Analisis pengaruh merger terhadap kinerja finansial perbankan : studi empiris pada bank-bank yang melakukan merger tahun 2004-2010.

(1)

ANALISIS PENGARUH MERGER TERHADAP KINERJA FINANSIAL PERBANKAN

Studi Empiris pada Bank-bank yang Melakukan Merger Tahun 2004-2010

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh :

Stefani Ayu Rahayu NIM : 092214066

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

i

ANALISIS PENGARUH MERGER TERHADAP KINERJA FINANSIAL PERBANKAN

Studi Empiris pada Bank-bank yang Melakukan Merger Tahun 2004-2010

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh :

Stefani Ayu Rahayu NIM : 092214066

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

iv

Motto :

Berikan aku 1 ribu orang tua, niscaya akan aku cabut

semeru dari akarnya. Berikan aku 1 pemuda, niscaya

akan kuguncangkan dunia.

(Ir. Soekarna)

Education is the most powerful weapon which you can

use to change the world. I’m the a master of my fate, the

captain of my soul.

(Nelson Mandela)

Percaya dan bersungguh-sungguh akan membawa kita

ke-1 jalan yaitu, kebahagian. Kebahagian untuk meraih

keindahan yang telah Tuhan siapkan untuk kita.

(Penulis)

Skripsi ini dipersembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus sumber doa dan kekuatanku.

Bapak, Ibu, dan kedua adikku tercinta, atas segala

curahan cinta, dukungan, perhatian, dan doanya.

Teman-temanku yang selalu mendukung dan menemani

dalam keadaan apapun.


(6)

v

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN MANAJEMEN-PROGRAM STUDI MANAJEMEN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, dengan ini menyatakan bahwa Skripsi dengan judul:

ANALISIS PENGARUH MERGER TERHADAP KINERJA FINANSIAL PERBANKAN

Studi Empiris pada Bank-bank yang Melakukan Merger Tahun 2004-2010 dan diajukan untuk diuji pada tanggal 23 Juli 2013 adalah hasil karya saya. Dengan ini, saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau symbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, saya tiru, atau saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan (disebutkan dalam referensi) pada penulis aslinya.

Bila dikemudian hari terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan tersebut, maka saya bersedia menerima sanksi, yaitu skripsi ini digugurkan dan gelar akademik yang saya peroleh (S.E.) dibatalkan serta diproses sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 dan pasal 70).

Yogyakarta, 31 Juli 2013 Yang membuat pernyataan,

Stefani Ayu Rahayu NIM : 092214066


(7)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Stefani Ayu Rahayu

Nomor Mahasiswa : 092214066

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

ANALISIS PENGARUH MERGER TERHADAP KINERJA FINANSIAL PERBANKAN

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 31 Juli 2013

Yang menyatakan Stefani Ayu Rahayu NIM : 092214066


(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Merger Terhadap Kinerja Finansial Perbankan : Studi Empiris pada Bank-bank yang Melakukan Merger Tahun 2004-2010.” Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Romo Dr. Ir. P. Wiryono P.S.J., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma. 2. Dr. H. Herry Maridjo, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Dr. Lukas Purwoto, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Drs. A. Triwanggono, M.S., selaku Dosen Pembimbing I yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dengan kesungguhan hati.

5. Dr. Lukas Purwoto, S.E., M.Si., selaku dosen pembimbing II yang juga telah mengarahkan dan membimbing penulis sehingga skripsi ini menjadi lebih sempurna.

6. M.T. Ernawati, S.E., M. A., selaku anggota tim penguji yang telah memberi masukan yang sangat berguna.

7. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma. 8. Bapak C. Suharto, Ibu C. Kartini, dan kedua adikku (Eilin dan Daniel) serta

saudara-saudaraku semua yang telah banyak memberikan dukungan, kasih sayang, semangat, dan doa, serta telah menjadikanku orang yang kuat dan tegar dalam menghadapi hidup, sehingga membuatku dewasa dalam menyikapinya.

9. Teman-teman Mahasiswa Program Studi Manajemen 2009 (Endang, Natalis, Tere, Eqin, Ria, Nana, Cido, Agustina, DeviLau, PutriJati, Nurul, Linda,


(9)

viii

Amel, Sr. Klaren, Christian, Donny, Iwan, Benny, dan yang tidak bisa disebutkan satu persatu) dan teman-teman seperjuanganku (Lilis, Andro, Ernia, Flo, Daniel, Erick, Grace, dan Paulina). Terima kasih atas bantuan, doa, dan dukungan kalian semua.

10. Teman-teman KMPKS (Domas Akt USD, Felix TF Atma, Robert TI UKDW, Eko TI UKDW, Bambang TI UKDW, Frista Psi USD, Ayu Ken TI UKDW, Yuda Pendidikan Fisika USD, Pipit Akt USD, Clara PBI USD, Luluk PGSD USD, Shiro PGSD USD, FaniNdut Atma, FaniBelong USD, Fr. Edy SCJ, Fr. Nugroho SCJ, Fr. Wicak SCJ, Romo Kus SCJ, Romo Sugi SCJ, Romo Dedy SCJ, Romo Sigit SCJ, Romo Markus T. SCJ, segenap keluarga SCJ, dan semua anggota KMPKS lainnya) yang selama ini telah menjadi saudara, membantu saat suka maupun duka, dan selalu memberikan aku semangat.

11. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, karena keterbatasan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menjadi bahan masukan bagi rekan-rekan dalam menyusun skripsi.

Yogyakarta, 31 Juli 2013

Penulis

Stefani Ayu Rahayu NIM: 092214066


(10)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... ix

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiii

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

HALAMAN ABSTRAK ... xv

ABSTRACT ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Sistematika Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 10

1. Manajemen Keuangan ... 10

2. Lembaga Keuangan, Perbankan, dan Bank ... 11

3. Penggabungan Usaha/Merger Perbankan ... 13


(11)

x

b. Pengertian Merger ... 14

c. Motif Merger ... 16

d. Syarat merger ... 18

e. Faktor yang Mendorong Terjadinya Merger... 19

f. Manfaat dan Risiko Merger ... 20

g. Jenis Merger ... 21

h. Langkah-langkah Merger ... 25

4. Kinerja Perbankan ... 26

a. Laporan Keuangan ... 26

b. Rasio Keuangan ... 27

B. Hasil Penelitian Sebelumnya ... 32

C. Kerangka Konseptual Penelitian ... 33

D. Perumusan Hipotesis ... 34

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 35

B. Subyek dan Obyek Penelitian ... 35

C. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 36

D. Variabel Penelitian ... 36

E. Definisi Operasional ... 37

F. Populasi dan Sampel ... 39

G. Tenik Pengambilan Sampel ... 40

H. Sumber Data ... 41

I. Teknik Pengumpulan Data ... 42

J. Teknik Analisis Data ... 42

1. Perhitungan Rasio Keuangan Perbankan ... 42

2. Analisis Data ... 43

a. Kenaikan dan Penurunan Rasio CAMELS ... 43

b. Uji Normalitas ... 46


(12)

xi

BAB IV GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN

A. Bank Mutiara ... 49

B. Bank Artha Graha International ... 53

C. Bank Commonwealth ... 57

D. Bank Windu Kentjana International ... 60

E. Bank Rabobank International Indonsesia ... 65

F. Bank CIMB Niaga ... 67

G. Bank UOB Indonesia ... 72

H. Bank Indonesia (www.bi.go.id) ... 76

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Obyek Penelitian ... 83

B. Analisis Data ... 83

1. Kenaikan dan Penurunan Rasio CAMELS ... 83

2. Uji Normalitas ... 100

3. Uji Hipotesis ... 102

C. Analisis Kinerja Per Tahun Setelah Merger ... 113

D. Pembahasan ... 118

BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN A. Kesimpulan ... 125

B. Saran ... 125

C. Keterbatasan ... 126


(13)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

III.1 Daftar Sampel Bank Merger Tahun 2004-2010 ... 41

III.2 Perlakuan Data Keuangan ... 44

III.3 Daftar Sampel Rasio Finansial ... 45

III.4 Peningkatan Kinerja Finansial ... 48

V.1 Hasil Statistik Deskriptif Sebelum Merger ... 84

V.2 Hasil Statistik Deskriptif Setelah Merger (dirata-rata) ... 87

V.3 Hasil Statistik Deskriptif Setelah Merger (per periode) ... 91

V.4 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov (dirata-rata) ... 100

V.5 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov (per periode) ... 101

V.6 Hasil Uji Hipotesis Paired Sampel T-Test (dirata-rata) ... 103


(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

II.1 Kerangka Konseptual Penelitian ... 34

III.1 Indikator Rasio CAMELS ... 37

IV.1 Struktur Organisasi Bank Indonesia ... 80

V.1 Rata-rata CAR ... 113

V.2 Rata-rata ATTM ... 114

V.3 Rata-rata ROA ... 114

V.4 Rata-rata ROE ... 115

V.5 Rata-rata NIM ... 116

V.6 Rata-rata BOPO ... 116


(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1.1 Pedoman Observasi Dokumen ... 131

Lampiran 1.2 Rasio-rasio Finansial (dirata-rata) ... 133

Lampiran 1.3 Rasio Finansial 1 tahun Sebelum dan 1 tahun Sesudah merger 134 Lampiran 1.4 Rasio Finansial 1 tahun Sebelum dan 2 tahun Sesudah Merger 135 Lampiran 1.5 Rasio Finansial 1 tahun Sebelum dan 3 tahun Sesudah Merger 136 Lampiran 1.6 Hasil Uji Statistik Deskriptif Sebelum dan Setelah Merger ... 137

Lampiran 1.7 Hasil Uji Statistik Deskriptif Setelah Merger (per periode) ... 144

Lampiran 1.8 Hasil Uji Normalitas Sebelum dan Setelah Merger ... 148

Lampiran 1.9 Hasil Uji Normalitas Setelah Merger (per periode) ... 150

Lampiran 1.10 Hasil Uji Hipotesis Paired Sampel T-Test (dirata-rata) ... 152


(16)

xv ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH MERGER TERHADAP KINERJA FINANSIAL PERBANKAN

Studi Empiris pada Bank-bank yang Melakukan Merger Tahun 2004-2010

Stefani Ayu Rahayu Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan kinerja finansial perbankan setelah merger. Jenis penelitian ini adalah studi empiris. Sampel dalam penelitian ini adalah bank-bank yang melakukan merger tahun 2004-2010, sebanyak 16 bank. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif sebelum dan setelah merger, uji normalitas dengan

Kolmogorov-Smirnov, dan uji Paired Sampel T-Test, digunakan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kinerja finasial perbankan setelah merger. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa tidak ada peningkatan yang signifikan kinerja finansial perbankan setelah merger.

