Tipologi Pengunjung Berdasarkan Jenis Gangguan di Taman Wisata Alam dan Cagar Alam Pananjung Pangandaran

TIPOLOGI PENGUNJUNG BERDASARKAN JENIS GANGGUAN
DI TAMAN WISATA ALAM DAN CAGAR ALAM
PANANJUNG PANGANDARAN

FITRI KOMALASARI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Tipologi Pengunjung
Berdasarkan Jenis Gangguan di Taman Wisata Alam dan Cagar Alam Pananjung
Pangandaran adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015
Fitri Komalasari
NIM E34090078

ABSTRAK
FITRI KOMALASARI. Tipologi Pengunjung Berdasarkan Jenis Gangguan di
Taman Wisata Alam dan Cagar Alam Pananjung Pangandaran. Dibimbing oleh
ARZYANA SUNKAR dan EVA RACHMAWATI.
Tipologi pengunjung berdasarkan jenis gangguan penting untuk
perencanaan wisata. Penelitian dilakukan di Pananjung Pangandaran pada Juni
2014. Gangguan yang teramati adalah mengambil bunga, mengambil jamur,
membakar kayu, memberi makan satwaliar, mengusir monyet, mengambil pasir,
mengkoleksi berbagai biota laut termasuk batu karang, kulit kerang, ikan dan
lainnya. Kelas umur, teman perjalanan, motivasi berkunjung, frekuensi kunjungan
dan lama kunjungan adalah karakteristik pengunjung yang paling berpengaruh
terhadap gangguan. Terdapat perbedaan karakteristik dari kelima karakteristik
tersebut pada lokasi wisata pantai dan area terbuka, sehingga tipologi pengunjung
berdasarkan jenis gangguan di Pananjung Pangandaran adalah: tipologi

pengunjung pantai dibagi menjadi tipe player, family, beach visitor, first timer dan
long stay, sedangkan tipologi pengunjung area terbuka dibagi menjadi active
enjoyment of nature, friends, comfortable naturalist, frequent visitor dan long
stay.
Kata kunci: Pananjung Pangandaran, tipologi pengunjung, gangguan, perencanaan
wisata, kawasan konservasi

ABSTRACT
FITRI KOMALASARI. Visitors Typology Based on Types of Disturbance in
Pananjung Pangandaran Nature Recreation Park and Strict Nature Reserve.
Supervised by ARZYANA SUNKAR and EVA RACHMAWATI.
Building visitors typology based on disturbance types is important for
tourism planning in protected area. Research was conducted in Pananjung
Pangandaran in June 2014. Disturbances that were observed include: flower
picking, mushroom collection, wood burning, wildlife feeding, chasing monkey,
sand dredging, collections of various marine life including coral, shell, fish and
other marine creatures. A direct relationship could be observed between visitor
characteristics and types of disturbances. The results emphasized the importance
of age class, visitor group, main motivation for visiting, visit frequency and time
spent in an area. The sub-characteristics of these characteristics varied with

primary attractions, i.e beach and open area. Visitor typology in Pananjung
Pangandaran based on disturbance types in beach area were player, family, beach
visitor, first timer and long stay types, while for open area comprised of active
enjoyment of nature type, friends, comfortable naturalist, frequent and long stay
types.
Keywords: Pananjung Pangandaran, visitor typology, disturbance, visitor
management, protected area.

TIPOLOGI PENGUNJUNG BERDASARKAN JENIS GANGGUAN
DI TAMAN WISATA ALAM DAN CAGAR ALAM
PANANJUNG PANGANDARAN

FITRI KOMALASARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata


DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Tipologi Pengunjung Berdasarkan Jenis Gangguan di Taman
Wisata Alam dan Cagar Alam Pananjung Pangandaran
Nama
: Fitri Komalasari
NIM
: E34090078

Disetujui oleh

Dr Ir Arzyana Sunkar, MSc
Pembimbing I

Eva Rachmawati, SHut, MSi
Pembimbing II


Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul Tipologi Gangguan
Berdasarkan Karakteristik Pengunjung di Taman Wisata Alam dan Cagar Alam
Pananjung Pangandaran berhasil diselesaikan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada suami ku tersayang (Akbar Sumirto,
SHut) yang selalu memberi masukan, semangat, doa dan kesabarannya, mamah ku
tersayang (inspirasi dan penyejuk hati), bapa, kaka Razqa, a Fajar, adik-adik ku
(Fauzi dan Fayyadh) tercinta atas doa, perhatian, kasih sayang dan semangatnya.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Dr Ir Arzyana Sunkar, MSc
dan Ibu Eva Rachmawati, SHut, MSi selaku pembimbing yang telah banyak
memberi saran dan arahan selama penelitian berlangsung dan dalam penulisan

skripsi ini, serta kepada Bapak Dr Ir Iwan Hilwan, MSc selaku dosen penguji
yang telah memberikan ilmu dan nasihatnya. Di samping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada pihak Resort Pangandaran (Pak Yana, a Ona, Pak Bambang
dan keluarga, a Deni, Pak Ence dan seluruh staf Resort pangandaran) yang telah
membantu selama pengumpulan data. Penulis mengungkapkan rasa terima kasih
kepada Intan Purnamasari, Reni Anggraeni, teman-teman Wisma Kilimanjaro
(Desca, Linda, Tami dan Yuli) dan Romi Prasetyo atas bantuannya, seluruh
keluarga besar DKSHE, Himakova dan Anggrek hitam 46, serta anomers (mami
Lusi, atew, Afni dan Zen) atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya
ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2015
Fitri Komalasari

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR


vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian


1

Batasan Penelitian

2

METODE

2

Waktu dan Lokasi

2

Alat dan Instrumen

2

Jenis Data


2

Metode Pengumpulan Data

3

Analisis Data

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4

Karakteristik Pengunjung

4

Aktivitas Wisata di Kawasan Konservasi Pananjung Pangandaran


5

Gangguan di TWA dan CA Pananjung Pangandaran

6

Korelasi Jenis Gangguan dengan Karakteristik Pengunjung

10

Tipologi Pengunjung Berdasarkan Jenis Gangguan

17

Tantangan dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi Pananjung
Pangandaran

19


SIMPULAN DAN SARAN

20

Simpulan

21

Saran

21

DAFTAR PUSTAKA

22

LAMPIRAN

2

DAFTAR TABEL
Jenis data yang dikumpulkan
Proporsi responden penelitian
Korelasi mengambil bunga dengan karakteristik pengunjung
Korelasi membakar kayu dengan karakteristik pengunjung
Korelasi mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu dengan
karakteristik pengunjung
6 Korelasi memainkan alat musik dan membunyikan musik keras-keras
7 Korelasi mengambil ikan dan biota laut lainnya dengan karakteristik
pengunjung
8 Korelasi mengambil pasir dengan karakteristik pengunjung
9 Korelasi mengambil batu karang dengan karakteristik pengunjung
10 Korelasi mengambil cangkang kerang dengan karakteristik pengunjung
11 Tipologi pengunjung berdasarkan jenis gangguan
12 Perencanaan wisata di Pananjung Pangandaran berdasarkan tipologi
pengunjung
1
2
3
4
5

