PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SEMESTER GENAP PADA MATERI POKOK FLUIDA DINAMIS DI SMA N 1 STABAT T.P. 2014/2015.
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SEMESTER
GENAP PADA MATERI POKOK FLUIDA DINAMIS
DI SMA N 1 STABAT T.P . 2014/2015
Oleh:
Ayu Syahputri
4111121003
Program Studi Pendidikan Fisika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015
i
iii
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SEMESTER
GENAP PADA MATERI POKOK FLUIDA DINAMIS
DI SMA N 1 STABAT T.P. 2014/2015
Ayu Syahputri (NIM 4111121003)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
discovery learning terhadap hasil belajar siswa kelas XI semester genap pada
materi pokok fluida dinamis di SMA N 1 Stabat T.P. 2014/2015.
Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian
adalah seluruh siswa kelas XI SMA N 1 Stabat T.P 2014/2015. Pengambilan
sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling dengan mengambil 2
kelas sampel. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa
adalah tes hasil belajar dalam bentuk pilihan berganda dengan jumlah 20 soal
yang telah divalidasikan.
Dari data penelitian diperoleh nilai rata-rata pretes kelas eksperimen
adalah 48,33 dengan standar deviasi 10,85 dan nilai rata-rata pretes kelas kontrol
47 dengan standar deviasi 11,49. Pada uji normalitas dan homogenitas kedua
kelas berdistribusi normal dan homogen. Hasil uji t pretes diperoleh thitung < ttabel =
0,59 < 1,988 maka H0 diterima, berarti kedua kelas memiliki kemampuan awal
yang sama. Setelah diberikan perlakuan yang berbeda, kelas eksperimen dengan
model pembelajaran discovery learning dan kelas kontrol dengan model
pembelajaran konvensional, diperoleh hasil postes dengan hasil rata-rata kelas
eksperimen 78,33 dengan standar deviasi 8,24 dan kelas kontrol 74,17 dengan
standar deviasi 10,09. Pada uji normalitas dan homogenitas kedua kelas
berdistribusi normal dan homogen. Hasil uji t postes diperoleh thitung > ttabel = 2,26
> 1,988 sehingga Ha diterima. Dengan demikian, diperoleh bahwa hasil belajar
siswa menggunakan model pembelajaran discovery learning lebih baik daripada
hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada
materi pokok fluida dinamis kelas XI semester genap di SMA N 1 Stabat T.P
2014/2015.
Kata kunci: discovery learning, konvensional, hasil belajar
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Fluida Yang Mengalir
18
Gambar 2.2. Fluida Yang Keluar Dari Dasar Wadah
19
Gambar 2.3. Fluida Yang Mengalir Pada Pipa
20
Gambar 2.4. Tabung Pitot
21
Gambar 2.5. Penyemprot Parfum
23
Gambar 2.6. Tikus Membuat Lubang Bawah Tanah
24
Gambar 2.7. Sayap Pesawat
25
Gambar 3.1. Diagram Skema Penelitian
33
Gambar 4.1. Diagram Batang Data Pretes
40
Gambar 4.2. Diagram Batang Data Postes
41
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan
individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan
dan sepanjang hidup. Pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah
tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri
dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana individu
itu berada. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektualitas saja,
akan tetapi lebih ditekankan pada proses pembinaan kepribadian anak didik secara
menyeluruh sehingga anak menjadi lebih dewasa (Sagala, 2003: 1).
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam proses kehidupan
individu. Peranan pendidikan merupakan salah satu faktor penentu bagi hasil dan
produktivitas seseorang. Hal ini berarti kualitas pendidikan merupakan faktor
penentu keberhasilan seseorang dalam mencapai kesuksesannya. Tentunya
kualitas pendidikan ini tidak terlepas dari peran utama guru yang dituntut untuk
mewujudkan hasil belajar yang baik dan membanggakan untuk siswa – siswanya.
Untuk menerapkan pendidikan yang bermutu dan berkualitas, pemerintah
melakukan perubahan yaitu dengan pergantian Kurikulum 2013 dari kurikulum
sebelumnya.