Kata kunci: merger, kinerja finansial perbankan, Kolmogorov-Smirnov, Paired Sampel T-Test.


(17)

xvi ABSTRACT

THE IMPACT OF MERGER ON BANKING FINANCIAL PERFORMANCE

The Empirical Study toward Banks which Had Done Merger on 2004-2010

Stefani Ayu Rahayu Sanata Dharma University

Yogyakarta 2013

This research aims to find out whether or not merger enhance the financial performance of banking industry. This is an empirical study. The samples of this research are 16 banks which merge on 2004-2010. Data analysis techniques used are descriptive statistic analysis before and after the merger, normality test by Kolmogorov-Smirnov, and Paired Sample T-Test. The result of this research showed that there is no financial performance improvement of banking after doing merger.

Key words: merger, performance of banking financial, Kolmogorov-Smirnov, Paired Sampel T-Test.


(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era globalisasi dan pasar bebas sekarang ini yang semakin berkembang dan majunya teknologi telah menciptakan persaingan yang ketat bagi semua perusahaan, begitupula dengan sektor perbankan. Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang sangat berpengaruh terhadap kegiatan sektor riil di Indonesia. Ketidakmampuan bank dalam mengelola operasionalnya serta bersaing di perekonomian global dan pasar bebas, memaksa bank untuk menerapkan strategi untuk bertahan, bersaing, dan berkembang. Banyak cara yang dilakukan oleh bank dalam menerapkan strategi tersebut, salah satunya adalah melakukan penggabungan usaha perbankan. Penggabungan usaha yang dilakukan oleh perbankan lebih cenderung ke arah merger dan akuisisi saja dan tidak memberikan gambaran tentang pengertian dan penerapan tentang konsolidasi atau peleburan. Dalam pola akuisisi terdapat pola penggabungan perusahaan atau merger dan peleburan dengan menghasilkan perusahaan konsolidasi.

Menurut Budianto (2004:65-70) penggabungan usaha perbankan memiliki sejarah yang panjang, baik secara global maupun di Indonesia sendiri. Sejarah penggabungan usaha global sudah ada sejak satu abad yang lalu yang dimotori oleh perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat, kemudian disusul Inggris, Belanda, dan Jerman. Perkembangan sejarah merger dan akuisisi global pertama kali dimulai pada tahun 1879-1892, disebut dengan gelombang merger dan


(19)

akuisisi tahap pertama. Tahun 1897-1904 yang merupakan tahap kedua. Tahun 1920-1929 merupakan tahap yang ketiga, sedangkan tahap keempat dimulai pada tahun 1940-1963, dan diakhiri dengan gelombang tahap kelima yang terkenal dengan sebutan merger konglomerat (Sullivan, dalam Budianto, 2004:65). Kennet dan Davidson dengan bukunya berjudul“ Mega Merger, Corporate America’s

Billian Dolar Take Over’s” (dalam Budianto, 2004:66-70) membagi sejarah perkembangan merger dan akuisisi global, khususnya Amerika Serikat dalam empat gelombang. Gelombang pertama dari tahun 1881-1911, diakhiri dengan merger horizontal. Gelombang kedua dari tahun 1921-1933, ciri utama integrasi vertikal (melangkahi dan menerobos Clayton Act dan FTC Act). Gelombang ketiga tahun 1965-1969 dengan ciri utama pola konglomerasi, sedangkan gelombang terakhir atau keempat sekitar tahun 1980-an dengan pola LBO (laverage Buy-Out). Pada gelombang keempat ini terjadi proses dekonglomerasi (gegabah dalam melakukan ekspansi segala arah dan kembali melakukan spesialisasi tore business).

Selain sejarah perkembangan perbankan secara global, juga dijabarkan tentang sejarah perkembangan perbankan di Indonesia dimulai tahun 1983 ketika mengalami deregulasi dan mulai berkembang pesat pada tahun 1988-1996. Pertengahan tahun 1997 karena terjadi krisis moneter dan krisis ekonomi yang melanda Indonesia, maka sektor perbankan mengalami keterpurukan. Sedangkan perkembangan merger dan akuisisi perbankan di Indonesia tahun 1960-an lebih bernuansa politis, karena seluruh bank pemerintah kecuali Bank Dagang Negara dilebur menjadi satu oleh Yusuf Muda Dalam dikenal dengan Nama Bank Negara


(20)

Indonesia (disetujui oleh Presiden Soekarno) dan karena faktor budaya, fungsi, dan manajemen yang tidak berimbang, akhirnya integrasi bank tunggal tersebut dibubarkan dan kembali pada status hukum semula dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 14 tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perbankan.

Secara garis besar, perkembangan sektor perbankan di Indonesia diuraikan ke dalam tiga kelompok. Pertama, perkembangan deregulasi perbankan sebelum paket 1988. Kedua, paket kebijakan oktober 1988 hingga dikeluarkannya UU Perbankan tahun 1992. Ketiga, Undang-Undang Perbankan 1992 hingga kebijakan Rekapitulasi Perbankan.

Pendefinisian merger, konsolidasi, dan akuisisi sudah ada sejak tahun 1989 dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 278/KMK/01/1989 tentang Peleburan Usaha dan Peleburan Usaha Bank. Kepmen kemudian diganti dengan produk hukum yang sama tertanggal 26 Februari 1993 tentang Tata Cara Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi Bank. Pada tanggal 7 Maret 1995 pemerintah mensahkan dan mengundangkan UU nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas dan memberikan ruang lingkup tentang pengertian dan pengaturan Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi Perusahaan di Indonesia yang diatur dalam bab VII pasal 102-109.

Dalam sektor perbankan, penggabungan usaha yang sering dilakukan adalah merger dan akuisisi. Merger dan akuisisi yang dilakukan tersebut lebih cepat dan hemat, daripada membentuk usaha baru yang membutuhkan modal besar dan lebih lama. Merger masih sering dipandang sebagai keputusan kontroversial, karena memiliki dampak yang sangat dramatis dan kompleks.


(21)

Banyak pihak yang dirugikan, sekaligus diuntungkan, dari peristiwa tersebut. Dampak yang merugikan biasa kita lihat dari sisi karyawan, karena kebijakan ini sering disertai dengan pemutusan hubungan kerja (PHK) yang jumlahnya sangat fantastik. Misalnya, dalam kasus Bank Mandiri, lebih dari 11.000 karyawan harus memilih pensiun dini, sedangkan pengurangan karyawan pada kasus merger Bank Permata mencapai 2.350 karyawan (Moin, 2010). Selain itu, keputusan merger dan akusisi tidak terlepas dari permasalahan, diantaranya biaya untuk melaksanakan merger sangat mahal dan hasilnya belum tentu pasti sesuai dengan yang diharapkan. Pelaksanaan merger juga dapat memberikan pengaruh negative

terhadap posisi keuangan dari perusahaan pemerger (mergering company), apabila strukturisasi dari merger melibatkan cara pembayaran dengan kas atau melalui pinjaman.

Pelaku usaha untuk dapat terus bersaing di kancah global dan pasar bebas mengupayakan ekspansi, dengan cara pengambilalihan perusahaan melalui pembelian sebagian atau seluruh saham perusahaan lama. Upaya tersebut sama halnya dengan merger dan dengan melakukan hal tersebut, pelaku usaha berharap untuk dapat menciptakan bank yang lebih baik dengan merevitalisasi secara sadar sehingga terbentuk sinergi yang kuat dan akhirnya memberikan dampak pada sistem perbankan yang sehat, efisien, tangguh, dan mampu bersaing di kancah perekonomian global dan pasar bebas yang semakin ketat.

Ada dua hal yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan merger, yaitu nilai yang dihasilkan dari kegiatan merger dan siapakah pihak-pihak yang paling diuntungkan dari kegiatan tersebut. Dengan adanya merger diharapkan akan


(22)

menghasilkan sinergi, dimana manfaat ekstra atau sinergi ini tidak bisa diperoleh seandainya perusahaan-perusahaan tersebut bekerja secara terpisah, sehingga nilai perusahaan akan meningkat. Sinergi yang terjadi dapat berupa sinergi operasional, sinergi finansial, sinergi manajerial, sinergi teknologi, dan sinergi pemasaran. Moin (2010:55-57) menjabarkan sinergi dalam konteks merger diartikan sebagai hasil ekstra yang diperoleh jika dua atau lebih perusahaan melakukan kombinasi bisnis. Sinergi dihasilkan melalui kombinasi aktivitas secara simultan dari dua kekuatan atau lebih elemen-elemen perusahaan yang bergabung sedemikian rupa, sehingga gabungan aktivitas tersebut menghasilkan efek yang lebih besar dibandingkan dengan penjumlahan aktivitas-aktivitas jika mereka bekerja sendiri-sendiri.

