penelitian ini ialah kesanggupan untuk melakukan kegiatan sehari-hari dengan efektif dan efisien, disertai keadaan emosi yang stabil (sanggup/mampu mengendalikan emosi) sehingga terhindar dari masalah fisik dan gangguan psikis.

2. Kecerdasan Emosional. Dalam hal ini kecerdasan emosional adalah kecakapan dan keterampilan emosi, yaitu kecakapan yang didasarkan pada kecerdasan emosi dan karena itu menghasilkan kinerja menonjol dalam pekerjaan. Seperti halnya motivasi dan inspirasi dapat menggerakkan orang, tidak dengan mendorong mereka ke arah yang benar sebagai mekanisme kontrol tetapi dengan cara memuaskan kebutuhan manusiawi yang mendasar untuk berprestasi, rasa memiliki, rasa mengendalikan hidup sendiri dan kemampuan hidup menurut harapan seseorang. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Goleman (2000, hlm. 39) alih bahasa oleh Alex Tri Kuntjono

bahwa “kecerdasan emosi menentukan potensi kita untuk mempelajari

keterampilan-keterampilan praktis yang didasarkan pada lima unsurnya : kesadaran diri, motivasi, pengaturan diri, empati dan kecakapan dalam

membina hubungan dengan orang lain.” D. Pembatasan Penelitian

Atas dasar pertimbangan penulis, maka perlu adanya pembatasan masalah yaitu ruang lingkup penelitian. Dalam hal ini Nasution (2006, hlm. 31)

mengemukakan bahwa “analisis masalah juga membatasi ruang lingkup masalah agar penelitian lebih lanjut terarah, lagi pula dengan demikian memperoleh gambaran yang lebih jelas apabila penelitian itu dianggap selesai dan berakhir”. Adapun pembatasan masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Ruang lingkup penelitian ini adalah hubungan kebugaran jasmani dengan kecerdasan emosional.

2. Variabel bebas adalah kebugaran jasmani.

3. Variabel terikatnya adalah kecerdasan emosional.


(25)

59

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E. Instrumen Penelitian

Untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan, penulis menggunakan instrumen atau alat ukur sebagai media pengumpulan data. Instrumen penelitian

menurut Arikunto (2006, hlm. 219) adalah “alat bantu yang digunakan dalam mengumpulkan data.” Sedangkan alat ukur seperti yang dikemukakan oleh Nurhasan (2013, hlm. 5) bahwa “...dalam proses pengukuran membutuhkan alat

ukur, dengan alat ini kita akan mendapat data yang merupakan hasil pengukuran”. Dalam penelitian ini penulis menggunakan instrumen atau alat pengumpul data dengan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) untuk mengukur tingkat kebugaran jasmani atlet dan angket untuk mengukur kecerdasan emosional atlet UKM sepak bola UPI. Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) terdiri dari beberapa rangkaian tes, yaitu lari cepat, gantung angkat tubuh (pull up), baring duduk (sit up), loncat tegak (vertical jump) dan lari jarak jauh. Tes kesegaran jasmani Indonesia digunakan untuk mengukur dan menentukan tingkat kebugaran jasmani. TKJI merupakan satu rangkaian tes, oleh karena itu semua butir tes harus dilaksanakan secara berurutan, terus-menerus dan tidak terputus dengan memperhatikan kecepatan perpindahan butir tes ke butir tes berikutnya. Butir tes dalam TKJI bersifat baku dan tidak boleh dibolak-balik. Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kesegaran jasmani Indonesia untuk putra usia 16-19 tahun dengan nilai reliabilitas sebesar 0,72 dan validitas sebesar 0,92 (Nurhasan dan Hasanudin, 2013, hlm. 123).

Angket/kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai validitas sebesar 0,85 dan reliabilitas sebesar 0,95 diadopsi dari Lane, et al (dalam Laksana, 2014, hlm. 84). Kuesioner berisi sejumlah pernyataan/pertanyaan yang ditujukan untuk mengetahui bagaimana kecerdasan emosional atlet UKM sepak bola UPI. Diberikan kepada yang bersedia memberikan respon (responden).

Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup (angket berstruktur). Angket disajikan dalam bentuk sedemikian rupa atau telah


(26)

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tersusun atas pernyataan yang tegas, konkrit dan lengkap sehingga responden hanya diperkenankan untuk menjawab satu alternatif jawaban sesuai dengan karakteristik dirinya.

F. Prosedur Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis menyusun prosedur atau langkah-langkah penelitian sebagaimana tertera pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2. Prosedur/Langkah Penelitian (Sumber : Arikunto, 2006, hlm. 16)

Dari prosedur atau langkah-langkah di atas, dapat dijelaskan bahwa langkah pertama ialah menentukan populasi, kemudian memilih sampel yang akan diteliti. Setelah memperoleh sampel langkah berikutnya ialah melakukan tes dan pengukuran tehadap sampel yang telah dipilih. Tes dan pengukuran yang dilakukan ialah tes kebugaran jasmani dengan menggunakan instrumen TKJI sedangkan variabel terikatnya ialah tes kecerdasan emosional dengan angket. Setelah diperoleh data, langkah berikutnya ialah mengolah dan menganalisis data.