3
3
10
11
12
13
14
15
15
16
17
20

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8

Lokasi penelitian
Karakteristik pengunjung di TWA dan CA Pananjung Pangandaran
Peta sebaran gangguan di TWA dan CA Pananjung
Aktivitas pengunjung terhadap tumbuhan: (a) Gangguan mengambil
Perubahan perilaku satwaliar: (a) perilaku makan monyet ekor panjang,
(b) perilaku makan rusa timor, (c) perilaku sosial lutung jawa
Kegiatan yang membunyikan musik keras-keras: (a) Aerobik, (b)
outbond
Aktivitas pengunjung mengambil ikan dan biota laut lainnya: (a)
pengambilan ikan di CA, (b) Contoh hasil pengambilan biota laut
Papan larangan di Pantai Pasir Putih

2
5
7
8
9
13
14
16

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Karakteristik pengunjung di TWA dan CA Pananjung Pangandaran
Hasil analisis uji chi-square antara mengambil bunga dengan
karakteristik pengunjung
Hasil analisis uji chi-square antara membakar kayu dengan karakteristik
pengunjung
Hasil analisis uji chi-square antara mengambil jamur dengan
karakteristik pengunjung
Hasil analisis uji chi-square antara memberi makan satwaliar dengan
karakteristik pengunjung

25
26
26
27
27

Hasil analisis uji chi-square antara mengusir monyet menggunakan
tongkat dan batu dengan karakteristik pengunjung
7 Hasil analisis uji chi-square antara memainkan alat musik dan
membunyikan musik keras-keras dengan karakteristik pengunjung
8 Hasil analisis uji chi-square antara mengambil ikan dan biota laut
lainnya dengan karakteristik pengunjung
9 Hasil analisis uji chi-square antara mengambil pasir dengan
karakteristik pengunjung
10 Hasil analisis uji chi-square antara mengambil batu karang dengan
karakteristik pengunjung
11 Hasil analisis uji chi-square antara mengambil cangkang kerang dengan
karakteristik pengunjung
6

27
28
29
29
30
30

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tingginya permintaan akan kegiatan wisata alam akan meningkatkan
potensi konflik antara tujuan konservasi dengan tujuan wisata dan rekreasi.
Potensi konflik yang dimaksud disebabkan oleh gangguan akibat aktivitas wisata.
Gangguan di kawasan konservasi adalah fenomena yang menyebabkan perubahan
secara signifikan pada dinamika populasi atau karakteristik ekologi populasi
satwaliar dan tumbuhan pada suatu kawasan (Blanc et al. 2006 dalam Marzano
dan Dandy 2012). Peluang terjadinya gangguan di suatu kawasan konservasi, akan
lebih tinggi di kawasan dengan fungsi utama untuk wisata seperti di Taman
Wisata Alam (TWA) dari pada di Cagar Alam (CA) yang memiliki fungsi utama
untuk perlindungan dan pelestarian keanekaragaman hayati dan tidak
diperuntukkan untuk kegiatan wisata. Hal yang menarik adalah jika TWA
berbatasan langsung dengan CA seperti dikawasan Pananjung Pangandaran,
karena gangguan dari TWA berpotensi mengganggu CA.
Aktivitas wisata ditentukan oleh perilaku pengunjung yang dipengaruhi oleh
karakteristiknya termasuk umur, jenis kelamin (Muntasib et al. 2014); tingkat
pendidikan, pekerjaan (Zakiah 1996); asal pengunjung, tujuan kunjungan dan
frekuensi kunjungan (Simbolon 2000), sehingga kunci utama dalam pengelolaan
kawasan konservasi yang berfungsi sebagai area wisata adalah pengelolaan
pengunjung. Salah satu cara dalam pengelolaan pengunjung adalah membuat
tipologi pengunjung sebagaimana ditegaskan oleh Coccossis dan Constantoglou
(2006) bahwa pembuatan tipologi pengunjung sangat penting dalam perencanaan
wisata. Pembuatan tipologi juga akan berkontribusi terhadap peningkatan
kepuasan pengunjung tanpa mengganggu fungsi utama kawasan konservasi
sebagai area perlindungan dan pengawetan keanekaragaman hayati (Torbidoni et
al. 2004). Deskripsi tipologi pengunjung berdasarkan jenis gangguan, akan
membantu mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan di
kawasan tersebut sebagai salah satu strategi perencanaan wisata di kawasan
konservasi Pananjung Pangandaran.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membuat tipologi pengunjung berdasarkan
jenis gangguan di kawasan konservasi Pananjung Pangandaran
Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan memberikan masukan terutama bagi pengelola kawasan
konservasi dalam mengurangi dampak terhadap keanekaragaman hayati akibat
aktivitas wisata dan membantu dalam melakukan perencanaan pengelolaan
pengunjung.

2

Batasan Penelitian
Gangguan dalam penelitian ini hanya dibatasi pada jenis-jenis gangguan
yang berdampak langsung terhadap keanekaragaman hayati karena TWA dan CA
Pananjung Pangandaran merupakan kawasan konservasi.

METODE
Waktu dan Lokasi
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2014 di TWA dan CA Pananjung
Pangandaran, di 4 lokasi di dalam TWA (sekitar kantor, Gua Jepang, Wisma
Ciborok dan Wisma Rengganis) dan di Pantai Pasir Putih (CA) (Gambar 1) .

Gambar 1 Lokasi penelitian
Alat dan Instrumen
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kamera, dan
laptop sedangkan instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner dan
panduan wawancara.
Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1.
Data yang dikaji berupa tipe gangguan dan karakteristik pengunjung yang
sebagian ditentukan berdasarkan studi pustaka.

3

Tabel 1 Jenis data yang dikumpulkan
Jenis Data

Metode
Pengumpulan Data

Karakteristik pengunjung
Jenis kelamin1 (R1), umur1 (R2), asal3 (R3), pendidikan
terakhir2 (R4), pekerjaan2 (R5), pendapatan3(R6), teman
perjalanan1 (R7), objek wisata yang disukai1 (R8),
frekuensi kunjungan3 (R9), lama kunjungan3 (R10)

Wawancara,
observasi lapang

Tipe Gangguan
Mengambil bunga3 (X1), memberi makan satwa liar2
(X2), mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu
(X3), memainkan alat musik dan membunyikan musik
keras-keras3 (X4), membakar kayu3 (X5), mengambil
pasir2 (X6), mengambil batu karang 4(X7), mengambil
cangkang kerang4 (X8), mengambil ikan dan biota laut
lainnya4 (X9) dan mengambil jamur4 (X10)
Pengelolaan kawasan
Peraturan-peraturan, pengelolaan pengunjung, sarana
dan prasarana.
Kondisi lokasi penelitian
Kondisi umum kawasan yang meliputi objek wisata,
kondisi biologi (flora dan fauna), sarana prasarana dan
aksesibilitas
1)

Wawancara,
observasi lapang,
studi pustaka

Wawancara,
studi pustaka

Studi pustaka

Muntasib et al. (2014); 2) Zakiah (1996); 3)Simbolon (2000); 4) Tyas (1981).

