Seni Budaya SMP KK C Ped

ii

SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL
GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

iii

iv

KATA PENGANTAR

v

vi

DAFTAR ISI

SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL ..................................................................iii
GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN ...............................................................iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
DAFTAR ISI ........................................................................................................vii

PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A.

Latar Belakang ............................................................................... 1

B.

Tujuan ............................................................................................ 2

C.

Peta Kompetensi ............................................................................ 3

D.

Ruang Lingkup Materi..................................................................... 3

E.

Saran Penggunaan Modul .............................................................. 4


MENENTUKAN PENGALAMAN BELAJAR YANG SESUAI UNTUK MENCAPAI
TUJUAN PEMBELAJARAN YANG DIAMPU ....................................................... 5
A.

Tujuan ............................................................................................ 5

B.

Indikator Pencapaian Kompetensi .................................................. 5

C.

Uraian Materi .................................................................................. 5

D.

Aktivitas Pembelajaran ................................................................. 67

E.


Latihan/Tugas ............................................................................... 67

F.

Rangkuman .................................................................................. 68

G.

Kunci Jawaban Latihan/Rubrik ..................................................... 71

H.

Umpan Balik ................................................................................. 72

vii

viii

DAFTAR GAMBAR


Gambar 1. Unsur-unsur Pembelajaran ............................................................. 10
Gambar 2. Contoh Tahapan Pembelajaran........................................................ 12
Gambar 3 Suasana Siswa Pada Cooperative Learning ..................................... 17
Gambar 4 Skema Pembelajaran dengan Model Jigsaw ..................................... 20
Gambar 5 Kerangka Grup Investigasi ................................................................ 27
Gambar 6 Cooperative Learning ........................................................................ 30
Gambar 7 Ilustrasi Strategi Pembelajaran Ekspositori ....................................... 36
Gambar 8 Model Pembelajaran Inquiry.............................................................. 37
Gambar 9. Model Pembelajaran Inquiry............................................................. 38

ix

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Sasaran Penilaian Ranah Sikap

60


Tabel 2. Sasaran Penilaian Pada Kemampuan Berpikir

60

Tabel 3. Sasaran Penilaian Dimensi Pengetahuan

62

Tabel 4. Sasaran Penilaian Ranah Keterampilan Abstrak

62

Tabel 5 . Sasaran Penilaian Ranah Keterampilan Kongkret

63

xi

Pendahuluan


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sektor penting dalam pembangunan secara
keseluruhan. Melalui pendidikan, upaya peningkatan kualitas sumber
daya manusia dapat diwujudkan. Untuk itu peningkatan kualitas
pendidikan merupakan tuntutan mutlak yang harus dipenuhi oleh setiap
pengelola negara.

Peningkatan kualitas pendidikan menyangkut

beberapa aspek, yaitu: aspek sarana dan prasarana, aspek kurikulum,
aspek sistem pendidikan, aspek regulasi pendidikan, dan aspek sumber
daya manusia pengelola pendidikan.

Sumber Daya Manusia (SDM) Pendidikan secara garis besar terdiri dari
pendidik dan tenaga kependidikan. Salah satu pendidik adalah guru. Guru
sebagai pendidik merupakan garda terdepan yang ikut menentukan
keberhasilan suatu proses pendidikan. Guru memiliki peran strategis

sebagai agen perubahan (agent of change). Guru memiliki peran
langsung untuk melakukan transfer pengetahuan, mengembangkan
keterampilan, dan membangun sikap peserta didiknya. Sebaik apapun
suatu sistem pendidikan dibangun dan sebaik apapun kurikulum yang
digunakan tidak akan ada artinya jika gurunya tidak memiliki kompetensi
yang

memadai

dalam

menjalankan

fungsinya.

Untuk

itu

upaya


peningkatan kompetensi guru harus selalu dilakukan agar guru benarbenar profesional.

Guru memiliki kewajiban untuk melaksanakan pembelajaran di kelas
sesuai dengan jenjangnya. Pembelajaran semua mata pelajaran memiliki
dampak yang signifikan terhadap pembentukan karakter peserta didik.
Saat ini pendidikan karakter menjadi topik yang hangat untuk selalu
dibicarakan. Banyak persoalan sosial di masyarakat yang muncul, yang
1

Modul Guru Pembelajar Kompetensi Pedagogik KK C

disinyalir karena kurangnya penekanan aspek karakter dalam proses
pembelajaran di sekolah. Dunia pendidikan merupakan instrument
penentu kemajuan suatu bangsa sedangkan lembaga pendidikan adalah
motor penggerak untuk memfasilitasi perkembangan pendidikan, dan
guru merupakan pelaksana pembelajaran yang langsung berhadapan
dengan peserta didik. Ketiganya merupakan satu kesatuan yang harus
berjalan secara harmonis.
Agar pelaksana pembelajaran berjalan maksimal, guru diharapkan

memiliki

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi

pedagogik, dan kompetensi professional. Dalam kaitan modul ini akan
dibahas

mengenai

kompetensi

pedagogic.

Kompetensi

pedagogi

menyangkut pada penguasaan guru terhadap teori-teori pendidikan serta
kemampuan


mengaplikasikannya

di

dalam

menjalankan tugasnya

sebagai seorang pendidik. Dalam kaitannya dengan peran seorang guru
SMK Kelompok Seni Budaya maka penguasaan kompetensi pedagogik
tidak sekedar pada teori-teori pendidikan yang bersifat murni, namun
harus bersifat aplikatif disesuaikan dengan konteks pembelajaran untuk
semua mata pelajaran. Dalam modul ini materi kompetensi pedagogik
yang akan disampaikan meliputi: Menentukan pengalaman belajar yang
sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang di ampu dan Memilih
materi pembelajaran yang di ampu yg terkait dengan pengalaman belajar
dan tujuan pembelajaran.

B. Tujuan
Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan:

1. Menentukan pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang di ampu.
2. Memilih materi pembelajaran yang di ampu yang terkait dengan
pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran.

2

Pendahuluan

C. Peta Kompetensi
Standar kompetensi pendidik ini dikembangkan secara utuh dari empat
kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja
pendidik. Standar kompetensi pendidik mencakup kompetensi inti
pendidik yang dikembangkan menjadi kompetensi pendidik mata
pelajaran adalah sebagai berikut:
1.

Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,
kultural, emosional, dan intelektual.

2.

Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip

pembelajaran yang

mendidik
3.

Mengembangkan

kurikulum

yang

terkait

dengan

bidang

pengembangan yang diampu.
4.

Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik

5.

Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik

6.

Memfasilitasi

pengembangan

potensi

peserta

didik

untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
7.

Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta
didik

8.

Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar

9.

Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran.

10. Melakukan

tindakan

reflektif

untuk

peningkatan

kualitas

pembelajaran.

D. Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup Modul berisi materi yang bersifat pedagogik, yakni
Menentukan pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diampu.

3

Modul Guru Pembelajar Kompetensi Pedagogik KK C

Unit Pembelajaran II
Unit ini profesional tentang materi pembelajaran yang diampu yg terkait
dengan pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran.

E. Saran Penggunaan Modul
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka dalam penggunaan modul
sebaiknya mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1. Bacalah secara seksama isi materi secara urut dan teliti
2. Kerjakan latihan atau tugas yang diberikan baik yang bersifat praktek
maupun teori sesuai ketentuan yang ada
3. Apabila dalam latihan atau tugas belum mencapai hasil yang maksimal
disarankan untuk tidak melanjutkan.
4. Lakukan kegiatan untuk mempertajam kompetensi yang dicapai sesuai
dengan rekomendasi yang diberikan pada bagian umpan balik dan
tindak lanjut.

4

Pendahuluan

KEGIATAN
PEMBELAJARAN I

MENENTUKAN PENGALAMAN BELAJAR YANG
SESUAI UNTUK MENCAPAI TUJUAN
PEMBELAJARAN YANG DIAMPU

A. Tujuan
Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan dapat :
1. Mengidentifikasi model-model pembelajaran;
2. Mengidentifikasi cici-ciri model pembelajaran;
3. Memilih model pembelajaran yg sesuai dengan tujuan;
4. Menerapkan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan ;
5. Mengevaluasi penerapan pengalaman belajar.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Mengidentifikasi model-model pembelajaran,
2. Mengidentifikasi cici-ciri model pembelajaran
3. Memilih model pembelajaran yg sesuai dengan tujuan
4. Menerapkan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran
5. Mengevaluasi penerapan pengalaman belajar

C. Uraian Materi
1. Konsep Model Pembelajaran
Pengertian atau definisi model pembelajaran banyak dikemukakan
para ahli di bidang pendidikan. Seperti: Udin Winataputra (1994:34)
5

Modul Guru Pembelajar Kompetensi Pedagogik KK C

menjelaskan bahwa model pembelajaran sebagai berikut: model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi
perancang pengajaran dan para penatar dalam merencanakan dan
melaksanakan aktifitas belajar mengajar.

Model pembelajaran dapat dikembangkan oleh guru atau pelaksana
pembelajaran dalam proses kegiatan belajar mengajar yang pada
prinsipnya bertujuan untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang
efetif,

efisien,

mengaktifkan

menyenangkan,
peserta

didik.

bermakna,
Dalam

dan

lebih

banyak

pengembangan

model

pembelajaran yang mendapat penekanan adalah terutama dalam
strategi dan metode pembelajaran. Untuk masa sekarang ini, perlu
juga dikembangkan sistem penilaian yang mencakup ranah kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Oleh karena itu guru dalam pelaksanaan
proses belajar mengajar dapa men gembangkan model pembelajaran
sendiri dengan tujuan proses pembelajaran lebih efektif dan efisien,
dan lebih banyak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
lebih aktif. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan
secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran
merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran.

Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha
Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) menyebutkan
4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi
sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik;
dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali
penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan
strategi pembelajaran.

6

Pendahuluan

Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah
tersebut dapat divisualisasikan sebagai berikut:

Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga
istilah

desain

pembelajaran.

Jika

strategi

pembelajaran

lebih

berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas
pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk pada
cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu
setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan
dengan pembuatan rumah, strategi yang digunakan dalam pembicara
adalah

tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang

hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan
sebagainya), yang masing-masing akan menampilkan kesan dan
pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan
cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahanbahan yang diperlukan, urutan-urutan langkah konstruksinya, dan
kriteria penyelesaiannya, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan
dibangun.
7

Modul Guru Pembelajar Kompetensi Pedagogik KK C

Berdasarkan uraian di atas, untuk dapat melaksanakan tugasnya
secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan
memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai
model pembelajaran yang efektif, kreatif, dan menyenangkan.
Mencermati

upaya

reformasi

pembelajaran

yang

sedang

dikembangkan di Indonesia, para guru saat ini banyak ditawari dengan
aneka model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan
penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat
sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru
telah memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk
pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana
dikemukakan di atas, maka guru pun dapat secara kreatif mencoba
dan mengembangkan model pembelajaran sendiri, sesuai dengan
kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga akan muncul
model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang
tentunya akan semakin memperkaya khazanah model pembelajaran
yang telah ada.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi
pembelajaran merupakan suatu rencana tindakan (rangkaian kegiatan)
yang termasuk juga penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai
sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti bahwa di dalam
penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan
rencana kerja belum sampai pada tindakan. Strategi disusun untuk
mencapai tujuan tertentu, artinya disini bahwa arah dari semua
keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan, sehingga
penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai
fasilitas, dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya
pencapaian tujuan. Namun sebelumnya perlu dirumuskan suatu tujuan
yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya.