POPULASI

SAMPEL

KESIMPULAN PENGOLAHAN &

ANALISIS DATA

TES KECERDASAN

EMOSIONAL TES

KEBUGARAN JASMANI


(27)

61

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari hasil pengolahan dan analisis data maka dapat diketahui koefisien korelasi kebugaran jasmani dengan kecerdasan emosional atlet.

G. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

1. Pengumpulan Data Tingkat Kebugaran Jasmani

Pengumpulan data kebugaran jasmani dilakukan dengan menggunakan tes standar, yaitu Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI). Dalam lokakarya kesegaran jasmani yang dilaksanakan pada tahun 1984 “Tes Kesegaran Jasmani

Indonesia” (TKJI) telah disepakati dan ditetapkan menjadi instrumen / alat tes

yang berlaku di seluruh wilayah Indonesia karena TKJI disusun dan disesuaikan dengan kondisi anak Indonesia. TKJI dibagi dalam 4 kelompok usia, yaitu : 6-9 tahun, 10-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-19 tahun. Pengukuran tes ini, secara teoritis tentunya akan mengukur kemampuan umum yang mencakup berbagai faktor dalam kebugaran jasmani. Oleh karena itu tes ini terdiri dari beberapa rangkaian tes. Beberapa rangkaian tes tersebut diantaranya mengukur kebugaran mengenai komponen kecepatan dan kekuatan. Di samping itu terdapat pula rangkaian-rangkaian tes yang mengukur komponen daya tahan dan kelentukan.

Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kesegaran jasmani Indonesia untuk putra usia 16-19 tahun (Nurhasan dan Hasanudin, 2013, hlm. 120). Berikut adalah perincian dan administrasi tes kesegaran jasmani Indonesia untuk putra usia 16-19 tahun.

Tujuan tes ini adalah untuk mengukur kemampuan fisik dan menentukan tingkat kebugaran jasmani. Adapun secara rinci rangkaian pelaksanaan tes ini adalah :

a. Tes lari cepat 60 meter

Tujuan : Dilakukan untuk mengukur kecepatan, kapasitas anaerobik atau jenis kekuatan terkait performa kekuatan kaki dalam penggunaannya disituasi yang spontan. Dalam tes ini, peserta harus melakukan sprint sejauh 60 meter.


(28)

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Alat/fasilitas : Stop watch, lintasan 60 meter, peluit dan bendera start. Pelaksanaan : Subyek berdiri di belakang garis start dengan sikap berdiri,

aba-aba “ya” subyek berusaha lari ke depan secepat mungkin menempuh jarak 60 meter atau mencapai finish.

Skor : Skor hasil tes yaitu waktu yang dicapai oleh pelari.

Gambar 3.3. Ilustrasi tes lari cepat 60 meter (Sumber : Ashadi, 2007, hlm. 4) b. Tes gantung angkat tubuh (pull up)

Tujuan : Mengukur kekuatan dan daya tahan otot lengan serta otot bahu. Alat/fasilitas : Stop watch, palang tunggal, lantai yang rata dan bersih.

Pelaksanaan : Subyek bergantung pada palang tunggal, sehingga kepala, badan dan tungkai lurus. Kedua lengan dibuka selebar bahu dan keduanya lurus. Kemudian subyek mengangkat tubuhnya, dengan membengkokan kedua lengan, sehingga dagu menyentuh atau melewati palang, kemudian kembali ke sikap semula.

Skor : Jumlah gerakan pull up yang dilakukan dengan benar selama 60 detik.


(29)

63

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.4. Ilustrasi tes gantung angkat tubuh (pull up) (Sumber : Ashadi, 2007, hlm. 5)

c. Tes baring duduk (sit up)

Tujuan : Mengukur kekuatan dan daya tahan otot perut.

Alat/fasilitas : Lantai, lapangan rumput yang bersih atau matras, stop watch. Pelaksanaan : Subyek berbaring, kedua lutut ditekuk ± 90º. Kedua tangan

dilipat dan diletakkan di belakang kepala dengan jari tangan saling berkaitan dan kedua lengan menyentuh lantai. Salah seorang teman subyek membantu memegang dan menekan kedua pergelangan kaki, agar kaki subyek tidak terangkat. Subyek bergerak mengambil sikap duduk, sehingga kedua sikunya menyentuh paha, kemudian kembali ke sikap semula. Skor : Jumlah baring duduk yang dilakukan dengan benar selama 60

detik.