Metode Pengumpulan Data
Wawancara
Wawancara dilakukan dengan menggunakan panduan wawancara dan
kuesioner. Panduan wawancara ditujukan kepada narasumber yaitu kepala Resort
Pangandaran, Polisi Hutan dan Tim Pembantu Hutan Lainnya, sedangkan
kuesioner ditujukan kepada responden pengunjung. Menurut Gujarati (2007)
jumlah sampel minimal 30 sampel akan mendekati normal. Jumlah responden
dalam penelitian ini sebanyak 160 orang (32 orang dikalikan dengan 5 lokasi
pengambilan sampel). Pemilihan responden menggunakan metode quota sampling
berdasarkan dua kriteria yaitu kelas umur dan jenis kelamin (Tabel 2).
Tabel 2 Proporsi responden penelitian pada setiap lokasi
Kelas umur
(Santrock 1996)
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan

I

II

III

IV

5-11 tahun
4 orang
4 orang

12-22 tahun
4 orang
4 orang

23-55 tahun
4 orang
4 orang

>56 tahun
4 orang
4 orang

4

Alasan pemilihan berdasarkan jenis kelamin, karena adanya perbedaan
aktivitas wisata oleh perempuan dan laki-laki (Ross 1998), sedangkan perbedaan
kelas umur menunjukkan tingkat pengetahuan yang berbeda (Zent 2009).
Observasi lapang
Pengamatan dilakukan dua kali ulangan pada akhir pekan dan hari kerja
untuk masing-masing lokasi yaitu mulai pukul 08.00-17.00 WIB. Data yang
dicatat selama penelitian meliputi aktivitas pengunjung dan perilaku satwaliar
yang diamati pada satu titik pengamatan.
Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan mempelajari berbagai dokumen seperti
buku, skripsi, jurnal, website dan laporan yang terdapat di Resort Pangandaran
dan di kantor Bidang Konservasi Sumberdaya Alam (KSDA) Wilayah III Jawa
Barat.
Analisis Data
Penentuan korelasi antar peubah gangguan dan karakteristik pengunjung
dalam kawasan dilakukan melalui uji chi square. Pengujian dilakukan dengan
bantuan software SPSS 20. Pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan
probabilitas (asymptotic significance) sebagai berikut:
1. Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima
2. Jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak atau H1 diterima
Peubah-peubah yang menunjukkan adanya korelasi dipilih sebagai peubah
penyebab terjadinya gangguan dalam kawasan TWA dan CA Pananjung
Pangandaran.
Korelasi gangguan dengan karakteristik pengunjung
Pengujian dilakukan terhadap 160 responden. Peubah gangguan yang diuji
adalah X1, X2, X3, X4,X5, X6, X7, X8, X9 dan X10, dengan 10 peubah
karakteristik pengunjung yaitu R1, R2, R3, R4, R5, R6, R7, R8, R9 dan R10 yang
menghasilkan 100 pasang peubah. Hipotesis yang dibangun :
H0= X1, X2, X3,.. X10 tidak berkorelasi dengan R1/R2/R3/.../R10
H1= X1, X2, X3,.. X10 berkorelasi dengan R1/R2/R3/.../R10

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Pengunjung
Karakteristik pengunjung merupakan aspek yang penting untuk diperhatikan
dalam kegiatan wisata (Damanik dan Weber 2006). Pengunjung di TWA dan CA
Pananjung Pangandaran berdomisili di kota-kota dengan kategori jarak jauh
terutama dari Bandung (21%). Bandung merupakan salah satu kota metropolitan
sehingga penghuninya membutuhkan suasana baru untuk berekreasi. Tempat
rekreasi yang sering dikunjungi di Bandung adalah Kawah Putih Ciwidey,
Gunung Tangkuban Perahu, Trans Studio Bandung dan kebun binatang (Tan

5

2014). Kota ini tidak memiliki objek wisata pantai seperti di Pananjung
Pangandaran. Seseorang akan memilih tempat dengan suasana yang berbeda dari
tempat tinggalnya (Douglass (1982); dan ingin melepaskan diri dari kejenuhan
pada pekerjaan sehari-hari (Pitana dan Gayatri 2005). Selain itu, sebanyak 44%
pengunjung termasuk kategori tidak bekerja (penghasilan Rp 0). Penghasilan akan
menentukan aktivitas wisata yang dilakukan karena suatu kegiatan ditentukan
berdasarkan kemampuan, kemauan dan kesempatan (Slamet 1985 dalam Amba
1998). Data selengkapnya mengenai karakteristik pengunjung di kawasan
konservasi Pananjung Pangandaran disajikan pada Gambar 2 dan Lampiran 1.
Karakteristik pengujung pada Gambar 2 merupakan karakteristik yang memiliki
nilai tertinggi, karena karakteristik pengunjung yang dominan dindikasikan akan
melakukan gangguan.
70,0%
60,0%

Jumlah (%)

50,0%
40,0%
30,0%
20,0%
10,0%

Asal

Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Teman
terakhir
perjalanan

> 5 jam

2-3 jam

2 – 4 kali

Baru kali ini

Satwaliar, gua alam

Pantai

Rombongan

Keluarga

> Rp 1 400 000

Rp 0

Wiraswasta

Tidak bekerja

SLTA

TK

> 200 km

70-200 km

0,0%

Objek Frekuensi Lama
yang kunjungan kunjungan
disukai

Karakteristik pengunjung
Keterengan : Persentase tersebut merupakan dua nilai tertinggi untuk setiap karakteristik
pengunjung

Gambar 2 Karakteristik pengunjung di TWA dan CA Pananjung Pangandaran
Aktivitas Wisata di Kawasan Konservasi Pananjung Pangandaran
Karakteristik pengunjung akan mempengaruhi aktivitas wisata yang
dilakukan, sejalan dengan Muntasib et al. (2014), aktivitas seseorang akan
berbeda dan dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Kelas umur anak-anak dan
remaja lebih menyukai aktivitas yang menggunakan kekuatan tubuh seperti

6

berpetualang, sedangkan kelas umur dewasa akhir lebih menyukai aktivitas yang
tidak menggunakan kekuatan tubuhnya karena kekuatan tubuhnya sudah semakin
menurun (Santrock 1996).
Aktivitas wisata biasanya dilakukan pada area yang menjadi tujuan utama
pengunjung, sejalan dengan pendapat Mayo (1975) dalam Ross (1998), tempat
tujuan yang ideal bagi wisatawan adalah tempat yang menawarkan banyak
pemandangan alam, tidak padat orang dan menawarkan iklim yang nyaman,
sehingga lokasi menjadi tempat yang penting untuk aktivitas. Lokasi yang
menjadi konsentrasi kunjungan di Pananjung Pangandaran adalah pantai dan area
terbuka, sehingga diindikasikan aktivitas wisata akan banyak dilakukan pada
kedua lokasi tersebut. Aktivitas wisata di sekitar pantai adalah berenang,
snorkeling, bermain pasir, mencari ikan dan berperahu. Sedangkan aktivitas
wisata yang dilakukan di area terbuka adalah outbond dan istirahat. Satwaliar
yang sering terlihat pada lokasi pengambilan sampel yaitu monyet, lutung jawa,
rusa, merak dan biawak. Lokasi yang dijadikan tempat wisata diduga akan
menimbulkan gangguan terhadap keanekaragaman hayati pada kawasan tersebut.
Gangguan di TWA dan CA Pananjung Pangandaran
Gangguan di TWA dan CA Pananjung Pangandaran yang terlihat selama
penelitian yaitu mengambil bunga, mengambil jamur, membakar kayu, memberi
makan satwaliar, mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu, memainkan
alat musik dan membunyikan musik keras-keras, mengambil pasir, mengambil
batu karang, mengambil cangkang kerang dan ikan serta biota laut lainnya.
Gangguan tersebut sudah teramati oleh Tyas (1981) dan Zakiah (1996) sampai
sekarang. Kegiatan yang dilakukan tanpa henti akan menyebabkan kerusakan
yang permanen bahkan pemusnahan (Napitupulu (2013). Jenis gangguan tersebut
terjadi pada lokasi yang berbeda, sehingga sebaran gangguan menjadi penting
untuk diketahui.
Sebaran gangguan di TWA dan CA Pananjung Pangandaran
Lokasi yang dijadikan tempat wisata diduga akan menimbulkan gangguan
terhadap keanekaragaman hayati pada kawasan tersebut. Jenis gangguan yang
terjadi di pantai dan area terbuka memiliki perbedaan karena kondisi lanskapnya
berbeda. Sebaran gangguan di TWA dan CA Pananjung Pangandaran disajikan
pada Gambar 3.
Aktivitas wisata di kawasan konservasi Pananjung Pangandaran lebih
banyak dilakukan di pantai, karena tujuan utama pengunjung adalah untuk
menikmati pantai. Aktivitas wisata di sekitar pantai akan berbahaya karena pantai
merupakan habitat monyet untuk mencari makanan (Lekagul dan McNeely 1977),
dan satwaliar (rusa) akan mendekati pantai untuk mengasin, sehingga pantai
menjadi tempat yang rawan untuk perjumpaan satwaliar dan pengunjung.