Perbankan dengan melakukan merger diharuskan mempunyai kinerja yang lebih baik agar mampu bertahan, bersaing, dan berkembang. Kinerja perbankan dapat dilihat dari berbagai aspek, salah satunya melalui aspek finansial. Kinerja finansial sangat penting dalam menentukan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Kinerja finansial perbankan hasil merger merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan ketika dua/lebih perbankan bergabung, yaitu untuk meningkatkan volume bisnis dengan harapan biaya satuan akan menurun dan laba akan meningkat. Sinkey (1983) menjelaskan motivasi yang mendorong bank untuk melakukan merger antara lain, untuk mendapatkan kesempatan beroperasi dalam skala usaha yang hemat, guna meningkatkan pangsa pasar, menghilangkan ketidakefisienan melalui operasional dan pengendalian finansial yang lebih baik, serta kesempatan menggabungkan sumber daya ataupun pasar yang dimiliki oleh


(23)

masing-masing bank. Selain itu, ada beberapa faktor yang mendorong motivasi untuk melakukan merger seperti diversifikasi, menurunkan biaya dana, dan menaikkan harga saham secara emosi (bootstrapping of earning per share)

adanya pengumuman merger bagi bank publik.

Penilaian kinerja finansial perbankan secara konseptual menilai tingkat kesehatan bank dengan menggunakan analisis rasio keuangan yang sering dan banyak digunakan disebut dengan rasio CAMELS sebagai akronim dari Capital, Assets Quality, Management Risk, Earnings, Liquidity, dan Sensitivitas yang menggambarkan suatu hubungan atau perbandingan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, terdapat dalam laporan keuangan suatu perbankan.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, peneliti tertarik untuk melakukan pengujian dan penelitian mengenai pengaruh sebelum dan setelah merger terhadap kinerja keuangan bank dalam jangka panjang, dengan pertimbangan bahwa sinergi yang diharapkan terjadi. Dari pertimbangan tersebut, maka peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian dengan tema “ANALISIS PENGARUH MERGER TERHADAP KINERJA FINANSIAL PERBANKAN” (Studi Empiris pada Bank-bank yang Melakukan Merger Tahun 2004-2010).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :


(24)

C. Pembatasan Masalah

Peneliti membatasi masalah yang akan diteliti, dimana penelitian ini hanya akan berfokus pada :

1. Kinerja keuangan bank diukur dengan rasio CAMELS yang terbatas pada CAR, ATTM, ROA, ROE, NIM, BOPO, dan LDR.

2. Bank yang diteliti terbatas pada 16 bank yang melakukan merger pada tahun 2004-2010 dan diperoleh 7 bank hasil merger.

3. Waktu penelitian ini dibatasi pada 1 tahun sebelum merger dan 3 tahun setelah merger. Hal ini dengan pertimbangan, 1 tahun sebelum merger sebagai tahun dasar yang harus digunakan untuk melihat perubahan efisiensi yang terjadi setelah merger agar hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. Sedangkan 3 tahun setelah merger merupakan waktu yang cukup panjang untuk melihat apakah ada peningkatan kinerja perbankan setelah merger.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa yang dikemukakan oleh penulis pada latar belakang masalah dan rumusan masalah dari penelitian ini. Maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kinerja finansial perbankan setelah merger.


(25)

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat bagi :

1. Pihak manajemen perbankan, penelitian ini dapat menjadi salah satu acuan pengambilan keputusan dalam memilih merger sebagai strategi perbankan guna mempertahankan kelangsungan hidup dan mengembangkan perusahaan.

2. Universitas Sanata Dharma, penelitian ini dapat menambah referensi penelitian mahasiswa Universitas Sanata Dharma pada umumnya dan Fakultas Ekonomi pada khususnya.

3. Pihak akademisi dan peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan dalam pengembangan ilmu ekomoni baik manajemen maupun akuntansi mengenai merger, serta belajar berpikir sistematis, dan menghargai sebuah proses dan waktu.

F. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

Bab ini mengemukakan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini penulis menguraikan tentang landasan teori yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian, penelitian


(26)

sebelumnya, dan kerangka konseptual penelitian serta perumusan hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini mengemukakan tentang jenis penelitian, subyek dan obyek penelitian, waktu dan lokasi, variabel penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN

Bab ini mengemukakan tentang gambaran umum bank-bank yang diteliti dan lokasi penelitian.

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini mengemukakan tentang pengolahan dan penganalisaan data, menjelaskan dan memaparkan hasil penelitian, serta merumuskan solusi dari hasil penelitian.

BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN

Bab ini mengemukakan tentang kesimpulan dari hasil analisis data, saran yang diusulkan penulis untuk hasil penelitian, dan keterbatasan penulisan.


(27)

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan adalah suatu kegiatan perencanaan, penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian, dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh organisasi atau perusahaan. Selain itu, manajemen keuangan adalah untuk memahami tentang apa yang terjadi di sekitar kita untuk menyelesaikan masalah-masalah praktis dan juga menjelaskan berbagai fakta dan informasi. Dalam modul matakuliah Manajemen Keuangan, Eko P (2009) menjabarkan manajemen keuangan adalah aktivitas manajemen perusahaan untuk memperoleh sumber modal yang semurah-murahnya dan menggunakannya seefektif, seefisien, dan seproduktif mungkin untuk menghasilkan laba (return).

Adapun fungsi dari manajemen keuangan ada tiga (3) keputusan utama, yaitu keputusan investasi, keputusan pembiayaan, dan keputusan/kebijakan deviden. Keputusan investasi dalam penggunaan dana digunakan untuk memperoleh hasil yang sebesar-besarnya dan resiko yang sekecil-kecilnya. Keputusan pembiayaan digunakan untuk mencari sumber modal (eksternal, seperti modal sendiri, utang, dan sebagainya maupun internal, seperti laba ditahan, penyusutan, dan sebagainya) untuk kegiatan bisnis ataupun investasi bisnis. Sedangkan keputusan/kebijakan deviden merupakan laba bersih yang dibagikan


(28)

sebagai deviden yang diinvestasikan lagi ke dalam perusahaan dalam bentuk laba ditahan.

Pelaksanaan pengelolaan keuangan negara pasca Reformasi Manajemen Keuangan Pemerintah diikuti lahirnya UU No.17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU No.1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Sebagaimana dipahami, UU Keuangan Negara No.17 tahun 2003 dan UU Perbendaharaan

Negara No.1 tahun 2004 adalah untuk memenuhi

kebutuhan pengelolaan keuangan negara yang sesuai dengan tuntutan perkembangan demokrasi, ekonomi, dan teknologi modern. UU No.17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara telah merubah sistem dan pola pengelolaan keuangan negara. Sistem yang diusung dalam UU tersebut adalah sistem penganggaran berbasis kinerja (performance budgeting system) yang menjadikan kinerja sebagai fokus, sehingga seluruh potensi harus diarahkan untuk mendukung agar kinerja yang diinginkan dapat tercapai. Secara sederhana dapat dijelaskan, bahwa kinerja yang telah dirumuskan akan tercapai dengan pendanaan yang dialokasikan secara efisien dan efektif (Purwanto, 2001).

2. Lembaga Keuangan, Perbankan, dan Bank

Definisi Lembaga Keuangan menurut UU No. 14/1967 pasal 1 tentang Pokok-Pokok Perbankan adalah semua badan yang melalui kegiatan-kegiatannya di bidang keuangan, menarik uang dari dan menyalurkannya ke masyarakat (Suyatno, 1988:1). Dahlan Siamat (dalam Abdullah, 2003:16) lembaga keuangan adalah suatu badan usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset


(29)

keuangan (Financial Assets) atau tagihan-tagihan (claim), seperti saham dan obligasi dibandingkan aset riil (gedung, peralatan, dan bahan baku).

Pengertian perbankan dengan bank sering dicampuradukkan, padahal kedua hal tersebut sangat berbeda. Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses melaksanakan usahanya. Sedangkan bank hanya mencakup aspek kelembagaan saja.

Bank adalah department store of finance yang menyediakan berbagai jasa keuangan (Sinkey, 1983). Bank menurut UU No. 10 Tahun 1998 (revisi UU No. 14 Tahun 1992) adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut Dictionary of Banking and financial service by Jerry Rosenberg (dalam Sinkey, 1983), “Bank adalah lembaga yang menerima simpanan giro deposit, dan membayar atas dasar dokumen yang ditarik pada orang atau lembaga tertentu, mendiskonto surat berharga, memberikan pinjaman dan menanamkan dananya dalam surat berharga”.

Dari ketiga pendapat di atas tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa bank adalah sebuah lembaga atau perusahaan yang aktivitasnya menghimpun dana berupa giro, deposito tabungan dan simpanan yang lain dari pihak yang kelebihan dana, kemudian menempatkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana melalui penjualan jasa keuangan yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak.


(30)

3. Penggabungan Usaha atau Merger Perbankan a. Pengertian Penggabungan Usaha

Ketidakmampuan bank dalam mengelola operasionalnya serta bersaing dikancah perekonomian global dan pasar bebas, memaksa bank untuk menerapkan strategi untuk bertahan, bersaing dan berkembang. Berkembang dapat dilakukan dengan cara ekspansi, baik ekspansi internal maupun eksternal. Ekspansi di sini lebih ke arah penggabungan usaha. Moin (2010:13) perusahaan bisa melakukan ekspansi bisnis dengan memilih satu diantara dua alternatif, yaitu pertumbuhan dari dalam (internal growth) dan pertumbuhan dari luar (external growth). Pertumbuhan internal adalah ekspansi yang dilakukan dengan membangun bisnis baru dari awal dan memakan waktu lama serta biaya yang lebih besar. Merger adalah pertumbuhan eksternal dan merupakan jalur cepat tanpa harus membangun bisnis baru dari awal.

Penggabungan usaha merupakan salah satu strategi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan mengembangkan perusahaan. Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia Nomor 22 (PSAK No.22) mendefinisikan penggabungan badan usaha atau merger sebagai “penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi, karena perusahaan menyatu dengan perusahaan lain atau memperoleh kendali atas aktiva dan operasi perusahaan lain” (IAI,1996).