Pada Kurikulum 2013, siswa dituntut berperan aktif dalam proses
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dalam Kurikulum 2013 diarahkan untuk
memberdayakan semua potensi yang dimiliki peserta didik agar mereka dapat
memiliki kompetensi yang diharapkan. Kebijakan pengembangan Kurikulum
2013 diharapkan mampu menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif,
inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
terintegrasi. Implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran dengan
pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa
agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui
tahapan – tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),
2
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan
data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan
mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan” (Hosnan,
2014: 34).
Fisika pada hakikatnya terdiri atas tiga aspek yaitu produk, proses, dan
sikap. Kenyataan yang terjadi di lapangan adalah pengajaran fisika di sekolah
lebih menekankan pada aspek produk seperti hukum, teori, dan rumus. Para siswa
dituntut untuk menghafal rumus fisika yang sedemikian banyak untuk dapat
menyelesaikan soal – soal yang diberikan ketika proses belajar mengajar
dilaksanakan. Guru lebih banyak menerangkan dan menjelaskan sedangkan siswa
mendengar dan mencatat (Dewi, 2011:1).
Hasil pengamatan yang telah dilakukan peneliti selama mengikuti program
pengalaman lapangan terpadu (PPLT) dan observasi yang dilakukan sebelum
menentukan judul proposal penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran
fisika belum sesuai dengan Kurikulum 2013 yang menuntut siswa berperan aktif.
Kenyataan yang terjadi siswa masih pasif dalam proses pembelajaran karena
pembelajaran masih berpusat pada guru. Guru lebih menekankan siswa untuk
menghafal rumus fisika agar mampu menyelesaikan soal – soal yang diberikan.
Siswa hanya menyerap informasi yang diberikan oleh guru sehingga siswa kurang
tertarik dalam pembelajaran fisika dan tidak dapat mengembangkan pengetahuan
yang ia miliki. Guru tidak melatih siswa untuk mampu memecahkan masalah dan
mencari pengalaman dengan melakukan percobaan/belajar mandiri yang
memungkinkan
mereka
untuk
menemukan
pengetahuan
baru.
Hal
ini
menyebabkan siswa tidak memiliki kemampuan untuk mengeksplorasi dan
memecahkan masalah. Sehingga siswa tidak memiliki kesempatan untuk
mengembangkan pengetahuannya dan menemukan pengetahuan yang baru
melalui proses pembelajaran. Dengan begitu siswa tidak tertarik dan malas
mengikuti pelajaran fisika sehingga pengetahuan mereka terkait pelajaran fisika
sangat kurang dan berimbas pada hasil belajar mereka yang masih rendah.
Fakta tersebut menunjukkan bahwa pengajaran fisika di sekolah belum
menyentuh aspek proses dan sikap. Menurut Rusmiyati dan Yulianto (2009: 1),
3
mata pelajaran fisika dikembangkan dengan tujuan untuk mengembangkan
observasi dan eksperimentasi. Hal ini didasari oleh tujuan pembelajaran sains,
yakni mengamati, memahami, dan memanfaatkan gejala – gejala alam yang
melibatkan materi (zat) dan energi. Kemampuan observasi dan eksperimentasi ini
lebih menekankan pada kemampuan penyelidikan/penemuan yang mempengaruhi
aspek proses dan sikap siswa selama pembelajaran. Hal inilah yang menjadi
karakteristik dari pelajaran fisika.
Berkaitan dengan permasalahan yang terjadi pada pembelajaran fisika di
sekolah, maka guru harus menggunakan model pembelajaran yang bervariasi agar
siswa lebih tertarik dan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah
sehingga hasil yang didapat siswa tidak sebatas untuk mencapai target dan tujuan
pembelajaran saja, terlebih siswa akan mendapatkan pembelajaran yang lebih
bermakna dan menemukan sesuatu yang baru.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah
meningkatkan keaktifan siswa adalah dengan menggunakan model pembelajaran
yang berpusat pada siswa (student center learning). Dengan aktifnya siswa dalam
proses pembelajaran maka diharapkan pembelajaran lebih bermakna, sehingga
siswa jadi lebih merasa terlibat dan termotivasi sendiri untuk terus belajar. Model
pembelajaran yang cocok untuk mengatasi masalah terkait kemampuan siswa
dalam mengeksplorasi dan memecahkan masalah sehingga siswa menemukan
pengetahuan baru adalah model pembelajaran discovery learning. Model
pembelajaran discovery learning adalah model yang melatih siswa untuk
mengeksplorasi dan memecahkan masalah melalui cara menghimpun informasi,
membandingkan,
mengkategorikan,
menganalisis,
mengintegrasikan,
mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan – kesimpulan. Model
pembelajaran discovery learning ini terdiri dari rangkaian tahap – tahap kegiatan
yang diorganisasikan sedemikian rupa membentuk suatu kesinambungan sehingga
pembelajar dapat menguasai kompetensi – kompetensi yang harus dicapai dalam
pembelajaran dengan jalan berperan aktif. Selain itu, model pembelajaran
discovery learning cocok untuk mengembangkan aspek proses dan sikap dalam
kegiatan pembelajaran karena pada model pembelajaran discovery learning siswa
4
dituntut untuk menemukan suatu konsep. Untuk menemukan suatu konsep siswa
akan mengalami proses dan menunjukkan sikapnya sehingga karakteristik
pelajaran fisika akan terlihat.