Gambar 3 Sebaran gangguan di TWA dan CA Pangandara
7

8

Jika gangguan terjadi di kawasan konservasi maka sumberdaya hutan dan
ekosistemnya akan terganggu yang akan berdampak terhadap kerusakan
tumbuhan, kerusakan habitat ikan, perubahan perilaku satwaliar dan pola makan
satwaliar. Seluruh sumberdaya yang terdapat di kawasan konservasi termasuk
satwaliar dan tumbuhannya dilindungi oleh negara berdasarkan Peraturan
Pemerintah No 28 Tahun 2011.
Kerusakan tumbuhan
Kawasan konservasi Pananjung Pangandaran merupakan habitat bagi
beragam tumbuhan termasuk bunga padma (Rafflesia patma) yang sudah langka
dan terancam punah sehingga aktivitas wisata dapat berdampak terhadap
kerusakan tumbuhan. Selain itu, penginjakan tanah yang berulang kali juga akan
berpengaruh terhadap produktivitas tumbuhan (Hakim 2004) dan dapat
menyebabkan pemadatan tanah sehingga pergerakan air dalam tanah akan terbatas
dan menghambat pertumbuhan akar yang akan mengganggu pertumbuhan pohon
(Pickering dan Hill 2007). Aktivitas pengunjung yang mengganggu tumbuhan di
TWA dan CA Pananjung Pangandaran yang teramati adalah pengambilan bunga
(Gambar 4a), pengambilan jamur, pematahan cabang, penggunaan kayu untuk
bahan bakar dan tongkat (Gambar 4b). Pematahan cabang pohon dan pengambilan
bunga akan berbahaya jika pengunjung tidak mengetahui bahwa di TWA dan CA
Pananjung Pangandaran terdapat pohon inang bunga padma (Rafflesia patma)
sehingga ditakutkan akan merusak pohon inangnya.

(a)

(b)

Gambar 4 Aktivitas pengunjung terhadap tumbuhan: (a) Gangguan mengambil
bunga, (b) tongkat dari cabang pohon
Perubahan perilaku sosial dan pola makan satwaliar
Baik buruknya habitat akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup
satwaliar. Habitat (tumbuhan) berfungsi sebagai penyedia makanan, air, udara
bersih, garam mineral, tempat berlindung, maupun tempat untuk mengasuh anakanaknya (Alikodra 2002). Habitat yang terganggu akan berdampak negatif
terhadap kehidupan satwaliar seperti ketersediaan pakan alami satwaliar. Menurut
Reynolds dan Braithwaite (2001) dalam Hakim (2004), aktivitas wisata yang
dilakukan dekat dengan satwaliar, dapat mempengaruhi perubahan perilaku dan
penyimpangan pola makan satwaliar. Lebih lanjut, Alikodra (2002)

9

menyimpulkan bahwa jika satwa herbivora seperti rusa mengkonsumsi makanan
yang mudah dijumpai dalam kondisi lapar (sisa-sisa makanan manusia), dapat
disimpulkan bahwa habitatnya tidak mampu lagi mendukung kehidupan mereka.
Habitat yang disenangi rusa berupa tempat terbuka seperti padang
penggembalaan. Pada kenyataannya, padang penggembalaan rusa di kawasan
konservasi Pananjung Pangandaran telah tertutup oleh semak belukar dan suksesi
hutan sekunder muda serta tertutup oleh invasi gulma dari vegetasi semak
(Hoogerwerf 1970), oleh karenanya rusa timor mencari sumber makanannya
keluar kawasan dan memakan sisa-sisa makanan manusia.
Perilaku mengkonsumsi makanan manusia (Gambar 5a-b) merupakan
indikasi adanya perubahan perilaku (Hingginbottom 2004). Satwaliar belajar dan
terbiasa terhadap kehadiran manusia sehingga satwaliar tidak merasa terancam
lagi bahkan cenderung mengharapkan kehadiran manusia untuk diberi makan
(Hingginbottom 2004).

(a)

(b)

(c)
Gambar 5 Perubahan perilaku satwaliar: (a) perilaku makan monyet ekor panjang,
(b) perilaku makan rusa timor, (c) perilaku sosial lutung jawa
Perubahan perilaku juga terlihat pada lutung jawa (Trachypithecus auratus)
di TWA yang sangat mudah dijumpai dengan jarak antara lutung dan pengunjung
sekitar 2 m (Gambar 5c), pada dasarnya satwaliar memiliki sifat dasar menghindar
(kabur, sembunyi dan mempertahankan diri) jika melihat manusia
(Hingginbottom 2004). Hasil ini berbeda dengan lutung jawa yang berada di pos
Selabintana Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), yang akan
menghindar dan menjauh apabila jarak dengan manusia sekitar 20 m (Nursal
2001), karena kawasan taman nasional tidak diperuntukkan bagi wisata masal
sehingga interaksi dengan manusia tidak sesering seperti di TWA.Perubahan pola
makan dan penyimpangan perilaku sosial satwaliar dalam jangka waktu yang
lama akan mengurangi daya hidup satwaliar di alam bebas (Hakim 2004) yang