Secara umum penggabungan usaha (business combination) adalah penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi, karena satu perusahaan menyatu dengan perusahaan lain atau memperoleh kendali


(31)

atas aktiva dan operasi perusahaan lain. Penggabungan usaha dapat berupa pembelian saham suatu perusahaan oleh perusahaan lain, ataupun pembelian aktiva neto suatu perusahaan.

b. Pengertian Merger

Encyclopedia of Banking and Finance (dalam, Moin, 2010:5-6) mendefinisikan merger sebagai berikut : “Merger is combination of two or more corporation wherein the dominat unit absorbs the passive unit, the former

continuing operations usually under the same name”. Selain itu, definisi merger menurut beberapa pakar ekonomi maupun menurut pelaku bisnis, yaitu Christianto Wibisono (dalam Budianto, 2004:87) mengatakan, “Merger adalah penggabungan dua badan usaha atau lebih yang relatif berimbang kekuatannya, sehingga terjadi kombinasi baru yang merupakan wadah bersama yang saling memperkuat”. “Merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan ke dalam salah satu dari mereka dan perusahaan yang bergabung membubarkan diri” (A. Zen Purba, dalam Budianto, 2004:87-88). Agus Daryanto (dalam Budianto, 2004:88) menjabarkan “Merger adalah proses pembelian saham suatu perusahaan (terget company) oleh satu perusahaan (acquiring company), sehingga acquiring company tadi mempunyai suara mayoritas dalam perusahaan/kepemilikan perusahaan”.

Pendapat ketiga ahli ekonomi tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa pengertian merger adalah penggabungan antara dua perusahaan atau lebih


(32)

untuk tujuan memperkuat permodalan perusahaan atau untuk tujuan kepemilikan perusahaan dengan penguasaan mayoritas saham.

Pendefinisian merger, konsolidasi, dan akuisisi khususnya sektor perbankan sudah ada sejak tahun 1989 dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 278/KMK/01/1989 tentang Peleburan Usaha dan Peleburan Usaha Bank, dikatakan bahwa “Merger adalah penggabungan dari dua bank atau lebih dengan cara mempertahankan berdirinya salah satu bank dan melikuidasi bank-bank lainnya”. Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 yang telah diubah dan disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998, pasal 1 angka 25

juncto PP No. 28 tahun 1999, pasal 1 angka 2 juncto SK Direksi BI No. 32/51/KEP/DIR pasal 1 huruf b menyatakan “Merger adalah penggabungan dari dua bank atau lebih, dengan cara tetap mempertahankan berdirinya salah satu bank dan membubarkan bank-bank lainnya dengan atau tanpa melikuidasi”. Likuidasi dalam kacamata hukum dalam pasal 56 KUHD menunjuk pada pembubaran (outbinding) dan penyelesaian (vereffening), antara lain memuat ketentuan. Setiap perorangan yang dibubarkan harus dibereskan oleh pengurusnya, kecuali ketentuan lain dalam akta pendiriannya (Budianto, 2004:88-89).

Merger hanya akan dilakukan oleh perusahaan atau perbankan, jika nilai dari perusahaan atau perbankan hasil merger lebih besar dibandingkan dengan jumlah nilai masing-masing perusahaan atau bank. Dimana jika dirumuskan, maka :


(33)

V merger > V a + V b

V merger = nilai (value) perbankan atau perusahaan hasil merger V a = nilai perbankan atau perusahaan a sebelum merger

V b = nilai perbankan atau perusahaan b sebelum merger

c. Motif Merger

Pada prinsipnya terdapat empat motif yang mendorong sebuah perusahaan melakukan merger, yaitu motif ekonomi, motif sinergi, motif diversifikasi, dan motif non-ekonomi (Moin, 2010:48). Motif ekonomi berkaitan dengan esensi tujuan perusahaan, yaitu meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Motif sinergi diartikan sebagai hasil ekstra yang diperoleh jika dua atau lebih perusahaan melakukan kombinasi bisnis. Motif diversifikasi dimaksudkan untuk mengamankan posisi bersaing dengan perusahaan lain. Sedangkan motif non-ekonomi adalah motif yang bukan didasarkan pada esensi tujuan perusahaan tersebut, tetapi didasarkan pada keinginan subyektif atau ambisi pribadi pemilik atau manajemen perusahaan.

Dalam sektor perbankan, salah satu motif merger berawal dari kebutuhan manajerial (Ali, 2001:181). Dalam perspektif manajemen keuangan, motif ekonomi merupakan motif jangka panjang untuk mencapai peningkatan nilai

(value creation) dalam pengambilan keputusan strategi merger bagi perbankan dan bagi pemegang saham. Menurut Moin (2010:56-57) dengan melakukan merger dalam mencapai tujuan perusahaan, perbankan meningkatkan volume bisnis dengan harapan biaya satuan akan menurun dan laba akan meningkat


(34)

(economies of scale). Selain itu, melalui merger perusahaan mampu memanfaatkan secara maksimal satu input sumber daya untuk menghasilkan beberapa output/produk atau jasa (economies of scope). Moin (2010:53) menjabarkan motif ekonomi sebagai berikut :

1. Mengurangi waktu, biaya dan risiko kegagalan memasuki pasar baru. 2. Mengakses reputasi teknologi, produk dan merk dagang.

3. Memperoleh individu-individu sumberdaya manusia yang profesional. 4. Membangun kekuatan pasar (market power).

5. Membangun kekuatan monopoli. 6. Memperluas pangsa pasar. 7. Mengurangi persaingan. 8. Mendiversifikasi lini produk. 9. Mempercepat pertumbuhan.

10. Menstabilkan cash flow dan keuntungan.

Selain itu, motif merger sektor perbankan, yaitu untuk merebut pasar yang luas (membeli sebagian atau seluruh saham yang ingin dijual bank lain), untuk mencapai diversifikasi (meminimalkan risiko) sebuah bank-grosir (melayani nasabah perseroan bergabung dengan sebuah bank-eceran yang melayani perseorangan), dan agar bank mampu memberikan kredit yang lebih besar dan lebih beragam daripada waktu sebelum merger (Ali, 2001:181).


(35)

d. Syarat Merger

Johnson (1995) menyatakan prasyarat yang harus dianalisis terlebih dahulu dari kedua Bank yang akan melakukan merger adalah:

1. Kondisi keuangan masing-masing bank, merger sesama bank sehat atau karena collapse.

2. Kecukupan modal.

3. Manajemen baik sebelum atau setelah merger.

4. Apakah merger dapat memberi manfaat bagi pengguna jasa bank tersebut.

Selain itu, dalam Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas juncto

Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1999 tentang Merger, Konsilidasi dan Akuisisi Bank, syarat dengan diadakannya merger sebagai berikut :

1. Harus memperhatikan kepentingan perseroan, kreditur, pemegang saham minoritas, dan karyawan perseroan yang bersangkutan serta kepentingan masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha.

2. Hanya dapat dilakukan dengan persetujuan rapat umum pemegang saham (RUPS) yang dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili paling sedikit (tiga perempat) bagian dari jumlah seluruh saham, dengan hak suara yang sah disetujui oleh paling sedikit (tiga perempat) bagian dari jumlah suara tersebut.


(36)

3. Tidak mengurangi hak pemegang saham minoritas untuk menjual sahamnya dengan harga yang wajar dan terhadap pemegang saham yang tidak setuju terhadap keputusan RUPS mengenai merger hanya dapat menggunakan haknya agar saham yang dimilikinya dibeli dengan harga yang wajar sesuai dengan ketentuan pasal 55 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas yang mana pelaksanaannya tidak menghentikan proses merger.

4. Merger di bidang perbankan dapat dilakukan atas inisiatif bank yang bersangkutan, permintaan Bank Indonesia serta inisiatif badan khusus yang bersifat sementara dalam rangka penyehatan perbankan.

5. Pada saat terjadinya merger, jumlah aktiva bank hasil merger tidak melebihi 20% dari jumlah aktiva seluruh bank di Indonesia serta permodalan bank hasil merger harus memenuhi ketentuan rasio kecukupan modal yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

6. Calon anggota direksi dan dewan komisaris yang ditunjuk tidak tercantum dalam daftar orang yang melakukan perbuatan tercela di bidang perbankan.

e. Faktor Yang Mendorong Terjadinya Merger

Sinkey (1983) menjabarkan faktor-faktor yang mendorong bank melakukan merger, antara lain:

1. Untuk mendapatkan kesempatan beroperasi dalam skala usaha yang hemat.


(37)

2. Guna meningkatkan pangsa pasar.

3. Menghilangkan ketidakefisienan melalui operasional dan pengendalian finansial yang lebih baik.

4. Kesempatan menggabungkan sumber daya ataupun pasar yang dimiliki masing-masing Bank.

Selain itu, masih terdapat beberapa faktor yang mendorong/memotivasi perbankan untuk merger, seperti upaya diversifikasi, menurunkan biaya dana, dan menaikkan harga saham secara emosi (bootstrapping of earning per share) karena adanya pengumuman akan merger bagi Bank publik.

f. Manfaat dan Risiko Merger

Perbankan atau perusahaan melakukan merger karena ada alasan, yaitu ada “manfaat lebih” yang diperoleh darinya (Vrakas, 2001:119). Secara spesifik manfaat merger sebagai berikut :

1. Mendapatkan cashflow dengan cepat karena produk dan pasar sudah jelas.

2. Memperoleh kemudahan dana/pembiayaan, karena kreditor lebih percaya dengan perbankan atau perusahaan yang telah berdiri dan mapan.

3. Memperoleh karyawan yang telah berpengalaman.

4. Mendapatkan pelanggan yang telah mapan tanpa harus merintis dari awal.


(38)

6. Mengurangi risiko kegagalan bisnis, karena tidak harus mencari konsumen baru.

7. Menghemat waktu untuk memasuki bisnis baru.

8. Memperoleh infrastruktur untuk mencapai pertumbuhan yang lebih cepat.

9. Memperkuat daya saing perbankan atau perusahaan.

Selain memperoleh manfaat, merger juga memiliki risiko sebagai berikut : 1. Proses integrasi yang tidak mudah.