Berdasarkan uraian masalah di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Model Pembelajaran Discovery
Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI Semester Genap Pada
Materi Pokok Fluida Dinamis Di SMA N 1 Stabat T.P. 2014/2015.”
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengidentifikasi masalah
sebagai berikut:
1. Pembelajaran fisika di sekolah lebih menekankan pada aspek produk.
2. Siswa kurang tertarik dan malas pada pelajaran fisika, siswa
menganggap pelajaran fisika hanya menghafal rumus.
3. Model pembelajaran yang digunakan guru tidak bervariasi.
4. Kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran fisika.
5. Guru
tidak
melatih
siswa
untuk
mampu mengeksplorasi
dan
memecahkan masalah.
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah
sebagai berikut:
1. Penelitian ini dilakukan di SMA N 1 Stabat dan objek yang diteliti
adalah siswa kelas XI semester genap T.P. 2014/2015.
2. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran
discovery learning.
3. Hasil belajar kognitif siswa pada materi fluida dinamis.
5
1.4. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana hasil belajar siswa kelas XI semester genap pada materi
pokok fluida dinamis dengan menggunakan model pembelajaran
discovery learning di SMA N 1 Stabat T.P. 2014/2015?
2. Bagaimana hasil belajar siswa kelas XI semester genap pada materi
pokok fluida dinamis dengan menggunakan model pembelajaran
konvensional di SMA N 1 Stabat T.P. 2014/2015?
3. Adakah pengaruh model pembelajaran discovery learing terhadap hasil
belajar siswa kelas XI semester genap pada materi pokok fluida dinamis
di SMA N 1 Stabat T.P. 2014/2015?
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas XI semester genap pada
materi pokok fluida dinamis dengan menggunakan model pembelajaran
discovery learning di SMA N 1 Stabat T.P. 2014/2015.
2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas XI semester genap pada
materi pokok fluida dinamis dengan menggunakan model pembelajaran
konvensional di SMA N 1 Stabat T.P. 2014/2015.
3. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran discovery learning
terhadap hasil belajar siswa kelas XI semester genap pada materi pokok
fluida dinamis di SMA N 1 Stabat T.P. 2014/2015.
1.6. Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini selesai dilaksanakan maka manfaat yang diharapkan
dari penelitian ini adalah :
1. Menambah
pengetahuan
dan
wawasan
penulis
tentang
model
pembelajaran discovery learning yang dapat digunakan ketika mengajar.
2. Sebagai bahan referensi yang dapat digunakan untuk melakukan
penelitian lanjutan bagi peneliti selanjutnya.
6
1.7. Defenisi Operasional
Defenisi operasional dari kata atau istilah dalam kegiatan penelitian ini
adalah :
1. Model pembelajaran discovery learning merupakan suatu model yang
mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri
konsep atau pengetahuan. Fase – fase model pembelajaran discovery
learning yaitu problem statement (pernyataan/identifikasi masalah),
stimulation (pemberian rangsangan), data collection (pengumpulan
data), data processing (pengolahan data), verification (pembuktian),
dan generalization (menarik kesimpulan).
2. Model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang
biasa digunakan oleh guru.
3. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh dari proses belajar berupa
nilai yang menunjukkan hasil yang dicapai.