Gambar 3.5. Ilustrasi tes baring duduk (sit up) (Sumber : Ashadi, 2007, hlm. 7) d. Tes loncat tegak (vertical jump)

Tujuan : Mengukur daya ledak (tenaga eksplosif) otot tungkai.

Alat/fasilitas : Papan berwarna gelap berukuran 30 x 150 cm yang digantung pada dinding dengan ketinggian jarak antara lantai dengan angka 0 (nol) pada papan skala ukuran 150 cm, serbuk kapur dan alat penghapus atau takei physical fitness test / jump – DF (Duration of Fright type vertical jump meter), formulir pencatatan hasil tes serta alat tulis.


(30)

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berada dekat dinding diangkat lurus ke atas, telapak tangan ditempelkan pada papan berskala. Kedua tangan lurus berada di samping badan kemudian subyek mengambil sikap awalan dengan membengkokan lutut dan kedua tangan diayun ke belakang, kemudian subyek meloncat setinggi mungkin sambil menepuk papan berskala. Subyek diberi kesempatan melakukan sebanyak tiga kali loncatan atau subyek meloncat setinggi mungkin. Kesempatan yang diberikan sebanyak dua kali. Posisi badan tegak. Setelah ada bunyi, testee melompat setinggi-tingginya.

Skor : Ambil tinggi raihan yang tertinggi dari ketiga loncatan

tersebut, hasil loncat tegak diperoleh dengan cara hasil raihan tertinggi dari salah satu loncatan tersebut dikurangi tinggi raihan tanpa loncatan atau ambil tinggi raihan yang tertinggi dari kedua loncatan tersebut, sebagai hasil tes loncat tegak.

Gambar 3.6. Ilustrasi tes loncat tegak (vertical jump) (Sumber : Ashadi, 2007, hlm. 8-9)

e. Tes lari 1200 meter

Tujuan : Ditujukan untuk mengukur kekuatan aerobik atau daya tahan kardiovaskular (cardio respiratory endurance).

Alat/fasilitas : Stop watch, lintasan 1200 meter, peluit dan tanda/garis untuk start dan finish.


(31)

65

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

meter (setara dengan tiga lap di sekitar trek standar) dalam waktu se-singkat mungkin. Subyek berdiri dibelakang garis start, dengan sikap berdiri. Pada aba-aba “ya”, subyek berusaha lari secepat mungkin mencapai finish.

Skor : Hasil yang dicatat sebagai skor ialah waktu yang dicapai pelari.

Gambar 3.7. Ilustrasi tes lari 1200 meter (Sumber : Ashadi, 2007, hlm. 10)

2. Pengumpulan Data Tingkat Kecerdasan Emosional

Dalam Penelitian ini diperlukan data sebagai penunjang terhadap masalah yang akan diteliti. Untuk mendapatkan data yang sesuai dengan apa yang diharapkan, yaitu informasi tentang kecerdasan emosional atlet UKM sepak bola UPI, penulis menggunakan metode kuesioner atau angket. Sehubungan dengan kuesioner atau angket dijelaskan oleh Arikunto (2006, hlm. 151) sebagai berikut

“kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”.

Penulis menggunakan angket sebagai alat untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini karena memiliki beberapa keuntungan. Adapun keuntungan angket dijelaskan oleh Arikunto (2006, hlm. 152) sebagai berikut :

a. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden.

b. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing, dan menurut waktu senggang responden.

c. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur dan tidak malu-malu menjawab.


(32)

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama.

Adapun jenisnya dalam penelitian ini penulis menggunakan angket yang berstruktur dengan pertanyaan yang bersifat tertutup. Mengenai pemakaian jenis angket ini mengacu pada pendapat Nasution (2006, hlm. 129) bahwa “Angket dapat dibagi menurut sifat jawaban yang diinginkan 1) tertutup, 2) terbuka dan 3)

kombinasi kedua macam itu”. Angket tertutup terdiri atas pernyataan dan jawaban tertentu sebagai pilihan yang telah tersusun, teratur dan tegas.

Angket kecerdasan emosional yang digunakan pada penelitian ini ialah adopsi dari Lane, et al (dalam Laksana, 2014, hlm. 44). Kuesioner berisi sejumlah pernyataan/pertanyaan yang ditujukan untuk mengetahui bagaimana kecerdasan emosi para pesepak bola. Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan/pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila penulis tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan apa yang bisa diharapkan dari responden.

Dalam penyusunan angket ini, penulis melakukan penilaian terhadap butir pernyataan alternatif jawaban dengan menggunakan skala likert. Ibrahim dan Sudjana (2006, hlm. 107) mengemukakan bahwa :

Skala likert dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolak, melalui rentangan nilai tertentu. Oleh sebab itu pernyataan yang diajukan ada dua kategori, yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif. Salah satu skala sikap yang sering digunakan dalam penelitian pendidikan ialah skala likert. Dalam skala likert, pernyataan-pernyataan yang diajukan baik pernyataan positif maupun negatif dinilai subyek sangat setuju, setuju, tidak punya pilihan, tidak setuju dan sangat tidak setuju.