10

akan mempengaruhi kelestarian populasinya. Lebih lanjut, jenis aktivitas
pengunjung yang mengganggu satwaliar di TWA dan CA Pananjung Pangandaran
adalah mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu, memainkan alat musik,
membunyikan musik keras-keras dan mengambil ikan serta biota laut lainnya.
Kerusakan habitat ikan
Aktivitas snorkeling dan bermain di pantai yang dijumpai di CA Pananjung
Pangandaran, dapat merusak habitat terumbu karang karena terumbu karang dapat
terinjak dan patah sehingga akan mengurangi fungsinya sebagai habitat ikan
(Tapper 2006). Selain merusak terumbu karang, biota laut pantai akan mati karena
terinjak oleh pengunjung (Hakim 2004). Terumbu karang merupakan ekosistem
perairan laut yang produktif dengan kekayaan hayati spesies tinggi (Hakim 2004).
Dampak dari gangguan pengunjung terhadap keanekaragaman hayati pada
suatu kawasan dapat diminimalisir dengan membuat perencanaan wisata. Salah
satu perencanaan wisata yaitu dengan membuat tipologi pengunjung berdasarkan
jenis gangguannya. Tipologi pengunjung ditentukan dari hasil korelasi antara jenis
gangguan dengan karakteristik pengunjungnya.
Korelasi Jenis Gangguan dengan Karakteristik Pengunjung
Mengambil bunga
Hasil analisis korelasi antara gangguan mengambil bunga dengan
karakteristik pengunjung disajikan pada Tabel 3. Hasil analisis korelasi secara
lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2.
Tabel 3 Korelasi mengambil bunga dengan karakteristik pengunjung
Peubah yang berkorelasi
Mengambil bunga ~ Kelas umur
Mengambil bunga ~ Pendapatan
Mengambil bunga ~ Kegiatan rekreasi
Mengambil bunga ~ Frekuensi kunjungan
Mengambil bunga ~ Lama kunjungan

Nilai probobalitas
(asymtotic significances)
0.009
0.020
0.000
0.021
0.028

Mengambil bunga dilakukan pengunjung pada area terbuka. Tabel 3
menunjukkan bahwa mengambil bunga berkorelasi dengan kelas umur,
pendapatan, kegiatan rekreasi, frekuensi kunjungan dan lama kunjungan.
Mayoritas pengunjung termasuk kategori anak-anak dan belum bekerja, dimana
rasa ingin tahu pada dunia luas meningkat dan masih belajar untuk mengendalikan
diri (Santrock 1996). Pengunjung yang baru pertama kali datang dengan lama
kunjungan lebih dari 5 jam untuk berjalan-jalan di hutan adalah pengunjung yang
mengganggu. Sejalan dengan Murtiartini (2000), lama kunjungan lebih dari 5 jam
merupakan pengunjung yang paling banyak melakukan gangguan di Kebun Raya
Bogor, karena banyak ativitas yang dilakukannya seperti permainan, perlombaan,
jalan-jalan dan duduk santai. Pengunjung yang sering datang akan lebih ingat dan
memperhatikan rambu-rambu yang ada (Ross 1998), dan aktivitas pengunjung
yang berjalan-jalan di hutan akan berpengaruh untuk mengambil bunga karena

11

pengunjung akan sering menemukan bunga dan kesempatan untuk mengambilnya
tinggi karena berada di area terbuka.
Membakar kayu
Hasil analisis korelasi antara gangguan membakar kayu dengan
karakteristik pengunjung disajikan pada Tabel 4.Hasil analisis secara lengkap
dapat dilihat pada Lampiran 3. Gangguan membakar kayu berkorelasi nyata
dengan asal, teman perjalanan dan frekuensi kunjungan.
Tabel 4 Korelasi membakar kayu dengan karakteristik pengunjung
Peubah yang berkorelasi
Membakar kayu ~ Asal
Membakar kayu ~ Teman perjalanan
Membakar kayu ~ Frekuensi kunjungan

Nilai probobalitas
(asymtotic significances)
0.038
0.000
0.027

Pengunjung yang datang ke TWA dan CA Pananjung Pangandaran lebih
dari 8 kali berdomisili dekat dengan kawasan. Pola perjalanan datang bersama
teman memungkinkan pengunjung merasa lebih memiliki kawasan dan bebas
melakukan aktivitas apa saja di dalam kawasan karena seringnya mereka
berinteraksi dengan kawasan. Selain itu, Ross (1998) berpendapat bahwa orang
yang menilai tinggi keanggotaan dalam kelompok lebih menyukai kegiatan yang
bisa dinikmati secara bersama seperti membakar kayu untuk membuat api unggun.
Mengambil jamur
Hasil analisis korelasi antara gangguan mengambil jamur dengan
karakteristik pengunjung menunjukkan bahwa hanya lama kunjungan yang
berkorelasi nyata dengan perolehan nilai asymptotic significance sebesar 0.003,
(data selengkapnya disajikan pada Lampiran 4). Pengunjung dengan lama
kunjungan lebih dari 5 jam memiliki persentase yang tinggi dalam melakukan
gangguan ini. Semakin lama waktu kunjungan maka akan semakin banyak
kegiatan yang dapat dilakukan (Murtiartini 2000), dalam hal ini hubungannya
dengan kesempatan untuk menemukan jamur yang bagus dan mengambilnya.
Memberi makan satwaliar
Hasil analisis korelasi antara gangguan memberi makan satwaliar dengan
karakteristik pengunjung menunjukkan bahwa hanya kegiatan rekreasi yang
berkorelasi nyata dengan perolehan nilai asymptotic significant sebesar 0.021
(data selengkapnya disajikan pada Lampiran 5). Pengunjung yang datang ke
Pananjung Pangandaran untuk melihat pemandangan memiliki presentase yang
tinggi dalam gangguan ini karena pengunjung tidak ingin diserang oleh monyet
ketika menikmati pemandangan, sehingga pengunjung akan memberikan bekal
makanannya apabila monyet mendekati mereka.. Sejalan dengan Fago (1994),
aktivitas pengunjung memberi makan monyet lebih besar di pasir putih.

12

Mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu
Aktivitas monyet seperti mendekati, menggertak, menggigit, dan merampas
membuat pengunjung takut dan bersiaga dari serangan monyet. Pengunjung
menggunakan tongkat dan batu untuk mengusirnya. Hasil analisis korelasi antara
mengusir monyet dengan karakteristik pengunjung disajikan pada Tabel 5, data
selengkapnya disajikan pada Lampiran 6.
Tabel 5 Korelasi mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu dengan
karakteristik pengunjung
Peubah yang berkorelasi
Mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu ~
Umur
Mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu ~
Pekerjaan
Mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu ~
Pendapatan
Mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu ~
Teman perjalanan
Mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu ~
Objek wisata yang disukai
Mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu ~
Kegiatan rekreasi
Mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu ~
Frekuensi kunjungan

Nilai probobalitas
(asymtotic significances)
0.000
0.000
0.001
0.039
0.005
0.028
0.034

Karakteristik pengunjung yang paling banyak mengganggu adalah kelas
umur remaja, tidak bekerja dan pendapatan Rp 0. Bentuk-bentuk emosi yang
nampak pada masa remaja yaitu marah, takut dan rasa ingin tahu tinggi (Fargo
1994). Hubungannya dengan gangguan mengusir monyet, remaja memiliki rasa
takut apabila diserang oleh monyet sehingga remaja akan menggunakan tongkat
dan batu untuk melindungi dirinya dari serangan monyet, namun rasa usil juga
sering nampak pada remaja.
Pengunjung yang datang bersama keluarga untuk menikmati pantai dengan
berperahu dan sudah datang ke Pananjung pangandaran lebih dari 8 kali untuk
juga berkorelasi dengan gangguan ini. Pantai pasir putih merupakan lokasi wisata
yang banyak dikunjungi dengan menggunakan aksesibilitas laut menggunakan
perahu dan paling banyak aktivitas monyet (Fargo 1994), sehingga pengunjung
yang datang bersama keluarga akan lebih waspada karena mereka biasanya
melakukan makan bersama di pantai.
Memainkan alat musik dan membunyikan musik keras-keras
Hasil analisis korelasi antara memainkan alat musik dan membunyikan
musik keras-keras dengan karakteristik pengunjung disajikan pada Tabel 6, data
selengkapnya disajikan pada Lampiran 7. Kelas umur remaja, pendidikan terakhir
SLTP dan datang bersama keluarga berkorelasi dengan memainkan alat musik dan
membunyikan musik keras-keras, sejalan dengan Mappiare (1982) yang