2. Kesulitan menentukan nilai perusahaan target secara akurat. 3. Biaya konsultan yang mahal.

4. Meningkatnya kompleksitas birokrasi. 5. Biaya koordinasi yang mahal.

6. Seringkali menurunkan moral organisasi. 7. Tidak menjamin peningkatan nilai perusahaan.

8. Tidak menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham.

g. Jenis Merger

Moin (2010:22-26) menjabarkan merger berdasarkan aktivitas ekonomik yang diklasifikasikan dalam 5 (lima) tipe :

1. Merger Horisontal

Merger horisontal adalah merger antara dua atau lebih perusahaan yang bergerak dalam industri yang sama. Sebelum terjadi merger perusahaan-perusahaan ini bersaing satu sama lain dalam pasar/industri yang sama.


(39)

Salah satu tujuan utama merger horisontal adalah untuk mengurangi persaingan atau untuk meningkatkan efisiensi melalui penggabungan aktivitas produksi, pemasaran dan distribusi, riset dan pengembangan dan fasilitas administrasi. Efek dari merger horisontal adalah semakin terkonsentrasinya struktur pasar pada industri tersebut. Apabila hanya terdapat sedikit pelaku usaha, maka struktur pasar bisa mengarah pada bentuk oligopoli, bahkan akan mengarah pada monopoli.

2. Merger Vertikal

Merger vertikal adalah integrasi yang melibatkan perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam tahapan proses produksi atau operasi. Merger tipe ini dilakukan jika perusahaan yang berada pada industri hulu memasuki industri hilir atau sebaliknya. Merger vertikal dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang bermaksud untuk mengintegrasikan usahanya terhadap pemasok dan/atau pengguna produk dalam rangka stabilisasi pasokan dan/atau pengguna. Tidak semua perusahaan memiliki bidang usaha yang lengkap mulai dari penyediaan input sampai pemasaran. Untuk menjamin bahwa pasokan input berjalan dengan lancar, maka perusahaan tersebut bisa merger dengan pemasok. Merger vertikal dibagi dalam dua bentuk, yaitu integrasi ke belakang atau ke bawah (backward/downward integration) dan integrasi ke depan atau ke atas (forward/upward integration).


(40)

3. Merger Konglomerat

Merger konglomerat adalah merger dua atau lebih perusahaan yang masing-masing bergerak dalam industri yang tidak terkait. Merger konglomerat terjadi apabila sebuah perusahaan berusaha mendiversifikasi bidang bisnisnya dengan memasuki bidang bisnis yang berbeda sama sekali dengan bisnis semula. Apabila merger konglomerat dilakukan secara terus menerus oleh perusahaan, maka terbentuklah sebuah konglomerasi. Sebuah konglomerasi memiliki bidang bisnis yang sangat beragam dalam industri yang berbeda.

4. Merger Ekstensi Pasar

Merger ekstensi pasar adalah merger yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan untuk secara bersama-sama memperluas area pasar. Tujuan merger ini terutama untuk memperkuat jaringan pemasaran bagi produk masing-masing perusahaan. Merger ekstensi pasar sering dilakukan oleh perusahan-perusahan lintas negara dalam rangka ekspansi dan penetrasi pasar. Strategi ini dilakukan untuk mengakses pasar luar negeri dengan cepat, tanpa harus membangun fasilitas produksi dari awal di negara yang akan dimasuki. Merger ekstensi pasar dilakukan untuk mengatasi keterbatasan ekspor karena kurang memberikan fleksibilitas penyediaan produk terhadap konsumen luar negeri.

5. Merger Ekstensi Produk

Merger ekstensi produk adalah merger yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan untuk memperluas lini produk masing-masing perusahaan.


(41)

Setelah merger perusahaan akan menawarkan lebih banyak jenis dan lini produk, sehingga akan menjangkau konsumen yang lebih luas. Merger ini dilakukan dengan memanfaatkan kekuatan departemen riset dan pengembangan masing-masing untuk mendapatkan sinergi melalui efektivitas riset, sehingga lebih produktif dalam inovasi.

Moin (2010:26-27) juga mengklasifikasikan merger berdasarkan pola merger. Pola adalah sistem bisnis yang diimplementasikan oleh sebuah perusahaan. Dalam hal ini, pola merger adalah sistem bisnis yang akan diadopsi atau yang akan dijadikan acuan oleh perusahaan hasil merger. Klasifikasi berdasarkan pola merger terbagi dalam dua kategori yaitu :

1. Mothership Merger

Mothership merger adalah pengadopsian satu pola atau sistem untuk dijadikan pola atau sistem pada perusahaan hasil merger. Biasanya perusahaan yang dipertahankan hidup adalah perusahaan yang dominan dan sistem pola bisnis perusahaan yang dominan inilah yang diadopsi.

2. Platform Merger

Jika dalam mothership merger hanya satu sistem yang diadopsi, maka dalam platform merger hardware dan software yang menjadi kekuatan masing-masing perusahaan tetap dipertahankan dan dioptimalkan. Artinya, semua sistem atau pola bisnis sepanjang itu baik, akan diadopsi oleh perusahaan hasil merger.


(42)

h. Langkah-langkah Merger

Pada prinsipnya merger dilakukan berdasarkan kesepakatan atau persetujuan dua belah pihak, tanpa adanya unsur pemaksaan. Langkah ini diawali dengan negosiasi terlebih dahulu antara kedua belah pihak yang diwakili oleh manajemen atau direksi masing-masing pihak. Setelah masing-masing pihak setuju, selanjutnya membuat rencana merger yang memuat tentang rancangan anggaran dasar perusahaan hasil merger, tata cara penyelesaian hak dan kewajiban pihak ketiga, tata cara konversi saham atau metode pembayaran, penyelesaian pemegang saham yang menolak merger, dan estimasi lama proses merger. Setelah itu, masing-masing direksi membuat rancangan merger dan dimintakan persetujuan kepada komisaris melalui rapat umum pemegang saham (RUPS) masing-masing perusahaan.

Setelah kesepakatan dicapai, selanjutnya pihak-pihak yang terlibat dalam merger mulai mempersiapkan dokumen-dokumen pendukung dalam rangka proses yuridis dan operasional. Masing-masing pihak membentuk tim khusus dalam menangani proses ini. Pada tahap persiapan, dilakukan due diligence atau uji tuntas untuk mengidentifikasi dan menilai secara komprehensif dan mendalam terhadap berbagai aspek, seperti aspek keuangan, produksi, pemasaran dan distribusi, sumber daya manusia, teknologi operasi, hubungan dengan pihak

supplier, dan aspek legalits. Langkah yang terakhir adalah persetujuan merger yang diakhiri dengan penandatanganan naskah antara dua belah pihak yang biasa disebut dengan closing (Moin, 2010:15-16).


(43)

4. Kinerja Perbankan

Setiap perbankan pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut harus dilakukan pengendalian. Pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan cara melakukan evaluasi terhadap hasil-hasil kegiatan tersebut. Salah satu alat evaluasi yang digunakan adalah Laporan Kinerja Perbankan.

Analisis kinerja keuangan atau analisis keuangan bank merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap keuangan bank menyangkut review data, menghitung, mengukur, menginterpretasi dan memberi solusi terhadap keuangan bank pada suatu periode tertentu. Dalam melakukan merger, investor harus memperhitungkan kinerja dari perbankan yang akan dimergernya. Kinerja perbankan dapat menilai pantas tidaknya calon perbankan yang dimerger. Penilaian kinerja dapat dilakukan atas sinergi yang diperoleh, baik dari sinergi operasional maupun sinergi finansial.

Mochtar Riady (dalam Kompas 3 Januari 1998) menjabarkan sasaran yang ingin dicapai melalui merger perbankan yaitu, mewujudkan sinergi, melakukan efisiensi, dan memperbesar kapabilitas dan kapasitas bank. Kesemuanya ini adalah dalam rangka menyehatkan posisi keuangan dan operasional sehingga dapat bersaing kembali, terutama untuk menghadapi pasar bebas.

a. Laporan Keuangan

Menurut Christina, et al. (2002) laporan keuangan dapat dipahami sebagai bentuk pencatatan keuangan secara sistematis dan metodologis, tentang posisi keuangan maupun hasil operasi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu.


(44)

Laporan keuangan terdiri dari Neraca dan Laporan Laba-Rugi. Selain itu, menganalisis keuangan juga ada dikenal dengan Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Modal dan lain-lain.

b. Rasio Keuangan

Selain melakukan uji tuntas (due diligence) terhadap berbagai aspek seperti, hukum, organisasi dan manajemen, pemasaran dan produksi, uji tuntas terhadap aspek finansial adalah hal yang sangat penting untuk mengetahui kondisi kesehatan finansial calon target. Melakukan merger terhadap calon target yang memiliki aspek finansial yang sehat, akan sangat membantu menciptakan sinergi finansial. Analisis finansial ini dilakukan dengan melihat data-data historis laporan finansial dalam beberapa tahun terakhir. Tujuannya adalah untuk memastikan apakah calon target benar-benar sehat dari sisi keuangannya. Analisis finansial dapat dilakukan dengan menganalisis rasio-rasio finansial yang sudah dikembangkan dengan menggunakan data neraca, laporan rugi laba atau harga pasar saham. Rasio-rasio finansial tersebut yaitu, rasio likuiditas, rasio pasar, rasio profitabilitas, rasio solvabilitas, dan rasio aktivitas (Moin, 2010:130-146).

Moin (2010:156-157) mengatakan bahwa teknik penilaian adalah metode atau cara bagaimana nilai perusahaan ditentukan dengan menggunakan input data yang berasal dari perkiraan (forecasting). Beberapa teknik penilaian tersebut adalah :


(45)

1. Model pertumbuhan dividen, dengan cost of equity untuk menentukan nilai ekuitas.

2. Discounted Cash Flow, dengan biaya modal (cost of capital).

3. Price Earning Ratio, prakiraan harga saham dan prakiraan laba per lembar saham.

4. Return On Investment (ROI), prakiraan tingkat pengembalian investasi dan prakiraan laba sebelum bunga dan pajak.

Selain itu, dalam melakukan penilaian kinerja keuangan dapat menggunakan return on assets (ROA) dan return on equity (ROE) untuk menghitung rasio profitabilitas. Perhitungan rasio hutang dapat menggunakan

debt ratio dan debt to equity ratio (DE). Rasio likuiditas menggunakan current ratio. Rasio aktivitas menggunakan total asset turn over, serta rasio pasar menggunakan earning per share (EPS) (Wahyudi, 2010).

