Koalisi Versus BLT.
.
o Senin
[(OMPAS
Selasa
0
Rabu
('\ Kamis
8
4560
20
21
OMar
.Apr
22
9
23
OMei
(1 Jumat
10
;4
()Ju(J
11
25
OJul
...----
o Sabtu
12
o Minggu
13
26
27
0 Ags
OSep
14
28
OOkt
15
29
ONov
16
30
31
ODes
Koalisi lkrsus BLT
Oleh
-- --. - ---
SUWANDI
SUMARTIAS
-. -..-.-.
P
raktikkOalisi diramaikan oleh elite politikyangsedangterobsesi nikmatnyakekuasaan sebagai kepentingan praktis dalam birokrasi. Koalisi merupakan
wujud perilaku pragmatis elite politikuntuk mengejar ambisinya. 1nidisebabkan oleh berbagai pertimbangan, baik ketidakpercayaan diri, ketidaklakuan program partai politik, minimnya dukungan rakyatpemilih, maupun bisajadi karena
kesadaran bahwa parpol tidak akan meraih suarasignifikan.
Faktor ideologi,keyakinan, bu- litik yang belum mampu mengendaya politik, dan loyalitas anggota taskan masyarakat dari kemiskinparpol atau konstituen menjadi an dan penderitaan rakyat itu sensesuatu yangtidaklagi perlu diper- diri.
hitungkan eksistensinya, atau suaRakyat dari kelompok sosial
ra rakyat pemilib hanyaiah suatu mana pun akan senang dengan sekumpulan angka untuk memulus- gala bentuk gratifikasi atau pemkan elite meraih obsesinya.Rakyat berian dan bantuan tunai yang
kembali menjadi penonton tanpa gratis sekalipun keeil.Budaya kemengalami perubahan dalam ke- tergantungan terhadap pihak-pihidupannya. Fenomenakemiskinhak pemilik modal dan kekuasaan
an, pengangguran, praktik KKN, menjadi marak ditampilkan dedan krisis lainnya terus-menerus
ngan sengaja dan terencana pada
mengemuka.
tingkat makro (internasional) dan
Demikian juga program bantu- level mikro (nasional); hubungan
an langsungtunai (BLT)yangtelah antara negara (elite politikjbirolama menjadi program pemerin- krasi) dan rakyatnya.
tah dalam upaya praktis "memKoalisi dan BLT merupakan
bantu" masyarakat kurang berun- upaya kolaborasi yang direkayasa,
tung kini menjadi santapan media tidak hanya sebagaikomoditas poyang menimbulkan pro-kontrakalitik, tetapijuga menjadi hitungan
rena timing-nya kurang tepat, da- sosial politik yang teramat kalkulam suasana kampanye Pemilu latifyangkini ditampilkan elite po2009. Apalagi,elite politik sedang litik. Kebohongan sejarah, yang
bertarung mewacanakan BLT,se- manipulatif atas dosa-dosa politik
mentara rakyat miskin tetap antre masa lalu dalam praksis politik,sedan menjadi tontonan khalayak akan dapat disulap dengan gemerramai. BLTmenjadi komoditas po- lapnya tawaran danjanji politik sa~........
_.~-
-
at kampanye yang sarat dengan
jargon politikyang retoris dan amfisial.
jur, karismatik, punya integritas
pribadi dan idealisme yang dieintai dan dirindukan rakyatnya. Rakyat sudahjenuh dan bosan dengan
Pertaruhan naslb bangsa
berbagai perilaku elite birokraPraktik koalisiditampilsi dan parpol yang hanya
mengumbar janji dekan elite parpol yangterlepas dari batas dan
ngan sedikitbukti.
Melalui
Pemilu
ikatan ideologi parpol
dan kepercayaan rak2009, berbagai pertaruhan nasib rakyat
yat pemilib. Adapun
BLTpun dalam ranah
dan negara bukan lagi
kampanye tak ada bedaarena petualangan dan
pereobaan untuk berkuanya dengan praktik koalisi. Yang membedakan adalah
LUHUR
sa. Krisis multidimensi yang
sedang melanda negara ini akan
hanyapadasasaran rakyatmiskin
ditentukan pada pemilu kaliini.
yangmenjadi obyekelite politik.