13

berpendapat bahwa kelas umur remaja dalam bertingkah laku umumnya sangat
dikuasai emosi dan bentuk yang sering nampak salah satunya yaitu selalu
bergembira, sehingga remaja melakukan kegiatan tersebut bisa dimana saja tanpa
memikirkan dampak negatif yang terjadi jika dilakukan di kawasan konservasi.
Selain itu, Ross (1998) berpendapat bahwa orang yang menilai tinggi keanggotaan
dalam kelompok lebih menyukai kegiatan yang bisa dinikmati secara bersamasama.
Tabel 6 Korelasi memainkan alat musik dan membunyikan musik keras-keras
dengan karakteristik pengunjung
Nilai probobalitas
Peubah yang berkorelasi
(asymtotic significances)
Memainkan alat musik dan membunyikan musik
0.001
keras-keras ~ Kelas umur
Memainkan alat musik dan membunyikan musik
0.006
keras-keras ~ Pendidikan terakhir
Memainkan alat musik dan membunyikan musik
0.005
keras-keras ~ Teman perjalanan
Memainkan alat musik dan membunyikan musik
0.018
keras-keras ~ Objek wisata yang disukai
Memainkan alat musik dan membunyikan musik
0.031
keras-keras ~ Frekuensi kunjungan
Memainkan alat musik dan membunyikan musik
0.000
keras-keras ~ Lama kunjungan
Objek wisata yang disukai satwaliar dengan lama kunjungan lebih dari 5
jam juga berkorelasi dengan gangguan ini, karena pada area terbuka biasanya
pengunjung melakukan banyak aktivitas seperti perlombaan dan duduk santai.
Selama penelitian, terlihat 3 kali yang membunyikan musik keras-keras untuk
mendukung kegiatan outbond (Gambar 6).

(a)

(b)

Gambar 6 Kegiatan yang membunyikan musik keras-keras: (a) Aerobik, (b)
outbond

14

Kegiatan outbond terlihat di sekitar kantor dan wisma rengganis, dimana
tempat tersebut merupakan habitat untuk makan rusa dan tempat bermain monyet,
selain itu di lapangan sekitar kantor terdapat pohon tidur lutung jawa. Semakin
lama kunjungan maka semakin banyak kesempatan untuk melakukan aktivitas
(Murtiartini 2000) dan aktivitas tersebut akan mengganggu satwaliar karena
pendengarannya sensitif dan akan mengacaukann pergerakannya (Hingginbottom
2004).
Mengambil ikan dan biota laut lainnya
Hasil analisis korelasi antara mengambil ikan dan biota laut lainnya dengan
karakteristik pengunjung berdasarkan uji chi-square menunjukkan bahwa hanya
frekuensi kunjungan dan lama kunjungan yang berkorelasi (Tabel 7), data
selengkapnya disajikan pada Lampiran 8.
Tabel 7 Korelasi mengambil ikan dan biota laut lainnya dengan karakteristik
pengunjung
Peubah yang berkorelasi
Mengambil ikan dan biota laut lainnya ~ Frekuensi
kunjungan
Mengambil ikan dan biota laut lainnya ~ Lama
kunjungan

Nilai probobalitas
(asymtotic significances)
0.006
0.011

Pengunjung yang sering datang akan lebih ingat dan memperhatikan ramburambu yang ada (Ross 1998). Sejalan dengan hasil penelitian, pengunjung yang
baru datang pertama kali berkorelasi dengan gangguan ini. Lama kunjungan 2-3
jam juga berkorelasi nyata dengan gangguan ini, dimana gangguan ini terjadi di
pantai. Lama kunjungan 2-3 jam diindikasikan dipengaruhi oleh jasa ojeg perahu,
dimana pengunjung pada umumnya menggunakan perahu untuk datang ke pantai
yang dibatasi lama kunjungan yaitu maksimal 3 jam, selain itu pantai memiliki
suhu sampai 370C (panas) sehingga pengunjung akan merasa tidak nyaman
dengan suhunya. Gangguan ini terlihat terjadi di perbatasan TWA ke CA dan di
pantai pasir putih (CA) (Gambar 7).

(a)

(b)

Gambar 7 Aktivitas pengunjung mengambil ikan dan biota laut lainnya: (a)
pengambilan ikan di CA, (b) Contoh hasil pengambilan biota laut.

15

Mengambil pasir
Pengunjung kelas umur 5-11 tahun dan berasal dari jarak tempuh sedang
(70-200 km) berkorelasi dengan mengambil pasir berdasarkan hasil uji chi-square
dengan selang kepercayaan 95% (Tabel 8), data selengkapnya disajikan pada
Lampiran 9. Hasil wawancara dengan pengujung, pengunjung sengaja mengambil
pasir untuk dijadikan hiasan dalam aquarium, karena pengunjung tidak perlu
membeli. Jika pasir diambil secara terus menerus dalam skala besar akan
berdampak negatif terhadap kehidupan karang, perikanan dan kekeruhan air
(Supriharyono 2006).
Tabel 8 Korelasi mengambil pasir dengan karakteristik pengunjung
Peubah yang berkorelasi
Mengambil pasir ~ Kelas umur
Mengambil pasir ~ Asal
Mengambil pasir ~ Teman perjalanan
Mengambil pasir ~ Lama kunjungan

Nilai probobalitas
(asymtotic significances)
0.007
0.024
0.009
0.000

Pengunjung yang datang bersama keluarga dengan lama kunjungan 2-3 jam
berkorelasi juga dengan gangguan ini. Seluruh anggota keluarga selama penelitian
terlihat bersama-sama memasukkan pasir kedalam plastik dan botol untuk dibawa
ke rumah.
Mengambil batu karang
Hasil analisis korelasi antara mengambil batu karang dengan karakteristik
pengunjung berdasarkan hail uji chi-square disajikan pada Tabel 9 dan data
selengkapnya disajikan pada Lampiran 10. Pengunjung laki-laki berumur 12-22
tahun (pelajar dan pendapatan Rp 0) dan berasal dari jarak tempuh sedang (70-200
km) berkorelasi terhadap gangguan ini, dimana perempuan lebih peduli
dibandingkan laki-laki terhadap hal yang spesifik pada objek, symbol atau orang
yang dekat dengannya (Porteous 1997).
Tabel 9 Korelasi mengambil batu karang dengan karakteristik pengunjung
Peubah yang berkorelasi
Mengambil batu karang ~ Jenis kelamin
Mengambil batu karang ~ Kelas umur
Mengambil batu karang ~ Asal
Mengambil batu karang ~ Pekerjaan
Mengambil batu karang ~ Pendapatan
Mengambil batu karang ~ Objek wisata yang
disukai
Mengambil batu karang ~ Kegiatan rekreasi
Mengambil batu karang ~ Frekuensi kunjungan
Mengambil batu karang ~ Lama kunjungan