8

Pendahuluan

Pengertian lain mengenai model pembelajaran dikemukakan oleh
Syaiful Sagala (2005:23) sebagai berikut: model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai
tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi
perancang pembelajaran dan penatar dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Secara luas, Joyce dan Weil (2000:13) mengemukakan bahwa model
pembelajaran merupakan deskripsi dari lingkungan belajar yang
menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, rancangan
unit pembelajaran, perlengkapan belajar,bukubukup elajaran, program
multimedia, dan bantuan belajar melalui program komputer. Hakikat
mengajar menurut Joyce dan Weil adalah membantu pebelajar
(peserta didik) memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai-nilai,
cara berpikir, dan belajar bagaimana cara belajar. Lebih lanjut Joyce
dan Weil menyatakan bahwa selain memperhatikan rasional teoretik,
tujuan, dan hasil yang ingin dicapai, model pembelajaran memiliki lima
unsur dasar yaitu :
a. Syntax, yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran,
b. Social sistem, adalah suasana dan norma yang berlaku dalam
pembelajaran,
c. Principles of reaction, menggambarkan bagaimana seharusnya
guru

memandang,

memperlakukan,

dan

merespon

peserta

pelatihan,
d. Support sistem, segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar
yang mendukung pembelajaran,
e. Instructional dan nurturant effects, hasil belajar yang diperoleh
langsung berdasarkan tujuan yang disasar (instructional effects)
dan hasil belajar di luar yang disasar (nurturant effects).

9

Modul Guru Pembelajar Kompetensi Pedagogik KK C

Model pembelajaran merupakan suatu rencana mengajar yang
memperhatikan pola pembelajaran tertentu, seperti pendapat Briggs
yang menjelaskan model adalah seperangkat prosedur dan berurutan
untuk mewujudkan suatu proses. Dengan demikian pengertian model
pembelajaran adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk
melaksanakan proses pembelajaran.

Pembelajaran

pada

hakekatnya

adalah

proses

komunikasi

transaksional yang bersifat timbal balik, baik antara guru dengan
siswa, maupun siswa dengan siswa untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Komunikasi transaksional adalah bentuk komunikasi yang
dapat diterima, dipahami dan disepakati oleh pihak-pihak yang terkait
dalam proses pembelajaran sehingga menunjukkan adanya perolehan,
penguasaan,

hasil,

proses

atau

fungsi.

Abdulhak

memaknai

pembelajaran lebih singkat yaitu sebagai penciptaan kondisi untuk
terjadinya belajar pada diri peserta belajar.

Gambar 1. Unsur-unsur Pembelajaran

Sumber : sitataqwa.blogspot.com

Mac Donal (1965) dalam Nana Syaodih Sukmadinata mengemukakan:
Sistem persekolahan terbentuk atas empat subsistem, yaitu mengajar,
belajar, pembelajaran, dan kurikulum. Mengajar (teaching) merupakan
kegiatan profesional yang diberikan oleh guru. Belajar (learning)

10

Pendahuluan

merupakan kegiatan atau upaya yang dilakukan oleh siswa sebagai
respon terhadap kegiatan belajar mengajar yang diberikan oleh guru.
Keseluruhan pertautan yang memungkinkan dan berkenaan dengan
interaksi

belajar

mengajar

disebut

pembelajaran

(instruction).

Kurikulum (currculum) adalah suatu rencana yang memberi pedoman
atau pegangan dalam proses kegiatan belajar mengajar.

Pembelajaran mengandung berbagai komponen seperti siswa, guru,
sarana dan kurikulum. Kurikulum sebagai komponen pembelajaran
terdiri dari tujuan, materi, proses dan penilaian. Berpedoman pada
kurikulum guru memberikan perlakuan profesional sehingga tercipta
interaksi dalam pembelajaran. Perlakuan guru untuk mempertautkan
kegiatan mengajar dengan kegiatan belajar dengan acuan kurikulum
itulah yang dikenal dengan pembelajaran atau dengan istiiah lain
adalah kegiatan belajar mengajar.

Makna pembelajaran di atas tidak saja akan menghasilkan siswa yang
mampu menyerap berbagai pengetahuan, tetapi lebih jauh dari itu,
seperti yang dikemukakan oleh Soedijarto bahwa suatu proses
pembeiajaran

seharusnya

memungkinkan

peserta

didik

untuk

mengetahui (teaming ro know), belajar untuk melakukan (learning to
do), belajar untuk mandiri (teaming to be), dan belajar untuk hidup
bersama (learning to live together).

Hasil

pembelajaran

dapat

mewujudkan

siswa

yang

mampu

membelajarkan dirinya; mendapatkan sejumlah pengetahuan; mampu
mengembangkannya dalam bentuk yang lebih luas serta dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Peranan guru
dalam pembelajaran bukan hanya penyampai ilmu pengetahuan, tetapi
juga sebagai pembimbing, pengembang, dan pengelola kegiatan serta
perencana kegiatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi kegiatan
belajar siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara
profesional.

Sebab

tugas

guru

seperti

menurut

Ali

adalah
11

Modul Guru Pembelajar Kompetensi Pedagogik KK C

mengantarkan siswa mencapai tujuan pendidikan. Tugas sebagai
pengelola dan perencana pembelajaran bagi guru adalah tugas dalam
merancang, memilih, dan menetapkan serta mengembangkan model
pembelajaran. Adapun kegiatan pembelajaran dapat dipetakan dalam
bentuk tahapan sebagai berikut :
a) Tahap

persiapan;

persiapan

proses

pembelajaran

yang

menyangkutpenyusunan desain (rancangan) kegiatan belajarmengajar yangakan diselenggarakan, di dalamnya meliputi tujuan,
metode, media,sumber, evaluasi, dan kegiatan belajar siswa.
b) Tahap

pelaksanaan;

pelaksanaan

proses

pembelajaran

menggambarkan dinamika kegiatan belajar siswa yang dipandu dan
dibuat dinamis oleh guru.
c) Tahap

evaluasi;

evaluasi

merupakan

laporan

dari

proses

pembelajaran, khususnya laporan tentang kemajuan dan prestasi
belajar siswa.
d) Tahap refleksi; tindak lanjut dalam proses pembelajaran dapat
dipilah menjadi dua hal, yaitu: promosi dan rehabilitasi. Promosi
adalah penetapan untuk melangkah dan peningkatan lebih lanjut
atas keberhasilan siswa. Rehabilitasi adalah perbaikan atas
kekurangan yang telah terjadi dalam proses pembelajaran.