48
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari hasil analisa data dan
pengujian hipotesis maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil belajar siswa kelas XI semester genap pada materi pokok fluida
dinamis dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning
nilai rata – ratanya sebesar 78,33. Nilai ketuntasan minimal pelajaran
fisika di SMA Negeri 1 Stabat adalah 75,0 berarti nilai rata – rata hasil
belajar siswa tergolong tuntas.
2. Hasil belajar siswa kelas XI semester genap pada materi pokok fluida
dinamis dengan menggunakan model pembelajaran konvensional nilai rata
– ratanya sebesar 74,17. Nilai ketuntasan minimal pelajaran fisika di SMA
Negeri 1 Stabat adalah 75,0 berarti nilai rata – rata hasil belajar siswa
tergolong belum tuntas.
3. Berdasarkan hasil perhitungan uji t diperoleh bahwa t hitung > t tabel (2,26 >
1,988). Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan hasil belajar siswa di
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berarti, model pembelajaran discovery
learning berpengaruh terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa. Artinya
Ha diterima yakni hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran
discovery learning lebih baik daripada hasil belajar siswa dengan
menggunakan model pembelajaran konvensional pada materi pokok fluida
dinamis kelas XI semester genap di SMA N 1 Stabat T.P 2014/2015.
5.2. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti menemukan
beberapa kendala yang dihadapi. Agar kendala – kendala yang terjadi tidak
terulang
kembali,
sebaiknya
para
peneliti
selanjutnya
terlebih
dahulu
memperhatikan kelemahan dan kekurangan yang terdapat dalam penelitian ini.
Sehingga kendala, kelemahan, dan kekurangan dalam penelitian ini tidak terulang
49
kembali dan dapat diperbaiki oleh para peneliti selanjutnya. Para peneliti yang
akan melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran yang sama
yaitu model pembelajaran discovery learning, sebaiknya melaksanakan proses
pembelajaran sesuai dengan sintaks (langkah – langkah) pada model pembelajaran
discovery learning dan menyesuaikan waktu dengan keadaan pada proses
pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran discovery learning dapat berjalan dengan efisien dan memberikan
hasil yang lebih baik lagi dari penelitian yang telah dilakukan.
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SEMESTER
GENAP PADA MATERI POKOK FLUIDA DINAMIS
DI SMA N 1 STABAT T.P . 2014/2015
Oleh:
Ayu Syahputri
4111121003
Program Studi Pendidikan Fisika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015
i
iii
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SEMESTER
GENAP PADA MATERI POKOK FLUIDA DINAMIS
DI SMA N 1 STABAT T.P. 2014/2015
Ayu Syahputri (NIM 4111121003)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
discovery learning terhadap hasil belajar siswa kelas XI semester genap pada
materi pokok fluida dinamis di SMA N 1 Stabat T.P. 2014/2015.
Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian
adalah seluruh siswa kelas XI SMA N 1 Stabat T.P 2014/2015. Pengambilan
sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling dengan mengambil 2
kelas sampel. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa
adalah tes hasil belajar dalam bentuk pilihan berganda dengan jumlah 20 soal
yang telah divalidasikan.
Dari data penelitian diperoleh nilai rata-rata pretes kelas eksperimen
adalah 48,33 dengan standar deviasi 10,85 dan nilai rata-rata pretes kelas kontrol
47 dengan standar deviasi 11,49. Pada uji normalitas dan homogenitas kedua
kelas berdistribusi normal dan homogen. Hasil uji t pretes diperoleh thitung < ttabel =
0,59 < 1,988 maka H0 diterima, berarti kedua kelas memiliki kemampuan awal
yang sama. Setelah diberikan perlakuan yang berbeda, kelas eksperimen dengan
model pembelajaran discovery learning dan kelas kontrol dengan model
pembelajaran konvensional, diperoleh hasil postes dengan hasil rata-rata kelas
eksperimen 78,33 dengan standar deviasi 8,24 dan kelas kontrol 74,17 dengan
standar deviasi 10,09. Pada uji normalitas dan homogenitas kedua kelas
berdistribusi normal dan homogen. Hasil uji t postes diperoleh thitung > ttabel = 2,26
> 1,988 sehingga Ha diterima. Dengan demikian, diperoleh bahwa hasil belajar
siswa menggunakan model pembelajaran discovery learning lebih baik daripada
hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada
materi pokok fluida dinamis kelas XI semester genap di SMA N 1 Stabat T.P
2014/2015.
