Wisata Alam Pangandaran.

KOMPAS
o Sela:;a
123
,17

18

~\CO Jan

4

19

0

5
20

o Mar

Peb


0
6

21.

OApr

0

Rabu

A
~

8

9

23


.Mei

.

Kamis

OJun

10
24

Jumat

11
25

OJul

o Sabtu 0 i1inggu

12

26

13
27

0 Ags OSep

14
28

OOkt

15
29
ONov

16
30

ODes

WisataAZam Pangandaran
Ole

~
.

h J 0 HA

N

I S K AND

A R

wasan Taman WisataAlam Pangandaran di Kabu-

paten Ciamistelah terkenal sejaklamasebagaisalah
atu obyekwisata alam di Jawa Baratselatan. Ka-


wasan hutan wisata dengan luas sekitar 37,70 hektartersebut
memiliki berbagai obyekwisata alam yangunik dan menarik
Meski pada tahun 2006 sepi
pengunjung akibat bencana tsunami, kini kegiatan wisata alam
Pangandaran mulai menggeliat
kembali. Maka, demi menjaga bisnis wisata alam Pangandaran yang
keberlanjutan, seyogianya pengelolaan berbasis ekowisata perlu dilakukan secara saksama.
Berdasarkan sejarah, sebelum
tahun 1920-an kawasan hutan Pananjung Pangandaran merupakan
kawasan perladangan (huma)
penduduk lokal. Tahun 1921Residen Priangan YEyeken mengusulkan agar kawasan hutan Pananjung Pangandaran dijadikan sebagaikawasan berburu satwa liar.
Pada masa itu diintroduksikan
seekor banteng (Bos javanicus)
jantan dan lima ekor betina beserta beberapa ekor rusa (CelVUStimorensis) betiria di kawasan hutan Pangandaran. Tigabelas tahun
kemudian, status kawasan berburu satwa tersebut diubah oleh Gube~ur Hindia Belandadengan Surat Keputusan Gubernur Jenderal
Hindia Belanda (Besluiten den
Govern Geheraal van Nederlandsch) Nomor 9 (Staatsblad No
669) tertanggal 7 Desember 1934
menjadi kawasan suaka margasatwa (wildreservaten) dengan luas

sekitar 475 hektar (ha).
Tahun 1961status kawasan Suaka Margasatwa Pangandaran diubah lagi menjadi kawasan cagar
alam melalui Surat Keputusan
Menteri
Pertanian
No
34/KMP/1961 tertanggal 20 April
1961.Sebagaidasar pertimbangannya, antara lain, di kawasan tersebut ditemukan jenis tumbuhan
langka dan unik, raflesia (Rafflesia
patma), pertama kali oleh Appleman tahun 1939.
Lantas, tahun 1978,dari totallu-

Kliping

as Cagar Alam Pangandaran sekitar 475ha, kira-kira 37,70ha di antaranya dijadikan kawasan wisata
alam dengan sebutan Taman Wisata Alam (TWA) Pangandaran.
Penetapannya melalui Sural. Keputusan Menteri Pertanian No
170jKPTS/3/1978 tertanggal 10
Maret 1978.
Kawasan TWA Pangandaran

tersebut memiliki berbagai obyek
wisata ekologi yang unik dan menarik dengan keanekaan flora dan
fauna, nilai geologisgoa alam dan
goa buatan Jepang, nilai historis
zaman Hindu, nilai legendaris
tempat keramat, dan kekhasan nelayan ikan.
Obyek wlsata
Kawasan' hutan TWA Pangandaran memiliki kekhasan dan keunikan bekas hutan sekunder tua,
sisa-sisapepohonan budidaya,dan
vegetasi pantai. Berbagai jenis
tumbuhan khas penyusunnya, antara lain,bayur (Pterospennumjavanicum), kiara (Ficus indica),jati
(Tectona grandis), mangga (Mangifera indica), rukem (Flacourtia
rukam), butun (Barringtoniaasiatica), nyamplung (Callophyllum
inophyllum), ketapang (Tenninalia catappa),dan warn (Hibiscus tiliacus).
Sementara itu, dengan adanya
kerimbunan hutan tersebut ditemukan pula aneka ragam fauna,
baik yang telah jinak, setengah jinak, maupun masih liar. Monyet
(Macaca fascicularis), misalnya,
merupakan binatang jinak yang
umum ditemukan di kawasan

TWA Pangandaran. Kelompok
monyet, meski biasa hidup di pepohonan, kerap pula turun ke tanah dan berinteraksi dengan pengunjung.