Gambar 2. Contoh Tahapan Pembelajaran

Sumber : nolah noleh.blogspot.com

12

Pendahuluan

Merujuk pada dua pendapat di atas, dapat dimaknai bahwa model
pembelajaran

merupakan

suatu

rencana

mengajar

yang

memperlihatkan polapembelajaran tertentu. Dalam pola tersebut
dapat terlihat pada kegiatan yang dilakukan

pengajar maupun

peserta didik di dalam mewujudkan kondisi belajar atau sistem
lingkungan yang menyebabkan terjadinya proses belajar pada
peserta didik.

2. Model-model Pembelajaran
Beragam model pembelajaran saat ini banyak berkembang, para ahli
di bidang pendidikan memiliki pandangan yang berbeda-beda
mengenai jenis model pembelajaran. Hal ini dikarenakan sudut
pandang dan dasar pengelompokkan yang berbeda pula. Sugiyanto
(2008) mengemukakan bahwa ada banyak model pembelajaran yang
dikembangkan oleh para ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil
belajar siswa. Model pembelajaran tersebut antara lain terdiri dari:

a. Model

Pembelajaran

Kontekstual

(Contextual

Teaching

and

Learning/CTL)
Model pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang
mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Pembelajaran ini juga
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika
siswa belajar.

Pembelajaran Kontekstual adalah konsep pembelajaran yang
mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang
diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan juga mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan
penerapannya

dalam

kehidupan

mereka

sehari-hari.
13

Modul Guru Pembelajar Kompetensi Pedagogik KK C

Ada tiga hal yang harus dipahami. Pertama, CTL menekankan
kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, kedua,
CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara
materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, dan ketiga
mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupan.
Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Ada lima karakteristik penting dalam pembelajaran kontekstual,
yaitu:
1) Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang
sudah ada (activating knowledge)
2) Pembelajaran untuk memperoleh dan menambah pengetahuan
baru (acquiring knowledge)
3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge)
4) Mempraktikan pengetrahuan dan pengalaman tersebut (applying
knowledge)
5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge)
Langkah-Langkah Pembelajaran Kontekstual
1) Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih
bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.
2) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua
topik
3) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
4) Menciptakan masyarakat belajar
5) Menghadirkan model sebagai contoh belajar
6) Melakukan refleksi diakhir pertemuan.
7) Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Ciri-ciri model pembelajaran konstektual
1) Pengalaman nyata
2) Kerjasama saling menunjang

14

Pendahuluan

3) Gembira belajar dengan bergairah
4) Pembelajaran terintegrasi
5) Menggunakan berbagai sumber
6) Siswa aktif dan kritis
7) Menyenangkan tidak membosankan
8) Sharing dengan teman
9) Guru kreatif

Kelebihan dari model pembelajaran kontekstual
1)

Memberikan kesempatan pada sisiwa untuk dapat maju terus
sesuai dengan potensi yang dimiliki sisiwa sehingga sisiwa
terlibat aktif dalam PBM.

2)

Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan
data, memahami suatu isu, memecahkan masalah, dan guru
dapat lebih kreatif

3)

Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.

4)

Pemilihan

informasi

berdasarkan kebutuhan siswa

tidak

ditentukan oleh guru.
5)

Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.

6)

Membantu siwa bekerja dengan efektif dalam kelompok.

7)

Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun
kelompok.

Kelemahan dari model pembelajaran CTL
1)

Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada
kebutuhan siswa padahal, dalam kelas itu tingkat kemampuan
siswanya berbeda-beda sehingga guru akan kesulitan dalam
menentukan materi pelajaran karena tingkat pencapaiannya
siswa tadi tidak sama

2)

Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama
dalam proses belajar mengajar

15

Modul Guru Pembelajar Kompetensi Pedagogik KK C

3)

Dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak
jelas antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa
yang

memiliki

kemampuan

kurang

yang

kemudian

menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa yang kurang
kemampuannya.
4)

Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan
CTL ini akan terus tertinggal dan sulit untuk mengejar
ketertinggalan

karena

dalam

model

pembelajaran

ini

kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri,
jadi siswa yang dengan baik mengikuti setiap pembelajaran
dengan model ini tidak akan menunggu teman yang tertinggal
dan mengalami kesulitan.
5)

Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan
mengembangkan

kemampuan

yang

dimiliki

dengan

penggunaan model CTL ini.
6)

Kemampuan setiap siswa berbeda-beda dan siswa yang
memiliki kemampuan intelektual tinggi namun sulit untuk
mengapresiasikannya dalam bentuk lesan akan mengalami
kesulitan sebab CTL ini lebih mengembangkan ketrampilan dan
kemampuan soft skill daripada kemampuan intelektualnya.

7)

Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbedabeda dan tidak merata.

8)

Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam CTL
ini peran guru hanya sebagai pengarah dan pembimbing,
karena lebih menuntut siswa untuk aktif dan berusaha sendiri
mencari

informasi,

mengamati

fakta,

dan

menemukan

pengetahuan-pengetahuan baru di lapangan

b. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran
yang merujuk pada berbagai macam metode pembelajaran dimana
para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling
membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran.
16

Pendahuluan

Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang
dalam

pelaksanaannya

mengedepankan

pemanfaatan

kelompok-

kelompok siswa. Prinsip yang harus dipegang teguh dalam kaitan
dengan kelompok kooperatif adalah setiap siswa yang ada dalam suatu
kelompok harus mempunyai tingkat kemampuan yang heterogen (tinggi,
sedang, dan rendah) dan bila perlu mereka harus berasal dari ras,
budaya, dan suku yang berbeda serta mempertimbangkan kesetaraan
gender. Model pembelajaran kooperatif bertumpu pada kooperasi
(kerjasama) saat menyelesaikan permasalahan belajar yaitu dengan
menerapkan

pengetahuan

dan

keterampilan

sehingga

tujuan

pembelajaran dapat dicapai. Sebuah model pembelajaran meliputi
struktur tugas belajar, struktur tujuan pembelajaran, dan struktur
penghargaan (reward).