Kata kunci: discovery learning, konvensional, hasil belajar
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Fluida Yang Mengalir
18
Gambar 2.2. Fluida Yang Keluar Dari Dasar Wadah
19
Gambar 2.3. Fluida Yang Mengalir Pada Pipa
20
Gambar 2.4. Tabung Pitot
21
Gambar 2.5. Penyemprot Parfum
23
Gambar 2.6. Tikus Membuat Lubang Bawah Tanah
24
Gambar 2.7. Sayap Pesawat
25
Gambar 3.1. Diagram Skema Penelitian
33
Gambar 4.1. Diagram Batang Data Pretes
40
Gambar 4.2. Diagram Batang Data Postes
41
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan
individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan
dan sepanjang hidup. Pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah
tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri
dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana individu
itu berada. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektualitas saja,
akan tetapi lebih ditekankan pada proses pembinaan kepribadian anak didik secara
menyeluruh sehingga anak menjadi lebih dewasa (Sagala, 2003: 1).
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam proses kehidupan
individu. Peranan pendidikan merupakan salah satu faktor penentu bagi hasil dan
produktivitas seseorang. Hal ini berarti kualitas pendidikan merupakan faktor
penentu keberhasilan seseorang dalam mencapai kesuksesannya. Tentunya
kualitas pendidikan ini tidak terlepas dari peran utama guru yang dituntut untuk
mewujudkan hasil belajar yang baik dan membanggakan untuk siswa – siswanya.
Untuk menerapkan pendidikan yang bermutu dan berkualitas, pemerintah
melakukan perubahan yaitu dengan pergantian Kurikulum 2013 dari kurikulum
sebelumnya.
Pada Kurikulum 2013, siswa dituntut berperan aktif dalam proses
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dalam Kurikulum 2013 diarahkan untuk
memberdayakan semua potensi yang dimiliki peserta didik agar mereka dapat
memiliki kompetensi yang diharapkan. Kebijakan pengembangan Kurikulum
2013 diharapkan mampu menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif,
inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
terintegrasi. Implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran dengan
pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa
agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui
tahapan – tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),
2
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan
data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan
mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan” (Hosnan,
2014: 34).
Fisika pada hakikatnya terdiri atas tiga aspek yaitu produk, proses, dan
sikap. Kenyataan yang terjadi di lapangan adalah pengajaran fisika di sekolah
lebih menekankan pada aspek produk seperti hukum, teori, dan rumus. Para siswa
dituntut untuk menghafal rumus fisika yang sedemikian banyak untuk dapat
menyelesaikan soal – soal yang diberikan ketika proses belajar mengajar
dilaksanakan. Guru lebih banyak menerangkan dan menjelaskan sedangkan siswa
mendengar dan mencatat (Dewi, 2011:1).
Hasil pengamatan yang telah dilakukan peneliti selama mengikuti program
pengalaman lapangan terpadu (PPLT) dan observasi yang dilakukan sebelum
menentukan judul proposal penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran
fisika belum sesuai dengan Kurikulum 2013 yang menuntut siswa berperan aktif.
Kenyataan yang terjadi siswa masih pasif dalam proses pembelajaran karena
pembelajaran masih berpusat pada guru. Guru lebih menekankan siswa untuk
menghafal rumus fisika agar mampu menyelesaikan soal – soal yang diberikan.
Siswa hanya menyerap informasi yang diberikan oleh guru sehingga siswa kurang
tertarik dalam pembelajaran fisika dan tidak dapat mengembangkan pengetahuan
yang ia miliki. Guru tidak melatih siswa untuk mampu memecahkan masalah dan
mencari pengalaman dengan melakukan percobaan/belajar mandiri yang
memungkinkan
mereka
untuk
menemukan
pengetahuan
baru.