Humo~

Unpod

2009

31

biasanya dapat dipanggil keluar
dari lubang goa dan diberi makan,
seperti kacang suuk, oleh pengunjung.
Ekowisata

Bahkan di
antara monyet-monyet tersebut
banyak yang nakal. Misalnya, mereka merebut makanan di kantong
plastik atau tas yang dibawa pengunjung. Adapun beberapa kelompok lutung (Trichyptecus javanicus), kendati biasa.pula turun ke

tanah, tidak pemah nakal merebut
makanan pengunjung. Bahkan lutung-Iutung tersebut lebih sering
terlihat sedang mencarl makan
pucuk dedaunan ataupun istirahat
di pepohonan.
Binatang lain yang cukup jinak
dan mudah dijumpai di kawasan
TWA Pangandaran adalah rosa
(Cervus timorensis). Hewan tersebut biasa beIjalan berkelompok di
kawasan hutan wisata. Bisanyakelompok rosa tersebut didominasi
hewan betina dengan beberapa hewan jantan. Rusa jantan memiliki
tanda sangat khas, seperti tanduk
bercabang. Pada sore hari rosa tersebut biasa merumput di kawasan
luar hutan taman wisata.
Bahkan sebagian dari rosa tersebut pada sore atau malam hari
juga menjelajah jauh ke luar kawasan hutan. Mereka biasa masuk
ke halaman hotel di pantai barat
atau timur Pangandaran. Sementara aneka ragam burung lebih banyak terdengar kicauannya daripada terlihat wujudnya di berbagai
kawasan hutan taman wisata.
Burung carang-cararig (Megalema

armillaris),tulungtumpuk (Mega-

laemajavensis), dan butut-butut (Megalaema
corvina),
misalnya, lebih terdengar suaranya
yangkhasdiberbagaitempat
Selain itu, beberapa burung lain, seperti kangkareng
(Anthracoceros
albirostris),
biasa disaksikan sedang mencarl makan buah-buahan di
pohon kiara ataupun sedang
beristirahat di pohon gebang
(Corypa utan) dan pohon. jati
di pinggiran padang rumput
Cikamal.
Pengunjung dapat pula menikmati keunikan berbagai obyek bernilai historis di kawasan
TWA Pangandaran, seperti Batu
Kalde, situs peninggalan zaman
Hindu. Adapun keunikan nilai
geologisantara lain dapat disaksikan di goa alam dan goabuatan

tentara Jepang sisa Perang Dunia II. Diantara goa-goatersebut
dikenal pula yang memiliki nilai
legendaris dan dikeramatkan,
misalnya Goa Lanang dan Goa
Parat.
Selain itu, di dalam Goa Parat
pengunjungjuga dapat menyaksikan landak (Histryxjavanica) yang
cukup jinak. Binatang tersebut

Kawasan TWA Pangandaran
dan sekitamya telah menjadi andalan wisata alam di
Jawa Barat selatan
serta ramai dikunjungi wisatawan pada
hari libur. Karena itu,
tidak mengherankan,
kegiatan
wisata Pangandaran tersebut telah
menyumbang sekitar Rp 2
miliar per
tahun atau
6 persen dari pendapatan
asli daerah Ciamis (Kompas Jabar, 6/5/2009).
Namun, sayang. secara
umum pengelolaan wisata
alam tersebut cenderung
kurang baik karena masih
mengabaikan prinsip ekowisata. Hal itu antara lain
terlihat dari masih rendahnya keterlibatan penduduk
lokal untuk mendapatkan
keuntungan sosial ekonomi
demi meningkatkan upaya
mereka dalam kOnseIVasi
industri wisataalam.
Karena itu, upaya pengelolaan berbasis ekowisata dengan melibatkan
berbagai pemangku kepentingan, seperti Balai
KonseIVasiSumber Daya Alam Resor Pangandaran, Perum Perhutani,
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Ciamis, kelompok nelayan 10kal,perkumpulan pemandu wisata
lokal,dan pedaganglokal.
JOHANISKANDAR
StafDosen Biologidan
Peneliti PPSDALLPPMUnpad