Gambar 3 Suasana Siswa Pada Cooperative Learning

Sumber : whyintegratecuricculum.wikispaces.com

Menurut

Davidson

“Pembelajaran

dan

kooperatif

mengelompokkan

siswa

Warsham
adalah
untuk

(dalam
model

tujuan

Isjoni,

2011:

pembelajaran

menciptakan

28),
yang

pendekatan

pembelajaran yang berefektifitas yang mengintegrasikan keterampilan
sosial yang bermuatan akademik”.
17

Modul Guru Pembelajar Kompetensi Pedagogik KK C

Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana
siswa belajar dan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur
kelompok heterogen. Jadi dalam model pembelajaran kooperatif ini,
siswa bekerjasama dengan kelompoknya untuk menyelesaikan suatu
permasalahan. Dengan begitu siswa akan bertanggung jawab atas
belajarnya

sendiri

dan

berusaha

menemukan

informasi

untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan pada mereka. Dalam
kaitan dengan model pembelajaran kooperatif, struktur tugas, struktur
tujuan, dan struktur penghargaan pada model pembelajaran ini tidak
sama dengan model pembelajaran yang lain.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran

kooperatif

mengutamakan
menciptakan

adalah

pembentukan
pendekatan

model

pembelajaran

yang

kelompok

yang

bertujuan

untuk

pembelajaran

yang

efektif.

Model

pembelajaran kooperatif sendiri dapat dibagi lagi dalam beberapa jenis
model pembelajaran sebagai berikut:
1) Team Assisted Individualization atau Team Accelerated Instruction
Tipe model pembelajaran kooperatif ini merupakan penggabungan
dari pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual. Pada
model pembelajaran kooperatif tipe ini, siswa mengikuti tingkatan
yang

bersifat

individual

berdasarkan

tes

penempatan,

dan

kemudian dapat maju ke tahapan selanjutnya berdasarkan tingkat
kecepatan belajar. Jadi, setiap anggota kelompok sebenarnya
belajar

unit-unit

materi

pelajaran

yang

berbeda.

Rekan

sekelompokakan memeriksa hasil pekerjaan rekan sekelompok
lainnya dan memberikan bantuan jika diperlukan. Tes kemudian
diberikan di akhir unit tanpa bantuan teman sekelompoknya dan
diberikan skor. Lalu setiap minggu guru akan menjumlahkan total
unit materi yang diselesaikan suatu kelompok dan memberikan
sertifikat atau penghargaan bila mereka berhasil melampaui kriteria
18

Pendahuluan

yang telah ditetapkan dan beberapa poin tambahan untuk kelompok
yang anggotanya mendapat nilai sempurna.
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization adalah karena siswa bertanggungjawab untuk
memeriksa pekerjaan rekannya yang lain, maka guru mempunyai
waktu yang lebih banyak untuk membantu kelompok-kelompok kecil
yang menemuai banyak hambatan dalam belajar yang merupakan
kumpulan dari anggota-anggota kelompok yang berada pada
tingkatan unit materi pelajaran yang sama. Banyak penelitian
melaporkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization ini sangat efektif untuk digunakan dalam
pembelajaran.
2) STAD (Student Teams Achievement Division)
Pada model pembelajaran kooperatif

tipe STAD ini siswa

dikelompokkan ke dalam kelompok kecil yang disebut tim,
kemudian diberi materi pelajaran. Siswa kemudian diberikan tes.
Nilai-nilai individu digabungkan menjadi nilai tim. Pada model
pembelajaran kooperatif tipe ini walaupun siswa dites secara
individual, namun siswa tetap dipacu untuk bekerja sama untuk
meningkatkan kinerja dan prestasi timnya. Bila pertama kali
digunakan di kelas anda, maka sebaiknya guru terlebih dahulu
memperkenalkan model pembelajaran kooperatif STAD ini kepada
siswa.
3) Round Table atau Rally Table
Untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Round
table atau Rally Table ini guru dapat memberikan sebuah kategori
tertentu kepada siswa (misalnya kata-kata yang dimulai dengan
huruf). Selanjutnya mintalah siswa secara bergantian menuliskan
satu kata.

19

Modul Guru Pembelajar Kompetensi Pedagogik KK C

4) Jigsaw
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot
Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian
diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John
Hopkins

(Arends,

2001).

Tujuan

diciptakannya

tipe

model

pembelajaran kooperatif Jigsaw ini adalah untuk meningkatkan rasa
tanggungjawab siswa terhadap belajarnya sendiri dan juga belajar
dari anggota kelompoknya. Mereka diminta mempelajari materi
yang akan menjadi tanggungjawabnya, karena selain untuk dirinya,
ia juga harus mengajarkan materi itu kepada anggota kelompoknya
yang lain. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini
ketergantungan antara siswa sangat tinggi.

Gambar 4 Skema Pembelajaran dengan Model Jigsaw
Sumber: m1melayu.blogspot.com

Setiap siswa dalam model pembelajaran kooperatif ini adalah
anggota dari dua kelompok, yaitu (1) kelompok asal (home group)
dan (2) kelompok ahli (expert group). Kelompok asal dibentuk
dengan anggota yang heterogen. Di kelompok asal ini mereka akan
membagi tugas untuk mempelajari suatu topik. Setelah semua
anggota kelompok asal memperoleh tugas masing-masing, mereka
akan meninggalkan kelompok asal untuk membentuk kelompok ahli.
Kelompok ahli adalah kelompok yang terbentuk dari anggota20

Pendahuluan

anggota kelompok yang mempunyai tugas mempelajari sebuah
topik yang sama (berdasarkan kesepakatan mereka di kelompok
asal). Setelah mempelajari topik tersebut di kelompok ahli, mereka
akan kembali ke kelompok asal mereka masing-masing dan saling
mengajarkan topik yang menjadi tanggungjawab mereka ke
anggota kelompoknya secara bergantian.

Guru perlu memahami bagaimana model pembelajaran Jigsaw ini
dilaksanakan,

begitu juga siswa

dalam

tim

Jigsaw.

Untuk

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, tugaskan
setiap siswa pada setiap kelompok untuk mempelajari seperempat
halaman dari bacaan atau teks pada mata pelajaran apa saja
(misalnya IPS), atau seperempat bagian dari sebuah topik yang
harus mereka pelajari atau ingat. Setelah setiap siswa tadi
menyelesaikan pembelajarannya dan kemudian saling mengajarkan
(menjelaskan) tentang materi yang menjadi tugasnya atau saling
bekerjasama untuk membentuk sebuah kesatuan materi yang utuh
saat mereka menyelesaikan sebuah tugas atau teka-teki.