Penilaian kinerja keuangan bank atau secara konseptual penilaian tingkat kesehatan bank adalah teknik analisis atau rasio CAMELS yang mengacu pada ketentuan penilaian yang diatur dalam SKD Bank Indonesia Nomor 30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 (Harmono, 2009). Rasio CAMELS adalah rasio yang menggambarkan suatu hubungan atau perbandingan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, terdapat dalam laporan keuangan suatu lembaga keuangan.


(46)

Nilai Rasio CAMELS dihitung dengan 7 (tujuh) indikator, yaitu: 1. CAR

CAR (Capital Adequancy Ratio) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva lembaga keuangan yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, dan tagihan pada bank lain) yang ikut dibiayai dari modal sendiri, di samping memperoleh dana dari sumber-sumber di luar bank. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

2. Rasio Aktiva Tetap terhadap Modal (ATTM)

Rasio ini mengukur kemampuan manajemen lembaga keuangan dalam menentukan besarnya aktiva tetap dan inventaris yang dimiliki bank yang bersangkutan terhadap modal. Semakin tinggi rasio ini, modal yang dimiliki bank kurang mencukupi dalam menunjang aktiva tetap dan inventaris, sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

3. ROA (Return on Assets)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen lembaga keuangan dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari rata-rata total aset lembaga keuangan yang bersangkutan. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai lembaga keuangan, sehingga kemungkinan suatu lembaga keuangan dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Laba sebelum pajak adalah laba bersih

CAR = Total Modal/Total ATMR


(47)

dari kegiatan operasional sebelum pajak. Sedangkan rata-rata total asset adalah rata-rata volume usaha atau aktiva. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE BI No 3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001) :

4. ROE (Return on Equity)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja manajemen lembaga keuangan dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak. Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai lembaga keuangan, sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Laba setelah pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional setelah dikurangi pajak, sedangkan rata-rata total ekuitas adalah rata-rata modal inti yang dimiliki lembaga keuangan. Perhitungan modal inti dilakukan berdasarkan ketentuan kewajiban modal minimum yang berlaku. Rasio ini dirumuskan sebagi berikut (SE BI No 3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001):

5. NIM (Net Interest Margin)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Dengan meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank, kemungkinan suatu bank dalam

ROA = Laba Sebelum Pajak/Rata-Rata Aktiva


(48)

kondisi bermasalah semakin kecil. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE BI No 3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001) :

6. BOPO (Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen lembaga keuangan dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini, berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan lembaga keuangan yang bersangkutan, sehingga kemungkinan suatu lembaga keuangan dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE BI No 3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001) :

7. LDR (Loan to Deposit Ratio)

Rasio ini digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga. Semakin tinggi rasio ini, semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar. Kredit yang diberikan tidak termasuk kredit kepada bank lain, sedangkan untuk dana pihak ketiga adalah giro,

NIM = Pendapatan Bunga Bersih/Aktiva Produktif


(49)

tabungan, simpanan berjangka, sertifikat deposito. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (SE BI No 3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001) :

B. Hasil Penelitian Sebelumnya

Peneliti telah memperoleh hasil penelitian sebelumnya dengan topik yang sama, yaitu membahas tentang analisis pengaruh kinerja keuangan perusahaan terhadap merger. Dimana hasil penelitian sebelumnya menjelaskan hasil penelitian yang berbeda-beda, ada yang menjabarkan hasilnya signifikan dan bahkan ada yang menjabarkan hasilnya kurang/tidak signifikan.

Nugroho (2010) menganalisis tentang analisis perbandingan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Hasil penelitian tersebut dari test Manova menjelaskan bahwa pengujian secara serentak terhadap semua rasio keuangan untuk 1 tahun sebelum dengan 1 tahun setelah Merger dan Akuisisi (M&A) dengan sig.0.833 > 0.05, 1 tahun sebelum dan 2 tahun setelah M&A dengan sig. 0.872 > 0.05, 1 tahun sebelum dan 3 tahun setelah M&A dengan sig. 0.502 > 0.05, 1 tahun sebelum dan 4 tahun setelah M&A dengan sig. 0.297 > 0.05, 1 tahun sebelum dan 5 tahun setelah M&A dengan sig. 0.552 > 0.05, yang artinya tidak berbeda secara signifikan. Sedangkan pengujian secara parsial (Wilcoxon Sign Test) menghasilkan tidak adanya perbedaan yang signifikan untuk rasio keuangan NPM, ROA, ROE, Debt Ratio, EPS, TATO dan CR untuk pengujian 1 tahun sebelum dan 1 tahun setelah M&A hingga 1 tahun dan 5 tahun


(50)

setelah M&A. Namun ada sedikit perbedaan pada perbandingan 1 tahun sebelum dengan 2, 3 dan 4 tahun sesudah M&A dimana rasio keuangan DER menghasilkan ada perbedaan yang signifikan. Maradona (2006) menganalisis rasio kinerja perbankan pre-merger dan post merger pada bank-bank umum nasional. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa setelah melakukan merger, rasio rata-rata ROA yang dimiliki oleh ke-5 bank mengalami peningkatan, tetapi belum terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil dari merger tersebut. Rasio rata-rata ROE yang dihasilkan ke-5 bank justru mengalami penurunan, gambaran ini menjabarkan bahwa sebagian dari bank-bank tersebut belum dapat meningkatkan kemampuannya dalam menghasilkan pendapatan dari setiap rupiah modal yang ditanamkan. Rasio rata-rata NIM yang dimiliki ke-5 bank dapat meningkatkan efisiensi kegiatan operasional bank-bank tersebut. Sedangkan rasio rata-rata LDR yang dimiliki ke-5 bank justru menurun. Payamta & Sholikah (2001), menganalisis pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja perbankan di Indonesia menggunakan rasio CAMEL. Hasil penelitian tersebut menghasilkan tidak adanya perbedaan yang signifikan pada tingkat kinerja bank yang diukur dengan rasio CAMEL untuk 1 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah merger dan akuisisi.

C. Kerangka Konseptual Penelitian

Kerangka berpikir konseptual yang diajukan untuk penelitian ini berdasarkan pada hasil teoritis yang telah diuraikan di atas, maka untuk memudahkan pemahaman dapat dilihat pada gambar berikut ini :


(51)

Sebelum merger

Setelah merger

Gambar 2.1

D. Perumusan Hipotesis

Pengujian hipotesis merupakan prosedur yang memungkinkan keputusan dapat dibuat, yaitu keputusan untuk menolak atau tidak menolak hipotesis yang sedang diuji. Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian di atas, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut :

H0 : Tidak ada peningkatan kinerja finansial perbankan setelah merger. HA : Ada peningkatan kinerja finansial perbankan setelah merger.

Analisis rasio CAMELS

Analisis rasio CAMELS


(52)

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi empiris pada bank-bank yang melakukan merger tahun 2004-2010, tentang pengukuran kinerja keuangan perbankan sebelum dan setelah merger. Data pada jenis penelitian ini merupakan variabel yang bisa diukur. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif dan kualitatif, dimana mendeskripsikan terlebih dahulu dan kemudian data diukur dalam suatu skala angka.

B. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah bank-bank yang melakukan merger pada tahun 2004-2010, sebanyak 16 bank yang melakukan merger pada tahun tersebut dan diperoleh 7 bank hasil merger.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah kinerja perbankan dalam bentuk rasio-rasio finansial yang sudah dikembangkan dengan menggunakan data neraca, laporan rugi/laba, dan laporan perubahan modal.


(53)

C. Waktu dan Lokasi Penelitian 1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2013. 2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi diwebsite Bank Indonesia (www.bi.go.id), menggunakan Direktori Perbankan Indonesia.

D. Variabel Penelitian (penentuan variabel)

Penelitian ini menganalisis secara empiris tentang pengukuran kinerja perbankan sebelum dan setelah merger. Pada dasarnya variabel dalam penelitian ini adalah kinerja perbankan, dengan menganalisis rasio finansial yang sudah dikembangkan dengan menggunakan data neraca, laporan rugi laba, dan laporan perubahan modal. Kinerja perbankan dapat menilai pantas tidaknya calon perbankan yang dimerger. Penilaian kinerja ini dapat dilakukan atas sinergi yang diperoleh, baik dari sinergi operasional maupun sinergi finansial.

Untuk menilai kesehatan perbankan umumnya digunakan 6 (enam) aspek penilaian, yaitu aspek permodalan, kualitas asset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan aspek sensitivitas yang biasanya disebut dengan rasio CAMELS yang terdiri dari indikator :


(54)

Gambar 3.1

E. Definisi Operasional

Merger adalah penggabungan dari dua bank atau lebih dengan cara tetap mempertahankan berdirinya salah satu bank dan membubarkan bank-bank lainnya, dengan atau tanpa melikuidasi. Likuidasi dalam kacamata hukum dalam pasal 56 KUHD menunjuk pada pembubaran (outbinding) dan penyelesaian (vereffening), antara lain memuat ketentuan. “Setiap perorangan yang dibubarkan

harus dibereskan oleh pengurusnya, kecuali ketentuan lain dalam akta pendiriannya”.

ROE = Laba Setelah Pajak/Ekuitas

NIM = Pendapatan Bunga Bersih/Aktiva Produktif

BOPO = Biaya Operasional/Pendapatan Operasional

LDR = Total Kredit/Total Dana Pihak Ketiga CAR = Total Modal/Total ATMR

ROA = Laba Sebelum Pajak/Rata-Rata Aktiva ATTM = (Aktiva Tetap+Inventaris)/Modal


(55)

Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mancakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses melaksanakan usahanya. Sedangkan bank hanya mencakup aspek kelembagaan saja.