Nilai probobalitas
(asymtotic significances)
0.040
0.002
0.032
0.021
0.026
0.034
0.008
0.035
0.004

16

Pengunjung yang baru datang pertama kali untuk berenang di pantai TWA
dan CA Pananjung Pangandaran dengan lama kunjungan 2-3 jam berkorelasi
nyata dengan gangguan mengambil batu karang. Hal ini terjadi karena habitat batu
karang berada di pantai, sehingga pengunjung tertarik untuk memiliki batu karang
sebagai kenang-kenangan dan sebagai hiasan di aquarium. Pengunjung yang baru
pertama kali datang biasanya kurang memerhatikan rambu-rambu yang ada.
Pengelola telah memasang papan interpretasi berupa larangan mengambil
kekayaan alam laut (Gambar 8), namun hal tersebut tidak dihiraukan oleh
sebagian besar pengunjung. Selain itu, aktivitas wisata yang dilakukan akan
berpengaruh terhadap jenis gangguannya.

Gambar 3 Papan larangan di Pantai Pasir Putih
Mengambil cangkang kerang
Hasil analisis uji chi-square untuk melihat korelasi antara mengambil
cangkang kerang dengan karakteristik pengunjung disajikan pada Tabel 10 dan
data selengkapnya disajikan pada Lampiran 11. Pengunjung berumur 5-11 tahun
(belum menikah, pelajar dan pendapatan Rp 0) berkorelasi dengan gangguan
mengambil cangkang kerang. Umur 5-11 tahun termasuk kedalam masa anakanak, dimana pengalaman dan informasi yang didapatkan masih sedikit. Sejalan
dengan Apriyanti (2011), semakin tinggi umur seseorang maka semakin banyak
pengalaman dan informasi yang diketahui terhadap suatu objek yang
mempengaruhi persepsinya. Kaitannya dengan hal ini, anak-anak belum memiliki
pengetahuan dan informasi yang cukup tentang kegiatan yang tidak boleh
dilaksanakan di CA Pananjung Pangandaran.
Tabel 10 Korelasi mengambil cangkang kerang dengan karakteristik pengunjung
Peubah yang berkorelasi
Mengambil cangkang kerang ~ Kelas umur
Mengambil cangkang kerang ~ Pekerjaan
Mengambil cangkang kerang ~ Pendapatan
Mengambil cangkang kerang ~ Objek wisata yang
disukai
Mengambil cangkang kerang ~ Kegiatan rekreasi

Nilai probobalitas
(asymtotic significances)
0.001
0.040
0.022
0.007
0.028

17

Objek wisata pantai dan kegiatan rekreasi berperahu juga berkorelasi
dengan gangguan ini, karena pantai merupakan habitat bagi biota laut seperti ikan,
umang, moluska dan lainnya, sehingga pengunjung yang datang ke pantai pasir
putih (CA) akan mudah menemukan cangkang kerang. Hasil wawancara
menunjukkan bahwa pengunjung sengaja datang ke pantai pasir putih untuk
mencari cangkang kerang dann biota laut lainnya karena diberi tahu orang lain
bahwa di CA Pananjung Pangandaran terdapat cangkang kerang yang bagus dan
gratis.
Tipologi Pengunjung Berdasarkan Jenis Gangguan
Hasil uji chi-square digunakan untuk mencari dan menentukan peubah
dominan yang menentukan tipologi pengunjung di TWA dan CA Pananjung
Pangandaran yang mengganggu pada lokasi yang menjadi konsentrasi kunjungan
(pantai dan area terbuka). Karakteristik pengunjung yang paling dominan
melakukan banyak gangguan yaitu kelas umur, teman perjalanan, objek wisata
yang disukai, frekuensi kunjungan dan lama kunjungan (Tabel 11). Peubahpeubah yang berkorelasi tersebut digunakan sebagai dasar dalam merumuskan
tipologi pengunjung yang dibedakan berdasarkan jenis gangguan pada lokasi
aktivitas wisatanya. Kombinasi peubah tersebut diharapkan dapat memberikan
gambaran kepada pengelola untuk mengatasi dan mengurangi dampak dari
gangguan yang terjadi sehingga fungsi kawasan dapat berfungsi sebgaimana
mestinya.
Tabel 11 Tipologi pengunjung berdasarkan jenis gangguan
Karakteristik
pengunjung
Kelas
5-11 tahun
umur

Jenis gangguan di
area pantai
- Mengambil pasir
- Mengambil
cangkang kerang

12-22
tahun
-

Teman
perjalanan

Keluarga

Teman

Jenis gangguan
di area terbuka

Tipologi
pengunjug
Player type

- Mengusir
monyet
- Memainkan
alat musik
- Membunyikan
musik keraskeras

Active
enjoyment of
nature type

Family type
- Mengusir
monyet
- Memainkan alat
musik
- Membunyikan
musik keraskeras
- Mengambil pasir
- Membakar kayu Friends type

18

Tabel 11 Tipologi pengunjung berdasarkan jenis gangguan (lanjutan)
Karakteristik
pengunjung
Objek
Pantai
wisata
yang
disukai

Jenis gangguan di
area pantai
- Mengusir
monyet
- Mengambil batu
karang
- Mengambil
cangkang kerang

Satwaliar
-

Frekuensi
kunjungan

Pertama
kali

- Mengambil ikan
dan biota laut
lainnya
- Mengambil batu
karang

>8 kali

-

Lama
kunjungan

2-3 jam

- Mengambil ikan
dan biota laut
lainnya
- Mengambil batu
karang
- Mengambil pasir

>5 jam

-

Jenis gangguan
di area terbuka

Tipologi
pengunjug
Beach visitor
type

-

Memainkan alat
musik dan
membunyikan
musik keraskeras

Comfortable
naturalist type

First timer
type
-

- Membakar
kayu
- Mengusir
monyet
- Memainkan
alatmusik dan
membunyikan
musik keraskeras

Frequent
visitor type

Long stay type
-

- Mengambil
bunga
- Membakar
kayu
- Memainkan
alat musik dan
mebunyikan
musik keraskeras.

Long stay type

Tipologi pengunjung berdasarkan jenis gangguan pada lokasi aktivitas
wisatanya yang telah disajikan pada Tabel 11, dapat dibagi menjadi 9 tipologi
pengunjung yaitu:

19

Player type adalah pengunjung yang melakukan aktivitas secara berulang
demi kesenangannya tanpa dipengaruhi tujuan atau objeknya dan memiliki
rasa ingin tahu yang tinggi.
2. Active enjoyment of nature type adalah pengunjung yang aktif bersenangsenang di alam.
3. Family type adalah pengunjung yang datang ke suatu kawasan wisata
bersama keluarganya dan lebih menyukai kegiatan yang dapat dilakukan oleh
bersama.
4. Friends type adalah pengunjung yang datang bersama teman dan menyukai
kegiatan yang dapat dinikmati bersama.
5. Beach visitor type pantai adalah pengunjung yang suka berinteraksi dengan
pantai.
6. Comfortable naturalist type adalah pengunjung yang menyukai kenyamanan
dalam menikmati alam.
7. First timer type adalah pengunjung yang baru pertama kali melakukan
kunjungan ke suatu kawasan wisata.
8. Frequent visitor type adalah pengunjung yang sudah >8 kali melakukan
kunjungan ke suatu kawasan wisata.
9. Long stay type adalah pengunjung yang menghabiskan waktu dalam suatu
kawasan selama 2-3 jam untuk di pantai dan >5 jam untuk di area terbuka.
Pembuatan tipologi diatas dapat membantu untuk membuat perencanaan
wisata yang disesuaikan dengan tipologi pengunjungnya untuk meningkatkan
kepuasan pengunjung tanpa mengganggu fungsi kawasan konservasi.
1.