5) Jigsaw II
Tipe model pembelajaran kooperatif yang satu ini adalah modifikasi
dari tipe Jigsaw. Jigsaw II dikembangkan oleh Robert Slavin pada
tahun 1980 di mana semua anggota kelompok asal mempelajari
satu topik yang sama, hanya saja masing-masing anggota
difokuskan untuk mendalami bagian-bagian tertentu dari topik itu.
Setiap anggota kelompok asal harus menjadi ahli dalam bagian
topik yang mereka dalami. Seperti Jigsaw, di tipe Jigsaw II ini
mereka juga harus mengajarkan keahliannya pada anggota
kelompok asalnya secara bergantian.

21

Modul Guru Pembelajar Kompetensi Pedagogik KK C

6) Reverse Jigsaw
Tipe model pembelajaran kooperatif ini dikembangkan oleh
Timotahuny Hedeen (2003). Perbedaanya dengan tipe Jigsaw
adalah, pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw anggota
kelompok ahli hanya mengajarkan keahliannya kepada anggota
kelompok asal, maka pada model pembelajaran kooperatif reverse
jigsaw ini, siswa-siswa dari kelompok ahli mengajarkan keahlian
mereka (materi yang mereka pelajari atau dalami) kepada seluruh
kelas.
7) NHT (Numbered Heads Together)
Pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT, siswa diminta untuk
menomori diri mereka masing-masing dalam kelompoknya mulai
dari 1 hingga 4. Ajukan sebuah pertanyaan dan diberi batasan
waktu

tertentu

untuk

menjawabnya.

Siswa

diminta

untuk

mengangkat tangan jika bisa menjawab pertanyaan guru tersebut.
Guru menyebut suatu angka (antara 1 sampai 4) dan meminta
seluruh siswa dari semua kelompok dengan nomor tersebut
menjawab pertanyaan tadi. Guru menandai siswa-siswa yang
menjawab benar dan memperkaya pemahaman siswa tentang
jawaban pertanyaan itu melalui diskusi.
8) TGT (Team Game Tournament)
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini mirip dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, bedanya hanya pada kuis yang
digantikan dengan turnamen mingguan (Slavin, 1994). Pada model
pembelajaran kooperatif ini, siswa-siswa saling berkompetisi
dengan siswa dari kelompok lain agar dapat memberikan kontribusi
poin bagi kelompoknya. Suatu prosedur tertentu digunakan untuk
membuat permainan atau turnamen berjalan secara adil. Penelitian
menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT
terbukti efektif meningkatkan hasil belajar siswa.

22

Pendahuluan

9) Three-Step Interview
Pada model pembelajaran kooperatif tipe three-step interview
(disebut juga three problem-solving) dilakukan 3 langkah untuk
memecahkan masalah. Pada langkah pertama guru menyampaikan
isu yang dapat memunculkan beragam opini, kemudian mengajukan
beberapa pertanyaan kepada seluruh siswa di kelas. Langkah
kedua,

siswa

secara

berpasangan

bermain

peran

sebagai

pewawancara dan orang yang diwawancarai. Kemudian, di langkah
yang ketiga, setelah wawancara pertama dilakukan maka pasangan
bertukar peran: pewawancara berperan sebagai orang yang
diwawancarai dan sebaliknya orang yang tadi mewawancarai
menjadi orang yang diwawancarai. Setelah semua pasangan telah
bertukar peran, selanjutnya setiap pasangan dapat membagikan
atau mempresentasikan hasil wawancara mereka kepada seluruh
kelas secara bergiliran. Model pembelajaran kooperatif ini (threestep interview) efektif untuk mengajarkan siswa tentang problem
solving (pemecahan masalah).
10) Three-Minute Review
Model pembelajaran kooperatif tipe three-step review efektif untuk
digunakan saat guru berhenti pada saat-saat tertentu selama
sebuah diskusi atau presentasi berlangsung, dan mengajak siswa
mereview apa yang telah mereka ungkapkan saat diskusi di dalam
kelompok mereka. Siswa-siswa dalam kelompok itu dapat bertanya
untuk mengklarifikasi kepada anggota lainnya atau menjawab
pertanyaan-pertanyaan dari anggota lain. Misalnya setelah diskusi
tentang proses-proses kompleks yang terjadi di dalam tubuh
manusia misalnya pencernaan makanan, siswa dapat membentuk
kelompok-kelompok dan mereviu proses diskusi dan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan untuk mengklarifikasi.
11)

Group Investigation (GI)
Model Group investigation seringkali disebut sebagai metode
pembelajaran kooperatif yang paling kompleks karena metode ini
23

Modul Guru Pembelajar Kompetensi Pedagogik KK C

memadukan beberapa landasan pemikiran, yaitu berdasarkan
pandangan konstruktivistik, democratic teaching, dan kelompok
belajar kooperatif.
Berdasarkan pandangan konstruktivistik, proses pembelajaran
dengan model group investigation memberikan kesempatan seluasluasnya kepada siswa untuk terlibat secara langsung dan aktif
dalam proses pembelajaran mulai dari perencanaan sampai cara
mempelajari suatu topik melalui investigasi. Democratic teaching
adalah

proses

pembelajaran

yang

dilandasi

oleh

nilai-nilai

demokrasi, yaitu penghargaan terhadap kemampuan, menjunjung
keadilan, menerapkan persamaan kesempatan, dan memperhatikan
keberagaman peserta didik (Budimansyah, 2007: 7).
Group investigation adalah kelompok kecil untuk menuntun dan
mendorong siswa dalam keterlibatan belajar. Metode ini menuntut
siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi
maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process
skills). Hasil akhir dari kelompok adalah sumbangan ide dari tiap
anggota serta pembelajaran kelompok yang notabene lebih
mengasah kemampuan intelektual siswa dibandingkan belajar
secara individual.
Eggen & Kauchak (dalam Maimunah, 2005: 21) mengemukakan
Group

investigation

menempatkan

siswa

adalah
ke

strategi

dalam

belajar

kelompok

kooperatif
untuk

yeng

melakukan

investigasi terhadap suatu topik. Dari pernyataan tersebut dapat
disimpulkan bahwa metode GI mempunyai fokus utama untuk
melakukan investigasi terhadap suatu topik atau objek khusus.
Tujuan Model Pembelajaran Grup Investigasi
Metode Gruop Investigation paling sedikit memiliki tiga tujuan yang
saling terkait:

24

Pendahuluan

a) Grup Investigasi membantu siswa untuk melakukan investigasi
terhadap suatu topik secara sistematis dan analitik. Hal ini
mempunyai implikasi yang positif terhadap pengembangan
keterampilan penemuan dan membentu mencapai tujuan.
b) Pemahaman secara mendalam terhadap suatu topik yang
dilakukan melaui investigasi.
c) Grup Investigasi melatih siswa untuk bekaerja secara kooperatif
dalam memecahkan suatu masalah. Dengan adanya kegiatan
tersebut, siswa dibekali keterampilan hidup (life skill) yang
berharga

dalam

kehidupan

bermasyarakat.

Jadi

guru

menerapkan model pembelajaran GI dapat mencapai tiga hal,
yaitu dapat belajar dengan penemuan, belajar isi dan belajar
untuk bekerjas secara kooperatif.

Langkah-langkah model pembelajaran Grup Investigasi
Sharan (dalam Supandi, 2005: 6) mengemukakaan langkahlangkah pembelajaran pada model pemelajaran GI sebagai
berikut:
a) Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang
heterogen.
b) Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok
yang harus dikerjakan.
c) Guru memanggil ketua-ketua kelompok untuk mengambil
materi tugas secara kooperatif dalam kelompoknya.
d) Masing-masing kelompok membahas materi tugaas secara
kooperatif dalam kelompoknya.
e) Setelah selesai, masing-masing kelompok yang diwakili ketua
kelompok atau salah satu anggotanya menyampaikan hasil
pembahasannya.
f) Kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap hasil
pembahasannya.
g) Guru memberikan penjelasan singkat (klarifikasi) bila terjadi
kesalahan konsep dan memberikan kesimpulan.
h) Evaluasi.
25

Modul Guru Pembelajar Kompetensi Pedagogik KK C

Tahap-tahap pembelajaran Grup Investigasi
Pelaksanaan langkah-langkah pembelajaran di atas tentunya harus
berdasarkan

prinsip

pengelolaan

atau

reaksi

dari

metode

pembelajaran kooperatif model Group Investigation. Dimana di dalam
kelas yang menerapakan model GI, pengajar lebih berperan sebagai
konselor, konsultan, dan pemberi kritik yang bersahabat. Dalam
kerangka ini pengajar sebaiknya membimbing dan mengarahkan
kelompok menjadi tiga tahap:
a) Tahap pemecahan masalah,
b) Tahap pengelolaan kelas,
c) Tahap pemaknaan secara perseorangan.
Tahap pemecahan masalah berkenaan dengan proses menjawab
pertanyaan, apa yang menjadi hakikat masalah, dan apa yang
menjadi fokus masalah. Tahap pengelolaan kelas berkenaan dengan
proses menjawab pertanyaan, informasi apa yang saja yang
diperlukan, dan bagaimana mengorganisasikan kelompok untuk
memperoleh

informasi

itu.

Sedangkan

tahap

pemaknaan

perseorangan berkenaan dengan proses pengkajian bagaimana
kelompok menghayati kesimpulan yang dibuatnya, dan apa yang
membedakan seseorang sebagai hasil dari mengikuti proses tersebut
(Tahunelen dalam Winataputra, 2001: 37).

Untuk lebih praktis model GI dapat diadaptasi dalam bentuk kerangka
operasional sebagai berikut:

26

Pendahuluan

Gambar 5 Kerangka Grup Investigasi
Sumber : jurnalbidandian.blogspot.com

Kerangka Pembelajaran Grup Investigasi
Dari kerangka operasional pembelajaran Group Investigation yang
ditulis oleh Joise & Weil ini dapat kita ketahui bahwa kerangka
operasional model pembelajaran Group Investigation adalah sebagai
berikut:
(1) Siswa dihadapkan dengan situasi bermasalah
(2) Siswa melakukan eksplorasi sebagai respon terhadap situasi
yang problematis.
(3) Siswa merumuskan tugas-tugas belajar atau learning task dan
mengorganisasikan untuk membangun suatu proses penelitian.
(4) Siswa melakukan kegiatan belajar individual dan kelompok.
(5) Siswa menganalisis kemajuan dan proses yang dilakukan dalam
proses penelitian kelompok.
(6) Melakukan proses pengulangan kegiatan atau Recycle Activities
12) Go Around
Model pembelajaran kooperatif tipe go around sebenarnya merupakan
variasi dari model pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi. Model
pembelajaran kooperatif tipe keliling Kelompok (Go Around) ini
memberikan kesempatan lebih banyak kepada setiap siswa untuk
27

Modul Guru Pembelajar Kompetensi Pedagogik KK C

dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain dalam
pemecahan suatu permasalahan.
Pembelajaran kooperatif tipe keliling kelompok merupakan cara yang
efektif untuk mengubah pola diskusi di dalam kelas yang akan
mengaktifkan setiap anggota kelompok. Penerapannya dimulai dari
siswa membentuk kelompoknya masing-masing, kemudian masingmasing kelompok diberi waktu 15 menit untuk mempelajari materi yang
akan dibahas. Sebelumnya guru telah mempersiapkan pertanyaan
yang sesuai dengan indikator (satu buah karton dibuat satu
pertanyaan) ditempel di dinding kelas (depan, samping, belakang)
dengan jarak tertentu. Setiap kelompok berdiri di depan kertas
kartonnya masing-masing, Guru menentukan waktu untuk memulai
menulis, Siswa cukup mengisi satu jawaban dengan waktu yang
ditentukan guru, Seterusnya tiap kelompok bergilir mengisi jawaban
menurut arah jarum jam, dan begitu seterusnya yang terakhir adalah
diadakan diskusi kelas dan tanya jawab.
13) Reciprocal Teaching
Model pembelajaran kooperatif tipe reciprocal teaching (pengajaran
timbal balik) dikembangkan oleh Brown & Paliscar (1982). Pengajaran
timbal balik atau reciprocal teaching ini juga merupakan sebuah model
pembelajaran kooperatif yang meminta siswa untuk membentuk
pasangan saat berpartisipasi dalam sebuah dialog (percakapan atau
diskusi) mengenai sebuah teks (bahan bacaan). Setiap anggota
pasangan

secara

bergantian

membaca teks

dan

mengajukan

pertanyaan-pertanyaan, menerima dan memperoleh umpan balik
(feedback).