Berdasarkan uraian tentang alternatif jawaban dalam angket, penulis menetapkan kategori skor sebagai berikut, kategori untuk setiap butir penyataan positif, yaitu tidak pernah merasakan = 1, pernah merasakan = 2, merasakan = 3 dan sering merasakan = 4. Kategori untuk setiap butir pernyataan negatif, yaitu


(33)

67

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tidak pernah merasakan = 4, pernah merasakan = 3, merasakan = 2 dan sering merasakan = 1. Kategori pemberian skor seperti pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban

Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban

Positif Negatif

Tidak pernah merasakan (TPM) Pernah merasakan (PM)

Merasakan (M)

Sering merasakan (SM)

1 2 3 4

4 3 2 1

3. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data

Setelah seluruh data hasil penelitian atau pengumpulan data terkumpul, maka selanjutnya dilakukan pengolahan data dan analisis data. Untuk mengolah data tersebut maka diperlukan beberapa rumus statistik seperti yang terdapat dalam buku teori statistika untuk menjawab masalah penelitian yang diajukan sehingga dapat tercapai tujuan penelitian yang diharapkan oleh penulis.

Penulis melaksanakan pengumpulan data dan selanjutnya melakukan pengolahan data dengan cara-cara sebagai berikut :

1. Menghitung Nilai Rata-rata

Cara menghitung rata-rata dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rumus sebagai berikut :

̅ =∑

Keterangan :

̅ = nilai rata-rata yang dicari

∑ = Jumlah Keseluruhan X n = Jumlah Sampel

2. Menghitung Simpangan Baku dan Varians

Cara menghitung simpangan baku dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rumus sebagai berikut :


(34)

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

� = √Ʃ �� − �� − � = Ʃ �� − �� −

Keterangan :

S = Simpangan baku yang dicari Xi = Nilai data mentah S2 = Varians yang dicari X = Nilai rata-rata

Ʃ = Jumlah dari N = Jumlah sampel 3. Menghitung Prosentase Gambaran Alternatif Jawaban

Menghitung prosentase gambaran alternatif jawaban dengan menggunakan rumus :

� =

� � %

Ket :

P = Persentase

Σ

X1 = Jumlah skor atau pengamatan

Σ

Xn = Jumlah skor ideal atau pengharapan

100% = Bilangan tetap 4. Interpretasi Data

Setelah data didapat kemudian menafsirkan dan menyimpulkan untuk mempermudah dalam penafsiran dan penyimpulan. Dalam hal ini memilih parameter dengan menafsirkan kriteria penilaian persentase yang diambil dari buku Hawari (2006, hlm. 79) yang terbagi kedalam lima kriteria. Kriteria frekuensi persentase dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Kriteria Frekuensi Persentase

Rentang Nilai Kriteria


(35)

69

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rentang Nilai Kriteria

61 - 80 % Tinggi

41 - 60 % Sedang

21 - 40 % Rendah

< 20 % Sangat Rendah

5. Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2008, hlm. 107) menyatakan bahwa “uji normalitas adalah untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel independen dan dependennya memilki distribusi normal atau tidak”. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Pada prinsipnya normalitas data dapat diketahui dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal pada grafik normal probability plot atau histogram dari residualnya. Data normal dan tidak normal dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya, menunjukkan pola terdistribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafk histogramnya, tidak menunjukkan pola terdistribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

6. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas ini pada dasarnya menyatakan bahwa nilai-nilai Y bervariasi dalam satuan yang sama. Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui keseragaman data penelitian. Dalam analisis regresi, data penelitian yang baik harus mempunyai sebaran data yang homogen dan metode yang digunakan untuk mengujinya adalah uji Levene (Levene Test). Rumus uji Levene (Levene Test) dari Aunuddin (2005, hlm. 248) adalah :


(36)

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan :

L = Nilai Levene hitung X = Nilai data residual X = Rata-rata data residual

N = Jumlah sampel K = Jumlah kelompok

Nilai Levene hitung yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan Levene Tabel atau dapat juga menggunakan nilai perbandingan signifikansi dengan alpha 5 %. Jika nilai Levene hitung < Levene Tabel atau p-value > 5%, maka data regresi sederhana atau regresi berganda mempunyai ragam yang homogen. Dan sebaliknya jika nilai Levene hitung > Levene Tabel atau p-value < 5 % maka data regresi sederhana atau regresi berganda mempunyai ragam yang tidak homogen.