Hakikat pemilu adalah memilib
Substansi politik yang perlu didan melahirkan kepemimpinan perhatikan. para ealon presiden
politik yang berdaulat karena rak- dan calon anggota legislatif pada
yat memberikan mandat untuk Pemilu 2009 tidak sekadar praktik
mengurus segala kebutuhan dan koalisi dan BLT,tetapi sejauh mapersoalan yang dihadapi dan di- na para kontestan politik memiliki
percayakan langsung melalui pe- kesungguhan, komitmen, dan kemilu. Eksistensi kepemimpinan berpihakannya pada persoalan
politik melalui parpol pun seyogia- yang sedang dihadapi mayoritas
nya berada dalam visi-misi yang rakyat dalam konteks kenegaraan
sama dalam koridor ideologi poli- yang sedang bermasalah dalam
tik hasil kesepakatan bersama un- berbagai dimensi. Hal itu antara
tuk membangun sebuah negara lain pandangan,gagasan,danjalan
(pemerintahan) yang kuat, mandi- yang akan ditempuh para eapres
ri,dan memilikiharga diri. Dengan dan caleg dalam mengatasi persodemikian, akan' lahir pemimpin alan maraknya KKNdi tubuh biroyangkuat pula dengan basis utama krasi, kemiskinan, pengangguran,
kedaulatan dan kepercayaan rak- dekadensi moral, dan lain sebagainya.
yat.
Persoalan utama saat ini adalah
Reformasi yang telah berlangakankah praksis politik melalui sung satu dasawarsa sejatinya
Pemilu 2009 mampu mendorong menghasilkan perubahan signifilahirnya tokoh atau calon pemim- kan pada perbaikan kehidupan
pin politikyangkuatlahir batin,ju- rakyat dalam tataran berbangsa-
"---"-
-Kliping
Humos
--
Unpoc'
--
2009-
bernegara. Namun, kini refonnasi
menjadi ajang pertarungan elite.
politik yangjauh dari perilaku politik yang substansial, bennoral,
apalagibennartabat.
Yang tumbuh subur adalah perilaku politik yang teramat pragmatis, instan, dan teralienasi dari
tanggung jawab moral dan sosial.
Situasiini merambah secara masif
di berbagai tingkatan sosial kemasyarakatan dengan label agama,
akademisi, hukum, pendidik, dan
lain sebaginya.
Bukan fenomena bani
Sejarah politik praktis di Indonesia dan taktikkoalisi elite parpol
bukanlah fenomena baru. Sejak
Pemilu 1955,dengan demokrasi liberal, terbentuk koalisi yang tak
bertahan lama dan sangat rapuh.
Pada era refonnasi, koalisi yang
terjadi pun tak lamabertahan (1(0alisi Kebangsaan) kecuali Koalisi
Kerakyatan yang mendukung pemerintahan sekarang yang dapat
dibilang cukup bertahan sampai
Pemilu 2009 kendatipun kini koalisi tersebut mulai pecah.
Koalisi parpol tak ada bedanya
dengan wacana politisasi BLT.Semua adalah pennainan politik elite dalam ranah situasi berbeda.
Keduanya tak menyentuh substansi politik tentang perubahan
ke arah lebih baik dan signifikan,
minimal rakyat tak lagi antre dengan pemiskinan yang sedang berlangsung, sementara elite sibuk
sendiri dengan praktik koalisi.
Pemimpin politik yang dicari
melalui koalisi adalah yang dapat
membangun dan menguatkan kesadaran dan keyakinan bahwa Indonesia sebagai bangsa berdaulat
sanggup hidup dari kekuatan sendiri. Bukan berada dalam tekanan
atau menjadi subordinat negaranegara kapitalis, yang tidak memberi pencerahan nasional kecuali
ketergantungan dan utang negara
yang dinikmati elite birokrasi, tetapi menyengsarakan rakyat.
BLTadalah prototipe dari kondisi nyata rakyat Indonesia. Jika
koalisi dimaksudkan untuk membentuk pemerintahan yang kuat
dan mandiri, rakyat pun harus
menjadi pertimbangan sebagaisu~
byekdan merasakandampakpositif dari koalisi tersebut. Dengan
demikian, kebijakan yang muncul
dalam praksis kenegaraan adalah
kebijakan yang merepresentasikan kepentingan rakyat. Bukan sebaliknya,sosokelite birokrasi yang
senantiasa lupa daratan, ~
dan pragmatis, seperti kebijakan
BLTatau kebijakan tambal sulam
lainnya.
Selamat berpemilu dan berkoalisilah dengan penuh tanggungjawab untuk keberlangsungan pemerintahan dan negara yang berdaulat dan sejahtera. Berikan generasi berikutnya tontonan dan
teladan yangbaik dan dewasa!