Model pembelajaran tipe reciprocal teaching ini memungkinkan siswa
untuk melatih dan menggunakan teknik-teknik metakognitif seperti
mengklarifikasi, bertanya, memprediksi, dan menyimpulkan. Model

28

Pendahuluan

pembelajaran kooperatif tipe reciprocal teaching ini dikembangkan
agar siswa dapat belajar secara efektif dari siswa lainnya.
14) CIRC (Cooperative Integrated Reading Composition)
Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (cooperative integrated
reading composition) adalah sebuah model pembelajaran yang
sengaja dirancang untuk mengembangkan kemampuan membaca,
menulis, dan keterampilan-keterampilan berbahasa, baik pada jenjang
pendidikan tinggi maupun pada jenjang dasar. Pada tipe model
pembelajaran kooperatif yang satu ini siswa tidak hanya mendapat
kesempatan belajar melalui presentasi langsung oleh guru tentang
keterampilan membaca dan menulis, tetapi juga teknik menulis sebuah
komposisi (naskah).
CIRC dikembangkan untuk menyokong pendekatan pembelajaran
tradisional pada mata pelajaran bahasa yang disebut “kelompok
membaca berbasis keterampilan”. Pada model pembelajaran CIRC ini
siswa berpasang-pasangan di dalam kelompoknya. Ketika guru
sedang membantu sebuah kelompok-membaca (reading group),
pasangan-pasangan saling mengajari satu sama lain bagaimana
“membaca-bermakna”

dan

keterampilan

menulis

melalui

teknik

reciprocal (timbal balik). Mereka diminta untuk saling membantu untuk
menunjukkan aktivitas pengembangan keterampilan dasar berbahasa
(misalnya membaca bersuara (oral reading), menebak konteks
bacaan, mengemukakan pertanyaan terkait bacaan, menyimpulkan,
meringkas, menulis sebuah komposisi berdasarkan sebuah cerita, dan
merevisi sebuah komposisi). Setelah itu, buku kumpulan komposisi
hasil kelompok dipublikasikan pada akhir proses pembelajaran. Semua
kelompok kemudian diberikan penghargaan atas upaya mereka dalam
belajar dan menyelesaikan tugas membaca dan menulis.

29

Modul Guru Pembelajar Kompetensi Pedagogik KK C

Gambar 6 Cooperative Learning
Sumber : faithbookjr.ning.com

15) The Williams
Tipe model pembelajaran kooperatif The Williams mengajak siswa
melakukan kolaborasi untuk menjawab sebuah pertanyaan besar yang
merupakan sebuah tujuan pembelajaran. Pada model pembelajaran ini
siswa dikelompok-kelompokan secara heterogen seperti pada tipe
STAD. Kemudian setiap kelompok diberikan pertanyaan yang
berbeda-beda dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif
yang memungkinkan siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran
tersebut.
16) TPS (Think Pairs Share)
Model pembelajaran kooperatif tipe TPS (think pairs share) mulanya
dikembangkan oleh Frank T. Lyman (1981). Tipe model pembelajaran
kooperatif ini memungkinkan setiap anggota pasangan siswa untuk
berkontemplasi terhadap sebuah pertanyaan yang diajukan. Setelah
diberikan waktu yang cukup mereka selanjutnya diminta untuk
mendiskusikan apa yang telah mereka pikirkan tadi (hasil kontemplasi)
dengan

pasangannya

masing-masing.

Setelah

diskusi

dengan

pasangan selesai, guru kemudian mengumpulkan tanggapan atau
jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan tersebut dari seluruh
siswa.

30

Pendahuluan

17) TPC (Think Pairs Check)
Model pembelajaran kooperatif tipe think pairs-check adalah modifikasi
dari tipe think pairs share, di mana penekanan pembelajaran ada pada
saat mereka diminta untuk saling cek jawaban atau tanggapan
terhadap pertanyaan guru saat berada dalam pasangan.
18) TPW (Think Pairs Write)
Tipe model pembelajaran kooperatif TPW (Think Pairs Write) juga
merupakan variasi dari model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think
Pairs Share). Penekanan model pembelajaran kooperatif tipe ini
adalah

setelah

mereka

berpasangan,

mereka

diminta

untuk

menuliskan jawaban atau tanggapan terhadappertanyaan yang telah
diberikan oleh guru. Model pembelajaran kooperatif tipe TPW ini
sangat cocok untuk pelajaran menulis.
19) Tea Party (Pesta Minum Teh)
Pada model pembelajaran kooperatif tipe tea party, siswa membentuk
dua lingkaran konsentris atau dua barisan di mana siswa saling
berhadapan satu sama lain. Guru mengajukan sebuah pertanyaan
(pada bidang mata pelajaran apa saja) dan kemudian siswa
mendiskusikan

jawabannya

dengan

siswa

yang

berhadapanan

dengannya. Setelah satu menit, baris terluar atau lingkaran terluar
bergerak searah jarum jamsehingga akan berhadapan dengan
pasangan yang baru. Guru kemudian mengajukan pertanyaan kedua
untuk mereka diskusikan. Langkah-langkah seperti ini terus dilanjutkan
hingga guru selesai mengajukan 5 atau lebih pertanyaan untuk
didiskusikan.

Untuk

sedikit

variasi

dapat

pula

siswa

diminta

menuliskan pertanyaan-pertanyaan pada kartu untuk catatan nanti bila
diadakan tes.
20) Write Around
Model pembelajaran kooperatif tipe write around ini cocok digunakan
untuk menulis kreatif atau untuk menulis simpulan. Pertama-tama guru
memberikan sebuah kalimat pembuka. Mintalah semua siswa dalam
31