7. Korelasi Pearson

Analisis ini akan digunakan untuk mengetahui tingkat hubungan Kebugaran Jasmani (X) dan Kecerdasan Emosional (Y), yang rumusnya sebagai berikut :

                                              n i n i i i n i n i i i n i n i i i n i i i yx y y n x x n y x y x n r 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1

(Sumber : Sugiyono, 2012, hlm. 228) Keterangan :

r = Koefisien Korelasi X = Kebugaran Jasmani Y = Kecerdasan Emosional n = Banyaknya data

Apabila (-) : Terdapat hubungan yang negatif atau berlawanan. Apabila (+) : Terdapat hubungan yang positif atau searah.


(37)

71

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1) Apabila r = +1 atau mendekati +1, maka hubungan kedua variabel sangat kuat dan searah, apabila X naik maka Y naik juga.

2) Apabila r = 0 atau mendekati 0, maka hubungan kedua variabel sangat rendah atau tidak terdapat hubungan sama sekali.

3) Apabila r = -1 atau mendekati -1, maka hubungan kedua variabel sangat kuat dan berlawanan arah, apabila X naik maka Y turun.

Hasil dari koefisien korelasi tersebut lalu dihubungkan dengan interpretasi koefisien korelasi dari sugiyono yang terdapat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat (Sumber : Sugiyono, 2012, hlm. 184)

8. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi yaitu suatu koefisien untuk mengetahui atau melihat berapa besar pengaruh variabel X (Kebugaran Jasmani) terhadap variabel Y (Kecerdasan Emosional). Koefisien determinasi ini merupakan kuadrat dari koefisien korelasi seperti pada rumus :

(Sumber : Sugiyono, 2009, hlm. 231)

Keterangan :

Kd = Seberapa jauh perubahan variabel Y (Kecerdasan Emosional) dipengaruhi variabel X (Kebugaran Jasmani)

r2 = Kuadrat koefisien korelasi


(38)

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9. Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi digunakan untuk mengetahui perubahan kecerdasan emosional (Y) apabila kebugaran jasmani (X) mengalami kenaikan atau penurunan (Sugiyono, 2012, hlm. 261). Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Analisis regresi sederhana digunakan karena penelitian ini menggunakan data kuantitatif dan skala pengukuran yang digunakan adalah rasio. Untuk mempermudah pengolahan data, maka penelitian menggunakan bantuan software SPSS 20. Adapun persamaan dari regresi adalah :

(Sumber : Sugiyono, 2012, hlm. 261) Keterangan :

X = Subjek pada variabel independen, yaitu Kebugaran Jasmani Y = Subjek pada variabel dependen, yaitu Kecerdasan Emosional a = Harga Y ketika harga X = 0 (harga konstan)

b = Angka arah atau koefisien regresi yang menunjukkan angka

peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan variabel independen. Bila (+) artinya naik,

sedangkan bila (-) artinya turun. 10.Pengujian Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh signifikan antar variabel penelitian. Pengujian hipotesis secara parsial dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Menentukan hipotesis penelitian

Y = a+bx

= ∑ � ∑∑ − ∑− ∑


(39)

73

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ho : B= 0, Tidak terdapat hubungan yang signifikan

kebugaran jasmani (X) dengan kecerdasan emosional (Y) pada atlet UKM sepak bola UPI. Ha: B ≠ 0, Terdapat hubungan yang signifikan kebugaran

jasmani (X) dengan kecerdasan emosional (Y) pada atlet UKM sepak bola UPI.

2) Menentukan tingkat signifikansi

Menentukan tingkat signifikansi sebesar 5% (� = 0,05) dengan derajat kebebasan :

(db = n - k - l) Dimana :

l = nilai koefisien korelasi parsial n = jumlah sampel

k = jumlah variabel bebas 3) Mencari t hitung

Uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel perjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat. Mencari �ℎ� �� pihak dengan menggunakan software atau dengan menggunakan rumus :

� = �√� −

√ − �

Dimana :

r = koefisien korelasi n = jumlah data

a) Pengambilan keputusan

 Ho diterima jika nilai hitung statistik uji �ℎ� �� berada di daerah

penerimaan Ho, dimana -� ��˂�ℎ� ��˂ � ��.

 Ho ditolak jika nilai hitung statistik uji �ℎ� �� berada di daerah

penolakan Ho, dimana �ℎ� �� �� dan −�ℎ� �� −� ��.


(40)

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daerah Penerimaan Ho

Daerah penolakan Ho

0

-ttabel (/2; d df = n – k-l) + ttabel (/2; d df = n – k-l)

Daerah penolakan Ho

Significance < α = 0,05 Ho ditolak, berarti variabel independen secara

simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.

Significance < α = 0,05 Ho diterima berarti variabel independen secara

simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.


(41)

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 82

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan kebugaran jasmani dengan kecerdasan emosional, artinya kebugaran jasmani memiliki kontribusi atau pengaruh yang signifikan dan positif terhadap kecerdasan emosional.