SUWANDISUMARTIAS
StalPengajar
Komunikasi Politik Fikom
UniversitasPadjadjaran
o Senin
[(OMPAS
Selasa
0
Rabu
('\ Kamis
8
4560
20
21
OMar
.Apr
22
9
23
OMei
(1 Jumat
10
;4
()Ju(J
11
25
OJul
...----
o Sabtu
12
o Minggu
13
26
27
0 Ags
OSep
14
28
OOkt
15
29
ONov
16
30
31
ODes
Koalisi lkrsus BLT
Oleh
-- --. - ---
SUWANDI
SUMARTIAS
-. -..-.-.
P
raktikkOalisi diramaikan oleh elite politikyangsedangterobsesi nikmatnyakekuasaan sebagai kepentingan praktis dalam birokrasi. Koalisi merupakan
wujud perilaku pragmatis elite politikuntuk mengejar ambisinya. 1nidisebabkan oleh berbagai pertimbangan, baik ketidakpercayaan diri, ketidaklakuan program partai politik, minimnya dukungan rakyatpemilih, maupun bisajadi karena
kesadaran bahwa parpol tidak akan meraih suarasignifikan.
Faktor ideologi,keyakinan, bu- litik yang belum mampu mengendaya politik, dan loyalitas anggota taskan masyarakat dari kemiskinparpol atau konstituen menjadi an dan penderitaan rakyat itu sensesuatu yangtidaklagi perlu diper- diri.
hitungkan eksistensinya, atau suaRakyat dari kelompok sosial
ra rakyat pemilib hanyaiah suatu mana pun akan senang dengan sekumpulan angka untuk memulus- gala bentuk gratifikasi atau pemkan elite meraih obsesinya.Rakyat berian dan bantuan tunai yang
kembali menjadi penonton tanpa gratis sekalipun keeil.Budaya kemengalami perubahan dalam ke- tergantungan terhadap pihak-pihidupannya. Fenomenakemiskinhak pemilik modal dan kekuasaan
an, pengangguran, praktik KKN, menjadi marak ditampilkan dedan krisis lainnya terus-menerus
ngan sengaja dan terencana pada
mengemuka.
tingkat makro (internasional) dan
Demikian juga program bantu- level mikro (nasional); hubungan
an langsungtunai (BLT)yangtelah antara negara (elite politikjbirolama menjadi program pemerin- krasi) dan rakyatnya.
tah dalam upaya praktis "memKoalisi dan BLT merupakan
bantu" masyarakat kurang berun- upaya kolaborasi yang direkayasa,
tung kini menjadi santapan media tidak hanya sebagaikomoditas poyang menimbulkan pro-kontrakalitik, tetapijuga menjadi hitungan
rena timing-nya kurang tepat, da- sosial politik yang teramat kalkulam suasana kampanye Pemilu latifyangkini ditampilkan elite po2009. Apalagi,elite politik sedang litik. Kebohongan sejarah, yang
bertarung mewacanakan BLT,se- manipulatif atas dosa-dosa politik
mentara rakyat miskin tetap antre masa lalu dalam praksis politik,sedan menjadi tontonan khalayak akan dapat disulap dengan gemerramai. BLTmenjadi komoditas po- lapnya tawaran danjanji politik sa~........
_.~-
-
at kampanye yang sarat dengan
jargon politikyang retoris dan amfisial.
jur, karismatik, punya integritas
pribadi dan idealisme yang dieintai dan dirindukan rakyatnya. Rakyat sudahjenuh dan bosan dengan
Pertaruhan naslb bangsa
berbagai perilaku elite birokraPraktik koalisiditampilsi dan parpol yang hanya
mengumbar janji dekan elite parpol yangterlepas dari batas dan
ngan sedikitbukti.
Melalui
Pemilu
ikatan ideologi parpol
dan kepercayaan rak2009, berbagai pertaruhan nasib rakyat
yat pemilib. Adapun
BLTpun dalam ranah
dan negara bukan lagi
kampanye tak ada bedaarena petualangan dan
pereobaan untuk berkuanya dengan praktik koalisi. Yang membedakan adalah
LUHUR
sa. Krisis multidimensi yang
sedang melanda negara ini akan
hanyapadasasaran rakyatmiskin
ditentukan pada pemilu kaliini.
yangmenjadi obyekelite politik.