Hal
ini
menyebabkan siswa tidak memiliki kemampuan untuk mengeksplorasi dan
memecahkan masalah. Sehingga siswa tidak memiliki kesempatan untuk
mengembangkan pengetahuannya dan menemukan pengetahuan yang baru
melalui proses pembelajaran. Dengan begitu siswa tidak tertarik dan malas
mengikuti pelajaran fisika sehingga pengetahuan mereka terkait pelajaran fisika
sangat kurang dan berimbas pada hasil belajar mereka yang masih rendah.
Fakta tersebut menunjukkan bahwa pengajaran fisika di sekolah belum
menyentuh aspek proses dan sikap. Menurut Rusmiyati dan Yulianto (2009: 1),
3
mata pelajaran fisika dikembangkan dengan tujuan untuk mengembangkan
observasi dan eksperimentasi. Hal ini didasari oleh tujuan pembelajaran sains,
yakni mengamati, memahami, dan memanfaatkan gejala – gejala alam yang
melibatkan materi (zat) dan energi. Kemampuan observasi dan eksperimentasi ini
lebih menekankan pada kemampuan penyelidikan/penemuan yang mempengaruhi
aspek proses dan sikap siswa selama pembelajaran. Hal inilah yang menjadi
karakteristik dari pelajaran fisika.
Berkaitan dengan permasalahan yang terjadi pada pembelajaran fisika di
sekolah, maka guru harus menggunakan model pembelajaran yang bervariasi agar
siswa lebih tertarik dan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah
sehingga hasil yang didapat siswa tidak sebatas untuk mencapai target dan tujuan
pembelajaran saja, terlebih siswa akan mendapatkan pembelajaran yang lebih
bermakna dan menemukan sesuatu yang baru.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah
meningkatkan keaktifan siswa adalah dengan menggunakan model pembelajaran
yang berpusat pada siswa (student center learning). Dengan aktifnya siswa dalam
proses pembelajaran maka diharapkan pembelajaran lebih bermakna, sehingga
siswa jadi lebih merasa terlibat dan termotivasi sendiri untuk terus belajar. Model
pembelajaran yang cocok untuk mengatasi masalah terkait kemampuan siswa
dalam mengeksplorasi dan memecahkan masalah sehingga siswa menemukan
pengetahuan baru adalah model pembelajaran discovery learning. Model
pembelajaran discovery learning adalah model yang melatih siswa untuk
mengeksplorasi dan memecahkan masalah melalui cara menghimpun informasi,
membandingkan,
mengkategorikan,
menganalisis,
mengintegrasikan,
mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan – kesimpulan. Model
pembelajaran discovery learning ini terdiri dari rangkaian tahap – tahap kegiatan
yang diorganisasikan sedemikian rupa membentuk suatu kesinambungan sehingga
pembelajar dapat menguasai kompetensi – kompetensi yang harus dicapai dalam
pembelajaran dengan jalan berperan aktif. Selain itu, model pembelajaran
discovery learning cocok untuk mengembangkan aspek proses dan sikap dalam
kegiatan pembelajaran karena pada model pembelajaran discovery learning siswa
4
dituntut untuk menemukan suatu konsep. Untuk menemukan suatu konsep siswa
akan mengalami proses dan menunjukkan sikapnya sehingga karakteristik
pelajaran fisika akan terlihat.
Berdasarkan uraian masalah di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Model Pembelajaran Discovery
Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI Semester Genap Pada
Materi Pokok Fluida Dinamis Di SMA N 1 Stabat T.P. 2014/2015.”
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengidentifikasi masalah
sebagai berikut:
1. Pembelajaran fisika di sekolah lebih menekankan pada aspek produk.
2. Siswa kurang tertarik dan malas pada pelajaran fisika, siswa
menganggap pelajaran fisika hanya menghafal rumus.
3. Model pembelajaran yang digunakan guru tidak bervariasi.
4. Kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran fisika.
5. Guru
tidak
melatih
siswa
untuk
mampu mengeksplorasi
dan
memecahkan masalah.
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah
sebagai berikut:
1. Penelitian ini dilakukan di SMA N 1 Stabat dan objek yang diteliti
adalah siswa kelas XI semester genap T.P. 2014/2015.
2. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran
discovery learning.
3. Hasil belajar kognitif siswa pada materi fluida dinamis.
5
1.4. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana hasil belajar siswa kelas XI semester genap pada materi
pokok fluida dinamis dengan menggunakan model pembelajaran
discovery learning di SMA N 1 Stabat T.P. 2014/2015?