B. Saran

Setelah melakukan analisis terhadap data dan hasil penelitian, penulis merasa penelitian ini masih perlu disempurnakan. Oleh karena itu penulis memberikan saran yang bisa dijadikan masukan sebagai berikut :

1. Bagi Lembaga

Masih terdapat atlet yang temperamen dan kebugarannya belum optimal, oleh karena itu diperlukan partisipasi atau kontribusi lembaga untuk memperhatikan para atlet UKM secara umum mengenai kebugaran jasmani dan kecerdasan emosional dengan cara melakukan evaluasi keseluruhan baik pada atlet maupun pelatih.

2. Bagi Pelatih

Sebaiknya menyusun program latihan yang sesuai dengan kebutuhan para atlet terutama pada kondisi kebugaran jasmani yang berpengaruh terhadap kecerdasan emosional. Kebugaran jasmani akan menurun menjadi tidak baik jika tidak ada program yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan atlet sehingga akan berdampak pada kecerdasan emosional rendah.

3. Bagi Para Atlet

Sebaiknya para atlet meningkatkan dan mempertahankan kebugaran jasmani terutama menjelang pertandingan. Latihan saja tidak cukup untuk meningkatkan dan mempertahankan kebugaran jasmani, diperlukan gaya


(42)

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hidup sehat terutama istirahat serta asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhan atlet.

4. Bagi Penelitian Selanjutnya

Dilakukan penelitian dengan sampel yang lebih luas dan variabel yang lebih banyak agar hasil penelitian dapat lebih berkembang kembali sehingga hasilnya dapat dijadikan acuan untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan kajian teoretis mengenai kebugaran jasmani dan kecerdasan emosional di kalangan atlet.


(43)

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 84

DAFTAR PUSTAKA

Agustian, A. G. (2002) Kecerdasan emosi dan spiritual ESQ : emotional spiritual quotient berdasarkan 6 rukun Iman dan 5 rukun Islam. Jakarta: Arga Wijaya Persada.

Arikunto, S. (2006) Prosedur penelitian. Edisi ketigabelas. Jakarta: Rineka Cipta. Ashadi, K. (2007) Handout tes dan pengukuran penjas. [Online]. Tersedia di: http://www.kunjungashadi.wordpress.com [Diakses 10 Januari 2015].

Aunuddin. (2005) Model-model penelitian. [Online]. Tersedia di: http://www.metodepenelitian.wordpress.com [Diakses 15 Januari 2015].

Azhar, I. (2012) Hubungan kebugaran jasmani dengan keterampilan teknik bermain atlet sepak bola POMNAS JABAR tahun 2009. [Online]. Tersedia di: http://a-research.upi.edu [Diakses 10 Januari 2015].

Badudu, J.S. dan Zain, S.M. (2000) Kamus umum bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Bugiarto, S. (2009) Hubungan antara tingkat kebugaran jasmani dengan prestasi belajar PAI siswa kelas VI SD Negeri Pakahan I Jogonalan Klaten. [Online]. Tersedia di: http://digilib.uin-suka.ac.id [Diakses 10 Januari 2015].

Fithriyanal, U. (2012) Hubungan antara kesegaran jasmani, kecerdasan dan pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa kelas olahraga SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta tahun 2011/2012. [Online]. Tersedia di: http://www.distrodoc.com [Diakses 10 Januari 2015].

Ghozali, I. (2008) Structural equation modeling metode alternatif dengan partial least square. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Giriwijoyo, H.Y.S.S. dan Sidik, D. Z. (2012) Ilmu faal olahraga : fungsi tubuh manusia pada olahraga untuk kesehatan dan prestasi. Bandung: Rosdakarya. Goleman, D. (2000) Working with emotional intelligence (kecerdasan emosi untuk mencapai puncak prestasi). Edisi terjemah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hariyanti, R. (2005) Hubungan kecerdasan emosional dan kesegaran jasmani dengan hasil belajar siswa SMA Negeri 4 Tangerang. Jurnal Pendidikan Jasmani, 4 (1).


(44)

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hawari. (2006) Manajemen stres, cemas dan depresi. Jakarta: Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia.

Herlina, T. (2014) Pengaruh kebugaran jasmani terhadap prestasi belajar. [Online]. Tersedia di: http://www.thesecretblog.blogspot.com [Diakses 10 Januari 2015].

Huber, J.J. (2013) Applying educational psychology in coaching athletes. Champaign: Human Kinetics.

Ikmallulkarim. (2006) Hasil belajar pendidikan jasmani ditinjau dari motivasi belajar dan kemampuan motorik dasar. Skripsi, Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia.

Komarudin. (2013) Psikologi Olahraga. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Laksana, G. S. (2014) Hubungan kecerdasan emosional dan kesehatan mental dengan performa atlet dalam pertandingan bola basket. Tesis, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.

Mustaqim, R. (2014) Hubungan kecerdasan intelektual dan kebugaran jasmani dengan keterampilan teknik dasar futsal pada anggota UKM futsal UPI. [Online]. Tersedia di: http://repository.upi.edu [Diakses 10 Januari 2015].