Rasio CAMELS adalah rasio yang menggambarkan suatu hubungan atau perbandingan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, terdapat dalam laporan keuangan suatu lembaga keuangan. Kamus Perbankan Institut Bankir Indonesia 1999 (dalam Hasyim, 2009), CAMELS adalah aspek yang paling banyak berpengaruh terhadap tingkat kesehatan lembaga keuangan. Adapun indikator nilai rasio CAMELS, yaitu:

1. CAR

CAR (Capital Adequancy Ratio) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva lembaga keuangan yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) yang ikut dibiayai dari modal sendiri di samping memperoleh dana dari sumber-sumber di luar bank.

2. Rasio Aktiva Tetap terhadap Modal (ATTM)

Rasio ini mengukur kemampuan manajemen lembaga keuangan dalam menentukan besarnya aktiva tetap dan inventaris yang dimiliki bank yang bersangkutan terhadap modal.

3. ROA (Return on Assets)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen lembaga keuangan dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari rata-rata total aset lembaga keuangan yang bersangkutan.


(56)

4. ROE (Return on Equity)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja manajemen lembaga keuangan dalam mengelolah modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak.

5. NIM (Net Interest Margin)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih.

6. BOPO (Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) Rasio yang sering disebut rasio efisiensi, digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen lembaga keuangan dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional.

7. LDR (Loan to Deposit Ratio)

Rasio ini digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga (giro, tabungan, simpanan berjangka, dan sertifikat deposito).

F. Populasi dan Sampel

Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian di mana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian (Kuncoro, 2009:118). Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih sebagai wakil yang representatif dari keseluruhan untuk diteliti (Dewi, 2011).


(57)

Populasi dalam penelitian ini adalah bank-bank yang melakukan merger pada tahun 2004-2010. Sedangkan sampelnya diperoleh 7 sampel yang terdiri dari 16 bank yang melakukan merger pada tahun 2004-2010.

G. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang penulis gunakan adalah dengan teknik pengambilan sampel bertujuan (Purposive Sampling), yaitu sampel nonprobabilitas yang memenuhi kriteria tertentu (Cooper; Schindler, 2006:139.

terj). Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Perbankan yang melakukan merger pada tahun 2004-2010.

2. Tersedia laporan keuangan untuk 1 tahun sebelum merger dan 3 tahun setelah merger, dimana penelitian-penelitian sebelumnya melakukan ini. Hal ini dengan pertimbangan laporan keuangan tahun merger dapat juga digunakan untuk analisis/penelitian, dimana 1 tahun sebelum merger sebagai tahun dasar yang harus digunakan untuk melihat perubahan efisiensi yang terjadi setelah merger agar hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. Sedangkan 3 tahun setelah merger merupakan waktu yang cukup panjang untuk melihat apakah ada peningkatan kinerja perbankan setelah merger.

3. Waktu dilakukan Merger diketahui dengan jelas.

Berdasarkan kriteria di atas, maka diperoleh 7 bank hasil merger pada tahun 2004-2010 dari sebanyak 16 bank yang melakukan merger pada tahun tersebut, yaitu sebagai berikut :


(58)

Tabel 3.1

Daftar Sampel Bank Merger Tahun 2004-2010 No Bank Hasil

Merger

Bank Merger Waktu Merger 1. Bank Mutiara -Bank CIC International

-Bank Danpac -Bank Pikko

Oktober 2004

2. Bank Artha Graha International

-Bank Interpacific -Bank Artha Graha

04 Maret 2005 3. Bank

Commonwealth

-Bank Commonwealth Indonesia -Bank Arta Niaga Kencana

10 Desember 2007

4. Bank Windu International

-Bank Multicor

-Bank Windu Kentjana

18 Desember 2007

5. Bank Rabobank International Indonesia

-Bank Hagakita -Bank Rabobank Duta -Bank Haga

24 Juni 2008

6. Bank CIMB Niaga

-Lippo Bank -Bank Niaga

15 Oktober 2008

7. Bank UOB

Indonesia

-UOB Buana -UOB Indonesia

10 Juni 2010

H. Sumber Data

Data yang peneliti gunakan adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Kuncoro, 2009:148). Data yang peneliti butuhkan adalah data laporan keuangan dan data merger perbankan yang akan digunakan untuk menilai tingkat kesehatan bank yang berasal dari database Bank Indonesia dan berasal dari sumber bacaan seperti buku-buku, jurnal, dan data dari internet.

Alasan peneliti menggunakan data sekunder adalah karena data sekunder mudah didapatkan, sudah ada penelitian sebelumnya dan lebih dapat dipercaya


(59)

keabsahannya. Di samping itu, laporan keuangan yang dibutuhkan sudah diaudit oleh akuntan publik.

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah observasi dokumen, yaitu dengan cara mengumpulkan dan mencatat data-data, mendokumentasikan data yang sudah ada dan yang telah diolah. Adapun pedoman observasi dokumen yang penulis buat guna membantu mempermudah pengumpulan data (lihat Lampiran 1.1). Pengumpulan data ini dimaksudkan guna menjawab persoalan penelitian dan memperbanyak literature untuk menunjang data kuantitatif yang diperoleh.

J. Teknik Analisis Data

Tahap-tahap teknik analisis data yang dibutuhkan untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini :

1. Perhitungan Rasio Keuangan Perbankan

Setelah proses pengumpulan data, penelitian dilanjutkan dengan menghitung rasio-rasio finansial yang biasanya disebut dengan rasio CAMELS dengan tujuh indikator, yaitu CAR, ATTM, ROA, ROE, NIM, BOPO, dan LDR, serta setiap rasio dihitung masing-masing tahun dan masing-masing bank, 1 tahun sebelum merger dan 3 tahun setelah merger.


(60)

2. Analisis Data

a. Kenaikan dan Penurunan Rasio CAMELS

Penganalisisan data dilakukan berdasarkan analisis deskriptif untuk mengetahui posisi rasio-rasio finansial sebelum dan setelah merger.Rasio tersebut dibandingkan antara periode tertentu sebelum dengan setelah merger. Setiap rasio dihitung masing-masing tahun dan masing-masing bank, 1 tahun sebelum merger dan 3 tahun setelah merger. Data yang dianalisis adalah ketujuh indikator rasio CAMELS masing-masing diuji beda :

1. 1 tahun sebelum merger dan 3 tahun setelah merger (dirata-rata). 2. Perperiode, 1 tahun sebelum merger dan 1 tahun setelah merger, 1

tahun sebelum merger dan 2 tahun setelah merger, serta 1 tahun sebelum merger dan 3 tahun setelah merger.

Alasan mengapa dilakukan analisis dengan dirata-rata dan perperiode, yaitu agar hasil yang peroleh lebih spesifik dan terinci. Dimana dengan dirata-rata 3 tahun setelah merger, memperlihatkan data yang lebih luas dibanding perperiode, serta perperiode lebih terlihat peningkatan pertahunnya.

Adapun waktu merger perbankan dan judqment tentang perlakuan data laporan keuangan perbankan yang dianalisis, sebagai berikut :


(61)

Tabel 3.2

Perlakuan Data Keuangan

No Bank Hasil Merger Waktu Merger Laporan Keuangan Yang Dianalisis Sebelum Setelah

1. Bank Mutiara Oktober 2004 2003 2005

2006 2007 2. Bank Artha Graha

International

04 Maret 2005 2004 2006 2007 2008 3. Bank Commonwealth 10 Desember

2007

2006 2008

2009 2010 4. Bank Windu International 18 Desember

2007

2006 2008

2009 2010

5. Bank Rabobank

International Indonesia

24 Juni 2008 2007 2009

2010 2011 6. Bank CIMB Niaga 15 Oktober 2008 2007 2009 2010 2011 7. Bank UOB Indonesia 10 Juni 2010 2009 2010 2011 2012

Judgment tentang perlakuan data laporan keuangan perbankan yang digunakan dalam penganalisisan, 1 tahun sebelum merger dan 3 tahun setelah merger. Hal ini dengan pertimbangan laporan keuangan tahun sebelum merger adalah 1 tahun dari sebelum pelaksanaan merger dan tahun setelah merger adalah 3 tahun dari setelah merger, dimana tahun pelaksanaan merger dapat digunakan atau dianggap sebagai tahun perhitungan analisis setelah merger.

Uji beda dua sampel berpasangan disebut dengan Paired Sample T-Test

dalam uji parametrik. Jika akan digunakan uji parametrik dalam menganalisis, maka harus diuji terlebih dahulu normalitas datanya apakah data berdistribusi


(62)

normal atau tidak normal. Sedangkan dalam uji non parametrik disebut dengan

Wilcoxon Signed Ranks Test. Dalam analisis akan digunakan Uji Wilcoxon apabila dari uji normalitas yang diketahui data berdistribusi tidak normal. Sampel berpasangan diartikan sebagai sebuah sampel dengan subjek yang sama, namun mengalami perlakuan atau pengukuran yang berbeda.

Berikut ini disampaikan rancangan tabel persiapan analisis : Tabel 3.3

Daftar Sampel Rasio Finansial Rasio Bank Merger Bank Hasil

Merger Jumlah Data Sebelum Merger n-1 Jumlah Data Setelah Merger n+1, n+2, n+3 CAR ATTM ROA ROE NIM BOPO LDR

-Bank CIC International -Bank Danpac

-Bank Pikko

Bank Mutiara 3 3

-Bank Interpacific -Bank Artha Graha

Bank Artha Graha International

2 3

-Bank Commonwealth Indonesia

-Bank Arta Niaga Kencana

Bank

Commonwealth

2 3

-Bank Multicor

-Bank Windu Kentjana

Bank Windu International

2 3

-Bank Hagakita -Bank Rabobank Duta -Bank Haga

Bank Rabobank International Indonesia

3 3

-Lippo Bank -Bank Niaga

Bank CIMB Niaga

2 3

-UOB Buana -UOB Indonesia

Bank UOB Indonesia

2 3


(63)

Setelah itu, dilakukan penghitungan rata-rata (mean) dan perbedaan mean

(naik/turun) masing-masing rasio dilanjutkan dengan analisis masing-masing bank sebelum dan setelah merger. Hal ini guna mengetahui adakah peningkatan kinerja perbankan setelah merger.

b. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil berasal dari distribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini menggunakan Uji

Kolmogorov-Smirnov (KS). Cooper dan Schindler (2006:397) menjelaskan uji

Kolmogorov-Smirnov (KS) ini memperhatikan kesesuaian dua distributif kumulatif, tetapi keduanya mewakili nilai-nilai sampel. Adapun rumus

Kolmogorov-Smirnov adalah :

Keterangan :

F0(X) : distribusi frekuensi kumulatif yang diamati dari n observasi sampel random. Dimana X adalah sembarang skor yang mungkin, FN1(X) = k/n, dimana k = jumlah observasi yang sama atau kurang dari X.