2. Bagaimana hasil belajar siswa kelas XI semester genap pada materi
pokok fluida dinamis dengan menggunakan model pembelajaran
konvensional di SMA N 1 Stabat T.P. 2014/2015?
3. Adakah pengaruh model pembelajaran discovery learing terhadap hasil
belajar siswa kelas XI semester genap pada materi pokok fluida dinamis
di SMA N 1 Stabat T.P. 2014/2015?
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas XI semester genap pada
materi pokok fluida dinamis dengan menggunakan model pembelajaran
discovery learning di SMA N 1 Stabat T.P. 2014/2015.
2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas XI semester genap pada
materi pokok fluida dinamis dengan menggunakan model pembelajaran
konvensional di SMA N 1 Stabat T.P. 2014/2015.
3. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran discovery learning
terhadap hasil belajar siswa kelas XI semester genap pada materi pokok
fluida dinamis di SMA N 1 Stabat T.P. 2014/2015.
1.6. Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini selesai dilaksanakan maka manfaat yang diharapkan
dari penelitian ini adalah :
1. Menambah
pengetahuan
dan
wawasan
penulis
tentang
model
pembelajaran discovery learning yang dapat digunakan ketika mengajar.
2. Sebagai bahan referensi yang dapat digunakan untuk melakukan
penelitian lanjutan bagi peneliti selanjutnya.
6
1.7. Defenisi Operasional
Defenisi operasional dari kata atau istilah dalam kegiatan penelitian ini
adalah :
1. Model pembelajaran discovery learning merupakan suatu model yang
mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri
konsep atau pengetahuan. Fase – fase model pembelajaran discovery
learning yaitu problem statement (pernyataan/identifikasi masalah),
stimulation (pemberian rangsangan), data collection (pengumpulan
data), data processing (pengolahan data), verification (pembuktian),
dan generalization (menarik kesimpulan).
2. Model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang
biasa digunakan oleh guru.
3. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh dari proses belajar berupa
nilai yang menunjukkan hasil yang dicapai.
48
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari hasil analisa data dan
pengujian hipotesis maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil belajar siswa kelas XI semester genap pada materi pokok fluida
dinamis dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning
nilai rata – ratanya sebesar 78,33. Nilai ketuntasan minimal pelajaran
fisika di SMA Negeri 1 Stabat adalah 75,0 berarti nilai rata – rata hasil
belajar siswa tergolong tuntas.
2. Hasil belajar siswa kelas XI semester genap pada materi pokok fluida
dinamis dengan menggunakan model pembelajaran konvensional nilai rata
– ratanya sebesar 74,17. Nilai ketuntasan minimal pelajaran fisika di SMA
Negeri 1 Stabat adalah 75,0 berarti nilai rata – rata hasil belajar siswa
tergolong belum tuntas.
3. Berdasarkan hasil perhitungan uji t diperoleh bahwa t hitung > t tabel (2,26 >
1,988). Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan hasil belajar siswa di
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berarti, model pembelajaran discovery
learning berpengaruh terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa. Artinya
Ha diterima yakni hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran
discovery learning lebih baik daripada hasil belajar siswa dengan
menggunakan model pembelajaran konvensional pada materi pokok fluida
dinamis kelas XI semester genap di SMA N 1 Stabat T.P 2014/2015.
5.2. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti menemukan
beberapa kendala yang dihadapi. Agar kendala – kendala yang terjadi tidak
terulang
kembali,
sebaiknya
para
peneliti
selanjutnya
terlebih
dahulu
memperhatikan kelemahan dan kekurangan yang terdapat dalam penelitian ini.
Sehingga kendala, kelemahan, dan kekurangan dalam penelitian ini tidak terulang
49
kembali dan dapat diperbaiki oleh para peneliti selanjutnya. Para peneliti yang
akan melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran yang sama
yaitu model pembelajaran discovery learning, sebaiknya melaksanakan proses
pembelajaran sesuai dengan sintaks (langkah – langkah) pada model pembelajaran
discovery learning dan menyesuaikan waktu dengan keadaan pada proses
pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran discovery learning dapat berjalan dengan efisien dan memberikan
hasil yang lebih baik lagi dari penelitian yang telah dilakukan.