Mutmainah, W. (2011) Hubungan antara hasil belajar pendidikan jasmani dengan tingkat kecerdasan emosional siswa SMP Negeri 29 Bandung. Skripsi, Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia. Nasution. (2006) Metode research. Jakarta: Bumi Aksara.

Nana, T. (2009) Pengaruh kecerdasan emosional terhadap minat berwirausaha mahasiswa program studi manajemen Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Jurnal Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2750 (3).

Nurhasan dan Cholil, D. H. (2013) Tes dan pengukuran keolahragaan. Bandung: Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia. Permana, F. I. (2015) Ayo berolah raga. Pikiran Rakyat, 22 Maret, hlm. 17.

Permana, S. C. (2014) Kontribusi kecerdasan emosional dan daya tahan otot terhadap hasil panjat tebing kategori rintisan. Skripsi, Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia.

Riduwan dan Kuncoro. (2011) Belajar mudah penelitian untuk guru-karyawan dan peneliti pemula. Bandung: Alfabeta.


(45)

86

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sekartaji, A. (2011) Kecerdasan emosional. [Online]. Tersedia di: http://www.arumsekartaji.wordpress.com [10 Januari 2015].

Simplefunbiz. (2012) Pengaruh kebugaran dengan kecerdasan anak. [Online]. Tersedia di: http://www.majalahwanitaonline.com [Diakses 10 Januari 2015]. Sudjana. dkk. (2006) Penelitian deskriptif. [Online]. Tersedia di: http://www.pengertiandaninfo.blogspot.com [18 Januari 2015].

Sudjana. (2002) Metoda statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2012) Metode penelitian kuantitatif kualitatif R & D. Bandung: Alfabeta.

Surakhmad, W. (2006) Pengantar penelitian ilmiah. Bandung: Tarsito.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013) Pedoman penulisan karya ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Press.

Yaumi, M. (2012) Pembelajaran berbasis multiple intelligences. Jakarta: Dian Rakyat.


(1)

74

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daerah Penerimaan Ho

Daerah penolakan Ho

0

-ttabel (/2; d df = n – k-l) + ttabel (/2; d df = n – k-l) Daerah

penolakan Ho

Significance < α = 0,05 Ho ditolak, berarti variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.

Significance < α = 0,05 Ho diterima berarti variabel independen secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.


(2)

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

82 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan kebugaran jasmani dengan kecerdasan emosional, artinya kebugaran jasmani memiliki kontribusi atau pengaruh yang signifikan dan positif terhadap kecerdasan emosional.

B. Saran

Setelah melakukan analisis terhadap data dan hasil penelitian, penulis merasa penelitian ini masih perlu disempurnakan. Oleh karena itu penulis memberikan saran yang bisa dijadikan masukan sebagai berikut :

1. Bagi Lembaga

Masih terdapat atlet yang temperamen dan kebugarannya belum optimal, oleh karena itu diperlukan partisipasi atau kontribusi lembaga untuk memperhatikan para atlet UKM secara umum mengenai kebugaran jasmani dan kecerdasan emosional dengan cara melakukan evaluasi keseluruhan baik pada atlet maupun pelatih.

2. Bagi Pelatih

Sebaiknya menyusun program latihan yang sesuai dengan kebutuhan para atlet terutama pada kondisi kebugaran jasmani yang berpengaruh terhadap kecerdasan emosional. Kebugaran jasmani akan menurun menjadi tidak baik jika tidak ada program yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan atlet sehingga akan berdampak pada kecerdasan emosional rendah.

3. Bagi Para Atlet

Sebaiknya para atlet meningkatkan dan mempertahankan kebugaran jasmani terutama menjelang pertandingan. Latihan saja tidak cukup untuk meningkatkan dan mempertahankan kebugaran jasmani, diperlukan gaya


(3)

83

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hidup sehat terutama istirahat serta asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhan atlet.

4. Bagi Penelitian Selanjutnya

Dilakukan penelitian dengan sampel yang lebih luas dan variabel yang lebih banyak agar hasil penelitian dapat lebih berkembang kembali sehingga hasilnya dapat dijadikan acuan untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan kajian teoretis mengenai kebugaran jasmani dan kecerdasan emosional di kalangan atlet.


(4)

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

84

DAFTAR PUSTAKA

Agustian, A. G. (2002) Kecerdasan emosi dan spiritual ESQ : emotional spiritual

quotient berdasarkan 6 rukun Iman dan 5 rukun Islam. Jakarta: Arga Wijaya

Persada.

Arikunto, S. (2006) Prosedur penelitian. Edisi ketigabelas. Jakarta: Rineka Cipta. Ashadi, K. (2007) Handout tes dan pengukuran penjas. [Online]. Tersedia di: http://www.kunjungashadi.wordpress.com [Diakses 10 Januari 2015].