Tantangan dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi Pananjung
Pangandaran
Gangguan
di
kawasan
konservasi
Pananjung
Pangandaran
didokumentasikan pertama kali pada 3 tahun setelah ditetapkannya Pananjung
Pangandaran sebagai CA dan TWA. Gangguan yang didokumentasikan pertama
berupa pematahan cabang pohon, pengambilan batu karang, cangkang kerang dan
binatang laut serta sampah terlihat dimana-mana (Tyas 1981). Gangguan
terdahulu yang terjadi masih ada, bahkan terjadi penambahan yaitu vandalisme
dan membunyikan musik keras-keras (Zakiah 1996). Hasil wawancara dengan
pengelola kawasan, tipe gangguan tersebut masih dapat dijumpai sampai saat ini,
bahkan jenis gangguannya semakin bertambah seperti memberi makan satwaliar,
mengusir monyet ekor panjang menggunakan tongkat dan batu, serta
membunyikan musik keras-keras. Berbagai kegiatan untuk meminimalisir
gangguan dari aktivitas pengunjung sudah dilakukan oleh pengelola seperti
pembuatan papan interpretasi yang berisi papan larangan, menyita barang yang
diambil dari dalam kawasan terutama koleksi keanekaragaman hayati laut,
menyediakan pos tiket di perbatasan CA dan TWA dan mensosialisasikan
peraturan yang terdapat di dalam kawasan. Kegiatan tersebut masih belum dapat
menyelesaikan gangguan yang terjadi di kawasan konservasi Pananjung
Pangandaran sehingga perlu adanya perencanaan untuk membantu pengelola
kawasan dalam meminimalisir gangguan terhadap keanekaragaman hayatinya.
Kegiatan yang dapat dilakukan untuk meminimalisir gangguan dari aktivitas
wisata adalah dengan perencanaan wisata (Tapper 2006).

20

Perencanaan wisata di kawasan konservasi Pananjung Pangandaran dapat
dilakukan dengan membuat tipologi pengunjung berdasarkan jenis gangguannya
yang didasarkan pada hasil uji chi-square. Terdapat perbedaan tipologi
pengunjung yang dipengaruhi oleh lokasi tempat beraktivitasnya yaitu pantai dan
area terbuka (Tabel 12). Terdapat dua cara untuk membuat perencanaan wisata di
kawasan konservasi yaitu pembuatan zonasi (blok) dan pengelolaan pengunjung
(Tapper 2006).
Tabel 12 Perencanaan wisata di Pananjung Pangandaran berdasarkan tipologi
pengunjung
Lokasi
Pantai

Tipologi pengunjung
Player type

Family type
Beach visitor type

First timer type

Long stay type

Area
terbuka

Active enjoyment of
nature type

Friends type

Perencanaan wisata
- Pembatasan blok wisata yang dikhususkan
untuk tempat bermain anak-anak
- Penyediaan petugas yang mengawasi blok
wisata
- Penyediaan pemandu wisata
- Penyediaan media interpretasi cetak yang
berisi tentang peraturan berkunjung
- Pembatasan jumlah kelompok
- Penyediaan pemandu wisata
- Pembatasan blok wisata di pantai seperti No
Fishing Area
- Penyediaan petugas yang mengawasi blok
wisata
- Membuat menara pengamat
- Meningkatkan biaya tiket masuk
- Mengalihkan pusat kunjungan
Jika gangguan masih terjadi, maka langkah
terakhir yaitu penutupan kawasan atau
pengalihan fungsi kawasan
- Pembuatan papan interpretasi di pintu masuk
kawasan
- Penjelasan mengenai peraturan dalam
kawasan sebelum masuk kawasan
- Pembatasan waktu kunjungan
- Pembuatan blok wisata di pantai
- Penyediaan petugas yang mengawasi di pantai
- Pembatasan blok wisata yang dikhususkan
untuk tempat berkreasi
- Penyediaan petugas yang mengawasi blok
wisata
- Penyediaan pemandu wisata
- Pembatasan jumlah kelompok
- Penyediaan pemandu wisata

21

Tabel 12 Perencanaan wisata di Pananjung Pangandaran berdasarkan tipologi
pengunjung (lanjutan)
Lokasi
Area
terbuka

Tipologi pengunjung
Comfortable
naturalist type

-

Frequent visitor type

-

Long stay type

-

Perencanaan wisata
Pembatasan blok wisata yang dikhususkan
untuk tempat berkreasi
Penyediaan petugas yang mengawasi blok
wisata
Pembuatan papan interpretasi di pintu masuk
kawasan mengenai peraturan berkunjungan
dan larangan
Pembatasan blok wisata untuk tempat
bersantai
Pembatasan waktu kunjungan
Pembatasan blok wisata untuk tempat
bersantai
Mempromosikan objek lain dalam kawasan

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Karakteristik pengunjung di kawasan konservasi Pananjung Pangandaran
yang berkorelasi dengan jenis gangguan adalah: kelas umur, teman perjalanan,
motivasi utama mengunjungi suatu kawasan, frekuensi kunjungan dan lama
kunjungan.Tipologi pengunjung berdasarkan gangguan di TWA dan CA
Pananjung Pangandaran berbeda berdasarkan lokasi aktivitas wisatanya
yaitupantai dan area terbuka. Tipologi pengunjung pantai dapat dikategorikan
sebagai tipe player, family, beach visitor, first timer dan long stay. Sedangkan
tipologi pengunjung di area terbuka (non pantai) dikategorikan sebagai tipe active
enjoyment of nature, friends, comfortable naturalist, frequent visitor dan long
stay.
Saran
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Peraturan pengunjung perlu disampaikan sebelum masuk dalam kawasan
Diperlukan penambahan petugas untuk berpatroli terutama pada waktu
liburan.
Patroli dibutuhkan untuk mengawasi kawasan pantai pasir putih (CA) dan
area perbatasan antara TWA dan CA.
Diperlukan pemahaman dan pelatihan kepada pemandu wisata terkait status
kawasan.
Diperlukan batasan jenis aktivitas wisata.
Diperlukan penataan kawasan dengan membagi blok pemanfaatan
berdasarkan aktivitas wisatanya, misalnya blok untuk pengamatan satwa,
outbond, arena bermain anak, arena untuk berenang dan snorkeling.

22

7.

Pengelola perlu mempertimbangkan aktivitas wisata dengan tidak
mengganggu terhadap keanekaragaman hayati.
8. Pengelola perlu mempertimbangkan pengalihan sebagian fungsi kawasan CA
menjadi TWA, terutama terkait objek wisata laut.
9. Pengelola perlu menyediakan tongkat