FT(X) : distribusi frekuensi teoritis di bawah H0.

Uji Kolmogorov-Smirnov (KS) menggunakan taraf signifikansi atau tingkat keyakinan 95% atau α=5%, dengan hipotesis :

H0 : Data berdistribusi normal HA : Data berdistribusi tidak normal


(64)

Menentukan uji signifikansi dengan taraf α=5%, dengan asumsi : Bila Sig > 5%, maka H0 diterima

Bila Sig ≤ 5%, maka H0 ditolak

Bila data tidak normal, maka akan digunakan analisis nonparametrik (uji Wilcoxon), tetapi bila data normal, maka akan digunakan analisis parametrik (paired sampel t-test).

c. Uji Hipotesis

Taraf signifikansi yang digunakan 5% atau tingkat keyakinan 95%. Hipotesis yang diuji adalah :

H0 : Tidak ada peningkatan kinerja finansial perbankan setelah merger. HA : Ada peningkatan kinerja finansial perbankan setelah merger.

Adapun kriteria pengujian peningkatan kinerja finansial perbankan satu ekor :


(65)

Tabel 3.4

Peningkatan Kinerja Finansial

Rasio Peningkatan H0 diterima H0 ditolak

CAR setelah merger > sebelum merger th ≤ ttatau Sig > 0,1

th > tt atau Sig ≤ 0,1 ATTM setelah merger < sebelum merger - th ≥ tt atau

Sig > 0,1

- th < tt atau Sig ≤ 0,1 ROA setelah merger > sebelum merger th ≤ ttatau

Sig > 0,1

th > tt atau Sig ≤ 0,1 ROE setelah merger > sebelum merger th ≤ ttatau

Sig > 0,1

th > tt atau Sig ≤ 0,1 NIM setelah merger > sebelum merger th ≤ ttatau

Sig > 0,1

th > tt atau Sig ≤ 0,1 BOPO setelah merger < sebelum merger - th ≥ tt atau

Sig > 0,1

- th < tt atau Sig ≤ 0,1 LDR setelah merger < sebelum merger - th ≥ tt atau

Sig > 0,1

- th < tt atau Sig ≤ 0,1

Selain itu, kriteria pengujian satu ekor sebelah kanan sebagai acuan untuk menentukan H0 diterima dan H0 ditolak (Mangkuatmodjo, 2004:59-62) :

H0 diterima jika th ≤ ttatau Sig > 0,1 H0 ditolak jika th > tt atau Sig ≤ 0,1

Sedangkan kriteri pengujian satu ekor sebelah kiri sebagai acuan untuk menentukan H0 diterima dan H0 ditolak (Hasan, 2001:148-149) :

H0 diterima jika th ≥- ttatau Sig > 0,1 H0 ditolak jika th <- tt atau Sig ≤ 0,1

Setelah itu, dilakukan penarikan kesimpulan hipotesis, H0 ditolak atau diterima.

Program SPPS default 5% untuk dua sisi, sedangkan untuk uji dalam penelitian ini digunakan 5% untuk satu sisi, maka dalam input data program diubah 10% untuk dua sisi. Kedua taraf signifikansi tersebut hasil analisisnya sama.


(1)

170

6.

BOPO

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 BOPO 1 TH SETELAH 86.1643 7 19.73705 7.45990

BOPO 1 TH SEBELUM 89.8886 7 14.66858 5.54420 Pair 2 BOPO 2 TH SETELAH 89.5671 7 7.69604 2.90883 BOPO 1 TH SEBELUM 89.8886 7 14.66858 5.54420 Pair 3 BOPO 3 TH SETELAH 90.0486 7 9.08163 3.43253 BOPO 1 TH SEBELUM 89.8886 7 14.66858 5.54420

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 BOPO 1 TH SETELAH &

BOPO 1 TH SEBELUM 7 .737 .059 Pair 2 BOPO 2 TH SETELAH &

BOPO 1 TH SEBELUM 7 .876 .010 Pair 3 BOPO 3 TH SETELAH &

BOPO 1 TH SEBELUM 7 .819 .024

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

171

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper Pair 1 BOPO 1 TH SETELAH - BOPO

1 TH SEBELUM -3.72429 13.34418 5.04362 -16.06559 8.61702 -.738 6 .488 Pair 2 BOPO 2 TH SETELAH - BOPO

1 TH SEBELUM -.32143 8.75698 3.30983 -8.42029 7.77743 -.097 6 .926 Pair 3 BOPO 3 TH SETELAH - BOPO


(3)

172

7.

LDR

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 LDR 1 TH SETELAH 77.2514 7 31.29207 11.82729

LDR 1 TH SEBELUM 73.3371 7 28.71719 10.85408 Pair 2 LDR 2 TH SETELAH 72.2100 7 30.50990 11.53166 LDR 1 TH SEBELUM 73.3371 7 28.71719 10.85408 Pair 3 LDR 3 TH SETELAH 78.7071 7 21.75221 8.22156 LDR 1 TH SEBELUM 73.3371 7 28.71719 10.85408

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 LDR 1 TH SETELAH & LDR

1 TH SEBELUM 7 .870 .011 Pair 2 LDR 2 TH SETELAH & LDR

1 TH SEBELUM 7 .955 .001 Pair 3 LDR 3 TH SETELAH & LDR

1 TH SEBELUM 7 .881 .009

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

173

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper Pair 1 LDR 1 TH SETELAH - LDR 1

TH SEBELUM 3.91429 15.49696 5.85730 -10.41801 18.24658 .668 6 .529 Pair 2 LDR 2 TH SETELAH - LDR 1

TH SEBELUM -1.12714 9.03916 3.41648 -9.48697 7.23269 -.330 6 .753 Pair 3 LDR 3 TH SETELAH - LDR 1


(5)

xv

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH MERGER TERHADAP KINERJA FINANSIAL

PERBANKAN

Studi Empiris pada Bank-bank yang Melakukan Merger Tahun 2004-2010

Stefani Ayu Rahayu

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan kinerja

finansial perbankan setelah merger. Jenis penelitian ini adalah studi empiris.

Sampel dalam penelitian ini adalah bank-bank yang melakukan merger tahun

2004-2010, sebanyak 16 bank. Teknik analisis data yang digunakan adalah

analisis statistik deskriptif sebelum dan setelah merger, uji normalitas dengan

Kolmogorov-Smirnov

, dan uji

Paired Sampel T-Test,

digunakan untuk

mengetahui ada tidaknya peningkatan kinerja finasial perbankan setelah merger.

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa tidak ada peningkatan yang signifikan

kinerja finansial perbankan setelah merger.

Kata kunci: merger, kinerja finansial perbankan, Kolmogorov-Smirnov, Paired

Sampel T-Test.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

xvi

ABSTRACT

THE IMPACT OF MERGER ON BANKING FINANCIAL

PERFORMANCE

The Empirical Study toward Banks which Had Done Merger on 2004-2010

Stefani Ayu Rahayu

Sanata Dharma University

Yogyakarta

2013

This research aims to find out whether or not merger enhance the

financial performance of banking industry. This is an empirical study. The

samples of this research are 16 banks which merge on 2004-2010. Data analysis

techniques used are descriptive statistic analysis before and after the merger,

normality test by Kolmogorov-Smirnov, and Paired Sample T-Test. The result of

this research showed that there is no financial performance improvement of

banking after doing merger.

Key words: merger, performance of banking financial, Kolmogorov-Smirnov,

Paired Sampel T-Test.


Dokumen yang terkait

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA BANK YANG MERGER DI INDONESIA (Studi Kasus Sebelum Dan Sesuadh Merger Pada Perbankan)

0 7 86

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK SEBELUM DAN SESUDAH MERGER ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK SEBELUM DAN SESUDAH MERGER (Studi Kasus Pada Bank Niaga dan Bank Lippo yang Merger menjadi Bank CIMB Niaga).

0 2 12

PENDAHULUAN ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK SEBELUM DAN SESUDAH MERGER (Studi Kasus Pada Bank Niaga dan Bank Lippo yang Merger menjadi Bank CIMB Niaga).

0 2 10

ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA DAN KINERJA KEUANGAN ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK SEBELUM DAN SESUDAH MERGER (Studi Kasus Pada Bank Niaga dan Bank Lippo yang Merger menjadi Bank CIMB Niaga).

1 25 38

PENUTUP ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK SEBELUM DAN SESUDAH MERGER (Studi Kasus Pada Bank Niaga dan Bank Lippo yang Merger menjadi Bank CIMB Niaga).

0 4 7

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK SEBELUM DAN SESUDAH MERGER Analisis Kinerja Keuangan Bank Sebelum Dan Sesudah Merger (Studi Kasus Pada PT Bank CIMB Niaga Tbk).

0 2 14

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK SEBELUM DAN SESUDAH MERGER Analisis Kinerja Keuangan Bank Sebelum Dan Sesudah Merger (Studi Kasus Pada PT Bank CIMB Niaga Tbk).

0 4 15

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI.

0 0 15

PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PADA BANK HASIL MERGER BUMN DAN BANK HASIL MERGER BUSN.

0 0 74

Analisis pengaruh merger terhadap kinerja finansial perbankan : studi empiris pada bank-bank yang melakukan merger tahun 2004-2010 - USD Repository

0 0 190