Aunuddin. (2005) Model-model penelitian. [Online]. Tersedia di: http://www.metodepenelitian.wordpress.com [Diakses 15 Januari 2015].

Azhar, I. (2012) Hubungan kebugaran jasmani dengan keterampilan teknik

bermain atlet sepak bola POMNAS JABAR tahun 2009. [Online]. Tersedia di:

http://a-research.upi.edu [Diakses 10 Januari 2015].

Badudu, J.S. dan Zain, S.M. (2000) Kamus umum bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Bugiarto, S. (2009) Hubungan antara tingkat kebugaran jasmani dengan prestasi

belajar PAI siswa kelas VI SD Negeri Pakahan I Jogonalan Klaten. [Online].

Tersedia di: http://digilib.uin-suka.ac.id [Diakses 10 Januari 2015].

Fithriyanal, U. (2012) Hubungan antara kesegaran jasmani, kecerdasan dan

pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa kelas olahraga SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta tahun 2011/2012. [Online]. Tersedia di:

http://www.distrodoc.com [Diakses 10 Januari 2015].

Ghozali, I. (2008) Structural equation modeling metode alternatif dengan partial

least square. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Giriwijoyo, H.Y.S.S. dan Sidik, D. Z. (2012) Ilmu faal olahraga : fungsi tubuh

manusia pada olahraga untuk kesehatan dan prestasi. Bandung: Rosdakarya.

Goleman, D. (2000) Working with emotional intelligence (kecerdasan emosi

untuk mencapai puncak prestasi). Edisi terjemah. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Hariyanti, R. (2005) Hubungan kecerdasan emosional dan kesegaran jasmani dengan hasil belajar siswa SMA Negeri 4 Tangerang. Jurnal Pendidikan Jasmani, 4 (1).


(5)

85

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hawari. (2006) Manajemen stres, cemas dan depresi. Jakarta: Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia.

Herlina, T. (2014) Pengaruh kebugaran jasmani terhadap prestasi belajar. [Online]. Tersedia di: http://www.thesecretblog.blogspot.com [Diakses 10 Januari 2015].

Huber, J.J. (2013) Applying educational psychology in coaching athletes. Champaign: Human Kinetics.

Ikmallulkarim. (2006) Hasil belajar pendidikan jasmani ditinjau dari motivasi

belajar dan kemampuan motorik dasar. Skripsi, Fakultas Pendidikan Olahraga

dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia.

Komarudin. (2013) Psikologi Olahraga. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Laksana, G. S. (2014) Hubungan kecerdasan emosional dan kesehatan mental

dengan performa atlet dalam pertandingan bola basket. Tesis, Sekolah

Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.

Mustaqim, R. (2014) Hubungan kecerdasan intelektual dan kebugaran jasmani

dengan keterampilan teknik dasar futsal pada anggota UKM futsal UPI. [Online].

Tersedia di: http://repository.upi.edu [Diakses 10 Januari 2015].

Mutmainah, W. (2011) Hubungan antara hasil belajar pendidikan jasmani

dengan tingkat kecerdasan emosional siswa SMP Negeri 29 Bandung. Skripsi,

Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia. Nasution. (2006) Metode research. Jakarta: Bumi Aksara.

Nana, T. (2009) Pengaruh kecerdasan emosional terhadap minat berwirausaha mahasiswa program studi manajemen Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Jurnal

Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2750 (3).

Nurhasan dan Cholil, D. H. (2013) Tes dan pengukuran keolahragaan. Bandung: Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia. Permana, F. I. (2015) Ayo berolah raga. Pikiran Rakyat, 22 Maret, hlm. 17.

Permana, S. C. (2014) Kontribusi kecerdasan emosional dan daya tahan otot

terhadap hasil panjat tebing kategori rintisan. Skripsi, Fakultas Pendidikan

Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia.

Riduwan dan Kuncoro. (2011) Belajar mudah penelitian untuk guru-karyawan


(6)

Salaamun Eka, 2015

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGANKECERDASAN EMOSIONAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sekartaji, A. (2011) Kecerdasan emosional. [Online]. Tersedia di: http://www.arumsekartaji.wordpress.com [10 Januari 2015].

Simplefunbiz. (2012) Pengaruh kebugaran dengan kecerdasan anak. [Online]. Tersedia di: http://www.majalahwanitaonline.com [Diakses 10 Januari 2015]. Sudjana. dkk. (2006) Penelitian deskriptif. [Online]. Tersedia di: http://www.pengertiandaninfo.blogspot.com [18 Januari 2015].

Sudjana. (2002) Metoda statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2012) Metode penelitian kuantitatif kualitatif R & D. Bandung: Alfabeta.

Surakhmad, W. (2006) Pengantar penelitian ilmiah. Bandung: Tarsito.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013) Pedoman penulisan karya ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Press.

Yaumi, M. (2012) Pembelajaran berbasis multiple intelligences. Jakarta: Dian Rakyat.