Hakikat pemilu adalah memilib
Substansi politik yang perlu didan melahirkan kepemimpinan perhatikan. para ealon presiden
politik yang berdaulat karena rak- dan calon anggota legislatif pada
yat memberikan mandat untuk Pemilu 2009 tidak sekadar praktik
mengurus segala kebutuhan dan koalisi dan BLT,tetapi sejauh mapersoalan yang dihadapi dan di- na para kontestan politik memiliki
percayakan langsung melalui pe- kesungguhan, komitmen, dan kemilu. Eksistensi kepemimpinan berpihakannya pada persoalan
politik melalui parpol pun seyogia- yang sedang dihadapi mayoritas
nya berada dalam visi-misi yang rakyat dalam konteks kenegaraan
sama dalam koridor ideologi poli- yang sedang bermasalah dalam
tik hasil kesepakatan bersama un- berbagai dimensi. Hal itu antara
tuk membangun sebuah negara lain pandangan,gagasan,danjalan
(pemerintahan) yang kuat, mandi- yang akan ditempuh para eapres
ri,dan memilikiharga diri. Dengan dan caleg dalam mengatasi persodemikian, akan' lahir pemimpin alan maraknya KKNdi tubuh biroyangkuat pula dengan basis utama krasi, kemiskinan, pengangguran,
kedaulatan dan kepercayaan rak- dekadensi moral, dan lain sebagainya.
yat.
Persoalan utama saat ini adalah
Reformasi yang telah berlangakankah praksis politik melalui sung satu dasawarsa sejatinya
Pemilu 2009 mampu mendorong menghasilkan perubahan signifilahirnya tokoh atau calon pemim- kan pada perbaikan kehidupan
pin politikyangkuatlahir batin,ju- rakyat dalam tataran berbangsa-
"---"-
-Kliping
Humos
--
Unpoc'
--
2009-
bernegara. Namun, kini refonnasi
menjadi ajang pertarungan elite.
politik yangjauh dari perilaku politik yang substansial, bennoral,
apalagibennartabat.
Yang tumbuh subur adalah perilaku politik yang teramat pragmatis, instan, dan teralienasi dari
tanggung jawab moral dan sosial.
Situasiini merambah secara masif
di berbagai tingkatan sosial kemasyarakatan dengan label agama,
akademisi, hukum, pendidik, dan
lain sebaginya.
Bukan fenomena bani
Sejarah politik praktis di Indonesia dan taktikkoalisi elite parpol
bukanlah fenomena baru. Sejak
Pemilu 1955,dengan demokrasi liberal, terbentuk koalisi yang tak
bertahan lama dan sangat rapuh.
Pada era refonnasi, koalisi yang
terjadi pun tak lamabertahan (1(0alisi Kebangsaan) kecuali Koalisi
Kerakyatan yang mendukung pemerintahan sekarang yang dapat
dibilang cukup bertahan sampai
Pemilu 2009 kendatipun kini koalisi tersebut mulai pecah.
Koalisi parpol tak ada bedanya
dengan wacana politisasi BLT.Semua adalah pennainan politik elite dalam ranah situasi berbeda.
Keduanya tak menyentuh substansi politik tentang perubahan
ke arah lebih baik dan signifikan,
minimal rakyat tak lagi antre dengan pemiskinan yang sedang berlangsung, sementara elite sibuk
sendiri dengan praktik koalisi.
Pemimpin politik yang dicari
melalui koalisi adalah yang dapat
membangun dan menguatkan kesadaran dan keyakinan bahwa Indonesia sebagai bangsa berdaulat
sanggup hidup dari kekuatan sendiri. Bukan berada dalam tekanan
atau menjadi subordinat negaranegara kapitalis, yang tidak memberi pencerahan nasional kecuali
ketergantungan dan utang negara
yang dinikmati elite birokrasi, tetapi menyengsarakan rakyat.
BLTadalah prototipe dari kondisi nyata rakyat Indonesia. Jika
koalisi dimaksudkan untuk membentuk pemerintahan yang kuat
dan mandiri, rakyat pun harus
menjadi pertimbangan sebagaisu~
byekdan merasakandampakpositif dari koalisi tersebut. Dengan
demikian, kebijakan yang muncul
dalam praksis kenegaraan adalah
kebijakan yang merepresentasikan kepentingan rakyat. Bukan sebaliknya,sosokelite birokrasi yang
senantiasa lupa daratan, ~
dan pragmatis, seperti kebijakan
BLTatau kebijakan tambal sulam
lainnya.
Selamat berpemilu dan berkoalisilah dengan penuh tanggungjawab untuk keberlangsungan pemerintahan dan negara yang berdaulat dan sejahtera. Berikan generasi berikutnya tontonan dan
teladan yangbaik dan dewasa!
SUWANDISUMARTIAS
StalPengajar
Komunikasi Politik Fikom
UniversitasPadjadjaran